Anda di halaman 1dari 76

Fakta Sosial Perspektif Emile Durkheim

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar S.Pd


Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Program Studi Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial

Oleh:

MASTUROH
NIM.T20189056

PROGRAM STUDI TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDIQ JEMBER

JUNI 2022
Fakta Sosial Perspektif Emile Durkheim

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar S.Pd


Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Program Studi Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial

Oleh:

MASTUROH
NIM. T20189056

Di Setujui Pembimbing :

ABDURRAHMAN AHMAD, M.Pd


NUP.20160378

ii
Fakta Sosial Perspektif Emile Durkheim

SKRIPSI

Telah diuji dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan
Program Studi Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial
Hari: Senin
Tanggal: 06 Juni 2022

Tim Penguji :

Ketua Sidang Sekretaris

Musyarofah, M.Pd Depict Pristine Adi, M.Pd


NIP: 198208022011012004 NIP: 199211052019031006

Anggota :
1. Dr. H. Sukarno, M.Si ( )
2. Abdurrahman Ahmad, M.Pd ( )

Menyetujui
Dekat Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Prof. Dr. Hj. Mukni’ah, M.Pd.I


NIP. 196405111999032001

iii
MOTTO

“Apapun yang dilakukan oleh seseorang itu, hendaknya dapat bermanfaat bagi

dirinya sendiri, bermanfaat bagi bangsanya, dan bermanfaat bagi manusia di dunia

pada umumnya”. Ki Hadjar Dewantara. 1

1
Dewantara, Ki Hadjar Dewantara (Jogjakarta: Madjelis-Leluhur Taman Siswa),70.

iv
PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini penulis persembahkan kepada :

1. Ayah dan ibuku tercinta Raksono dan Fatima ku ucapkan terima kasih yang

tak terhingga yang tiada henti selalu mendoakan, menyemangati, mendukung

dan memotivasi dalam menuntut ilmu, serta kakak perempuan yang

menginspirasi dalam menggapai cita-cita.

2. Guru-guruku dari Taman Kanak-kanak hingga Perguruan Tinggi ini yang

selalu memberikan ilmu dan pengarahan.

3. Bapak dan Ibu Dosen Prodi Tadris IPS yang selalu memberikan ilmu yang

bermanfaat bagi saya.

4. Kepada teman-teman seperjuangan Tadris IPS angkatan 2018 yang selalu

memberikan dukungan serta semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Almamater Program Studi Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial UIN KHAS

Jember.

v
KATA PENGANTAR

Segenap puji syukur penulis sampaikan kepada Allah Swt karena atas

rahmat, taufiq dan karunia-Nya, perencanaan, pelaksanaan, dan penyelesaian

skripsi yang berjudul “Konsep Fakta Sosial Menurut Emile Durkheim Dan

Relevensinya Dengan Ilmu Pengetahuan Sosial” sebagai salah satu syarat

menyelesaikan program sarjana, dapat terselesaikan dengan lancar. Oleh karena

itu, penulis menyadari dan menyampaikan terima kasih yang sedalam dalamnya

kepada:

1. Prof. Dr. H. Babun Suharto, SE., MM. Selaku Rektor UIN KH. Achmad

Siddiq jember yang telah mendukung dan selalu membuat kampus kami

tercinta semakin maju.

2. Prof. Dr. Hj. Mukni’ah, M.Pd. I., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember.

3. Dr. Indah Wahyuni, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sains.

4. Musyarofah, M. Pd., selaku Koordinator Prodi Tadris Ilmu Pengetahuan

Sosial.

5. Abdurrahman Ahmad, M. Pd., selaku Dosen Pembimbing skripsi yang

telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta bersedia

memberikan arahan dan bimbingan selama proses pembuatan skripsi.

6. Dosen Prodi Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah menyalurkan

ilmunya dan do’a sehingga penulis sampai seperti ini.

vi
7. Dan kepada seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu,

yang telah memberikan bantuan motivasi dan dorongan dalam

menyelesaikan studi S-1 UIN KHAS Jember.

Semoga Allah Swt, selalu melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah,

serta kesehatan, karunia dan keberkahan di dunia akhirat atas budi baik

yang telah diberikan kepada penulis tiada balasan sebagai wujud rasa

terimakasih. Penulis hanya bisa berdo’a dengan ucapan semoga Allah Swt

membalas dengan yang lebih dari semuanya. Amiiin...

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasi kepada semua pihak

yang telah membantu dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi kita semua dan menjadi bahan referensi dalam dunia

akademisi.

Jember, 06 Juni 2022


Penulis,

Masturoh
T20189056

vii
ABSTRAK
Masturoh, 2022. Fakta sosial perspektif Emile Durkheim
Kata kunci : Fakta sosial, emile Durkheim

Fakta sosial menurut emile Durkheim merupakan seluruh cara bertindak,


baku maupun tidak, yang dapat berlaku pada diri individu sebagai sebuah paksaan
eksternal; atau bisa juga dikatakan bahwa fakta sosial adalah seluruh cara
bertindak yang umum dipakai suatu masyarakat, dan pada saat yang sama
keberadaannya terlepas dari manifestasi-manifestasi individual.
Sebagai titik fokus penelitian ini adalah: 1). Bagaimana pemikiran emile
Durkheim tentang fakta sosial?
Tujuan penelitian ini adalah: 1). Mendeskripsikan pemikiran Emile
Durkheim tentang fakta sosial. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode Library Research atau penelitian kepustakaan, pendekatan
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, data
dan sumber data yang digunakan yaitu sumber primer atau data pokok sebagai
bahan utama dalam penelitian dan data sekunder data pendukung dari data utama
yang diambil dari berbagai sumber, teknik keabsahan data peneliti menggunakan
teknik triagulasi sumber yakni dengan melakukan analisis dan memadukan teori
satu dengan teori lain sehingga didapatkan kesimpulan yang releven dengan
pokok permasalahan, pengolahan data yang digunakan dekriptif analitik yaitu
setalah data terkumpul, maka diklasifikasi sesuai dengan masalah yang dibahas
dan dianalisis isinya.
Kesimpulan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa: Emile Durkheim
memiliki kajian teori bermacam-macam diantaranya yakni, fakta sosial. Dalam hal
ini fakta sosial menurut Emile Durkheim itu ada dua tipe yakni 1) fakta sosial
material dan 2) fakta sosial non-material.

viii
DAFTAR ISI

COVER
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................... ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ................................................................ iii
MOTTO ......................................................................................................... iv
PERSEMBAHAN .......................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................... vii
ABSTRAK ..................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Fokus Kajian ................................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian........................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 6
E. Definisi Istilah .............................................................................. 7
F. Sistem Pembahasan ...................................................................... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................ 11
A. Kajian Pustaka ............................................................................... 11
B. Kajian Teori................................................................................... 15
1. Pengertian Fakta Sosial ...................................................... 15
2. Tipe-Tipe Fakta Sosial Menurut Emile Durkheim............. 16
3. Teori-Teori Emile Durkheim ............................................ 18
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 24
A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian ..................................................... 24
B. Data Dan Sumber Data ................................................................... 26
C. Intrumen Penelitian.......................................................................... 27
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 27
E. Teknik Keabsahan Data .................................................................. 28
F. Analisis data ................................................................................... 30

ix
BAB IV PEMBAHASAN .............................................................................. 32
A. Biografi Emile Durkheim ............................................................ 32
B. Fakta sosial perspektif Emile Durkheim...................................... 43
BAB V PENUTUP ......................................................................................... 58
A. Kesimpulan ................................................................................... 58
B. Saran .............................................................................................. 59
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 61
DAFTAR KEASLIAN TULISAN
LAMPIRAN

x
1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu elemen penting dalam kehidupan

manusia, unsur ini dirancang untuk membetuk manusia menemukan diri

dan sifat manusia. Melalui pendidikan diharapkan manusia mampu

mewujudkan potensinya sebagai makhluk berpikir, potensi yang dimaksud

adalah potensi mental, nafsiyah, aqliyah dan potensi fisik. Dengan potensi

ini, pendidikan dapat digunakan sebagai wadah untuk menggerakkan

proses menuju individu dan komunitas aktif yang mengekspresikan

hubungan interpersonal, ide dan kreativitas.1

berdasarkan pasal 1 undang-undang sistem pendidikan nasional

(sisdiknas) Nomer 20 tahun 2003: “Pendidikan adalah upaya sadar dan

terencana untuk menciptakan suasana belajar agar peserta didik dapat

secara aktif mengembangkan potensi dan jiwa religius, individualitas,

kecerdasan dan akhlak mulia serta keterampilan yang penting bagi

masyarakat, bangsa dan negara”. 2

Membahas mengenai pendidikan ilmu pengetahuan sosial, tidak

pernah lepas dari pembahasan sosial. Jika dilihat dari salah satu pendapat

tokoh yang membahas tentang pendidikan yaitu Karl Marx, dengan

alirannya yang disebut marxisme. Marxisme menyediakan pandangan

untuk melihat bagaimana fungsi pendidikan dalam masyarakat berkelas,

1
Umiarso, Pendidikan Pembebasan Dalam Pesrpektif Barat Dan Timur (Yogyakarta: Ar-Ruzz
media, 2011), 7.
2
Undang-undang No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

1
2

secara historis dan juga memiliki formulasi dan strategi pedidikan untuk

menjadikan perubahan menuju kehancuran, ketimpangan dan

ketidakadilan sistem kapitalisme. Tokoh lain yang membahas sosial

pendidikan ialah tokoh terkemukakan yang berasal dari Brasil, yaitu Paulo

Friere. Paulo Friere mengusulkan suatu sistem dan orientasi pendidikan

yang membebaskan dari budaya yang serba verbal, mekanistik, dan

dangkal. Budaya seperti ini, menurut Paulo Friere, tidak mungkin akan

mengantarkan manusia pada kehidupan yang lebih autentik dan lebih

manusiawi. Bahkan hanya akan mengantar manusia pada “ kepicikan”

yang menjadi manusia sebagai robot yang tidak kenal akan eksistensi

kemanusiaannya sendiri. 3

Dari sekian banyak tokoh sosial, Durkheim merupakan tokoh

sosial yang paling menarik perhatian untuk para penulis. Dengan teori

sosial yang merupakan gejala yang berada diluar dan memiliki kekuatan

memaksa individu untuk tunduk di bawahannya.4 Durkheim mempunyai

pandangan bahwa fakta sosial jauh lebih fundemental dibandingkan

dengan fakta individu. Tetapi individu sering disalah pahamkan ketika

pengaruh masyarakat yang begitu kuat terhadapnya dan dikesampingkan

atau tidak diperhatikan dengan teliti. Menurut durkheim adalah sia- sia

belaka apabila menganggap mampu memahami apa sebenarnya individu

itu hanya dengan mempertimbangkan faktor biologis, psikologis atau

kepentingan pribadinya. Seharusnya individu dijelaskan melalui


3
Aceng Fuad Hasim Ikbal, Fakta Sosial Emile Durkheim Dalam Membentuk Lingkungan Sosial,
Pendidikan Islam Indonesia (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah,), 2015.
4
Georga ritze, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berpradigma Ganda (Jakarta: Raja Grfindu 2011), 14.
3

masyarakat dan masyarakat dijelaskan dalam konteks sosialnya. 5 fakta

sosial merupkan setiap cara bertindak, baik yang ditentukan maupun tidak

memiliki kemampuan untuk menguasai individu dengan tekanan yang

berasal dari luar, atau setiap cara bertindak yang bersifat umum

masyarakat tertentu, namun pada saat yang sama (fakta sosial), mandiri

serta bebas dari individu. Atau kehidupan masyarakat dalam berbagai

bentuk kebudayaan serta adat istiadat, senantiasa memiliki aturan,

kewajiban, kebiasaan, keyakinan, nilai dan norma yang mengatur cara-cara

berperilaku dan berperasaan. Kebiasaan, cara-cara berperilaku, bertindak,

dan berfikir adalah suatu yang diwariskan melalui pendidikan dan

sosialisasi melalui lingkungan sosial dimana seseorang lahir.

Agama dan adat istiadat kebudayaan menjadi kenyataan yang

paling rill dari keberadaan realitas objektif kehidupan sosial. Fakta sosial

senantiasa berhubungan dengan tindakan, pikiran, perasaan-perasaan

individu, namun tidak dapat disamakan dengan fenomena psikis.6

Akan sangat menarik untuk jika mengkaji dan merefleksikan fakta

sosial perspektif emile durkheim di atas jika berkaitan dengan ilmu

pengetahuan sosial. Lingkungan pendidikan merupakan penyederhana

disiplin ilmu-ilmu sosial, ideologi negara yang disajikan secara ilmiah dan

psikologi untuk tujuan pendidikan pada tingkat dasar dan menengah.

