Anda di halaman 1dari 11

Makan

Cek dulu kendalanya apa.

Sensori:

Dites satu-satu, diberikan bau yang menyengat, rasa murni seperti asin manis, tekstur (apakah diberikan
sesuatu yang lengket seperti playdough ia jijik ketika memegang), propioseptif (sensasi keras dan garing,
biasanya pada anak-anak yang mencari sensasi gerak).

Semua pengalaman sensori anak terekam dan menciptakan memori bahwa itu bukan ancaman di 1 tahun
pertamanya. Apakah kita berlebihan memberikannya sehingga akhirnya terciptalah hiposensitivitas pada
sensorinya. Apakah kita tidak pernah membiarkan ia keluar dari ranjangnya sehingga ia hanya di kamar
saja dan jarang tercipta pengalaman yang ia rekam sehingga tentu saja sensori yang jarang ia kenal
menjadi ancaman sehingga terjadi hipersensitivitas. Tentu saja dari biasanya terasa di MPASI dari awal.
Ataupun terjadi tiba-tiba biasanya ketika anak mulai merambat, atau banyak berdiri. Karena masa
melantai, tekstur ke seluruh tubuh lebih didapat oleh anak dibandingkan anak sudah mulai berdiri. Apalagi
ketika kita memberikan baju ke seluruh tubuhnya

Motorik:

Dilihat dari postur tubuhnya. Apakah w sitting. Dari pelvic – kepala apakah sesuai dengan usianya untuk
posturnya. Ketika memulai mpasi, anak harus banyak berguling dan independen untuk menciptakan
kepalanya tegak di tengah dan tidak miring-miring lagi. Ketika anak mpasi dan motoriknya kita jarang
tummy time, berguling menyebabkan dari pelvic sampai kepalanya tidak kuat sehingga tentu saja anak
kesulitan menelan dan mengunyah. Silahkan dicoba untuk orangtua menunduk sedikit dan mengunyah
dan menelan apa rasanya. Juga sedikit menoleh ke kanan dan kiri, mengunyah dan menelan. Pasti
kesulitan. Fondasi agar anak mampu mengunyah dan menelan dengan baik. orangtua bisa coba stimulasi
sedikit menunduk dan mengunyah dan menelan. apa rasanya? itulah yang anak rasakan ketika kurangnya
tummy time, berguling, merayap dan merangkaknya

Jadi akhirnya apa? Drama tutup mulut, menolak makanan, mengemut, dan lainnya. ditambah pengalaman
psikologisnya yang tidak menyenangkan seperti mulai dipaksa, orangtua terasa jauh oleh anak. Sehingga
pengalaman makan ketika ada makanan, anak merasa hal tersebut merupakan suatu alarm/ancaman.
Ditambah lagi jika ada moro refleks ataupun fear paralysis refleksnya yang belum matang.

Fear paralysis refleks dan moro refleks merupakan reflek yang ada pada bayi untuk mengingatkan anak
akan ancaman. Fear paralysis refleks biasanya hilang ketika kelahiran normal dan menyenangkan tidak
dengan induksi, atau vacuum. Moro refleks akan mulai hilang ketika anak banyak tummy time, merayap,
berguling.
Salah satu latihan dasar untuk mengintegrasikan fear paralysis reflex adalah pre birth movement. Untuk
Moro adalah dengan gerakan twinkle-twinkle yang sudah dishare di awal-awal jawaban diberikan.

Ini baru sebagian kecil materi refleks yang akan mempengaruhi kemampuan sensori dan motorik pada
anak tentunya sehingga mempengaruhi banyak hal pada anak. Misalnya masalah makan. Bagaimana
refleks terintegrasi? Dengan bergerak! Kenapa anak banyak masalah refleks yang belum terintegrasi?
Karena budaya banyak gendong, kasihan anak diletakkan di lantai keras, belum mulai tummy time dari
lahir, kurang lamanya stimulasi motorik, hingga penggunaan produk container bayi (yang bikin anak tidak
bergerak) dan penggunaan produk anak cepat berjalan. Selain itu, screentime berlebihan, yang memicu
kinerja otak yang berbeda dari yang harusnya. Jika dipahami kembali semua materi maka akan memahami
bahwa jangan kejar milestone seperti cepat merangkak dan berjalan tapi cek kembali fondasi di
bawahnya. Sudah cukupkah tummy timenya, sudah cukupkah bergulingnya. Sudah dilakukan di landasan
keras seperti lantai untuk stabilisasi pergerakkan tubuhnya belum. Karena bisa memicu refleks belum
terintegrasi dengan baik.

