Anda di halaman 1dari 24

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian terdahulu


No Nama Judul,tahun,peneliti Hasil penelitian Persamaan Perbedaan

1 Dewi, Kontribusi 1)Â Secara simultan Sama-sama 1. Penilitian terdahulu


Wiwik Manajemen Waktu, menggunakan menggunakan dua
terdapat pengaruh yang
Candra Lingkungan di model variabel X
Rumah, dan Motivasi positif signifikan pembelajaran sedangkan penelitian
Siswa Terhadap problem beslerning yang dilakukan
manajemen waktu
Prestasi Belajar Siswa sebagai variabel x peneliti hanya
SMK belajar, manajemen menggunakan satu
variabel X atau
lingkungan belajar,
variabel independen
motivasi belajar 2. Penelitian terdahulu
menggunakan
terhadap prestasi
kemampuan berpikir
belajar; 2) Terdapat kritis sebagai
variabel Y
pengaruh positif
sedangkan penelitian
signifikan manajemen yang dilakukan
peneliti hasil belajar
waktu belajar terhadap
sebagai variabel Y
prestasi belajar siswa; 3. Kurangnya tempat
penelitian berbeda
3) Terdapat pengaruh
4. Populasi dan
positif signifikan sampelnya berbeda
manajemen lingkungan
belajar di rumah
terhadap prestasi
belajar ; dan. 4)
Terdapat pengaruhÂ
kontribusi motivasi
belajar terhadap
prestasi belajar.

