Anda di halaman 1dari 10

Anda mungkin pernah mendengar istilah orang dengan kepribadian ganda.

Dalam
dunia medis, gangguan psikologis ini dikenal sebagai dissociative identity disorder
(gangguan identitas disosiatif). Yuk, kenali lebih jauh mengenai definisi, penyebab,
dan cara menanganinya melalui ulasan di bawah ini.

Apa itu dissociative identity disorder?


Dissociative identity disorder adalah kondisi yang membuat pengidapnya
mengembangkan satu atau lebih kepribadian alternatif yang diketahui secara sadar
maupun tidak.
Sebelumnya, gangguan mental ini memiliki banyak sebutan, di antaranya split
disorder, multiple personality disorder, dan kepribadian ganda.
Gangguan identitas disosiatif merupakan salah satu jenis utama gangguan
disosiatif, menurut buku Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders
(DSM-5).
Gangguan disosiatif sendiri merupakan penyakit mental yang menunjukkan
ketidaksesuaian antara memori, pikiran, identitas, dan fungsi mental lain yang
mendukung seseorang untuk beraktivitas dengan lancar.

Gejala penyakit DID ialah adanya dua atau lebih kepribadian yang berbeda.
Kepribadian lain ini disebut kepribadian alternatif, sedangkan kepribadian asli
disebut kepribadian inti.
Tiap kepribadian alternatif punya perbedaan pada ciri individu dan cara
berpikirnya. Kepribadian alternatif mungkin juga memiliki nama, perilaku, dan
bahkan jenis kelamin yang berbeda.
Saat kepribadian alternatif muncul, pengidap DID akan mengalami amnesia.
Akibatnya, mereka umumnya tidak menyadari adanya kepribadian alternatif
maupun ingatan mengenai apa yang dilakukan saat kepribadian tersebut
mengambil alih.
Meski begitu, hal ini tidak selamanya berdampak negatif. Dalam beberapa kasus,
orang dengan dissociative identity disorder mengambil keuntungan dari
kepribadian alternatifnya.
Sebagai contoh, orang dengan kepribadian inti yang pemalu dapat menggunakan
kepribadian alternatif untuk jadi lebih tegas dan mudah bergaul. Pergantian
kepribadian ini muncul akibat dipicu oleh stres dan peristiwa traumatis.
Meski begitu, pengidap DID mungkin menghadapi masalah dalam kehidupan
sehari-hari. Ia bisa saja menemukan barang-barang di rumah dam tidak punya
ingatan kapan membelinya.
Mereka juga kesulitan untuk menjalin hubungan dengan orang-orang di sekitarnya
karena tidak mengenal keluarga atau orang terdekat ketika kepribadian alternatif
mengambil alih.

1
Gejala psikologis lain yang mungkin muncul
Selain itu, orang dengan dissociative identity disorder dapat mengalami gejala
psikologis yang juga terjadi pada penyakit mental lain, contohnya seperti berikut.

 Sakit kepala parah dan mengalami nyeri pada tubuh.


 Derealisasi, yakni perasaan bahwa lingkungan di sekitarnya asing atau tidak nyata.
 Suasana hati mudah berubah dan depresi.
 Depersonalisasi, yakni merasa jiwanya terlepas dari raganya.
 Mudah merasa gelisah hingga mengalami gangguan kecemasan.
 Disosiasi, yakni perasaan seakan terlepas dari tubuh dan dunia di sekitarnya.
 Amnesia atau merasakan distorsi waktu.
 Gangguan tidur, seperti sering mengalami mimpi buruk atau sleepwalking.
 Cenderung memiliki gangguan makan (eating disorder).
 Halusinasi atau persepsi palsu terhadap sesuatu, seperti mendengar suara yang
sebenarnya tidak ada.
 Timbul masalah pada kehidupan seksual, misalnya gairah seks menurun.
 Penggunaan obat-obatan terlarang dan konsumsi alkohol berlebihan.
 Keinginan melukai diri dan bahkan melakukan percobaan bunuh diri.