Salah satu latihan dasar untuk mengintegrasikan fear paralysis reflex adalah pre birth movement. Untuk
Moro adalah dengan gerakan twinkle-twinkle.

Ini baru sebagian kecil materi refleks yang akan mempengaruhi kemampuan sensori dan motorik pada
anak tentunya sehingga mempengaruhi banyak hal pada anak. Misalnya masalah makan. Bagaimana
refleks terintegrasi? Dengan bergerak! Kenapa anak banyak masalah refleks yang belum terintegrasi?
Karena budaya banyak gendong, kasihan anak diletakkan di lantai keras, belum mulai tummy time dari
lahir, kurang lamanya stimulasi motorik, hingga penggunaan produk container bayi (yang bikin anak tidak
bergerak) dan penggunaan produk anak cepat berjalan. Selain itu, screentime berlebihan, yang memicu
kinerja otak yang berbeda dari yang harusnya. Jika dipahami kembali semua materi maka akan memahami
bahwa jangan kejar milestone seperti cepat merangkak dan berjalan tapi cek kembali fondasi di
bawahnya. Sudah cukupkah tummy timenya, sudah cukupkah bergulingnya. Sudah dilakukan di landasan
keras seperti lantai untuk stabilisasi pergerakkan tubuhnya belum. Karena bisa memicu refleks belum
terintegrasi dengan baik.

Hindari stimulasi pada mulut anak ya, karena akan memicu fiksasi oral. Fase oral pada anak adalah masa-
masa menyusui, mpasi dan mengenali objek mana yang saya bisa makan dan tidak. Jadi ketika kita
memberikan intervensi pada mulut, anak merasa itu adalah suatu ancaman dan membuatnya tidak
percaya pada dunia. Karena rasa nyaman ketika ia lapar yang terpuaskan lewat mulut sudah menjadi suatu
ancaman
Untuk orangtua yang mengambil kelas intensif dan refleks, pahami kembali materi karena sudah dibahas
a-z secara detail.

Anak duduk W? berarti ada refleks STNR belum terintegrasi. Anak sulit melihat ke atas dan ke bawah
dengan baik, berarti refleks TLR belum terintegrasi Anak sulit mengembangkan tangan dominan, berarti
ada refleks ATNR belum terintegrasi Pergerakkan motorik halus tangannya menyusahkan anak, ada refleks
Palmar yang belum terintegrasi. Anak mengemut berarti ada refleks Rooting sucking belum terintegrasi.
Anak ga bisa duduk dengan baik, ada refleks Spinal galant yang belum terintegrasi. Anak cemas dan
penakut dengan banyak hal, ada refleks Moro atau mungkin FPR yang belum terintegrasi.

Untuk yang mengalami kesulitan di kehamilan, kelahiran dan jarang stimulasi di lantai bisa latihan twinkle
twinkle dan pre birth movement ya. Biasanya ditandai dengan adanya kecemasan terhadap suara, orang
asing, lingkungan baru, kesulitan di makan dan tidurnya.

Boleh kita gerakkin untuk memancing dengan harapan berjalannya waktu anak bisa buka tutup tubuhnya
sendiri.

