Dalam
dunia medis, gangguan psikologis ini dikenal sebagai dissociative identity disorder
(gangguan identitas disosiatif). Yuk, kenali lebih jauh mengenai definisi, penyebab,
dan cara menanganinya melalui ulasan di bawah ini.
Gejala penyakit DID ialah adanya dua atau lebih kepribadian yang berbeda.
Kepribadian lain ini disebut kepribadian alternatif, sedangkan kepribadian asli
disebut kepribadian inti.
Tiap kepribadian alternatif punya perbedaan pada ciri individu dan cara
berpikirnya. Kepribadian alternatif mungkin juga memiliki nama, perilaku, dan
bahkan jenis kelamin yang berbeda.
Saat kepribadian alternatif muncul, pengidap DID akan mengalami amnesia.
Akibatnya, mereka umumnya tidak menyadari adanya kepribadian alternatif
maupun ingatan mengenai apa yang dilakukan saat kepribadian tersebut
mengambil alih.
Meski begitu, hal ini tidak selamanya berdampak negatif. Dalam beberapa kasus,
orang dengan dissociative identity disorder mengambil keuntungan dari
kepribadian alternatifnya.
Sebagai contoh, orang dengan kepribadian inti yang pemalu dapat menggunakan
kepribadian alternatif untuk jadi lebih tegas dan mudah bergaul. Pergantian
kepribadian ini muncul akibat dipicu oleh stres dan peristiwa traumatis.
Meski begitu, pengidap DID mungkin menghadapi masalah dalam kehidupan
sehari-hari. Ia bisa saja menemukan barang-barang di rumah dam tidak punya
ingatan kapan membelinya.
Mereka juga kesulitan untuk menjalin hubungan dengan orang-orang di sekitarnya
karena tidak mengenal keluarga atau orang terdekat ketika kepribadian alternatif
mengambil alih.
1
Gejala psikologis lain yang mungkin muncul
Selain itu, orang dengan dissociative identity disorder dapat mengalami gejala
psikologis yang juga terjadi pada penyakit mental lain, contohnya seperti berikut.
3
3. Eye movement desensitization and reprocessing (EMDR)
EMDR ialah teknik pengobatan yang memadukan terapi perilaku kognitif dan
latihan visual untuk mengatasi mimpi buruk terus-menerus dan kilas balik pada
peristiwa traumatis.
4. Penggunaan obat-obatan
Tidak ada obat yang secara khusus dapat mengobati gangguan disosiatif. Namun,
pengidap DID yang terkait dengan depresi atau gangguan kecemasan bisa
diresepkan obat antidepresan atau anticemas.
Hi, teman-teman semua! Selamat datang di artikel baru dari Psikopedia. Tanggal 4 Mei 2022
kemarin, Marvel Studios merilis episode finale dari series terbarunya yang berjudul Moon
Knight yang sedang trending di Indonesia. Series ini berfokuskan pada tokoh utamanya, yaitu
Marc Spector (diperankan oleh Oscar Isaac), seorang pembunuh bayaran yang memperoleh
kekuatan super dari dewa bulan Mesir dan dengan bantuannya menyelamatkan dunia dari
kejahatan baru yang mendatang. Namun, yang paling menarik tentang Marc Spector
merupakan satu-satunya superhero terkenal dengan kondisi Dissociative Identity
Disorder (DID). Yap, artikel Psikopedia kali ini akan membahas DID. Salah satu film terkenal
yang berfokus pada DID adalah Split (2016). Akan tetapi, belum banyak media (film, buku,
media televisi, dll) yang berfokus atau pun berisi karakter dengan DID. Sehingga, banyak
orang yang belum mengetahui kondisi ini. Maka dari itu, artikel ini ingin memberi penjelasan
tentang apa itu DID itu sendiri, serta ciri-ciri dan pengalaman orang dengan kondisinya.
DID itu apa sih?
Dissociative Identity Disorder (sebelumnya dikenal juga sebagai Multiple Personality
Disorder) merupakan kelainan psikologis yang langka dimana seseorang memiliki dua atau
lebih kepribadian dalam dirinya (Belli et al., 2012, dikutip oleh King, 2016). Setiap
kepribadian dalam diri seorang dengan DID memiliki ingatan, perilaku, dan hubungan
sosialnya sendiri, dan hanya satu yang dapat mendominasi di waktu tertentu (King, 2016).
Penyebab DID yang dianggap utama adalah trauma dari kekerasan fisik atau kekerasan seksual
di masa kecil (Braun, 1990; Baldwin 1990; Coons 1986 ). Hasil studi dari Ross et al. (1989)
mendukung pernyataan ini, studi ini menganalisa 236 kasus Multiple Personality
Disorder menemukan bahwa 79,2% pasien MPD mengalami kekerasan fisik di masa kecilnya
dan 74,9% mengalami kekerasan fisik.
