Apakah Anda pernah mendengar istilah refleks Moro? Refleks Moro adalah refleks alami yang dibawa oleh bayi dalam beradaptasi dengan
lingkungan baru setelah lahir. Salah satu refleks Moro pada bayi adalah kaget. Bayi merasakan kaget sama seperti ketika kita berada di sebuah
lingkungan yang baru. Kita beradaptasi, dan banyak hal membuat kita takjub dan bahkan kaget. Hal tersebut tentu lumrah untuk kita, dan kaget
merupakan tanda bahwa bayi sehat karena mampu merespon keadaan yang terjadi disekelilingnya.
Bisa dikatakan bahwa bayi yang kaget adalah bayi yang sehat, walaupun terkadang kita tidak mengetahui apa penyebab bayi kaget. Namun,
kaget juga bisa menjadi sebuah hal yang tidak lumrah pada bayi ketika bayi masih sering kaget ketika mereka berusia 2 bulan. Pada usia itu,
seharusnya bayi sudah mampu mampu mengurangi kekagetan terhadap hal-hal yang terjadi di dunia. Selain berkaitan dengan umur, kaget juga
bisa menjadi masalah ketika tubuh bayi tidak merespon secara keseluruhan. Ketika bayi kaget, maka tubuhnya akan tersentak. Ketika tersentak,
tubuh bayi akan bergerak keseluruhan. Namun, apabila bayi Anda hanya tersentak pada satu sisi tubuh saja, maka sebaiknya Anda
memeriksakan bayi Anda untuk mengetahui syaraf bayi Anda.
Terdapat beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mambantu bayi mudah beradaptasi dengan lingkungan baru, sehingga bayi tidak mudah kaget.
Cara pertama adalah dengan membiasakan bayi untuk belajar mendengar kebisingan hingga kesunyian secara bertahap. Selama ini kita melarang
orang-orang untuk berbicara ketika bayi tertidur, karena kita berasumsi bahwa bayi akan tidur dalam kesunyian. Faktanya adalah bayi tidur
setiap saat, dan jadwal dia tidur hampir sama saat bayi berada pada rahim ibu. Pada malam hari, bayi tidur dalam keadaan sunyi, karena ibu juga
tidur dan semua orang juga terlelap. Namun, pada siang hari, bayi akan tertidur dalam keadaan bising, karena ibu sedang beraktivitas, bertemu
dengan banyak orang, dan lain sebagainya. Terlebih, tidak banyak yang tahu bahwa rahim sangat bising, karena metabolisme tubuh ibu,
aktivitas ibu, dan orang-orang disekeliling ibu. Suara ibu saja terdengar 2 kali lebih keras dari suara vacum cleaner ketika bayi berada di dalam
rahim. Oleh sebab itu, biasakan bayi untuk tidur dalam keadaan seperti itu. Ketika malam hari, biarkan bayi tidur dengan keadaan tenang. Pada
siang hari, putarkan musik pelan dan lembut, sehingga dia menangkap sinyal bahwa dia tidur siang. Dengan begitu, bayi akan melatih diri untuk
tidur dalam kebisingan, dan dia tidak akan terlalu kaget apabila tiba-tiba mendengar sesuatu.
Hal kedua yang bisa dilakukan orang tua untuk membantu bayi beradaptasi dengan kebisingan adalah dengan memperkenalkan dia ke luar
rumah. Bayi akan menangkap suara-suara tersebut dan mulai mem-file suara satu per satu. Apabila Anda ragu untuk membawa bayi ke luar
rumah, maka ajaklah dia menonton TV untuk bayi, atau memutarkan musik.
Kesimpulan yang kita dapat adalah kaget merupakan salah satu refleks pada bayi, yaitu reflek Moro, yang merupakan bawaan naluriah bayi.
Kaget merupakan tanda bahwa bayi sehat dan mampu merespon lingkungan sekitar. Namun, kaget bisa menjadi bahaya bila bayi masih sering
kaget ketika menginjak umur tertentu, dan tubuh tidak merespon kaget dengan total. Oleh sebab itu, membantu bayi dengan memperdengarkan
banyak macam suara-suara akan membantu bayi untuk lebih mudah beradaptasi.
Orangtua dan pengasuh sering bertanya-tanya mengapa bayinya yang masih berusia 2 bulan gampang kaget terutama bila ada suara
yang keras sedikit saja. Beberapa bayi juga disertai tangan, kaki dan bibir gemetar seperti kedinginan. Sampai saat ini mannifestasi
tersebut tidak diketahui sebabnya dan dianggap normal. tetapi hal itu hanya terjadi lebih sering di bawah usia 3-6 bulan. Ternyata
gangguan tersebut sering terjadi pada penderita alergi pada bayi terutama dengan hipersensitif saluran cerna. Bila dicermatigangguan
tersebut hilang timbul terus bersamaan dengan hilang timbulnya manifestasi alergi pada bayi lainnya.
