Bagian I
MERUMUSKAN
INDIKATOR PENCAPAIAN KOPETENSI
DAN TUJUAN PEMBELAJARAN
“Katakanlah (Muhammad), ‘Inilah jalanku yang lurus, aku dan orang-orang yang
mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan ilmu.’” (Qs. Yusuf: 108)
A. Pengertian Indikator
B. Fungsi Indikator
C. Mekanisme Pengembangan Indikator
D. Menganalisis Karakteristik Mata Pelajaran, Peserta Didik, dan Sekolah
E. Menganalisis Kebutuhan dan Potensi
F. Merumuskan Indikator
G. Cakupan Indikator Pencapaian Kompetensi dan Tujuan Pembelajaran
H. Rumusan Indikator Pencapaian dan Tujuan Pembelajaran
I. Mengembangkan Indikator Penilaian
J. Manfaat Indikator Penilaian
1
A. Pengertian Indikator
Indikator merupakan salah satu komponen dari RPP. Indikator digunakan sebagai penanda
pencapaian Kompetensi Dasar (KD), ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur
yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai
dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan
dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi.
1. Tuntutan kompetensi yang dapat dilihat melalui kata kerja yang digunakan dalam KD;
2. Karakteristik mata pelajaran, peserta didik, dan sekolah;
3. Potensi dan kebutuhan peserta didik, masyarakat, dan lingkungan/daerah.
Indikator dirumuskan dalam bentuk kalimat dengan menggunakan kata kerja operasional.
Rumusan indikator sekurang-kurangnya mencakup dua hal yaitu tingkat kompetensi dan
materi yang menjadi media pencapaian kompetensi.
B. Fungsi Indikator
Indikator memiliki kedudukan yang sangat strategis dalam mengembangkan pencapaian
kompetensi berdasarkan Standar Kopetensi dan Kopetensi Dasar.
2
4. Pedoman dalam merancang dan melaksanakan penilaian hasil belajar
Indikator menjadi pedoman dalam merancang, melaksanakan, serta mengevaluasi hasil
belajar, Rancangan penilaian memberikan acuan dalam menentukan bentuk dan jenis
penilaian, serta pengembangan indikator penilaian.
Hal ini diperlukan untuk memenuhi tuntutan minimal kompetensi yang dijadikan
standar secara nasional. Sekolah dapat mengembangkan indikator melebihi standar
minimal tersebut.
Tingkat kompetensi dapat dilihat melalui kata kerja operasional yang digunakan dalam
KD. Tingkat kompetensi dapat diklasifikasi dalam tiga bagian, yaitu tingkat
pengetahuan, tingkat proses, dan tingkat penerapan. Kata kerja pada tingkat
pengetahuan lebih rendah dari pada tingkat proses maupun penerapan. Tingkat
penerapan merupakan tuntutan kompetensi paling tinggi yang diinginkan. Klasifikasi
tingkat kompetensi berdasarkan kata kerja yang digunakan disajikan dalam Tabel 1
(halaman 4).
Selain tingkat kompetensi, penggunaan kata kerja menunjukan penekanan aspek yang
diinginkan, mencakup sikap, pengetahuan, serta keterampilan. Pengembangan
indikator harus mengakomodasi kompetensi sesuai tendensi yang digunakan KD. Jika
aspek keterampilan lebih menonjol, maka indikator yang dirumuskan harus mencapai
kemampuan keterampilan yang diinginkan. Klasifikasi kata kerja berdasarkan aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik disajikan dalam Tabel 2, 3, dan 4 (halaman 5 dan6).