Penyebab dissociative identity disorder


Penyebab dissociative identity disorder ialah pernah mengalami peristiwa traumatis.
Sekitar 90% pengidapnya memiliki riwayat kekerasan seksual atau emosional yang
parah.
Peristiwa traumatis lainnya juga bisa terkait dengan perang, kecelakaan, hingga
bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, dan tanah longsor.
Orang yang mengalami isolasi berkepanjangan karena sakit maupun kehilangan
orang yang dicintai juga berisiko lebih tinggi mengalami gangguan mental ini.
Faktor risiko yang memicu episode peralihan kepribadian
Penyakit DID sering dianggap sebagai mekanisme perlindungan diri seseorang
terhadap situasi yang membuatnya stres, tertekan, dan trauma.
Saat kepribadian alternatif mengendalikan pengidapnya, akan ada batasan yang
tercipta antara dirinya dengan peristiwa atau pengalaman yang menyakitkan.
Batasan tersebut akhirnya bisa membuat pengidapnya mampu mempertahankan
fungsi dirinya dalam kehidupan sehari-hari, seolah peristiwa traumatis tidak pernah
terjadi.
Episode peralihan kepribadian dapat dipicu oleh berbagai hal, seperti melihat
kecelakaan lalu lintas, sedang merasa stres atau tertekan, atau melihat pelecehan
seksual dan kekerasan.

Komplikasi dissociative identity disorder


2
Orang dengan gangguan identitas disosiatif yang tidak mendapatkan perawatan
medis dapat mengalami sejumlah komplikasi serius.
Prestasi di sekolah atau tempat kerjanya bisa makin memburuk. Kondisi ini juga
bisa memengaruhi kualitas hubungan dengan pasangan maupun orang-orang
terdekat.
Selain itu, ada pula risiko kecacatan pada tubuh atau kematian karena melukai diri
sendiri, melakukan percobaan bunuh diri, atau overdosis penggunaan obat-obatan
tertentu.

Diagnosis dissociative identity disorder


Tidak ada tes laboratorium untuk mendiagnosis penyakit DID. Meski begitu, tes
darah, CT scan, maupun MRI mungkin diperlukan untuk menyingkirkan masalah
kesehatan tertentu.
Selain itu, dokter ahli kejiwaan mungkin akan meminta Anda menjalani
pemeriksaan berikut ini.
 Pemeriksaan fisik: dokter akan mengajukan pertanyaan tentang riwayat kesehatan
dan memerhatikan gejala apa saja yang dialami.
 Tes psikiatri: psikolog mengajukan pertanyaan tentang pikiran, perasaan, dan
perilaku, baik pada diri Anda, anggota keluarga, atau orang terdekat yang
mendampingi.
Setelahnya, dokter dan psikolog akan membandingkan catatan kesehatan yang
diperoleh dari Anda dengan panduan DSM-5 untuk membantu menegakkan
diagnosis.

Pengobatan dissociative identity disorder


Tujuan pengobatan dissociative identity disorder ialah untuk meredakan gejala dan
memastikan keselamatan pasien dan orang-orang di sekitarnya.
Perawatan yang tepat juga membantu “menghubungkan kembali” kepribadian
yang berbeda menjadi satu identitas yang berfungsi dengan baik.
Berikut ini merupakan berbagai pengobatan untuk mengatasi gangguan identitas
disosiatif.
1. Terapi perilaku kognitif (CBT)
Terapi perilaku kognitif atau cognitive behaviour therapy (CBT) dilakukan untuk
mengubah pola pikir, perasaan, dan perilaku menjadi lebih baik serta kembali
berfungsi seperti sedia kala.
2. Terapi perilaku dialektik (DBT)
Jenis psikoterapi ini dilakukan untuk orang dengan gejala dissociative identity
disorder yang parah, terutama pada mereka yang mengalami pelecehan seksual.

