Anda di halaman 1dari 3

hutbah Pertama Sementara jutaan yang lain sedang membentuk lautan manusia di tanah suci

Makkah, menjadi sebuah panorama menakjubkan yang menggambarkan


eksistensi manusia di hadapan kebesaran Rabb Yang Maha Agung. Mereka
serempak menyatakan kesediaannya untuk memenuhi panggilan-Nya;
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
“Labbaiika Allaahumma labbaik, labbaika laa syariika laka labbaiik. Innal
‫ َاْش َه ُد َأْن َال ِإَلَه ِإَّال ُهللا َو ْح َدُه َال َش ِر ْي َك َلُه َاَّلِذْى َه دَاَن ا‬. ‫َاْلَح ْمُد ِهلل َلُه اْلُم ْلُك َو َلُه اْلَح ْمُد َو ُه َو َع َلى ُك ِّل َش ْي ٍء َق ِدْي ٍر‬
hamda wan ni’mata laka wal mulk laa syariika lak.”
‫ َو َأْش َه ُد َأَّن ُم َح َّمدًا َع ْبُدُه َو َر ُسْو ُلُه َاَّلِذْى َب َلَغ الِّر َس اَلِة‬. ‫َو َأْن َع َم َن ا ِباِإلْس َالِم َو َأَمَر َن ا ِباْلِج َهاِد َو َن َّو َر ُقُلْْو َب َن ا ِباْلِك َت اِب اْلُم ِنْي ِر‬
‫ َالَّلُهَّم َص ِّل َو َس ِّلْم َع لَى َه ذَا الَّن ِبِّي ْالَك ِر ْي ِم ُم َح َّم ُد ْبُن َع ْبِد هللا َو َع لَى آِلِه َو َأْص َح اِبِه‬.‫َو َأَّدى ْاَألَم اَن ِة َو َن َص َح ْاُألَّمِة‬ Sesungguhnya apa yang dipancangkan oleh Nabi Ibrahim itu adalah sebuah
‫ َي اَأُّيَه ا اَّلِذيَن َء اَم ُنوا اَّتُقوا َهَّللا َو َءاِم ُنوا ِبَر ُسوِلِه ُيْؤ ِتُك ْم ِك ْف َلْي ِن ِمْن َر ْح َمِتِه َو َي ْج َع ْل َلُك ْم ُنوًر ا َت ْم ُشوَن ِبِه َو َي ْغ ِفْر‬. ‫َأْج َم ِعْي َن‬ momentum sejarah yang menentukan perjalanan hidup manusia sampai
‫َلُك ْم َو ُهَّللا َغ ُفوٌر َر ِحيٌم‬. sekarang ini. Ia menghendaki sebuah masyarakat ideal yang bersih; yang
merupakan refleksi otentik interaksinya dengan sistem kepercayaan, nilai-
Ma’asyiral Muslimin wa Zumrotal Mukminin Rahimakumulloh!
nilai luhur, dan tata aturan (syariat) yang telah menjadi dasar kehidupan
Ribuan tahun yang lalu, di tanah kering dan tandus, di atas bukit-bukit bersama.
bebatuan yang ganas, sebuah cita-cita universal ummat manusia
Ibrahim adalah suri tauladan abadi. Ketundukannya kepada sistem
dipancangkan. Nabi Ibrahim 'Alaihi As-Salaam, Abu al-Millah, telah
kepercayaan, nilai-nilai dan tata aturan ilahiah selalu menjadi contoh yang
memancangkan sebuah cita-cita yang kelak terbukti melahirkan peradaban