Hipersensitif Persarafan
Hipersensitif persarafan pada bayi mungkin saja merupakan manifetasi klinis yang ringan dan selama ini dianggap normal dan belum diktehaui
sebabnya. Pada umumnya manifetasi klinis yang ada ringan etapi sering menjadi pertanyaan beberapa orang tua dan sebagian bayi terganggu
dengan menifestasi tersebut. Seringkali dianggap normal tetapi mengapa sebagian besar bayi lainnya idak mengalani. Hipersensitif persarafan ini
tampaknya dialami sekitar 30% bayi.
o GANGGUAN NEURO ANATOMIS : Mudah kaget bila ada suara yang mengganggu. Gerakan tangan, kaki dan bibir sering
gemetar. Kaki sering dijulurkan lurus dan kaku. Breath Holding spell : bila menangis napas berhenti beberapa detik kadang
disertai sikter bibir biru dan tangan kaku. Mata sering juling (strabismus). Kejang tanpa disertai ganggguan EEG (EEG normal)
o GERAKAN MOTORIK BERLEBIHAN Usia < 1 bulan sudah bisa miring atau membalikkan badan. Usia < 6 bulan: Tangan dan
kaki bergerak berlebihan, tidak bisa diselimuti (“dibedong”). Head banging atau kepala sering menghentakkan atau ditarik ke
belakang badan. Kepala sering digerakkan secara kaku ke belakang, sehingga posisi badan bayi “mlengkung” ke luar. Dalam
keadaan seperti ini saat usia di bawah 2-3 bulan disertai mata bayi sering melirik ke atas. Bila digendomg tidak senang dalam
posisi tidur, tetapi lebih suka posisi berdiri. Usia > 6 bulan bila digendong sering minta turun atau sering bergerak/sering
menggerakkan kepala dan badan atas ke belakang, memukul dan membentur benturkan kepala. Kadang timbul kepala sering
bergoyang atau mengeleng-gelengkan kepala. Bayi dengan gerakan motorik yang berlebihan harus diwaspadai sering kebentur
kepala pada daerah tempat tidur atau beresiko mudah jatuh dari tempat tidur.
GANGGUAN TIDUR (biasanya MALAM-PAGI) gelisah,bolak-balik ujung ke ujung; bila tidur posisi “nungging” atau tengkurap;
berbicara, tertawa, berteriak dalam tidur; sulit tidur atau mata sering terbuka pada malam hari tetapi siang hari tidur terus; usia lebih 9
bulan malam sering terbangun atau tba-tiba duduk dan tidur lagi,
AGRESIF MENINGKAT, pada usia lebih 6 bulan sering memukul muka atau menarik rambut orang yang menggendong. Sering
menarik puting susu ibu dengan gusi atau gigi, menggigit, menjilat tangan atau punggung orang yang menggendong. Sering menggigit
puting susu ibu bagi bayi yang minum ASI, Setelah usia 4 bulan sering secara berlebihan memasukkan sesuatu ke mulut. Tampak anak
sering memasukkan ke dua tangan atau kaki ke dalam mulut. Tampak gampang seperti gemes atau menggeram
GANGGUAN KONSENTRASI : cepat bosan terhadap sesuatu aktifitas bermain, memainkan mainan, bila diberi cerita bergambar
sering tidak bisa lama memperhatikan. Bila minum susu sering terhenti dan teralih perhatiannya dengan sesuatu yang menarik tetapi
hanya sebentar
EMOSI MENINGKAT, sering menangis, berteriak dan bila minta minum susu sering terburu-buru tidak sabaran. Sering berteriak
dibandingkan mengiceh terutama saat usia 6 bulan
GANGGUAN MOTORIK KASAR, GANGGUAN KESEIMBANGAN DAN KOORDINASI : Pada POLA PERKEMBANGAN
NORMAL adalah BOLAK-BALIK, DUDUK, MERANGKAK, BERDIRI DAN BERJALAN sesuai usia. Pada gangguan keterlambatan
motorik biasanya bolak balik pada usia lebih 5 bulan, usia 6 – 8 bulan tidak duduk dan merangkak, setelah usia 8 bulan langsung berdiri
dan berjalan.