2.2 Tinjauan teoritis


a. Pengertian Lingkungan Belajar
Lingkungan Belajar Siswa akan berinteraksi dengan lingkungan pada saat proses
belajar. Lingkungan menyediakan rangsangan terhadap individu dan sebaliknya
individu memberikan respon terhadap lingkungan. Dalam proses interaksi dapat
terjadi perubahan tingkah laku pada individu. Perubahan tingkah laku yang terjadi
bisa merupakan perubahan yang positif dan juga bisa negatif. Saat proses belajar
siswa membutuhkan lingkungan yang nyaman, tenang, jauh dari kebisingan dan
tentunya harus mendukung untuk belajar. Lingkungan yang kondusif diperlukan
agar siswa dapat berkonsentrasi dengan baik sehingga dapat menyerap pelajaran
dengan mudah. Lingkungan yang kurang kondusif akan mengganggu proses
belajar sehingga siswa akan terhambat dalam menyerap pelajaran. Menurut
Oemar Hamalik “Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di alam sekitar yang
memiliki makna atau pengaruh tertentu kepada individu” (Oemar Hamalik, 2003:
195).
Lingkungan meliputi semua kondisi–kondisi dalam dunia ini yang dalam cara-
cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau
life processes kita kecuali gen-gen, dan bahkan gen-gen dapat pula dipandang
sebagai menyiapkan lingkungan bagi gen yang lain (Sertain dalam Dalyono,
2005:132). Lingkungan Belajar oleh para ahli sering disebut sebagai lingkungan
pendidikan. Menurut Arif Rochman, “Lingkungan pendidikan merupakan segala
sesuatu yang melingkupi proses berlangsungnya pendidikan” (Arif Rochman,
2009: 195). Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
Lingkungan Belajar merupakan segala sesuatu yang berada di sekitar siswa yang
berpengaruh terhadap tingkah laku dan perkembangan dalam proses belajar.
Menurut Nana Syaodih lingkungan pendidikan mencakup: a) Lingkungan fisik
terdiri atas lingkungan alam dan lingkungan buatan manusia yang kadang
memberikan dukungan dan hambatan dalam berlangsungnya proses pendidikan.
b) Lingkungan sosial merupakan lingkungan pergaulan antar manusia, pergaulan
antar pendidik dengan peserta didik serta orang-orang lainnya yang terlibat dalam
interaksi pendidikan. 16 c) Lingkungan intelektual mencakup perangkat lunak
seperti sistem program-program pengajaran, media, dan sumber belajar. d)
Lingkungan lainnya seperti nilai kemasyarakatan, ekonomi, sosial, politik dan
estetika (Nana Syaodih, 2004: 5). Menurut Muhibbin Syah, Lingkungan Belajar
yang mempengaruhi proses belajar anak terdiri dari dua macam, yaitu lingkungan
sosial dan lingkungan nonsosial (Muhibbin Syah, 2005: 137). a) Lingkungan
sosial Lingkungan sosial terdiri dari lingkungan sosial sekolah, lingkungan sosial
siswa (masyarakat), dan lingkungan keluarga (Muhibbin Syah, 2005: 137).
Lingkungan sekolah yang termasuk dalam lingkungan sosial adalah seluruh warga
sekolah, baik itu guru, karyawan maupun teman-teman sekelas, semuanya dapat
mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Para guru yang dapat
menunjukkan sikap dan perilaku yang baik dan juga dapat memperlihatkan
teladan yang baik khususnya dalam hal belajar seperti rajin membaca, hal tersebut
dapat memberikan motivasi yang positif bagi belajar siswa. Demikian halnya
apabila teman-teman sekelas siswa di sekolah mempunyai sikap dan perilaku yang
baik serta memiliki semacam etos belajar yang baik seperti misalnya rajin belajar
akan berpengaruh positif terhadap belajar siswa. Lingkungan sosial siswa di
rumah antara lain adalah masyarakat, tetangga dan juga teman-teman bergaul
siswa di rumah yang mempunyai andil cukup besar dalam mempengaruhi belajar
siswa (Muhibbin Syah, 2005: 137). 17 Keadaan masyarakat yang serba
kekurangan, tidak memperhatikan masalah pendidikan dan juga teman-teman
bergaul siswa yang suka keluyuran, begadang, suka minum-minum apalagi teman
lawan jenis yang amoral, pezinah, pemabuk dan lain sebagainya tentu akan
menyeret siswa kepada bahaya besar dan kemungkinan besar akan mengganggu
proses belajarnya. Jadi apabila siswa dalam bergaul memilih teman yang baik,
maka akan berpengaruh baik terhadap belajar siswa, dan sebaliknya apabila siswa
memilih bergaul dengan anak yang tidak baik, maka akan membawa dampak yang
tidak baik pada dirinya (Slameto, 2010: 71). Lingkungan sosial yang dominan
dalam mempengaruhi kegiatan belajar siswa adalah orang tua dan keluarga siswa
itu sendiri. Hal ini dapat dipahami, karena lingkungan keluarga merupakan
lingkungan belajar pertama dan utama bagi seorang anak. Sifat dan sikap orang
tua dalam mengelola keluarga (cara mendidik), ketegangan keluarga dan dapat
memberi dampak positif maupun negatif. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa peran keluarga dalam hal ini adalah orang tua sangat besar pengaruhnya
terhadap keberhasilan belajar anak. Peran orang tua dalam memenuhi semua
kebutuhan anak dalam belajar akan meningkatkan keberhasilan belajar siswa
(Muhibbin Syah, 2005: 137). 18 b) Lingkungan nonsosial Lingkungan nonsosial
menyangkut gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa
dan letaknya, alat-alat belajar, sumber belajar, keadaan cuaca, pencahayaan dan
waktu belajar yang digunakan siswa (Muhibbin Syah, 2005: 137).
Menurut Nana Syaodih, lingkungan nonsosial yang mempengaruhi belajar siswa
di dalam rumah yaitu keadaan rumah dan ruangan tempat belajar, sarana dan
prasarana belajar, suasana dalam rumah dan suasana di lingkungan tempat tinggal
siswa, sedangkan yang termasuk lingkungan nonsosial di sekolah menyangkut
sarana dan prasarana belajar yang ada, sumber-sumber belajar dan media belajar
(Nana Syaodih, 2004: 163-164). Gedung merupakan prasyarat utama yang harus
dipenuhi oleh sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan. Siswa dapat belajar
dengan baik apabila gedung sekolah disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Rumah
dengan kondisi yang sempit dan berantakan serta kondisi perkampungan tempat
tinggal siswa yang padat dan bising sangat tidak mendukung belajar siswa. Siswa
membutuhkan tempat yang nyaman dan tenang agar dapat berkonsentrasi dalam
belajar. Sumber belajar siswa seperti buku dapat mempermudah dan mempercepat
belajar anak. Ketersediaan sumber belajar akan mendorong siswa untuk belajar.
Sumber belajar siswa yang terbatas akan menghambat siswa dalam belajar. Faktor
lingkungan memegang peranan penting dalam proses belajar. Faktor lingkungan
yang perlu diperhatikan dalam proses belajar siswa adalah tempat, alat-alat
belajar, suasana, waktu, dan pergaulan (Bimo Walgito, 2010:146). a) Tempat
belajar Tempat belajar yang baik merupakan tempat yang tersendiri, yang tenang,
warna dinding tidak tajam, di dalam ruangan tidak ada hal yang menggangu
perhatian, dan penerangan cukup (Bimo Walgito, 2010: 146). b) Alat-alat untuk
belajar Belajar tidak dapat berjalan dengan baik tanpa adanya alat-alat belajar
yang lengkap. Proses belajar akan terganggu apabila tidak tersedia alat-alat belajar
(Bimo Walgito, 2010: 146). Semakin lengkap alat-alat pelajarannya, akan
semakin dapat orang belajar dengan sebaik-baiknya. Sebaliknya apabila alat-alat
belajarnya tidak lengkap, maka proses belajar akan terganggu. c) Suasana Suasana
berhubungan erat dengan tempat belajar. Suasana belajar yang baik akan
memberikan motivasi yang baik dalam proses belajar dan ini akan memberikan
pengaruh yang baik pula terhadap prestasi belajar siswa. Suasana yang tenang,
nyaman, dan damai akan mendukung proses belajar siswa. 20 d) Waktu
Pembagian waktu belajar yang tepat akan membantu proses belajar siswa (Bimo
Walgito, 2010: 146). Pembagian waktu yang dilakukan siswa dapat membuat
siswa belajar secara teratur. e) Pergaulan Pergaulan anak akan berpengaruh
terhadap belajar anak. Apabila anak dalam bergaul memilih dengan teman yang
baik, maka akan berpengaruh baik terhadap diri anak, dan sebaliknya apabila anak
bergaul dengan teman yang kurang baik, maka akan membawa pengaruh yang
tidak baik pada diri anak (Bimo Walgito, 2010: 146).
Berdasarkan dari uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa Lingkungan
Belajar yang dapat mempengaruhi Prestasi Belajar Akuntansi digolongkan
menjadi dua, yaitu lingkungan sosial dan lingkungan nonsosial baik di lingkungan
sekolah maupun di lingkungan tempat tinggal siswa. Lingkungan sosial yang
dapat mempengaruhi proses belajar anak yaitu peran orang tua, peran teman
bergaul di rumah, peran teman sekelas dan peran guru, sedangkan lingkungan
nonsosial mencakup keadaan tempat belajar siswa, kelengkapan alat-alat belajar
Akuntansi, ketersediaan sumber belajar Akuntansi.
