Terapi Dan Rehabilitasi Cedera Olahraga: January 2021
Terapi Dan Rehabilitasi Cedera Olahraga: January 2021
net/publication/348524883
CITATIONS READS
2 11,388
1 author:
Rifqi Festiawan
Universitas Jenderal Soedirman
65 PUBLICATIONS 321 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Rifqi Festiawan on 20 January 2021.
Abstrak
Cedera apabila tidak ditangani dengan cepat dan benar dapat mengakibatkan gangguan
atau keterbatasan fisik, baik dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari maupun
melakukan aktivitas olahraga yang bersangkutan. Bahkan bagi atlet ini bisa berarti
istirahat yang cukup lama atau bahkan harus meninggalkan dunia olahraga untuk
selamanya. Oleh sebab itu dalam penanganan cedera harus dilakukan dengan tepat dan
menggunakan terapi dan rehabilitasi yang sesuai dengan cedera yang dialami. Agar
nantinya cedera yang dialami bukan hanya sekedar pulih akan tetapi dapat melakukan
aktivitas dengan maksimal meskipun ketika seseorang sudah mengalami cedera maka
kemampuan dari bagian tubuh yang cedera tidak akan sama dengan kondisi awal
sebelum cedera.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan cedera?
2. Apa saja jenis-jenis cedera?
3. Bagaimana terapi yang dapat dilakukan untuk jenis-jenis cedera tersebut?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Cedera
Cedera adalah suatu akibat daripada gaya-gaya yang bekerja pada tubuh yang
melampaui kemampuan tubuh untuk mengatasinya, gaya-gaya ini bisa berlangsung
dengan cepat atau jangka lama. Cedera sering dialami oleh seorang atlit, seperti cedera
goresan, robek pada ligamen, atau patah tulang karena terjatuh. Cedera tersebut biasanya
memerlukan pertolongan yang profesional dengan segera.
Cedera Olahraga adalah rasa sakit yang ditimbulkan karena olahraga, sehingga dapat
menimbulkan cacat, luka dan rusak pada otot atau sendi serta bagian lain dari tubuh.
Menurut Andun Sudijandoko (2000: 31) cedera dapat ditandai dengan rasa sakit,
pembengkakan, kram, memar, kekakuan, dan adanya pembatasan gerak sendi serta
berkurangnya kekuatan pada daerah yang mengalami cedera tersebut.
B. Jenis-Jenis Cedera
Ada beberapa jenis cedera yang sering dialami ketika melakukan aktivitas olahraga,
diantaranya yaitu:
1. Sprain
Sprain adalah bentuk cidera berupa penguluran atau kerobekan pada ligament
(jaringan yang menghubungkan tulang dengan tulang) atau kapsul sendi, yang
memberikan stabilitas sendi. Kerusakan yang parah pada ligament atau kapsul sendi
dapat menyebabkan ketidakstabilan pada sendi. Gejalanya dapat berupa nyeri,
inflamasi/peradangan, dan pada beberapa kasus, ketidakmampuan menggerakkan
tungkai. Sprain atau keseleo adalah jenis cedera yang paling sering dialami oleh para
pemain sepak bola, Untuk menghindari keseleo, diperlukan pemanasan yang cukup dan
stretching yang tepat bisa mencegah terjadinya cedera tersebut (Hardianto Wibowo
1995: 22).
Berikut ini adalah tingkatan cedera sprain:
a. Sprain Tingkat I
Pada cedera ini terdapat sedikit hematoma dalam ligamentum dan hanya beberapa
serabut yang putus. Cedera menimbulkan rasa nyeri tekan, pembengkatan dan rasa
sakit pada daerah tersebut. cedera pada tingkat ini cukut diberikan istirahat saja
karena akan sembuh dengan sendirinya.
b. Sprain Tingkat II
Pada cedera ini lebih banyak serabut dari ligamentum yang putus, tetapi lebih
separuh serabut ligamentum yang utuh. Cedera menimbulkan rasa sakit, nyeri
tekan, pembengkakan, efusi, (cairan yang keluar) dan biasanya tidak dapat
menggerakkan persendian tersebut. kita harus membrikan tindakan imobilisasi
(suatu tindakan yang diberikan agar bagian yang cedera tidak dapat digerakan)
dengan cara balut tekan, spalk maupun gibs.
c. Sprain Tingkat III
Pada cedera ini seluruh ligamentum putus, sehinnga kedua ujungya terpisah.