Klasifikasi Tingkat
No Kata Kerja Operasional yang Digunakan
Kompetensi
1 Berhubungan dengan 1. Mendeskripsikan (describe)
mencari keterangan 2. Menyebutkan kembali (recall)
(dealing with retrieval) 3. Melengkapi (complete)
4. Mendaftar (list)
5. Mendefinisikan (define)
6. Menghitung (count)
7. Mengidentifikasi (identify)
8. Menceritakan (recite)
9. Menamai (name)
2 Memproses (processing) 1. Mensintesis (synthesize)
2. Mengelompokkan (group)
3. Menjelaskan (explain)
4. Mengorganisasikan (organize)
5. Meneliti/melakukan eksperimen (experiment)
6. Menganalogikan (make analogies)
3
Klasifikasi Tingkat
No Kata Kerja Operasional yang Digunakan
Kompetensi
7. Mengurutkan (sequence)
8. Mengkategorikan (categorize)
9. Menganalisis (analyze)
10. Membandingkan (compare)
11. Mengklasifikasi (classify)
12. Menghubungkan (relate)
13. Membedakan (distinguish)
14. Mengungkapkan sebab (state causality)
3 Menerapkan dan 1. Menerapkan suatu prinsip (applying a principle)
mengevaluasi 2. Membuat model (model building)
3. Mengevaluasi (evaluating)
4. Merencanakan (planning)
5. Memperhitungkan/meramalkan kemungkinan
(extrapolating)
6. Memprediksi (predicting)
7. Menduga/Mengemukakan pendapat/ mengambil
kesimpulan (inferring)
8. Meramalkan kejadian alam/sesuatu (forecasting)
9. Menggeneralisasikan (generalizing)
10. Mempertimbangkan /memikirkan kemungkinan-
kemungkinan (speculating)
11. Membayangkan /mengkhayalkan/
mengimajinasikan (Imagining)
12. Merancang (designing)
13. Menciptakan (creating)
14. Menduga/membuat dugaan/ kesimpulan awal
(hypothezing)
4
Pengetahuan Pemahaman Penerapan Analisis Sintesis Penilaian
Menyadari Mendiskusikan Menggunakan Menjelajah Mengoreksi Mengukur
Menghafal Menggali Menilai Membagankan Merancang Merangkum
Meniru Mencontohkan Melatih Menyimpulkan Merencanakan Membuktikan
Mencatat Menerangkan Menggali Menemukan Mendikte Memvalidasi
Mengulang Mengemukakan Mengemukakan Menelaah Meningkatkan Mengetes
Mereproduksi Mempolakan Mengadaptasi Memaksimalkan Memperjelas Mendukung
Meninjau Memperluas Menyelidiki Memerintahkan Memfasilitasi Memilih
Memilih Menyimpulkan Mengoperasikan Mengedit Membentuk Memproyeksikan
Menyatakan Meramalkan Mempersoalkan Mengaitkan Merumuskan
Mempelajari Merangkum Mengkonsepkan Memilih Menggeneralisasi
Mentabulasi Menjabarkan Melaksanakan Mengukur Menggabungkan
Memberi kode Meramalkan Melatih Memadukan
Menelusuri Memproduksi Mentransfer Membatas
Menulis Memproses Mereparasi
Mengaitkan Menampilkan
Menyusun Menyiapkan
Mensimulasikan Memproduksi
Memecahkan Merangkum
Melakukan Merekonstruksi
Mentabulasi
Memproses
Meramalkan
5
Tabel 4. Kata Kerja Ranah Psikomotorik
Kelompok Mata
Mata Pelajaran Aspek yang Dinilai
Pelajaran
Agama dan Akhlak
Pendidikan Agama Afektif dan Kognitif
Mulia
Kewarganegaraan dan Pendidikan
Afektif dan Kognitif
Kepribadian Kewarganegaraan
Jasmani Olahraga dan Psikomotorik, Afektif, dan
Penjas Orkes
Kesehatan Kognitif
Estetika Seni Budaya Afektif dan Psikomotorik
Afektif, Kognitif, dan/atau
Ilmu Pengetahuan Matematika, IPA, IPS
Psikomotorik sesuai karakter
dan Teknologi Bahasa, dan TIK.
mata pelajaran
Setiap mata pelajaran memiliki karakteristik tertentu yang membedakan dari mata pelajaran
lainnya. Perbedaan ini menjadi pertimbangan penting dalam mengembangkan indikator.
Karakteristik mata pelajaran bahasa yang terdiri dari aspek mendengar, membaca,
berbicara dan menulis sangat berbeda dengan mata pelajaran matematika yang dominan
pada aspek analisis logis. Guru harus melakukan kajian mendalam mengenai karakteristik
6
mata pelajaran sebagai acuan mengembangkan indikator. Karakteristik mata pelajaran
dapat dikaji pada dokumen standar isi mengenai tujuan, ruang lingkup dan SK serta KD
masing-masing mata pelajaran.