Bagaimana DID dapat terbentuk?
Asal-usul DPD awal terbentuk diperkirakan adalah ketika seorang anak mendisosiasikan
(memisahkan) diri sendiri dari suatu pengalaman yang traumatis dan membentuk kepribadian-
kepribadian baru untuk membentengi dirinya (King, 2016). Studi oleh Ross et al. (1989) yang
direferensi sebelumnya juga meneliti kepribadian seperti apa yang dibentuk oleh pasien DID,
salah satunya seperti kepribadian pelindung, yang dimiliki oleh 84% pasien. Kepribadian-
kepribadian lainnya yang umum dimiliki diantaranya kepribadian anak-anak (86%),
kepribadian dengan umur berbeda (84,5%), dan kepribadian penganiaya (84%). Teori tentang
proses disosiasi ini yang mendorong perubahan nama dari Multiple Personality
Disorder menjadi Dissociative Identity Disorder di tahun 1994 (Mitra et al., 2021). Spiegel
(2006, dikutip oleh King, 2016) percaya bahwa seseorang dapat memiliki berbagai aspek
identitas seperti perasaan dan niat yang bertentangan satu sama lain, hingga individu tersebut
memecahkan aspek-aspek tersebut menjadi kepribadian-kepribadian berbeda yang terpisah.
Ciri-ciri seseorang dengan DID
4
Artikel dari majalah Psychology Today menuliskan beberapa ciri yang memungkinkan orang
untuk didiagnosa dengan Dissociative Identity Disorder (Diambil dari Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorders (5th ed.) oleh APA). Ciri-cirinya, yaitu:
Individu memiliki dua atau lebih kepribadian yang jelas berbeda, pengalaman ketika
satu kepribadian mendominasi kepribadian lain di suatu ketika dapat digambarkan
seperti “kesurupan”.
Adanya gangguan dalam rasa identitas individu, seperti perubahan
rasa agency (kemampuan untuk membuat keputusan sendiri), perilaku, ingatan,
persepsi, kognisi, dan fungsi motorik.
Kurangnya ingatan tertentu tentang peristiwa, orang, dan tempat-tempat dalam sejarah
kehidupan individu yang melebihi dari sekedar lupa biasa.
Gejala-gejala yang muncul menimbulkan rasa ketidaknyamanan yang besar dan
menyebabkan hambatan dalam fungsi-fungsi penting tertentu.
Dissociative Identity Disorder sampai sekarang masih tergolong sebagai kelainan yang langka,
dengan hanya sebesar 1,5% dari populasi yang terdiagnosa (Mitra et al., 2021). Tetapi tetap
alangkah baiknya untuk meningkatkan pengetahuan tentang kelainan-kelainan psikologis dan
kesehatan mental, serta meningkatkan kesadaran orang lain tentangnya. Semoga artikel ini
informatif dan bermanfaat bagi pembelajaran anda, terima kasih dan sekian.
Referensi:
Baldwin, L. C. (1990). Child abuse as an antecedent of multiple personality disorder. The
American Journal of Occupational Therapy, 44(11), 978-
983. https://doi.org/10.5014/ajot.44.11.978
Belli, H., Ural, C., Vardar, M. K., Yesilyurt, S., Oncu, F. (2012). Dissociative symptoms and
dissociative disorder comorbidity in patients with obsessive-compulsive
disorder. Comprehensive Psychiatry, 53(7), 975–980.
Braun, B. G. (1990). Multiple personality disorder: An overview. The American Journal of
Occupational Therapy, 44(11), 971-976. https://doi.org/10.5014/ajot.44.11.971
Coons, P. M. (1986). Child abuse and multiple personality disorder: Review of the literature
and suggestions for treatment. Child Abuse & Neglect, 10(4), 455-
462. https://doi.org/10.1016/0145-2134(86)90049-9
King, L. A. (2016). The science of psychology: An appreciative view (4th ed.). McGraw-Hill
Education
Mitra, P., Jain, A. (2021). Dissociative Identity Disorder. StatPearls
Publishing. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK568768/
Ross, C. A., Norton, G. R., Wozney, K. (1989). Multiple personality disorder: an analysis of
236 cases. The Canadian Journal of Psychiatry, 34(5), 413-
418. https://doi.org/10.1177/070674378903400509
Spiegel, D. (2006). Editorial: Recognizing traumatic dissociation. American Journal of
Psychiatry, 163, 566–568.
(2021, September 21). Dissociative identity disorder (Multiple personality
disorder). Psychology Today https://www.psychologytoday.com/us/conditions/dissociative-
identity-disorder-multiple-personality-disorder
Penulis: Farall Gibran F.