3
3. Eye movement desensitization and reprocessing (EMDR)
EMDR ialah teknik pengobatan yang memadukan terapi perilaku kognitif dan
latihan visual untuk mengatasi mimpi buruk terus-menerus dan kilas balik pada
peristiwa traumatis.
4. Penggunaan obat-obatan
Tidak ada obat yang secara khusus dapat mengobati gangguan disosiatif. Namun,
pengidap DID yang terkait dengan depresi atau gangguan kecemasan bisa
diresepkan obat antidepresan atau anticemas.

Hi, teman-teman semua! Selamat datang di artikel baru dari Psikopedia. Tanggal 4 Mei 2022
kemarin, Marvel Studios merilis episode finale dari series terbarunya yang berjudul Moon
Knight yang sedang trending di Indonesia. Series ini berfokuskan pada tokoh utamanya, yaitu
Marc Spector (diperankan oleh Oscar Isaac), seorang pembunuh bayaran yang memperoleh
kekuatan super dari dewa bulan Mesir dan dengan bantuannya menyelamatkan dunia dari
kejahatan baru yang mendatang. Namun, yang paling menarik tentang Marc Spector
merupakan satu-satunya superhero terkenal dengan kondisi Dissociative Identity
Disorder (DID). Yap, artikel Psikopedia kali ini akan membahas DID. Salah satu film terkenal
yang berfokus pada DID adalah Split (2016). Akan tetapi, belum banyak media (film, buku,
media televisi, dll) yang berfokus atau pun berisi karakter dengan DID. Sehingga, banyak
orang yang belum mengetahui kondisi ini. Maka dari itu, artikel ini ingin memberi penjelasan
tentang apa itu DID itu sendiri, serta ciri-ciri dan pengalaman orang dengan kondisinya.
DID itu apa sih?
Dissociative Identity Disorder (sebelumnya dikenal juga sebagai Multiple Personality
Disorder) merupakan kelainan psikologis yang langka dimana seseorang memiliki dua atau
lebih kepribadian dalam dirinya (Belli et al., 2012, dikutip oleh King, 2016). Setiap
kepribadian dalam diri seorang dengan DID memiliki ingatan, perilaku, dan hubungan
sosialnya sendiri, dan hanya satu yang dapat mendominasi di waktu tertentu (King, 2016).
Penyebab DID yang dianggap utama adalah trauma dari kekerasan fisik atau kekerasan seksual
di masa kecil (Braun, 1990; Baldwin 1990; Coons 1986 ). Hasil studi dari Ross et al. (1989)
mendukung pernyataan ini, studi ini menganalisa 236 kasus Multiple Personality
Disorder menemukan bahwa 79,2% pasien MPD mengalami kekerasan fisik di masa kecilnya
dan 74,9% mengalami kekerasan fisik.
Bagaimana DID dapat terbentuk?
Asal-usul DPD awal terbentuk diperkirakan adalah ketika seorang anak mendisosiasikan
(memisahkan) diri sendiri dari suatu pengalaman yang traumatis dan membentuk kepribadian-
kepribadian baru untuk membentengi dirinya (King, 2016). Studi oleh Ross et al. (1989) yang
direferensi sebelumnya juga meneliti kepribadian seperti apa yang dibentuk oleh pasien DID,
salah satunya seperti kepribadian pelindung, yang dimiliki oleh 84% pasien. Kepribadian-
kepribadian lainnya yang umum dimiliki diantaranya kepribadian anak-anak (86%),
kepribadian dengan umur berbeda (84,5%), dan kepribadian penganiaya (84%). Teori tentang
proses disosiasi ini yang mendorong perubahan nama dari Multiple Personality
Disorder menjadi Dissociative Identity Disorder di tahun 1994 (Mitra et al., 2021). Spiegel
(2006, dikutip oleh King, 2016) percaya bahwa seseorang dapat memiliki berbagai aspek
identitas seperti perasaan dan niat yang bertentangan satu sama lain, hingga individu tersebut
memecahkan aspek-aspek tersebut menjadi kepribadian-kepribadian berbeda yang terpisah.
Ciri-ciri seseorang dengan DID