Pengembangkan indikator memerlukan informasi karakteristik peserta didik yang unik dan
beragam. Peserta didik memiliki keragaman dalam intelegensi dan gaya belajar. Oleh karena
itu indikator selayaknya mampu mengakomodir keragaman tersebut. Peserta didik dengan
karakteristik unik visual-verbal atau psiko-kinestetik selayaknya diakomodir dengan
penilaian yang sesuai sehingga kompetensi siswa dapat terukur secara proporsional.
Sebagai contoh dalam mata pelajaran matematika SMP indikator sebagai berikut:
Indikator
1. Menyebutkan unsur-unsur dan bagian-bagian lingkaran: pusat lingkaran, jari-jari,
diameter, busur, talibusur, juring dan tembereng
Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menyebutkan unsur-unsur dan bagian-bagian lingkaran : pusat
lingkaran, jari-jari, diameter, busur, talibusur, juring dan tembereng
2. ......................
3. .....................
E. Menganalisis Kebutuhan dan Potensi
Kebutuhan dan potensi peserta didik, sekolah dan daerah perlu dianalisis untuk dijadikan
bahan pertimbangan dalam mengembangkan indikator. Penyelenggaraan pendidikan
seharusnya dapat melayani kebutuhan peserta didik, lingkungan, serta mengembangkan
potensi peserta didik secara optimal. Peserta didik mendapatkan pendidikan sesuai dengan
potensi dan kecepatan belajarnya, termasuk tingkat potensi yang diraihnya.
Indikator juga harus dikembangkan guna mendorong peningkatan mutu sekolah di masa
yang akan datang, sehingga diperlukan informasi hasil analisis potensi sekolah yang
berguna untuk mengembangkan kurikulum melalui pengembangan indikator.
F. Merumuskan Indikator
7
5. Indikator harus dapat mengakomodir karakteristik mata pelajaran sehingga
menggunakan kata kerja operasional yang sesuai. Contoh kata kerja yang dapat
digunakan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran tersaji dalam lampiran 1.
6. Rumusan indikator dapat dikembangkan menjadi beberapa indikator penilaian yang
mencakup afektif, ranah kognitif, dan/atau psikomotorik.
Contoh:
Kompetensi Dasar:
Memprediksi pola barisan dan deret aritmetika dan geometri atau barisan lainnya
melalui pengamatan dan memberikan alasannya
Indikatornya:
1. Menentukan pola suatu barisan.
2. Medeskripsikan dan menentukan suku ke-n dari suatu permasalahan barisan
3. Mendeskripsikan dan menentukan beda dari barisan aritmetika
4. Mendeskripsikan pengertian deret aritmetika
5. Menentukan jumlah n suku pertama dari suatu permasalan tentang deret aritmetika
Penyusunan RPP mata pelajaran merupakan tugas profesi guru kelas maupun guru mata
pelajaran. Dengan diberlakukannya kurikulum 2013, beberapa kebijakan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan dalam penyusunan RPP mengalami beberapa kali perubahan.
Pada Permendikbud No. 103 Tahun 2014 Tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar
dan Menengah, menjelaskan format RPP tidak mengharuskan disusun tujuan pembelajaran
atau bersifat opsional.
Sementara Permendikbud No 22 tahun 2016, menjelaskan bahawa indikator pencapaian
kompetensi dan tujuan pembelajaran disusun oleh guru dengan merujuk kompetensi dasar.
Kompetensi dasar telah difomulakan secara nasional dan tertuliskan pada kurikulum dan
silabus. Kompetensi dasar sebagai standar kemampuan minimal pencapaian pembelajaran
suatu mata pelajaran disusun bersifat luas, umum, dan belum operasional. Sesuai dengan
karakteristik keunikan satuan pendidikan (kelengkapan fasilitas belajar, guru, potensi
peserta didik, dlsb.) guru harus menjabarkan KD menjadi perilaku yang lebih spesifik,
operasional, teramati, dan terukur. Untuk mengukur perilaku spesifik peserta didik
dirumuskan indikator pencapaian kompetensi. Namun demikian, jika rumusan indikator
pencapaian kompetensi masih bisa lebih spesifik dan detail, maka disusun tujuan
pembelajaran. Dengan kata lain, tujuan pembelajaran tetap dibutuhkan untuk mengukur
8
perilaku spesifik (kemampuan yang lebih mendasar dan detail) peserta didik, dan sebagai
indikator atau penanda tercapainya tujuan proses belajar mengajar, setelah peserta didik
menerima pesan pembelajaran yang terkandung dalam materi yang disampaikan guru.