hidup sepanjang masa. “Ketika Allah berfirman kepadanya, “Tunduk patuhlah
besar. Cita-cita kesejahteraan lahir dan batin. Suatu kehidupan yang aman,
(Islamlah),” maka ia tidak pernah menunda-nundanya walau sesaat, tidak
tenteram, dan sentosa dan secara materi subur dan makmur.
pernah terbetik rasa keraguan sedikit pun, apa lagi menyimpang. Ia
‫َّث‬ ‫َأ‬ ‫ْذ‬ menerima perintah itu dengan seketika dan dengan penuh ketulusan.
‫َو ِإ َقاَل ِإْب َر اِهيُم َر ِّب اْج َع ْل َه َذ ا َب َلًد ا َءاِم ًن ا َو اْر ُزْق ْه َلُه ِمَن ال َمَر اِت َم ْن َء اَمَن ِم ْن ُهْم ِباِهَّلل َو اْلَي ْو ِم ْاآلِخ ِر‬
‫َقاَل َو َم ْن َكَفَر َفُأَم ِّت ُعُه َق ِليًال ُثَّم َأْض َط ُّر ُه ِإَلى َع َذ اِب الَّن اِر َو ِبْئ َس اْلَمِص يُر‬. Atas dasar itulah beliau wariskan Islam dan sikap ketundukan kepada-Nya
untuk anak cucu sepeninggalnya, untuk generasi berikutnya sampai akhir
''Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdo`a: Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini
masa. Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah 132:
negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezki dari buah-buahan kepada
penduduknya yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari
‫َو َو َّصى ِبَه ا ِإْب َر اِهيُم َبِنيِه َو َي ْع ُقوُب َي اَبِنَّي ِإَّن َهَّللا اْص َط َفى َلُك ُم الِّد يَن َفَال َت ُموُتَّن ِإَّال َو َأْنُتْم ُمْس ِلُموَن‬
kemudian. Allah berfirman: "Dan kepada orang yang kafirpun Aku beri
kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan “Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian
itulah seburuk-buruk tempat kembali". (QS, al-Baqarah: 126) pula Ya`qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah
memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam
Pada hari ini ratusan juta manusia, dari berbagai etnik, suku, dan bangsa di
memeluk agama Islam". Wahai anak-anakku! Sesungguhnyaa Allah telah
seluruh penjuru dunia, mengumandangkan takbir, tahmid, dan tahlil, sebagai
memilih agama ini bagimu!”
refleksi rasa syukur dan sikap kehambaan mereka kepada Allah SWT.
Allahu Akbar 3x Allahu Akbar wa lillahi al-hamd Jamaa’ah Shalat Idul Adha Rahimakumullah!

