Anda di halaman 1dari 4

TEPUNG TAMARIND

Di susun oleh:
Anggota Kelompok 11 : Muhammad Fardan Al R(E1G023005)
: Hidayat Ramadhani (E1G023037)
: Galih Saputra (E1G023075)
Dosen : Dra. Devi silsia, M.si

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU 2024
A. Sumber, senyawa penyusun, dan struktur Tepung tamarind
1. Sumber:
Tepung Tamarind berasal dari Buah tamarind yang mana buah ini berasal dari pohon
tamarind (Tamarindus indica), yang tumbuh subur di wilayah tropis dan subtropis. Pohon ini
menghasilkan polong panjang yang berisi pulpa buah yang berair dan asam.
2. Senyawa penyusun:
Tepung tamarind mengandung sejumlah senyawa, termasuk asam tartaric, asam sitrat, gula,
serat, dan antioksidan. Asam tartaric memberikan rasa asam yang khas, sedangkan asam sitrat
memberikan sentuhan segar pada profil rasa.
3. Struktur:
Struktur kimia tepung tamarind melibatkan molekul kompleks, dengan dominasi asam
tartaric dan asam sitrat. Asam tartaric, dengan rumus kimia C4H6O6, terlibat dalam
memberikan keasaman pada buah tamarind. Seiring dengan itu, asam sitrat (C6H8O7)
menyumbang pada karakteristik rasa dan aroma buah.

B. Cara Ekstraksi
Proses ekstraksi tepung tamarind melibatkan serangkaian langkah yang cermat untuk
memastikan kualitas dan kebersihan produk akhir. Berikut adalah tahapan utama dalam
proses ekstraksi:
1. Pengupasan dan Pemisahan Biji:
Buah tamarind diawali dengan pengupasan kulitnya untuk mengungkapkan pulpa yang kaya
akan senyawa-senyawa berharga. Selanjutnya, biji-biji yang terdapat dalam polong tamarind
dipisahkan dengan hati-hati untuk memfokuskan ekstraksi pada bagian buah yang paling
bernilai nutrisinya.
2. Penghilangan Serat Kasar:
Setelah pemisahan biji, langkah berikutnya adalah menghilangkan serat kasar yang dapat
mempengaruhi tekstur tepung tamarind. Proses ini melibatkan penyaringan atau penggilingan
lanjutan untuk memastikan tepung yang dihasilkan memiliki konsistensi yang diinginkan.
3. Penggilingan Menjadi Pasta:
Pulpa tamarind yang telah dipersiapkan kemudian digiling menjadi pasta halus. Proses
penggilingan ini dapat dilakukan secara tradisional menggunakan alat giling atau dengan
menggunakan teknologi modern seperti mesin penggilingan khusus.
4. Pengeringan:
Pasta tamarind yang dihasilkan kemudian dikeringkan untuk menghilangkan kadar airnya.
Proses pengeringan ini dapat dilakukan dengan cara alami melalui sinar matahari atau
menggunakan teknologi pengeringan seperti oven. Hasilnya adalah tepung tamarind yang
halus dan berkualitas.
5. Pengemasan:
Tepung tamarind yang telah dihasilkan kemudian dikemas dengan hati-hati untuk
mempertahankan kebersihan dan keasliannya. Pengemasan yang baik juga membantu
menjaga kesegaran dan daya tahan tepung tamarind.

C. Kegunaan
1. Sebagai biokoagulan:
Tepung Tamarind Mengandung beberapa komposisi yang membuat ia dapat berguna sebagai
biokoagulan zat aktif dalam tepung tamarin berupa tanin dan saponin yang berfungsi untuk
membunuh mikroba dan membentuk ikatan koloidal (Andre,dkk.2015).
2. Pemanfaatan Tepung Tamarind sebagai Bahan Pengental dalam Masakan:
Tepung tamarind, sebagai bahan alami pengental, digunakan secara luas dalam berbagai
konteks masakan. Dalam pembuatan saus, sup, atau hidangan kari, kehadiran tepung
tamarind tidak hanya menambahkan kelezatan tetapi juga meningkatkan kekentalan pada
tekstur, menciptakan pengalaman sensorik yang unik (Andi& Wahyu, 2016).
3. Integrasi Tepung Tamarind dalam Resep Kue dan Roti:
Dalam dunia kuliner, tepung tamarind diintegrasikan ke dalam resep kue atau roti untuk
menciptakan dimensi rasa yang istimewa. Meskipun digunakan dalam jumlah kecil, tepung
tamarind mampu memberikan sentuhan keasaman yang menyegarkan pada adonan,
menghasilkan produk akhir dengan profil rasa yang inovatif (Erlina.B, & Rahmat, 2017).
4. Pemanfaatan Tepung Tamarind sebagai Pewarna Alami dan Penghasil Aroma:
Tidak hanya menyumbang pada rasa asam, tepung tamarind juga berperan sebagai pewarna
alami yang memberikan warna karakteristik pada berbagai jenis makanan. Selain itu, aroma
yang dihasilkan oleh tepung tamarind dapat memperkaya pengalaman sensorik, menciptakan
produk makanan yang menarik secara estetika dan aroma (Fitria.A, & Alifionita, 2014).
DAFTAR PUSTAKA
Andre, Irawan Wisnu, &Endro Sutrisno. (2015). PENGGUNAAN TEPUNG TAMARIND
SEBAGAI BIOKOAGULAN UNTUK MENURUNKAN KADAR FOSFAT DAN COD
PADA AIR LIMBAH USAHA LAUNDRY. Jurnal Teknik lingkungan. 4(4): 1
Andi,& Wahyu. (2016). Tepung Tamarind sebagai Bahan Pengental Alami: Properti Reologi
dan Aplikasi Kuliner. Jurnal pengelolaan pangan. 3(1): 11-13.
Erlina.B, & Rahmat. (2017). Penggunaan Tepung Tamarind dalam Produk Roti dan Kue:
Dampak pada Tekstur dan Rasa. Jurnal gizi dan pangan. 4(1): 5-6.
Fitria.A,& Alifionita. (2014). Warna Alami dan Atribut Aroma Tepung Tamarind dalam
Formulasi Makanan. Jurnal pengetahuan bahan pangan alam. 1(5): 7-8.

Anda mungkin juga menyukai