Pengertian ini mengandung makna bahwa materi yang dikembangkan

dalam pembelajaran fakta sosial sangat luas, bukan hanya sebatas ilmu-
5
Kamiruddin. Fungsi Sosiologi Agama Studi Profan Dan Sakral Menurut Emile Durkhiem, Vol. 3,
No. 2 (Jurnal, Toleransi), 5.
6
Ardlin, Sosial Emile Durkheim (Bantul: Kreasi wacana, 2013), 57.
4

ilmu sosial saja akan tetapi membahas tentang ideologi negara dan

masalah-masalah sosial lain yang ada dalam kehidupan masyarakat,

berbangsa dan negara semua itu karena ingin mencapai tujuan bersosial. 7

Namun realita selama ini fakta sosial dengan ilmu pengetahuan

sosial ini saling berhubungan karena tujuan dari ilmu pengetahuan sosial

sendiri yaitu peserta didik mampu mengenal konsep-konsep yang

berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan, memiliki

kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri,

memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

Sedangkan fakta sosial menurut emile durkheim yakni pendidikan menjadi

aspek sangat penting karena dengan pendidikan dapat mencerminkan

masyarakat sekaligus dapat mengantisipasi terjadinya perubahan sosial

yang dampaknya dapat mengganggu keseimbangan masyarakat. Durkheim

percaya bahwa dengan metode dan isi pengajaran yang menanamkan nilai,

norma, kepercayaan kepada murid dapat menciptakan masyarakat yang

harmonis dan tertib. Tujuan jangka panjangnya adalah menciptakan

keteraturan sosial.8

Dengan demikian hubungannya fakta sosial dengan ilmu

pengetahuan sosial menurut emile durkheim itu saling berhubungan Fakta

sosial dinyatakan barang suatu (thik) yang berbeda dengan ide. Dimana

untuk memahaminya diperlukan penyusunan data rill diluar pemikiran

7
Georga ritze, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berpradigma Ganda, 74.
8
Ika Revita, Analisis Teori Fakta Sosial Emile Durkhiem Dalam Pendidikan Karakter Untuk
Membentuk Karakter Jujur Pada Siswa SMPIT Insal Kamil Karangayar (Universitas Sebelas
Maret Surakarta, 2016).
5

manusia. Arti penting pernyataan durkheim ini terletak pada usaha untuk

menerangkan bahwa fakta sosial tidak dapat dipelajari melalui introspeksi,

hal itu berarti kita mempelajari hal-hal dari luar pikiran-pikiran kita sendiri

melalui pengamatan dan eksperimentasi. Hasil pengamatan tersebut

dikatakan fakta-fakta sosial melalui cara apa saja yang mampu

mengangkat gejala sosial di masyarakat.

Dalam hal ini, sangat relevan dengan lingkungan pendidikan

bahwa, mengkaji seperangkat fakta, peristiwa konsep, dan generalisasi

yang berkaitan dengan perilaku manusia untuk membangun dirinya,

masyarakatnya, bangsanya, dan lingkungannya berdasarkan pada

pengalaman masa lalu yang dapat dimaknai untuk masa kini dan

diantisipasi untuk masa yang akan datang. Fakta sosial sebagai suatu

pelajaran yang diberikan di jenjang sekolah, mulai dari tingkat SD, SMP

dan SMA.

Peneliti tertarik memilih judul ini karena fakta sosial dengan ilmu

pengetahuan sosial saling berhubungan dengan itu masih banyak orang-

orang belum mengetahui terkait dengan hal ini, maka dari itu penelitian ini

sangat penting di lakukan karena selama ini belum mengetahui teori-teori

menurut emile durkhiem dalam pembelajaran ilmu pengetahuan sosial.

Berdasarkan diskripsi yang telah dipaparkan di atas penulis tertarik

untuk melakukan penelitian dengan judul “Fakta sosial perspektif Emile

Durkheim”
6

B. Fokus Penelitian

1. Bagaimana pemikiran Emile Durkheim tentang Fakta Sosial ?

C. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan pemikiran Emile Durkheim Tentang Fakta

Sosial.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu

pengetahuan di bidang pendidikan ilmu pengetahuan sosial

khususnya mengenai konsep fakta sosial menurut emile durkheim

dan relevensinya dengan ilmu pengetahuan sosial

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Prodi Tadris IPS

Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi atau acuan bagi

prodi tadris ilmu pengetahuan sosial mengenai konsep fakta

sosial menurut emile durkheim dan relevensinya dengan ilmu

pengetahuan sosial.

b. Bagi Kampus UIN KHAS Jember

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi

tambahan khususnya di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

mengenai konsep fakta sosial menurut emile durkheim dan

relevensinya dengan ilmu pengetahuan sosial.


7

c. Bagi Pembaca

Hasil penelitian ini dapat memacu para pembaca dan pihak

lain unuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai konsep

fakta sosial dan ilmu pengetahuan sosial yang berhubungan

dengan emile durkheim.

d. Bagi Penulis

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah khazanah

pengetahuan, wawasan keilmuan dan sistematika dalam judul

tersebut.

E. Definisi Istilah

Pengertian definisi istilah ini mengandung arti dari istilah penting

di dalam judul penelitian. Pengertian istilah dalam penelitian ini dijelaskan

sebagai berikut:

1) Fakta Sosial

Istilah fakta sosial pertama kali dikemukakan oleh emile

durkheim, seorang ahli sosiologi berkebangsaan perancis.9 Fakta

sosial merupakan gejala yang berada di luar individu dan memiliki

kekuatan untuk memaksa individu untuk tunduk dibawahannya. Dan

fakta sosial merupakan konsep durkheim yang bertujuan untuk

memisahkan sosiologi dari pengaruh filsafat dan untuk membantu

sosiologi mendapatkan lapangan penelitian.

9
Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi Klasik Dan Modern, Terjemahan Robert MZ. Lawang
(Jakarta: PT gramedia, 1981), 45.
8

2) Emile Durkheim

Durkheim, dilahirkan pada tanggal 15 April 1858 di kota

Epinal provinsi Lorraine dekat Strasbourg, daerah Timur Laut

Perancis.10 Ia merupakan seorang jenius dalam tokoh Sosiologi yang

memperbaiki metode berpikir Sosiologis yang tidak hanya

berdasarkan pemikiran-pemikiran logika Filosofis tetapi Sosiologi

akan menjadi suatu ilmu pengetahuan yang benar apabila mengangkat

gejala sosial sebagai fakta-fakta yang dapat diobservasi. Ia dilahirkan

dalam keluarga agamis, namun pada usia belasan tahun minat

terhadap agama lebih akademis daripada teologis. Ayahnya seorang

pendeta Yahudi, Durkheim kala itu sebagai seorang pemuda sangat

dipengaruhi oleh guru-guru sekolahnya yang beragama katolik roma,

walaupun ayahnya ialah seorang pendeta Yahudi. Mungkin pengaruh

inilah yang menambah keterikatannya terhadap masalah agama,

meskipun guru-gurunya sendiri tidak dapat menjadikannya sebagai

seorang penganut katolik yang beriman. Dan ia mempunyai banyak

pemikiran dan teori yang sehingga sangat diperhatinkan oleh kalangan

pelajar di perguruan tinggi khususnya.

F. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan berisi tentang deskripsi alur pemahasan

laporan mulai dari bab pendahuluan hingga bab penutup. Deskripsi tentang

sistematika pembahasan ini berbeda dengan daftar isi. Daftar isi diuraikan
10
Daniel L. Pals, Seven Theories of Religion (New York: Pxford University Press, 1996). Dalam
“Dekonstruksi Kebenaran: Kritik Tujuh Teori Agama”, Terj: Inyiak Ridwan Muzir dan M. Syukri,
(Yogyakarta: IRCiSoD, 2010), 91- 92.
9

dengann poin-poin yang berupa angka/ huruf (numbering) sementara

sistematika pembahasan diuraikan secara naratif (uraian dengan kata /lafal

yang membentuk kalimat). Sistematika ini hanya menjelaskan isi utama

kajian skripsi (batang tubuh), yaitu bab pertama sampai dengan bab

terakhir (yang biasanya sampai bab kelima).

Bab I : pendahuluan

Bab ini memuat komponen dasar penelitian yaitu latar belakang

masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi

operasional serta sistematika pembahasan. Fungsi bab I adalah untuk

memperoleh gambaran secara umum mengenai gambaran dalam laporan.

Bab II kajian kepustakaan

Dalam bab ini akan dipaparkan kajian kepustakaan terkait kajian

terdahulu secara literatur yang berhubungan dengan laporan. Penelitian

terdahulu yang mencantumkan penelitian sejenis yang telah dilakukan.

Dilanjutkan dengan teori yang memuat pandangan tentang fakta sosial

menurut emile durkheim dan relevensinya dengan ilmu pengetahuan

sosial. Fungsi bab ini sebagai landasan teori pada bab berikutnya untuk

menganalisis data yang diperoleh dari penelitian.

Bab III : Metode penelitian

Berisi tentang metode penelitian yang dalam bab ini membahas

pendekatan dan jenis penelitian, data dan sumber data, instrumen

penelitian, metode pengumpulan data, metode pengolahan data, analisis

data.
10

Bab IV: Hasil penelitian

Dalam bab ini akan dijelaskan analisis pemikiran emile durkheim

tentang fakta sosial dan relevensinya dengan ilmu pengetahuan sosial

Bab V : kesimpulan dan saran

bab ini merupakan bab terakhir yang memaparkan tentang

kesimpulan dari penelitian dan diakhiri dengan penutup. Bab ini berfungsi

untuk memperoleh suatu gambaran dari hasil penelitian berupa

kesimpulan. Penelitian akan dapat membantu memberikan saran-saran

konstruktif yang terkait dengan penelitian ini.


11

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu

Peneliti memasukan berbagai hasil peneliti terdahulu yang releven

dengan penelitian saat ini. Dengan melakukan langkah ini akan terlihat

sejauh mana orisinalitas dan posisi peneliti yaang telah dilakukan.

Penelitian terdahulu yang memiliki relevensinya dengan penelitian yaitu:

1. Penelitian ini dilakukan oleh Arifuddin, jurnal studi ilmu

pengetahuan sosial, fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan IAIN

Palu, dengan judul “Perspektif Teori Sosial Emile Durkheim

Dalam Sosiologi Pendidikan”. Penelitian menjelaskan hidup sosial

dilakukan bukan cuma dibidang masyarakat saja, melainkan

interaksi kemasyarakatan harus tumbuh dalam pendidikan, apalagi

di jenjang perguruan tinggi.

Penelitian ini menggunakan metode studi literatur (library

research), dengan pendekatan analisis kualitatif.

Hasil penelitian yang ditemukan adalah dimensi teori sosial

Durkheim, dengan paradigma fakta sosialnya tampak pada elemen

pembentuk kohesi sosial atau solidaritas sosial, pembagian kerja

dalam masyarakat, implikasi sosial baru yang melahirkan gejala

anomie, perkembangan masyarakat dan bunuh diri (scuidi), agama

dan moralitas, serta nilai-nilai kolektif. Emile Durkheim

merekomendasikan studi sosial, termasuk studi tentang pendidikan

dilakukan menurut standar-standar empirik dengan fokus perhatian

11
12

utama pada fakta sosial. Durkheim telah memberikan kontribusi

terhadap konstruksi sistem pendidikan dengan pendekatan

sosiologi yang berbasis pendekatan struktural fungsional dan teori

fakta sosial, solidaritas sosial, serta moral. Durkheim menekankan

bangunan pendidikan yang berbasis penguatan nilai-nilai kesadaran

kolektif, plus pemberian pengetahuan dan skill peserta didik dalam

rangka untuk survive dalam kehidupan

2. Penelitian ini dilakukan oleh Rijal Mahmud, Tesis Pascasarjana

UIN Yogyakarta, dengan judul “Sosial As Sacred Dalam

Perspektif Emile Durkhem”.

Hasil penelitian ini adalah Durkheim membedakan antara

dua tipe fakta-fakta sosial yaitu material dan nonmaterial.

Meskipun ia membicarakan keduanya di dalam rangkaian

karyanya, fokus utamanya adalah pada fakta-fakta non-material

(kebudayaan dan lembaga-lembaga sosial) dari pada fakta-fakta

sosial material (birokrasi, dan hukum).