Persendian yang bersangkutan merasa sangat sakit, terdapat darah dalam
persendian, pembekakan, tidak dapat bergerak seperti biasa, dan terdapat gerakan–
gerakan yang abnormal. Cedera tingkat ini harus dibawa ke rumah sakit untuk
dioperasi namun harus diberi pertolongan pertama terlebih dahulu.
2. Strain
Strain adalah bentuk cidera berupa penguluran atau kerobekan pada struktur
muskulo-tendinous (otot dan tendon). Jenis cedera ini terjadi akibat otot tertarik pada
arah yang salah, kontraksi otot yang berlebihan atau ketika terjadi kontraksi, otot belum
siap. Strain sering terjadi pada bagian groin muscles (otot pada kunci paha), hamstrings
(otot paha bagian bawah), dan otot quadriceps. Cedera tertarik otot betis juga kerap
terjadi pada para pemain bola. Fleksibilitas otot yang baik bisa menghindarkan diri dari
cedera macam ini. Kuncinya dalah selalu melakukan stretching setelah melakukan
pemanasan, terutama pada bagian otot-otot yang rentan tersebut (Hardianto Wibowo
1995: 22).
Pengobatan sprain dan strain adalah terapi, yang dilakukan adalah reset atau
istirahat, mendinginkan area cidera, copression atau balut bagian yang cidera, elevasi
atau meninggikan, membebaskan diri dari beban. Jika nyeri dan bengkak berkurang
selama 48 jam setelah cidera, gerakkan persendian tulang ke seluruh arah. Hindari
tekanan pada daerah cidera sampai nyeri hilang (biasanya 7-10 hari untuk cidera ringan
dan 3-5 minggu untuk cidera berat), gunakan tongkat penopang ketika berjalan bila
dibutuhkan.
Menurut Hardianto Wibowo (1995: 16), Cidera derajat I biasanya sembuh dengan
cepat dengan pemberian istirahat, es, kompresi dan elevasi (RICE). Terapi latihan dapat
membantu mengembalikan kekuatan dan fleksibilitas. Cidera derajat II terapinya sama
hanya saja ditambah dengan immobilisasi pada daerah yang cidera. Kunci dari
penyembuhan adalah evaluasi dini dengan professional medis.
3. Knee Injuries
Cidera yang terjadi karena adanya paksaan dari tendon. Saat mengalami cidera ini
akan merasakan nyeri tepat dibawah mangkuk lutut setelah melakukan latihan olahraga.
Rasa sakit itu disebabkan oleh gerakan melompat, menerjang maupun melompat dan
turun kembali.
4. Fractures
Cedera seperti ini dialami apabila pemain yang bersangkutan mengalami benturan
dengan pemain lain atau sesuatu yang keras. Cedera fractures tidak hanya terjadi pada
bagian kaki macam tulang paha, tulang kering, tulang selangkangan, atau tulang telapak
kaki, tapi juga kerap terjadi pada lengan, bahu, hingga pergelangan tangan. Untuk
menghindari cedera macam ini, penggunaan pelindung sangat dianjurkan untuk
meminimalisir patah atau retak tulang.
Setiap tulang yang mendapatkan tekanan terus-menerus diluar kapasitasnya dapat
mengalami keretakan (stress fracture). Kelemahan pada struktur tulang sering terjadi
pada atlet ski, jogging, berbagai atlet lari, dan pendaki gunung maupun para tentara,
mengalami march fracture.
Macam-macam patah tulang:
a. Patah tulang terbuka dimana fragmen (pecahan) tulang melukai kulit diatasnya dan
tulang keluar.
b. Patah tulang tertutup dimana fragmen (pecahan) tulang tidak menembus permukaan
kulit. Penanganan patah tulang yang dilakukan menurut Hardianto Wibowo
(1995:28) sebagai berikut: olahragawan tidak boleh melanjutkan pertandingan.
C. Jenis Terapi
Menurut Novita Intan Arovah (2010: 9), beberapa teknik fisioterapi yang sering
dipergunakan meliputi :
1. Terapi Air (Hydrotheraphy)
a. Pengertian dan Ruang Lingkup Hydrotherapy
Hydrotherapy adalah perawatan menggunakan air untuk tujuan kesehatan,
misalnya menghilangkan nyeri atau untuk menyembuhkan luka. Kolam renang,
whirlpools dan hubbard tank (tangki yang memungkinkan penderita untuk
merendam seluruh tubuhnya di dalam air) adalah contoh beberapa alat yang dapat
dipergunakan untuk melakukan hydrotherapy. Keuntungan penggunaan
hydrotherapy meliputi:
1) Mengurangi nyeri dan kekakuan
2) Menambah relaksasi otot.