4
Artikel dari majalah Psychology Today menuliskan beberapa ciri yang memungkinkan orang
untuk didiagnosa dengan Dissociative Identity Disorder (Diambil dari Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorders (5th ed.) oleh APA). Ciri-cirinya, yaitu:
 Individu memiliki dua atau lebih kepribadian yang jelas berbeda, pengalaman ketika
satu kepribadian mendominasi kepribadian lain di suatu ketika dapat digambarkan
seperti “kesurupan”.
 Adanya gangguan dalam rasa identitas individu, seperti perubahan
rasa agency (kemampuan untuk membuat keputusan sendiri), perilaku, ingatan,
persepsi, kognisi, dan fungsi motorik.
 Kurangnya ingatan tertentu tentang peristiwa, orang, dan tempat-tempat dalam sejarah
kehidupan individu yang melebihi dari sekedar lupa biasa.
 Gejala-gejala yang muncul menimbulkan rasa ketidaknyamanan yang besar dan
menyebabkan hambatan dalam fungsi-fungsi penting tertentu.
Dissociative Identity Disorder sampai sekarang masih tergolong sebagai kelainan yang langka,
dengan hanya sebesar 1,5% dari populasi yang terdiagnosa (Mitra et al., 2021). Tetapi tetap
alangkah baiknya untuk meningkatkan pengetahuan tentang kelainan-kelainan psikologis dan
kesehatan mental, serta meningkatkan kesadaran orang lain tentangnya. Semoga artikel ini
informatif dan bermanfaat bagi pembelajaran anda, terima kasih dan sekian.
Referensi:
Baldwin, L. C. (1990). Child abuse as an antecedent of multiple personality disorder. The
American Journal of Occupational Therapy, 44(11), 978-
983. https://doi.org/10.5014/ajot.44.11.978
Belli, H., Ural, C., Vardar, M. K., Yesilyurt, S., Oncu, F. (2012). Dissociative symptoms and
dissociative disorder comorbidity in patients with obsessive-compulsive
disorder. Comprehensive Psychiatry, 53(7), 975–980.
Braun, B. G. (1990). Multiple personality disorder: An overview. The American Journal of
Occupational Therapy, 44(11), 971-976. https://doi.org/10.5014/ajot.44.11.971
Coons, P. M. (1986). Child abuse and multiple personality disorder: Review of the literature
and suggestions for treatment. Child Abuse & Neglect, 10(4), 455-
462. https://doi.org/10.1016/0145-2134(86)90049-9
King, L. A. (2016). The science of psychology: An appreciative view (4th ed.). McGraw-Hill
Education
Mitra, P., Jain, A. (2021). Dissociative Identity Disorder. StatPearls
Publishing. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK568768/
Ross, C. A., Norton, G. R., Wozney, K. (1989). Multiple personality disorder: an analysis of
236 cases. The Canadian Journal of Psychiatry, 34(5), 413-
418. https://doi.org/10.1177/070674378903400509
Spiegel, D. (2006). Editorial: Recognizing traumatic dissociation. American Journal of
Psychiatry, 163, 566–568.
(2021, September 21). Dissociative identity disorder (Multiple personality
disorder). Psychology Today https://www.psychologytoday.com/us/conditions/dissociative-
identity-disorder-multiple-personality-disorder
Penulis: Farall Gibran F.