3. Penelitian yang dilakukan oleh Aceng Fuad Hasim Ikbal, Tesis

prodi Manajemen Pendidikan Islam, Institut Perguruan Tinggi Ilmu

al-Qur‟an Jakarta 2018/2019 Dengan Judul “Moralitas

Kemanusiaan Berdasarkan Fakta Sosial Émile Durkheim Dan

Ayat-Ayat Sosial M. Quraish Shihab”.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif,

dengan pendekatan fenomenologi sosial dan menggunakan metode


13

deskriptif. Fenomenologi beranjak dari filsafat sebagaimana yang

dicetuskan oleh filsuf Jerman Edmund H. Husserl (1859-1938).

teknik analisis isi (content analysis), dalam bentuk deskriptif, yaitu

mencatat informasi yang faktual yang menggambarkan sesuatu apa

adanya juga menggambarkan secara rinci dan akurat mengenai hal-

hal yang berhubungan dengan segala bentuk yang diteliti.

Hasil penelitian ini adalah “Fakta sosial berbeda tidak

hanya dalam kualitas dari fakta-fakta psikis, mereka memiliki

lapisan yang berbeda, mereka tidak berkembang dalam lingkungan

yang sama atau tergantung pada kondisi yang sama . Ini tidak

berarti bahwa mereka tidak dalam arti psikis, karena mereka semua

terdiri dari cara berpikir dan bertindak. Untuk menjadikan

lingkungan sosial sebagai salah satu faktor penunjang yang harus

diperhatikan dalam proses penanaman pendidikan moral setelah

keluarga dan sekolah. Bahkan lingkungan keluarga dan sekolah

merupakan satu kesatuan dari interaksi sosial.


14

Tabel 2.1
Persamaan Dan Perbedaan Penelitian Terdahulu Dengan
Penelitian Yang Dilakukan

No Nama Penelitian, Persamaan Perbedaan


Dan Judul
Penelitian
1 Arifudin, a. Sama-sama Peneliti terdahulu
Perspektif Teori meneliti fokus kepada
Sosial Emile tentang fakta Perspektif Teori
Durkheim Dalam sosial menurut Sosial Emile
Sosiologi emile Durkheim Dalam
Pendidikan. durkheim. Sosiologi
b. Keduanya Pendidikan
menggunakan sedangkan peneliti
metode ini terfokus kepada
penelitian konsep fakta sosial
library menurut emile
research durkheim dan
relevensinya
dengan ilmu
pengetaahuan
sosial.
2 Rijal Mahmud, a. Sama-sama Penelitian
Sosial As Sacred meneliti terdahulu fokus
Dalam Perspektif tentang emile kepada Sosial As
Emile Durkhem. durkhem Sacred Dalam
Perspektif Emile
Durkhem
Sedangkan peneliti
ini terfokus kepada
fakta sosial
menurut emile
durkheim dan
relevensinya
dengan ilmu
pengetahuan sosial.
3 Aceng Fuad a. Sama-sama Peneliti terdahulu
Hasim Ikbal, 2019 meneliti fokus kepada
dan Moralitas tentang fakta Moralitas
Kemanusiaan sosial menurut Kemanusiaan
Berdasarkan Fakta emile Berdasarkan Fakta
Sosial Émile durkheim Sosial Émile
Durkheim Dan b. Keduanya Durkheim Dan
Ayat-Ayat Sosial menggunakan Ayat-Ayat Sosial
M. Quraish metode M. Quraish
15

Shihab” penelitian Shihab”


kualitatif
Sedangkan peneliti
ini terfokus kepada
konsep fakta sosial
menurut emile
durkheim dan
relevensinya
dengan ilmu
pengetahuan sosial.

B. Kajian Teori

1. Fakta Sosial

a. Pengertian Fakta Sosial

Fakta sosial merupakan gejala yang berbeda di luar individu

dan memiliki kekuatan memaksa individu untuk tunduk di

bawahnya. Fakta sosial merupakan satu konsep yang dibangun oleh

Durkheim dengan tujuan untuk memisahkan sosiologi dari pengaruh

filsafat dan untuk membantu sosiologi mendapatkan lapangan

penyelidikan. Durkheim mencoba menguji teori-teori yang

dihasilkan dari belakang meja atau yang berdasarkan hasil

penelitian empiris. Menurut Durkheim, riset empiris inilah yang

membedakan antara sosiologi sebagai cabang ilmu pengetahuan dari

filsafat. 11

Fakta sosial yang dikemukakan durkheim juga menjelaskan

bahwa dalam masyarakat terdapat adanya cara bertindak manusia

yang umumnya terdapat pada masyarakat tertentu yang sekaligus

11
George Ritzer, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Beparadigma Ganda (Jakarta: Raja Grafindo,
2011), 14.
16

memiliki eksistensi sendiri, dengan cara dan dunianya sendiri

terlepas dari manifestasi-manifestasi individu. Masyarakat secara

paling sederhana dipandang oleh durkheim sebagai kesatuan

integrasi dari fakta-fakta sosial.12 Kesatuan sosial yang saling

berhubungan dengan sifat-sifat mereka yang khas, sifat-sifat yang

merupakan fakta sosial yang unik bagi mereka.

Analisis durkheim terhadap gejala yang terjadi di dalam

masyarakat tidak hanya berhenti sampai disitu. Ia juga mencoba

untuk malihat agama sebagai fakta sosial yang dijelaskannya

dengan teorinya tentang solidaritas sosial dan integritas masyarakat.

Menurutnya, agama dan masyarakat adalah satu dan sama, agama

adalah cara masyarakat memperlihatkan dalam bentuk fakta sosial

non material.13 Durkheim menempatkan agama sebagai gejala yang

dapat meningkatkan integrasi dan solidaritas sosial. Persoalan

solidaritas sosial merupakan inti dari seluruh teori yang dibangun

durkheim.

b. Tipe-tipe Fakta Sosial Menurut Emile Durkheim

Durkheim membedakan dua tipe fakta sosial, yakni fakta

sosial material dan fakta sosial non material. Pertama, fakta sosial

materil, seperti gaya arsitektur, bentuk teknologi, serta hukum dan

perundang-undangan, mempunyai kecenderungan untuk lebih

mudah dipahami karena dapat diamati secara langsung. Fakta sosial

12
Wardi Bachtiar, Sosiologi Klasik (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), 89.
13
George Ritzer, Douglas j. Goodman, Teori Sosiologi Modern (Jakarta: Kencana, 2011), 23.
17

seperti arsitektur dan norma hukum adalah merupakan sesuatu yang

dibentuk material. Alasannya karena dapat disimak dan diobservasi.

Sedangkan fakta sosial lainnya seperti opini hanya dapat dinyatakan

sebagai sesuatu yang tidak dapat di raba. Adanya hanya dalam

kesadaran manusia.

Kedua fakta sosial nonmaterial, marupakan kekuatan

moral, seperti nilai dan norma. Meskipun fakta sosial ini bersifat

individual (internal) namun dalam interaksi-interaksi individu

(masyarakat) maka bentuk dan substansi fakta sosial nonmaterial ini

akan “mematuhi” dan tunduk pada interaksi tersebut. Bukan oleh

individu perindividu (pada titik inilah fakta sosial bersifat

eksternal). Durkheim memberikan perhatian yang besar terhadap

fakta sosial nonmaterial fakta sosial nonmaterial ini terdiri dari,

paling kurang, empat jenis yaitu moralitas, kesadaran, kolektif,

representasi kolektif dan arus sosial.

Moralitas sebagai fakta sosial tidak telepas dari masyarakat.

Pada kontek hidupnya, durkheim menilai bahwa masyarakat

terancam kehilangan ikatan moral. Hal ini untuk mencapai kepuasan

(setiap manusia ingin memilih lebih). Tanpa ikatan moral (moralitas

kolektif) maka individu-induvidu akan menjadi budak dari

kesenangan yang selalu minta lebih. Moralitas kolektif dapat

tercapai melalui fakta sosial nonmaterial lainnya, seperti kesadaran

kolektif yang merujuk pada struktur umum pengertian, norma dan


18

kepercayaan bersama, kesadaran kolektif ini bersifat terbuka dan

dinamis.

Representasi kolektif, dimengerti sebegai gagasan atau daya

sosial yang memaksa individu, seperti simbol agama, mitos, dan

legenda populer. Hal mana merupakan cara individu

merepresentasikan kepercayaan, norma, dan nilai kolektif. Arus

sosial yang berhubungan dengan luapan-luapan semangat, amarah,

dan rasa belas kasih yang terbentuk dalam kumpulan publik. Fakta

sosial material dan nonmaterial ini sebenarnya saling berkaitan.

c. Teori-teori Emile Durkheim

1) Teori Solidaritas (The Disivion Of Labour In Socicty)

Dalam buku ini menerangkan bahwa masyarakat modern

tidak diikat oleh kesamaan antara orang-orang yang melakukan

pekerjaan yang sama, akan tetapi pembagian kerjalah yang

mengikat masyarakat dengan memaksa mereka agar tergantung

satu sama lain. Solidartis menunjuk pada suatu keadaan

hubungan antara individu dan atau kelompok yang didasarkan

pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang

diperkuat oleh pengalaman emosional bersama.

a) Solidaritas Mekanis

Solidaritas mekanis dibentuk oleh hukum represif

karena anggota masyarakat jenis ini memiliki kesamaan

satu sama lain, dan karena meraka cendrung sangat


19

percaya pada moralitas bersama, apapun pelanggaran

terhadap sistem moral kolektif. Meskipun pelanggaran

terhadap sistem moral hanya pelanggran kecil namun

mungkin saja akan dihukum dengan hukuman yang

berat.

b) Solidaritas Organik

Masyarakat solidaritas organik dibentuk oleh

hukum resitutif dimana seorang yang melanggar harus

melakukan restitusi untuk kejahatan mereka, pelanggaran

dilihat sebagai serangan terhadap individu tertentu atau

sekmen tertentu dari masyarakat bukannya terhadap

sistem moral itu sendiri. Dalam hal ini, kurangnya moral

kebanyaka orang tidak melakukan reaksi secara

emosional terhadap pelanggran hukum. Durkheim

berpendapat masyarakat modern bentuk solidaritas

moralnya mengalami perubahan bukan hilang.

Dalam masyarakat ini, perkembangan

kemandirian yang diakibatan oleh perkembangan

pembagian kerja menimbulkan kesadaran-kesadaran

individual yang lebih mandiri, akan tetapi sekaligus

menjadi semakin tergantung satu sama lain, karena

masing-masing individu hanya merupakan satu bagian

saja dari suatu pembagian pekerjaan sosial.


20

2) Fakta Sosial (The Rule Of Sociological Method)

Fakta sosial ini menurut Emile Durkheim terdiri atas dua

macam yaitu :

a) Dalam bentuk meterial, yaitu barang sesuatu yang dapat

disimak, ditangkap, dan diobservasi.

b) Dalam bentuk non material, yaitu sesuatu yang

ditangkap nyata (ekstenal)

Penjelasan mengenai fakta sosial dapat dilakukan

melalui 2 cara yaitu :

a) Penjelasan sebab-akibat

Fakta sosial harus dijelaskan berdasarkan fakta-

fakta sosial yang mendahuluinya sehingga dapat

mengetahui sebab dari terbentuknya fakta sosial tersebut.

Setelah sebeb tersebut masih ada selanjutnya dapat

dijelaskan berdasarkan fungsi yang dimilikinya.

b) Penjelasan fungsional

Fungsi suatu fakta sosial harus selalu ditemukan

dalam hubungannya dengan suatu tujuan sosial lainnya.

Ini berarti bahwa harus diteliti apakah ada persamaan

antara fakta yang ditinjau dengan keperluan-keperluan

umum dari organisme sosial itu dan dimana letak

persesuaiannya.
21

Adapun Perbedaan fakta sosial menurut Emile Durkheim

dengan fakta individu, yakni sebagai berikut.

a) Fakta Sosial

Fakta sosial adalah perbuatan-perbuatan yang

ada diluar individu secara terpisah, umum, dan

memaksa karena fakta itu tidak dapat terlepas dari

individu-individu secara bersama-sama serta

memaksakan individu berbuat sesuai tidak menyatu

dengan individu-individu secara utuh tetapi juga tidak

lepas dari individu-individu tersebut. Inti dari fakta

sosial ini yaitu adanya tindakan yang dilakukan

disebabkan karena adanya pola dalam hubugan sosial

itu sendiri.

b) Fakta individu

Sedangkan fakta individu, sering disebut

sebagai fakta organis atau psikis. Fakta organis ini

merupakan tindakan yang dilakukan dengan didasari

kesadaran individu itu sendiri. Sehingga tidak ada

bentuk intervensi dari luar yang memaksa seseorang

untuk melakukan tindakan tersebut karena tidak

memerlukan sebuah pola dalam sistem sosial.