3) Menambah kebugaran pada saat melakukan olahraga dan aktifitas lainnya.
4) Mempercepat penyembuhan
Pada hydrotherapy terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan. Sebagai
contoh adalah banyaknya fasilitas kesehatan holistik menyediakan layanan
hydrotherapy, seperti damp body wraps dan facial douches. Teknik ini kadang
dinyatakan sebagai pelengkap dan perawatan alternatif untuk semua jenis nyeri dari
vena varikosa sampai migren, dan kadang tanpa dilandasi oleh ilmu pengetahuan
yang jelas. Colon hydrotherapy (juga dikenal sebagai high colonic, high enema atau
colonic irrigation) dipasarkan sebagai media penyembuh untuk berbagai kondisi.
Walaupun demikian organisasi seperti American Cancer Society memperingatkan
bahwa colon hydrotherapy tidak didukung dengan bukti ilmu pengetahuan yang
jelas dan dapat membahayakan kesehatan karena bisa menyebarkan infeksi.
b. Efek Fisiologis Hydrotherapy
Hydrotherapy biasanya digunakan pada penderita radang sendi untuk
membantu melatih persendian. Tekanan dari air yang melawan gaya gravitasi
memungkinkan penderita untuk melatih ototnya dengan beban yang lebih kecil
terhadap sendi. Hal ini sangat penting mengingat latihan fisik diperlukan untuk
membantu penderita memulihkan jangkauan gerak sendi, memperkuat sendi,
tendon, ligamen dan otot. Bantuan tekanan dari air memungkinkan penderita
berlatih dengan beban minimal pada sendi tersebut sehingga mengurangi resiko
kerusakan lebih lanjut. Hydrotherapy juga digunakan untuk mengurangi nyeri pada
beberapa kasus. Air dapat dipanaskan atau didinginkan untuk meredakan nyeri akut
atau kondisi kronis seperti nyeri punggung, nyeri leher, nyeri sendi, radang sendi,
fibromyalgia atau kekakuan.
Hydrotherapy juga membantu memelihara mobilitas dari sendi pada suatu
penyakit yang membatasi keleluasaan dari gerak, seperti muscular dystrophy.
Hydrotherapy dalam fisioterapi dapat berfungsi untuk mempercepat penyembuhkan
luka. Perawatan dengan whirlpool membantu dalam debridement (mengangkat
jaringan yang mati dan substansi lainnya). Walaupun hydrotherapy sangat
bermanfaat untuk menangani beberapa kondisi, terdapat beberapa kondisi dan
situasi dimana hydrotherapy tidak boleh dipergunakan, sebagai contoh pada
penderita dengan luka terbuka sebaiknya tidak menggunakan kolam renang tapi
menggunakan whirlpool therapy untuk mencegah timbulnya infeksi pada luka.
c. Indikasi Hydrotherapy
Hydrotherapy diindikasikan pada berbagai keadaan seperti nyeri kepala, carpal
tunnel syndrom dan sebagainya. Beberapa indikasi hydrotherapy terdapat pada
gambar 1.
4) Sitz bath
Sitz bath merepukan tanki yang dipergunakan untuk merendam sebagian
tubuh, dan dapat terdiri dari beberapa kompartemen. Biasanya penggunaan
dilakukan dengan jalan penderita duduk di sebuah tub dengan air menutupi
pinggang. Sitz baths dapat dipergunakan untuk mengatasi kondisi seperti
lumbar pain, pelvic pain, prostatitis atau testicular/scrotal pain.
Dalam perawatan nyeri yang disebabkan karena cedera, terapi dingin dilakukan
sampai pembengkakan berkurang. Terapi dingin biasanya digunakan pada 24 sampai
48 jam setelah terjadinya cedera dan dipakai untuk mengurangi sakit dan
pembengkakan.
Festiawan, R., Nurcahyo, P. J., & Pamungkas, H. J. (2019). Pengaruh latihan small sided games
terhadap kemampuan long pass pada peserta ekstrakurikuler sepakbola. Media ilmu
keolahragaan Indonesia, 9(1), 18-22.
