Anda di halaman 1dari 155

SKRIPSI

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT

KECEMASAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH (3 – 6 TAHUN)

AKIBAT HOSPITALISASI DI RUANG ANAK (MAS ALIT) RSUD

BLAMBANGAN BANYUWANGI TAHUN 2023

Oleh :
Indah Kumalasari
NIM 2022.02.T115

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
BANYUWANGI
SKRIPSI

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT


KECEMASAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH (3 – 6 TAHUN)
AKIBAT HOSPITALISASI DI RUANG ANAK (MAS ALIT) RSUD
BLAMBANGAN BANYUWANGI TAHUN 2023

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)


Pada Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Banyuwangi

Oleh :
Indah Kumalasari
NIM 2022.02.T115

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
BANYUWANGI
2023

i
PERNYATAAN TENTANG ORISINILITAS

Skripsi ini adalah hasil karya tulis ilmiah saya sendiri, dan saya tidak melakukan

kegiatan plagiat dalam penulisan skripsi saya yang berjudul:

“Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Anak Usia

Prasekolah (3-6 tahun) Akibat Hospitalisasi Di Ruang Anak (Mas Alit) RSUD

Blambangan Banyuwangi tahun 2023”

Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya akan

menerima sanksi yang telah ditetapkan.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Banyuwangi, 2023
Yang membuat pernyataan

INDAH KUMALASARI
NIM. 2022.02.T115

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi Dengan Judul :

Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia


Prasekolah (3-6 tahun) Akibat Hospitalisasi Di Ruang Anak (Mas Alit) RSUD
Blambangan Banyuwangi Tahun 2023

Indah Kumalasari

NIM 2022.02.T115

Skripsi telah disetujui

Pada tanggal, 4 Desember 2023

Oleh:

Pembimbing I

Ns. Anita Dwi Ariyani, M.Kep


NIK : 06.058.0510

Pembimbing II

Masroni, S.kep, Ns, MS. (in Nursing)


NIK. 06.122.0318

Mengetahui

Ketua Program Studi S1 Keperawatan

Ns. Sholihin, M.Kep


NIK. 06.005.0906

iii
LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI
Skripsi Dengan Judul:
Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia
Prasekolah (3-6 tahun) Akibat Hospitalisasi Di Ruang Anak (Mas Alit) RSUD
Blambangan Banyuwangi Tahun 2023

Diajukan oleh:
Nama : Indah Kumalasari
NIM : 2022.02.T115

Telah Diuji Dihadapan Tim Penguji pada


Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Banyuwangi
Pada Tanggal : 22 Desember 2023

TIM PENGUJI

Penguji I : Ns. Ukhtul Izzah, M.Kep ...................................

Penguji II : Ns. Atik Pramesti Wilujeng, M.Kep ...................................

Penguji III : Ns. Anita Dwi Ariyani, M.Kep ...................................

Mengetahui
Ketua
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Banyuwangi

DR. H. Soekardjo
NUPN. 9907159603

iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertandatangan dibawah ini :

Nama : Indah Kumalasari

NIM : 2022.02.T115

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa hasil penelitian saya dengan judul:

“Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia

Prasekolah (3-6 Tahun) Akibat Hospitalisasi Di Ruang Anak (Mas Alit) RSUD

Blambangan Banyuwangi Tahun 2023”

Bersedia untuk dimuat dalam majalah atau jurnal ilmiah atas nama pembimbing

dengan tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.

Banyuwangi,

Yang membuat pernyataan

Indah Kumalasari
NIM : 2022.02.T115

v
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan karuniaNya, sehingga skripsi dengan judul “Hubungan
Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Anak Usia Prasekolah (3-6 tahun)
Akibat Hospitalisasi di Ruang Anak (Mas Alit) RSUD Blambangan Banyuwangi
tahun 2023” dapat terselesaikan tepat waktu. Skripsi ini merupakan salah satu
syarat untuk memperoleh gelar sarjana keperawatan (S.Kep) pada Program Studi
S1 Keperawatan STIKES Banyuwangi.

Penulis banyak mendapat bimbingan, bantuan, dan dukungan dari


berbagai pihak selama proses penyusunan skripsi ini. Untuk itu, pada kesempatan
ini penulis menyampaikan terima kasih yang setulusnya kepada:

1. DR. H.Soekardjo selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Banyuwangi


yang telah memberi kesempatan dan fasilitas kepada kami untuk mengikuti dan
menyelesaikan pendidikan Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES
Banyuwangi
2. Bapak Sholihin, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku Ketua Program Studi S1
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Banyuwangi yang telah memberi
kesempatan dan dorongan kepada kami untuk menyelesaikan perkuliahan di
Program Studi S1 Keperawatan
3. Ibu Anita Dwi Ariyani, S.Kep.Ns, M.Kep, selaku Dosen Pembimbing I yang
telah banyak meluangkan waktunya dalam memberikan pengarahan dan
bimbingan dengan sangat sabar, bijaksana, murah hati dan cermat memberikan
masukan untuk perbaikan serta motivasi dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga
Allah SWT selalu memberikan barakah dan TaufiqNya kepada beliau.
4. Bapak Masroni, S.kep, Ns, MS. (in Nursing), selaku Dosen Pembimbing II yang
telah banyak meluangkan waktunya dalam memberikan pengarahan dan
bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
Semoga Allah SWT selalu memberikan barakah dan TaufiqNya kepada beliau.

vi
5. dr. H.Widji Lestariono, M.MKes, selaku Direktur Rumah Sakit Umum
Blambangan Banyuwangi yang telah memberikan ijin studi penelitian kepada
penulis.
6. Ibunda dan seluruh keluarga besarku tercinta, yang senantiasa penuh keikhlasan
dan kesabaran serta selalu memberi motivasi dan dukungan bailk berupa do’a,
waktu, maupun psikologi demi kelancaran penulis dalam menyelesaikan studi
ini.
7. Suamiku tercinta “Luqman Hakim, SH”, yang telah memberikan do’a, materi,
waktu dan dukungan yang tulus dan ikhlas serta perhatian dengan penuh kasih
sayang.
8. Kedua putraku tercinta “Muchammad Maulana Yardan dan Muchammad Favian
Adinata, yang telah memberikan do”a dan dukungan yang tulus dan ikhlas serta
perhatian dengan penuh kasih sayang.
9. Sahabat-sahabatku tercinta, keluarga besar “Ruang Anak (Mas Alit) RSBL
Banyuwangi” dan seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi
ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu-persatu, yang selalu memberikan
dukungan semangat dan motivasi.
Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah
memberi kesempatan, dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis berusaha untuk dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya,
namun penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua
pihak untuk kesempurnaan skripsi ini. Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi pembaca dan ilmu keperawatan.

Banyuwangi, 2023
Penulis

INDAH KUMALASARI
NIM. 2022.02.T115

vii
ABSTRAK

Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia


Prasekolah (3-6 Tahun) Akibat Hospitalisasi di Ruang Anak (Mas Alit)
RSUD Blambangan Banyuwangi Tahun 2023

Oleh: Indah Kumalasari (NIM 2022.02.T115)

Pendahuluan : Dukungan keluarga sangat penting bagi setiap aspek


perawatan kesehatan anggota keluarganya. Keluarga dapat memberikan rasa
nyaman, aman bagi anggota keluaganya yang menjalani perawatan di rumah sakit.
Sehingga adanya dukungan keluarga yang baik dapat menurunkan respon
kecemasan bagi anggota keluarganya yang menjalani hospitalisasi. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan
tingkat kecemasan anak usia pra sekolah (3-6 tahun) akibat hospitalisasi di Ruang
Anak RSUD Blambangan Banyuwangi Tahun 2023.
Metode : Desain penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional dengan
tehnik pengambilan sampling purposive sampling sejumlah 33 responden.
Instrument yang digunakan adalah lembar kuesioner dan lembar observasi (HARS).
Analisa data dalam penelitian ini menggunakan Uji Rank Spearman.
Hasil : Berdasarkan hasil penelitian dari 33 responden, hampir setengahnya
mempunyai dukungan keluarga dengan kategori baik sejumlah 13 orang (39,4%).
Sedangkan anak usia pra sekolah hampir setengahnya mempunyai tingkat
kecemasan sedang, sejumlah 14 anak (42,4%). Analisa data berdasarkan Uji Rank
Spearman diperoleh nilai p value = 0,000 < a = 0,01. Kemudian didapatkan nilai
koefisien korelasi yaitu -0,723, yang berarti semakin baik dukungan keluarga maka
semakin rendah tingkat kecemasan anak.
Kesimpulan : Ada hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan
anak usia pra sekolah (3-6 tahun) akibat hospitalisasi di ruang anak (mas alit) RSUD
Blambangan Banyuwangi Tahun 2023. Diharapkan keluarga (orang tua) hendaknya
selalu mendampingi anaknya selama menjalani perawatan di rumah sakit.

Kata kunci: Dukungan Keluarga, Tingkat Kecemasan, Hospitalisasi

viii
ABSTRACT

The Relationship between Family Support and Anxiety Levels in Preschool


Children (3-6 Years) Due to Hospitalization in the Children's Room (Mas
Alit) Blambangan Banyuwangi Regional Hospital in 2023

By: Indah Kumalasari (NIM 2022.02.T115)

Introduction :Family support is very important for every aspect of their


family members' health care. Families can provide a sense of comfort and security
for family members who are undergoing treatment in hospital. So that good family
support can reduce anxiety responses for family members undergoing
hospitalization. The aim of this research is to determine the relationship between
family support and the anxiety level of pre-school aged children (3-6 years) due to
hospitalization in the Children's Room at Blambangan Banyuwangi Regional
Hospital in 2023.
Method :The research design used was cross sectional with a purposive
sampling technique of 33 respondents. The instruments used were questionnaire
sheets and observation sheets (HARS). Data analysis in this study used the
Spearman Rank Test.
Results :Based on research results from 33 respondents, almost half of them
had family support in the good category, 13 people (39.4%). Meanwhile, almost
half of pre-school age children have moderate levels of anxiety, 14 children
(42.4%). Data analysis based on the Spearman Rank Test obtained p value = 0.000
< a = 0.01. Then the correlation coefficient value was obtained, namely -0.723,
which means that the better the family support, the lower the child's anxiety level.
Conclusion :There is a relationship between family support and the anxiety
level of pre-school age children (3-6 years) due to hospitalization in the children's
room (mas alit) of Blambangan Banyuwangi Regional Hospital in 2023. It is hoped
that families (parents) should always accompany their children while undergoing
treatment at the hospital.

Keywords: Family Support, Anxiety Level, Hospitalization

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i


LEMBAR PERNYATAAN ORISINILITAS ................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... iii
LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI ............................................... iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ...................................................... v
UCAPAN TERIMA KASIH ........................................................................ vi
ABSTRAK........................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiv
DAFTAR BAGAN ............................................................................................ xv
DAFTAR DIAGRAM ...................................................................................... xvi
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xviii
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 4
1.3.1 Tujuan Umum ....................................................................... 4
1.3.2 Tujuan Khusus ...................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................. 5
1.4.1 Manfaat Teoritis .............................................................................. 5
1.4.2 Manfaat Praktis ................................................................................ 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 7
2.1 Konsep Anak Usia Prasekolah .............................................................. 7
2.1.1 Definisi Anak Usia Prasekolah .............................................. 7
2.1.2 Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan................................. 8
2.1.3 Karakteristik Anak Usia Prasekolah ..................................... 12
2.2 Konsep Hospitalisasi ........................................................................... 14
2.2.1 Definisi Hospitalisasi ........................................................... 14
2.2.2 Respon Hospitalisasi ............................................................ 14
2.2.3 Dampak Hospitalisasi .......................................................... 17
2.2.4 Manfaat Hospitalisasi .......................................................... 20
2.3 Konsep Dukungan Keluarga................................................................ 23
2.3.1 Pengertian Dukungan Keluarga ........................................... 23
2.3.2 Bentuk dan Fungsi Dukungan Keluarga .............................. 24
2.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga................. 26
2.3.4 Alat Ukur Dukungan Keluarga............................................ 27
2.4 Konsep Kecemasan ............................................................................. 28
2.4.1 Definisi Cemas ..................................................................... 28
2.4.2 Tingkat dan Respon Kecemasan .......................................... 29
2.4.3 Rentang Respon Kecemasan ................................................ 33
2.4.4 Faktor yang Memepengaruhi Reaksi Kecemasan
Hospitalisasi ......................................................................... 34
2.4.5 Dampak Kecemasan............................................................. 37
2.4.6 Alat Ukur Kecemasan......................................................... 39

x
2.5 Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan....... 43
2.6 Tabel Sintesis ..................................................................................... 45
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS .............................. 47
3.1 Kerangka Konseptual........................................................................ 47
3.2 Hipotesis Penelitian ........................................................................... 48
BAB 4 METODE PENELITIAN ....................................................................... 49
4.1 Jenis dan Desain Penelitian .............................................................. 49
4.2 Populasi dan Sampel .......................................................................... 49
4.2.1 Populasi Penelitian............................................................................ 49
4.2.2 Sampel Penelitian.................................................................. 50
4.2.3 Besar Sampel........................................................................ 51
4.2.4 Tehnik Pengambilan Sampling.......................................... 51
4.3 Kerangka Kerja................................................................................. 53
4.4 Variabel Penelitian dan Definisi operasional....................................... 54
4.4.1 Variabel Penelitian................................................................ 54
4.4.2 Definisi Operasional............................................................. 54
4.5 Alat dan Bahan Penelitian.................................................................... 56
4.5.1 Alat Penelitian....................................................................... 56
4.5.2 Bahan Penelitian................................................................... 56
4.6 Instrumen Penelitian .......................................................................... 56
4.6.1 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Alat Instrumen
Dukungan Keluarga.............................................................. 58
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................. 59
4.7.1 Lokasi Penelitian................................................................... 59
4.7.2 Waktu Penelitian................................................................... 59
4.8 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data................................... 60
4.8.1 Birokrasi Perijinan................................................................ 60
4.8.2 Cara Pengumpulan Data ...................................................... 60
4.9 Analisa Data..... ................................................................................... 61
4.9.1 Coding................................................................................... 61
4.9.2 Scoring.................................................................................. 62
4.9.3 Tabulating............................................................................. 63
4.9.4 Pengolahan Data................................................................... 63
4.10 Interpretasi Uji Rank Spearman.................................................... 65
4.11 Etika Penelitian.................................................................................. 67
4.11.1 Lembar Persetujuan............................................................ 67
4.11.2 Tanpa Nama ....................................................................... 67
4.11.3 Kerahasiaan.........................................................................67
4.11 Keterbatasan Penelitian ..................................................................50
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 69
5.1 Hasil Penelitian ................................................................................... 69
5.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian................................................. 69
5.1.2 Karakteristik Data Umum..................................................... 72
5.1.3 Karakteristik Data Khusus.................................................... 77
5.1.4 Crosstabulation Data............................................................. 78
5.1.5 Hasil Analisa Data................................................................. 79
5.2 Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................... 80
5.2.1 Dukungan Keluarga Pada Anak Usia Prasekolah ..................80

xi
5.2.2 Tingkat Kecemasan Anak Usia Prasekolah........................... 88
5.2.3 Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan
Kecemasan Anak Usia Prasekolah........................................92
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 96
6.1 Kesimpulan ......................................................................................... 96
6.2 Saran.................................................................................................... 96
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 98

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Rentang Respon Kecemasan .............................................................. 33

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Indikator Alat Ukur Dukungan Keluarga ............................................ 27


Tabel 2.2 Tabel Sintesis ....................................................................................... 45
Tabel 4.1 Definisi Operasional Variabel Independen dan Variabel Dependen.... 55
Tabel 4.2 Panduan Interpretasi Uji korelasi Spearman......................................... 67
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga..............................................77
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Usia Prasekolah.................. 78
Tabel 5.3 Hubungan Dukungan Keluarga DenganTingkat Kecemasan Usia Pra

Sekolah.................................................................................................. 79

xiv
DAFTAR BAGAN

Bagan 3.1. Kerangka Konsep ............................................................................... 47

Bagan 4.1. Kerangka Kerja ................................................................................... 53

xv
DAFTAR DIAGRAM

Diagram 5.1 Distribusi responden berdasarkan keluarga yang mendampingi...... 72


Diagram 5.2 Distibusi responden berdasarkan usia keluarga............................... 73
Diagram 5.3 Distribusi responden berdasarkan pekerjaan keluarga..................... 73
Diagram 5.4 Distribusi responden berdasarkan penghasilan keluarga................. 74
Diagram 5.5 Distribusi responden berdasarkan pendidikan keluarga.................. 74
Diagram 5.6 Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin anak..................... 75
Diagram 5.7 Distribusi responden berdasarkan usia anak.....................................75
Diagram 5.8 Distribusi responden berdasarkan lama anak dirawat.......................76
Diagram 5.9 Distribusi responden berdasarkan riwayat MRS sebelumnya...........76
Diagram 5.10 Distribusi responden berdasarkan lama perawatan riwayat MRS
sebelumnya.......................................................................................77

xvi
DAFTAR SINGKATAN

UNICEF : United Nations International Children’s Emergency Fund

SUSENAS : Survei Sosial Ekonomi Nasional

RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah

HARS : Hamilton Rating Scale

HAM-A : Hamilton Anxiety

GJL : Gejala

SPSS : Statistical Program for Social Science

xvii
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Matrik Rencana Kegiatan Penelitian........................................... 101


LAMPIRAN 2 Lembar Persetujuan Pengajuan Judul…...................................... 102
LAMPIRAN 3 Surat Ijin Permohonan Data Awal……..................................... 103
LAMPIRAN 4 Surat Balasan dari RSUD ............................................................ 104
LAMPIRAN 5 Surat Ijin Permohonan Penelitian ……..................................... 105
LAMPIRAN 6 Surat Balasana Ijin Penelitian dari RSUD ................................... 106
LAMPIRAN 7 Surat Permohonan Menjadi Responden....................................... 107
LAMPIRAN 8 Lembar Persetujuan Responden.................................................. 109
LAMPIRAN 9 Lembar Kuesioner Data Demografi............................................. 110
LAMPIRAN 10 Lembar Kuesioner Dukungan Keluarga ................................... 111
LAMPIRAN 11 Lembar Observasi Tingkat Kecemasan HARS ........................ 113
LAMPIRAN 12 Output SPSS Uji Validitas………............................................. 115
LAMPIRAN 13 Tabel Rangkuman uji Validitas Data Responden…………… 118
LAMPIRAN 14 Output SPSS Uji Reliabilitas.................................................... 119
LAMPIRAN 15 Tabel Distribusi Nilai r Tabel.................................................... 121
LAMPIRAN 16 Distribusi Frekuensi Data Demografi Responden..................... 122
LAMPIRAN 17 Output SPSS Hasil Penelitian.................................................... 123
LAMPIRAN 18 Dokumentasi ............................................................................. 124
LAMPIRAN 19 Lembar Konsultasi.................................................................... 126

xviii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hospitalisasi merupakan suatu proses karena suatu alasan yang

berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tingggal di ruamh asakit,

menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah. Di

rumah sakit, anak harus menghadapi lingkungan yang asing, pemberi asuhan

yang tidak dikenal, dan gangguan terhadap gaya hidup mereka, sehingga

seringkali mereka harus mengalami prosedur yang menimbulkan nyeri,

kehilangan kemandirian dan berbagai hal yang tidak diketahui bahkan

mengalami ketidaknyamanan seperti cemas (Nurhayati, 2021). Pengalaman

yang tidak menyenangkan pada anak usia prasekolah memunculkan berbagai

respon terhadap pengalaman hospitalisasi. Respon yang paling umum pada

anak usia prasekolah yang menjalani hospitalisasi adalah kecemasan dan

ketakutan.

Berdasarkan data dari UNICEF jumlah anak usia prasekolah di 3 negara

terbesar di dunia mencapai 148 juta jiwa, 958 anak diantaranya dirawat di

fasilitas kesehatan, dengan insiden anak yang dirawat di rumah sakit 57 juta

anak setiap tahunnya, dimana 75% mengalami trauma berupa ketakutan dan

kecemasan saat menjalani perawatan (Fatmawati et al, 2019). Di Indonesia

jumlah anak usia prasekolah berdasarkan data (SUSENAS) Survei Kesehatan

Nasional tahun 2020 sebesar 20,72% dari jumlah total penduduk Indonesia,

dan diperkirakan dari 35% anak menjalani hospitalisasi dan 45% diantaranya

mengalami kecemasan (Suprapto, 2021). Anak yang mengalami kecemasan

1
2

saat menjalani proses perawatan selama di rumah sakit sebanyak 85% dari

1.194.081 anak usia prasekolah (Dinkes Propinsi Jawa Timur 2020).

Berdasarkan hasil studi yang dilakukan oleh peneliti diruang rawat inap anak

(Mas Alit) RSUD Blambangan Banyuwangi pada bulan Januari-Maret 2023,

diperoleh jumlah anak usia pra sekolah 3-6 tahun yang sedang menjalani

hospitalisasi sebanyak 50 anak, berdasarkan respon yang ditunjukkan oleh

anak usia prasekolah saat menjalani peraatan di rumah sakit, didapatkan 18

orang anak diantaranya menunjukkan tingkat kecemasan berat, 17 anak

menunjukkan tingkat kecemasan sedang dan 15 orang anak lainnya

menunjukkan tingkat kecemasan ringan. Gejala kecemasan yang ditunjukkan

oleh anak selama menjalani hospitalisasi di ruang anak (Mas Alit), antar lain

seperti: menangis, membentak, berteriak, memeluk ibu, tidak mau berpisah

dengan keluarga, anak tidak mau berinteraksi dengan tenaga medis.

Aktifitas fisik pada usia anak pra sekolah semakin meningkat, yang

menyebabkan anak menjadi sering kelelahan dan menyebabkan rentan

terserang penyakit akibat sistem imun belum stabil atau daya tahan tubuh

lemah. Permasalahan kesehatan yang terjadi pada anak usia prasekolah sering

mengharuskan anak harus menjalani rawat inap atau hospitalisasi. Anak

prasekolah yang sakit dan harus dirawat di rumah sakit dapat mengalami

pengalaman yang tidak menyenangkan. Ketika anak berada di rumah sakit,

anak akan memasuki lingkungan yang baru, terpisah oleh keluarga, menjalani

prosedur perawatan kesehatan terutama tindakan-tindakan invasif, melihat

perlengkapan yang digunakan oleh tenaga medis (topi bedah, masker, gaun),
3

bau yang tidak familiar, suara bising ataupun suara anak lain yang menangis

(Aliyah,Aida, 2021).