Menurut emile durkheim, fakta sosial tidak

dapat diredukasi menjadi fakta individu, karena ia


22

memiliki eksistensi yang independen ditengah-tengah

masyarakat. Fakta sosial sesungguhnya suatu kumpulan

dari fakta-fakta individu akan tetapi kemudian

diungkapkan dalam suatu realitas yang riil. Memang

tidak dapat dipungkiri bahwa fakta sosial dihasilkan

oleh pengaruh dari fakta psikis (sui generis).

3) Teori Bunuh Diri (Suicide)

Durkheim memilih studi bunuh diri karena persoalan ini

relative merupakan fenomena konkrit dan spesifik, di mana

tersedia data yang bagus cara komparatif. Akan tetapi, alasan

utama durkheim untuk melakukan studi bunuh diri ini adalah

untuk menunjukkan kekuatan disiplin sosiologi. Dia melakukan

penelitian tentang angka bunuh diri di beberapa negara di eropa.

Durkheim memusatkan perhatian pada 3 macam kesatuan

sosial yang pokok dalam masyarakat:

a) Bunuh diri dalam kesatuan agama

Dari data yang dikumpulan durkheim

menunjukkan bahwa angka bunuh diri lebih besar di

negara-negara protestan dibandingkan dengan penganut

agama katolik dan lainnya. Penyebab terletak di dalam

perbedaan kebebasan yang diberikan oleh masing-masing

agama tersebut kepada para penganutnya.


23

b) Bunuh diri dalam kesatuan keluarga

Dari penelitian durkheim disimpulkan bahwa

semakin kecil jumlah anggota dari suatu keluarga, maka

akan semakin kecil pula keinginan untuk hidup, kesatuan

sosial diantara angkota-angkota kesatuan politik.

c) Bunuh diri dalam kesatuan politik

Dari data yang dikumpulkan durkheim

menyimpulkan bahwa didalam situasi perang, golongan

militer lebih terintegrasi dengan baik, dibandingkan dalam

keadaan damai. Sebaliknya dengan masyarakat sipil. 14

14
George Ritzer, Douglas j. Goodman, Teori Sosiologi Modern, 55.
24

BAB III
METODE PENELITIAN

Metode penelitian pada dasarnya adalah cara ilmiah untuk

memperoleh data untuk tujuan dan kegunaan tertentu15 salah satu

komponen penting dalam penelitian adalah mengenal metode. Dengan

menggunakan metode yang tepat. Maka penelitian bisa dilakukan dengan

mudah dan lebih terarah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

Metode penelitian ilmiah adalah cara logis, sistematis, dan objektif

untuk menemukan kebenaran ilmiah. Berbagai cara berpikir digunakan

dalam penelitian ilmiah, yaitu berpikir deduktif, berpikir induktif hingga

berpikir reflektif, sebagai sintesis berpikir deduktif dan induktif. Ketiga

cara berpikir ini merupakan upaya manusia untuk mencari kebenaran

ilmiah.16

Adapun metode penelitian yang akan digunakan peneliti adalah

library Research atau peneliti kepustakaan yang akan dijabarkan sebagai

berikut:

A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian

Pendekatan penelitian ini adalah cara tersturktur, terencana dan

prosedur untuk melakukan penelitian ilmiah dengan menggabungkan

semua potensi dan sumber daya yang telah disiapkan. Pendekatan

penelitian ditentukan oleh paradigma peneliti, yaitu cara memandang

metode penelitian yang dipilih oleh peneliti. Pendekatan peneliti akan

15
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R& D (Bandung: Alfabeta, 2016), 2.
16
Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif ( Jakarta: Reverensi, 2013), 19.

24
25

membantu seorang yang dipilih oleh peneliti. Pendekatan penelitian akan

membantu seorang peneliti dalam melaksanakan penelitian dari awal

hingga akhir. 17

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

kualitatif. Artinya dalam peneliti ini prosedur penelitian menekankan pada

makna, penalaran, definisi situasi tertentu, dan menekankan pada hal-hal

praktis yang berkaitkan dengan kehidupan sehari-hari.18 Tujuan utama dari

pendekatan ini adalah mengembangkan pemahaman, konsep, menjadi

teori. Dengan begitu, desain lebih bersifat umum, dan berubah sesuai

dengan situasi dilapangan.19

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah library

Research atau studi pustaka. Library Research adalah jenis penelitian yang

teknik pengumpulan data dilakukan di lapangan (perpustakaan)

berdasarkan pembacaan ulang beberapa literatur yang mempunyai

informasi dan relevensi dengan topik penelitian. Data yang diteliti sebagai

objek penelitian adalah manuskrip atau majalah yang bersumber dari

perpustakaan. Prosedur peneliti akan menghasilkan data deskriptif berupa

data tertulis setelah dilakukan analisis konkrit terhadap suatu teks.20

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendekatan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif,

yaitu penelitian yang lebih menitik beratkan pada makna realitas yang

17
Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif, 48.
18
Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif (Yogyakarta:Graha Ilmu,
2006), 257.
19
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R& D, 259.
20
Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2004), 3.
26

diteliti, dengan menyajikan secara deskriptif, tanpa menggunakan angka.

Sedangkan jenis penelitiannya adalah library Research, yaitu jenis

penelitian yang menjadikan buku, majalah, manuskrip atau sumber tertulis

lainnya. Sebagai data untuk penelitian dan analisis selanjutnya secara lebih

kritis dan rinci.

B. Data Dan Sumber Data

Sumber data merupakan subjek dari mana data didapatkan.21

Sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data yang

bersumber dari kepustakaan yang berhubungan dengan objek

permasalahan yang akan diteliti. Sumber data perlu dibedakan yaitu antara

sumber data primer dan sumber data sekunder. Adapun sumber data

primer yaitu:

1. Sumber primer ialah data pokok yang digunakan sebagai bahan utama

dalam kajian penelitian ini, yaitu berupa data-data yang berhubungan

langsung. Sumber primer yang akan digunakan dalam penelitian ini

yaitu :

a. Le suicde: tude de sociologie (penejermah Jonh A. Spaulding

Dan George Simpson) karya Emile Durkheim.

b. The elementary forms of the religious life, karya Emile

Durkheim

c. The rules of sociological method by Emile Durkheim

21
V. Wirata Sujarweti, Metodologi Penelitian Lengkap, Praktis Dan Mudah Dipahami
(Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2014), 73.
27

2. Sumber sekunder ialah sumber data yang tidak bisa memberikan

informasi langsung kepada pengumpul data.22 Dengan kata lain, data

sekunder adalah data pendukung dari data utama atau data primer.

Data sekunder dari peneliti ini diambil dari berbagai sumber seperti

buku, artiker, dll.

C. Intrumen Penelitian

Insterumen adalah alat untuk mengukur suatu benda atau

mengumpulkan data tentang suatu variabel dalam bidang penelitian

insterumen diartikan sebagai alat untuk mengumpulkan data tentang

variabel penelitian.23

Dalam penelitian ini insterumen atau alat penelitian adalah peneliti

itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai insterumen juga harus

“divalidasi” sampai sejauh mana peneliti kualitatif siap untuk melakukan

penelitian.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah langkah yang strategis dalam

penelitian, karena tujuan dari sebuah peneliti adalah mendapatkan data.

Untuk mendapatkan data yang akurat guna mendukung peneliti ini, maka

penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan metode

dokumentasi.24 Berdasarkan jenis penelitian yang digunakan yaitu library

Research (kepustakaan), maka pengumpulan data menggunakan metode

dokumentasi.
22
Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: ar-Ruzz Media,2012), 221.
23
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods) (Bandung: Alfabeta, 2016), 306.
24
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D (Bandung: Alfabeta, 2018), 224.
28

Metode dokumentasi adalah mencari dan mempelajari data dalam

bentuk tulisan, gambar, atau karya seseorang. Dokumentasi bisa berupa

catatan harian, sejarah kehidupan, biografi, gambar hidup, atau sejenis

karya seni. Metode ini digunakan untuk mendapatkan data-data yang

dibutuhkan dalam menjawab pokok permasalahan.25

E. Teknik Keabsahan Data

Keabsahan data dapat dilakukan dengan teknik triangulasi.

Triangulasi merupakan teknik pengumpulan data yang bersifat

menggabungkan data dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber

data yang telah ada. Triangulasi dibagi menjadi beberapa bagian, 26

diantaranya:

1) Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber menguji kredibilitas data yang

dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui

beberapa sumber. Sebagai contoh, untuk menguji kredibilitas data

tentang gaya kepemimpinan seseorang, maka pengumpulan dan

pengujian data yang diperoleh dilakukan oleh bawahan, atasan dan

teman kerja yang merupakan kelompok kerja sama. Dari ketiga

sumber ini tidak dapat dirata-ratakan seperti dalam penelitian

kuantitatif, tetapi dideskripsikan, dikategorikan, mana pendangan

yang sama, yang berbeda, dan mana yang spesifik dari tiga sumber

tersebut. Data yang telah dianalisis akan menghasilkan suatu

25
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, 204.
26
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, 241.
29

kesimpulan yang selanjutnya dimintai kesepakatan dari tiga sumber

data tersebut.

2) Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik untuk menguji krebilitas data dilakukan

dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama, dengan

teknik yang berbeda. Misalnya, data diperoleh dari wawancara, lalu

dicek dengan cara observasi, atau dokumentasi. Apabila dengan

tiga teknik pengujian krebilitas data tersebut, dapat menghasilkan

data yang berbeda, maka peneliti melakukan diskusi yang lebih

lanjut dengan sumber data yang bersangkutan, untuk memastikan

data mana yang dianggap benar.

3) Triangulasi Waktu

Triangulasi waktu sering mempengaruhi krebilitas data.

Data yang dikumpulkan melalui teknik wawancara di pagi hari

pada saat narasumber masih segar dan belum banyak masalah, guna

mendaptkan hasil yang lebih akurat. Apabila data yang dihasilkan

berbeda, maka harus dilakukan kembali secara berulang sampai

ditemukan kepastian datanya.27

Pada penelitian ini, penulis menggunkan teknik triangulasi

sumber yakni dengan malakukan analisis dan memadukan teori

satu dengan teori yang lain sehingga didapatkan kesimpulan yang

releven dengan pokok permasalahan.

27
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, 274.
30

4) Analisis Data

Analisis data merupakan proses penting dalam

menyelesaikan kegiatan penelitian ilmiah, yaitu mencari dan

menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari buku,

wawancara, jurnal, data internet maupun manuskip-manuskip

lainnya sehingga dapat mudah dipahami dan temuan dapat

diinformasikan kepada pembaca.28

Dalam penelitian ini, metode pengolahan data yang

dipakai adalah metode dekriptif- analitik, yaitu setelah data

terkumpul, maka diklasifikasikan sesuai dengan masalah yang

dibahas dan dianalisis isinya (content analysis), dibandingkan

antara data yang satu dengan yang lainnya, kemudian di

interpretasikan dan akhirnya diberikan kesimpulan.29

Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam metode

analisis ini, yaitu:

1. Deskripsi, yaitu menguraikan secara teratur seluruh

konsepsi tokoh.30

2. Dalam hal ini konsep pemikiran emile durkheim mengenai

konsep fakta sosial.

3. Langkah interpretasi yaitu pendapat atau pandangan teoritis

terhadap sesuatu dalam hal ini yakni pemikiran emile

28
Sugiyono, Metode Penelitian: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D (Bandung:
Alfabeta,2008), 334.
29
Sumardi Suryabrata, Metode Penelitian (Jakarta: Rajawali Press,1992), 87.
30
Winomo Surakhmad, Metodelogi Penelitian Ilmiah (Bandung: Tarsito,1994), 139.
31

durkheim terkait fakta sosial dan relevensinya dengan

pendidikan ilmu pengetahuan sosial. Merupakan langkah

yang dilakukan oleh peneliti uintuk mencoba menyelami

pemikiran emile durkheim terkait fakta sosial. Sehingga

dapat dicapai pemahaman yang benar tentang konsep fakta

sosial tersebut. Selanjutnya peneliti akan mencoba

menafsirkan pemikiran tersebut dan menarik fakta sosial

menurut emile durkheim kedalam perspektif pendidikan

ilmu pengetahuan sosial.

4. Penarikan kesimpulan

Setelah seluruh data disimpulkan, maka tahap

berikutnya yaitu penarikan kesimpulan serta dianalisis.