Berdasarkan Bloom (1956), serta Anderson dan Krathwol (2001), menyatakan bahwa
tujuan pembelajaran diklasifikasikan menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Ramuan konsep Bloom, Anderson dan Krathwol, serta Dave (1967), serta
Permendikbud No 22 tahun 2016, menjelaskan bahwa formula indikator dan tujuan
pembelajaran disusun dengan memperhatikan tiga ranah dan tingkatannya, yaitu ranah:
sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
9
Hubungan Level Kognitif dan Dimensi Pengetahuan
Adapun ciri rancangan pembelajaran yang berorientasi HOTS dalam komponen RPP,
yaitu: Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) sebagai jabaran Kompetensi Dasar (KD),
Tujuan, Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran, dan Penilaian Pembelajaran dalam
RPP. Dari sini dapat dikatakan bahwa penerapan HOTS dalam RPP cakupannya lebih
luas dibanding unsur-unsur pembelajaran terbaru lainnya.
10
H. Rumusan Indikator Pencapaian dan Tujuan Pembelajaran
Polemik bagaimana merumuskan indikator dan tujuan pembelajaran yang baik berkembang
dari tahun 70-an hingga saat ini. Pandangan pertama, praktisi pendidikan berpendapat
bahwa menyusun indikator pencapaian kompetensi dan tujuan pembelajaran yang paling
mencantumkan perilaku (behavior). Alasan yang dikemukakan pandangan praktisi,
merumuskan indikator pencapaian kompetensi dan tujuan pembelajaran yang memenuhi
komponen ABCD (Smaldino, dkk., 2015) dalam desain pembelajaran (RPP), akan
merepotkan dan terkesan formalitas. Dipertajam dengan pandangan bahwa RPP masih
tahapan rancangan pembelajaran, yang penerapannya masih bisa dikreasi sesuai dengan
kesiapan guru, kesiapan siswa, dan strategi pengelolaan pembelajaran.
Pandangan kedua, akademisi berasumsi penerapan formula Robert Mager (1962) dalam
menyusun tujuan pembelajaran yang memenuhi unsur ABCD akan memberikan petunjuk
yang jelas bagi guru untuk menerapkan strategi pembelajaran yang baik, serta menjadi
petunjuk yang baik bagi penyusun tes yang benar-benar mengukur perilaku peserta didik.
Unsur-unsur ABCD yang berasal dari empat kata sebagai berikut:
A : Audience
B : Behavior
C : Condition
D : Degree
a. Audience (A), adalah peserta didik yang akan belajar. Dalam merumuskan indikator
dan tujuan pembelajaran harus dijelaskan siapa peserta didik yang akan mengikuti
pelajaran, atau peserta didik yang mana? Pembelajaran memiliki sasaran yang sempit,
kelas dan semester berapa? Namun demikian, jika format RPP telah diawali dengan
identitas sekolah dan identitas mata pelajaran, maka sebutan “peserta didik atau siswa”
sudah terwakili.
b. Behavior (B), adalah perilaku yang spesifik yang akan dimunculkan oleh peserta didik
setelah selesai memperoleh pengalaman belajar dalam pelajaran tersebut. Perilaku ini
terdiri dari atas dua bagian penting, yaitu: kata kerja dan obyek. Kata kerja
menunjukkan kemampuan minimal (standart performance) bagaimana peserta didik
menunjukkan sesuatu, seperti: menjelaskan, menunjukkan, menganalisis, mengkikir,
mengebor dlsb. Objek (standart content) menunjukkan apa yang akan dilakukan peserta
didik, misalnya definisi hukum kirchoff 1, terjadinya fotosintesis, prosedur mengkikir,
dlsb. Komponen perilaku dalam indikator pencapaian kompetensi dan tujuan
pembelajaran adalah tulang punggung RPP secara keseluruhan. Tanpa perilaku yang
jelas, komponen yang lain menjadi tidak bermakna. Bila contoh kata kerja dan obyek
di atas disatukan dalam bentuk perilaku dan obyek, akan tersusun sebagai berikut:
1) menjelaskan hukum kirchoff 1
2) menganalisis terjadinya fotosintesis pada tumbuhan,
3) menjelaskan prosedur mengkikir, dlsb
Komponen perilaku diformulakan dengan kata kerja operasional dan single
performance. Kata kerja operasional, artinya perilaku yang dilakukan peserta didik
harus dapat diamati, dan terukur. Contoh kata kerja yang bermakna kabur: mengetahui
(know), mengerti (understand), menghargai (appreciate), dan lain sebagainya. Single
performance, maknanya dalam satu indikator pencapaian kompetensi dan satu tujuan
pembelajaran hanya mengdung perilaku tunggal yang akan dilakukan perserta didik,
sehingga pengukuran hasil belajar mudah (tidak ambigu).