Lingkungan yang baru di rumah sakit menjadi suatu tempat yang

menakutkan dilihat dari sudut pandang anak-anak. Kondisi ini dapat

menimbulkan ketakutan dan kecemasan bagi anak –anak. Kecemasan pada

anak prasekolah dapat menimbulkan perubahan perilaku seperti: menangis,

berteriak, susah makan, susah tidur, marah-marah, menolak didekati petugas

medis, berontak saat akan dilakukan tindakan (Aprina, 2022). Selain itu

kecemasan pada anak prasekolah juga dapat menimbulkan perubahan

fisiologis seperti: pucat, nadi dan tekanan darah naik, palpitasi, sesekali nafas

pendek, bibir bergetar, mulut kering, berkeringat, wajah tampak tegang, muka

berkerut, gelisah, sakit kepala, diare/konstipasi (Stuart dan Sundeen, 2018)

Menurut Nursalam (2019), faktor terpenting untuk mengatasi masalah

kecemasan hospitalisasi pada anak adalah adanya dukungan dari keluarga,

karena dukungan keluarga telah dibuktikan dapat menciptakan lingkungan

yang konstruktif dan anak akan berperilaku lebih positif, merasa nyaman dan

terlindungi. Keluarga merupakan faktor yang terpenting dalam memberikan

dukungan kepada anak yang mengalami sakit, sehingga diharapkan kecemasan

yang dialami oleh anak karena hospitalisasi dapat diminimalkan. Dukungan

keluarga yang diberikan dapat berupa: selalu menemani, memberi perhatian,

memberikan benda kesukaan anak, menceritakan dongeng, mengajak bermain,

pengenalan lingkungan rumah sakit pada anak, memberi informasi bahwa

perawat dan dokter dapat membantu dalam proses penyembuhan, memberikan

harapan bahwa anak sakit dapat sembuh.


4

Disamping itu perawat mempunyai peran yang penting dalam

menurunkan kecemasan pada anak yang mengalami hospitalisasi. Perawat

dapat melakukan pengkajian terhadap kondisi anak dan dapat memberikan

saran aktifitas anak yang tetap dapat dilakukan selama hospitalisasi dengan

modifikasi kegiatan atau pelaksanaan waktu, seperti mengizinkan anak

membawa barang mainannya dan bermain di tempat tidur, menonton film

kesukaannya, melibatkan orangtua selama anak dirawat, menyediakan area

bermain di dalam ruang perawatan yang dilengkapi berbagai macam alat

bermain, mendekorasi ruang perawatan dengan warna cerah dan menarik yang

familiar bagi anak-anak (Aprina, 2022).

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang “Hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan anak usia

pra sekolah (3-6 tahun) akibat hospitalisasi di ruang Mas Alit RSUD

Blambangan Banyuwangi Tahun 2023”.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan

anak usia prasekolah 3-6 tahun akibat hospitalisasi di Ruang Mas Alit RSUD

Blambangan Banyuwangi tahun 2023?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan

anak usia prasekolah 3-6 tahun akibat hospitalisasi di Ruang Mas Alit

RSUD Blambangan Banyuwangi Tahun 2023


5

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi dukungan keluarga pada anak usia prasekolah (3-

6 tahun) yang menjalani hospitalisasi di ruang Mas Alit RSUD

Blambangan Banyuwangi tahun 2023

b. Mengidentifikasi tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah 3-6

tahun saat menjalani hospitalisasi di Ruang Mas Alit RSUD

Blambangan Banyuwangi tahun 2023

c. Menganalisa hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat

kecemasan anak usia prasekolah 3-6 tahun akibat hospitalisasi di

Ruang Mas Alit RSUD Blambangan Banyuwangi tahun 2023

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan dapat memberi

wawasan atau informasi yang menyangkut tentang pentingnya

dukungan keluarga pasien untuk menurunkan tingkat kecemasan anak

usia prasekolah (3-6 tahun) yang sedang menjalani hospitalisasi di

Ruang Mas Alit RSUD Blambangan Banyuwangi tahun 2023

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Manfaat Bagi Responden

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi keluarga terutama

orangtua pasien untuk mengurangi tingkat kecemasan pada anak

selama dirumah sakit, yaitu dengan melakukan pendampingan,

memberikan perhatian, kenyamanan selama hospitalisasi.


6

b. Manfaat Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk melanjutkan atau

mengembangkan penelitian dalam menurunkan tingkat kecemasan

anak usia prasekolah 3-6 tahun selama menjalani hospitalisasi

c. Manfaaat Bagi Rumah Sakit

Data dan hasil yang diperoleh dari penelitian dapat dijadikan tolak

ukur serta upaya Rumah Sakit dalam meningkatkan kualitas

pelayanan kesehatan.

d. Manfaat Bagi Peneliti Selannjutnya

Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai data dasar

dan sebagai bahan referensi untuk meneliti lebih lanjut terkait

tingkat kecemasan anak usia prasekolah akibat hospitalisasi


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Anak Usia Prasekolah

2.1.1 Definisi Anak Usia Prasekolah

Anak usia prasekolah merupakan anak usia dini dimana anak

belum menginjak masa sekolah. Masa Ini disebut juga masa kanak-

kanak awal, terbentang usia 3-6 tahun. Pada masa ini anak mengalami

pertumbuhan dan perkembangan yang ditandai dengan perkembangan

jasmani, meningkatnya keterampilan dan proses berpikir (Oktiawati,

2018). Anak usia prasekolah adalah pribadi yang mempunyai berbagai

macam potensi. Potensi tersebut akan menjadi optimal apabila

memperoleh rangsangan yang tepat dan dikembangkan sesuai dengan

usia mereka. Rangsangan yang diperoleh anak dalam tahap tumbang

mereka dapat diperoleh dari rangsangan orang terdekat seperti orang

tua, saudara ataupun saat anak bersekolah. Taman kanak-kanak (TK)

adalah salah satu bentuk pendidikan prasekolah yang menyediakan

program pendidikan dini bagi anak usia 3 tahun sampai 6 tahun atau

memasuki pendidikan dasar (Oktiawati, 2019).

Anak usia prasekolah sebagian besar sudah dapat mengerti dan

mampu mengerti bahasa yang sedemikian kompleks. Selain itu,

kelompok umur ini juga mempunyai kebutuhan khusus, misalnya,

menyempurnakan banyak keterampilan yang telah diperolehnya. Pada

usia ini,anak membutuhkan lingkungan yang nyaman untuk proses

tumbuh kembangnya. Biasanya anak mempunyai lingkungan bermain

7
8

dan teman sepermainan yang menyenangkan. Anak belum mampu

membangun suatu gambaran mental terhadap pengalaman kehidupan

sebelumnya sehingga dengan demikian harus menciptakan

pengalamannya sendiri.

Pada usia prasekolah kemampuan sosial anak mulai berkembang,

persiapan diri untuk memasuki dunia sekolah dan perkembangan

konsep diri telah mulai pada periode ini. Perkembangan fisik lebih

lambat dan relatif menetap. Keterampilan motorik seperti berjalan,

berlari, melompat menjadi semakin luwes tetapi otot dan tulang belum

begitu sempurna (Supartini, 2019)

2.1.2. Tahap Petumbuhan dan Perkembangan

Peristiwa tumbuh kembang pada anak meliputi seluruh proses

kejadian sejak terjadi pembuahan sampai masa dewasa, tumbuh

kembang sebenarnya mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda,

tetapi saling berkaitan yang sulit dipisahkan yaitu pertumbuhan dan

perkembangan. Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan

dalam jumlah, ukuran, atau tingkat sel organ. Sedangkan

perkembangan lebih menitik beratkan pada perubahan bentuk atau

fungsi pematangan organ. Tahap pertumbuhan dan perkembangan anak

usia pra sekolah meliputi :

a. Pertumbuhan dan perkembangan biologis.

Anak usia prasekolah yang sehat adalah periang, cekatan serta

memiliki sikap tumbuh yang baik. Pertambahan tinggi rata – rata

adalah 6,25 sampai 7,5 cm per tahundan tinggi rata – rata anak usia
9

4 tahun adalah 101,25 cm. Pertambahan berat badan rata – rata

adalah 2,3 kg per tahun dan berat badan rata – rata anak usia 4 tahun

adalah 16,8 kg. Perkembangan fisik ataupun biologis anak usia

prasekolah lebih lambat dan relatif menetap. Pertumbuhan tinggi dan

berat badan melambat tetapi pasti dibanding dengan masa

sebelumnya. Sistem tubuh harusnya sudah matang dan sudah terlatih

dengan toileting. Keterampilan motorik, seperti berjalan, berlari,

melompat menjadi lebih luwes, tetapi otot dan tulang belum begitu

sempurna.

b. Perkembangan Psikologi

Anak prasekolah adalah seorang pelajar yang ingin tahu/penasaran,

sangat antusias untuk mempelajari hal-hal yang baru. Anak

prasekolah merasa sensasi pencapaian ketika berhasil melakukan

aktivitas dan perasaan bangga dalam pencapaian seseorang

membantu anak untuk menggunakan inisiatif. Akan tetapi, ketika

anak memperluas dirinya lebih lanjut dari kemampuannya saat ini,

ia dapat merasakan rasa bersalah.

c. Perkembangan Psikoseksual.

Masa prasekolah merupakan periode perkembangan psikoseksual

yang dideskripsikan oleh Freud sebagai periode Falik, yaitu

genetalia menjadi area yang menarik dan area tubuh yang sensitif.

Anak mulai mempelajari adanya perbedaan jenis kelamin

perempuan dan laki-laki dengan mengetahui adanya perbedaan alat

kelamin. Menurut Freud, anak prasekolah akan mengalami konflik


10

Odipus. Fase ini ditandai dengan kecemburuan dan persaingan

terhadap orang tua sejenis dan lebih merasa nyaman dan dekat

terhadap orang tua lain jenis. Tahap odipus biasanya berakhir pada

akhir periode usia prasekolah dengan identifikasi kuat pada orangtua

sejenis.

d. Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif yang dideskripsikan oleh Piaget pada anak

usia prasekolah (3 sampai 6 tahun) berada pada fase peralihan Antara

prakonseptual dan intuitif. Pada fese prakonseptual (usia 2 sampai 4

tahun), anak membentuk konsep yang kurang lengkap dan logis

dibandingkan dengan konsep orang dewasa. Anak membuat

klasifikasi yang sederhana. Anak menghubungkan satu kejadian

dengan kejadian yang simultan (penalaran transduktif). Pada fase

intuitif (usia 5 sampai 7 tahun), anak menjadi mampu membuat

klasifikasi, menjumlahkan, dan menghubungkan objekobjek, tetapi

tidak menyadari prinsip-prinsip di balik kegiatan tersebut. Anak

menunjukan proses berfikir intuitif (anak menyadari bahwa sesuatu

adalah benar, tetapi ia tidak dapat mengatakan alasanya). Anak tidak

mampu untuk melihat sudut pandang oranglain. Anak menggunakan

banyak kata yang sesuai, tetapi kurang memahami makna

sebenarnya. Anak usia 5 hingga 6 tahun mulai mengetahui banyak

huruf-huruf dari alphabet, mengetahui lagu kanak-kanak dan dapat

menghitung sampai sepuluh. Anak juga mulai dapat diberi


11

pengertian, bermain secara konstruktif dan imitatif serta

menggambar gambar-gambar yang dapat dikenal.

e. Perkembangan Moral

Yang menyelidiki penggunaan aturan-aturan oleh anak-anak dan

pandangan mereka mengenai keadilan, dinyatakan bahwa anak-anak

dibawah usia 6 tahun memperlihatkan sedikit kesadaran akan suatu

aturan. Bahkan aturan yang mereka terima tampaknya tidak

membatasi perilaku mereka dalam cara apapun. Anak usia

prasekolah berada pada tahap prakonvensional dalam perkembangan

moral, yang terjadi hingga usia 10 tahun. Pada tahap ini, perasaan

bersalah muncul, dan penekananya adalah pada pengendalian

eksternal. Standar moral anak adalah apa yang ada pada orang lain,

dan anak mengamati mereka untuk menghindari hukuman atau

mendapatkan penghargaan.

f. Perkembangan Sosial

Salah satu bentuk sosialisasi anak usia prasekolah dalam kehidupan

sehari-hari adalah bermain bersosialisasi dengan keadaan bersama

atau dekat dengan anak-anak lain. Selama masa ini anak cenderung

bercakap-cakap dengan dirinya sendiri membeberkan individu, dan

dunia berpusat dalam kehidupan dirinya. Bagi anak usia prasekolah,

sakit adalah sesuatu yang menakutkan.Selain itu, perawatan di

rumah sakit dapat menimbulkan cemas karena anak merasa

kehilangan lingkungan yang dirasakanya aman, penuh kasih sayang,


12

dan menyenangkan. Anak juga harus meninggalkan lingkungan

rumah yang dikenalnya, permainan, dan teman sepermainannya.

g. Perkembangan Komunikasi dan Bahasa

Pencapaian bahasa memungkinkan anak prasekolah

mengekspresikan pikiran dan kreativitas. Komunikasi pada anak

prasekolah bersifat konkret, karena mereka belum mampu berpikir

abstrak. Meskipun sifatnya konkret, komunikasi anak prasekolah

dapat cukup detail dan rumit, ia dapat bercerita tentang mimpi dan

fantasi. Keterampilan bahasa reseptif anak prasekolah juga menjadi

lebih halus.

Anak prasekolah sangat memperhatikan nada suara dari alam

perasaan orangtua dan dapat dengan mudah mengambil emosi negatif

dalam percakapan. Jika anak prasekolah mendengar orang tua dan dapat

memperbesar perkembangan takut dan memicu interpretasi tentang apa

yang di dengar anak.

2.1.3 Karakteristik Anak Usia Prasekolah

Karakteristik anak usia prasekolah meliputi aspek fisik, emosi, sosial

dan kognitif (Anggraini, 2020)

1. Ciri Fisik

Anak usia prasekolah sangat menyukai kegiatan yang ia lakukan

sendiri, seperti berlari, memanjat, melompat. Umumnya anak usia

prasekolah sangat aktif, tetapi mereka sudah memiliki kontrol

terhadap dirinya sendiri.


13

2. Ciri Sosial

Pada anak usia prasekolah umumnya anak sangat mudah bergaul

dengan temannya, tetapi pada usia ini kelompok berteman masih

kecil dan masih belum terkoordinasi dengan baik sehingga cepat

berganti. Umumnya mereka hanya memilih teman atau sahabat yang

berjenis kelamin sama. Pada usia ini anak juga menjadi aktif dan

agresif.

3. Ciri Emosional

Pada masa ini, anak cenderung mengekspresikan emosinya secara

bebas dan terbuka. Umumnya anak juga sering memperlihatkan

ekspresi marah dan iri hati kepada teman sebayanya. Pada usia ini

anak memandang segala sesuatu dari sudut pandangnya sendiri.

Anak cenderung mengabaikan sudut pandang orang lain. Hal itu

terlihat dari perilaku anak yang masih suka berebut mainan,

menangis, atau merengek sampai keinginannya terpenuhi.

4. Ciri Kognitif

Sebagian besar anak pada usia ini senang dalam berbicara dan

bercerita, khususnya pada kelompok usianya. Umumnya pada usia

prasekolah ini anak sudah terampil dalam berbahasa. Saat temannya

berbicara, sebagian anak juga perlu dilatih untuk menjadi pendengar

yang baik.
14

2.2 Konsep Hospitalisasi

2.2.1 Definisi Hospitalisasi

Hospitalisasi adalah pengalaman anak sakit menjalani suatu

proses perawatan dan tinggal di rumah sakit karena alasan kesehatan

atau keadaan darurat sampai anak pulang kerumah kembali.

Hospitalisasi adalah suatu keadaan tertentu atau darurat yang

mengharuskan seorang anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani

terapi perawatan sampai pemulangannya ke rumah. Hospitalisasi

adalah masuknya individu ke rumah sakit sebagai pasien dengan

berbagai alasan seperti pemeriksaan diagnosik, prosedur operasi,

perawatan medis, pemberian obat dan menstabilkan atau pemantauan

kondisi tubuh. Hospitalisasi adalah pengalaman anak saat menjalani

suatu proses perawatan dan tinggal di rumah sakit karena alasan

kesehatan atau keadaan darurat sampai anak pulang kerumah kembali

(Zulaicha, Endang, 2022).

2.2.2 Respon Hospitalisasi

Perubahan kondisi ini merupakan masalah besar yang

menimbulkan ketakutan, kecemasan bagi anak yang dapat

menyebabkan perubahan fisiologis dan perilaku pada anak jika anak

tidak mampu beradaptasi terhadap perubahan tersebut.

a. Perubahan Fisiologis

Respon fisiologis yang dapat muncul meliputi seperti perubahan

pada sistem kardiovaskuler seperti palpitasi, denyut jantung


15

meningkat, perubahan pola nafas yang semakin cepat. Selain itu

kondisi hospitalisasi dapat juga menyebabkan nafsu makan

menurun, gugup, pusing, tremor, hingga insomnia, keluar keringat

dingin dan wajah maenjadi kemerahan.

b. Perubahan Perilaku

Perubahan perilaku juga dapat terjadi seperti gelisah, anak rewel,

mudah terkejut, menangis berontak, menghindar hingga menarik

diri, tidak sabar, tegang, dan waspada terhadap lingkungan. Respon

perilaku anak terhadap hospitalisasi dibagi menjadi 3 tahap:

c. Tahap protes.

Pada tahap ini anak-anak bereaksi secara agresif terhadap

perpisahan dengan orangtua. Mereka menangis dan berteriak

memanggil orangtua mereka, menolak perhatian dari orang lain,

dan kedukaan mereka tidak dapat ditenangkan. Perilaku yang

diobservasi seperti: menangis, berteriak, mencari orangtua,

memegang orangtua dengan erat, dan menghindari kontak mata

dengan orang lain.Selain itu pada anak usia pra sekolah perilaku

yang dapat diobservasi seperti: menyerang orang asing dengan

verbal, menyerang orang asing dengan fisik, mencoba kabur untuk

mencari orangtua, dan mencoba menahan orangtua untuk tetap

tinggal. Perilaku-perilaku tersebut dapat berlangsung dari beberapa

jam sampai beberapa hari. Protes seperti menangis, dapat

berlangsung hanya berhenti bila lelah dan pendekatan orang asing

dapat mencetuskan peningkatan stres.


16

d. Tahap putus asa.

Selama tahap ini tangisan berhenti dan muncul depresi. Anak

tersebut menjadi begitu aktif, tidak tertarik bermain atau terhadap

makanan, dan menarik diri dengan orang lain. Perilaku yang dapat

diobservasi seperti: tidak aktif, menarik diri dengan orang lain,

depresi/sedih, tidak tertarik dengan lingkungan,tidak komunikatif,

mundur ke perilaku awal (mengompol, mengisap ibu jari,

menggunakan dot dan botol). Lamanya perilaku tersebut

berlangsung secara bervariasi. Kondisi fisik anak dapat semakin

memburuk karena menolak untuk makan, minum, atau bergerak.

e. Tahap pelepasan.

Tahap ini disebut juga tahap penyangkalan. Anak akhirnya

menyesuaikan diri dengan lingkungan. Anak menjadi lebih tertarik

dengan lingkungan sekitar, bermain dengan orang lain, dan tampak

membina hubungan baru dengan orang lain. Perilaku yang dapat

diobservasi seperti: menunjukkan peningkatan minat terhadap

lingkungan sekitar, berinteraksi dengan orang asing atau pemberi

asuhan yang dikenalnya, membentuk hubungan baru namun

dangkal, dan tampak bahagia. Pelepasan biasanya terjadi setelah

perpisahan yang terlalu lama dengan orangtua dan jarang terlihat

pada anak-anak yang menjalani hospitalisasi. Perilaku tersebut

mewakili penyesuaian terhadap kehilangan.


17

2.2.3 Dampak Hospitalisasi

Sakit dan dirawat di rumah sakit merupakan krisis utama yang

terjadi pada anak. Ketika anak dirawat di rumah sakit, mereka akan

mudah mengalami stres akibat adanya perubahan dari segi status

kesehatannya maupun lingkungannya dalam kebiasaan mereka sehari-

hari dan disebabkan juga karena anak memiliki keterbatasan koping

dalam mengatasi masalah yang bersifat menekan. Anak juga akan

mengalami gangguan emosional dan gangguan perkembangan saat

menjalani hospitalisasi. Dampak hospitalisasi terhadap anak usia

prasekolah adalah sebagai berikut:

a. Cemas disebabkan perpisahan.

Sebagian besar kecemasan yang terjadi pada anak pertengahan

sampai anak periode prasekolah adalah cemas karena perpisahan.

Hubungan anak dengan ibu sangat dekat sehingga perpisahan

dengan ibu akan menimbulkan rasa kehilangan terhadap orang yang

terdekat bagi diri anak. Selain itu, lingkungan yang belum dikenal

akan mengakibatkan perasaan tidak aman dan rasa cemas.

b. Kehilangan control.

Anak yang mengalami hospitalisasi biasanya kehilangan kontrol.

Hal ini terihat jelas dalam perilaku anak dalam hal kemampuan

motorik, bermain, melakukan hubungan interpersonal, melakukan

aktivitas hidup sehari-hari activity daily living (ADL), dan

komunikasi. Akibat sakit dan dirawat di rumah sakit, anak akan

kehilangan kebebasan pandangan ego dalam mengembangkan


18

otonominya. Ketergantungan merupakan karakteristik anak dari

peran terhadap sakit. Anak akan bereaksi terhadap ketergantungan

dengan cara negatif, anak akan menjadi cepat marah dan agresif. Jika

terjadi ketergantungan dalam jangka waktu lama (karena penyakit

kronis), maka anak akan kehilangan otonominya dan pada akhirnya

akan menarik diri dari hubungan interpersonal.

c. Luka pada tubuh dan rasa sakit (rasa nyeri).

Konsep tentang citra tubuh, khususnya pengertian body boundaries

(perlindungan tubuh), pada kanak-kanak sedikit sekali berkembang.

Berdasarkan hasil pengamatan, bila dilakukan pemeriksaan telinga,

mulut atau suhu pada rektal akan membuat anak sangat cemas.

Reaksianak terhadap tindakan yang tidak menyakitkan sama seperti

tindakan yang sangat menyakitkan. Anak akan bereaksi terhadap

rasa nyeri dengan menangis, mengatupkan gigi, menggigit bibir,

menendang, memukul atau berlari keluar.

