Anda di halaman 1dari 5

“Pemerataan Pembangunan di Indonesia tidak Maksimal”

Oleh: Ventuno Forte (Jurusan Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik)

Komarudin (1999:97) menjelaskan pembangunan sebagai upaya

pengelolaan sumber daya alam serta sumber daya manusia melalui pemanfaatan

teknologi secara berkelanjutan untuk memperbaiki infrastruktur dengan

mempertimbangkan faktor lingkungan hidup, mementingkan aturan yang

didasarkan pada keberlangsungan ekosistem, ekonomi, sosial budaya, politik dan

pertahanan keamanan, untuk melindungi kualitas kehidupan generasi masa kini

dan generasi yang akan datang.

Pembangunan selalu diidentikkan dengan peningkatan infrastruktur fisik.

Pembangunan fisik meliputi aspek perbaikan jalan, jembatan, gedung, serta

fasilitas umum lainnya. Peningkatan infrastruktur fisik dilakukan supaya

meningkatkan konektivitas antar wilayah, dan meningkatkan kualitas hidup serta

kesejahteraan penduduknya (Agustin & Hariyani, 2023:1).

Pembangunan mencakup berbagai macam aspek yang meliputi

perencanaan tata ruang, pembangunan fisik, pembangunan transportasi,

pengadaan fasilitas umum, pengelolaan sumber daya (Rasudin, 2012).

Pembangunan juga tidak semata-mata hanya untuk menyelesaikan permasalahan

terkini, melainkan harus didasarkan pada konsep pembangunan berkelanjutan

yang memenuhi aspek sosial, ekonomi, serta lingkungan yang nantinya tidak

merugikan generasi yang akan datang. Selain harus memperhatikan ketiga aspek

tersebut, peran pemerintah menjadi faktor penentu yang penting dalam

mewujudkan keberhasilan pembangunan yang berkelanjutan.


Merujuk pada pernyataan definisi diatas, pembangunan seharusnya

menjadi salah satu cara dalam upaya mewujudkan cita-cita dan tujuan bangsa

Indonesia sesuai dengan pembukaan UUD 1945 alinea keempat. Faktanya,

pembangunan yang berjalan di Indonesia masih bersifat sentralistik-daerah (pusat

di daerah). Sehingga bertentangan dengan pancasila, sila kelima yang berbunyi

“Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Artinya statement ini sesuai

dengan mosi yang diajukan bahwa “Dewan ini menyutujui kalau pemerataan

pembangunan di Indonesia tidak maksimal”.

Selain bertentangan dengan pancasila, ketidakmerataan pembangunan

yang terjadi di Indonesia juga bertentangan dengan UU No. 25 tahun 2004,

perihal pembangunan yang seharusnya bersifat adil dan merata (M & Alfirdaus,

2019). Konsep keadilan dalam pikiran Aristoteles sangatlah penting untuk

menciptakan kestabilan. Konsep keadilan yang dianut oleh Indonesia adalah

“equity” yang memiliki ciri khas pada konsep “kesamaan” yang sesuai dengan

kebutuhannya masing-masing. Konsep keadilan juga merujuk pada tujuan untuk

menciptakan kesejahteraan umum (bonum commune). Artinya pembangunan

adalah hak bagi warga negara dan kewajiban bagi negara untuk melindunginya.

Ketidakmerataan pembangunan disebabkan oleh kausalitas yang terjadi

diantara faktor-faktor permasalahan lain yang ada di Indonesia. Faktor-faktor

yang dimaksud adalah:

1. Belum adanya sikap profesionalisme dari perilaku pemimpin dalam

mengembangkan fasilitas infrastruktur di daerah.

2. Rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)

3. Minimnya sumber daya modal dan investasi


4. Teknologi yang masih rendah

5. Meledaknya tingkat jumlah penduduk

Belum adanya sikap profesionalisme dari perilaku pemimpin dalam

mengembangkan fasilitas infrastruktur di daerah merujuk pada perilaku para

pejabat di tingkat pusat maupun daerah yang banyak terlibat kasus korupsi.

Berdasarkan data dari Indonesia Corruption Watch (ICW), ada 579 kasus korupsi

yang telah ditindak di Indonesia sepanjang 2022 (Bayu, 2023).