Fungsi lingkungan pendidikan menurut Oemar Hamalik ada 3, yaitu:
a) Fungsi psikologis yaitu stimulus bersumber dari lingkungan yang merupakan
rangsangan terhadap individu sehingga terjadi respons, yang menunjukkan
tingkah laku tertentu.
b) Fungsi pedagogis, lingkungan memberikan pengaruh-pengaruh yang bersifat
mendidik, khususnya lingkungan yang sengaja disiapkan sebagai suatu lembaga
pendidikan, misalnya keluarga, sekolah, lembaga pelatihan, lembaga-lembaga
sosial.
c) Fungsi instruksional, program instruksional merupakan suatu lingkungan
pengajaran yang dirancang secara khusus. Guru yang mengajar, materi pelajaran,
sarana dan prasarana pengajaran, media pengajaran, dan kondisi lingkungan kelas,
merupakan yang sengaja dikembangkan untuk mengembangkan tingkah laku
siswa (Oemar Hamalik, 2003: 196). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa lingkungan pendidikan akan membantu peserta didik dalam berinteraksi
dengan lingkungannya. Lingkungan menyediakan rangsangan (stimulus) terhadap
individu dan sebaliknya individu memberikan respon terhadap lingkungan,
lingkungan akan memberikan pengaruh yang bersifat mendidik dan tentunya akan
memberikan kemudahan dalam perkembangan belajar siswa.
b. Pengertian Manajemen
Waktu Manajemen atau dalam bahasa Inggris adalah dari kata management yang
merupakan istilah yang berasal dari kata to manage yang berarti mengurus,
mengatur, melaksanakan dan mengelola. Adapun waktu menurut KBBI berarti
seluruh rangkaian saat ketika proses, perbuatan, atau keadaan berada atau
berlangsung.
Menurut Marion E. Haynes, waktu merupakan sumber daya yang unik. Setiap
hari semua orang memiliki jumlah yang sama dan waktu tidak dapat diakumulasi.
Seseorang tidak dapat mematikan atau menyalakannya. Waktu tidak bisa
digantikan. Waktu harus dihabiskan pada angka 60 detik dalam satu menit. Selain
hal tersebut, di bawah ini karakteristik dan nilai waktu.
1) Waktu adalah sesuatu yang berharga mahal yang dimiliki manusia
2) Ketersedian waktu sangat terbatas
3) Waktu yang tidak mungkin tergantikan
4) Waktu yang berharga sangat cepat
5) Menghargai waktu akan menambah nilainya.
Manajemen waktu atau time management adalah tindakan dan proses
perencanaan dan pelaksanaan kontrol sadar atas sejumlah waktu yang akan
digunakan untuk aktivitas tertentu, khususnya untuk meningkatkan efektivitas,
efisiensi, dan produktivitas. Manajemen waktu merupakan proses harian yang
digunakan untuk membagi waktu, membuat jadwal, daftar hal-hal yang harus
dilakukan, pendelegasian tugas, dan sistem lain yang membantu untuk
menggunakan waktu secara efektif.
b. Aspek-Aspek Manajemen Waktu
Aspek-aspek manajemen waktu menurut Sean Covey merupakan prioritas
perencanaan waktu yang dibuat dalam bentuk kuadran waktu. Kuadran waktu
memiliki dua unsur utama, yaitu “penting” dan “mendesak”.
1. Penting, merupakan unsur yang mencakup hal-hal penting bagi siswa, kegiatan-
kegiatan penting bagi mahasiswa yang mempunyai kontribusi terhadap
tercapainya tujuan mahasiswa yaitu hasil belajar yang baik.
2) Mendesak, merupakan unsur yang mencakup hal-hal yang menekan pada
siswa, yang menuntut untuk dikerjakan oleh mahasiswa. Manajemen waktu sangat
dibutuhkan agar setiap individu dapat melaksanakan setiap kegiatannya secara
efektif dan efisien. Terdapat beberapa teknik yang dapat digunakan dalam
manajemen waktu. Salah satunya adalah teknik manajemen waktu berdasarkan
kuadran waktu yang salah satunya dapat berpedoman pada Matrix Eisenhower,
juga disebut sebagai Urgent-Important Matrix yang akan membantu untuk
memutuskan dan memprioritaskan tugas dengan urgensi dan kepentingan,
memilah tugas-tugas yang kurang mendesak dan penting yang harus Anda
delegasikan atau tidak melakukan sama sekali. Matrik Eisenhower merupakan
salah satu instrumen yang dapat membantu kita dalam menentukan prioritas suatu
pekerjaan. Nama Eisenhower diambil dari nama Presiden ke 34 Amerika Serikat
yaitu Dwight D. Eisenhower. Semasa tugasnya, beliau dituntut untuk mengambil
banyak keputusan besar dan penting diantara sekian banyak tugas yang
dihadapinya sehari-hari. Pada tahun 1945, dalam salah satu pidatonya beliau
mengatakan bahwa dia memiliki dua permasalahan, yakni permasalahan yang
mendesak, dan permasalahan yang penting. Permasalahan yang mendesak
tidaklah penting, dan permasalahan yang penting tidak pernah mendesak.
Pernyataan inilah yang kemudian dikembangkan oleh para pakar menjadi matriks
Eisenhower seperti
c. Indikator Manajemen Waktu
Indikator dapat diartikan sebagai suatu yang mengindikasi atau menunjukkan
suatu kecenderungan situasi, yang dapat dipergunakan untuk mengukur perubahan
yang terjadi. Menurut Jeff Madura dalam bukunya yang berjudul “Pengantar
Bisnis” yang dikutip oleh Meilistika disebutkan terdapat lima indikator atau unsur
yang mendukung manajemen waktu, yaitu sebagai berikut.
1) Mampu menyusun tujuan Menyusun tujuan yaitu kemampuan dalam
menyususn tujuan kegiatan yang dapat dituangkan dalam bentuk kegiatan,
misalnya
menetapkan dan meninjau kembali tujuan jangka panjang maupun jangka
pendek.
2) Mampu menyusun prioritas dengan tepat Tugas-tugas memiliki ciri penting
atau sifat mendesak yang berbeda-beda. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya
harus ditentukan prioritas di antara berbagai pekerjaan sehingga dapat mengetahui
mana yang harus dikerjakan terlebih dahulu.
3) Mampu menyusun jadwal Kemampuan ini berupa aktivitas yang
berkaitan dengan pengaturan waktu, yaitu membuat daftar hal-hal yang
harus dikerjakan, mengalokasikan waktu yang dibutuhkan, dna
merencanakan waktu istirahat, menggunakan buku agenda atau sarana
reminder yang lain.
4) Mampu meminimalisir gangguan Tidak dipungkiri, hampir setiap orang
menghadapi gangguan dalam menjalankan aktivitas mereka. Beberapa
masalah yang membutuhkan perhatian secara langsung, namun beberapa
yang lain dapat ditunda terlebih dahulu. Seseorang sebaiknya tetap
memusatkan perhatian pada pekerjaan yang sedang dikerjakan dan
menghindari gangguan yang tidak diperkirakan.
5) Mampu mendelegasikan tugas Pendelegasian berarti pelimpahan
sebagian tugas dan pekerjaan kepada orang yang tepat dengan tujuan
meningkatkan efisiensi waktu kerja dan efektivitas kinerja. Memberi
tanggung jawab kepada rekan kerja untuk melaksanakan suatu tugas atau
kewajiban yang sebenarnya merupakan bagian dari tanggung jawab
individu sendiri. Seseorang memberi kewenangan kepada orang lain untuk
membuat keputusan dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk
menyelesaikan tugas tersebut.
d. Upaya Manajemen Waktu
Efektif Bagi sebagian besar anak dan orang dewasa manajemen waktu
merupakan sebuah masalah. Diketahui para konselor di sekolah
mengetahui bahwa manajemen waktu merupakan penyebab dari banyak
masalah akademis yang dialami oleh para peserta didik. Adapun waktu
belajar yang baik dan tepat bagi setiap peserta didik berbeda-beda.
Perbedaan ini didasari oleh adanya kesibukan, alokasi waktu yang ada,
suasana belajar, dan kesiapan diri untuk belajar. Dalam manajemen waktu
ada beberapa aspek yang perlu diketahui oleh setiap peserta didik. Aspek-
aspek tersebut yaitu:
1) Penetapan Tujuan dan Prioritas Penetapan tujuan dan prioritas tersebut
ditetapkan berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab yang dipikul siswa
pada saat itu.
2) Mekanisme Manajemen Waktu Mekanisme dalam manajemen waktu
adalah tata cara atau langkah langkah yang harus dilakukan manajemen
waktu dari mulai perencanaan sampai dengan evaluasi.
3) Kontrol Terhadap Waktu
Kontrol terhadap waktu dilakukan dengan melakukan pengawasan
terhadap aplikasi waktu per kegiatan yang telah di rencanakan di awal.
Jadi, peserta didik dituntut untuk melakukan pengawasan terhadap alokasi
waktu per kegiatan yang telah direncanakan, ditargetkan di awal, apakah
alokasi menetapkan yang di targetkan untuk suatu kegiatan sudah cukup
atau belum.
e. Manfaat Manajemen Waktu
1) Dapat membantu kita membuat prioritas.
2) Dapat mengurangi kecenderungan untuk menunda-nunda tugas atau
pekerjaan.
3) Dapat membantu menghindari tabrakan waktu atau bentrok.
4) Dan dapat membantu mengevaluasi perkembangan atau kemajuan kita
dalam menyelesaikan tugas atau pekerjaan. Manajemen waktu yang baik
merupakan motor penggerak dan pendorong bagi individu untuk belajar,
sehingga di dalam belajar individu akan lebih bersemangat dan tidak lekas
bosan dengan materi pelajaran yang dipelari dan seiring dengan hal ini
dapat meningkatkan prestasi belajar.
Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar terdiri atas dua kata yaitu prestasi dan belajar.

