Anda di halaman 1dari 2

Assalamualaikum waraḥmatullāhi wa barakātuh

Bapak, ibu, dan saudara-saudara saya terhormat. Semoga kita semua dalam keadaan
sehat di manapun berada.

Teater Camp
Setelah wabah menyuruk kehidupan tiga tahun belakangan, kehidupan sosial-budaya-
ekonomi-politik, berubah. Bahkan sampai hari ini, masa pemulihan total dari pandemi,
perubahan itu masih terasa dalam hampir semua lini kehidupan. Upaya stimulasi telah
dilakukan berbagai pihak guna mendukung kebangkitan pasca-pandemi. Namun melihat
geliat kaum muda di kota Garut, stimulasi itu berada pada ranah yang jarang diperhatikan,
yakni berkesenian.
Mendengar kata teater camp, asosiasi paling sederhana yang muncul dalam pikiran
adalah acara camping yang dilakukan bersama pada suatu tempat sambil belajar atau bermain
teater. Tentu saja, teater sebagai seni pertunjukan yang dimaksud adalah teater sebagai
“hiburan”. Sementara dalam bahasa anak muda, camping adalah salah satu bentuk healing,
ditambah teater yang berasosiasi kuat sebagai bentuk hiburan juga. Kaitannya dengan pasca-
pandemi jelas, logika kausalitas akan mengantarkan makna teater camp sebagai euforia anak
muda pasca-pandemi, saja! Meski ternyata, kesimpulan ini sangat simplifikatif, mereduksi
gagasan besar di balik istilah teater camp.

Pendidikan Kesenian dan Kepekaan Diri


Para hadirin yang semoga selalu berbahagia.
Modernisme, pencapaian teknologi informasi dan hantaman pandemi cukup
mempengaruhi psikososial masyarakat. Salah satu akibatnya, egoisme dan individualisme
semakin menguat. Pendidikan formal seperti sekolah dan kampus, sedikit-banyak berperan
dalam meminimalisir akibat-akibat itu, meski sangat terbatas. Apalagi bagi beberapa sekolah
atau kampus yang masih meneruskan sistem belajar online. Pengalaman memahami didikan
serta berinteraksi secara intens baik dengan sesama atau lingkungan, begitu saja terkurangi
porsinya. Padahal setiap orang membutuhkan proses simultan internal dan eksternal, yang
berurusan dengan sisi privat, refleksi dan ekspresi diri dalam keterlibatannya dengan dunia.
Proses simultan itu bukan pendidikan formal yang kaya akan sekat, sistem dan seremoni.
Namun proses itu akan secara maksimal menjelma dalam wujud berkesenian yang
membebaskan.
Pendidikan memposisi diri dalam dunia yang mengalami perubahan sangat cepat
bahkan tidak menentu, membutuhkan sarana yang tidak biasa. Terjebak pada cara dan sarana
yang itu-itu saja, memungkinkan sebuah pengetahuan tersampaikan, namun belum tentu
dibarengi kesadaran dasar tentang posisi diri, sebagai tunas kepekaan diri. Peka terhadap
realitas sejarah yang membentuk dan mempengaruhi diri, mulai dari keluarga, lingkungan,
tetangga, sampai lokus kota Garut dan Indonesia seluruhnya. Seni pertunjukan teater tidak
menjamin itu semua. Tapi menawarkan pengalaman dan kesadaran belajar bersama dalam
diskursus itu semua guna menemukan alternasi-alternasi pemikiran dan tindakan menghadapi
realitas, berdasar nilai kemanusiaan paling luhur: cinta kasih.

Teater Camp: Pendidikan Alternatif Kaum Muda


Lebih dari sekadar hiburan, teater memiliki fungsi sentral sebagai ruang pendidikan
alternatif. Mengapa pendidikan alternatif itu penting melalui ruang bernama teater?
Jawabannya, selain soal pengalaman, kesadaran dan pemikiran-pemikiran—seperti sudah
diutarakan—teater berkemampuan memberi keberanian untuk berekspresi melalui tubuh.
Dalam tumpukan sampah ekspresi di balik kedok media sosial, keberanian ekspresi melalui
tubuh adalah suatu yang mahal. Keberanian ekspresi melalui tubuh, muskil terwujud tanpa
refleksi dan pengenalan tubuh sendiri. Sedangkan menurut orang bijak “Barang siapa
mengenal dirinya maka dia akan mengenal Tuhannya.”
Demikianlah, semoga kegiatan teater camp ini menjadi pilot project bagi anak muda di
kota lain di Indonesia. Khusus bagi kaum muda di Garut, semoga mampu menjadikan teater
camp benar-benar sebuah ruang baru pendidikan alternatif yang mencerahkan dan
menginspirasi. Terima kasih atas segala perhatiannya.
wassalamualaikum waraḥmatullāhi wa barakātuh

Anda mungkin juga menyukai