Penarikan kesimpulan dibuat dengan menggunakan pola

pikir sebagai berikut:

Induktif, yaitu berfikir kesimpulan yang berangkat

dari hal-hal yang bersifat khusus, kemudian ditarik

kesimpulan yang bersifat umum, sebagai abstraksi. 31

31
Noeng Muhajir, Metodelogi Penelitian Kualitatif Edisi IV (Yogyakarta: Rake sarasin, 2000), 95.
32

BAB IV
PEMBAHASAN

A. Biografi Emile Durkheim

1. Latar Belakang Emile Durkheim

Emile durkheim memiliki nama lengkap David Emile

durkheim, lahir tanggal 15 april 1858 di kota epinal ibu kota bagian

vosges, Lorraine, Prancis bagian timur durkheim meninggal 15

november 1917M. Bersama dengan Max Weber, durkheim diakui di

sebut sebagai bapak fase teori sosiologi modern yang paling utama. Ia

mendirikan fakultas sosiologi pertama di sebuah universitas eropa

pada 1895, dan menerbitkan salah satu jurnal pertama yang diabdikan

kepada ilmu sosial, L’Annee Sociologique pada 1896.32

Ibu emile adalah wanita sederhana, ahli sulam-menyulam.

Sesungguhnya durkheim diharapkan menjadi seorang rabbi, menuruti

jejak ayahnya, namun pada kehidupan selanjutnya ia beralih perhatian

pada pendidikan, filsafat dan sosiologi. Hidup durkheim sendiri sama

sekali sekular. Malah kebanyakan dari karyanya dimaksudnya untuk

membuktikan bahwa fenomena keagamaan berasal dari faktor-faktor

sosial dan bukan ilahi.

Durkheim adalah mahasiswa yang cepat matang. Ia masuk ke

Ecole Normale Superieure (ENS) pada 1879. Angkatannya adalah

salah satu yang paling cemerlang pada abad-19 dan banyak teman

32
Talcott Parsons “Emile Durkheim” Dalam D.I Sills, e d International Encyclopedia of the sosial
seince (New York: Maemillah Publisihing Co, Inc, and the fress, 1978), 311.

32
33

sekelasnya, seperti jean jaures dan henri Bergson kemudian menjadi

tokoh besar dalam kehidupan intelektual Prancis. Di ENS Durkheim

belajar dibawah fustel de Coulanges, seorang pakar ilmu klasik, yang

berpandangan ilmuah sosial. Pada saat yang sama, ia membaca karya-

karya Auguste Comte dan Herbert Spencer.

Jadi, Durkheim tertarik dengan pendekatan ilmiah terhadap

masyarakat sejak awal karirnya. Ini adalah konflik pertama dari

banyak konflik lainnya dengan sistem akademik prancis, yang tidak

mempunyai kurikulum ilmu sosial pada saat itu. Durkheim marasa

ilmu-ilmu kemanusiaan tidak menarik. Ia lulus dengan peringkat

kedua terakhir dalam angkatannya ketika ia menumpuh ujian

agregation syarat untuk posisi mengajar dalam pengajaran umum

dalam ilmu filsafat pada 1882.

Minat durkheim dalam fenomena sosial juga didorong oleh

faktor politik. Kekalahan prancis dalam perang prancis-prusia telah

memberikan pukulan terhadap pemerintahan repuplikan yang sekular.

Banyak orang menggap pedekatan katolik, dan sangat nasionalistik

sebagai jalan satu-satunya untuk menghidupkan kembali kekuasaan

prancis yang memudar didaratan eropa. Durkheim, seorang Yahudi

dan sosiologi, berada dalam posisi minoritas secara politik, suatu

situasi yang membakarnya secara politik. Peristiwa Dreyfus pada

1894 hanya memperkuat sikapnya sebagai seorang aktivis.


34

Seseorang yang berpandangan seperti Durkheim tidak

mungkin memperoleh pengangkatan akademik yang penting di Paris,

dan karena itu setalah belajar sosiologi selama setahun di jerman, ia

pergi ke Bordeaux pada 1887, yang saat itu baru saja membuka pusat

pendidikan guru yang pertama diprancis. Disana ia mengajar pedagogi

dan ilmu-ilmu sosial. Dari posisi ini Durkheim memperbarui sistem

sekolah prancis dan memperkenalkan studi ilmu-ilmu sosial dalam

kurikulumnya. Kembali, kecenderungannya untuk mereduksi

moralitas dan agama ke dalam fakta sosial semata-mata membuat ia

banyak kritik.

Pada tahun 1890-an adalah masa kreatif Durkheim. Pada

1893 ia menerbitkan “pembagian kerja masyarakat”, pernyataan dasar

tentang hakikat masyarakat manusia dan perkembangannya. Pada

1895 ia menerbitkan “aturan-aturan metode sosiologis” sebuah

manifesto yang menyatakan apakah sosiologi itu dan bagaimana ia

harus dioperasionalisasikan. Dan akhirnya pada tahun 1897, ia

menerbitkan “bunuh diri”, sebuah studi kasus yang memberikan

contoh bagaimana bentuk sebuah monograf sosiologi.

Pada tahun 1907 Durkheim akhirnya mencapai tujuannya

untuk memperoleh kedudukan terhormat di paris ketika ia menjadi

profesor di Sorbonne. Karena universitas-universitas prancis secara

teknis adalah lembaga-lembaga untuk mendidik guru-guru untuk

sekolah menengah, posisi ini memberikan Durkheim pengaruh yang


35

cukup besar. Apapun pendapat orang, pada masa setelah peristiwa

Dreyfus, untuk mendapatkan pengangkatan politik, Durkheim

memperkuat kekuasaan kelembagaannya pada 1912 ketika ia secara

permanen diberikan kursi dan mengubah namanya menjadi kursi

pendidikan dan sosiologi. Pada saat itupun ia menerbitkan karya

besarnya yang terakhir “Bentuk-bentuk Elementer dari kehidupan

keagamaan”.

Perang dunia satu mengakibatkan pengaruh yang tragis

terhadap kehidupan Durkheim. Pandangan kiri durkheim selalu

patriotik dan bukan internasionalis mengusahakan bentuk kehidupan

prancis yang sekular, rasional. Sementara itu Durkheim giat

mendukung negerinya dalam perang, rasa enggannya untuk tunduk

kepada semangat nasionalis yang sederhana membuat ia sasaran yang

wajar dari golongan kanan prancis yang kini berkembang. Yang lebih

parah lagi, generasi mahasiswa yang telah didik Durkheim, dan

banyak dari mereka yang tewas ketika prancis bertahan mati-matian.

Akhirnya Rene, anak laki-laki Durkheim sendiri tewas dalam perang

sebuah pukulan mental yang tidak pernah teratasi oleh durkheim.

Selain sangat terpukul emosinya, Durkheim juga terlalu lelah bekerja,


33
sehingga akhirnya ia terkena serangan lumpuh dan meninggal 1917.

33
Choirul Mahfud , 39 tokoh sosiologi politik dunia (Surabaya: Jaringan pena, 2009), 352-355.
36

Tabel 4.1
Kronologi Hidup Emile Durkheim

15 April 1858 Durkheim lahir dengan nama lengkap David


Émile Durkheim di Epinal, ibu kota Departemen
Vosges di Lorraine Prancis
1875 Durkheim mendapatkan baccalauréat pertamanya
dalam bidang sastra dari Collège (SMP) d‟Epinal
1876 Durkheim mendapatkan baccalauréat keduanya
dalam bidang sains the Collège (SMP) d‟Epinal
Oktober 1876-Juli Durkheim sekolah di Lycée (SMA) Louis-le
1879 Grand
1877 Durkheim gagal dalam ujian masuk di École
Normale Supérieure (ENS) Paris
Oktober 1879-Juli Durkheim menjadi mahasiswa École Normale
1882 Supérieure (ENS) Paris dan berhasil mendapatkan
agregasi filsafat
Oktober 1882- Durkheim menjadi guru SMA di kota sens
Oktober 1884
Oktober 1884- Durkheim menjadi guru di SMA Saint Quentin
Oktober 1885
Oktober 1885- Durkheim meninggal paris
Januari 1886
Semester 1 1886 Durkheim pergi ke jerman
1886 Durkheim meninggalkan Jerman dan menerbitkan
tulisannya berjudul "Les Études de Science
Sosiale" dalam jurnal the Revue Philosophique
Oktober 1886-Juli Durkheim menjadi guru di SMA kota de Troyes
1887
Awal Juli 1887 Durkheim menikah. Durkheim juga menjadi
Penanggung Jawab kuliah Ilmu Sosial dan
Pendidikan di Fakultas Sastra Universitas
Bordeaux. Durkheim memberikan kuliah
perdananya di Bordeaux dan kemudian diterbitkan
dalam sebuah publikasi berjudul “Cours de
Science Sosiale: Leçon d‟Ouverture”. Kuliah
perdananya ini dalam mata kuliah “La Solidarité
Sosiale” di Bordeaux
Maret 1883 Durkheim melaksanakan sidang disertasi
doktoralnya yang berjudul De la Division du
Travail Sosial. Ketika itu Durkheim berusia 34
tahun
1893 Durkheim menerbitkan bukunya De la Division du
Travail Sosial.
1894 Jurnal The Revue Philosophique mulai membuka
rubrik baru “Sosiologi” yang rutin diisi oleh
37

tulisan-tulisan Durkheim dan para pengikutnya •


Durkheim menulis “Les Règles de la Méthode
Sociologique” dalam jurnal ilmiah Revue
Philosophique
1895 Durkheim menerbitkan bukunya Les Règles de la
Méthode Sociologique
1896 Durkheim menjadi Kepala Ilmu Sosial di
universitasnya dan diangkat menjadi profesor
pertama di Prancis dalam bidang ilmu sosial
1897 Durkheim menerbitkan bukunya berjudul Le
Suicide: Étude de Sociologie
1898 20 Februari: Durkheim aktif dalam Yayasan
Liga Perdamaian Hukum dan HAM dan
menjadi sekretarisnya di Cabang Bordeaux.
Durkheim mendirikan jurnal sosiologi l‟Année
Sociologique, dengan topik pertama tentang
“La Prohibition de l‟inceste et ses
origines”.Durkheim mempublikasikan
tulisannya berjudul “Représentations
Individuelles et Représentations Collectives”.
Durkheim mempublikasikan tulisannya
berjudul “L‟Individualism et les Intellectuels
1899 Durkheim menulis publikasinya berjudul "De la
Définition des Phénomènes Religieux" dalam
jurnal sosiologi L‟Année Sociologique
1900 Durkheim menjadi pembicara utama dalam
Congress International de l‟Éducation Sosiale
dalam forum the Paris World Fair (Exposition
Universelle). • Durkheim mempublikasikan
tulisannya berjudul “La Sociologie en France au
XIXe Siècle”.
1901 Durkheim menerbitkan edisi kedua dari bukunya
berjudul Les Règles de la Méthode Sociologique.
Oktober 1902 Durkheim diangkat menjadi Penanggung Jawab
mata kuliah Ilmu Pendidikan dalam jurusan Ilmu
Pendidikan di Universitas Sorbonne dan sekaligus
menggantikan Ferdinand Buisson • Durkheim
memberikan kuliah perdananya di Sorbonne
dalam mata kuliah „‟ l‟Éducation Morale”. Catatan
kuliah perdananya ini kemudian diterbitkan dalam
tulisan berjudul “Pédagogie et Sociologie”. •
Durkheim menerbitkan tulisannya berjudul “Sur le
Totémisme”. • Durkheim menerbitkan edisi kedua
bukunya berjudul De la Division du Travail Sosial
1903 Durkheim bersama Marcel Mauss menerbitkan
tulisan berjudul "De Quelques Formes Primitives
38

de Classification: Contribution à l'Étude des


Représentations Collectives".
1905 Durkheim menerbitkan tulisan berjudul "Sur
l'Organisation Matrimoniale des Société
Australiennes
1906 Durkheim menjadi profesor di University of
Sorbonne • Durkheim mempublikasikan tulisan
berjudul "La Détermination du Fait Moral".
1912 Durkheim menerbitkan buku berjudul Les Formes
Élémentaires de la Vie Religieuse.
1913 Jurusan Ilmu Pendidikan berubah menjadi Ilmu
Pendidikan dan Sosiologi
1915 Anaknya Durkheim bernama André Durkheim
dikirim ke Bulgaria dalam perang dunia •
Durkheim bersama E. Denis mempublikasikan
tulisan berjudul Qui a Voulu la Guerre? Les
Origines de la Guerre d‟après les Documents
Diplomatiques dan L‟Allemagne au-dessus de
tout: La Mentalite Allemande et la Guerre.
1916 Januari 1916 André Durkheim meninggal • April
1916, Durkheim sangat sedih dan kehilangan
kepergian putranya • Durkheim mempulikasikan
bukunya berjudul Lettres à tous les Français (the
1st, 5th, 10th and 11th
15 November Durkheim terkena serangan stroke setelah menjadi
1917 pembicara di sebuah pertemuan. Durkheim
meninggal dunia pada usia 59 tahun

2. Karya-karya Emile Durkheim

Durkheim merupakan seorang tokoh Perancis yang sangat

berpengaruh pada masanya, terutama dalam masalah sosial.