Kemudian untuk faktor rendahnya Sumber Daya Manusia (SDM) merujuk

pada data “World Intelligence Ranking” yang menyatakan bahwa rata-rata IQ

masyarakat Indonesia ada di angka 78,49. Kalau dilihat berdasarkan kategorisasi

IQ, orang Indonesia ada pada predikat “Idiot”. Selain itu, angka stunting di

Indonesia juga ada di angka 21,6 persen. Artinya dari 273,8 juta, 59.140.800

orang terkena stunting yang diakibatkan dari kurangnya asupan gizi yang diterima

(worldpopulationreview.com, 2023).

Selanjutnya, perihal minimnya sumber daya modal dan investasi merujuk

pada kasus dimana para investor asing yang lebih memilih untuk

menginvestasikan modalnya ke Vietnam dibandingkan ke Indonesia . Kemudian

besarnya pendapatan negara tidak sebanding dengan kebutuhan belanja negara ini

yang menyebabkan Indonesia selalu berutang. Bahkan total utang Indonesia

sekarang sebesar Rp7.855,53 triliun.

Demikian juga dengan faktor teknologi Indonesia yang masih rendah,

dimana pemerintah Indonesia lebih sering membeli dan menggunakan

kecanggihan teknologi yang di produksi oleh negara lain, bahkan sering

menggunakan teknologi dengan keadaan bekas. Selain itu, di daerah-daerah yang


aksessnya sulit untuk dijangkau oleh pemerintah pusat bahkan tidak merasakan

manfaat dari adanya perkembangan teknologi. Bahkan dari mereka sering disebut

sebagai daerah tertinggal atau orang tertinggal.

Selain itu, faktor meledaknya tingkat jumlah penduduk menjadi salah satu

alasan terjadinya ketidakmerataan pembangunan karena skala prioritas yang

digunakan adalah untuk menyelesaikan permasalahan kepadatan penduduk,

sehingga pembangunan hanya terfokus disana.

Dari banyaknya permasalahan yang menyebabkan ketidakmerataan

pembangunan, ada beberapa solusi yang bisa ditempuh oleh pemerintah selaku

pemangku kebijakan adalah sebagai berikut:

1. Memperbaiki tingkat pendidikan

2. Reformasi birokrasi

3. Mempermudah izin usaha untuk investor

4. Pemberian beasiswa kepada guru dengan harapan meningkatnya

standarisasi guru di Indonesia

5. Penegakan konstitusi dengan cara menembak mati kepada tersangka

pidana koruptor.

6. Menggalakan kebijakan KB (Dua anak lebih baik)

7. Pengoptimalan kerjasama multilateral negara Indonesia dalam

mengembangkan teknologi dalam negeri.


DAFTAR PUSTAKA

Agustin, I. W., & Hariyani, S. (2023). Pengelolaan Infrastruktur Kota dan

Wilayah. Universitas Brawijaya Press.

Average IQ by Country 2023. (2023). Worldpopulationreview.Com.

https://dataindonesia.id/varia/detail/icw-penindakan-kasus-korupsi-

meningkat-pada-2022#:~:text=Jumlah Penindakan Kasus Korupsi di

Indonesia&text=Berdasarkan data Indonesia Corruption Watch,sebelumnya

yang sebanyak 533 kasus.

Bayu, D. (2023). ICW: Penindakan Kasus Korupsi Meningkat pada 2022.

DataIndonesia.Id. https://dataindonesia.id/varia/detail/icw-penindakan-kasus-

korupsi-meningkat-pada-2022#:~:text=Jumlah Penindakan Kasus Korupsi di

Indonesia&text=Berdasarkan data Indonesia Corruption Watch,sebelumnya

yang sebanyak 533 kasus.

Komarudin. (1999). Pembangunan Perkotaan Berwawasan Lingkungan.

Direktorat Jenderal Cipta Karya.

M, Y. C., & Alfirdaus, L. K. (2019). Ketidakmerataan Pembangunan Infrastruktur

Daerah dan Dampaknya bagi Kesejahteraan Masyarakat di Kabupaten

Banjarnegara. Undip: Journal of Politic and Government Studies, 8(2), 1–15.

Rasudin, N. (2012). Rencana Tata Ruang Perkotaan Berdasarkan Undang-Undang

Nomor: 26 Tahun 2007. JIP (Jurnal Industri Dan Perkotaan), 12(22), 1754–

1762.

Anda mungkin juga menyukai