Dampak negatif dari hospitalisasi lainya pada usia anak

prasekolah adalah gangguan fisik, psikis, sosial dan adaptasi terhadap

lingkungan. Hospitalisasi juga berdampak pada perkembangan anak.

Hal ini bergantung pada faktor-faktor yang saling berhubungan seperti

sifat anak, keadaan perawatan dan keluarga. Perawatan anak yang

berkualitas tinggi dapat mempengaruhi perkembangan intelektual anak

dengan baik terutama anak-anak yang kurang beruntung yang

mengalami sakit dan dirawat di rumah sakit. Anak yang sakit dan

dirawat akan mengalami kecemasan dan ketakutan.


19

1). Dampak Jangka Pendek

Dampak jangka pendek dari kecemasan dan ketakutan yang tidak

segera ditangani akan membuat anak melakukan penolakan terhadap

tindakan perawatan dan pengobatan yang diberikan sehingga

berpengaruh terhadegera ditanganiap lamanya hari perawatan,

memperberat kondisi anak dan bahkan dapat menyebabkan kematian

pada anak.

2). Dampak Jangka Panjang

Dampak jangka panjang dari anak sakit dan dirawat yang tidak

segera ditangani akan menyebabkan kesulitan dan kemampuan

membaca yang buruk, memiliki gangguan bahasa dan gangguan

kognitif, menurunnya kemampuan intelektual dan sosial serta fungsi

imun.

Menurut Supartini (2018), dampak hospitalisasi juga menimbulkan

reaksi:

a. Reaksi Orang Tua

Hampir semua orang tua berespon terhadap penyakit dan

hospitalisasi anak dengan reaksi yang luar biasa. Pada awalnya orang

tua dapat bereaksi dengan tidak percaya, terutama jika penyakit

tersebut muncul tiba-tiba dan serius. Takut, cemas dan frustasi

merupakan perasaan yang banyak diungkapkan oleh orang tua.

Takut dan cemas dapat berkaitan dengan keseriusan penyakit dan

jenis prosedur medis yang digunakan. Sering kali kecemasan yang


20

paling besar berkaitan dengan trauma dan nyeri yang terjadi pada

anak.

b. Reaksi Saudara Kandung (Sibling).

Reaksi saudara kandung terhadap anak yang sakit dan dirawat di

rumah sakit adalah kesiapan, ketakutan, khawatiran, marah,

cemburu, benci, iri dan merasa bersalah. Orang tua sering kali

memberikan perhatian yang lebih pada anak yang sakit

dibandingkan dengan anak yang sehat. Hal tersebut menimbulkan

perasaan cemburu pada anak yang sehat dan merasa ditolak.

c. Perubahan Peran Keluarga

Selain dampak perpisahan terhadap peran keluarga, kehilangan

peran orang tua dan sibling. Hal ini dapat mempengaruhi setiap

anggota keluarga dengan cara yang berbeda. Salah satu reaksi

orang tua yang paling banyak adalah perhatian khusus dan intensif

terhadap anak yang sedang sakit.

2.2.4 Manfaat Hospitalisasi

Meskipun hospitalisasi menyebabkan stress pada anak,

hospitalisasi juga dapat memberikan manfaat yang baik, antara lain

menyembuhkan anak, memberikan kesempatan kepada anak untuk

mengatasi stres dan merasa kompeten dalam kemampuan koping

serta dapat memberikan pengalaman bersosialisasi dan memeperluas

hubungan interpersonal mereka.

Dengan menjalani rawat inap atau hospitalisasi dapat

menangani masalah kesehatan yang dialami anak, meskipun hal ini


21

dapat menimbulkan krisis. Manfaat psikologis selain diperoleh anak

juga diperoleh keluarga, yakni hospitalisasi anak dapat memperkuat

koping keluarga dan memunculkan strategi koping baru. Manfaat

psikologis ini perlu ditingkatkan dengan melakukan berbagai cara,

diantaranya adalah:

a. Membantu mengembangkan hubungan orangtua dengan anak.

Kedekatan orang tua dengan anak akan nampak ketika anak

dirawat di rumah sakit. Kejadian yang dialami ketika anak harus

menjalani hospitalisasi dapat menyadarkan orang tua dan

memeberikan kesempatan kepada orang tua untuk memahami

anak-anak yang bereaksi terhadap stress, sehingga orang tua

dapat lebih memberikan dukungan kepada anak untuk siap

menghadapi pengalaman di rumah sakit serta memberikan

pendampingan kepada anak setelah pemulangannya.

b. Menyediakan kesempatan belajar

Sakit dan harus menjalani rawat inap dapat memeberikan

kesempatan belajar baik bagi anak maupun orangtua tentang

tubuh mereka dan profesi kesehatan. Anak-anak yang lebih besar

dapat belajar tentang penyakit dan memberikan pengalaman

terhadap profesional kesehatan sehingga dapat membantu dalam

memilih pekerjaan yang nantinya akan menjadi keputusannya.

Orang tua dapat belajar tentang kebutuhan anak untuk

kemandirian, kenormalan, dan keterbatasan. Bagi anak dan


22

orangtua, keduanya dapat menemukan sistem support yang baru

dari staf rumah sakit.

c. Meningkatkan penguasaan diri

Pengalaman yang dialami ketika menjalani hospitalisasi dapat

memberikan kesempatan untuk meningkatkan penguasaan diri

anak. Anak akan menyadari bahwa mereka tidak

disakiti/ditinggalkan tetapi mereka akan menyadari bahwa

mereka dicintai, dirawat, diobati dengan penuh perhatian. Pada

anak yang lebih tua, hospitalisasi akan memberikan suatu

kebanggaan bahwa mereka memiliki pengalaman hidup yang

baik.

d. Menyediakan lingkungan sosialisasi

Hospitalisasi dapat memberikan kesempatan baik kepada anak

maupun orangtua untuk penerimaan sosial. Mereka akan merasa

bahwa krisis yang dialami tidak hanya oleh mereka sendiri tetapi

ada orang-orang lain yang juga merasakannya. Anak dan

orangtua akan menemukan kelompok sosial baru yang memiliki

masalah yang sama, sehingga memungkinkan mereka akan saling

berinteraksi, bersosialisasi dan berdiskusi tentang keprihatinan

dan perasaan mereka, serta mendorong orangtua untuk membantu

dan mendukung kesembuhan anaknya.


23

2.3 Konsep Dukungan Keluarga

2.3.1 Pengertian Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga menurut Friedman dalam (Nursalam,

2020) adalah sikap, tindakan penerimaan keluarga terhadap anggota

keluarganya, berupa dukungan informasional, dukungan penilaian,

dukungan instrumental dan dukungan emosional. Jadi dukungan

keluarga adalah suatu bentuk hubungan interpersonal yang meliputi

sikap, tindakan dan penerimaan terhadap anggota keluarga,

sehingga anggota keluarga merasa ada yang memperhatikan. Orang

yang berada dalam lingkungan sosial yang suportif umumnya

memiliki kondisi yang lebih baik dibandingkan rekannya yang tanpa

keuntungan ini, karena dukungan keluarga dianggap dapat

mengurangi atau menyangga efek kesehatan mental individu.

Dukungan keluarga adalah bantuan yang dapat diberikan kepada

anggota keluarga lain berupa barang, jasa, informasi dan nasihat

yang mampu membuat penerima dukungan akan merasa disayang,

dihargai, dan tenteram. Dukungan ini merupakan sikap, tindakan dan

penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit. Anggota

keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung akan

selalu siap memberi pertolongan dan bantuan yang diperlukan.

Dukungan keluarga yang diterima salah satu anggota keluarga dari

anggota keluarga yang lainnya dalam rangka menjalankan fungsi-

fungsi yang terdapat dalam sebuah keluarga. Bentuk dukungan

keluarga terhadap anggota keluarga adalah secara moral atau


24

material. Adanya dukungan keluarga akan berdampak pada

peningkatan rasa percaya diri pada penderita dalam menghadapi

proses pengobatan penyakitnya.

2.3.2 Bentuk dan Fungsi Dukungan Keluarga

Bentuk dan fungsi dukungan keluarga menjadi 4 dimensi yaitu

(Nursalam, 2020):

a. Dukungan emosional

Dukungan emosional adalah keluarga sebagai tempat yang aman

dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu

penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek dari dukungan

emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk

afeksi, adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan

didengarkan. Dukungan emosional melibatkan ekspresi empati,

perhatian, pemberian semangat, kehangatan pribadi, cinta, atau

bantuan emosional. Dukungan emosional pada anak yang

mengalami hospitalisasi sangat dibutuhkan agar anak merasa

nyaman, merasa bahwa dirinya masih dicintai dan diperhatikan

oleh keluarga. Dukungan emosional dapat diberikan keluarga

dalam bentuk memberikan semangat, empati, selalu menemani dan

perhatian.

b. Dukungan Instrumental

Dukungan instrumental adalah dukungan berupa bantuan secara

langsung dan nyata atau meringankan beban orang yang sedang

stress. Dukungan instrumental pada anak yang mengalami


25

hospitalisasi dapat berupa: memberikan benda kesukaan anak,

menceritakan dongeng, mengajak bermain.

c. Dukungan Informasional.

Dukungan informasional adalah keluarga berfungsi sebagai pemberi

informasi, dimana keluarga menjelaskan tentang pemberian saran,

sugesti, informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu

masalah. Dukungan informasional pada anak yang mengalami

hospitalisasi dapat berupa: keluarga memberi informasi pada anak

tentang apa saja yang dilakukan di rumah sakit, pengenalan terhadap

lingkunga rumah sakit, memberi informasi bahwa dokter dan

perawat akan membantu anak dalam proses penyembuhan agar bisa

kembali pulang.

d. Dukungan Penilaian atau Penghargaan

Dukungan penghargaan atau penilaian adalah keluarga bertindak

membimbing dan menengahi pemecahan masalah sebagai sumber

dan validator identitas anggota keluarga diantaranya memberikan

support, penghargaan dan perhatian. Dukungan

penilaian/penghargaan pada anak yang mengalami hospitalisasi

dapat berupa: memberikan reward pada anak jika anak dapat

menerima perlakuan dari dokter dan perawat yang akan mendukung

proses penyembuhannya.
26

2.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga

a. Jumlah Keluarga

Keluarga besar dan keluarga kecil secara kualitatif

menggambarkan pengalaman-pengalaman perkembangan. Anak-

anak yang berasal dari keluarga kecil menerima lebih banyak

perhatian daripada anak-anak yang berasal dari keluarga yang lebih

besar.

b. Usia Orang Tua

Dukungan keluarga yang diberikan oleh orang tua (khususnya

ibu) juga dipengaruhi oleh usia. Ibu yang masih muda cenderung

untuk lebih tidak bisa merasakan atau mengenali kebutuhan

anaknya dan juga lebih egosentris dibandingkan ibu-ibu yang

lebih tua.

c. Sosial Ekonomi

Tingkat pendapatan atau pekerjaan dan tingkat pendidikan dalam

keluarga kelas menengah, suatu hubungan yang lebih demokratis

dan adil mungkin ada, sementara dalam keluarga kelas bawah,

hubungan yang ada lebih otoritas dan otokrasi. Selain itu orang tua

dan kelas sosial menengah mempunyai tingkat dukungan, afeksi

dan keterlibatan yang lebih tinggi daripada orang tua dengan kelas

sosial bawah.

d. Tingkat pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan kemungkinan semakin tinggi

dukungan yang diberikan pada keluarga yang sakit.


27

2.3.4 Alat Ukur Dukungan Keluarga

Menurut (Nursalam, 2020) untuk mengungkap variabel

dukungan keluarga, dapat menggunakan skala dukungan keluarga

yang diadaptasi dan dikembangkan dari teori Friedman. Aspek-aspek

yang digunakan untuk mengukur dukungan keluarga adalah dukungan

emosional, dukungan instrumental, dukungan penilaian/penghargaan,

dan dukungan informasional.

Tabel 2.1 Indikator Alat Ukur Dukungan Keluarga

No Indikator

1 Dukungan Emosional

2 Dukungan Instrumental

3 Dukungan Penilaian/Penghargaan

4 Dukungan Informasional

Mengetahui besarnya dukungan keluarga dapat diukur dengan

menggunakan kuisioner dukungan keluarga yang mencakup empat

jenis dukungan keluarga, yang terdiri dari 15 buah pertanyaan . Dari

15 pertanyaan, pertanyaan no: 1-4 mengenai dukungan emosional,

yang mengkaji tentang penguasaan emosi yang diberikan oleh

keluarga kepada anaknya. Pertanyaan no: 5-8 mengenai dukungan

instrumental, yang mengkaji kemampuan keluarga dalam bidang

materi. Pertanyaan no: 9-12 mengenai dukungan informasional, yang

mengkaji kemampuan keluarga dalam memberikan informasi yang

positif. Pertanyaan no: 13-15 mengenai dukungan


28

penilaian/penghargaan, yang mengkaji kemampuan keluarga dalam

memberikan reward saat anak mau menerima perlakuan dari tenaga

medis. Dalam pengisian kuisioner ini sampel diminta untuk menjawab

pertanyaan yang ada dengan memilih salah satu jawaban dari

beberapa alternatif jawaban yang tersedia. Skala ini menggunakan

skala model likert yang terdiri dari pernyataan dari empat alternatif

jawaban yaitu 1 = tidak pernah, 2 = kadang-kadang, 3 = sering , 4

=selalu (Nursalam, 2020). Hasil dari kuisioner, selanjutnya dibuat

kategori sesuai dengan pendapat Nursalam (2020), tentang hasil

pengukuran yang diperoleh dari angket sebagai berikut: Kategori Baik

= 76-100 %, kategori cukup = 56 – 75 %, kategori kurang = <56%

2.4. Konsep Kecemasan

2.4.1. Definisi Cemas

Sigmund Freud untuk pertama kalinya memperkenalkan konsep

kecemasan diawal tahun 1900-an. Sigmund Freud menyebutnya sebagai

sinyal bahaya bahwa yang ditunjukkan seseorang sebagai respon

terhadap persepsi nyeri fisik atau bahaya. Lebih lanjutnya Sigmund

Freud mengatakan bahwa kecemasan sebagai komponen utama dari

mental disease. Menurut Zakariah (2019) kecemasan adalah suatu

perasaan yang tidak menyenangkan yang digambarkan dengan

kegelisahan atau ketegangan dan tanda – tanda hemodinamik yang

abnormal sebagai konsekuensi dari stimulasi simpatik, parasimpatik dan

endokrin.
29

Menurut Stuart dan Sundeen (2019) kecemasan adalah keadaan

emosi tanpa objek tertentu. Kecemasan dipicu oleh hal yang tidak

diketahui dan menyertai semua pengalaman baru, seperti masuk sekolah,

memulai pekerjaan baru atau melahirkan anak. Karakteristik kecemasan

ini yang membedakan dari rasa takut. Kecemasan adalah reaksi

emosional yang umum dan tampaknya tidak berhubungan dengan

keadaan atau stimulus tertentu. Cattle dan Scheier, menggambarkan

kecemasan sebagai reaksi emosi sementara yang timbul pada situasi

tertentu, yang dirasakan sebagai suatu ancaman (Izzaty, 2019)

2.4.2. Tingkat dan Respon Kecemasan

Stuart dan Sundeen (2018) membagi tingkat kecemasan menjadi 4:

a. Kecemasan Ringan

Kecemasan tingkat ini berhubungan dengan ketegangan dalam

kehidupan sehari-hari. Kecemasan ini menyebabkan individu

menjadi waspada dan meningkatkan lapang persepsi. Kecemasan ini

dapat memotivasi belajar dan menumbuhkan kreativitas.

1). Respon Fisiologi

- Sesekali nafas pendek

- Nadi dan tekanan darah naik

- Gejala ringan pada lambung

- Muka berkerut dan bibir bergetar

2). Respon Kognitif

- Lapang persepsi meluas

- Mampu menerima rangsangan yang kompleks


30

- Konsentrasi pada masalah

- Menyelesaikan masalah secara efektif

3). Respon Perilaku dan Emosi

- Tidak dapat duduk tenang

- Tremor halus pada tangan

- Suara kadang-kadang meninggi

b. Kecemasan Sedang

Kecemasan tingkat ini memungkinkan individu untuk berfokus pada

hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. Kecemasan ini

mempersempit lapang persepsi individu. Dengan demikian, individu

tidak perhatian dan kurang selektif, namun dapat berfokus lebih

banyak pada area lain jika diarahkan untuk melakukannya.

1). Respon Fisiologis

- Sering nafas pendek

- Nadi dan tekanan darah naik

- Mulut kering

- Diare/konstipasi

- Gelisah

2). Respon Kognitif

- Lapang persepsi menyempit

- Rangsangan luar tidak mampu diterima

- Berfokus pada apa yang menjadi perhatian

3). Respon Perilaku dan Emosi

- Gerakan tersentak-sentak
31

- Bicara banyak dan lebih cepat

- Susah tidur

c. Kecemasan Berat

Kecemasan ini sangat mengurangi lapang persepsi individu.

Individu cenderung berfokus pada suatu yang rinci dan spesifik serta

tidak berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditunjukkan untuk

mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak

arahan untuk berfokus pada area lain.

1). Respon Fisiologis

- Nafas pendek

- Nadi dan tekanan darah naik

- Berkeringat dan sakit kepala

- Penglihatan berkabut

- Ketegangan

2). Respon Kognitif

- Lapang persepsi sangat sempit

- Tidak mampu menyelesaikan masalah

3). Respon Perilaku dan Emosi

- Perasan ancaman meningkat

- Verbalisasi cepat

- Bloking

d. Kecemasan Tingkat Panik

Seorang individu dengan kecemasan tingkat panikmengalami

kehilangan kendali dan tidak mampu melakukan sesuatu walaupun


32

dengan arahan. Panik mencakup disorganisasi kepribadian dan

menimbulkan peningkatan aktifitas motorik, menurunnya

kemampuan untuk berhubngan dengan oranglain, persepsi

menyimpang, dan kehilangan perilaku yang rasional. Kecemasan ini

tidak sejalan dengan kehidupannya, jika terus berlangsung dalam

waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan dan kematian.

1). Respon Fisiologis

- Nafas pendek

- Rasa tercekik dan palpitasi

- Sakit dada

- Pucat

- Hipotensi

- Koordinasi motorik rendah

2). Respon Kognitif

- Lapang persepsi sangat menyempit

- Tidak dapat berfikir logis

3). Respon Perlaku dan Emosi

- Agitasi, mengamuk dan marah

- Ketakutan, berteriak-teriak, blocking

- Kehilangan kendali dan kontrol diri

- Persepsi kacau
33

2.4.3. Rentang Respons Kecemasan

RENTANG RESPON KECEMASAN

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Antipasi Ringan Sedang Berat Panik

Gambar 2.1 Rentang Respons Kecemasan Sumber: Stuart (2019)

a. Respons Adaptif

Hasil yang positif akan didapatkan jika individu dapat menerima dan

mengatur kecemasan. Kecemasan dapat menjadi suatu tantangan,

motivasi yang kuat untuk menyelesaikan masalah dan merupakan

sarana untuk mendapatkan penghargaan yang tinggi. Strategi adaptif

biasanya digunakan seseorang untuk mengatur kecemasan antara

lain dengan berbicara kepada orang lain, menangis, tidur, latihan,

dan menggunakan teknik relaksasi (Stuart, 2019)

b. Respons Maladaptif

Ketika kecemasan tidak dapat diatur, individu menggunakan

mekanisme koping yang disfungsi dan tidak berkesinambungan

dengan yang lainnya. Koping maladaptif mempunyai banyak jenis

termasukperilaku agresif, bicara tidak jelas isolasi diri, banyak

makan, konsumsi alkohol, berjudi, dan penyalahgunaan obat

terlarang (Stuart, 2019).


34

2.4.4. Faktor Yang Mempengaruhi Reaksi Kecemasan Hospitalisasi

Reaksi anak terhadap kecemasan hospitalisasi berbeda-beda

antara yang satu dengan yang lainnya, hal ini dipengaruhi oleh beberapa

faktor, yaitu:

a. Usia Anak

Usia anak merupakan salah satu faktor utama yang dapat

mempengaruhi reaksi anak terhadap sakit dan proses perawatan.

Semakin bertambah usia anak maka semakin sulit bagi anak untuk

menyesuaikan diri dengan pengalaman dirawat di rumah sakit.

b. Jenis Kelamin

Anak perempuan memiliki kecenderungan lebih mudah mengalami

kecemasan dibandingkan dengan anak laki-laki. Hal ini

dimungkinkan karena pengaruh hormon estrogen yang ada pada

perempuan sehingga apabila berinteraksi dengan serotonin maka

akan memicu timbulnya kecemasan.

c. Pengalaman dirawat sebelumnya

Pengalaman anak dirawat sebelumnya mempengaruhi reaksi anak.

Apabila anak pernah dirawat sebelumnya dan anak mengalami

pengalaman tidak menyenangkan pada saat dirawat di rumah sakit

maka hal ini menyebabkan anak menjadi takut dan trauma.