Pemikirannya menjadi salah satu rujukan dalam pembahasan

sosiologi. Oleh karna itu, karyanya banyak diterjemahkan kedalam

berbagai bahasa sebagai rujukan dalam memahami sosiologi. Di

bawah ini karya Emile Durkheim:


39

a. Durkheim, the Division of Lobor in Society, (1893)

karya monumental dari Durkheim dan merupakan

karya sosiologi klasik yang pertama. Di dalamnya Durkheim

memanfaatkan ilmu sosiologi untuk meniliti sesuatu yang

disebut sebagai krisis moralitas. Selama hidupnya,

Durkkheim merasa adanya krisis moralitas di Perancis akibat

adanya revolusi Perancis. Revolusi Perancis telah mendorong

orang untuk terpusat pada hak-hak individual, yang

merupakan reaksi kontra terhadap dominasi gereja. Durkheim

melihat bahwa krisis moralitas (individualisme) berakibat

pada pembagian kerja yang memaksa individu-individu

tertuntut secara ekonomis dan mengancam moralitas sosial,

oleh sebab itulah dibutuhkan moralitas sosial yang baru. 34

Pada titik ini, Durkheim memandang bahwa pembagian kerja

tersebut dapat berfungsi positif karena pada akhirnya akan

membuahkan solidaritas antara dua orang atau lebih. Dalam

karya ini Durkheim menggunakan ide patologis untuk

mengkritik bentuk “abnormal” yang ada dalam pembagian

kerja masyarakat modern. Pembagian kerja tersebut adalah :

1) Pembagian kerja anomik, yaitu tidak adanya

regulasi dalam masyarakat yang menghargai

individualitas yang terisolasi dan tidak mau

34
http://perilakuorganisasi.com/david-emile-durkheim.html, diakses judul “Paradigma Teori
Organisasi”, September 2011.
40

memberi tahukan masyarakat tentang apa yang

harus mereka kerjakan.

2) Pembagian kerja yang dipaksakan, yaitu aturan

yang dapat menimbulkan konflik dan isolasi serta

yang akan meningkatkan anomi. Hal ini menunjuk

pada norma yang ketinggalan zaman dan harpan-

harapan individu, kelompok, dan kelas masuk ke

dalam posisi yang tidak sesuai bagi mereka.

3) Pembagian kerja yang terkoordinasi dengan buruk,

disini Durkheim kembali menyatakan bahwa

solidaritas organis berasal dari saling

ketergantungan antar mereka.

Pemikiran sosiologis Emile Durkheim mengenai

pembagian kerja dalam masyarakat dianalisis melalui

solidaritas sosial. Tujuan analisis tersebut menjelaskan

pengaruh atau fungsi kompleksitas dan spesialisasi

pembagian kerja dalam struktur sosial dan perubahan-

perubahan yang diakibatkannya dalam bentuk-bentuk pokok

solidaritas.

Dan dijelaskan lagi dalam karya ini, Durkheim

mengatakan bahwasanya pendidikan moral dan reformasi

sosial, pembahasan Durkheim dalam pendidikan moral ini

antara lain tentang moralitasdan disiplin. Dengan disiplin


41

yang dimiliki oleh setiap individu akan memunculkan

tanggung jawab dalam diri masing-masing individu yang

menurut Durkheim tanggung jawab itu adalah suatu

kewajiban sosial

b. Durkheim, Rules of Sociological Method, (1895)

Dalam karya ini, Durkheim memaparkan tentang

hal-hal sosial yang terjadi di sekeliling kita, dari apa yang

dimaksud dengan fakta sosial, bagaimana aturan untuk

melakukan pengamatan fakta sosial, aturan cara untuk

membedakan yang mana yang normal dan yang mana

patologis, dan penjelasan garis besar tentang fakta sosial yang

terjadi di sekitar serta demonstrasi bukti sosiologis dan

keterangan kritisnya.35

c. Durkheim, Suicide, (1897),

Karya ini mengembangkan tentang konsep anomie

dalam bunuh diri, ia meneliti berbagai tingkat bunuh diri di

antara orang-orang Protestan dan Katolik dan menjelaskan

bahwa kontrol sosial yang lebih tinggi di antara orang katolik

menghasilkan tingkat bunuh diri yang lebih rendah. Setiap

orang mempunyai tingkat keterikatan tertentu terhadap

kelompok-kelompok mereka yang dianggapnya sebagai

integrasi sosial. Tingkat integrasi sosial yang secara abnormal


35
http://durkheim.uchicago.edu/Summaries/rules.html, diakses dalam karya Robert Alun Jones.
Emile Durkheim: An Introduction to Four Major Works (Beverly Hills, CA: Sage Publications,
Inc, 1986), 60-81.
42

tinggi atau rendah menghasilkan bertambahnya tingkat bunuh

diri, tingkat yang rendah menghasilkan hal ini karena

rendahnya integrasi sosial menghasilkan masyarakat yang

tidak terorganisasi, menyebabkan orang melakukan bunuh

diri sebagai upaya terakhir, sementara tingkat yang tinggi

menyebabkan orang bunuh diri agar mereka tidak menjadi

beban bagi masyarakat. Menurut Durkheim, masyarakat

Katolik mempunyai tingkat integrasi yang normal, sementara

masyarakat Protestan mempunyai tingat yang rendah. Karya

ini telah memengaruhi para penganjur teori kontrol, dan

seringkali disebut sebagai studi sosiologis yang klasik. 36

d. Durkheim, the Elementary Forms of the Religious life (1902).

Karya ini meneliti tentang masyarakat primitive

yang menemukan akar-akar agama. Ia percaya bahwa ia akan

lebih mampu menemukan akar-akar agama dalam simplisitas

komparatif masyarakat primitive daripada kompleksitas dunia

modern. Agama adalah cara masyarakat mengekspresikan

dirinya dalam bentuk fakta social non material.

Disini diuraikan tentang agama merupakan suatu

“sistem kepercayaan dan praktek yang telah dipersatukan dan

berkaitan dengan hal-hal yang kudus, kepercayaan-

36
Emile Durkheim, Suicide A Study in Sociology (Publishing: Glencoe, Ill, Free Press). 35.
43

kepercayaan, dan praktek-praktek yang bersatu menjadi suatu

komunitas moral yang tunggal”.

Dan dapat diketahui pula bahwasanya agama selalu

memiliki hubungan dengan masyarakatnya, dan memiliki

sifat yang historis terlihat di dalam masalah ritual.37

e. Durkheim, professional Ethics and civic morals, (1955)

English translation by Cornelia brookfield 1992.

Ada beberapa tokoh yang ikut andil dalam membentuk

pemikiran emile Durkheim yakni, Aguste comte,Saint simon, Emets

renan, Fustel de coulanges, dan masih banyak para tokoh ahli sosial

lainnya yang belum penulis ketahui.

B. Fakta Sosial perspektif Emile Durkheim

Pemikiran Emile Durkheim terkait Fakta Sosial adalah bentuk

tingkah laku dan pemikiran “eksterior” untuk individu, dan dialami oleh

individu sebagai aturan yang memaksa, serta penyimpangan yang

berlebihan. Dengan demikian Durkheim menyederhanakan fakta sosial

dengan istilah “aturan kolektif” pada sebuah individu sehingga individu

tidak bisa membela dan pasrah terhadap apa yang seharusnya diserahkan

untuk dibuat menjadi sebuah aturan bersama. Akan tetapi banyak yang

menafsirkan bahwa pengertian fakta sosial menurut Durkheim sebagai

suatu gejala yang abstrak. Seperti hukum, struktur sosial, adat kebiasaan,

nilai, norma, bahasa, dan agama. Sebenarmya fakta sosial ini suatu gejala
37
https://www.goodreads.com/book/show/332155.The_Elementary_Forms_of_Religious_Life,
diakses pada halaman Paperback, Oxford World‟s Classics, Published June (University Press,
2001).
44

sosial yang terbentuk dari kekuasaan dimana individu tidak nampak

terpengaruh dalam kekuasaan tersebut.

Sebagaimana pemikiran lainnya, pemikiran Emile Durkheim juga

dipengaruhi oleh Charles de montesquieu dalam buku yang berjudul

“Pemikiran politik barat” yang meramalkan kesatuan ilmu sosial,

menjelaskan yang berusaha mengidentifikasi hubungan antara fakta

sosial.38 Fakta sosial tersebut berupa agama, hukum, moralitas,

perdagangan, dan administrasi.

Kebiasaan cara-cara berperilaku, bertindak dan berfikir adalah

suatu yang diwariskan melalui pendidikan dan sosialisasi melalui

lingkungan sosial dimana seorang itu lahir. Agama dan adat istiadat

kebudayaan menjadi kenyataan yang paling rill dari keberadaan realitas

objektif kehidupan sosial. Fakta sosial senantiasa berhubungan dengan

tindakan, pikiran, perasaan-perasaan individu, namun tidak bisa disamakan

dengan fenomena psikis.39 seperti contohnya di sekolah seorang murid

diwajibkan datang tepat waktu, menggunakan seragam, dan bersikap

hormat kepada guru. Kewajiban-kewajiban tersebut dituangkan kedapam

sebuah aturan dan memiliki sanksi tertentu jika dilanggar. Dari contoh

tersebut bisa dilihat adanya cara bertindak, berfikir, dan berperasaan yang

ada diluar individu (sekolah), bersifat memaksa dan mengendalikan

individu (murid).

38
Ahmad Suhelmi, Pemikiran Politik Barat (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 2001), 214.
39
Ardlin, Fuad, Waktu Sosial Emile Durkheim (Yogjakarta: Kreasi Wacana, 2013).
45

Fakta sosial diwujudkan dalam tiga tujuan diantaranya :

1) Tujuan tindakan sosial, yakni suatu tindakan yang

dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku orang,

seperti contohnya menjalankan prosesi peribadahan sesuai

dengan ajaran dan tuntunan masing-masing agama.

2) Tujuan khayalan sosiologi, yakni tujuan yang diorientasikan

untuk dapat memahami apa yang terjadi di masyarakat

maupun di dalam diri manusia.

3) Tujuan realita sosial, yakni suatu tujuan yang diorientasikan

menyingkap berbagai tabir dan mengungkap tiap helai tabir

menjadi suatu realitas yang tidak terduga.40

August Comte mengembangkan istilah positivisme untuk

memahami masyarakat. Pengaruh dari positivisme August Comte ini

banyak kalangan menganggap bahwa Emile Durkheim sebagai kelanjutan

dari proyek Comte dalam memahami masyarakat.41

Di dalam bukunya The Rules Of Sosiological Method, Emile

Durkheim membedakan antara dua tipe fakta-fakta sosial yaitu material

dan nonmaterial. Fakta sosial yang berbentuk material ini adalah sesuatu

yang dapat disimak, ditangkap, dan diobservasikan. Sedangkan fakta sosial

yang berbentuk nonmaterial adalah sesuatu yang ditangkap secara nyata

(eksternal).

40
Soerjono Soekanto, Sosiologi, Cet,VI (Jakarta: Gramedia, 2006),78.
41
Durkheim and Sosial Facts Research Paper Starter, diakses melalui:
https://www.enotes.com/research-starters/durkheim-sosial-facts.
46

Fakta sosial ini terbentuk karena adanya cara berfikir dan

bertindak secara individu yang tidak ada artinya didalam suatu kelompok

masyarakat. Hal ini terjadi karena fakta sosial bersifat memaksa yang

menjadikan sebuah aturan disepakati karena ada pemahaman tertentu

dengan model berfikir yang sama (kolektif). Dengan demikan fakta sosial

menimbulkan banyak perbincangan karena multitafsir. Misalnya

keberadaan fakta sosial dalam individu menjadikan seseorang berfikir

seperti halnya “manusia dilahirkan secara tidak langsung diharuskan untuk

bertindak sesuai dengan lingkungan sosial dimana ia dididik dan sangat

sukar baginya untuk melepaskan dirinya dari aturan tersebut”. Dari hal

tersebut nampak pola-pola pemaksaan suatu kelompok terhadap individu

sehingga individu tidak bisa bebas dari aturan-aturan yang sudah ada sejak

awal sebelum dirinya dilahirkan.