Contoh: peserta didik akan mampu menjelaskan dan menghitung volume kubus dengan
11
masing-masing sisi 15 cm
c. Condition (C), Komponen ketiga dalam perumusan indikator dan tujuan pembelajaran
adalah condition (C). C adalah kondisi, yang berarti batasan yang dikenakan kepada
peserta didik atau alat/peralatan yang digunakan peserta didik pada saat dilakukan
penilaian. Kondisi itu bukan keadaan pada saat peserta didik belajar. Indikator dan
tujuan pembelajaran mempunyai komponen peserta didik dan perilaku seperti
kebanyakan digunakan orang seharusnya mengandung komponen yang memberikan
petunjuk kepada pengembang tes tentang kondisi atau dalam keadaan bagaimana
peserta didik diharapkan mendemonstrasikan perilaku yang dikehendaki pada saat
dilakukan penilaian. Misalnya:
1) Diberikan tiga rumus menghitung rata-rata skor,......
2) Dengan kalkulator,....
3) Setelah pembelajaran,..
Kondisi contoh 1) dan 2), adalah keadaan yang spesifik diperlukan untuk melakukan
pengalaman belajar, yang tentunya akan mempengaruhi tingkat (kualitas) hasil belajar.
Sementara kondisi contoh 3), adalah keadaan umum yang mesti terjadi pada peserta
didik selama proses belajar.
d. Degree (D), dalam contoh perumusan indikator dan tujuan pembelajaran telah tercakup
unsur peserta didik, perilaku, dan kondisi. Tetapi, sebagai suatu indikator pencapaian
kompetensi dan tujuan pembelajaran yang dapat dijadikan petunjuk dalam menilai
keberhasilan dalam mencapai perilaku yang terdapat di dalamnya, masih diperlukan
jawaban terhadap pertanyaan berikut: “seberapa baik peserta didik diharapkan
menampilkan perilaku tsb? Untuk itu, diperlukan satu komponen terakhir yang harus
ada dalam indikator pencapaian kompetensi dan tujuan pembelajaran, yaitu komponen
Degree (D). Degree adalah tingkat keberhasilan peserta didik dalam mencapai perilaku
tersebut. Contoh degree sebagai berikut:
1) peserta didik diharapkan mengukur jari-jari lingkaran tabung kertas dengan
kebenaran 70%,
2) peserta didik diharapkan mengukur jari-jari silinder torak dengan tingkat
kesalahan 0,1 mm
Degree contoh 1), guru pada saat penilaian masih memberikan toleransi yang besar.
Dengan pertimbangan bahwa tabung yang terbuat dari kertas, pasti memiliki kelenturan
bahan, sehingga besar kemungkinan hasil pengukuran kurang tepat. Guru lebih
menekankan pada prosedur pengukuran yang benar. Degree contoh 2), guru pada saat
penilaian tidak memberikan toleransi kesalahan pengukuran. Dengan pertimbangan
torak (piston) terbuat dari bahan campuran almunium, tembaga, silikon dan nikel agar
piston tidak karat, kuat dengan temperatur tinggi. Kesalahan pengukuran lebih dari 0,1
mm, akan menyebabkan torak (piston) tidak dapat masuk silinder atau jika dapat masuk,
daya kompresi berkurang. Tingkat keberhasilan ditunjukkan dengan batas minimal dari
penampilan suatu perilaku yang dianggap dapat diterima. Di atas batas itu, berarti
peserta didik belum mencapai indikator pencapaian kompetensi dan tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan.
Keempat komponen rumusan indikator pencapaian kompetensi dan tujuan
pembelajaran tersebut dapat dilakukan oleh guru (sebagai desainer pembelajaran) yang
telah memahami dan menghayati essensi sistem pembelajaran sebagai investasi masa
depan bangsa yang harus dipertanggung jawabkan akuntabilitas keprofesiannya.