Sebaliknya apabila pada saat anak dirawat di rumah sakit sebelmnya

anak mendapatkan perawatan yang baik dan menyenangkan maka

anak akan lebih kooperatif pada perawat dan tenaga kesehatan

lainnya.
35

d. Lama Perawatan

Lama hari dirawat bisa mempengaruhi kecemasan anak. Semakin

lama anak dirawat maka kecemasan anak akan memanjang dan

menimbulkna kebosanan anak berada di rumah sakit.

e. Lingkungan Rumah Sakit

Rumah sakit dapat menjadi suatu tempat yang menakutkan dilihat

dari sudut pandang anak-anak. Suasana rumah sakit yang tidak

familiar, wajah-wajah yang asing,berbagai macam bunyi dari mesin

yang digunakan, dan bau yang khas, dapat menimbulkan kecemasan

dan ketakutan baik bagi anak ataupun orang tua. Lingkungan rumah

sakit yang dapat menyebabkan hospitalisasi adalah :

1). Anak merasa takut dengan wajah baru seperti perawat ataupun

dokter

2). Anak merasa takut dengan bunyi atau mesin yang ada di ruangan

3). Bau ruangan yang kurang enak

4). Lingkungan yang kurang bersih

5). Ruang tindakan yang kurang kondusif

6). Ruangan yang kurang nyaman bagi anak

7). Kondisi ruangan yang banyak pasien lain

8). Tidak adanya mainan atau tempat bermain di rumah sakit


36

f. Koping Anak

Isaiah et al (2020) menyebutkan bahwa mekanisme koping yang

baik dalam menerima keadaan akan membuat anak lebih bisa

menerima keadaannya dan lebih kooperatif dalam menjalani

perawatan di rumah sakit. Anak akan mencari dukungan yang ad dari

orang lain untuk melepaskan tekanan akibat penyakit yang

dideritanya. Anak biasanya akan meminta dukungan kepada orang

terdekat dengannya.

g. Sistem Pendukung

Perilaku ini biasanya ditandai dengan permintaan anak untuk

ditunggui selama dirawat di rumah sakit, didampingi saat dilakukan

treatment padanya, minta dipeluk saat merasatakut dan cemas

bahkan saat merasa kesakitan. Sistem pendukung yang

mempengaruhi reaksi anak selama masa perawatan termasuk di

dalamnya adalah keluarga dan pola asuh yang didapat anak dalam di

dalam keluarganya. Keluarga yang kurang mendapat informasi

tentang kondisi kesehatan anak saat dirawat di rumah sakit menjadi

terlalu khawatir atau stres akan menyebabkan anak menjadi semakin

stres dan takut. Selain itu, pola asuh keluarga yang terlalu protektif

dan selalu memanjakan anak juga dapat mempengaruhi reaksi takut

dan cemas anak dirawat di rumah sakit. Berbeda dengan keluarga

yang suka memandirikan anak untuk aktivitas sehari-hari anak akan

lebih kooperatif bila dirumah sakit. Sistem pendukung pada anak

yang mengalami hospitalisasi menurut (Zulaicha,Endang, 2022):


37

1). Orangtua menunggui selama anak dirawat di rumah sakit

2). Orangtua mendampingi saat dilakukan tindakanpadanya

3). Orangtua memberikan perhatian misalnya memeluk saat anak

merasatakut dan cemas bahkan saat merasa kesakitan.

4). Orangtua / keluarga mencari informasi tentang kondisi kesehatan

anaknya

5). Orangtua / keluarga merasa khawatir akan kesehatan anaknya

6). Orangtua/ keluarga memberikan pengertian agar anak lebih

kooperatif

7). Anak mulai tenang dan tidak menangis ketika ditemani oleh

orangtuanya

8). Orangtua/ keluarga memberikan perhatian dengan memberi

mainan agar anak tampak gembira saat dirawat

9). Dukungan dari petugas kesehatan yakni perawat juga sangat

penting mengingat tindakan keperawatan dilakukan oleh

perawat diruangan.

2.4.5 Dampak Kecemasan

Ketakutan, kekhawatiran dan kegelisahan yang tidak beralasan

pada akhirnya menghadirkan kecemasan, dan kecemasan ini tentu akan

berdampak pada perubahan perilaku seperti, menarik diri dari

lingkungan, sulit fokus dalam beraktivitas, susah makan, mudah


38

tersinggung, rendahnya pengendalian emosi amarah, sensitive, tidak

logis, susah tidur. (Jarnawi 2020).

Menurut Yustinus (2006) dalam (Arifiati and Wahyuni 2019), membagi

beberapa dampak dari kecemasan ke dalam beberapa simtom, antara

lain:

a. Simtom Suasana Hati

Individu yang mengalami kecemasan memiliki perasaan akan

adanya hukuman dan bencana yang mengancam dari suatu sumber

tertentu yang tidak diketahui. Orang yang mengalami kecemasan

tidak bisa tidur, dan dengan demikian dapat menyebabkan sifat

mudah marah.

b. Simtom Kognitif

Simtom kognitif yaitu kecemasan dapat menyebabkan kekhawatiran

dan keprihatinan pada individu mengenai hal yang tidak

menyenangkan yang mungkin terjadi. Individu tersebut tidak

memperhatikan masalah yang ada, sehingga individu sering tidak

bekerja atau belajar secara efektif, dan akhirnya akan menjadi lebih

merasa cemas.

c. Simtom Motor

Orang-orang yang mengalami kecemasan sering merasa tidak

tenang, gugup, kegiatan motorik menjadi tanpa arti dan tujuan,

misalnya jari kaki mengetuk ngetuk, dan sangat kaget terhadap suara

yang terjadi secara tiba-tiba. Simtom motor merupakan gambaran


39

rangsangan kognitif yang tinggi pada individu dan merupakan usaha

untuk melindungi dirinya dari apa saja yang dirasanya mengancam.

2.4.6 Alat Ukur Kecemasan

Beberapa skala penelitian dikembangkan untuk melihat seberapa

besar tingkat kecemasan seseorang, salah satunya yaitu Hamilton

Anxiety Rating Scale (HARS), pertama kali dikembangkan oleh Max

Hamilton pada tahun 1956. HARS menggunakan serangkaian pertanyaan

dengan jawaban yang harus diisi oleh pasien sesuai dengan kondisi yang

dirasakan oleh pasien tersebut. Jawaban yang diberikan merupakan skala

(angka) 0, 1, 2, 3, atau 4 yang menunjukan tingkat gangguan dan setelah

pasien menjawab sesuai apa yang dirasakannya, maka hasilnya dapat

dihitung dengan menjumlahkan total skor yang didapat dari setiap soal

(pernyataan) (Wahyudi et al. 2019).

HAM-A atau disebut juga HARS adalah salah satu skala peringkat

pertama yang dikembangkan untuk mengukur tingkat keparahan gejala

kecemasan pada anak dan orang dewasa, serta masih banyak digunakan

saat ini baik dalam pengaturan klinis dan penelitian. Skala terdiri dari 14

item, masing-masing ditentukan oleh serangkaian gejala, dan mengukur

kecemasan psikis (mental agitasi dan tekanan psikologis) dan kecemasan

somatik (keluhan fisik yang berhubungan dengan kecemasan) (American

Thoracic Society 2021).

Menurut (Kautsar, Gustopo, & Achmadi,2015) dalam (Wahyudi

et al. 2019) telah menyimpulkan validitas instrumen HARS ditunjukkan


40

pada bagian Corrected Item-Total Correlation seluruh soal memiliki nilai

positif dan lebih besar dari syarat 0.05, sedangkan reliabilitas ditunjukan

dengan nilai Cronbach’s Alpha adalah 0.793 dengan jumlah item 14 butir

lebih besar dari 0.6, maka kuisoner yang digunakan terbukti reliabel.

Sehingga HARS dianjurkan untuk mengukur tingkat kecemasan.

Berdasarkan penelitian (Ramdan 2018) HAM-A versi bahasa

Indonesia memiliki sifat psikometri yang memuaskan dengan validitas

dan reliabilitas, sehingga dapat digunakan untuk mengukur kecemasan.

Menurut (Clark & Donovan, 1994) dalam (Ramdan 2018) penerjemahan

HAM-A ke dalam versi bahasa lain telah dilakukan beberapa kali dan

mendapatkan hasil yang valid dan reliabel. Hasil uji Validitas dan

reliabilitas: uji normalitas HAM-A menunjukkan bahwa data tidak

normal (р value = 0,002;р>0,005) hingga uji validitas menggunakan

tehnik perhitungan Spearman Correlation, item HAM-A memiliki nilai

(sig) 0,000-0,012 (р>0,05). Hasil perhitungan alat ukur HAM-A

memenuhi persyaratan, maka seluruh item dari alat ukur HAM-A atau

HARS dinyatakan valid.

Penggunaan instrumen HAM-A atau HARS untuk penilaian atau

pengukuran kecemasan pada anak usia prasekolah (3-6 tahun), didukung

oleh penelitian sebelumnya dengan responden pada anak usia prasekolah

(3-6 tahun), yang dilakukan oleh peneliti (Hariyati & Winarsih, 2019)

tentang Perbedaan Tingkat Kecemasan Anak Usia Prasekolah Saat

Hospitalisasi Sebelum Dan Setelah Dilakukan Terapi Bermain Mewarnai


41

Gambar di Rumah Sakit, dengan menggunakan alat ukur skala HARS

atau HAM-A.

Penilaian kecemasan berdasarkan HAM-A terdiri dari 14 item, meliputi:

a. Perasaan cemas: merasa khawatir, firasat buruk, takut akan pikiran

sendiri, cepat marah, mudah tersinggung.

b. Ketegangan: merasa tegang, merasa lelah, merasa gelisah, merasa

gemetar, mudah menangis, tidak mampu untuk rileks, mudah terkejut.

c. Ketakutan: takut terhadap gelap, takut terhadap orang asing, takut bila

ditinggal sendiri, takut pada hewan, takut pada keramain lalu lintas,

takut pada kerumunan orang banyak.

d. Insomnia: kesulitan tidur, tidur tidak memuaskan, merasa lelah saat

bangun, mimpi buruk, terbangun tengah malam.

e. Intelektual: sulit berkonsentrasi, sulit mengingat.

f. Perasaan depresi: kehilangan minat, kurangnya kesenangan dalam

hobi, perasaan bersedih/depresi, sering terbangun dini hari saat tidur

malam.

g. Gejala somatik/otot: nyeri atau sakit otot, kedutan, otot terasa kaku,

gigi gemertak, suara tidak stabil, tonus otot meningkat.

h. Gejala sensorik: telinga terasa berdenging, penglihatan kabur, muka

memerah, perasaan lemah, sensasi ditusuk-tusuk.

i. Gejala kardiovaskuler: takikardi, palpitasi, nyeri dada, denyut nadi

meningkat, perasaan lemas/lesu seperti mau pingsan, denyut jantung

serasa berhenti sekejap.


42

j. Gejala pernapasan: nafas terasa sesak/dada terasa ditekan, perasaan

tercekik, sering menarik napas dalam, napas pendek/tersengal-sengal.

k. Gejala gastrointestinal: kesulitan menelan, nyeri perut, perut terasa

kembung, sensasi terbakar, perut terasa penuh, merasa mual, muntah,

sulit BAB/sembelit, kehilangan berat badan.

l. Gejala genitourinari: frekuensi berkemih meningkat, tidak dapat

menahan air seni, tidak datang bulan, darah haid lebih banyak dari

biasanya.

m. Gejala otonom: mulut kering, muka kemerahan, muka pucat, sering

berkeringat, merasa pusing, kepala terasa berat, merasa tegang,

rambut terasa menegang.

n. Tingkah laku: gelisah, tidak tenang/mondar-mandir, tangan gemetar,

alis berkerut, wajah tegang, pernafasan cepat, wajah pucat, sering

menelan ludah, dll.

Cara penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan

kategori sebagai berikut :

Tidak Cemas (tidak ada gejala sama sekali) = 0

Kecemasan Ringan (satu gejala yang ada) = 1

Kecamasan Sedang (separuh gejala yang ada) = 2

Kecemasan Berat (lebih dari separuh gejala yang ada) = 3

Kecemasan Sangat Berat/Panik (semua gejala ada) = 4


43

Penentuan derajat atau tingkat kecemasan dengan cara menjumlahkan

skor 1-14 dengan hasil antara lain :

Skor < 14 = tidak ada kecemasan

Skor 14-20 = kecemasan ringan

Skor 21-27 = kecemasan sedang

Skor 28-41 = kecemasan berat

Skor 42-56 = kecemasaan berat sekali (panik)

2.5. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan

Terdapat hubungan yang kuat antara keluarga dan status kesehatan

anggotanya dimana peran keluarga sangat penting bagi setiap aspek perawatan

kesehatan anggota keluarga, mulai dari strategi-strategi hingga fase rehabilitasi.

Pernyataan ini berarti bahwa dukungan keluarga yang meliputi sikap, tindakan

dan penerimaan keluarga terhadap penderita sakit merupakan salah satu peran

dan fungsi keluarga yaitu memberikan fungsi afektif untuk pemenuhan

kebutuhan psikososial anggota keluarganya dalam memberikan kasih sayang.

Menurut Donsu (2019) tugas keluarga adalah pemeliharaan fisik keluarga dan

para anggotanya, pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga,

pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya

masing-masing, sosialisasi antar anggota keluarga, pengaturan jumlah anggota

keluarga, pemeliharaan ketertiban anggota keluarga, penempatan anggota-


44

anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas, membangkitkan dorongan

dan semangat para anggota keluarga.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ahmad, Haikal, dan

Eka (2019) bahwa terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat

kecemasan pada anak usia prasekolah yang dihospitalisasi di RS Syech Yusuf

Gowa. Hal ini disebabkan bahwa dukungan keluarga dari pihak keluarga sangat

dibutuhkan terhadap penderita sakit, anggota keluarga sangat penting, sehingga

anggota keluarga tersebut merasa nyaman dan dicintai apabila dukungan

keluarga tersebut tidak adekuat maka merasa diasingkan atau tidak dianggap

oleh keluarga, sehingga seseorang akan mudah mengalami ansietas dalam

menjalani hospitalisasi.
45

2.6 Tabel Sintesis

Tabel 2.2 Tabel Sintesis

No Judul, Penulis, Metode (Desain, Sampel, Hasil

Tahun Variabel, Instrumen, Analisis)

1 Dukungan Desain: Deskriptif Korelasi Berdasarkan hasil

Keluarga dengan Sampel: 40 Anak usia uji chi square

Tingkat prasekolah yang didampingi diperoleh nilai p-

Kecemasan Anak orangtuanya, dengan Accidental value = 0,000 <

Prasekolah Pada Sampling 0,05. Diketahui

Saat Pemasangan Variabel bahwa adanya

Intra Vena (Jurnal Variabel Bebas: Dukungan hubungan yang

Ilmiah Keluarga signifikan antara

Keperawatan Variabel Terikat: Tingkat dukungan keluarga

Jiwa, 8 (3), 2020) Kecemasan dengan tingkat

Instrumen: kuesioner kecemasan anak

Analisis: Uji Chi Square prasekolah pada

saat pemasangan

intra vena di UGD

RSU Sari Mutiara

Medan
46

2 Hubungan Desain: Analitik dengan Hasil penelitian

Dukungan pendekatan cross sectional dengan uji chi-

Keluarga Dengan Sampel: Anak usia prasekolah square diperoleh

Tingkat sejumlah 30 orang yang hasil P Value =

Kecemasan Pada didampingi orangtuanya, 0,017<0,05.

Anak Usia dengan tehnik Purposive Kesimpulan dari

Prasekolah yang Sampling penelitian ini

di Hospitalisasi di Variabel adalah ada

RS Syech Yusuf Variabel Bebas: Dukungan hubungan

Gowa(Ahmad, keluarga dukungan keluarga

Haikal, Eka, Variabel Terikat: Tingkat dengan tingkat

2019) Kecemasan kecemasan pada

Instrumen: kuisioner dan anak usia

lembar observasi prasekolah yang di

Analisis: Uji Chi-Square hospitalisasi di RS

Syech Yusuf

Gowa

3 Dukungan Desain: Deskriptif korelasi Hasil Penelitian: P

Keluarga Dengan Sampel: Anak usia prasekolah Value =

Tingkat sejumlah 40 orang yang 0,000<0,05 dan

Kecemasan Anak didampingi orangtuanya, ada hubungan

Prasekolah Pada dengan tehnik Accidental yang signifikan

Saat Pemasangan Sampling antara dukungan

Intravena (Jurnal Variabel keluarga dengan


47

Keperawatan Variabel Bebas: Dukungan tingkat kecemasan

Jiwa, Vol 8 No:3, keluarga anak prasekolah

2020) Variabel Terikat: Tingkat pada saat

Kecemasan pemasangan

Instrumen: kuisioner intrvena di UGD

Analisis: Uji Chi Square RSU Sari Mutiara

4 Hubungan Desain: Kuantitatif Korelasi Hasil analisis

Dukungan dengan pendekatan cross menggunakan uji

Keluarga dengan sectional Kendall Tau

Kecemasan Anak Sampel: 30 orang anak usia didapatkan nilai p

Prasekolah yang prasekolah yang didampingi value = 0,053 >

dirawat di Rumah keluarga dengan tehnik total 0,05 dan r = 0,774.

Sakit PKU sampling yang berarti ada

Muhammadiyah Variabel hubungan antara

Yogyakarta ( Variabel Bebas: Dukungan dukungan keluarga

Preeda Epong, keluarga dengan kecemasan

2018) Variabel Terikat: Respon anak prasekolah

Cemas yang dirawat

Instrumen: Wawancara dirumah sakit PKU

Analisis: Kendall Tau Muhammadiyah

Yogykarta
48

5 Hubungan Desain: Cross Sectional Hasil uji Fisher’s

Dukungan Sampel: 51 responden dengan Exact diperoleh P

Keluarga Dengan menggunakan Simple Random Value 0,000

Tingkat Sampling (P<0,05), artinya

Kecemasan Variabel ada Hubungan

Akibat Variabel Bebas: Dukungan Dukungan

Hospitalisasi Pada Keluarga Keluarga Dengan

Anak Usia Variabel Terikat: Tingkat Tingkat

sekolah tahun di kecemasan Kecemasan Akibat

RSUD Instrumen: Kuisioner Hospitalisasi Pada

Wakaibubak Analisis: Uji Fsher’s Exact Anak Usia sekolah

Kabupaten Sumba tahun di RSUD

(Veronika, 2021) Wakaibubak

Kabupaten Sumba
BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konsep


Anak Prasekolah Masalah Kesehatan: Hospitalisasi: Faktor yang Mempengaruhi Hospitalisasi:
Sakit
- Lingkungan Baru - Usia Anak - Lingkungan RS
- Perpisahan - Jenis Kelamin - Sistem Pendukung
Karakteristik Anak - Tindakan Invasif - Pengalaman
Prasekolah: Dirawat Sebelumnya
- Rasa ingin tahu
yang besar
- Suka berfantasi
Dampak Hospitalisasi: Tingkat Kecemasan:
dan berimajinasi
- Sikap egosentris Kecemasan - Tidak Cemas
- Perhatian mudah - Cemas Ringan
teralih - Cemas Sedang
- Suka bergaul dan - Cemas Berat
bermain - Panik

Keterangan:

: Yang diteliti Dukungan Keluarga Sistem Dukungan:

: : Yang tidak diteliti - Baik


- Cukup
: Ada hubungan - Kurang

Gambar 3.1 Kerangka konseptual hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan anak usia prasekolah akibat hospitalisasi

di ruang Mas Alit RSUD Blambangan Banyuwangi

49
50

3.2. Hipotesis Penelitian


Menurut Nursalam (2020), hipotesis adalah jawaban sementara dari

rumusan masalah. Prediksi tentang Hubungan antara dua Variabel atau lebih

Variabel. Sebuah hipotesis menerjemahkan sebuah pertanyaan penelitian

kuantitatif kedalam prediksi yang tepat sesuai hasil yang diharapkan.

Hipotesis disusun sebelum penelitian dilaksanakan karna hipotesis akan bisa

memberikan petunjuk pada tahap pengumpulan data, analisa, dan intervensi

data. Hipotesis dalam penelitian ini adalah Ha diterima ada hubungan antara

dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan anak usia prasekolah (3-6 tahun)

akibat hospitalisasi di ruang Mas Alit RSUD Blambangan Banyuwangi Tahun

2023
BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian adalah strategi untuk mencapai tujuan penelitian yang

telah berperan sebagai pedoman atau penentuan peneliti atau penuntun peneliti

pada seliruh proses penelitian (Nursalam, 2020). Jenis penelitian yang

digunakan peneliti adalah “Study Korelasi”, yaitu jenis penelitian atau

penelaahan hubungan antara dua variabel pada suatu situasi atau sekelompok

subyek. Hal ini bertujuan mengungkapkan hubungan korelatif antar variabel

(Nursalam, 2020).

Desain penelitian adalah suatu strategi yang digunakan dalam

penelitian untuk perancangan dan mengidentifikasi masalah dalam

pengumpulan data serta digunakan untuk mendefinisikan struktur penelitian

yang akan digunakan (Nursalam, 2020). Desain penelitian yang digunakan

peneliti adalah “Cross Sectional”, yaitu jenis penelitian yang menekankan

waktu dan pengukuran/observasi data variabel independen dan dependen

hanya satu kali pada satu saat (Nursalam, 2020).

4.2. Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemuadian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2018). Populasi dalam penelitian ini adalah

51
52

keluarga dan anak usia prasekolah (3-6 tahun) yang menjalani perawatan

rawat inap di Ruang Anak (Mas Alit) RSUD Blambangan Banyuwangi

yang berjumlah 50 responden.

4.2.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah yang dimiliki oleh populasi tersebut

(Sugiyono, 2018). Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian

orangtua dan pasien anak usia prasekolah (3-6 tahun) yang menjalani

rawat inap. Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah:

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik maupun subjek penelitian dari

suatu populasi target yang terjangkau yang akan dieliti (Nursalam,

2020).

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

1). Anak yang berusia 3-6 tahun

2). Anak yang didampingi keluarga

2). Keluarga yang bersedia menjadi responden

3). Anak yang menjalani perawatan minimal 1x24 jam

4). Anak dengan perawatan pertama kali / lebih dari 1x perawatan di

Ruang Anak (Mas Alit)

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subjek yang

memenuhi kriteria inklusi dari studi karena beberapa sebab

(Nursalam, 2020)

1). Anak yang dalam keadaan penurunan kesadaran


53

2). Anak yang mengalami gangguan fungsi kognitif

3) Keluarga yang tidak bisa baca-tulis

4.2.3 Besar sampel

Besar sampel dalam penelitian ini menggunakan Rumus Slovin.

Rumus Slovin digunakan untuk menentukan ukuran sampel dari populasi

yang telah diketahui jumahnya pada bulan Januari sampai dengan bulan

Maret, yaitu sebanyak 50 anak. Untuk tingkat presisi yang ditetapkan

dalam penentuan sampel adalah 10%, karena jumlah populasi kurang dari

1000.

Rumus Slovin

N
𝑛=
1 + N(𝑒)2

Keterangan:

n : Jumlah sampel

N : Jumlah populasi

e : Persentase kelonggaran ketelitian kesalahan pengambilan sampel

yang masih bisa ditolerir, e = 0,1

Penghitungan sampel:

50 50
𝑛= 2
=
1 + 50(0,1) 1 + 0,5

50
𝑛= = 33,3 = 33
1,5

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sejumlah 33 responden

4.2.4 Tehnik Pengambilan Sampling

Tehnik sampling adalah cara-cara yang ditempuh dalam

pengambilan sampel agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai


54

dengan keseluruhan objek penelitian (Nursalam, 2020). Dalam penelitian

ini tehnik sampling yang digunakan adalah Purposive Sampling, yaitu

suatu tehnik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara

populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan/masalah dalam

penelitian), sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik

populasi yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam, 2020).