Pengertian prestasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002 :895)

adalah : Hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan, dikerjakan dan

sebagainya. Dengan demikian prestasi belajar berarti penguasaan

pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan mata pelajaran, lazimnya

ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.

Prestasi belajar merupakan hasil evaluasi pendidikan yang dicapai oleh siswa

setelah menjalani proses pendidikan secara formal dalam jangka waktu

tertentu dan hasil belajar tersebut berupa angka-angka ( Sumadi Suryabrata,

2006: 6). Hakikat prestasi belajar adalah sebagai berikut:

Prestasi belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar


dan tindak mengajar. Dari sisi guru mengajar diakhiri dengan proses
evaluasi hasil belajar. Dari sisi peserta didik merupakan berakhirnya
penggal dan puncak proses belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 3).

Prestasi belajar adalah tingkatan keberhasilan siswa dalam

mempelajar materi pembelajaran di sekolah dalam bentuk skor yang

diperoleh dari test mengenai sejumlah materi tertentu (Hadari Nawawi,


1986 :58). Selain itu Bloom juga mengartikan prestasi belajar sebagai hasil

perubahan yang meliputi tiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik

(Saefuddin Azwar, 1987 : 58). Aspek kognitif berisi hal – hal yang

menyangkut aspek intelektual (pengetahuan), aspek afektif ( nilai dan sikap),

aspek psikomotorik (keterampilan). Sedangkan Nasution (1996: 17),

menyatakan bahwa: Prestasi belajar adalah Kesempurnaan yang dicapai

seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan

sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, afektif, psikomotorik,

sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum

mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut. Prestasi merupakan

keberhasilan dalam proses belajar mengajar yang telah ditempuh siswa,

bertujuan untuk memperoleh atau mengembangkan ilmu pengetahuan.