Meskipun membicarakan keduanya di dalam rangkaian karyanya,

fokus utamanya adalah pada fakta-fakta non-material (kebudayaan dan

lembaga-lembaga sosial) dari pada fakta-fakta sosial material (birokrasi,

dan hukum).42 Untuk dapat memahami pengertian fakta sosial melalui

penelusuran pengalaman bersama, cukup memperhatikan bagaimana cara

seorang anak dibesarkan. Apabila kita memperhatikan fakta sebagaimana

adanya dan selalu demikian adanya akan segera kelihatan bahwa setiap

pendidikan merupakan usaha terus-menerus untuk memaksakan pada anak

cara memandang dan bertindak yang tidak dapat dicapai secara spontan.

42
George Ritzer, Teori Sosiologi., Terj. Taufik Abdullah, Durkheim dan Pengantar Sosiologi
Moralitas (Jakarta: Yayasan Obor, 1986), 32.
47

Dari sejak awal hidupnya kita memaksanya untuk makan, minum, dan

tidur pada waktu-waktu tertentu. Dan juga memaksanya untuk mengenal

kebersihan, ketenangan, dan kepatuhan. Kemudian memaksanya untuk

belajar menghormati orang lain, menghormati adat, dan kebiasaan,

perlunya kerja, dan sebagainya. Jika pada suatu saat pemaksaan ini tidak

terasa lagi, hal ini dikarenakan pemaksaan itu telah membuat anak menjadi

terbiasa dan timbul dorongan batin bahwa pemaksaan tidak berguna lagi.

Akan tetapi pemaksaan itu tidak akan berhenti karena masih tetap

merupakan sumber dari kebiasaan itu sendiri.43

Posisi teori Durkheim dalam paradigma ilmu sosial masuk pada

paradigma fakta sosial. Hal ini sangat nyata, tampak dari konsep teorinya

yang terkenal tentang “jiwa kelompok” yang dapat mempengaruhi

kehidupan individu. Individu yang ada di tengah kelompok tersebut

merupakan bagian pokok bagaimana mempelajari kenyataan yang terjadi

dalam sebuah wadah masyarakat. Fakta sosial adalah aspek kehidupan

sosial yang tidak dapat dijelaskan dalam pengertian biologis dan

psikologis dari seorang individu. Fakta sosial bersifat eksternal (berada di

luar individu). Karena sifat eksternalnya, fakta sosial merupakan realitas

independen dan membentuk lingkungan objeknya sendiri. contoh yang

paling jelas dari fakta sosial adalah kebiasaan, peraturan, norma dan

sebagainya.44 Dalam pandangan Durkheim, kesadaran kolektif dan

43
Taufik Abdullah, Durkheim dan Pengantar Sosiologi Moralitas (Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 1986), 32.
44
Taufik Abdullah, Durkheim dan Pengantar Sosiologi Moralitas, (Jakarta: Yayasan Obor, 1986),
32.
48

kesadaran individual itu sangat berbeda sebagaimana perbedaan antara

kenyataan sosial dan kenyataan psikologis murni. Masyarakat terbentuk

bukan karena kontak sosial, melainkan lebih dari itu atas dasar kesadaran

kelompok (colective conciousness). Dan juga masyarakat mempunyai

kesadaran kolektif yang membuahkan nilai-nilai dan menjadikan nilai-nilai

tersebut sebagai sesuatu yang ideal bagi individu. Masyarakat itu terbentuk

bukan karena adanya kesenangan atau kontak sosial, melainkan karena

adanya faktor lebih penting yaitu kesadaran kolektif.

Oleh karena itu, jika tidak keseluruhan fakta sosial itu merupakan

barang suatu yang nyata atau meterial, sebagian juga berbentuk

nonmaterial misalnya opini, egoisme yang hanya dapat dinyatakan sebagai

barang sesuatu yang tidak dapat diraba, yang hanya ada dalam kesadaran

manusia dan dapat berpengaruh terhadap individu maupun kelompok.

Kemudian dalam agama primitis (tetomisme) terdapat benda-benda seperti

tumbuh-tumbuhan dan binatang yang didewakan oleh masyarakat,

tetonisme dapat dilihat sebagai tipe khasus fakta sosial non-meterial yakni,

sebagai kesadaran kolektif kelompok masyarakat yang mempercayainya.

Setidaknya dijumpai dua sifat kesadaran kolektif, yakni exterior

dan constraint. Exterior merupakan kesadaran yang berada diluar individu,

yang sudah mengalami proses internalisasi ke dalam individu dalam

mewujudkan aturan-aturan moral, agama, nilai (baik,buruk luhur mulia),

dan sejenisnya. Constraint adalah kesadaran kolektif yang memiliki daya


49

“paksa” terhadap individu, dan akan mendapat sanksi tertentu jika hal itu

dilanggar.45

Dari dua tipe fakta sosial tersebut contoh fakta sosial material itu

terkait dengan hukum dan perundang-undangan misalnya dalam norma

agama seperti aturan sholat, ibadah akan nampak secara nyata dan

dijalankan dengan tertib, teratur oleh masyarakat yang memeluk agama

tersebut. Dan ada juga dalam norma hukum seperti peraturan lalu lintas

yaitu kita masyarakat akan mentaati aturan berlalu lintas di jalan raya

dengan tertib, jika melanggar maka akan ada sangsi yang kita dapatkan

misalnya saat berkendara tidak memiliki SIM, kendaraan mati pajak dan

ketidak taatan lainnya. Sedangkan fakta sosial nonmaterial ini terkait

dengan kekuatan moral seperti nilai dan norma misalnya memberikan

dorongan, memberikan saran dan solusi kepada orang yang sedang

mengalami masalah, memberikan simpati kepada seseorang dan lainnya.

Dalam kasus korupsi misalnya salah satu contoh fakta yang bersifat non

material karena adanya dorongan dari seseorang untuk memperkaya dari

sendiri dengan cara melakukan korupsi.

Dengan demikan fakta sosial (social facts social reality). Lewis

Coser menjelaskan bahwa yang dimaksud durkheim mengenai fakta sosial

adalah suatu ciri atau sifat sosial yang kuat yang tidak harus dijelaskan

pada level biologi dan psikologi, tetapi sebagai sesuatu yang berada secara

khusus di dalam diri manusia. Dengan kata lain, Ritzer menjelaskan bahwa

45
M. Amin Nurddin dan Ahmad Abrori, Mengerti Sosiologi: Pengentar Untuk Memahami
Konsep-Konsep Dasar (Jakarta: UIN Jakarta Press , 2006), 17.
50

fakta sosial, dalam teori durkheim itu bersifat memaksa karena

mengandung struktur-struktur yang berskala luas misalnya hukum yang

melembaga. Pengaruh fakta sosial itu tampak dalam karyanya mengenai

bunuh diri dimana persoalan yang pokok disitu ialah apa motif dan alasan

seseorang melakukan tindakan tersebut, atau mengapa beberapa orang

cenderung melakukan tindakan itu. (bunuh diri). Dengan demikian jelas

bahwa yang dimaksud dengan fakta sosial adalah bukan sesuatu yang

tampak seperti itu saja, melainkan motif-motif atau dorongan sosial yang

menimbulkan sesuatu itu terjadi di dalam realitas sosial.46

“Social facts differ not only in quality from psychical facts; they
have a different substratum, they do not evolve in the same
environment or depend on the same conditions. This does not
mean that they are not in some sense psychical, since they all
consist of ways of thinking and acting”. 47 (Fakta sosial berbeda
tidak hanya dalam kualitas dari fakta-fakta psikis, mereka
memiliki lapisan yang berbeda, mereka tidak berkembang dalam
lingkungan yang sama atau tergantung pada kondisi yang sama.
Ini tidak berarti bahwa mereka tidak dalam arti psikis, karena
mereka semua terdiri dari cara berpikir dan bertindak).

Suatu fakta sosial merupakan setiap cara berperilaku, baik yang

tetap maupun yang tidak tetap, yang mampu memberikan tekanan

eksternal pada individu, atau setiap cara bertingkah laku yang umum

dalam suatu masyarakat, yang pada waktu bersamaan tidak tergantung

pada manifestasi individualnya.48 Durkheim berargumen bahwa fakta-

46
Choirul mahfud, 39 Tokoh Sosiologi Politik Dunia (Surabaya:Jaringan Pena, 2009), 361.
47
Émile Durkheim, The Rule of Sosiological Method (New York: The Free Perss, 1982), Cet. I, h.
40.
48
Soerjono Soekanto, Mengenal Tujuh Tokoh Sosiologi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2012), 94.
51

fakta sosial tidak dapat direduksi menjadi individu-individu, tetapi harus

dipelajari sebagai realitasnya sendiri.

Menurut Durkheim, bagaimanapun sadarnya individu ia harus

tetap melaksanakan kewajiban-kewajiban menurut bahasa, adat istiadat,

kebiasaan dan hukum masyarakatnya, dimana kesemuanya itu merupakan

“fakta-fakta sosial” yang tidak direkayasa atau tidak diciptakannya

melainkan ia terpaksa menjalankan dan menyesuaikan diri dengan “fakta

sosial” tersebut. Individu akan menerima konsekuensi-konsekuensi

penolakan sosial dan menerima hukuman. Maka dari sini ada sebuah unsur

idealisme sosiologis yang jelas dalam teori Durkheim.

Durkheim juga mempunyai pandangan bahwa fakta sosial jauh

lebih fundamental dibandingkan dengan fakta individu. Menurut

Durkheim adalah sia-sia belaka apabila menganggap mampu memahami

apa sebenarnya individu itu hanya dengan mempertimbangkan faktor

biologis, psikologis atau kepentingan pribadinya. Seharusnya individu

dijelaskan melalui masyarakat dan masyarakat dijelaskan dalam konteks

sosialnya.

Durkheim menekankan bahwa tugas sosiologi adalah mempelajari

apa yang disebut sebagai fakta-fakta sosial. Ia membayangkan fakta sosial

sebagai kekuatan (force) dan struktur yang bersifat ekseternal dan

memaksa individu.49 Fakta sosial tersebut didefinisikan sebagai cara-cara

bertindak, berpikir dan merasa, yang berada di luar individu dan

49
Emile Durkheim, The Rules of Sociological Method., George Ritzer, Doglas J. Goodman, Teori
Sosiologi Modern (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2007), 21.
52

dilengkapi atau dimuati dengan sebuah kekuatan memaksa yang dapat

mengontrol individu. Fakta sosial itulah yang akan mempengaruhi setiap

tindakan, pikiran dan rasa dari individu.50

Teori-teori sosiologi yang dikemukakan oleh Emile Durkheim ini

terdiri dari beberapa teori diantaranya sebagai berikut.

1) Teori Solidaritas

Solidaritas adalah perasaan saling percaya antara para

anggota dalam suatu kelompok atau komunitas, jika orang

saling percaya maka akan menjadi satu, menjadi saling

menghormati, menjadi terdorong untuk bertanggung jawab,

dan memperhatikan kepentingan bersama.51 Contoh yang dapat

diambil dari teori solidaritas adalah di dalam kehidupan

sehari-hari, ketika ada warga yang tertimpa masalah atau

musibah, maka seluruh warga atau kelompok sosial tersebut

akan bersama-sama memberikan pertolongan.

2) Teori Bunuh Diri

Dalam buku yang berjudul” suicide durkheim

berusaha mencari tahu jawaban perihal mengapa angka bunuh

diri satu kelompok masyarakat itu cenderung berbeda dengan

kelompok masyarakat lainnya. Durkheim tidak tertarik

mengkaji perihal motif atau sebab mengapa orang melakukan

bunuh diri, karena itu adalah persoalan psikologis. Dalam


50
Damsar, Pengantar Sosilogi Pendidikan (Jakarta: PT Kencana Prenada Media, 2011), 29.
51
Soedijati, Solidaritas Dan Masalah Kelompok Waria (Bandung: UPPm STIE Bandung
1995),25.
53

kaitan ini, Durkheim belum merasa puas dengan sejumlah para

ilmuwan yang melakukan kajian atau penelitian fenomena

bunuh diri sekedar untuk mengungkap motif dan faktornya.

Terkait itu Durkheim berpandangan jika penjelasan atas

adanya perbedaan angka bunuh diri di level masyarakat itu

tidak akan bisa dijawaboleh psikologi maupun ilmu biologi

sekalipun. Menurut Weber, perbedaanangka bunuh diri antara

lain adalah bagian fakta sosial kerenanya, satu-satunya cara

untuk menjelaskannya adalah mengkaji fenomena tersebut dari

perspektif sosiologis. Tidak bisa dari perspektif lainnya. 52

3) Teori Tentang Agama

Buku The Elementary Forms of Religious Life yang ia

tulis telah mengilhami banyak orang dalam melihat agama.