55

4.3. Kerangka Kerja

Populasi: Keluarga dan pasien anak usia 3-6 tahun yang dirawat inap di Ruang
Anak (Mas Alit) RSUD Blambangan Banyuwangi sejumlah 50 responden, data
bulan Januari-Maret 2023

Tehnik Sampling: Purposive Sampling

Sampel: Keluarga dan pasien anak usia 3-6 tahun yang dirawat di Ruang
Anak (Mas Alit) RSUD Blambangan yang memenuhi kriteria inklusi
sejumlah 33 responden.

Desain Penelitian: Cross Sectional

Pemberian Informed Consent

Pengumpulan Data: Kuisioner dan lembar observasi

Pengolahan Data dan Analisa Data: Coding,


Scoring, Tabulating, dan Uji Rank Spearman

Hasil Penelitian

Laporan Penelitian

Gambar 4.1 Kerangka Kerja Hubungan dukungan keluarga dengan tingkat

kecemasan anak usia prasekolah (3-6 tahun) di Ruang Anak (Mas

Alit) RSUD Blambangan Banyuwangi.


56

4.4. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

4.4.1. Variabel Penelitian

Variabel adalah karakteristik atau perilaku yang memberikan

nilai beda terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain (Nursalam,

2020). Macam variabel dalam penelitian kuantitatif meliputi: variabel

independen dan variabel dependen. Variabel dalam penelitian ini

adalah

a. Variabel Bebas (Independen)

Variabael yang mempengaruhi atau nilainya menentukan variabel

lain (Nursalam, 2020). Variabel independen dalam penelitian ini

adalah: dukungan keluarga

b. Variabel Terikat (Dependen)

Variabel yang dipengaruhi nilainya oleh variabel lain (Nursalam,

2020). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat

kecemasan anak usia prasekolah.

4.4.2. Definisi Operasional

Definisi operasional dalam variabel penelitian adalah suatu sifat

atau nilai dari obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu

yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2018)


57

Tabel 4.1 Definisi operasional variabel independen dan variabel dependen

Variabel Definisi Indikator Alat Skala Skor


Operasional Ukur
Variabel Kehadiran 1. Dukungan Kuision Ordinal 1. Baik : 76-100%
Independ keluarga Emosional er 2. Cukup: 56-75%
en: yang selalu 2. Dukungan Friedm 3. Kurang: <56%
Dukunga siap Instrument an
n mendampingi al
Keluarga dan siap 3. Dukungan
memberikan Informasio
bantuan bila nal
diperlukan 4. Dukungan
Penilaian
Variabel Perasaan 1. Perasaan Lembar Ordinal 1. Tidak Cemas :
Depende tidak Cemas observa <14
n: nyaman, 2. Keteganga si 2. Cemas Ringan:
Tingkat khawatir, n HARS 14 – 20
Kecemas ketakutan 3. Ketakutan 3. Cemas Sedang:
an yang tidak 4. Insomnia 21 – 27
jelas. 5. Intelektual 4. Cemas Berat:
6. Perasaan 28-41
Depresi 5. Panik: 42-56
7. Gejala
Somatik
8. Gejala
Sensorik
9. Gejala
Kardiovask
uler
10. Gejala
Pernafasa
n
11. Gejala
Gastroint
estinal
12. Gejala
Genitouri
nari
13. Gejala
Otonom
14. Tingkah
Laku
58

4.5. Alat dan Bahan Penelitian

4.5.1 Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Alat tulis

b. Lembar kuisioner dukungan keluarga dan lembar observasi kecemasan

c. Alat untuk dokumentasi

4.5.2 Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Masker

b. Hand sanitizer

4.6. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur

fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2019:156). Instrumen

penelitian yang digunakan untuk mengukur dukungan keluarga menggunakan

kuisioner dukungan keluarga yang mencakup empat jenis komponen

dukungan keluarga, yaitu dukungan emosional, dukungan intstrumental,

dukungan informasional, dukungan penilaian. Dalam pengisian kuisioner ini

sampel diminta untuk menjawab pertanyaan yang ada dengan memilih salah

satu jawaban dari beberapa alternatif jawaban yang tersedia. Skala ini

menggunakan skala model likert yang terdiri dari pernyataan dari empat

alternatif jawaban yaitu 1 = tidak pernah, 2 = kadang-kadang, 3 = sering , 4

=selalu (Nursalam, 2020). Hasil dari kuisioner, selanjutnya dibuat kategori

sesuai dengan pendapat Nursalam (2020), tentang hasil pengukuran yang


59

diperoleh dari angket sebagai berikut: Kategori Baik = 76-100 %, kategori

cukup = 56 – 75 %, kategori kurang = <56%.

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur tingkat

kecemasan menggunakan lembar observasi dengan skala HARS. Yang terdiri

dari 14 pertanyaan yang meliputi: perasaan cemas, ketegangan, ketakutan,

insomnia, intelektual, perasaan depresi, gejala somatik/otot, gejala sensorik,

gejala kardiovaskuler, gejala pernapasan, gejala gastrointestinal, gejala

genitourinari, gejala otonom, tingkah laku. Setiap item yang diobservasi

diberi 5 tingkatan skot (skala likert) antara 0 – 4. Cara penilaian kecemasan

adalah dengan memberikan nilai dengan kategori sebagai berikut :

0 = tidak ada gejala sama sekali

1 = ringan/satu gejala yang ada

2 = sedang/separuh gejala yang ada

3 = berat/ lebih dari separuh gejala yang ada

4 = sangat berat semua gejala ada

Penentuan derajat atau tingkat kecemasan dengan cara menjumlahkan skor 1-

14 dengan hasil antara lain :

Skor < 14 = tidak ada kecemasan

Skor 14-20 = kecemasan ringan

Skor 21-27 = kecemasan sedang

Skor 28-41 = kecemasan berat


60

Skor 42-56 = kecemasaan berat sekali (panik)

4.6.1 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Alat Instrumen Dukungan Keluarga

a. Uji Validitas Alat Instrumen Dukungan Keluarga

Suatu alat ukur atau instrument penelitian yang dapat diterima

sesuai standart adalah alat ukur yang telah melalui uji validitas dan

reliabilitas data. Validitas adalah kemampuan untuk mengukur apa

yang ingin diukur (Supriyono, 2018). Dasar pengambilan keputusan

dalam uji validitas adalah:

1) Apabila nilai r-hitung (+) serta r-hitung > r-tabel, maka butir atau

variabel tersebut valid.

2) Apabila nilai r-hitung (-) dan r-hitung < r-tabel atau r-hitung (-)

> r-tabel, maka butir atau variabel tersebut tidak valid.

Dalam penelitian ini yang dilakukan uji validitas adalah

kuisioner dukungan keluarga dengan uji validitas product moment

pearson correlation, yang bertujuan untuk menyiapkan instrument

yang valid. Uji validitas menggunakan program SPSS versi 22. Uji

validitas dilakukan oleh peneliti dengan menyebar kuisioner

berjumlah 15 item pertanyaan kepada 10 orang responden di Ruang

Anak Mas Alit RSUD Blambangan Banyuwangi .Hasil uji validitas

dari 15 item pertanyaan dinyatakan valid karena nilai r hitung

masing-masing item pertanyaan > 0,514 , sesuai yang dilampirkan

pada lampiran (Lampiran 13)


61

b.Uji Reliabilitas Alat Instrumen Dukungan Keluarga

Setelah mengukur validitas, maka perlu mengukur realibilitas

data, apakah alat ukur dapat digunakan atau tidak. Reliabilitas atau

keandalan berkaitan dengan apakah teknik-teknik tertentu yang

dipakai secara berulang-ulang dapat menghasilkan hasil-hasil yang

relative sama setiap kali dilakukan pengukuran. Aspek lain dari

reliabilitas adalah keakuratan dari instrumen pengukuran

(Supriyono, 2018). Aspek lain reliabitas statistik dihitung dengan

rumus Cronbach Alpha dengan menggunakan SPSS versi 22.

Kriteria pengujian adalah sebagai berikut:

1) Jika nilai Cronbach Alpha > 0,60 maka reliabel

2) Jika nilai Cronbach Alpha < 0,60 maka tidak reliabel

Pada penelitian ini hasil uji reliabilitas kuisioner semua

pertanyaan dinyatakan reliabel karena nilai Cronbach Alpha

0,937 > 0,60. (Lampiran 13)

4.7. Lokasi dan Waktu Penelitian

4.7.1 Lokasi : penelitian ini akan dilakukan di Ruang Anak (Mas Alit)

RSUD Blambangan Banyuwangi

4.7.2 Waktu : - waktu pembuatan proposal ini di mulai bulan Maret 2023

- penelitian akan dilakukan pada bulan Agustus 2023


62

4.8 Prosedur pengambilan atau pengumpulan data

4.8.1 Birokrasi Perijinan

Sebelum melaksanakan penelitian, meminta surat ijin penelitian

kepada Ketua STIKES Banyuwangi, kemudian diteruskan kepada

Direktur RSUD Blambangan Banyuwangi. Peneliti menjelaskan

maksud dan tujuan penelitian. Setelah ijin disetujui dengan

menyertakan surat keterangan pemberian ijin, peneliti melakukan studi

pendahuluan dan observasi kepada subjek yang akan diteliti.

4.8.2 Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah pendekatan pada objek dan proses

pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu

penelitian (Nursalam, 2020)

a. Peneliti mencari dari 50 populasi yang ada untuk dijadikan

responden sejumlah 33 anak

b. Peneliti melakukan observasi kepada anak usia 3-6 tahun yang

memenuhi kriteria inklusi

c. Peneliti memberikan informed consent kepada responden (keluarga

yang mendampingi) untuk mendapatkan persetujuan dan bersedia

menjadi responden dalam penelitian.

d. Pengisian kuesioner dukungan keluarga diisi oleh ibu/orangtua

anak dan lembar observasi diisi oleh peneliti

e. Hasil observasi yang diperoleh dari keterangan keluarga yang

mendampingi, oleh peneliti kemudian dimasukkan kedalam lembar

observasi yang telah disediakan


63

f. Setelah peneliti selesai melakukan observasi, dilanjutkan dengan

pemberian kuesioner kepada keluarga pendamping.

g. Peneliti mendampingi responden yang tidak paham dengan isi dari

kuesioner

h. Peneliti melakukan pengecekan terhadap lembar kuesioner yang

telah diisi oleh responden.

i. Setelah data terkumpul (observasi dan kuisioner) dilakukan coding,

scoring, dan tabulating

j. Pengolahan data dan analisa data

4.9 Analisa Data

Analisa data merupakan bagian yang sangat penting untuk mencapai

tujuan pokok penelitian, yaitu menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian

yang mengungkap fenomena (Nursalam, 2020). Sebelum melakukan analisa

data, secara berurutan data yang berhasil dikumpulkan akan mengalami

proses editing, yaitu pengecekan kembali data yang telah dikumpulkan untuk

mengetahui dan menilai kesesuaian dan relevan data yang dikumpulkan untuk

bisa diproses lebih lanjut dengan dilakukan coding, scoring, dan tabulating.

4.9.1. Coding

Pemberian kode pada data yang diperoleh dari hasil pertanyaan

kuisioner dan lembar observasi.

a. Dukungan Keluarga, dengan menggunakan kuisioner:

Tidak Pernah : 1

Kadang-kadang : 2
64

Sering : 3

Selalu : 4

b. Tingkat Kecamasan, dengan menggunakan lembar observasi:

Tidak Cemas/tidak ada gejala sama sekali : 0

Cemas Ringan/satu gejala yang ada : 1

Cemas Sedang/separuh gejala yang ada : 2

Cemas Berat/ lebih dari separuh gejala yang ada : 3

Cemas Sangat Berat/semua gejala ada : 4

4.9.2 Scoring

Memberikan skor pada data-data sekunder dan primer yang telah

diberi kode, selanjutnya memberikan nilai dan bobot pada data

tersebut.

a. Dukungan Keluarga

Dari hasil kuisioner dapat diperoleh hasil data sebagai berikut

Baik : 76-100 %

Cukup : 56-75 %

Kurang : < 56 %

b. Tingkat Kecemasan

Dari hasil observasi dapat diperoleh hasil data sebagai berikut:

Tidak ada kecemasan : < 14

Kecemasan ringan : 14-20

Kecemasan sedang : 21-27


65

Kecemasan berat : 28-41

Kecemasaan berat sekali (panik) : 42-56

4.9.3 Tabulating

Membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian atau

yang diinginkan oleh peneliti (Notoatmodjo, 2018).

4.9.4 Pengolahan Data

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan

keluarga dengan tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah (3-6 tahun)

akibat hospitalisasi di ruang anak (Mas Alit) RSUD Blambangan

Banyuwangi tahun 2023. Analisis data yang digunakan dalam penelitian

ini meliputi analisis deskriptif dan analisis analitik.

a. Analisa Univariat

Tujuan dari analisis ini adalah untuk menjelaskan atau

mendiskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti

(Notoatmodjo, 2018). Variabel yang diteliti adalah variabel

independen dukungan keluarga dan variabel dependen tingkat

kecemasan anak serta variabel karakteristik responden. Karakteristik

responden dukungan keluarga meliputi jenis kelamin, pendidikan,

pekerjaan, suku, agama, merupakan data kategorik yang dianalisa

untuk menghitung frekuensi dan persentase variabel. Usia dan

pendapatan merupakan data numerik yang dianalisis untuk

menghitung mean, median, standar deviasi, nilai maksimal, dan nilai

minimal. Penyajian data dalam bentuk tabel dan diinterpretasikan

berdasarkan hasil yang diperoleh.


66

Variabel independen penelitian yaitu dukungan keluarga

diukur dengan menggunakan skala likert. Hasil penilaian

dikategorikan menjadi tiga, yaitu kategori baik, kategori cukup,

kategori kurang.Data tersebut merupakan data ordinal yang dianalisa

untuk menghitung frekuensi dan persentase variabel. Variabel

dependen penelitian yaitu tingkat kecemasan anak diukur

menggunakan skala HARS. Hasil penilaian dikatagorikan menjadi

lima, yaitu tidak cemas, kecemasan ringan, kecemasan sedang,

kecemasan berat, kecemasan sangat berat/panic. Data tersebut

merupakan data ordinal yang dianalisa untuk menghitung frekuensi

dan persentase. Penyajiandata masing-masing variabel dalam bentuk

tabel dan diinterpretasikan berdasarkan hasil yang diperoleh.

b. Analisa Bivariat

Hasil analisis deskriptif dari karakteristik masing-masing variabel,

selanjutnya dianalisis untuk mengetahui hubungan antara dua variabel

tersebut. Analisis analitik untuk menganalisa hubungan antara

masing-masing variabel yaitu menganalisa hubungan dukungan

keluarga dengan tingkat kecemasan anak. Skala data pada variabel

independen adalah ordinal dan variabel dependen adalah ordinal. Jenis

data pada analisa ini masing-masing variabel adalah ordinal, sehingga

data yang diperoleh tersebut diuji menggunakan Uji Rank Spearman.

Uji korelasi Rank Spearman, yaitu digunakan untuk mencari

hubungan atau untuk menguji signifikasi hipotesis asosiatif bila

masing-masing variabel yang dihubungkan berbentuk ordinal, dan


67

sumber data antar variabel tidak harus sama (Sugiyono, 2018). Uji ini

bertujuan untuk menguji signifikan hubungan dukungan keluarga

dengan tingkat kecemasan anak usia prasekolah akibat hospitalisasi di

ruang Mas Alit RSUD Blambangan Banyuwangi. Tehnik yang

digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan uji Rank

Spearman dengan menggunakan SPSS versi 22.

4.10 Interpretasi Uji Rank Spearman

Nilai korelasi (r) berkisar antara 0 sampai dengan 1 atau jika disertai

arahnya nilainya antara -1 sampai dengan +1. Berikut interpretasihasil uji

korelasi berdasarkan kekuatan korelasi secara statistik, arah korelasi dan nilai

p (Hulu & Sinaga, 2019)


68

Tabel 4.2 Panduan Interpretasi Uji Korelasi Spearman

Parameter Nilai Interpretasi


Kekuatan Tidak ada hubungan/hubungan
0,00 - 0,25
korelasi (r) lemah
0,26 -0,50 Hubungan sedang
0,51 - 0,75 Hubungan kuat
0,76 - 1,00 Hubungan sangat kuat
Nilai p Nilai Terdapat korelasi yang bermakna
p < 0,05 antara variabel independen dengan
variabel dependen
Nilai Tidak terdapat korelasi yang
p > 0,05 bermakna antara variabel
independen dengan variabel
dependen
Arah Searah artinya semakin tinggi
Korelasi Positif (+) nilai variabel X semakin tinggi
nilai variabel Y. Hal ini terjadi
karena jika kenaikan satu diikuti
kenaikan variabel lain
Negatif (-) Berlawanan arah, artinya semakin
tinggi nilai variabel X semakin
kecil nilai variabel Y. Hal ini
terjadi karena jika kenaikan satu
variabel diikuti penurunan
variabel lain

Ha diterima, jika nilai p < 0,05, artinya ada hubungan antara dukungan

keluarga dengan tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah (3-6

tahun) akibat hospitalisasi di ruang anak (Mas Alit) RSUD Blambangan

Banyuwangi tahun 2023

Ha ditolak, jika p > 0,05, artinya tidak ada ada hubungan antara

dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pada anak usia

prasekolah (3-6 tahun) akibat hospitalisasi di ruang anak (Mas

Alit) RSUD Blambangan Banyuwangi tahun 2023.


69

4.11. Etika Penelitian

4.11.1 Lembar Persetujuan

Informed Contcent adalah informasi yang harus diberikan pada

subyek secara lengkap tentang tujuan penelitian yang akan

dilaksanakan dan mempunyai hak untuk bebas berpartisipasi atau

menolak menjadi responden (Nursalam, 2020).

a. Sebelum melakukan penelitian, peneliti menjelaskan maksud dan

tujuan kepada responden.

b. Bila responden bersedia, harus ada bukti persetujuan dengan tanda

tangan

4.11.2 Tanpa Nama

Subyek tidak perlu mencantumkan namanya pada lembar

pengumpulan data cukup menulis nomor atau kode saja untuk

menjamin kerahasiaan identitasnya.

4.11.3 Kerahasiaan

Kerahasiaan merupakan masalah etika dengan memberikan

jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun maslah-

masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin

kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan

dilaporkan pada hasil penelitian.

4.12. Keterbatasan Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, terdapat keterbatasan yang mungkin

dapat mempengaruhi hasil penelitian, yaitu:


70

a. Instrumen penelitian dan proses skoring untuk respon cemas hospitalisasi

pada anak dibuat dengan menggabungkan teori dengan literatur yang

didapatkan dari penelitian sebelumnya.

b. Pada saat dilakukan penelitian, peneliti tidak memantau anak yang

diobservasi dalam penelitian ini selama 24 jam. Sehingga peneliti tidak

bisa mengontrol respon cemas yang muncul saat anak menjalani rawat

inap.

c. Adanya kemampuan responden yang kurang dalam memahami

pernyataan pada kuesioner dan juga kejujuran dalam mengisi kuesioner

sehingga ada kemungkinan hasilnya kurang akurat.

d. Adanya ketidak kooperatifan anak saat di dekati oleh peneliti.


BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian

RSUD Blambangan Banyuwangi adalah rumah sakit milik

pemerintah Banyuwangi. Letaknya sangat strategis, berada di pusat kota

Banyuwangi, tepatnya di Jalan Letkol Istiqlah Nomor 49 Singonegaran,

dan berdekatan dengan instansi-instansi terkait. Secara formal RSUD

Blambangan ini diresmikan pada tahun 1930, saat ini termasuk dalam

kategori tipe B dan lulus Akreditasi PARIPURNA KARS 2012. RSUD

Blambangan memberikan pelayanan rawat jalan dan juga pelayananan

rawat inap. Pelayanan rawat jalan dilakukan di 22 klinik. Pelayanan di

RSUD Blambangan ini ditunjang dengan unit penunjang antara lain

laboratorium, radiologi, rehabilitasi medis dan farmasi serta instansi

gawat darurat yang melayani 24 jam.

Adapun visi dan misi RSUD Blambangan adalah:

1. Visi

Menjadi rumah sakit andalan dan pusat rujukan spesialistik yang

terdepan dalam pelayanan, pendidikan dan penelitian serta

berorientasi pada mutu dan keselamatan pasien.

2. Misi

a. Meningkatkan akses pelayanan kesehatan melalui diversifikasi

layanan serta pengembangan inovasi unggulan di rumah sakit;

71
72

b. Meningkatkan tata kelola manajemen rumah sakit serta

pemenuhan sarana dan prasarana sesuai dengan standar

pelayanan rumah sakit;

c. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang berkualitas

serta memfasilitasi peneitian untuk meningkatkan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang dipertanggungjawabkan;

d. Meningkatkan ketersediaan dan mutu sumber daya manusia

yang profesional, kreatif dan inovatif serta kolaboratif dalam

memberikan pelayanan;

e. Memberikan pelayanan kesehatan rujukan yang bermutu,

profesional dan paripurna sesuai standar profesi yang

berorientasi pada keselamatan serta kepuasan pasien.

Batas wilayah RSUD Blambangan Banyuwangi:

a. Sebelah utara : Kelurahan Singotrunan

b. Sebelah timur : Kelurahan Kepatihan

c. Sebelah selatan : Kelurahan Panderejo

d. Sebelah barat : Kelurahan Penataban


73

Pelayanan yang baik dan memuaskan adalah harapan semua

pasien, Ruang Mas Alit yang merupakan bagian dari RSUD

Blambangan, yang mempunyai 3 orang tenaga dokter spesialis, 19 orang

tenaga perawat, 1 orang tenaga administrasi dan 2 orang tenaga

housekeeping. Ruang Mas Alit mempunyai fasilitas sebagai berikut:

1. Melayani peserta BPJS PBI dan Non PBI

2. Melayani peserta jamsostek dan asuransi lain.

3. Melayani pasien umum

4. Melayani pasien dengan penagihan ( PT KAI, Telkom , PUSRI , PT

Sowohi)

5. Jumlah tempat tidur 29 dengan fasilitas tempat tidur pasien dan bed

set cabinet, AC, tempat duduk penunggu pasien, wastafel dan O2

central.

a. Dari 29 tempat tidur tersebut dibagi dalam beberapa kamar

yaitu:
74

1. Kamar Kelas 1, terdiri dari 4 tempat tidur, dengan

fasilitas: kamar mandi dalam, AC, jemuran kecil, TV

2. Kamar Kelas 2, terdiri dari 4 tempat tidur dengan fasilitas:

kamar mandi dalam, AC.