Prestasi ini dituangkan dengan nilai atau angka yang diberikan oleh guru

kepada siswa. Menurut Muhibbin Syah (2007:213), “prestasi adalah tingkat

keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam

sebuah program atau proses penilaian untuk menggambarkan prestasi yang

dicapai seorang siswa sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.” Hal ini

ditegaskan oleh Dimyati Mahmud (1989: 82) bahwa “prestasi belajar diukur

dengan nilainilai tes hasil belajar dari lamanya bersekolah dan dalam kurun

waktu tertentu didokumentasikan pada buku rapor siswa”.Menurut

Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni (2008 :18) prestasi merupakan hasil

belajar yang berasal dari informasi yang telah diperoleh pada tahap proses

belajar sebelumnya. Prestasi dapat berupa keterampilan


mengerjakan sesuatu, kemampuan menjawab soal, dan mampu mengerjakan

tugas. Menurut Sardiman A.M. (2004: 46) Prestasi adalah kemampuan nyata

yang merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi

baik dari dalam maupun dari luar individu dalambelajar.

Menurut Zaenal Arifin (1990: 2-4) prestasi belajar merupakan suatu

masalah yang bersifat peremnia (berlangsung terus-menerus) dalam sejarah

kehidupan manusia karena sepanjang rentang hidupnya manusia selalu

mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuanya masingmasing, prestasi

belajar semakin terasa penting untuk dipermasalahkan karena mempunyai

fungsi utama anatara lain:

a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas


pengetahuan yang telah dikuasai anak didik
b. Prestasi belajar sebagai lambang rasa keingintahuan
c. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam dimensi
pendidikan.
d. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dalam
institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa
prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktifitas
suatu institusi pendidikan. Indikator ekstern dalam arti bahwa
tingkat rendahnya orientasi belajar dapat dijadikan indikator
tingkat keberhasilan anak didik dimasyarakat.

Prestasi belajar dapat dijadikan indikator sebagai daya serap

(kecerdasan) anak. Dalam mendidik proses belajar mengajar anak didik

merupakan masalah utama dan pertama karena anak didiklah yang

diharapakan dapat menyerap seluruh materi pelajaran yang telah

diprogramkan dalam kurikulum.


Ada tiga ranah yang harus dilihat dalam tingkat keberhasilan yang

dapat dicapai siswa yaitu :

a. Ranah kogntif
Ranah kognitif bertujuan mengukur pengembangan penalaran siswa, pengukuran
ini dapat dilakukan setiap saat dengan cara test tertulis maupun test lisan atau
perbuatan.

b. Ranah afektif
Pengukuran ranah afektif tidaklah semudah mengukur ranah kognitif, pengukuran
ranah afektif tidak dapat dilakukan setiap saat karena perubahan tingkah laku
siswa dapat berubah sewaktu– waktu, sasaran pengukuran penilaian ranah afektif
adalah perilaku siswa bukan pada pengetahuan siswa.
c. Ranah psikomotorik
Pengukuran ranah psikomotorik dilakukan terhadap hasil–hasil belajar yang
berupa keterampilan. Cara yang paling tepat untuk mengevaluasi keberhasilan
belajar psikomtorik adalah observasi, observasi dalam hal ini dapat diartikan jenis
test mengenai peristiwa, tingkah laku atau fenomena lain sebagai penempatan
langsung. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar yang
menggunaan ranah kognitif dapat ditetahui setiap saat untuk mengukur penalaran
siswa, sedangkan ranah afektif tidak bisa diketahui setiap saat, pengukuran ini
berdasarkan perilaku siswa dan ranah psikomotorik yang dilakukan terhadap hasil
belajar. Jadi, dengan menggunakan tiga ranah tersebut prestasi belajar dapat
diketahui dengan baik, artinya penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program. Padanan kata
evaluasi adalah assessment adapula kata yang searti dan relatif lebih dikenal
dalam dunia pendidikan kita yakni tes, ujian, atau ulangan (Muhibbin Syah,
2007:195).
Dalam setiap kegiatan pasti dilaksanakan penilaian untuk mengukur
tingkat keberhasilan dari kegiatan yang telah dilaksanakan. Begitu pula
dengan kegiatan pembelajaran di sekolah, perlu diketahui seberapa jauh
prestasi belajar yang telah dicapai siswa.

Jadi prestasi belajar adalah merupakan kemampuan yang dimiliki


siswa yang telah mengalami perubahan baik keterampilan, pemahaman nilai-
nilai, pola tingkah laku, setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran
berdasarkan tujuan yang hendak dicapai. pada hakekatnya, belajar untuk
mencapai sesuatu yang pada akhirnya mencapai suatu hasil hasil belajar, dan
hasil belajar sering disebut dengan prestasi belajar. Dari beberapa pendapat
para ahli datas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan suatu
hasil yang telah dicapai oleh siswa selama mengikuti proses kegiatan
pembelajaran sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dalam
periode tertentu.

Menurut Sumadi Suryabrata (2006 : 297) yang dimaksud dengan


prestasi belajar adalah nilai – nilai yang merupakan bentuk perumusan akhir
yang diberikan oleh guru terkait dengan kemajuan prestasi belajar siswa
selama waktu tertentu. Slameto (2003:2) mendefinisikan prestasi belajar
sebagai tinggi rendahnya tingkat penguasaan siswa terhadap suatu materi
pembelajaran. W.S Wingkel (1987:51) mengemukakan bahwa prestasi adalah
bukti usaha siswa yang telah dicapai dalam waktu tertentu dan dapat diukur
dengan suatu alat tes, dengan diketahuinya prestasi belajar maka seorang
guru dapat mengetahui tingkat penguasaan materi dan mengambil tindakan
yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas pengajaran dan bahan ajar.

Keberhasilan seorang siswa dalam kegiatan pembelajaran salah satunya


dapat dilihat melalui nilai–nilai yang diperoleh dalam bentuk rapor secara
periodik, angka–angka tersebut telah mencerminkan prestasi belajar siswa.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
prestasi belajar adalah hasil penilaian dan pengukuran, tingkah laku yang
menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang menggambarkan
kemampuan seseorang dalam menguasai mata pelajaran tertentu selama masa
tertentu serta merupakan urutan keberhasilan seseorang dalam proses belajar
tersebut.

Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil


dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi
belajar siswa. Penentuan nilai prestasi belajar pada rapor menurut Winkel
(2004: 604) diperoleh dengan cara, yaitu:
1) Nilai akhir diperoleh dari rerata nilai tes formatif dengan nilai
tes sumatif.
2) Nilai akhir diperoleh dari nilai rerata nilai tugas, kegiatan
ekstrakulikuler yang diikuti, nilai ulangan harian dan nilai
umum.

Menurut Nana Sudjana (2005: 111), fungsi penilaian dalam proses belajar
mengajar yaitu:

1) Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran, dengan


fungsi ini dapat diketahui tingkat penguasaan bahan pelajaran
yang seharusnya dikuasai oleh para siswa. Dengan kata lain dapt
diketahui hasil belajar yang dicapai para siswa.
2) Untuk mengetahui keefektifan proses belajar mengajar yang
telah dilakukan guru, dengan fungsi ini guru dapat mengetahui
berhasil tidaknya guru mengajar. Rendahnya hasil belajar yang
dicapai siswa tidak semata-mata disebabkan kemampuan siswa
tetapi juga bisa disebabkan kurang berhasilnya guru mengajar.
Melalui penilaian berarti menilai kemampuan guru itu sendiri
dan hasinya dapat dijadikan bahan dalam memperbaiki
usahanya yakni tindakan mengajar berikutnya.
Adapun standar yang digunakan dalam penilaian prestasi belajar ( PP

RI No.19 tahun 2005),tiga diantaranya adalah :

a. Penilaian hasil belajar oleh pendidik


b. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan
c. Penilaian hasil belajar oleh pemerintah
Sedangkanbentuk dari penilaian hasil belajar oleh
pendidik diantaranya :

a. Ulangan harian
b. Ulangan tengah semester
c. Ulangan akhir semester
d. Ulangan kenaikan kelas
Prestasi merupakan suatu pengetahuan dan kecakapan yang diperoleh

siswa dengan usaha secara sadar setelah melalui poses belajar. Prestasi dapat

diukur dengan menggunakan tes dalam periode tertentu untuk mengetahui

kemampuannya setelah melakukan suatu kegiatan belaar. Tes ini bersifat

tidak tetap, sewaktu-waktu dapat berubah tergantung pada situasi dan kondisi

peserta tes. Dengan demikian prestasi belajar dapat diartikan sebagai tingkat

kemampuan aktual yang diukur berupa penugasan sikap, keterampilan

sebagai proses belajar mengajar di sekolah.

3. Faktor – Faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar

Terdapat beberapa hal atau faktor-faktor yang mempengaruhi

pencapaian prestasi belajar. Menurut Slameto (2003:54), faktor-faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua, yaitu faktor

intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri

individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang

ada di luar individu. Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui bahwa

prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:

a. Faktor Intern
Dalam faktor intern ada 3 hal, yaitu:
1) Faktor jasmaniah dibagi menjadi dua, yaitu:
a). Kesehatan, sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan
beserta bagian-bagiannya/ bebas dari penyakit.
b). Cacat tubuh, sesuatu yang menyebabkan kurang baik/
kurang sempurna mengenai tubuh/ badan.
2) Faktor psikologis
Faktor psikologis yang dapat mempengaruhi prestasi belajar
antara lain adalah inteligensi, perhatian, minat, bakat,
kematangan, kecakapan, sikap, kebiasaan, motivasi, disiplin dan
partisipasi.
3) Faktor kelelahan
Kelelahan bisa berupa kelelahan jasmani maupun kelelahan
rohani.Agar siswa dapat belajar dengan baik sehingga hasil atau
prestasinya memuaskan, harus dihindari jangan sampai terjadi
kelelahan dalam belajarnya.
b. Faktor Ekstern
Faktor ekstern juga dibagi menjadi tiga faktor, yaitu:
1) Faktor keluarga siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari
keluarga berupa cara orangtua mendidik, relasi antar anggota
keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.
2) Faktor sekolah faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini
mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa,
relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu
sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan
tugas rumah.
3) Faktor masyarakat, pengaruh ini terjadi karena keberadaan siswa
dalam masyarakat. Kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media,
teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat, yang semuanya
mempengaruhi belajar (Slameto, 2003:54-55).

Prestasi belajar ditentukan oleh proses belajar mengajaryang telah

berlangsung. Secara tidak langsung, hasil belajar mampu memberian suatu

pesan tentang proses belajar mengajar yang telah berlangsung sehingga

faktor-faktor mempengaruhi pembelajaran juga akan

mempengaruhi prestasi belajar. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari

individu (faktor internal) maupun dari luar individu (faktor eksternal).

Yang tergolong faktor dari individu (faktor internal) adalah :


a. Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaaan amupun yang

diperoleh. Yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan,

pendengaran, struktur tubuh dan sebagainya.

b. Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang

diperoleh terdiri atas :

1) faktor intelektif

a) faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat

b) faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki

2) faktor non-intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti

sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian

diri (Abu Ahmadi, 2004 :138).

Menurut Muhibbin Syah (2007 :144), secara global faktor-faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat dibedakan menjadi :

a. faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan atau kondisi

jasmani dan rohani siswa meliputi,

1) aspek psikologis antara lain: tingkatecerdasan siswa, sikap siswa,

bakat siswa, minat siswa dan motivasi siswa

2) aspek fisiologis antara lain: kondisi fisik, kesehatan jasmani, dan

kondisi panca indera.


b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni lingkungan disekitar

siswa meliputi :

1) Lingkungan sosial antara lain : guru, keluarga,


staf

administrasi, dan teman sekelas


2) Lingkungan non sosial antara lain : kondisi gedung sekolah,

rumah tempat tinggal keluarga siswa, alat-alat belajar, kedaan

cuaca dan waktu belajar yang digunakan

c. Faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar siswa yang

meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk

melakukan kegiaan pembelajaran materi-materi pelajaran.