5
Kepribadian ganda adalah kondisi ketika seseorang memiliki dua atau lebih
kepribadian yang berbeda. Kepribadian ganda disebut juga gangguan identitas
disosiatif. Kondisi ini umumnya disebabkan oleh pengalaman traumatis yang
terjadi berulang di masa kanak-kanak.
Kepribadian ganda atau dissociative identity disorder (DID) sering kali disamakan
dengan skizofrenia, padahal sebenarnya kedua kondisi ini berbeda. Skizofrenia dapat
menimbulkan gejala yang memengaruhi pemikiran, perilaku, dan perasaan penderitanya,
tetapi tidak memiliki banyak kepribadian seperti pada penderita DID

Penyebab dan Faktor Risiko Kepribadian Ganda


Penyebab kepribadian ganda belum diketahui secara pasti. Namun, kondisi ini diduga terjadi
akibat pengalaman traumatis yang berulang di masa kanak-kanak. Pengalaman traumatis
tersebut bisa berupa:

 Kekerasan emosional dalam bentuk verbal atau fisik


 Pelecehan atau kekerasan seksual
 Pola asuh orang tua yang membuat anak merasa takut
 Peristiwa tertentu, seperti bencana alam atau peperangan
 Penculikan atau penyiksaan
 Prosedur medis untuk pengobatan penyakit

Selain faktor-faktor di atas, kepribadian ganda rentan terjadi pada orang yang keluarganya
memiliki riwayat kepribadian ganda.

Gejala Kepribadian Ganda


Gejala khas yang dialami penderita kepribadian ganda antara lain:

Memiliki dua kepribadian atau lebih


Penderita kepribadian ganda memiliki dua atau lebih kepribadian di dalam dirinya yang satu
sama lain berbeda atau bahkan bisa bertolak belakang. Kepribadian lain ini dalam istilah
psikologi dinamakan sebagai alter ego. Namun, perlu diingat seseorang dengan alter
ego belum pasti mengalami kepribadian ganda.
Saat alter ego mengambil alih kesadaran, penderita akan menjadi pribadi lain dengan nama,
usia, jenis kelamin, bahkan sifat yang berbeda. Meski jarang terjadi, penderita kepribadian
ganda juga bisa merasa jika dirinya adalah seekor hewan.
Selama kesadarannya diambil alih oleh alter ego, penderita kepribadian ganda juga akan
mengalami perubahan perilaku. Mereka bisa melakukan sesuatu yang tidak menjadi
kebiasaannya sehari-hari.
Sebagai contoh, penderita kepribadian ganda yang taat pada hukum, sopan, dan berperilaku
sesuai norma yang ada di masyarakat, bisa saja melakukan pencurian, berlaku kasar, atau
mudah memaki.
Saat penderita kepribadian ganda ditanya mengapa ia melakukan hal yang tidak biasa
tersebut, ia akan memungkirinya, mengatakan bahwa ia tidak ingat pernah melakukannya,
atau merujuk pada orang lain di dalam dirinya sebagai pelakunya.

6
Perlu diketahui bahwa kepribadian ganda tidak berkaitan dengan ritual budaya atau
keagamaan. Kepribadian ganda juga bukan termasuk fenomena kesurupan, seperti
anggapan sebagian orang pada budaya tertentu.
Kondisi ini juga tidak muncul karena pengaruh konsumsi alkohol dan obat-obatan, atau
kelainan medis secara fisik, seperti amnesia pada cedera kepala, demensia, aura pada
migrain, atau Alice in Wonderland syndrome.

Menderita amnesia
Penderita kepribadian ganda sering kali mengalami amnesia atau tidak ingat pada peristiwa
tertentu di masa kecil atau masa remajanya, terutama kejadian yang membuatnya trauma.
Penderita juga bisa lupa pada kejadian yang baru berlangsung, informasi penting yang
sangat mendasar, atau kemampuan yang ia miliki saat alter ego mengambil alih.
Sebagai contoh, penderita bisa lupa bagaimana cara menggunakan komputer meskipun
sebenarnya ia adalah seorang ahli komputer. Sebaliknya, penderita bisa saja mengerjakan
sesuatu yang biasanya tidak ia lakukan, misalnya melukis atau berbicara bahasa asing.
Gejala amnesia ini juga bisa terlihat ketika penderita tidak mengingat alasannya berada di
suatu tempat atau penyebab suatu benda berada di tempat tertentu. Selain itu, penderita
sering tidak mengingat sesuatu yang pernah diucapkan atau dilakukannya.
Selain yang telah dijelaskan sebelumnya, gejala lain dari kepribadian ganda yang umum
terjadi adalah:

 Gangguan kecemasan
 Depresi
 Delusi
 Linglung
 Penyalahgunaan narkoba
 Konsumsi minuman beralkohol
 Hilang ingatan
 Perilaku menyakiti diri sendiri
 Percobaan bunuh diri

Kapan harus ke dokter


Lakukan pemeriksaan ke dokter jika Anda mengalami beberapa gejala yang telah disebutkan
sebelumnya.
Kepribadian ganda bisa saja tidak disadari oleh penderitanya. Oleh sebab itu, jika Anda
melihat tanda-tanda kepribadian ganda pada keluarga, teman, atau kerabat, segera
periksakan ia ke dokter atau pusat layanan kesehatan terdekat.
Pemeriksaan dan penanganan lebih awal dapat mencegah penderita kepribadian ganda
melakukan hal yang bisa membahayakan orang lain atau dirinya sendiri.

Diagnosis Kepribadian Ganda


Dokter akan menanyakan gejala dan riwayat kesehatan pasien, kemudian melakukan
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan kejiwaan. Selanjutnya, dokter akan memastikan
diagnosis berdasarkan kriteria DSM–5 (The Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders, 5th Edition).

7
Pasien juga akan dianjurkan untuk melakukan tes darah dan pemindaian dengan foto
Rontgen, CT scan, atau MRI, untuk menyingkirkan kemungkinan gejala yang dialami pasien
disebabkan oleh efek samping obat atau penyakit lain.

Pengobatan Kepribadian Ganda


Metode pengobatan kepribadian ganda umumnya adalah dengan psikoterapi dan pemberian
obat-obatan. Melalui psikoterapi, pasien akan diajarkan untuk memahami kondisi yang ia
alami sehingga ia bisa menghadapi dan mengatasi kondisi tersebut.
Dokter juga akan merekomendasikan pasien untuk menjalani hipnoterapi. Metode
penanganan ini bertujuan untuk mengendalikan perilaku yang tidak normal dan membuat
psikoterapi lebih efektif.
Selain metode penanganan di atas, dokter dapat memberikan
obat antidepresan, antipsikotik, penenang, untuk mengatasi gejala gangguan mental lain
yang dialami penderita kepribadian ganda.

Komplikasi Kepribadian Ganda

 Keinginan untuk melukai diri sendiri


 Percobaan bunuh diri
 Depresi dan gangguan kecemasan
 Gangguan stres pascatrauma (PTSD)
 Kecanduan alkohol
 Disfungsi seksual
 Penyalahgunaan narkoba
 Gangguan tidur, seperti sulit tidur, mimpi buruk, atau tidur berjalan
 Gangguan makan
 Gangguan fisik, misalnya sakit kepala berat

Pencegahan Kepribadian Ganda


Pencegahan kepribadian ganda adalah dengan menghindari tindakan atau situasi yang
dapat meningkatkan risiko anak menderita gangguan ini, seperti pelecehan penganiayaan,
atau penelantaran.
Jika anak mengalami kejadian yang membuatnya trauma, segera periksakan ke dokter.
Dokter akan membantu anak dalam menyikapi ingatan terhadap kejadian traumatis tersebut
dengan cara yang positif.
Terakhir diperbarui: 31 Mei 2022

