Anda di halaman 1dari 4

PENGARUH ADANYA KAMBING JANTAN PADA KAMBING BETINA, DALAM

PETERNAKAN RAKYAT

Muh Rahman Kurniawa


Mochrahmankurniawan@gmail.com
Peternak kambing Di Kec. Kras, Kab. Kediri, Prov. Jawa Timur

ABSTRAK
Dalam artikel ini, memaparkan beberapa manfaat yang bisa di dapatkan peternak rakyat,
(seterusnya akan disebut peternak), dengan adanya kambing jantan dalam peternakan
rakyat (Aziz, M. Amin. 1993.) (seterusnya akan disebut peternakan), baik secara fisiologi
kambing maupun nilai ekonomis yang bisa diraih para peternak dengan adanya kambing
jantan dalam peternakan.
Dalam artikel pula akan dijelaskan secara lebih dalam bagaimana proses fisiologi kambing,
dan kaitanya denga perawatan reproduksi ternak dan produksifitas ternak, yang pada
akhirnya akan berkaitan dengan meningkatnya keuntungan yang bisa didapatkan peternak.
Kata Kunci: Peternakan Rakyat, Pengaruh Kambing Jantan, Kesuburan Betina.

1. PENDAHULUAN
Selama ini dalam peternakan sering peternak masih mengagap sebelah mata dengan
adanya pejatan dalam peternakan, oleh karena itu sering pejantan di tiadakan dalam
peternakan. Adapun selain itu, ada pejantan dalam peternakan masih hanya dianggap
sebagai pemacekan saja.
Selain sebagai pemacek sebenarnya ada beberapa fungsi pejantan dalam peternakan salah
satunya untuk perawatan hormon betina dalam peternakan. Sistem hormonal ini sangat
penting untuk kesuburan reproduksi ternak, yang pada akhirnya mampu meningkatkan
produktifitas dalam pengembangbiakan ternak.

2. KAMBING JANTAN SEBAGAI SALAH SATU PERAWATAN REPRODUKSI BETINA,


DALAM PETERNAKAN
2.1. Reproduksi Kambing
Kambing adalah hewan yang berovulasi secara spontan dan poliestrus (Alice Fatet et al.,
2011).
Reproduksi pada kambing digambarkan bersifat musiman; Permulaan dan lamanya musim
kawin bergantung pada berbagai faktor seperti garis lintang, iklim, ras, tahap fisiologis,
keberadaan pejantan, sistem perkembangbiakan, dan khususnya fotoperiode. Di daerah
beriklim sedang, reproduksi kambing digambarkan secara musiman dengan periode
berkembang biak di musim gugur dan musim dingin serta perbedaan penting dalam musim
antara ras dan lokasi. Di daerah tropis, kambing dianggap sebagai peternak berkelanjutan;
namun, terbatasnya ketersediaan pangan sering kali menyebabkan periode aestrus dan
anovulasi yang berkepanjangan serta berkurangnya kesuburan (Alice Fatet et al., 2011).
2.2. Feromon Pejantan
Pejantan menghasilkan senyawa feromon yang salah satunya adalah 4-ethyloctanal (Ken
Murata et al., 2014).
Senyawa ini terdapat di Aroma prengus atau goaty smell yang dikeluarkan oleh beberapa
kelenjar yang ada di kepala kambing jantan, tepatnya di belakang dasar tanduk. Senyawa
4-ethyloctanal, suatu jenis feromone yang digunakan untuk menstimulasi ovulasi pada
kambing betina (Ken Murata et al., 2014).
Senyawa feromon 4-ethyloctanal hanya dikeluarkan oleh kambing yang tidak di kebiri.
Kambing yang dikebiri tidak menghasilkan senyawa feromon 4-ethyloctanal (Ken Murata et
al., 2014) keberadaan kambing yang dikebiri dalam kandang tidak berdampak seperti
kambing yang tidak dikebiri.
Cara kerja 4-ethyloctanal, adalah mengaktifkan inti arkuata hipotalamus betina, area inti
arkuata hipotalamus tempat melepaskan hormon reproduksi pada betina, seperti hormon
pelepas gonadotropin, atau GnRH. GnRH menandakan pelepasan hormon luteinizing –
yang pada gilirannya berperan dalam membuat kambing betina berovulasi (Ken Murata et
al., 2014).
2.3. Feromon Jantan Sabagai Salah Satu Perawatan Reproduksi Betina
Salah satu penyebab kemajiran adalah rendahnya hormon gonadotropin (Herry Agoes
Hermadi. 2015), dengan adanya hormon 4-ethyloctanal dalam feromon pejantan yang
dihasilkan pejantan maka akan menstimulasi hormon gonatropin betina untuk meningkat (R
Over et al., 1990). Meningkatnya gonadotropin salah satu penyebab sehatnya reproduksi
betina (R Over et al., 1990).

3. KAMBING JANTAN SEBAGAI PENDEKTEKSI ADANYA BETINA BIRAHI


3.1. Feromon Pada Kambing Betina
Betina juga menghasilkan feromon, yang dikeluarkan melalui urin, feromon ini bisa dicium
pejantan .
Bila pejantan mencium feromon ini akan menimbulkan prilaku yang bisa dijadikan alarm
penanda adanya betina yang birahi.
3.2. Prilaku Kambing Jantan Sebagai Pendekteksi Adanya Birahi
Saat bau feromon ini tercium, pejantan akan menunjukan prilaku mengembik melenguh dan
birahinya bangkit ( Web Admin , 2012). Selain itu ada prilaku yang paling khas setelah
pejantan mencium feromon betina adalah, mencium vulva dan mencicipi urin betina yang
dirasa sedang birahi. Setelah itu pejatan akan menunjukan prilaku "respon flehmen" (Peter
H. O'brien, 1982) , untuk memastikan bau feromon berasal dari hewan yang tidak birahi
atau birahi (Jan Ladewig et al., 1980).
Bila betina benar sedang birahi, maka akan membiarkan pejantan mengawininya.
Bau feromon betina, prilaku mengembik, melenguh, mencium, mecicipi urin, dan respon
flehmen akan memudahkan peternak dalam mengidentifikasi kambing betina yang sedang
birahi.