5
Kepribadian ganda adalah kondisi ketika seseorang memiliki dua atau lebih
kepribadian yang berbeda. Kepribadian ganda disebut juga gangguan identitas
disosiatif. Kondisi ini umumnya disebabkan oleh pengalaman traumatis yang
terjadi berulang di masa kanak-kanak.
Kepribadian ganda atau dissociative identity disorder (DID) sering kali disamakan
dengan skizofrenia, padahal sebenarnya kedua kondisi ini berbeda. Skizofrenia dapat
menimbulkan gejala yang memengaruhi pemikiran, perilaku, dan perasaan penderitanya,
tetapi tidak memiliki banyak kepribadian seperti pada penderita DID
Selain faktor-faktor di atas, kepribadian ganda rentan terjadi pada orang yang keluarganya
memiliki riwayat kepribadian ganda.
6
Perlu diketahui bahwa kepribadian ganda tidak berkaitan dengan ritual budaya atau
keagamaan. Kepribadian ganda juga bukan termasuk fenomena kesurupan, seperti
anggapan sebagian orang pada budaya tertentu.
Kondisi ini juga tidak muncul karena pengaruh konsumsi alkohol dan obat-obatan, atau
kelainan medis secara fisik, seperti amnesia pada cedera kepala, demensia, aura pada
migrain, atau Alice in Wonderland syndrome.
Menderita amnesia
Penderita kepribadian ganda sering kali mengalami amnesia atau tidak ingat pada peristiwa
tertentu di masa kecil atau masa remajanya, terutama kejadian yang membuatnya trauma.
Penderita juga bisa lupa pada kejadian yang baru berlangsung, informasi penting yang
sangat mendasar, atau kemampuan yang ia miliki saat alter ego mengambil alih.
Sebagai contoh, penderita bisa lupa bagaimana cara menggunakan komputer meskipun
sebenarnya ia adalah seorang ahli komputer. Sebaliknya, penderita bisa saja mengerjakan
sesuatu yang biasanya tidak ia lakukan, misalnya melukis atau berbicara bahasa asing.
Gejala amnesia ini juga bisa terlihat ketika penderita tidak mengingat alasannya berada di
suatu tempat atau penyebab suatu benda berada di tempat tertentu. Selain itu, penderita
sering tidak mengingat sesuatu yang pernah diucapkan atau dilakukannya.
Selain yang telah dijelaskan sebelumnya, gejala lain dari kepribadian ganda yang umum
terjadi adalah:
Gangguan kecemasan
Depresi
Delusi
Linglung
Penyalahgunaan narkoba
Konsumsi minuman beralkohol
Hilang ingatan
Perilaku menyakiti diri sendiri
Percobaan bunuh diri
7
Pasien juga akan dianjurkan untuk melakukan tes darah dan pemindaian dengan foto
Rontgen, CT scan, atau MRI, untuk menyingkirkan kemungkinan gejala yang dialami pasien
disebabkan oleh efek samping obat atau penyakit lain.
8
Kognisi adalah proses mental yang terjadi mengenai sesuatu yang didapatkan dari kegiatan berpikir
tentang seseorang atau sesuatu.[1]
Proses yang dilakukan adalah memperoleh pengetahuan dan memanipulasi pengetahuan melalui
aktivitas mengingat, menganalisis, memahami, menilai, menalar, membayangkan dan berbahasa.
Kapasitas atau kemampuan kognisi biasa diartikan sebagai kecerdasan atau inteligensi. Bidang ilmu
yang mempelajari kognisi beragam, di antaranya adalah psikologi, filsafat, komunikasi, neurosains,
serta kecerdasan buatan.
Kepercayaan atau pengetahuan seseorang tentang sesuatu dipercaya dapat memengaruhi sikap
mereka dan pada akhirnya memengaruhi perilaku/ tindakan mereka terhadap sesuatu. mengubah
pengetahuan seseorang akan sesuatu dipercaya dapat mengubah perilaku mereka.
Kata kognisi yang sudah dikembangkan sejak abad ke-15 diartikan sebagai
"pemikiran dan kesadaran".[2] Istilah ini berasal dari kata benda Bahasa Latin,
yakni cognitio ('pemeriksaan,' 'belajar,' atau 'pengetahuan'). Adapun berasal dari kata kerja cognosco,
gabungan dari con ('dengan') dan gnōscō ('tahu'). Kata gnōscō ini serumpun dengan kata
kerja Yunani, gi(g)nόsko (γι(γ)νώσκω, yang berarti 'Saya tahu,' atau 'persepsi').[3]
BIPOLAR
Belum ada metode yang dapat mencegah gangguan bipolar. Namun, kekambuhan gejalanya
bisa dikurangi dengan melakukan beberapa hal berikut:
10