Ditinjau oleh: dr. Pittara

8
Kognisi adalah proses mental yang terjadi mengenai sesuatu yang didapatkan dari kegiatan berpikir
tentang seseorang atau sesuatu.[1]
Proses yang dilakukan adalah memperoleh pengetahuan dan memanipulasi pengetahuan melalui
aktivitas mengingat, menganalisis, memahami, menilai, menalar, membayangkan dan berbahasa.
Kapasitas atau kemampuan kognisi biasa diartikan sebagai kecerdasan atau inteligensi. Bidang ilmu
yang mempelajari kognisi beragam, di antaranya adalah psikologi, filsafat, komunikasi, neurosains,
serta kecerdasan buatan.
Kepercayaan atau pengetahuan seseorang tentang sesuatu dipercaya dapat memengaruhi sikap
mereka dan pada akhirnya memengaruhi perilaku/ tindakan mereka terhadap sesuatu. mengubah
pengetahuan seseorang akan sesuatu dipercaya dapat mengubah perilaku mereka.
Kata kognisi yang sudah dikembangkan sejak abad ke-15 diartikan sebagai
"pemikiran dan kesadaran".[2] Istilah ini berasal dari kata benda Bahasa Latin,
yakni cognitio ('pemeriksaan,' 'belajar,' atau 'pengetahuan'). Adapun berasal dari kata kerja cognosco,
gabungan dari con ('dengan') dan gnōscō ('tahu'). Kata gnōscō ini serumpun dengan kata
kerja Yunani, gi(g)nόsko (γι(γ)νώσκω, yang berarti 'Saya tahu,' atau 'persepsi').[3]

BIPOLAR

Gangguan bipolar adalah gangguan mental yang ditandai dengan


perubahan drastis pada suasana hati. Penderita gangguan ini bisa merasa
sangat gembira atau euforia, kemudian berubah menjadi sangat sedih.
Gangguan bipolar dapat diderita seumur hidup sehingga memengaruhi aktivitas
penderitanya. Namun, pemberian obat-obatan dan psikoterapi dapat membantu penderita
untuk menjalani aktivitasnya sehari-hari.

Penyebab dan Gejala Gangguan Bipolar


Penyebab gangguan bipolar belum diketahui secara pasti. Namun, kondisi ini diduga terjadi
akibat faktor genetik. Selain itu, faktor lingkungan sekitar dan gaya hidup juga dapat
meningkatkan risiko seseorang mengalami bipolar.
Gejala utama gangguan bipolar adalah perubahan suasana hati (mood) yang drastis.
Perubahan mood ini bisa terjadi dalam hitungan jam, hari, atau bulan. Gejalanya meliputi
fase mania yang berlanjut menjadi fase depresi berat.
Pada fase mania, penderita dapat mengalami:

 Perasaan gembira atau antusias


 Semangat yang menggebu-gebu
 Sulit tidur atau insomnia

Sementara pada fase depresi berat, gejala yang muncul berupa:

 Berkurangnya minat pada suatu kegiatan atau pekerjaan


 Perasaan bersalah secara berlebihan
 Keinginan untuk bunuh diri

Pengobatan dan Pencegahan Gangguan Bipolar


Pengobatan gangguan bipolar bertujuan untuk mengurangi frekuensi kemunculan gejala,
membantu penderita agar bisa kembali beraktivitas, dan menurunkan risiko terjadinya
gangguan kesehatan lain.
9
Adapun beberapa metode pengobatan yang dapat dilakukan adalah:

 Pemberian obat-obatan, seperti obat penyeimbang suasana hati, obat antidepresan,


serta obat antipsikotik
 Psikoterapi, seperti interpersonal and social rhythm therapy (IPSRT), cognitive behavioral
therapy (CBT), dan psikoedukasi

Belum ada metode yang dapat mencegah gangguan bipolar. Namun, kekambuhan gejalanya
bisa dikurangi dengan melakukan beberapa hal berikut:

 Rutin mengonsumsi obat sesuai resep dokter dan menjalani psikoterapi


 Tidak mengonsumsi minuman beralkohol atau menyalahgunakan NAPZA
 Berolahraga secara rutin
 Mengelola stres dengan baik
 Beristirahat dan tidur yang cukup
 Menjalin hubungan baik dengan keluarga dan teman

Terakhir diperbarui: 21 Februari 2023


Ditinjau oleh: dr. Pittara

10

Anda mungkin juga menyukai