GANGGUAN ORAL MOTOR: KETERLAMBATAN BICARA: Kemampuan bicara atau ngoceh-ngoceh hilang dari yang sebelumnya
bisa. Bila tidak ada gangguan kontak mata, gangguan pendengaran, dan gangguan intelektual biasanya usia lebih 2 tahun membaik.
GANGGUAN MENGUNYAH DAN MENELAN: Gangguan makan makanan padat, biasanya bayi pilih-pilih makanan hanya bisa
makanan cair dan menolak makanan yang berserat. Pada usia di atas 9 bulan yang seharusnya dicoba makanan tanpa disaring tidak bisa
harus di blender terus sampai usia di atas 2 tahun.
IMPULSIF : banyak tersenyum dan tertawa berlebihan, lebih dominan berteriak daripada mengoceh.
Memperberat ADHD dab Autis. Jangka panjang akan memperberat gangguan perilaku tertentu bila anak mengalami bakat genetik
seperti ADHD (hiperaktif) dan AUTIS (hiperaktif, keterlambatan bicara, gangguan sosialisasi). Tetapi alergi bukan penyebab Autis tetapi
hanya memperberat. Penderita alergi dengan otak yang normal atau tidak punya bakat Autis tidak akan pernah menjadi Autis.
Kenali Tanda, Gejala Alergi dan Hipersensitifitas pada Bayi
Alergi termasuk gangguan yang menjadi permasalahan kesehatan penting pada usia anak. Gangguan ini
ternyata dapat menyerang semua organ tanpa terkecuali. Mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan berbagai bahaya dan komplikasi
yang mungkin bisa terjadi. Belakangan terungkap bahwa alergi menimbulkan komplikasi yang cukup berbahaya, karena alergi dapat
mengganggu semua organ atau sistem tubuh kita termasuk gangguan fungsi otak. Gangguan fungsi otak itulah maka timbul gangguan
perkembangan dan perilaku pada anak seperti gangguan konsentrasi, gangguan emosi, keterlambatan bicara, gangguan konsentrasi hingga
memperberat gejala penderita Autis dan ADHD.
Tampaknya sebagian besar orang bila dicermati pernah mengalami reaksi alergi. Namun
sebagian lainnya tidak pernah mengalami reaksi alergi. Terdapat 3 faktor penyebab terjadinya alergi makanan, yaitu faktor genetik, imaturitas
usus, pajanan alergi yang kadang memerlukan faktor pencetus. Alergi dapat diturunkan dari orang tua atau kakek dan nenek pada penderita. Bila
ada orang tua menderita alergi kita harus mewaspadai tanda alergi pada anak sejak dini. Bila ada salah satu orang tua yang menderita gejala
alergi maka dapat menurunkan resiko pada anak sekitar 20 – 40%, ke dua orang tua alergi resiko meningkat menjadi 40 – 80%. Sedangtkan bila
tidak ada riwayat alergi pada kedua orang tua maka resikonya adalah 5 – 15%. Pada kasus terakhir ini bisa saja terjadi bila nenek, kakek atau
saudara dekat orang tuanya mengalami alergi.
Manifestasi klinis yang sering dikaitkan dengan penderita alergi pada bayi.
Gejala alergi pada bayi selain makanan justru paling sering seringkali diperberat saat sakit atau terjadi oleh infeksi berupa infeksi virus, bakteri
atau infeksi lainnya. Paling sering di antaranya adalah infeksi virus. Pada bayi tanda dan gejala infeksi virus ringan ini lebih sulit dikenali.