Selain itu Emile Durkheim juga mengungkapkan bahwa

masyarakat dikonseptualisasikan sebagai sebuah totalitas yang

diikat oleh hubungan sosial. Dalam pengertian ini, maka

society (masyarakat) bagi Durkheim adalah “struktur dari

ikatan sosial yang dikuatkan dengan consensus moral”.

Pandangan ini menginspirasi para antropolog untuk

menggunakan pendekatan struktural dalam memahami agama

dan masyarakat.53

52
Durkheim, Suicide, A Study in Sociology, 45-76
53
Emile Durkheim, The Elementary Forms of the Religious Life (New York: Pree Press), 1995.
54

4) Fakta sosial

Fakta sosial merupakan cara bertindak, berfikir, dan

berperasaan yang berada diluar individu dan memiliki

kekuatan memaksa yang mengendalikannya. Adapun dalam

penelitian ini peneliti lebih memfokuskan pada teori Emile

Durkheim tentang fakta sosial.

Secara sederhana fakta sosial emile durkheim dapat digambarkan

dengan skema berikut ini:

Social Fact

Society

norma/kaidah
c
o
e
r
c Education
i
o
n
way of existing

Individu

Jadi, setiap individu merupakan hasil ciptaan dimana ia tinggal.

Tekanan dan aturan dari lingkungan sosial memberikan sumbangsih yang

sangat berpengaruh terhadap gambaran diri sendiri. Dimana pendidikan


55

dari kedua orang tua dan gurunya hanyalah sebagai perwakilan dan

perantaranya. Diibaratkan setiap anak (individu) adalah kertas putih yang

masih bersih dari noktah-noktah, kemudian lingkungan sosial memberikan

coretan demi coretan di atas kertas tersebut.

Namun, terdapat juga fakta sosial lain yang sifatnya dari luar

(eksternal), dia tidak hadir dengan sendirinya akan tetapi memiliki

kekuasaan dan mengkristal terhadap individu tersebut. Hal inilah yang

disebut dengan “arus sosial” (social currents). Arus sosial ini berupa

antusiasme yang besar. Seperti kemarahan dan rasa iba dalam suatu

kelompok adalah bukan berasal dari kesadaran individu itu sendiri. Kita

akan terbawa hanyut dengan kelompok dimana kita berada. Sebagai

contohnya, seseorang yang menyukai genre musik religi akan semakin

hanyut ketika ia menonton sebuah pertunjukan konser musik religi

kesukaannya. Karena dalam sebuah kelompok kita mengikuti manifestasi

kolektif (collective manifestation).


56

Social Fact

Society

norma/kaidah
c
o
e
r
c Education
i
o
n
way of existing

Individu
collective manuifestation

Oleh karenanya, Durkheim mengatakan bahwa bahwa fakta sosial

adalah:

1) Segala sesuatu cara bertindak, apakah telah sesuai atau tidak, yang

mana terdapat pemaksaan didalamnya terhadap setiap individu.

2) Cara bertindak yang meliputi keseluruhan masyarakat tertentu,

sekaligus juga memiliki eksistensi tersendiri, tidak terikat dengan

manifestasimanifestasi individual.
57

BAB I
PENUTUP

A. Kesimpulan

Emile durkheim, memandang bahwa dalam buku The Rules of

Sociological Method, menunjukkan posisinya sebagai positivist empiricist

dan meletakkan sosiologi sebagai suatu ilmu berdasarkan posisi itu.

Positivisme empiris melihat bahwa realitas, dalam hal ini fakta sosial,

“bersifat kasat-indra di luar sana, menunggu untuk ditemukan dan

disistematisasikan oleh penelitian ilmiah sosial”. Durkheim membedakan

dua tipe ranah fakta sosial, yakni fakta sosial material dan fakta sosial non

material. Pertama, fakta sosial material, seperti gaya arsitektur, bentuk

teknologi, serta hukum dan perundang-undangan, mempunyai

kecenderungan untuk lebih mudah dipahami karena dapat diamati secara

langsung. Kedua, fakta sosial nonmaterial, merupakan kekuatan moral,

seperti nilai dan norma. Meskipun fakta sosial ini bersifat individual

(internal) namun dalam interaksi-interaksi individu (masyarakat) maka

bentuk dan substansi fakta sosial nonmaterial ini akan “mematuhi” dan

tunduk pada interaksi tersebut, bukan oleh individu per individu (pada titik

inilah fakta sosial bersifat eksternal). Durkheim memberikan perhatian

yang besar terhadap fakta sosial nonmaterial. Fakta sosial nonmaterial ini

terdiri dari, paling kurang, empat jenis, yakni: moralitas, kesadaran

kolektif, representasi kolektif dan arus sosial.

57
58

B. Saran

Berdasarkan dari hasil penelitian dan kesimpulan di atas terdapat

beberapa saran yang dapat diajukan di akhir penelitian, diantaranya

sebagai berikut:

1. Bagi guru

Sejatinya usaha memanusiakan manusia bukanlah

persoalan sederhana dan membutuhkan curahan waktu yang amat

panjang. Hal ini tidak hanya menyangkut tumbuh kembangnya

kesadaran kritis peserta didik, namun juga menyangkut upaya

perubahan sosial masyarakat yang selamanya harus terus di

upayakan. Usaha untuk merefleksikan kembali apa yang telah

dilakukan dengan baik.

2. Bagi peserta didik

Setiap manusia selalu memiliki peran dalam berbagai

dimensi, baik ekonomi, sosial, budaya, politik dan berbagai

dimensi kehidupan lainnya. Tiap orang akan memainkan peran dan

setiap peran memiliki nilai dan fungsi masing-masing. Kumpulan

dari peran tersebut akan membentuk kehidupan sosial, yang artinya

setiap orang dapat memberi pengaruh dalam kehidupan sosial.

Karena itu berperanlah, sejarah dan dimensi perubahan sosial

selalu ada dalam genggaman para peserta didik.


59

3. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini jauh dari sempurna, terdapat banyak

kekurangan yang perlu diperbaiki. Analisis yang kurang tajam dan

pengambilan kesimpulan yang terlalu dini merupakan beberapa

diantaranya. Selain itu, penambahan referensi sebagai penunjang

analisis juga perlu dilakukan untuk memperkaya pemahaman dan

sudut pandang. Penelitian yang telah dilakukan ini juga perlu

dilakukan secara lebih spesifik dan menyentuh unsur-unsur dasar

dari pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.


60

DAFTAR PUSTAKA

Ardlin, Fuad, Waktu Sosial Emile Durkheim. Jogjakarta: Kreasi Wacana, 2013.

Abdullah, Taufik, Durkheim dan Pengantar sosiologi Moralitas. Jakarta: Yayasan


Obor Indonesia, 1986.

Arifuddin, Perspektif Teori Sosial Emile Durkheim Dalam Sosiologi Pendidikan


(Palu: UIN Datokarama), 2018.

Bachtiar, Wardi, Sosiologi Klasik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010.

Durkheim and Sosial Facts Research Paper Starter, diakses melalui:


https://www.enotes.com/research-starters/durkheim-sosial-facts.

Damsar, Pengantar Sosilogi Pendidikan. Jakarta: PT Kencana Prenada Media,


2011.

Durkheim, Emile, Suicide A Study in Sociology. Publishing: Glencoe, III, Free


Press, 1996.

Durkheim, Emile, The Elementary Forms of the Religious Life. New York: Pree
Press, 1995.

Durkheim, Emile, The Rules of Sociological Method., George Ritzer, Doglas J.


Goodman, Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana Prenada Media,
2007.

Djamarah, Syaiful Bahri, Guru & Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka
Cipta, 2006.

http://durkheim.uchicago.edu/Summaries/rules.html, diakses dalam karya, Robert


Alun Jones. Emile Durkheim: An Introduction to Four Major Works.
Beverly Hills, CA: Sage Publications, Inc., (1986).

https://www.goodreads.com/book/show/332155.The_Elementary_Forms_of_Reli
gious_Life, diakses pada halaman Paperback, Oxford World‟s Classics,
Published June. University Press, (2001).

http://perilakuorganisasi.com/david-emile-durkheim.html, diakses judul


“Paradigma Teori Organisasi”, (September 2011).

Ikbal, Aceng Fuad Hasim, Fakta Sosial Emile Durkheim Dalam Membentuk
Lingkungan Sosial, Pendidikan Islam Indonesia (Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah), 2015.
61

Jonathan, Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif.


Yogyakarta:Graha Ilmu, 2006.

Johnson, Doyle Paul, Teori Sosiologi Klasik Dan Modern, Terjemahan Robert
MZ. Lawang. Jakarta: PT gramedia, 1981.

Kamiruddin. Fungsi Sosiologi Agama Studi Profan Dan Sakral Menurut Emile
Durkhiem, 3/2. Jurnal Toleransi, (April 2001).

M. Amin Nurddin dan Ahmad Abrori, Mengerti Sosiologi: Pengentar Untuk


Memahami Konsep-Konsep Dasar (Jakarta: UIN jakarta Press ), 2006.

Mahfud, Choirul, 39 tokoh sosiologi politik dunia. Surabaya: Jaringan pena, 2009.

Mahmud, Rijal, Sosial As Sacred Dalam Perspektif Emile Durkhem (Yogyakarta:


UIN Sunan Kalijaga), 2019.

Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif. Jakarta: Reverensi,


2013.

Muhajir, Noeng, Metodelogi Penelitian Kualitatif Edisi IV. Yogyakarta: Rake


sarasin, 2000.

Prastowo, Andi, Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: ar-Ruzz Media, 2012.

Parsons, Talcott, “Emile Durkheim” Dalam D.I Sills e d, International


Encyclopedia of the sosial seince. New York: Maemillah Publisihing Co,
Inc, and the fress, 1978.

Relf Dahrenddorf, Dalam Dadang Supardan, Pengantar Ilmu Pengetahuan Sosial


(Sebuah Kajian Pendekatan Struktural). Jakarta: Bumi Aksara, 2015.

Ritzer, George, Douglas j. Goodman, Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana,


2011.

Ritzer, George, Teori Sosiologi. Terj. Taufik Abdullah, Durkheim dan Pengantar
Sosiologi Moralitas. Jakarta: Yayasan Obor, 1986.

Ritze, Georga, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berpradigma Ganda. Jakarta: Raja


Grafindo, 2011.

Revita, Ika, Analisis Teori Fakta Sosial Emile Durkhiem Dalam Pendidikan
Karakter Untuk Membentuk Karakter Jujur Pada Siswa SMPIT Insal
Kamil Karangayar. Surakarta: Universitas Sebelas (Maret 2016).
62

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R& D. Bandung:


Alfabeta, 2016.
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta,
2016.

Sugiyono, Metode Penelitian: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D.


Bandung: Alfabeta, 2008.

Suryabrata, Sumardi, Metode Penelitian. Jakarta: Rajawali Press, 1992.

Soekanto, Soerjono, Sosiologi, Cet, VI. Jakarta: Gramedia, 2006.

Soekanto, Soerjono, Mengenal Tujuh Tokoh Sosiologi. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada, 2012.

Soedijati, Solidaritas dan Masalah Kelompok Waria. Bandung: Lppm STIE


Bandung, 1995.

Surakhmad, Winomo, Metodelogi Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito, 1994.

Sujarweti, V. Wirata, Metodologi Penelitian Lengkap, Praktis Dan Mudah


Dipahami. Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2014.

Tim Penerbit, Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan


Nasional.

Umiarso, Pendidikan Pembebasan Dalam Pesrpektif Barat Dan Timur.


Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011.

Zed, Mestika, Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,


2004.
63

FOTO SUMBER DATA


64
BIODATA PENULIS

Identitas penulis

Nama : Masturoh
Tempat, tanggal lahir : Jember, 25 november 1999
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Dusun kojuk RT/RW001/004 Sukokerto Sukowono Jember
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Prodi : Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial
No Hp : 081332139775
Email : masturoh2025@gmail.com
Karya tulis : Konsep Fakta Sosial Menurut Emile Durkheim Dan
Relevensinya Dengan Ilmu Pengetahuan Sosial

Riwayat Pendidikan
SDN Mojogemi 01 lulus tahun 2012
MTsN 06 jember lulus tahun 2015
SMK Nurur Jadid Sumber Wrigin Jember lulus tahun 2018

Anda mungkin juga menyukai