3. Kamar Kelas 3, terdiri dari 13 tempat tidur yang terbagi

menjadi: 6 tempet tidur untuk ruang febris, 3 tempat tidur

untuk ruang hematologi, 4 tempat tidur untuk ruang

bronkho, 3 tempat tidur untuk ruang GE, 1 tempat tidur

untuk ruang kohort. 4 tempat tidur untuk ruang HCU.

Fasilitas untuk kelas diantaranya: AC, kamar mandi diluar

ruangan.

5.1.2 Karakteristik Data Umum

1. Karakteristik responden berdasarkan keluarga yang mendampingi

Keluarga yang mendampingi

Ayah
24,2 %

Ibu
75,8 %

Diagram 5.1 Distribusi responden berdasarkan keluarga yang mendampingi anak selama
dirawat di Ruang Anak (Mas Alit) RSUD Blambangan Banyuwangi.

Berdasarkan diagram 5.1 karakteristik responden

berdasarkan keluarga yang mendampingi anak selama dirawat di

rumah sakit sebagian besar didampingi oleh ibu sejumlah 25 anak

(75,8 %).
75

2. Karakteristik responden berdasarkan usia keluarga yang mendampingi

Usia Keluarga

12%
33%
17 - 25 tahun

26 - 35 tahun
55%
36 - 45 tahun

Diagram 5.2 Distribusi responden berdasarkan usia keluarga yang mendampingi


anak selama dirawat di Ruang Anak (Mas Alit) RSUD Blambangan
Banyuwangi.

Berdasarkan diagram 5.2 menjelaskan bahwa karateristik

berdasarkan usia orang tua yang mendampingi hampir setengahnya

adalah berusia 26-35 tahun (dewasa awal) yaitu sejumlah 13 orang

(39,4%).

3. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan keluarga

Pekerjaan keluarga
Swasta
15,2 %

Buruh
IRT 9,1 %
75,7 %

Diagram 5.3 Distribusi responden berdasarkan pekerjaan keluarga yang


mendampingi anak selama dirawat di Ruang Anak (Mas Alit) RSUD
Blambangan Banyuwangi.

Berdasarkan diagram 5.3 menjelaskan bahwa karateristik

berdasarkan pekerjaan orang tua yang mendampingi anak selama

dirawat di rumah sakit sebagian besar adalah sebagai ibu rumah

tangga sejumlah 25 orang (75,7 %).


76

4. Karakteristik responden berdasarkan penghasilan orangtua

Penghasilan Orangtua

100%

Diagram 5.4 Distribusi responden berdasarkan penghasilan orangtua anak yang


dirawat di Ruang Anak (Mas Alit) RSUD Blambangan
Banyuwangi.

Berdasarkan hasil kuesioner responden, di ketahui rata-rata

orangtua yang mendampingi anaknya selama dirawat dirumah sakit

dengan penghasilan > Rp 1.000.000,- seluruhnya berjumlah 33

responden (100%).

5. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan keluarga

Pendidikan Keluarga

SMP
PT 27,3%
33,3%

SMA
39,4%

Diagram 5.5 Distribusi responden berdasarkan pendidikan keluarga yang


mendampingi anak selama dirawat di Ruang Anak (Mas Alit)
RSUD Blambangan Banyuwangi.

Berdasarkan diagram 5.5 menjelaskan bahwa karateristik

berdasarkan pendidikan keluarga yang mendampingi (orang tua)

adalah hampir setengahnya berpendidikan SMA sejumlah 13 orang

(39,4%).
77

6. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin anak

Jenis Kelamin Anak

Laki-laki
63,6 %
Perempuan
36,4 %

Diagram 5.6 Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin di Ruang Anak


(Mas Alit) RSUD Blambangan Banyuwangi

Berdasarkan diagram 5.6 karakteristik responden

berdasarkan jenis kelamin adalah sebagian besar berjenis kelamin

laki-laki sejumlah 20 anak (63,6 %).

7. Karakteristik responden berdasarkan usia

Usia Anak

6 tahun
21,21% 3 tahun
24,24%

5 tahun 4 tahun
36,36% 18,18%

Diagram 5.7 Distribusi responden berdasarkan usia anak di Ruang Anak (Mas
Alit) RSUD Blambangan Banyuwangi.

Berdasarkan diagram 5.7 karakteristik responden

berdasarkan usia adalah hampir setengahnya berusia 5 tahun yaitu

sejumlah 12 anak (36,4 %).


78

8. Karakteristik responden berdasarkan lama perawatan di rumah sakit

Lama Perawatan di Rumah Sakit

3 hari 1 hari
33,3 % 27,3 %

2 hari
39,4 %

Diagram 5.8 Distribusi responden berdasarkan lama anak dirawat di Ruang Anak
(Mas Alit) RSUD Blambangan Banyuwangi.

Berdasarkan diagram 5.8 karakteristik responden

berdasarkan lama anak dirawat di rumah sakit adalah hampir

setengahnya pada perawatan 2 hari yaitu berjumlah 13 anak (39,4%).

9. Karakteristik responden berdasarkan riwayat MRS sebelumnya

Riwayat MRS sebelumnya

Belum Pernah
45,45 % Pernah
54,55 %

Diagram 5.9 Distribusi responden berdasarkan riwayat MRS sebelumnya di


Ruang Anak (Mas Alit) RSUD Blambangan Banyuwangi.

Berdasarkan diagram 5.9 karakteristik responden

berdasarkan riwayat MRS sebelumnya di rumah sakit sebagian besar

adalah pernah dirawat di rumah sakit sejumlah 18 anak (54,55%).


79

10. Karakteristi responden berdasarkan lama perawatan riwayat MRS

sebelumnya.

Lama Perawatan Sebelumnya

5 Hari
22% 3 Hari
33%

4 Hari
45%

Diagram 5.10 Distribusi responden berdasarkan lama perawatan riwayat MRS


sebelumnya di Ruang Anak (Mas Alit) RSUD Blambangan
Banyuwangi

Berdasarkan diagram 5.10 karakteristik responden

berdasarkan lama perawatan riwayat MRS sebelumnya yang

berjumlah 18 anak, hampir setengahnya menjalani perawatan selama

4 hari sejumlah 8 anak (45%).

5.1.3 Karakteristik Data Khusus

a. Dukungan Keluarga Pada Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun) Akibat

Hospitalisasi di Ruang Anak RSUD Blambangan Banyuwangi

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dukungan keluarga pada anak usia

prasekolah yang menjalani hospitalisasi di Ruang Anak

RSUD Blambangan Banyuwangi

No Dukungan Frekuensi Persentase (%)

Keluarga

1 Baik 13 39,4 %

2 Cukup 11 33,3 %

3 Kurang 9 27,3

Jumlah 33 100 %
80

Hasil penelitian pada tabel 5.1 menjelaskan bahwa

dukungan keluarga hampir setengahnya adalah dukungan keluarga

dengan kategori baik sebanyak 13 responden (39,4%).

b. Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun) yang

Menjalani Hospitalisasi di Ruang Anak (Mas Alit) RSUD

Blambangan Banyuwangi

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Anak Usia

Prasekolah yang menjalani hospitalisasi di Ruang Anak

RSUD Blambangan Banyuwangi

No Tingkat Kecemasan Frekuensi Persentase (%)

1 Ringan 9 27,27 %

2 Sedang 14 42,42%

3 Berat 10 30,30%

Jumlah 33 100 %

Hasil penelitian pada tabel 5.2 menjelaskan bahwa kategori

responden tingkat kecemasan hospitalisasi pada anak usia

prasekolah di Ruang Anak (Mas Alit) RSUD Blambangan

Banyuwangi hampir setengahnya adalah tingkat kecemasan

sedang sejumlah 14 anak (42,4 %).

5.1.4 Crosstabulation Data

Tabel 5.3 Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan

Anak Usia Prasekolah Yang Menjalani Hospitalisasi di Ruang Anak

RSUD Blambangan Banyuwangi Tahun 2023


81

Tingkat Kecemasan Total


Ringan Sedang Berat

Dukungan
N % N % N % N %
Keluarga

Baik 6 18,2 7 21,2 0 0 13 39,4


Cukup 5 15,2 5 15,15 1 3,03 11 33,3
Kurang 0 0 3 9,1 6 18,2 9 27,3
Total 11 33,4 15 45,45 7 21,23 33 100

Berdasarkan tabel 5.3 diatas menjelaskan bahwa dukungan

keluarga sebagian kecil dalam kategori dukungan baik dengan

tingkat kecemasan sedang sebanyak 7 responden (21,2%).

5.1.5 Hasil Analisa Data

Data yang telah dikumpulkan lalu diolah dan didapatkan hasil sebagai

berikut:

Tabel 5.6 Uji Rank Spearman Hubungan Dukungan Keluarga dengan

Kecemasan Anak Usia Prasekolah di Ruang Mas Alit RSUD

Blambangan Tahun 2023

Correlations
DukunganKelu
arga Kecemasan
Spearman's rho DukunganKeluarga Correlation Coefficient 1,000 -,723**

Sig. (2-tailed) . ,000

N 33 33

Kecemasan Correlation Coefficient -,723** 1,000

Sig. (2-tailed) ,000 .

N 33 33

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


82

Berdasarkan hasil analisa dengan menggunakan uji statistik

Spearman Rank dengan progam SPSS versi 22.0 di dapatkan p

value=0,000 < a = 0,01 artinya Ha diterima berarti ada hubungan

dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan anak usia prasekolah

di Ruang Anak (Mas Alit) RSUD Blambangan Banyuwangi. Hasil

uji Spearman Rank bahwa r hitung = -0,723 yaitu negatif, yang

berarti semakin tinggi dukungan keluarga maka semakin rendah

tingkat kecemasan yang dialami oleh anak yang mengalami

hospitalisasi. Keeratan hubungan dapat dilihat dari r hitung = -0,723

yang dikategorikan hubungan kuat (0,51-0,75). Yang artinya

keeratan hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan

anak yang mengalami hopitalisasi di Ruang Anak (Mas Alit) RSUD

Blambangan Banyuwangi adalah kuat.

5.2 Pembahasan Hasil Penelitian

5.2.1 Dukungan Keluarga Pada Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun) yang

Mengalami Hospitalisasi di Ruang Anak RSUD Blambangan

Banyuwangi Tahun 2023

Berdasarkan tabel 5.1 didapatkan hasil dukungan keluarga

hampir setengahnya adalah dukungan keluarga baik, sejumlah 13

responden (39,4%). Penelitian ini sejalan dengan penelitian Epong

(2018) dengan judul penelitian Hubungan Dukungan Keluarga dengan

Kecemasan Anak Pra Sekolah yang di rawat di Rumah Sakit PKU

Muhammadiyah Yogyakarta, dengan hasil penelitian dari 30 responden


83

hampir seluruhnya mempunyai dukungan keluarga baik sejumlah 24

responden (80%). Menurut Friedman dalam (Nursalam, 2020),

dukungan keluarga yang baik merupakan dukungan yang diberikan

secara keseluruhan yang meliputi: dukungan emosional, dukungan

informasional, dukungan instrumental, dan dukungan penilaian.

Dukungan keluarga yang baik dapat diberikan berupa sikap, tindakan

penerimaan keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit. Penelitian

tersebut menjelaskan bahwa kemampuan keluarga dalam sikap

penerimaannya dipengaruhi oleh beberapa faktor yang meliputi:

keluarga yang mendampingi (orang tua), usia orang tua,

pekerjaan/penghasilan orangtua, dan pendidikan orang tua.

Dengan didapatkannya dukungan keluarga yang baik dalam

penelitian ini, maka peneliti berpendapat bahwa dukungan yang baik

akan berdampak pada peningkatan rasa percaya diri pada anak yang

sedang menjalani perawatan dirumah sakit. Keluarga sepenuhnya

mendukung dan selalu mendampinginya, siap memberi pertolongan

dan bantuan yang diperlukan oleh dirinya. Sehingga anak merasa

terlindungi, aman, nyaman dalam menghadapi proses pengobatan

penyakitnya.

Berdasarkan diagram 5.1 dapat diketahui bahwa orang tua

yang mendampingi anaknya dalam menjalani perawatan hampir

seluruhnya adalah didampingi oleh ibu dengan jumlah 25 responden

(75,8%). Menurut Saifillah & Sukatin (2020) Kedekatan hubungan

antara ibu dan anak sama pentingnya dengan kedekatan ayah dan anak,
84

walaupun secara kodrati akan ada perbedaan, tetapi tidak mengurangi

makna penting hubungan tersebut. Dengan demikian pendampingan

oleh ibu dan ayah berpengaruh terhadap anak yang mengalami

hospitalisasi, ada perbedaan peran antara seorang ibu dengan seorang

ayah, seorang ibu kebanyakan lebih akrab dengan anaknya karena lebih

banyak waktu yang diluangkan bersama anaknya, berbeda dengan

seorang ayah yang cenderung lebih sibuk bekerja dan jarang

meluangkan waktunya sehingga sosok ayah kurang berpengaruh

terhadap kehidupan anak.

Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti berasumsi bahwa

ketika anak merasa tidak nyaman atau sakit, bagaimana cara/sikap

seorang ibu dalam merespon keluhan anaknya sangatlah penting. Hal

ini dapat membangun kedekatan emosionl anak dengan ibunya. Anak

akan mendapatkan ketenangan, rasa aman, serta mampu mengatasi

tekanan dalam dirinya. Jika anak berpisah dengan ibu, kondisi ini dapat

mempengaruhi psikologi anak. Anak merasa kesepian, kehilangan rasa

nyaman. Anak akan merasa ditinggalkan dan kehilangan sosok yang

dapat melindungi dirinya.. Sehingga anak akan merasa dirinya

terancam. Kondisi ini dapat memicu kemarahan pada anak, yang pada

akhirnya akan mempengaruhi proses perawatan anak selama di rumah

sakit.

Penelitian ini sejalan dengan peneliti Lestari (2019) yang

berjudul Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga

terhadap tingkat kecemasan anak akibat hospitalisasi pada usia


85

prasekolah di RSU Advent Medan. Dengan hasil penelitian dari 30

responden sebagian besar anak yang menjalani hospitalisasi

didampingi oleh ibu sejumlah 19 orang (63%).

Faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga selanjutnya

yaitu usia orang tua yang mendampingi. Pada diagram 5.2 dapat

diketahui bahwa rata-rata usia orang tua yang mendampingi sebagian

besar berusia 26-35 tahun, sebanyak 18 orang (54,55%). Penelitian ini

sejalan dengan peneliti Nurfatimah (2019) dengan judul Peran serta

orang tua dan dampak hospitalisasi pada anak usia 3-6 tahun di ruang

anak RSUD Poso dengan hasil penelitian dari 34 responden sebagian

besar berusia 20-35 tahun sejumlah 22 orang (64,7%).

Dari hasil penelitian ini maka peneliti berasumsi bahwa

pada orang tua dengan usia dewasa awal, emosinya lebih stabil

sehingga dalam menghadapi permasalahan, mereka lebih mencari

solusi dan tidak menyalahkan orang lain. Pada usia ini, individu bisa

memilih mana yang baik dan mana yang buruk, dapat mengendalikan

diri dalam menyikapi suatu masalah. Dengan demikian mereka mampu

mengenali, memahami, dan mengendalikan emosi anak-anaknya.

Dengan umur yang cukup seseorang lebih mudah dalam menerima

informasi, mampu mengendalikan perasaannya sehingga dapat

menguatkan dirinya ketika sang anak didiagnosa sebuah penyakit. Di

usia ini orangtua juga lebih mempertimbangkan perasaan orang-orang

disekitarnya (tidak egois). Sehingga orangtua diusia ini mampu

mengendalikan emosi anak-anaknya ketika dalam kondisi tidak stabil.


86

Mereka juga bisa menerima informasi-informasi yang diberikan selama

anak menjalani perawatan dirumah sakit.

Menurut Depkes dalam (Sonang et al, 2019) rentang usia

26-35 tahun merupakan kategori usia dewasa awal. Dimana dalam

rentang usia dewasa awal, individu siap berperan dan bertanggung

jawab serta menerima kedudukan dalam masyarakat, masa untuk

bekerja, terlibat dalam hubungan sosial masyarakat dan menjalin

hubungan dengan lawan jenis. Semakin bertambah usia seseorang,

maka semakin siap pula dalam menerima cobaan, teori ini menekankan

bahwa kestabilan sistem kepribadian sebagai individu, bergerak ke

arah usia tua (Rida, 2018).

Pekerjaan atau pendapatan orang tua juga mempengaruhi

dukungan keluarga berdasarkan diagram 5.3 dan diagram 5.4 diketahui

bahwa pekerjaan orang tua yang mendampingi hampir seluruhnya

adalah ibu rumah tangga yaitu 25 responden (75,7%), dengan

pendapatan seluruhnya > 1.000.000 (100%). Peran utama ibu rumah

tangga dalam keluarga adalah memberikan tenaga dan perhatiannya

demi kepentingan keluarga tanpa boleh mengharapkan imbalan. Ibu

berperan dominan dalam kehidupan suatu keluarga, ibu mengatur

segala keperluan rumah tangga, memperhatikan pendidikan serta

merawat kesehatan keluarganya (Syalika et al, 2021).

Menurut peneliti, pada ibu rumah tangga, sebagian besar

perempuan mengerjakan pekerjaan rumah dan merawat anaknya,

sehingga ibu mempunyai banyak waktu dan mampu menemani anak


87

dalam waktu yang cukup lama. Seorang ibu dalam keluarga memegang

peranan yang sangat penting bagi anak-anaknya, yaitu mendidik dan

mengajari tentang keyakinan beragama, adab dan norma, fisik dan

mental, intelektual, dan psikologi sehingga terbentuk kepribadian yang

baik dalam diri sang anak. Hubungan ibu dan anak dalam keluarga

sangat dekat, sehingga jika anak jatuh dalam kondisi sakit, peran atau

pendampingan seorang ibu sangat berpengaruh terhadap psikologi

anak dalam proses menjalani perawatan.

Faktor yang mempengaruhi baik atau kurangnya dukungan

keluarga selanjutnya adalah tingkat pendidikan keluarga. Pengetahuan

sangat erat hubungannya dengan pendidikan. Diharapkan bahwa

dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas

pula pengetahuannya. Pendidikan diperlukan untuk mendapat

informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat

meningkatkan kualitas hidup. Menurut Notoatmodjo (2018), semakin

tinggi tingkat Pendidikan seseorang maka semakin baik pola pikirnya.

Ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi pendidikan memudahkan

sesorang menerima informasi yang berhubungan dengan kondisi

kesehatan anaknya. Berdasarkan diagram 5.5 diketahui bahwa

pendidikan orang tua sebagian besar adalah SMA yaitu 18 responden

(54,5%).

Dengan demikian pendidikan sangat mempengaruhi dalam

penerimaan informasi yang diberikan seseorang, dengan tingkat

pendidikan yang tinggi, seseorang akan lebih mudah menerima


88

informasi sehingga berdampak pada kecakapan atau ketrampilan

seseorang dalam menjalankan perannya. Keluarga dengan

pendididikan ini mampu mencari informasi sebanyak-banyaknya

tentang penyakit anaknya untuk membekali dirinya selama

mendampingi anaknya di rumah sakit. Dengan banyaknya informasi

yang diperoleh maka pengetahuan menjadi lebih luas, yang dapat

mempengaruhi dukungan yang diberikan sebagai keluarga akan

menjadi lebih baik.

Berdasarkan analisa kuesioner di ketahui bahwa hasil

kuesioner indikator dukungan keluarga sebagian besar adalah bentuk

dukungan keluarga emosional dengan jumlah 24 responden (73%).

Dukungan emosional merupakan bentuk dari kekooperatifan orang tua

terhadap usaha menurunkan tingkat kecemasan pada anak yang

mengalami hospitalisasi. Hal ini diperkuat oleh jawaban responden

berdasarkan kuesioner pada soal nomor 1-4 dengan jawaban “selalu”.

Menurut Nursalam (2020) bentuk dukungan emosional selama anak

dirawat di rumah sakit adalah penguasaan emosi terhadap anaknya,

sehingga anak merasa nyaman, merasa bahwa dirinya masih dicintai

dan diperhatikan oleh keluarganya. Menjalin kerjasama orang tua

selama anak menjalani perawatan dengan melibatkan orang tua pada

tindakan yang sederhana, menjelaskan kepada anak tentang kondisi

anak dan memenuhi kebutuhan anak selama dirawat.

Dengan demikian peneliti berpendapat bahwa keterlibatan

orang tua sangat penting dalam mendampingi anak selama menjalani


89

hospitalisasi. Orang tua dapat membantu anak-anak dalam mengatasi

perasaan mereka sehingga anak-anak merasa nyaman dalam menjalani

perawatan. Kerjasama yang baik antara tenaga kesehatan dan orang tua

untuk memberikan dukungan terhadap anak, dapat meminimalisir

tingkat kecemasan anak dalam menjalani hospitalisasi

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Epong (2018)

dengan judul hubungan dukungan keluarga dengan kecemasan anak

prasekolah yang dirawat di rumah sakit PKU Muhammadiyah

Yogyakarta, dari 30 responden hampir seluruhnya mempunyai

dukungan keluarga baik sejumlah 24 responden (80,0%). Penelitian lain

yang sejalan adalah peneliti Barus, Novitarum & Simangunsong

(2023), dengan penelitian hubungan peran orang tua dengan tingkat

kecemasan anak usia prasekolah (3-6) tahun yang mengalami

hospitalisasi di Ruangan Santa Theresia Rumah Sakit Santa Elisabeth

Medan. Dari 19 responden hampir setengahnya mempunyai peran

orang tua baik sebanyak 14 responden (43,8%).