12
Contoh tujuan pembelajaran berbasis HOTS
Setelah mengidentifikasi bagian dari ……… Setelah mengidentifikasi bagian dari ………
…………., peserta didik dapat menyebutkan …………., peserta didik dapat menilai (HOTS)
(LOTS) …….. dengan baik …….. dengan baik
Melalui kegiatan membaca buku teks (tidak Melalui kegiatan mengamati video tentang
mengintegrasikan ICT), peserta didik dapat ……… (mengintegrasikan ICT), peserta didik
menyebutkan 3 ciri dai …….. dengan tepat dapat menyebutkan 3 ciri dari …….. dengan tepat
Setelah bertanya jawab dengan guru (tidak Setelah membaca teks powerpoint
mengintegrasikan ICT), peserta dapat (mengintegrasikan ICT), peserta didik dapat
membuat …………….. dengan benar membuat ……….. dengan benar
13
Kompetensi Jenjang
Indikator Penilaian Bentuk
Dasar/Indikator Kognitif
Kompetensi Dasar:
Memprediksi pola barisan
dan deret aritmetika dan
geometri atau barisan
lainnya melalui
pengamatan dan
memberikan alasannya
Indikatornya:
1. Menentukan pola Siswa dapat …………… Penilaian hasil
suatu barisan. Siswa dapat …………….. karya/produk
2. Medeskripsikan dan . Penilaian
menentukan suku ke-n sikap
dari suatu
permasalahan barisan
3. Mendeskripsikan dan Tes tertulis
menentukan beda dari
barisan aritmetika
4. Mendeskripsikan Tes tertulis
pengertian deret
aritmetika
5. Menentukan jumlah n Tes tertulis
suku pertama dari
suatu permasalan
tentang deret aritmetika Tes tertulis
1. Guru dalam mengembangkan kisi-kisi penilaian yang dilakukan melalui tes (tes tertulis
seperti ulangan harian, ulangan tengah semester, dan ulangan akhir semester, tes
praktik, dan/atau tes perbuatan) maupun non-tes.
2. Peserta didik dalam mempersiapkan diri mengikuti penilaian tes maupun non-tes.
Dengan demikian siswa dapat melakukan self assessment untuk mengukur kemampuan
diri sebelum mengikuti penilaian sesungguhnya.
3. Pimpinan sekolah dalam memantau dan mengevaluasi keterlaksanaan pembelajaran
dan penilaian di kelas.
4. Orang tua dan masyarakat dalam upaya mendorong pencapaian kompetensi siswa lebih
maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
14
Harrow, A. J. (1972). A taxonomy of the psychomotor domain: A guided for developing
behavioral objective. New York: David Mc Key Company.
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (2002). Jakarta: Balai Pustaka
Mardapi, Dj. dan Ghofur, A, (2004). Pedoman Umum Pengembangan Penilaian; Kurikulum
Berbasis Kompetensi SMA. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum.
Mehrens, W.A, and Lehmann, I.J, (1991). Measurement and Evaluation in Education and
Psychology. Fort Woth: Holt, Rinehart and Winston, Inc.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Jakarta:
Fokus Media.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 14 tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang
Standar Isi, Jakarta, 2006.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Standar Kompetensi Lulusan, Jakarta, 2006.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2006 tentang
Pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 6 Tahun
2007. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 25 tahun 2006 tentang Rincian Tugas Unit
Kerja di Lingkungan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2007 tentang
tentang Standar Penilaian Pendidikan.