Leher tekuk ke bawah, tangan dan kaki juga menutup. (1)

Leher membuka, tangan dan kaki juga membuka (2)

Twinkle twinkle little (1)

Star (2)

How I wonder what you (1)

Are (2)

Dan seterusnya…

jika ada waktu baca kembali semua highlight dan feed ya

ini gerakan pre birth movement boleh digerakkin orangtua namun berjalannya waktu lebih baik digerakkin
atas kesadaran anak. jika masih sulit dilakukan. boleh dimulai ketika anak sedang tidur. lakukan
senyamannya orangtua dan anak

prinsip dari pendekatan pada anak adalah tidak boleh ada pemaksaan, hindari banyak instruksi dan
komentar. lebih baik orangtua melakukan dengan tenang, pancing hingga anak tertarik dan mendekati
bertanya-tanya dalam hati kenapa orangtua seru sekali bermainnya. boleh baca prinsip di highlight my
miracle mengenai hal ini. jika ia tidak tertarik, juga orangtua harus santai dan tinggal menyimpan mainan
tersebut

banyak pertanyaan yang akan lebih banyak dipahami orangtua jika mengerti bagian refleks. dari
pertanyaan yang diberikan sepertinya belum banyak yang memahami refleks. kami drop dua saja terlebih
dahulu. gerakan refleksnya yaitu di twinkle-twinkle dan pre birth movement untuk mematangkannya.
silahkan dicoba terlebih dahulu sesuai saran yang diberikan per anak. ditambah dengan ide yang diberikan
di ppt. Jika kelas refleks dibuka, boleh dipertimbangkan untuk mengambil. kami drop simptom refleks ya
yang biasanya menyertai pada anak dengan kesulitan di kehamilan, kelahiran dan stimulasi motorik awal-
awal kehidupannya

Signs of a Retained Fear Paralysis

Reflex (continued)

Difficulty making eye contact

Eating Disorders

Perfectionism

Aggressive or controlling behaviors

Sleep challenges

leep routine as a baby, can

persist with age

Active in people on the Autism Spectrum

Signs of a Retained Fear Paralysis

Reflex (continued)

Tactile challenges

Invisibility

Poor adaptability and flexibility

Physical problems
Signs of a Retained Fear Paralysis

Reflex

Low tolerance for stress

Overly sensitive to sensory stimulation

Prone to motion sickness

Inability to voice needs, desires, opinions

Withdrawal from social situations, clinging to those

known or safe

Hypochondria (as a way of avoiding others)

Sensitive to smells

What is the Fear Paralysis Reflex?

in-utero

-7.5 weeks

Reflex in late pregnancy

response to life threat; i.e., play dead and

be invisible, save energy for one last

escape

Emotional Impact of a Retained FPR

-esteem and insecurity

ession, isolation, withdrawal


of a Retained FPR

-esteem and insecurity

verwhelmed, stuck, or negative

Infants delivered vaginally, regardless of presentation, had weaker Moro reflexes at 5 months than infants
delivered by cesarean section.

If the Moro reflex does not become fully integrated, a child will retain an exaggerated startle reaction with
excessive release of the neurotransmitters, cortisol and adrenaline (the stress chemicals). This causes a
child to experience a state of stress or “hyperarousal,” which contributes to decreased memory/ability to
learn, excessive anxiety, and/or decreased immunity (with possible development of allergies, or asthma-
like symptoms). It may also cause a child to become hypersensitive to different types of sensory input
including: temperature, touch, movement, visual and/or sound.
A child with a retained Moro reflex demonstrates many of the following problems: difficulty focusing,
distractibility, poor impulse control, emotional immaturity/sensitivity, mood swings, anxiety, easily
triggered anger, difficulty performing different types of eye movements, decreased visual perception
(including difficulty ignoring irrelevant visual material), tense muscle tone, difficulty reading black print
on white paper, tiring under fluorescent lighting, difficulty ignoring background noise, poor auditory
discrimination (understanding differences between sounds), aggressiveness or withdrawal, balance
issues, dyscalculia (difficulty with math), decreased coordination (usually during ball-sports), dislike of tags
in clothing/certain textures, difficulty accepting criticism, low stamina/endurance, dislike of change (poor
adaptability), motion sickness, food sensitivities, different responses to drugs/medications, controlling or
manipulative behaviors, low self-esteem, difficulty making decisions, and reactive hypoglycemia
(hyperactivity followed by fatigue).