Dari uraian diatas, dapat dilihat bahwa pada kenyataannya prestasi

belajar merupakan sesuatu hal yang kompleks, hal ini disebabkan karena

faktor-faktor yang mempengaruhinya juga sangat kompleks.

Menurut Arden N fransen (Sumadi Suryabrata, 2006 : 236)

faktofaktor psikologis yang mempengaruhi seseorang untuk belajar adalah :

a. Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas
b. Adanya sifat yang kreatif yang ada pada sifat manusia dan keinginan
untuk selalu maju
c. Adanya keinginan untuk mendapat simpatik dari orang tua, guru dan
teman- teman
d. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan dengan usaha yang
baru, baik kooperatif maupun kompetisi
e. Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai
pelajaran
f. Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari pada belajar.
Wasty Soemanto (2006 : 113 – 121), mengemukakan bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar terdiri dari tiga hal

yaitu faktor stimuli, faktor metode belajar, dan faktor individual.

1) Faktor stimuli belajar yaitu panjangnya bahan pelajaran, kesulitan

bahan pelajaran, beratnya bahan pelajaran, berat ringannya tugas,

dan suasana lingkungan eksternal.

2) Faktor–faktor metode belajar yaitu kegiatan berlatih dan praktik

over learning atau drill, prestasi selama belajar, pengenalan

tentang hasil–hasil belajar, belajar dengan keseluruhan, dan

dengan bagian–bagian, penggunaan modal indra, penggunaan

dalam belajar, bimbingan dalam belajar,

kondisi–kondisi intensif.

3) Faktor–faktor individual yaitu kematangan, faktor usia,

kronologis, faktor perbedaan jenis kelamin, pengalaman

sebelumnya, kapasitas mental , kondisi kesehatan jasmani, kondisi

kesehatan rohani, dan motivasi.

Menurut Muhibbin Syah (2007: 132) faktor–faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar dapat dikelompokan menjadi tiga macam yaitu

a. Faktor internal (dari dalam diri siswa)


b. Faktor eksternal (dari luar diri siswa) yaitu kondisi lingkungan di
sekitar siswa
c. Faktor pendekatan belajar yaitu jenis upaya belajar siswa yang
meliputi strategi dan metode yang digunakan untuk melakukan
kegiatan pembelajaran materi pembelajaran.

Pendapat Abu Ahmadi (2004: 138) juga menyebutkan faktorfaktor

internal dan eksternal yang memepengaruhi prestasi belajar, yaitu yang

tergolong dari dalam individu (faktor interal) adalah:

a. Faktor jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun


yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan,
pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya.
b. Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang
diperoleh, terdiri atas:
1) Faktor intelektif:
a) Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat
b) Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang dimiliki
2) Faktor non-intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu
seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi,
penyesuaian diri.
c. Faktor kematangan fisik maupun psikis.
d. Faktor lingkungan spiritual dan keamanan.
Yang tergolong dari faktor luar individu (faktor eksternal) adalah:

a. Faktor sosial yang terdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan


sekolah, lingkungan masyarakat, lingkungan kelompok.
b. Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi,
kesenian.
c. Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar,
iklim.
Menurut Ngalim Purwanto (2007: 107), faktor-faktor

yang mempengaruhi prestasi belajar adalah :

1) Faktor dari dalam diri individu


Terdiri dari faktor fisiologis. Faktor fisiologis adalah kondisi
jasmani dan kondisi panca indera. Sedangkan faktor psikologis
yaitu bakat, minat, kecerdasan, motivasi berprestasi dan
kemampuan kognitif.
2) Faktor dari luar individu
Terdiri dari faktor lingkungan dan faktor instrumental. Faktor
lingkungan yaitu lingkungan sosial dan lingkungan alam.
Sedangkan faktor instrumental yaitu kurikulum, bahan, guru,
sarana, administrasi, dan manajemen.

Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (1991: 30) prestasi

belajar yang dicapai individu merupakan hasil interaksi antara berbagai

faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut adalah :

1) Faktor internal, meliputi :


a)
Faktor jasmaniah
b)
Faktor psikologi
c)
Faktor intelektual meliputi faktor potensi dan kecakapan
nyata
d) Faktor non intelektual yaitu unsur-unsur kepribadian
tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan,
motivasi, emosi dan penyesuaian diri
2) Faktor eksternal, meliputi :
a) Faktor sosial terdiri atas
(1) lingkungan keluarga
(2) lingkungan sekolah
(3) lingkungan masyarakat
(4) kelompok
b) Faktor budaya, seperti
(1) adat istiadat
(2) ilmu pengetahuan
(3) teknologi dan
(4) kesenian
c) Faktor lingkungan seperti
(1) fasilitas rumah
(2) fasilitas belajar
(3 iklim
3) Faktor lingkungan spiritual dan keamanan
Sedangkan menurut Conny Semiawan (2008: 10) faktor-faktor lain

yang mempengaruhi prestasi belajar anak adalah:

1) Pemenuhan kebutuhan psikologis


Pemenuhan kebutuhan dalam perkembangan ini banyak
tergantung dari cara lingkungannya berinteraksi dengan
dirinya. Pendidikan secara potensial berakar dari pergaulan
biasa, khususnya antara orang tua dan anak didik. Jadi, setiap
pergaulan tersebut adalah suatu lapangan yang memiliki
kemungkinan kesiapan untuk berubah menjadi situasi
pendidikan dimana mendidik dilandasi oleh nilai moral
tertentu dan mengacu pada perwujudan potensi bakat tertentu,
yaitu suatu tindakan untuk memenuhi tuntutan kebutuhan
psikologis.
2) Intelegensi, emosi, dan motivasi
Keberhasilan belajar sangat ditentuksn oleh kemampuan
kognitif, tetapi ternyata faktor nonkognitif (yaitu antara lain
motivasi, emosi) tidak kalah penting, bahkan mempengaruhi
tingkat kinerja serta lingkungan, maupun perkembangan
dirinya sendiri.
3) Pengembangan kreativitas
Pembelajaran yang mengendalikan fungsi kedua belahan otak
secara harmonis akan banyak membantu anak berprakarsa
mengatasi dirinya, meningkatkan prestasi belajar sehingga
mencapai kemandirian dan mampu menghadapi berbagai
tantangan.
Hisbullah Thabrany (1997: 5) menyatakan bahwa “keberhasilan

siswa dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain kecerdasan, motivasi,

konsentrasi, kesehatan jasmani, ambisi dan tekad, lingkungan, cara belajar,

perlengkapan dan sifat-sifat negatif yang dimiliki siswa”. Dalam proses

belajar siswa terdapat banyak sekali faktor–faktor yang mempengaruhinya,

baik faktor dari dalam maupun dari luar siswa. Hal tersebut dapat dilihat

dari beberapa pedapat yang telah di kemukakan oleh beberapa ahli. Dari
beberapa ahli tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor–faktor

yang mempengaruhi hasil belajar yaitu :

a. Faktor internal

Faktor ini terdiri dari faktor fisiologis dan faktor psikologis.

Faktor fisiologis yaitu faktor yang berkaitan dengan aspek jasmaniah

atau fisik dari tubuh siswa yang sedang belajar. Adapun aspek dari

faktor jasmani tersebut yaitu aspek kesehatan jasmani. Sedangkan

faktor yang berkaitan dengan faktor psikologis yaitu faktor yang

berkaitan dengan aspek kesehatan rohaniah dari siswa yang

melaksanakan belajar itu sendiri, adapun aspek-aspek tersebut antara

lain aspek motivasi belajar siswa, intelegensi atau tingkat kecerdasan

yang dimiliki oleh masing– masing siswa, bakat yang dimiliki dalam

melaksanakan pembelajaran, kemampuan konitif, keinginan belajar,

kemampuan siswa dalam mengolah dan menggali bahan dan hasil

belajar, mempunyai rasa percaya diri, sikap yang jujur, dan

mempunyai prestasi yang cukup bisa

diandalkan dan dipertanggungjawabkan.


b. Faktor eksternal

Faktor ekternal ialah faktor yang berkaitan dengan lingkungan

sekitar atau faktor di luar dari siswa, faktor–faktor ekternal yang dapat

mempengaruhi prestasi belajar antara lain adalah faktor keluarga,

masyarakat, dan sekolah. Faktor keluarga diantaranya meliputi cara

orang tua dalam mendidik anak–anaknya, relasi keluarga, suasana


rumah, kondisi ekonomi keluarga, pengertian orang tua terhadap anak,

dan latar kebudayaan yang dimiliki oleh orang tua. Adapun faktor

yang berkaitaan dengan sekolah adalah meliputi metode mengajar

guru di kelas, kurikulum sekolah, relasi guru dan siswa, serta siswa

dengan siswa, tingkat kedisiplinan sekolah, kepatuhan pada

peratuaran sekolah pelajaran dan waktu dalam melaksanakan

pembelajaran, materi yang disampaikan sesuai dengan silabus dan

kurikulum, letak sekolah dan sarana serta prasarana yang memadai

sehingga tercapai kondisi sekolah yang kondusif, metode belajar yang

dimiliki oleh siswa, tugas rumah yang diberikan oleh guru.

4. Fungsi Prestasi Belajar

Sepanjang rentang kehidupannya, manusia pasti mengejar suatu

prestasi atau hasil dari usaha yang telah dilakukannya. sesuai dengan tingkat

kemampuan masing-masing. Mengejar sesuatu yang akan memberikan

kepuasan tertentu pada diri manusia. Baik prestasi dalam pekerjaan, maupun

prestasi dalam bidang akademik, khususnya yang berada di lingkungan

sekolah. Prestasi tersebut tentunya mampu memberi manfaat bagi yang

meraihnya.

Adapun fungsi dari prestasi belajar (Zainal Arifin, 1990: 3) yaitu:

1. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan


yang telah dikuasai anak didik.
2. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.
3. Prestasi belajar sebagai informasi dalam inovasi pendidikan.
4. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi
pendidikan.
5. Prestasi belajar sebagai indikator terhadap daya serap ( kecerdasan )
anak didik.
Zainal Arifin (1990: 4) juga mengemukakan kegunaan prestasi belajar

diantaranya :

a. Sebagai umpan balik bagi pendidik dalam mengajar.


b. Untuk keperluan diagnostik.
c. Untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan.
d. Untuk keperluan penempatan dan penjurusan.
e. Untuk menentukan isi kurikulum.
f. Untuk menentukan kebijaksanaan sekolah.
Mengingat betapa pentingnya fungsi dan kegunaan dari prestasi

belajar, maka siswa diharapkan untuk selalu berusaha mencapai prestasi

belajar yang seoptimal mungkin.

2.3 Kerangka berpikir

LINGKUNGAN BELAJAR(X1)
prestasi belajar(y)
MANAJEMEN WAKTU(X2)

Dari gambar tersebut dapat dijelaskan bahwa penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh
variabel lingkungan belajar dan manajemen waktu(X1,X2) mempengaruhi variabel prestasi belajar
(Y) secara simultan.

Anda mungkin juga menyukai