Biasanya hanya berupa badan sumer teraba hangat hanya di kepala, telapak tangan dan badan bila diukur suhu normal. Biasanya disertai bersin,
batuk sekali-sekali dan pada anak bayi tertentu nafas bunyi grok-grok. Flu pada bayi jarang sekali menimbulkan hidung meler biasanya hanya
basah sedikit di sekitar hidung atau batuk sekali-sekali karena refleks batuk pada bayi basih belum sempurna.Bahkan sebagian dokter menilai
gejala infeksi virus tersebut dianggap sebagai gejala alergi.Pada keadaan sakit seperti itu biasanya ada kontak yang sakit flu, demam, batuk
atau infeksi virus ringan lainnya di dalam di rumah. Sayangnya orangtua juga sering tidak menyadari bahwa selama ini sering terkena infeksi
virus yang gejalanya tidak khas tersebut. Gejala infeksi virus yang ringan yang dialami oleh penderita dewasa berupa badan ngilu, terasa
pegal,nyeri tenggorokan atau kadang disertai sakit kepala. Gejala ringan, tidak khas dan cepat membaik ini sering dianggap “gejala mau flu tidak
jadi”, masuk angin, kurang tidur, panas dalam atau kecapekan
Alergi makanan lebih sering terjadi pada usia bayi atau anak dibandingkan pada usia dewasa. Hal itu terjadi karena belum sempurnanya saluran
cerna pada anak. Secara mekanik integritas mukosa usus dan peristaltik merupakan pelindung masuknya alergen ke dalam tubuh. Secara kimiawi
asam lambung dan enzim pencernaan menyebabkan denaturasi allergen. Secara imunologik sIgA pada permukaan mukosa dan limfosit pada
lamina propia dapat menangkal allergen masuk ke dalam tubuh. Pada usus imatur sistem pertahanan tubuh tersebut masih lemah dan gagal
berfungsi sehingga memudahkan alergen, virus dan bakteri masuk ke dalam tubuh. Dengan pertambahan usia, ketidakmatangan saluran cerna
tersebut semakin membaik. Biasanya setelah 2 tahun saluran cerna tersebut berangsur membaik. Hal ini juga yang mengakibatkan penderita
alergi sering sakit pada usia sebelum 2 tahun. Fenomena tersebut juga menunjukkan bahwa sewaktu bayi atau usia anak mengalami alergi
makanan tetapi dalam pertambahan usia membaik.
Gejala dan tanda karena reaksi alergi pada anak dapat ditimbulkan oleh adanya alergen dari beberapa makanan tertentu yang dikonsumsi bayi.
Penyebab alergi di dalam makanan adalah protein, glikoprotein atau polipeptida dengan berat molekul lebih dari 18.000 dalton, tahan panas dan
tahan ensim proteolitik. Sebagian besar alergen pada makanan adalah glikoprotein dan berkisar antara 14.000 sampai 40.000 dalton. Molekul-
molekul kecil lainnya juga dapat menimbulkan kepekaan (sensitisasi) baik secara langsung atau melalui mekanisme hapten-carrier.
Susu sapi dianggap sebagai penyebab alergi makanan pada bayi yang paling sering. Beberapa penelitian di beberapa negara di dunia prevalensi
alergi susu sapi pada anak dalam tahun pertama kehidupan sekitar 2%. Alergi susu sapi adalah suatu kumpulan gejala yang mengenai banyak
organ dan system tubuh yang ditimbulkan oleh alergi terhadap susu sapi. Reaksi hipersensitif terhadap protein susu sapi dengan keterlibatan
mekanisme sistem imun. Reaksi simpang makanan yang tidak melibatkan mekanisme sistem imun dikenal sebagai intoleransi susu. Sekitar 1-7%
bayi pada umumnya menderita alergi terhadap protein yang terdapat dalam susu sapi. Sedangkan sekitar 80% susu formula bayi yang beredar di
pasaran ternyata menggunakan bahan dasar susu sapi. Alergi susu sapi adalah suatu kumpulan gejala yang mengenai banyak organ dan system
tubuh yang ditimbulkan oleh alergi terhadap susu sapi. Reaksi hipersensitif terhadap protein susu sapi dengan keterlibatan mekanisme sistem
imun. Alergi terhadap protein susu sapi atau alergi terhadap susu formula yang mengandung protein susu sapi merupakan suatu keadaan dimana
seseorang memiliki sistem reaksi kekebalan tubuh yang abnormal terhadap protein yang terdapat dalam susu sapi. Sistem kekebalan tubuh bayi
akan melawan protein yang terdapat dalam susu sapi sehingga gejala-gejala reaksi alergi pun akan muncul.
Pada bayi yang hanya mendapatkan ASI eksklusif maka diet yang dikonsumsi ibu sangat berpotensi menimbulkan gangguan alergi. Diet ibu
yang sangat berpotensi menimbulkan gangguan pada bayi yang paling sering adalah ikan laut (terutama yang kecil seperti udang, kerang, cumi
dan sebagainya), kacang tanah dan buah-buahan (tomat, melon, semangka).
Saat pemberian makanan tambahan usia 4-6 bulan, gejala alergi pada bayi sering timbal. Jenis makanan yang sering diberikan dan menimbulkan
gangguan adalah pemberian buah-buahan (jeruk, dan pisang), bubur susu (kacang hijau), nasi tim (tomat, ayam, telor, ikan laut (udang,
cumi,teri), keju, dan sebagainya. Sehingga penundaan pemberian makanan tertentu dapat mengurangi resiko gangguan alergi pada anak.
Menurut beberapa penelitian pemberian multivitamin pada bayi beresiko alergi ternyata meningkatkan gangguan penyakit alergi di kemudian
hari.