Proses makan berhubungan dengan motivasi mencari makan, pengalaman yang menyenangkan yang
terekam di memori, juga begitu banyak stimulasi sensori yang terjadi hanya di rongga sekecil rongga mulut
ini. Sebagai orangtua kita harus memberikan kesempatan anak merasakan pengalaman “lapar”, mencari
makanannya sendiri, menggunakan anggota tubuhnya untuk memuaskan kebutuhan (menyuapi diri
sendiri) dan juga membiarkan anak merasakan proses ketika makan. Dengan bertambahnya usia, kita bisa
menambahkan step by step proses makan ini dimulai dari mengambil makan dan menyiapkannya
peralatan makan hingga menyiapkan makanannya sendiri. Karena makan adalah bentuk hunting dan
survival skill yang paling dasar yang ada pada manusia

Makan adalah suatu pengalaman yang menyenangkan bagi tubuh kita. Ketika kita makan, kita akan
memuaskan rasa yang tidak nyaman di daerah perut (lapar) menjadi nyaman (kenyang). Sensasi proses
makanan diolah di dalam mulut merupakan sensasi yang kaya sensori dimana anak mencerna pengalaman
tersebut dan terekam dalam memori mereka. Jika orangtua memaksakan anak ketika anak tidak menyukai
makanan yang diberikan, maka anak akan memilih respon FIGHT or FLIGHT karena proses limbic sistem di
otak masih banyak mengambil peran dalam hal ini. Limbic sistem adalah bagian otak yang berperan di
area emosi dan perasaan. Selain itu, pengalaman menyenangkan atau tidak menyenangkan ini akan
terekam dalam memori di otak sehingga anak selalu mengasosiasikan apakah makan itu menyenangkan
atau tidak.

jadi itulah alasannya pentingnya menciptakan makan itu menyenangkan di otak alias limbik sistem. karena
keinginan untuk makan dan minum juga satu sistem yaitu di sistem limbik

kalau kita ga maksa makan, bagaimana dengan gizinya? pertumbuhan balita melambat jika dibandingkan
dengan bayi yang harus makan banyak, sehingga terkadang orangtua memberikan porsi tidak sesuai
kebutuhan sehingga mereka "terpaksa"makan/stuffing his stomach. akhirnya, overeating, akhirnya proses
makan jadi tidak menyenangkan. sehingga lama-lama tidak suka makan, dan akhirnya perlambatan
kenaikan berat badan sehingga apa yang terjadi? Gerakan Tutup Mulut alias GTM karena merasa itu
ancaman. Perlu diingat bahwa, mulut adalah hak milik Si Kecil begitu pula perutnya sehingga ketika Si Kecil
tidak mendapatkan haknya. Maka yang ia bisa lakukan adalah menutup mulutnya.

Perasaan ada di bagian sistem limbic di otak, demikian juga keinginan makan dan minum. Ciptakan
suasana menyenangkan agar Si Kecil mengasosiasikan makan menyenangkan dan dengan demikian ia
akan lahap dengan sendirinya.
Hindari stimulasi area mulut secara langsung karena hal tersebut dapat menimbulkan traumatis pada
anak. Stimulasi saja di area badan, secara perlahan maka akan mempengaruhi kemampuan adaptif di area
mulut. Perlu diingat segala bentuk stimulasi harus menyenangkan dan hormati jika Si Kecil menolak
bermain dengan hal yang kita ajak.

Memang perlu proses agar Si Kecil memahami betapa pentingnya makan dalam hidupnya. Kami bagikan
satu tips yang paling efektif yang berhasil diterapkan oleh banyak orangtua yang berkonsultasi kepada
kami.

1. Jangan berikan makan secara teratur, biarkan Si Kecil merasakan lapar terlebih dahulu dan biarkan
ia memberitahu orangtua bahwa ia lapar baik, baik secara verbal maupun secara “tanda”.

2. Dari awal, siapkan makanan finger food di area yang bisa dijangkau oleh Si Kecil. Berikan beberapa
jenis makanan baik yang ia sukai hingga yang tidak pernah ia sentuh, biasanya 3 makanan yang disukai
dan 2 makanan yang tidak pernah dikenalkan. Orangtua bisa berkreativitas dalam hal ini misalnya dengan
makanan sehat namun direbus. Sehingga Si Kecil bisa memilih snack yang biasa ia makan dan kemudian
ketika ia masih lapar dan kehabisan bahan makanan, maka mau gam au ia akan coba makanan lainnya
yang tersedia.