5.2.2 Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia Prasekolah yang Mengalami

Hospitalisai di Ruang Anak RSUD Blambangan Banyuwangi

Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 5.2 dari 33

responden hampir setengahnya mengalami kecemasan sedang sebanyak

14 anak (42,4%). Kecemasan sedang merupakan perasaan yang

mengganggu, bahwa ada sesuatu yang benar-benar berbeda, individu

menjadi gugup atau agitasi. Anak mengalami penurunan pendengaran,


90

penglihatan, kurang menangkap informasi dan menunjukkan

kurangnya perhatian pada lingkungan (Stuart dan Sundeen, 2018).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecemasan yaitu

jenis kelamin, usia anak, lama perawatan, riwayat MRS sebelumnya,

lama perawatan MRS sebelumnya. Meskipun jenis kelamin laki-laki

dan perempuan berpeluang sama mengalami kecemasan saat

hospitalisai, berdasarkan pada data diagram 5.6 diketahui bahwa jenis

kelamin responden sebagian besar anak berjenis kelamin laki-laki

sejumlah 20 anak (63,6%). Penelitian ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh peneliti Mushawwir, Yunus & Andryanto (2019)

dengan judul Hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan

pada anak usia prasekolah yang di hospitalisasi di RS Syeckh Yusuf

Gowa, dengan hasil dari 30 responden sebagian besar berjenis kelamin

laki-laki sejumlah 19 orang (63,3%).

Penelitian ini menunjukkan bahwa perempuan lebih

berpeluang mengalami kecemasan, karena wanita dianggap lebih

sensitif dan menggunakan perasaannya sedangkan laki-laki dianggap

memiliki mental yang kuat dalam menghadapi respon yang berbahaya.

Menurut Supartini, anak laki-laki usia prasekolah dalam merespon

hospitalisasi lebih rendah dari pada anak perempuan. Anak laki-laki

mempunyai tingkat perkembangan lebih cepat dibandingkan dengan

perempuan. Anak perempuan lebih sensitif dalam merespon masalah

emosional, sedangkan anak pada anak laki-laki lebih bersifat

eksploratif, sehingga menstimulasi dan berusaha mengembangkan


91

pemikiran yang operasional, mencari validasi dan bertanya (Faidah &

Marchelina, 2022).

Berdasarkan data pada diagram 5.7 dapat diketahui rata-

rata usia anak hampir setengahnya adalah 5 tahun sejumlah 12 anak

(36,4%). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

peneliti Faidah & Marchelina (2022), dengan judul Tingkat kecemasan

anak usia pra sekolah yang dirawat di Rumah Sakit Mardi Rahayu

Kudus. Dengan hasil penelitian dari 47 responden hampir setengahnya

berusia 5 tahun, sejumlah 18 orang (38,3%).

Menurut Suyanto, pada usia ini anak hanya mementingkan

dirinya sendiri dan belum mampu bersosialisasi secara baik dengan

orang lain. Anak belum mengerti bahwa lingkungan memiliki cara

pandang yang berbeda dengan dirinya. Anak masih melakukan segala

sesuatu demi dirinya sendiri bukan untuk orang lain (Rahmah & Intan,

2020). Semakin muda usia anak maka semakin tinggi kecemasan

akibat hospitalisasi (Barus, Novitarum & Simangunsong, 2023).

Dengan adanya fenomena ini peneliti berasumsi bahwa

anak usia prasekolah membutuhkan lingkungan yang menyenangkan

untuk proses tumbuh kembangnya. Saat jatuh dalam kondisi sakit,

diperlukan pendekatan dan perhatian yang khusus. Dalam mengurangi

kegelisahannya diperlukan lingkungan yang bernuansa anak-anak dan

menarik bagi mereka. Sehingga mereka bisa menjalani prosedur

perawatan dengan maksimal.

Faktor selanjutnya adalah lama dirawat di rumah sakit.


92

Berdasarkan diagram 5.8 diketahui lama perawatan hampir

setengahnya selama 2 hari perawatan, sejumlah 13 anak (39,3%). Lama

hari dirawat bisa mempengaruhi kecemasan anak. Semakin lama anak

dirawat maka kecemasan anak akan memanjang dan menimbulkna

kebosanan anak berada di rumah sakit (Zulaicha, 2022). Melihat

fenomena ini peneliti berpendapat un mengurangi rasa bosan anak

dirumah sakit karena lamanya waktu perawatan, perlunya disediakan

tempat bermain di lingkungan perawatan anak, disediakannya TV

dengan film kartun kesukaan anak-anak, mendekorasi kamar perawatan

dengan warna-warna yang cerah serta dihias dengan gambar-gambar

yang bisa menarik perhatian mereka.

Faktor kecemasan selanjutnya adalah riwayat MRS

sebelumnya. Berdasarkan data pada diagram 5.9 dapat diketahui

bahwa riwayat MRS sebelumnya sebagian besar anak pernah menjalani

perawatan di rumah sakit, sejumlah 18 anak (54,55%), dengan tingkat

kecemasan hampir setengahnya mempunyai kecemasan sedang

sejumlah 8 anak (44,45%). Penelitian ini sejalan dengan peneliti

Nurfatimah (2019) dengan judul Peran serta orang tua dan dampak

hospitalisasi pada anak usia 3-6 tahun di ruang anak RSUD Poso. Dari

34 responden sebagian besar anak pernah mengalami rawat inap,

sejumlah 19 anak (55,9%).

Pengalaman anak yang pernah dirawat sebelumnya dapat

mempengaruhi reaksi anak saat menjalani hospitalisasi. Apabila anak

pernah dirawat sebelumnya dan anak mengalami pengalaman tidak


93

menyenangkan pada saat dirawat di rumah sakit maka hal ini

menyebabkan anak menjadi takut dan trauma. Sebaliknya apabila pada

saat anak dirawat di rumah sakit sebelumnya anak mendapatkan

perawatan yang baik dan menyenangkan maka anak akan lebih

kooperatif pada perawat dan tenaga kesehatan lainnya (Stuart, 2019).

Menurut observasi yang dilakukan peneliti, anak yang pernah

mengalami rawat inap sejumlah 18 anak (54,5%), cenderung memiliki

kecemasan yang lebih rendah dibandingkan dengan anak tanpa

pengalaman rawat inap sejumlah 15 anak (45,45%). Hal ini

ditunjukkan dengan respon anak saat beradaptasi pada lingkungan dan

kemampuan mengingat peristiwa yang pernah dialaminya terhadap

lingkungan di sekitarnya. Akan tetapi ada juga anak yang pernah

mengalami pengalaman rawat inap dengan tingkat kecemasan yang

tinggi. Hal ini dapat dipengaruhi dengan pengalaman yang

menyakitkan di masa lalu sehingga anak juga mengalami trauma. Untuk

mengantisipasi hal tersebut, maka tenaga medis harus meningkatkan

pendekatan kepada anak dan tetap melibatkan keluarga terdekat anak

untuk bisa meyakinkan kepada anak bahwa apa yang dia alami selama

ini bertujuan untuk mempercepat kesembuhannya.


94

5.2.3 Hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pada anak

usia prasekolah (3-6 tahun) yang menagalami hospitalisasi di

Ruang anak RSUD Blambangan Banyuwangi

Hasil analisa data dari tabel 5.3 menjelaskan bahwa dari 33

respoden, sebagian kecil mempunyai dukungan keluarga baik dengan

tingkat kecemasan anak sedang sejumlah 7 orang responden (21,2%).

Dari hasil penelitian ini menunujukkan bahwa dukungan keluarga yang

baik sangat penting bagi setiap aspek perawatan kesehatan anggota

keluarganya. Dukungan keluarga yang baik merupakn salah satu dari

peran keluarga dalam pemenuhan kebutuhan psikososial anggota

keluarganya dalam memberikan kasih sayang. Menurut Donsu (2019)

tugas keluarga adalah pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya,

pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga,

pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan

kedudukannya masing-masing, sosialisasi antar anggota keluarga,

pengaturan jumlah anggota keluarga, pemeliharaan ketertiban anggota

keluarga, penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat

yang lebih luas, membangkitkan dorongan dan semangat para anggota

keluarga.

Bentuk dari dukungan keluarga yang baik dapat diberikan

dengan sikap empati, memberi semangat, memberi informasi yang

positif tentang tindakan yang dilakukan oleh tenaga medis, selalu

menemani dan ikut terlibat disetiap tindakan keperawatan selama anak

menjalani hospitalisasi. Dengan adanya dukungan keluarga yang baik,


95

anak akan merasa terlindungi dan tidak merasa terancam pada setiap

tindakan medis yang diterimanya. Sehingga dapat

menurunkan/meminimalkan respon kecemasan anak selama menjalani

hospitalisasi.

Dari hasil uji statistik dengan metode uji spearman rank pada

tabel 5.6 menunjukkan bahwa p value = 0,000 < a = 0,01 artinya Ha

diterima dengan demikian ada hubungan dukungan keluarga dengan

tingkat kecemasan anak usia prasekolah (3-6 tahun) akibat hospitalisasi

di Ruang Anak RSUD Blambangan Banyuwangi. Hasil uji Spearman

Rank dapat dilihat dari p value = 0,000 dengan nilai r = -0,723 yang

dikategorikan hubungan kuat (0,51- 0,75) yang artinya keratan

hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan anak usia

prasekolah (3-6 tahun) akibat hospitalisasi di Ruang Anak RSUD

Blambangan Banyuwangi dikategorikan kuat.

Menurut peneliti terdapat hubungan yang kuat antara keluarga

dan status kesehatan anggotanya dimana peran keluarga sangat penting

bagi setiap aspek perawatan kesehatan anggota keluarga, mulai dari

strategi-strategi hingga fase rehabilitasi. Dukungan keluarga yang

meliputi sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita

sakit merupakan salah satu peran dan fungsi keluarga yaitu memberikan

fungsi afektif untuk pemenuhan kebutuhan psikososial anggota

keluarganya dalam memberikan kasih sayangnya. Anak akan lebih

tenang saat didampingi oleh orang tuanya, terutama seorang ibu ketika

hospitalisasi. Hal ini dikarenakan orangtua dianggap tempat ternyaman


96

dan teraman bagi anak. Bersama orangtua anak bisa melepaskan dan

mengungkapkan apa yang mereka rasakan. Dukungan emosional dan

informasional yang dominan terhadap anak yang menjalani hospitalisasi

sangat berpengaruh terhadap tingkat kecemasan anak. Orang tua yang

berperan sebagai pembimbing, motivator, sebagai sahabat dengan

keakraban dan kedekatannya serta pemberian informasi bahwa semua

perlakuan yang diterima anak bertujuan untuk membantu

kesembuhannya.

Penelitian ini didukung oleh peneliti Mushawwir, Yunus,

Andryanto (2019), yang meneliti tentang hubungan dukungan keluarga

dengan tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah yang di

hospitalisasi di RS Syeckh Yusuf Gowa. Dari hasil uji chi-square

diperoleh nilai p=0,017 (p<0,05), dapat disimpulkan bahwa hubungan

dukungan keluarga yang baik dapat mempengaruhi respon cemas

terhadap anak terutama dalam proses hospitalisasi. Sejalan dengan

penelitian yang dilakukan Barus, Novitarum & Simangunsong (2023),

dengan penelitian hubungan peran orang tua dengan tingkat kecemasan

anak usia prasekolah (3-6 tahun) yang mengalami hospitalisasi di

Ruangan Santa Theresia rumah Sakit Santa Elisabeth Medan. Dari hasil

uji statistik Spearman Rank didapatkan p value = 0,046 (p < 0,05)

sehingga dapat disimpulkan ada hubungan peran orang tua dengan

tingkat kecemasan anak usia prasekolah (3-6 tahun) yang mengalami

hospitalisasi. Didapatkan nilai koefisien korelasi yaitu -0,356, berarti

semakin baik peran orangtua semakin rendah tingkat kecemasan anak.


BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti

sejumlah 33 responden, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Dukungan keluarga sebagian besar adalah dukungan keluarga baik

dengan jumlah 13 orang (39,4%).

2. Tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah sebagian besar adalah

tingkat kecemasan ringan dengan jumlah 14 orang (42,42%).

3. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan anak

usia prasekolah 3-6 tahun akibat hospitalisasi di Ruang Mas Alit RSUD

Blambangan Banyuwangi tahun 2023

6.2 Saran

Berdasarkan hasil analisa dan kesimpulan pada penelitian ini, maka saran

yang bisa peneliti sampaikan adalah

1. Bagi Responden

Diharapkan orang tua hendaknya selalu mendampingi anak ketika anak

sedang menjalani hospitalisasi di rumah sakit. Dukungan keluarga sangat

penting dalam meminimalkan cemas anak akibat hospitalisasi

2. Bagi Peneliti

Membina hubungan yang lebih baik dengan orang tua maupun anak.

Pada pelaksanaan perawatan sebaiknya melibatkan orang tua sehingga

anak merasa nyaman berada disamping orang tuanya.

97
98

3. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan pihak rumah sakit memodifikasi ruang perawatan anak

dengan mendekorasi ruangan dengan bernuansa anak-anak, serta

menyediakan arena bermain untuk mengurangi kecemasan anak selama

menjalani hospitalisasi.

4. Peneliti Selanjutnya

Diharapkan penelitian ini menjadi acuan atau rekomendasi untuk

dilakukan penelitian selanjutnya dengan variabel-variabel yang berbeda.


DAFTAR PUSTAKA

Ekasaputri,S,&Arniyani,A. (2022). Efektifitas Terapi Audio Visual (Film Kartun)

Terhadap Kecemasan Pada Anak Usia Prasekolah. Jurnal Ilmiah

Kesehatan Sandi Husada, Vol 11(1):57-61

Chrisnawati,G,&Aldino,T. (2019). Aplikasi Pengukuran Tingkat Kecemasan

Berdasarkan Skala HARS Berbasis Android. Jurnal Teknik Komputer,

Vol V(2):277-282

Saputro,H,&Fazrin,I. (2017). Penurunan Tingkat Kecemasan Anak Akibat

Hospitalisasi dengan Penerapan Terapi Bermain. Jurnal Konseling

Indonesia, Vol 3(1):9-12

Saputro,H & Fazrin,I. (2017). Anak Sakit Wajib Bermain di Rumah Sakit.

Ponorogo:Forum Ilmiah Kesehatan(FORIKES).

Zulaicha,E. (2022). Ilmu Dasar Keperawatan Anak. Sukoharjo:Pradina Pustaka.

Feriana. (2022). Tumbuh Kembang Anak. Padang:PT Global Eksekutif Teknologi.

Ketut,Mendri. (2021). Keperawatan Kesehatan Anak Berbasis Teori dan Riset.

Bandung:Media Sains Indonesia.

Mariani. (2022). Keperawatan Anak. Padang:PT Global Eksekutif Teknologi.

Swarjana,Ketut. (2022). Konsep Pengetahuan-Sikap-Perilaku-Persepsi-Stres-

Kecemasan-Nyeri-Dukungan Social-Kepatuhan-Motivasi-Kepuasan-

pandemi Covid 19-Akses Layanan Kesehatan.

Yogyakarta:ANDI(Anggota IKAPI).

99
Faridy,Faizatul. (2021). Deteksi Awal Permasalahan Tumbuh Kembang Anak Usia

Dini dan Cara Penanganannya. Jakarta:PT Elex Media Komputindo.

Agustanti,Dwi. (2023). Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Jakarta:Mahakarya

Citra Utama.

Hibatul,Aliyah. (2021). Gambaran Tingkat Kecemasan Anak Usia Prasekolah

Yang Mengalami Hospitalisasi:Literatur Review. Prosiding Seminar

Nasional Kesehatan. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Universitas Muhaammadiyah Pekajangan Pekalongan:377-384

Nursalam. (2020). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan. Jakarta:Salemba Medika.

Sa’adah,Lailatus. (2021). Statistik Inferensial. Jombang:LPPM Universitas KH.

A.Wahab Hasbullah.

Rifkhan. (2023). Pedoman Metodologi Penelitian Data Panel dan Kuesioner.

Indramayu:Adab

Shofa,Baiq, Fitriani,Rohyana & Adawiyah,Rahibatun. (2022). Psikologi

Perkembangan Teori dan Stimulasi. Sukabumu:CV Jejak (Jejak

Publisher).

Victor & Robert. (2021). Memahami Dengan Mudah Statistik Nonparametrik

Bidang Kesehatan. Jakarta:Kencana

Rukajat,Ajat. (2018). Pendekatan Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta:CV Budi

Utama.

100
Barus, Novitarum & Simangunsong. (2023). Hubungan Peran OrangTua Dengan

Tingkat Kecemasan anak Usia Prasekolah ( 3-6 Tahun) Yang

Mengalami Hospitalisasi di Ruangan Santa Theresia rumah Sakit

Santa Elisabeth Medan. Jurnal Sahabat Keperawatan, Vol 5 (2):66-79

Faidah & Marchelina. (2022). Tingkat Kecemasan Anak Usia Prasekolah Yang

Dirawat Di Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus. Jurnal Keperawatan

dan Kesehatan Masyarakat STIKES Cendekia Utama Kudus. Vol 11

(3):218-228.

Nurfatimah. (2019). Peran Serta Orang Tua dan Dampak Hospitalisasi Pada Anak

Usia 3-6 Tahun di Ruang Anak RSUD Poso. Jurnal Bidan cerdas. Vol

1 (3):122-128

Lestari, Yani. (2020). Faktor-Faaktor Yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga

Terhadap Tingkat Kecemasan Anak Akibat Hospitalisasi pada Usia

Prasekolah Di RSU Advent Medan. Vol 11 (1):372-386

Mushawwir, Yunus & Andryanto. (2019). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan

Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia Prasekolah Yang Di hospitalisasi

Di RS Syeckh Yusuf Gowa. Jurnal Ilmiah Keperawatan dan Kebidanan

Holistic Care. Vol 3 (4):23-27

Epong, Preeda. (2018). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kecemasan Anak

Prasekolah Yang Dirawat Di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah

Yogyakarta. Diakses dari

https://scholar.google.com/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=preed

a+epong+hubungan+dukungan+keluarga&btnG=.

101
Lampiran 2. Lembar Persetujuan Pengajuan Judul
Lampiran 3. Surat Ijin Permohonan Data awal
Lampiran 4. Surat Balasan Dari RSUD
Lampiran 5. Surat Permohonan Ijin Penelitian
Lampiran 6. Surat Balasan Ijin Penelitian Dari RSUD
Lampiran 7. Surat Permohonan Menjadi Responden
Surat Permohonan Menjadi Partisipan

Kepada Yth.

Calon Partisipan Penelitian

Di Tempat

Dengan Hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah Mahasiswa S1 Keperawatan Program
Studi Ilmu Keperawatan STIKES Banyuwangi.

Nama : Indah Kumalasari

Alamat : Perumahan Banyuwangi Baru Blok A No.39

Penganjuran- Banyuwangi

Pada kesempatan ini akan melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Dukungan
Keluarga dengan Tingkat Kecemasan pada Anak Usia Prasekolah (3-6 tahun) Akibat
Hospitalisasi di Ruang Anak (Mas Alit) RSUD Blambangan Banyuwangi”

Adapun tujuan, manfaat, dan kerugian dari penelitian ini diantaranya adalah:

1. Tujuan
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dukungan
keluarga dengan tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) akibat
hospitalisasi di ruang anak (Mas Alit) RSUD Blambangan Banyuwangi dengan
mengidentifikasi, menganalisa penyebab menurunnya tingkat kecemasan pada
anak usia prasekolah yang menjalani hospitalisasi

2. Manfaat
Berkontribusi dalam teridentifikasinya penyebab kecemasan pada anak usia
prasekolah (3-6 tahun) yang menjalani hospitalisasi, bisa digunakan sebagai acuan
dasar pemberian pendidikan kesehatan dan intervensi berdasarkan hasil penelitian
yang didapatkan.
3. Kerugian
Dalam penelitian ini tidak ada kerugian bagi partisipan, karena penelitian ini hanya
dengan proses pengisian kuesioner dan peneliti melakukan observasi langsung
pada anak dalam waktu yang bersamaan.
Kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan
untuk kepentingan penelitian. Apabila saudara tidak bersedia menjadi patisipan,
maka tidak ada konsekuensi apapun bagi saudara karena bersifat sukarela,
penelitian ini akan dilaksanakan selama ± 4-5 bulan.
Jika saudara telah menjadi partisipan maka ada hak dan kewajiban sebagai
partisipan, yaitu:
- Hak Partisipan
Setelah dilakukan penjelasan (informed consent) maka partisipan berhak untuk
tidak mau menjadi partisipan, dan jika partisipan sudah menyetujui, maka
partisipan berhak mengundurkan diri menjadi partisipan, berhak menunda
waktu jika partisipan berhalangan, dan partisipan berhak menolak untuk
mengisi kuesioner untuk sementara waktu.
- Kewajiban Partisipan
Kewajiban partisipan setelah menandatangani lembar persetujuan adalah
mematuhi apa yang sudah ditentukan oleh peneliti, misalnya mengisi semua
pertanyaan yang telah diberikan oleh peneliti dan partisipan harus
memeberikan jawaban yang benar tanpa dimanipulasi.
Apabila saudara menyetujuinya, maka saya mohon kesediaannya
untuk menandatangani lembar persetujuan untuk menjadi partisipan. Atas
perhatian dan kesediaan saudara saudara, saya ucapkan banyak terima kasih.

Hormat Saya

(Indah Kumalasari, A.Md.Kep)


Lampiran 8. Lembar Persetujuan Responden

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

(Informed Consent)

Saya yang bertandatangan dibawah ini:

Nama (inisial) : ...................................

Alamat : ...................................

Hubungan dengan pasien : ...................................

Dengan ini menyatakan bersedia dan tidak keberatan menjadi


responden dalam penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan STIKES Banyuwangi dengan judul penelitian “Hubungan
Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia Prasekolah
(3-6 tahun) Akibat Hospitalisasi di Ruang Anak (Mas alit) RSUD
Blamabangan Banyuwangi Tahun 2023”. Saya mengerti bahwa penelitian ini
tidak menimbulkan dampak yang berbahaya dan data-data mengenai saya dalam
penelitian ini akan dirahasiakan. Hanya peneliti yang dapat mengetahui kerahasiaan
data-data

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sukarela tanpa paksaan dari
pihak manapun dan kiranya dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Banyuwangi, ................2023

Responden

(..............................)
Lampiran 9. Lembar Kuesioner Data Demografi

KUESIONER DATA DEMOGRAFI

Petunjuk Pengisian

Jawablah pertanyaan di bawah ini dan berilah tanda centang (Ѵ) pada salah satu
jawaban yang sesuai dengan jawaban yang menurut anda benar. Bila ada yang
kurang dimengerti, Bapak/Ibu dapat bertanya kepada peneliti.

Kode Partisipan (di isi peneliti) : .....................

1. Usia : .....................tahun

2. Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan

3. Pendidikan : 1. Tidak Sekolah 2. SD 3. SMP 4. SMA

5. Diploma 6.Sarjana/S1 7. Lain-lain............

4. Pekerjaan : Ibu rumah tangga Buruh

Swasta PNS Lain-lain......