Hari raya Idul Adha juga merupakan hari raya istimewa karena dua ibadah Andaikan Ibrahim manusia yang lemah, tentu akan sulit untuk menentukan
agung dilaksanakan pada hari raya ini yang jatuh di penghujung tahun pilihan. Salah satu diantara dua yang memiliki keterikatan besar dalam
hijriyah, yaitu ibadah haji dan ibadah qurban. Qurban yang berasal dari kata hidupnya; Allah atau Isma’il. Berdasarkan rasio normal, boleh jadi Ibrahim
“qaruba-qaribun” yang berarti dekat. Jika posisi seseorang jauh dari Allah, akan lebih memilih Ismail dengan menyelamatkannya dan tanpa
maka dia akan mengatakan lebih baik bersenang-senang keliling dunia menghiraukan perintah Allah tersebut. Namun ternyata Ibrahim adalah sosok
dengan hartanya daripada pergi ke Mekah menjalankan ibadah haji. hamba pilihan Allah yang siap memenuhi segala perintah-Nya, dalam bentuk
apapun. Ia tidak ingin cintanya kepada Allah memudar karena lebih mencintai
Namun bagi hamba Allah yang memiliki kedekatan dengan Rabbnya dia putranya. Akhirnya ia memilih Allah dan mengorbankan Isma’il yang akhirnya
akan mengatakan “Labbaik Allahumma Labbaik” – lebih baik aku memenuhi menjadi syariat ibadah qurban bagi umat nabi Muhammad SAW.
seruanMu ya Allah…Demikian juga dengan ibadah qurban. Seseorang yang
jauh dari Allah tentu akan berat mengeluarkan hartanya untuk tujuan ini. Karena itu, dengan melihat keteladanan berqurban yang telah ditunjukkan
Namun mereka yang posisinya dekat dengan Allah akan sangat mudah untuk oleh seorang Ibrahim, apapun Isma’il kita, apapun yang kita cintai,
mengorbankan segala yang dimilikinya semata-mata memenuhi perintah qurbankanlah manakala Allah menghendaki. Janganlah kecintaan terhadap
Allah. isma’il-isma’il itu membuat kita lupa kepada Allah. Tentu, negeri ini sangat
membutuhkan hadirnya sosok Ibrahim yang siap berbuat untuk
Mencapai posisi dekat “Al-Qurban/Al-Qurbah” dengan Allah tentu bukan kemaslahatan orang banyak meskipun harus mengorbankan apa yang
merupakan bawaan sejak lahir. Melainkan sebagai hasil dari latihan (baca: dicintainya.
mujahadah) dalam menjalankan apa saja yang diperintahkan Allah SWT.
Ma’asyirol muslimin wa zumrotal mukminin rahimakumullah!
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.
Kita juga sadar bahwa kita berhutang budi dalam memanfaatkan negeri ini
Dalam ibadah qurban, kembali Nabi Ibrahim tampil sebagai manusia pertama kepada orang tua generasi pendahulu, para perintis dan mereka yang telah
yang mendapat ujian pengorbanan dari Allah SWT. Ia harus menunjukkan berjasa untuk itu. Kita juga berhutang budi dalam masalah aqidah dan agama
ketaatannya yang totalitas dengan menyembelih putra kesayangannya yang yang kita banggakan ini, kepada generasi salaf saleh yang menanggung
dinanti kelahirannya sekian lama. bermacam kesulitan dan derita dalam mempertahankan risalah ini pada
masa pertamanya, dan yang telah mengorbankan harta dan jiwa mereka
''Maka tatkala anak itu sudah berumur baligh, Ibrahim berkata: “Hai anakku
menghadapi musuh-musuh Islam untuk menyampaikan agama ini kepada
sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka
orang-orang setelah mereka, mereka pula yang telah menghilangkan banyak
fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: ''Hai bapakku, kerjakanlah apa
rintangan yang disebarkan oleh para pencela, pengingkar dan pendusta
yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk
agama ini.
orang-orang yang sabar.''
Demikian sungguh pelajaran yang sangat berharga. Kita selaku generasi
masa kini telah berhutang budi kepada generasi-genersai sebelumnya dalam
seluruh apa yang kita ni`mati saat ini sebagai hasil dari pengorbanan,
perjuangan dan sikap mereka yang mendahulukan kepentingan orang lain.
Maka sepatutnyalah jika kita melanjutkan rangkaian pengorbanan mereka itu
sehingga kita dapat menyampaikan keni`matan ini kepada generasi
berikutnya seperti yang telah dilakukan oleh generasi sebelum kita.

Disini hari raya Idul Adha kembali hadir untuk mengingatkan kita akan
ketinggian nilai ibadah haji dan ibadah qurban yang sarat dengan pelajaran
kesetiakawanan, ukhuwwah, pengorbanan dan mendahulukan kepentingan
dan kemaslahatan orang lain. Semoga akan lahir keluarga-keluarga Ibrahim
berikutnya dari bumi tercinta Indonesia ini yang layak dijadikan contoh
teladan dalam setiap kebaikan untuk seluruh umat.

‫ ِبْس ِم ِهللا الَّر ْح َم ِن الَّر ِحْيم‬.‫َأُعْو ُذ ِباِهلل ِمَن الَّش ْي َط اِن الَّر ِج ْيم‬.

‫ ِإَّن َش اِنَئ َك ُه َو ْاَألْب َت ُر‬. ‫ َف َص ِّل ِلَر ِّب َك َو اْن َح ْر‬. ‫ِإَّنا َأْع َط ْي َن ا َك اْلَك ْو َث ِر‬.

Anda mungkin juga menyukai