4. PERAN KAMBING JANTAN SEBAGAI PEJANTAN


4.1. Memilih Pejantan Yang Bagus
A. Setiap rumpun kambing memiliki standar berbeda baik secara tinggi badan, panjang
badan, dan lingkar dada, dan berat badan (BBPP Batu.2016). Tetapi tetap mengacu pada
tinggi dan panjang kambing, dan lingkar dada sesuwai rumpun untuk mendapatkan pejantan
yang ideal. Tinggi dan panjang kambing, dan lingkar dada akan menentukan optimalisasi
pertumbuhan kambing, yang tercermin dari bobot maksimal yang dihasilkan (Andi Victori
dkk., 2016)
B. Selain dengan melihat tinggi, panjang, dan lingkar dada kambing perlu juga melihat
beberapa aspek lainya (BBPP Batu.2016).
1. Sehat, tidak gemuk (sesuai umur)
2. Bulu Bersih dan mengkilat
3. Badan panjang, lurus dan tidak cacat
4. Tumut tinggi dan penampilan gagah
5. Aktif dan nafsu kawinya besar, mudah ereksi
Buah zakarnya normal (2 buah sama besar dan kenyal)
6. Sebaiknya berasal dari keturunan yang kembar
4.2. Umur Siap menjadi Pejantan
Rata-rata umur 12-18 bulan, kambing jantan siap menjadi pejantan (BBPP Batu.2016).
4.3. Pejantan Dalam Peternakan Mengurangi Biyaya Inseminasi.
Dengan adanya pejantan yang berkualitas, tentu akan mengurangi biyaya Inseminasi, baik
yang menggukan inseminasi alami melalui penyewaan pejantan, ataupun inseminasi buatan
melalui matri hewan.

PENUTUP
Ada empat pengaruh (minimal) yang terjadi saat adanya kambing jantan dalam peternakan
kambing.
Pertama. Mempercepat masa anovulasi pada kambing betina, hal ini dapat dimanfaatkan
untuk mempercepat masa kawin kambing betina, yang artinya memberikan kemungkinan
lebih besar untuk kehamilan lebih awal.
Kedua. Menjadi alat perawatan sistem reproduksi betina.
Ketiga. Adanya kambing jantan bisa digunakan untuk pendekteksi (alarm ) bagi adanya
kambing betina yang sedang birahi, dikarenakan kambing jantan bisa membau feromon
yang dihasilkan kambing betina.
Keempat. Adanya kambing jantan pada perternakan juga bisa dijadikan pejantan saat
iseminasi alami yang bisa menurunkan biaya produksi iseminasi.

Daftar Pustaka
Aziz, M. Amin. 1993. Strategi Operasional Pengembangan Agroindustri Sapi Potong. Dalam
Prosiding Agroindustri Sapi Potong. CIDES. Jakarta.
Fatet, A. Pellicer-Rubio M-T., & Leboeuf, B. 2011. Reproductive cycle of goats. Animal
Reproduction Science. Volume 124, Issues 3–4, Pages 211-219.

Over, R. Cohen-Tannoudji, J. Dehnhard, M. Claus, R.,& Signoret J P,. 1990. Effect of


pheromones from male goats on LH-secretion in anoestrous ewes. Physiology & Behavior
Volume 48, Issue 5, Pages 665-668.

Murata, K. Tamogami, S. Itou, M. Ohkubo, Y. Wakabayashi, Y. Watanabe, H. Okamura, H.


Takeuchi, Y., & Mori, Y. 2014. Identification of an Olfactory Signal Molecule that Activates the
Central Regulator of Reproduction in Goats. Current Biology Volume 24, Issue 6, Pages
681-686.
Hermadi, H A. 2015. Pemberantasan Kasus Kemajiran Pada Ternak Menuju Kemandirian
Dibidang Kesehatan Reproduksi Hewan Dan Ketahanan Pangan Di Indonesia [Pidato].
Surabaya: Universitas Airlangga.

Admin, W. 2012. Manajemen Perkawinan Meningkatkan Suksenya Budidaya Kambing PE.


Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur. Diakses 16 Desember 2024 dari
https://disnak.jatimprov.go.id/web/posts/read/652-manajemen-perkawinan-meningkatkan-su
ksesnya-budidaya-kambing-pe

H. O'brien, P. 1982. Flehmen: Its occurrence and possible functions in feral goats. Animal
Behaviour Volume 30, Issue 4, Pages 1015-1016, IN1, 1017-1019.

Ladewig, Edward, J. Price, O., & L. Hart, B. 1980. Flehmen in male goats: Role in sexual
behavior. Behavioral and Neural Biology, Volume 30, Issue 3, Pages 312-322.

BBPP Batu. 2016. Memilih Bibit Kambing Potong. Balai Besar Pelatihan Peternakan Batu.
Diakses 16 Desember 2024 dari
https://www.slideshare.net/BBPP_Batu/memilih-bibit-kpotong

Victori, A. Purbowati, E., & Sri Lestari, C. M. 2016. Hubungan antara ukuran-ukuran tubuh
dengan bobot badan kambing Peranakan Etawah jantan di Kabupaten Klaten. Jurnal
Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (1): 23 - 28

Anda mungkin juga menyukai