5. Pendapatan : 1. Tidak punya penghasilan

2. Rp ≤ 500.000/bulan

3. Rp 500.000 – 1.000.000 /bulan

4. Rp ≥ 1.000.000 /bulan

6. Suku : 1. Jawa 2. Madura 3. Lain-lain............

7. Agama : .........................................................

8. Hubungan dengan pasien : .........................................


Lampiran 10. Lembar Kuesioner Dukungan Keluarga

Kuesioner Dukungan Keluarga

Jawablah pertanyaan berikut dengan memberi tanda ( Ѵ ) pada kolom sesuai


dengan jawaban anda.

No Pertanyaan Selalu Sering Kadang- Tidak


kadang Pernah
Dukungan Emosional
1 Saya mendampingi
anak selama perawatan
di rumah sakit
2 Saya mendengarkan
keluhan yang dirasakan
anak saya
3 Saya tetap
memperhatikan
keadaan anak selama
anak sakit
4 Saya dengan ramah
membantu anak untuk
memenuhi kebutuhan
anak
Dukungan
Instrumental
5 Saya berperan aktif
dalam setiap
pengobatan dan
perawatan anak
6 Saya membawa mainan
kesukaan anak
7 Saya bersedia
membiayai perawatan
dan pengobatan anak
8 Saya mencarikan
kebutuhan sarana dan
peralatan yang anak
perlukan
Dukungan
Informasional
9 Ketika anak
mengeluhkan
keinginan untuk pulang
(tidak mau dirawat
lagi), saya memberi
nasihat pada anak agar
anak tetap mau dirawat.
10 Saya memberitahukan
kepada anak saya
bahwa penyakitnya
akan segera sembuh
11 Saya mengatakan
kepada anak saya,
supaya cepat sembuh
harus disuntik dan
minum obat
12 Saya memberikan
nasihat pada anak
ketika anak melakukan
sesuatu yang
membahayakan anak
(misal: mencopot
selang infus)
Dukungan
Penghargaan
13 Saya memberikan
pujian kepada anak
ketika anak mau
melakukan yang
dianjurkan oleh
dokter/perawat
14 Saya mengatakan
kepada anak saya jika
sudah sembuh akan
diajak jalan-jalan
15 Saya mengatakan
kepada anak saya, jika
sudah sembuh akan
dibelikan mainan
kesukaan.
SKOR

Keterangan:
Tidak Pernah : 1
Kadang-kadang : 2
Sering : 3
Selalu : 4
Lampiran 11. Lembar Observasi Tingkat Kecemasan HARS

Lembar Observasi Tingkat Kecemasan


HARS

Tanggal observasi :
Inisial pasien :
Jenis kelamin :
Usia :
Lama dirawat :
Riwayat MRS sebelumnya : Ya .........kali/ tahun Tidak
Lama perawatan sebelumnya : ..........hari

NO Tipe Perasaan Tempat Skor


Kecemasan Centang
1 Perasaan Anak mengajak orangtuanya untuk pulang dan
Cemas meninggalkan ruang perawatan
anak mudah marah tanpa sebab
anak takut saat didekati petugas kesehatan
anak merasa dirinya akan disakiti
2 Ketegangan ekpresi wajah anak terlihat tegang
anak mudah terkejut
anak mudah menangis
anak tampak gemetaran
3 Ketakutan anak merasakan takut pada gelap
anak takut ditinggal sendiri
anak takut pada orang asing (petugas
kesehatan, pengunjung rumah sakit, keluarga
pasien)
anak takut pada kerumunan orang banyak
4 Gangguan tidur anak susah masuk tidur
anak sering terbangun
anak menggigau/menangis saat tidur
anak bangun dengan lesu
5 Gangguan anak tidak konsentrasi saat diajak ngobrol
Kecerdasan anak mudah lupa
anak sering bingung
anak lama berpikir saat memutuskan sesuatu
6 Perasaan anak kehilangan minat
Depresi anak merasa sedih
berkurangnya kesukaan anak pada hobi
anak mempunyai perasaan berubah-ubah
7 Gejala Somatik anak merasa nyeri otot
(otot) anak merasa kaku
anak merasakan kedutan otot
gigi anak gemertak
8 Gejala Sensorik telinga anak berdengung
penglihatan anak kabur
muka anak merah dan pucat
anak merasa lemah
9 Gejala denyut nadi anak cepat
Kardiovaskuler jantung anak berdebar-debar
anak merasakan nyeri dada
anak merasakan lemah seperti mau pingsan
10 Gejala Dada anak terasa berat
Pernafasan Nafas anak tersengal-sengal
anak merasakan nafas pendek/sesak
anak sering menarik nafas panjang
11 Gejala BAB anak lembek
Gastrointestinal anak sulit BAB
perut anak terasa penuh/kembung
anak merasa perutnya melilit
12 Gejala anak sering buang air kecil
Urogenital anak mengompol
13 Gejala Otonom mulut anak tampak kering
muka anak memerah
anak merasa pusing
anak mudah berkeringat
14 Sikap anak saat anak tampak gelisah
dilakukan anak memegangi tangan orangtuanya dan
observasi merapatkan tubuhnya
anak memalingkan muka
anak mengerutkan keningnya
Total Skor
Keterangan:

Tidak ada gejala sama sekali : 0

Satu gejala yang ada : 1

Separuh gejala yang ada : 2

Lebih dari separuh gejala yang ada : 3

Semua gejala ada : 5


Lampiran 12. Output SPSS Uji Validitas

Correlations

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 Ptotal

P1 Pearson
1 ,739* ,318 ,492 ,905** ,804** ,659* ,846** ,731* ,733* ,659* ,086 ,347 ,553 ,795** ,633*
Correlation

Sig. (2-
,015 ,370 ,148 ,000 ,005 ,038 ,002 ,016 ,016 ,038 ,813 ,325 ,097 ,006 ,050
tailed)

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P2 Pearson
,739* 1 ,123 ,250 ,816** ,862** ,574 ,600 ,807** ,470 ,255 ,117 ,209 ,408 ,891** ,659*
Correlation
Sig. (2-
,015 ,735 ,486 ,004 ,001 ,083 ,067 ,005 ,170 ,477 ,748 ,562 ,242 ,001 ,038
tailed)
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P3 Pearson
,318 ,123 1 ,492 ,000 ,469 ,424 ,443 ,054 ,540 ,659* ,517 ,927** ,804** ,384 ,633*
Correlation
Sig. (2-
,370 ,735 ,148 1,000 ,171 ,222 ,200 ,882 ,107 ,038 ,126 ,000 ,005 ,274 ,050
tailed)
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P4 Pearson
,492 ,250 ,492 1 ,408 ,499 ,383 ,764* ,293 ,314 ,383 ,467 ,575 ,612 ,408 ,527
Correlation
Sig. (2-
,148 ,486 ,148 ,242 ,142 ,275 ,010 ,411 ,378 ,275 ,174 ,082 ,060 ,242 ,117
tailed)
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P5 Pearson
,905** ,816** ,000 ,408 1 ,778** ,469 ,802** ,898** ,640* ,469 -,143 ,128 ,333 ,818** ,516
Correlation
Sig. (2-
,000 ,004 1,000 ,242 ,008 ,172 ,005 ,000 ,046 ,172 ,694 ,724 ,347 ,004 ,126
tailed)
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P6 Pearson
,804** ,862** ,469 ,499 ,778** 1 ,711* ,802** ,778** ,726* ,538 ,206 ,583 ,630 ,919** ,789**
Correlation
Sig. (2-
,005 ,001 ,171 ,142 ,008 ,021 ,005 ,008 ,018 ,109 ,567 ,077 ,051 ,000 ,007
tailed)
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P7 Pearson
,659* ,574 ,424 ,383 ,469 ,711* 1 ,501 ,252 ,420 ,268 ,513 ,420 ,625 ,440 ,605
Correlation
Sig. (2-
,038 ,083 ,222 ,275 ,172 ,021 ,140 ,482 ,227 ,454 ,129 ,227 ,053 ,203 ,064
tailed)
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P8 Pearson
,846** ,600 ,443 ,764* ,802** ,802** ,501 1 ,744* ,753* ,710* ,229 ,582 ,579 ,777** ,776**
Correlation
Sig. (2-
,002 ,067 ,200 ,010 ,005 ,005 ,140 ,014 ,012 ,022 ,524 ,078 ,079 ,008 ,008
tailed)
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P9 Pearson
,731* ,807** ,054 ,293 ,898** ,778** ,252 ,744* 1 ,667* ,533 -,205 ,207 ,329 ,882** ,580
Correlation
Sig. (2-
,016 ,005 ,882 ,411 ,000 ,008 ,482 ,014 ,035 ,113 ,569 ,566 ,353 ,001 ,079
tailed)
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P10 Pearson
,733* ,470 ,540 ,314 ,640* ,726* ,420 ,753* ,667* 1 ,820** -,128 ,672* ,512 ,710* ,620
Correlation
Sig. (2-
,016 ,170 ,107 ,378 ,046 ,018 ,227 ,012 ,035 ,004 ,724 ,033 ,130 ,021 ,056
tailed)
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P11 Pearson
,659* ,255 ,659* ,383 ,469 ,538 ,268 ,710* ,533 ,820** 1 ,067 ,620 ,625 ,582 ,605
Correlation
Sig. (2-
,038 ,477 ,038 ,275 ,172 ,109 ,454 ,022 ,113 ,004 ,854 ,056 ,053 ,077 ,064
tailed)
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P12 Pearson
,086 ,117 ,517 ,467 -,143 ,206 ,513 ,229 -,205 -,128 ,067 1 ,421 ,524 ,039 ,599
Correlation
Sig. (2-
,813 ,748 ,126 ,174 ,694 ,567 ,129 ,524 ,569 ,724 ,854 ,226 ,120 ,915 ,067
tailed)
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P13 Pearson
,347 ,209 ,927** ,575 ,128 ,583 ,420 ,582 ,207 ,672* ,620 ,421 1 ,726* ,477 ,703*
Correlation
Sig. (2-
,325 ,562 ,000 ,082 ,724 ,077 ,227 ,078 ,566 ,033 ,056 ,226 ,018 ,163 ,023
tailed)
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P14 Pearson
,553 ,408 ,804** ,612 ,333 ,630 ,625 ,579 ,329 ,512 ,625 ,524 ,726* 1 ,515 ,699*
Correlation
Sig. (2-
,097 ,242 ,005 ,060 ,347 ,051 ,053 ,079 ,353 ,130 ,053 ,120 ,018 ,128 ,024
tailed)
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P15 Pearson
,795** ,891** ,384 ,408 ,818** ,919** ,440 ,777** ,882** ,710* ,582 ,039 ,477 ,515 1 ,734*
Correlation
Sig. (2-
,006 ,001 ,274 ,242 ,004 ,000 ,203 ,008 ,001 ,021 ,077 ,915 ,163 ,128 ,016
tailed)
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Ptotal Pearson
,633* ,659* ,633* ,527 ,516 ,789** ,605 ,776** ,580 ,620 ,605 ,599 ,703* ,699* ,734* 1
Correlation

Sig. (2-
,050 ,038 ,050 ,117 ,126 ,007 ,064 ,008 ,079 ,056 ,064 ,067 ,023 ,024 ,016
tailed)

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Lampiran 13. Tabel Rangkuman Uji Validitas Data Responden

No
Pertanyaan r hitung r tabel Keterangan
1 0,633 0,514 Valid
2 0,659 0,514 Valid
3 0,633 0,514 Valid
4 0,527 0,514 Valid
5 0,516 0,514 Valid
6 0,789 0,514 Valid
7 0,605 0,514 Valid
8 0,776 0,514 Valid
9 0,58 0,514 Valid
10 0,62 0,514 Valid
11 0,605 0,514 Valid
12 0,599 0,514 Valid
13 0,703 0,514 Valid
14 0,699 0,514 Valid
15 0,734 0,514 Valid
Lampiran 14. Output SPSS Uji Reliabilitas

Hasil Uji Reliabilitas

Case Processing Summary


N %

Cases Valid 10 100,0

Excludeda 0 ,0

Total 10 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Tabel output diatas memberikan informasi tentang jumlah sampel atau responden (N)

yang di analisis dalam program SPSS yaitu N sebanyak 10 orang keluarga yang

mendampingi. Karena tidak ada data yang kosong (dalam pengertian jawaban responden

terisi semua), maka jumlah valid adalah 100%.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

,937 15

Dari tabel output diatas diketahui ada N of Items (banyaknya item atau butir pertanyaan

kuisioner) berjumlah 15 item dengan nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,937. Karena nilai

Cronbach’s Alpha 0,937 > 0,60, maka sebagaimana dasar pengambilan keputusan dalam

uji reliabilitas di atas, dapat disimpulkan bahwa ke-15 atau semua item pertanyaan

kuisioner untuk variabel “Dukungan Keluarga” adalah reliabel atau konsisten.


Item-Total Statistics

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Total Correlation Deleted

P1 43,40 63,600 ,845 ,929


P2 43,40 67,156 ,719 ,933
P3 43,40 66,489 ,573 ,935
P4 43,20 68,178 ,594 ,935
P5 43,30 66,900 ,735 ,933
P6 44,50 59,167 ,921 ,925
P7 43,50 66,278 ,617 ,934
P8 43,60 61,822 ,892 ,927
P9 44,40 59,822 ,678 ,935
P10 43,50 62,722 ,775 ,930
P11 43,50 65,389 ,702 ,932
P12 43,90 70,322 ,214 ,944
P13 43,50 64,278 ,648 ,933
P14 43,60 65,600 ,733 ,932
P15 44,50 57,167 ,855 ,928

Tabel output diatas memberikan gambaran tentang nilai statistik untuk ke-15 item

pertanyaan kuisioner. Diketahui nilai Cronbach’s Alpha untuk ke-15 item soal adalah

> 0,60, maka dapat disimpulkan bahwa ke-15 item pertanyaan kuisioner adalah

reliabel.

Berdasarkan output “Reliability Statistics” diatas, diketahui nilai Cronbach’s Alpha

adalah sebesar 0,937. Nilai r tabel pada signifikansi 5% diperoleh nilai sebesar 0,514.

Karena nilai Cronbach’s Alpha 0,937 > 0,514 (r tabel) maka dapat disimpulkan bahwa

kuisioner “Dukungan Keluarga” dinyatakan reliabel atau terpercaya sebagai alat

pengumpul data dalam penelitian


Lampiran 15. Tabel Distribusi Nilai r tabel

Distribusi Nilai rtabel

Signifikansi 5% dan 1%

The Level of Significance The Level of Significance


N N
5% 1% 5% 1%
3 0.997 0.999 38 0.320 0.413
4 0.950 0.990 39 0.316 0.408
5 0.878 0.959 40 0.312 0.403
6 0.811 0.917 41 0.308 0.398
7 0.754 0.874 42 0.304 0.393
8 0.707 0.834 43 0.301 0.389
9 0.666 0.798 44 0.297 0.384
10 0.632 0.765 45 0.294 0.380
11 0.602 0.735 46 0.291 0.376
12 0.576 0.708 47 0.288 0.372
13 0.553 0.684 48 0.284 0.368
14 0.532 0.661 49 0.281 0.364
15 0.514 0.641 50 0.279 0.361
16 0.497 0.623 55 0.266 0.345
17 0.482 0.606 60 0.254 0.330
18 0.468 0.590 65 0.244 0.317
19 0.456 0.575 70 0.235 0.306
20 0.444 0.561 75 0.227 0.296
21 0.433 0.549 80 0.220 0.286
22 0.432 0.537 85 0.213 0.278
23 0.413 0.526 90 0.207 0.267
24 0.404 0.515 95 0.202 0.263
25 0.396 0.505 100 0.195 0.256
26 0.388 0.496 125 0.176 0.230
27 0.381 0.487 150 0.159 0.210
28 0.374 0.478 175 0.148 0.194
29 0.367 0.470 200 0.138 0.181
30 0.361 0.463 300 0.113 0.148
31 0.355 0.456 400 0.098 0.128
32 0.349 0.449 500 0.088 0.115
33 0.344 0.442 600 0.080 0.105
34 0.339 0.436 700 0.074 0.097
35 0.334 0.430 800 0.070 0.091
36 0.329 0.424 900 0.065 0.086
37 0.325 0.418 1000 0.062 0.081
HASIL PENELITIAN

Distribusi Frekuensi Data Demografi Responden (N=33)

VARIABEL FREKUENSI PERSENTASE


Karakteristik Anak
Jenis Kelamin
Laki-laki 21 63,64%
Perempuan 12 36,36%
Usia Anak
3 Tahun 8 24,24%
4 Tahun 6 18,18%
5 Tahun 12 36,36%
6 Tahun 7 21,21%
Lama Dirawat
1 Hari 9 27,27%
2 hari 13 39,39%
3 hari 11 33,33%
Riwayat MRS Sebelumnya
Pernah 18 54,55%
Belum Pernah 15 45,45%
Lama Perawatan Sebelumnya
3 hari 6 33,3%
4 hari 8 44,4%
5 hari 4 22,2%
Karakteristik Orang Tua
Orang Tua
Ayah 8 24,24%
Ibu 25 75,76%
Usia Orang Tua
17 - 25 tahun (Remaja Akhir) 11 33,33%
26 - 35 tahun (Dewasa Awal) 18 54,55%
36 - 45 tahun (Dewasa Akhir) 4 12,12%

Pendidikan Orangtua yang mendampingi


SMP 9 27,27%
SMA 13 39,39%
PT 11 33,33%
Pekerjaan Orang Tua
Ibu Rumah Tangga 25 75,76%
Swasta 5 15,15%
Buruh 3 9,09%
Penghasilan Orang Tua
> 1.000.000 33 100,00%
Dukungan Keluarga
Baik 13 39,39%
Cukup 11 33,33%
Kurang 9 27,27%
Tingkat Kecemasan
Cemas Ringan 9 27,27%
Cemas Sedang 14 42,42%
Cemas Berat 10 30,30%
Distribusi dukungan keluarga berdasarkan keluarga yang mendampingi

Keluarga Dukungan Keluarga Total


yang Baik Cukup Kurang
Mendampingi N % N % N % N %
Ayah 1 3,03 2 6,06% 5 15,15% 8 24,24%
Ibu 12 36,36% 9 27,27% 4 12,12% 25 75,75%
Total 13 39,39% 11 33,33% 9 27,27 33 100,00%

Distribusi dukungan keluarga berdasarkan usia keluarga yang mendampingi

Dukungan Keluarga Total


Usia Orang
Baik Cukup Kurang
Tua
N % N % N % N %
17 - 25 tahun 0 0 2 6,06% 9 27,30% 11 33,33%
26 - 35 tahun 10 30,30% 8 24,24% 0 0 18 54,55%
36 - 45 tahun 3 9,10% 1 3,03% 0 0 4 12,12%
Total 13 39,40% 11 33,33% 9 27,30% 33 100%

Distribusi dukungan keluarga berdasarkan pekerjaan keluarga

Dukungan Keluarga Total


Pekerjaan
Baik Cukup Kurang
Ortu
N % N % N % N %
IRT 10 30,3 8 24,24% 7 21,21% 25 75,75%
Swasta 3 9,09% 1 3,03% 1 3,03% 5 15,15%
Buruh 0 0,00% 2 6,06% 1 3,03% 3 9,10%
Total 13 39,39% 11 33,33% 9 27,30% 33 100,00%
Distribusi dukungan keluarga berdasarkan pendidikan keluarga

Dukungan Keluarga Total


Pendidikan
Baik Cukup Kurang
Ortu
N % N % N % N %
SMP 0 0 3 9,09% 6 18,18% 9 27,27%
SMA 5 15,15% 5 15,15% 3 9,09% 13 39,39%
PT 8 24,24% 3 9,09% 0 0 11 33,33%
Total 13 39,39% 11 33,33% 9 27,30% 33 100,00%

Distribusi tingkat kecemasan anak berdasarkan jenis kelamin

Jenis Tingkat Kecemasan Total


Kelamin Cemas Ringan Cemas Sedang Cemas Berat
N % N % N % N %
Laki-laki 9 27,27% 10 30,30% 2 6,06% 21 63,64%
Perempuan 0 0 4 12,12% 8 24,24% 12 36,36%
Total 9 27,27% 14 42,42% 10 30,30% 33 100%

Distribusi tingkat kecemasan berdasarkan usia anak

Tingkat Kecemasan Total


Usia
Anak Cemas Ringan Cemas Sedang Cemas Berat
N % N % N % N %
3 tahun 0 0 1 3,03% 7 21,21% 8 24,24%
4 tahun 0 0 3 9,10% 3 9,10% 6 18,18%
5 tahun 4 12,12% 8 24,24% 0 0 12 36,36%
6 tahun 5 15,15% 2 6,06% 0 0 7 21,21%
Total 9 27,27% 14 42,42% 10 30,30% 33 100%
Distribusi tingkat kecemasan anak berdasarkan lama dirawat di rumah sakit

Lama Tingkat Kecemasan Total


Dirawat Cemas Ringan Cemas Sedang Cemas Berat N %
1 hari 0 0 2 6,06% 7 21,21% 9 27,27%
2 hari 6 18,18% 5 15,15% 2 6,06% 13 39,40%
3 hari 7 21,21% 4 12,12% 0 0,00% 11 33,33%
Total 13 39,39% 11 33,33% 9 27,27% 33 100%

Distribusi tingkat kecemasan anak berdasarkan riwayat MRS sebelumnya

Riwayat Tingkat Kecemasan Total


MRS
Sebelumnya
Cemas Ringan Cemas Sedang Cemas Berat
N % N % N % N %
Pernah 9 27,30% 7 21,21% 2 6,06% 18 54,54%
Tidak Pernah 0 0 7 21,21% 8 24,24% 15 45,45%
Total 9 27,30% 14 42,42% 10 30,30% 33 100%

Distribusi tingkat kecemasan anak dari 18 responden yang pernah menjalani rawat

inap sebelumnya

Lama Tingkat Kecemasan Total


Perawatan
Sebelumnya Cemas Ringan Cemas Sedang Cemas Berat
N % N % N % N %
3 hari 0 0,00% 4 22,22% 2 11,11% 6 33,33%
4 hari 3 16,67 3 9,09% 2 11,11% 8 44,45%
5 hari 3 16,67% 1 5,55% 0 0,00% 4 22.22%
Total 6 33,33% 8 44,45% 4 22.22% 18 100%
Dokumentasi Penelitian
\
Lampiran 19. Lembar Konsultasi

Anda mungkin juga menyukai