Festiawan, R., Ngadiman, N., Kusuma, I. J., Nurcahyo, P. J., & Kusnandar, K. (2019).
Pengembangan Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani Berbasis Games, Education,
and Visualisation (GEV) Untuk Meningkatkan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi
Remaja. Jendela Olahraga, 4(2), 13-24.
Festiawan, R., Suharjana, S., Priyambada, G., & Febrianta, Y. (2020). High intensity interval
training dan fartlek training: Pengaruhnya terhadap tingkat VO2 Max. Jurnal
keolahragaan, 8(1).
Festiawan, R., Raharja, A. T., Jusuf, J. B. K., & Mahardika, N. A. (2020). The Effect of Oregon
Circuit Training and Fartlek Training on the VO2Max Level of Soedirman Expedition
VII Athletes. Jurnal Pendidikan Jasmani dan Olahraga, 5(1), 62-69.
Festiawan, R. (2020). Pendekatan Teknik dan Taktik: Pengaruhnya terhadap Keterampilan
Bermain Futsal. Gelanggang Olahraga: Jurnal Pendidikan Jasmani Dan
Olahraga, 3(2), 143-155.
Festiawan, R. (2020). Application of Traditional Games: How Does It Affect the Children's
Fundamental Motor Skills?. Jurnal MensSana, 5(2), 162-170.
Festiawan, R. (2020). Latihan Mental Dalam Olahraga.
Hardianto, Wibowo. 1995. Pencegahan dan Petatalaksanaan Cedera Olahraga. Cetakan 1.
EGC.
Heza, F. N., Wahono, B. S., & Festiawan, R. (2020). Antioksidan Untuk Olahraga
Kesehatan. Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi, 6(2), 200-205.
Jusuf, J. B. K., Raharja, A. T., Mahardhika, N. A., & Festiawan, R. (2020). Pengaruh teknik
effleurage dan petrissage terhadap penurunan perasaan lelah pasca latihan Pencak
Silat. Jurnal Keolahragaan, 8(1), 1-8.
Kamaludin, K., Ngadiman, N., Festiawan, R., Kusuma, I. J., & Febriani, A. R. Pengembangan
Permainan Pecah Piring Sintren: Pemanfaatan Olahraga Tradisional pada Pembelajaran
untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak. TEGAR: Journal of Teaching
Physical Education in Elementary School, 3(2), 37-45.
Kristi, P. D., Kushartanti, B. W., & Festiawan, R. ELECTRICAL MUSCLE STIMULATION:
THE EFFECTS ON WEIGHT REDUCTION, PERCENTAGE OF FAT AND WAIST
CIRCLE IN OVERWEIGHT WOMEN.
Kusuma, I. J., Nurcahyo, P. J., Wahono, B. S., & Festiawan, R. (2020). Pola Pengembangan
Wisata Olahraga Rumpit Bike And Adventure Di Kabupaten Banjarnegara. Jurnal
MensSana, 5(1), 46-52.
Novita Intan Arovah. 2010. Dasar-Dasar Fisioterapi Pada Cedera Olahraga. Yogyakarta:
FIK UNY.
Saputra, S. H., Kusuma, I. J., & Festiawan, R. (2020). HUBUNGAN TINGGI BADAN,
PANJANG LENGAN DAN DAYA TAHAN OTOT LENGAN DENGAN
KETERAMPILAN BERMAIN BULUTANGKIS. Jurnal Pendidikan Olahraga, 9(1),
93-108.
Sudijandoko, Adun. 2000. Perawatan dan Pencegahan Cedera. Yogyakarta: FIK UNY.
The Athlete Project. (2005). The Injury Process. www.athleteproject.com. Diakses pada
tanggal 12 Desember 2014.
Tirtayasa, P. K. R., Santika, I. G. P. N. A., Subekti, M., Adiatmika, I. P. G., & Festiawan, R.
(2020). Barrier Jump Training to Leg Muscle Explosive Power. ACTIVE: Journal of
Physical Education, Sport, Health and Recreation, 9(3), 173-177.
Festiawan, R. (2015). Pedagogi Olahraga (Sport Pedagogy). Universitas Negeri Yogyakarta.
Yusuf, K. A. M., Nurcahyo, P. J., & Festiawan, R. HUBUNGAN STATUS GIZI
DANASUPAN ENERGI DENGAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI. JURNAL
ILMU KEOLAHRAGAAN, 19(1), 76-83.