Popham,W.J., (1999). Classroon Asessment: What teachers need to know. Mass: Allyn-
Bacon.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Fokus
Media
Lampiran:
15
2. Ranah afektif (Afective domain)
3. Ranah psikomotor (psychomotor domain)
Menambah (add)
Membagi dua (bisect)
Menghitung/mengkalkulasi (calculate)
Mencek/meneliti (check)
Membatasi (circumscribe)
Menghitung/mengkomputasi (compute)
Menghitung (count)
Memperbanyak (cumulate)
Mengambil dari (derive)
Membagi (divide)
Memperkirakan (estimate)
Menyarikan/menyimpulkan (extract)
Memperhitungkan (extrapolate)
Membuat grafik (graph)
Mengelompokkan (group)
Memadukan/mengintegrasikan (integrate)
Menyisipkan/menambah (interpolate)
Mengukur (measure)
Mengalikan/memperbanyak (multiply)
Menomorkan (number)
Membuat peta (plot)
Membuktikan (prove)
Mengurangi (reduce)
Memecahkan (solve)
Mengkuadratkan(square)
Mengurangi (substract)
Menjumlahkan (sum)
Mentabulasi (tabulate)
Mentally (tally)
Memverifikasi (verify)
Menerima (accept)
Mengakui/menerima sesuatu (admit)
Menyetujui (agree)
Membantu (aid)
Membolehkan/menyediakan/memberikan (allow)
Menjawab (answer)
Menjawab/mengemukakan pendapat dengan alasan-alasan (argue)
Mengkomunikasikan (communicate)
Memberi pujian/mengucapkan selamat (compliment)
16
Menyumbang (contribute)
Bekerjasama (cooperate)
Berdansa (dance)
Menolak /menidaksetujui (disagree)
Mendiskusikan (discuss)
Memaafkan (excuse)
Memaafkan (forgive)
Menyambut/menyalami (greet)
Menolong/membantu (help)
Berinteraksi/melakukan interaksi (interact)
Mengundang (invite)
Menggabung (joint)
Menertawakan (laugh)
Menemukan (meet)
Berperanserta (participate)
Mengizinkan/membolehkan (permit)
Memuji-muji (praise)
Bereaksi (react)
Menjawab/menyahut (reply)
Tersenyum (smile)
Berbicara (talk)
Berterimakasih (thank)
Berkunjung (visit)
Bersukarela (volunteer)
Menganalisis (analyze)
Menghargai (appraise)
Menilai (assess)
Mengkombinasikan (combine)
Membandingkan (compare)
Menyimpulkan (conclude)
Mengkontraskan (contrast)
Mengkritik (critize)
Menarik kesimpulan (deduce)
Membela/mempertahankan (defend)
Menunjukkan / menandakan (designate)
Menentukan (determine)
Mencari /menjelajah (discover)
Mengevaluasi (evaluate)
Merumuskan (formulate)
Membangkitkan/menghasilkan/menyebabkan (generate)
17
Membujuk/menyebabkan (induce)
Menduga/Mengemukan pendapat/mengambil kesimpulan (infer)
Merencanakan (plan)
Menyusun (structure)
Menggantikan (substitute)
Menyarankan (suggest)
Memilih (choose)
Mengumpulkan (collect)
Mendefinisikan (define)
Menjelaskan sesuatu (describe)
Mendeteksi (detect)
Membedakan antara 2 macam (differentiate)
Membedakan/Memilih-milih (discriminate)
Membedakan sesuatu (distinguish)
Mengidentifikasi (identify)
Mengindikasi (indicate)
Mengisolasi (isolate)
Mendaftarkan (list)
Memadukan (match)
Meniadakan (omit)
Mengurutkan (order)
Mengambil (pick)
Menempatkan (place)
Menunjuk (point)
Memilih (select)
Memisahkan (separate)
Mengubah (alter)
Menanyakan (ask)
Mengubah (change)
Merancang (design)
Menggeneralisasikan (generalize)
Memodifikasi (modify)
Menguraikan dengan kata-kata sendiri (paraphrase)
Meramalkan (predict)
Menanyakan (question)
Menyusun kembali (rearrange)
Mengkombinasikan kembali (recombine)
Mengkonstruk kembali (reconstruct)
Mengelompokkan kembali (regroup)
Menamakan kembali (rename)
Menyusun kembali (reorder)
Mengorganisasikan kembali (reorganize)
Mengungkapkan kembali (rephrase)
18
Menyatakan kembali (restate)
Menyusun kembali (restructure)
Menceritakan kembali (retell)
Menuliskan kembali (rewrite)
Menyederhanakan (simplify)
Mengsintesis (synthesize)
Mengsistematiskan (systematize)
TUGAS/DISKUSI :
Indikator Pencapaian
Kompetensi Dasar Tujuan Pembelajaran
Kompetensi
3. Pilih sebuah KD untuk materi matematika SMP atau SMA. Kembangkan KD tersebut
menjadi indikator-indikator penilaian. Perhatikan dengan baik kata kerja dalam
mengembangkan indikator tersebut. Susun seperti tabel berikut
Jenjang Bentuk
Kompetensi Dasar Indikator Penilaian
Kognitif Penilaian
19