3. Orangtua sesekali mengambil makanan yang ada di area tersebut, terutama makanan yang ia
tidak pernah sentuh seperti mengambil cemilan

4. Bersikap biasa saja, tidak perlu melihat Si Kecil ketika orangtua sedang menikmati cemilan kecil
tersebut dan juga tidak berespon apapun ketika Si Kecil mulai mengambil makanan dari area tersebut.
Bersikaplah seakan-akan Si Kecil tidak pernah mengambil makanan sama sekali

5. Tunggu sejam dari jam makan ia biasanya, orangtua makan makanan depan dia (usahakan finger
food) dan duduk di eye levelnya dia. Boleh di sofa atau di lantai tanpa perlu mengajaknya.

6. Jika ia mendekat, pura-pura tak melihat. Biarkan ia mengambil dari piring jika ia mau.

7. Agar lebih natural, lakukan ini sambil beraktivitas seperti biasanya. Misalnya sambil membaca,
atau membersihkan ruangan.

8. Tujuan dari stimulasi awal ini adalah Si Kecil mampu mencari makanannya sendiri ketika ia merasa
“lapar”

Satu tips lainnya yang kami mau share untuk stimulasi bermain sensorik yang menyenangkan adalah:

1. Bahan: baskom, tepung terigu, air, garam, baby oil, essential oil, pewarna makanan, spidol warna,
rolling pin, cetakan kue, lilin, pisau plastik/pisau roti, garpu kecil dan piring kecil (bahan yang tidak ada
boleh dihilangkan, bahan utama tepung terigu dan air).
2. Buat playdough dengan mencampurkan terigu dan air, kemudian biarkan Si Kecil merasakan
perubahan tekstur dan kekuatan otot dari bahu hingga jari-jari. Setelah Si Kecil mulai menikmati,
tambahkan garam dan biarkan Si Kecil mencampurkan dan merasakan perubahan tekstur tersebut. Tahap
terakhir boleh campurkan baby oil/essential oil. Gunakan pewarna makanan untuk menarik perhatian Si
Kecil.

3. Adegan ulang tahun: buat bulat-bulat seperti kue ulang tahun, taruh lilin di atasnya dan nyalakan
apinya. Orangtua boleh membantu menyalakan lilinnya. Dari adegan ini, biarkan sejenak, tunggu reaksi Si
Kecil. Biarkan Si Kecil melihat pisau plastic, garpu, cetakan kue, rolling pin dan piring, spidol warna dan
piring. Apakah ia bisa mempunyai ide untuk adegan berikutnya. Jika belum, tunggu momen, beri waktu ia
mencerna, boleh sesekali mengarahkan adegan berikutnya dengan orangtua langsung memotong kue
atau dengan instruksi.

4. Jika Si Kecil ingin mengulang-ulang adegan yang sama, misalnya: tiup lilin, tidak apa-apa, ikuti saja.
Atau Si Kecil ingin mengulang dari awal juga tidak apa-apa. Jika dalam hari-hari berikutnya ia ingin
membuat hal yang sama, ikuti saja. Ini menunjukkan ia mengembangkan keinginannya.

5. Dari hal ini, apakah Si Kecil bisa mempunyai ide membuat hal lain dari playdough misalnya ular,
binatang, batu dll. Boleh juga menggabungkan dengan mainan lain yang ia punya. Orangtua boleh sesekali
kasih ide dengan menyediakan mainan tersebut di sekitar dia dan bukan memberikan ide secara langsung.

6. Jika ia menolak dari awal karena hipersensitivitas di taktil dan tidak nyaman, orangtua boleh
membuatkan di depannya. Biarkan ia melihat prosesnya. Tarik ulur dengan Si Kecil, jangan biarkan Si Kecil
merasa dipaksa. Apakah ia membantu di salah satu proses atau hanya di akhir saja.

