Yang terhormat kepada dewan juri yang adil dan bijaksana beserta
teman-teman yang yang saya banggakan.
Pertama-tama dan yang paling utama marilah kita panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah Swt karena atas limpahan rahmat, nikmat, taufik dan hidayahnya kepada kita semua, sehingga kita dapat berkumpul di ruangan ini dalam keadaan sehat wal’afiyat. Aamiin aamiin ya robbal aalamiin... Shalawat beserta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita habibana wanabiyana muhammadin saw. Yang menuntun kita dari zaman jahiliyah menuju zaman islamiyyah. Pada kesempatan yang berbahagia ini izinkan saya ......... dari SDN 2 Panambangan menyampaikan pidato tentang stukur nikmat. Bersyukur adalah satu diantara bentuk sikap yang direkomendasikan oleh Allah swt dan para nabi. Ketika seorang muslim diberikan kenikmatan, kesehatan dan sewajarnya dengan bersyukur maka kenikmatan dan kesehatan tersebut akan ditambahkan oleh Allah swt. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Ibrahim ayat 7 yang berbunyi :
Dari ayat ini dapat kita simpulkan bahwasannya ketika orang
menerima nikmat dari Allah swt dan ia senantiasa mengucapkan kalimat-kalimat yang baik dan bersyukur kepada-Nya. Maka orang yang seperti ini akan ditambahkan nikmatnya oleh Allah swt. Hadirin yang dirahmati Allah. Berbicara tentang nikmat Allah paling tidak, ada 2 perkara yang wajib kita ketahui sebagai hamba Allah swt. Yang pertama, sang pemberi nikmat yakni Allah swt, allah lah yang menambah atau mengurangi nikmat yang ada pada diri manusia, jika Allah berkehendak untuk menambahnya, maka tidak ada seorangpun yang dapat menolaknya dan juga sebaliknya jika Allah mengurangi nikmat yang ada pada diri manusia maka tidak akan ada seorangpun yang dapat mempertahankannya. Mengapa demikian ? karena kehendak Allah diatas segala kehendak. Manusia hanyalah bisa berencana namun keputusannya terletak pada Allah yang maha kuasa. Yang kedua, sikap kita dalam menerima nikmat Allah swt, sikap kita dalam menerima nikmat Allah tidaklah sama karena ada yang menerima nikmat tapi dia tidak melihat siapa yang memberikan nikmat kepadanya, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 152 yang berbunyi :
Hadirin yang berbahagia, demikian pidato yang dapat saya sampaikan