7. Selama proses ini, kunci utamanya bersabar, pelan-pelan, pasif, dan lebih banyak mengobservasi
bagaimana proses Si Kecil mencerna semua ini

8. Goal: adegan makan yang menyenangkan, taktil, olfaktori, visual, propioseptif, motorik kasar,
motorik halus, gerakan memutar dan linear dari bahu, mengamati proses perubahan bentuk,
menerjemahkan adegan nyata ke adegan permainan yang ia ciptakan (space & time), motor planning,
problem solving.

Selamat mencoba!

Masalah makan = kurang optimalnya postur tubuh

Masalah ga bisa diam = tubuh ga bisa diam dalam satu posisi dalam jangka waktu lama karena stabilisasi
tubuhnya belum optimal.

Ga bisa bermain dengan lama = karena kurangnya kemampuan motorik halus karena postur tubuhnya.
Ga bisa komunikasi dengan baik = kurang adekuatnya kemampuan leher untuk kontak mata tiga arah
dengan baik, dan motorik halusnya sebagai fondasi untuk mempelajari fungsi benda sebagai dasar kosa
katanya.

Cemas terhadap makanan, tidur, tempat asing, sensorik yang sensitivitasnya berlebihan = riwayat
kehamilan + kelahiran + stimulasi motorik bayinya.

Jangan:

Jadikan waktu makan menjadi medan perang.

Biarkan anak Anda menggunakan penolakan makanan untuk mendapatkan perhatian Anda.

Biarkan anak Anda menggunakan makanan untuk memanipulasi anggota keluarga.

Menyuap, membujuk, atau memaksa anak Anda untuk makan.

Tambahkan makanan dengan susu atau makanan ringan.

"Hibur" anak Anda dengan televisi, mainan, atau permainan untuk membujuknya makan.

Waktu makan selama lebih dari 30 menit.

Harapkan anak Anda menyelesaikan setiap makan.

Beri makan anak Anda ketika tidur (mis. Beri susu saat tidur) untuk mencegah kenaikan berat badan yang
berlebihan dan karies gigi.

Lakukan:

Hormati selera anak Anda karena anak-anak memiliki selera untuk tekstur dan rasa.

Tawarkan makanan yang sama dengan yang semua orang makan, tetapi pastikan ada setidaknya satu
makanan yang dia sukai.

Tawarkan kepada anak Anda semua makanan yang dimakan keluarga, karena rasanya berubah seiring
waktu, sehingga makanan yang sebelumnya ditolak dapat diterima beberapa bulan kemudian.

Hilangkan gangguan dengan mematikan televisi, mengeluarkan mainan dan gadget elektronik seperti
komputer tablet, smartphone. Sebaliknya, biarkan anak Anda duduk di meja makan dan berinteraksi
dengan anggota keluarga lainnya.

Kurangi minuman manis seperti jus buah dan pastikan asupan susu tidak berlebihan. Balita hanya
membutuhkan sekitar 480 ml susu per hari.

Jadilah panutan yang baik untuk anak Anda dengan menikmati waktu makan bersama sehingga anak Anda
dapat mengamati Anda ketika makan.
Tawarkan hanya porsi anak.

Biarkan anak Anda makan sendiri, termasuk menggunakan jari.

Libatkan anak Anda dalam persiapan makanan.

Jadi perasaan menyenangkan membuat sistem limbik yang baik dan Limbic System is the most crucial part
of the brain to keep healthy if you want to promote quality learning.

Inilah sebabnya, melihat tumbuh kembang jangan hanya satu pandangan saja. Dari keseluruhan aspek ya.

Tips-tipsnya pun sudah diberikan sebelumnya. Jika masalah utamanya, adalah sensori, motorik, psikologis
dan lainnya. Jadi solusinya apa? Kembalikan anak ke naturalnya berkembang, sensorik motorik. Perbanyak
outdoor karena itulah pengalaman sensorik motorik yang nyata dan seharusnya tempat ia mengenal
dunia untuk membantu kinerja dari keseluruhan tumbuh kembangnya.

Anda mungkin juga menyukai