Anda di halaman 1dari 21

KEBIJAKAN AKSESIBILITAS TRANSPORTASI DI KOTA YOGYAKARTA

Disusun Oleh :

Gavin Nayottama Rizky Suryandaru

072111133108

ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2024
PENDAHULUAN

Pertumbuhan penduduk wilayah DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta) dari tahun ke

tahun mengalami peningkatan. Hal tersebut tentu berdampak pada beberapa aspek kehidupan,

salah satunya transportasi. Berdasarkan data BPS Provinsi DIY tahun 2023 tercatat jumlah

penduduk mencapai angka 4.073.907 jiwa dengan jarak tempuh penduduknya mencapai

angka 1.555 km/ per orang. Pertumbuhan penduduk terus mengalami peningkatan dari waktu

ke waktu. Mobilitas penduduk Yogyakarta juga mengalami peningkatan, jarak yang ditempuh

semakin jauh per harinya. Kedua hal tersebut memicu kemacetan yang ada. Pemerintah

setempat memberikan solusi dengan menyediakan layanan transportasi umum guna menekan

angka kemacetan yang ada. Namun masih menuai banyak kendala, seperti rute yang kurang

merata, waktu tempuh yang lama, fasilitas yang kurang terawat, dsb. Karena keluhan-keluhan

tersebut masyarakat setempat banyak yang kembali menggunakan kendaraan pribadi karena

dianggap lebih efisien. Dari kondisi tersebut dapat dilihat ada ketidaksetaraan antar

transportasi yang ada di Kota Yogyakarta.

Banyaknya kekurangan dari transportasi umum yang akhirnya membuat masyarakat

memilih menggunakan kendaraan pribadi, justru memperparah kemacetan lalu lintas, serta

dapat menimbulkan ketidaksetaraan bagi masyarakat yang tidak memiliki kendaraan pribadi.

Dimana hal ini dapat dibuktikan melalui data yang diterbitkan oleh Dinas Perhubungan

Yogyakarta, pada tahun 2019 dimana jumlah kendaraan bermotor di Kota Yogyakarta Telah

mencapai 760.450 unit. Berangkat dari hal tersebut, penting untuk dilakukan, dikarenakan

peningkatan yang signifikan dalam hal jumlah kendaraan bermotor yang menyebabkan

kemacetan sehingga dapat memperburuk aksesibilitas transportasi di Kota Yogyakarta.

Dalam penelitian ini dilakukan identifikasi masalah-masalah yang ada dalam sistem

transportasi kota serta mengulas adanya ketidaksetaraan yang terjadi dalam moda transportasi
publik di Kota Yogyakarta dengan cara mengkomparasikan antara moda transportasi publik

plat merah dengan plat kuning. Moda transportasi umum dengan plat merah dan plat kuning

memiliki perbedaan dalam hal rute dan tarif, dimana transportasi umum plat merah memiliki

tarif yang lebih murah atau terjangkau dibandingkan transportasi umum dengan plat kuning.

Namun kedua moda transportasi umum tersebut memiliki perlakuan yang berbeda dari

pemerintah, biasanya regulasi dari pemerintah cenderung menyejahterakan transportasi plat

merah, dimana hal ini berkaitan dengan jangkauan rute, tarif, hingga fasilitas pendukung

transportasi.

Yogyakarta mampu menyajikan sebuah transportasi yang memiliki kemudahan

dalam penggunaan nya. Selain itu, hal ini juga didukung dengan adanya sebuah kerjasama

yang baik juga. Salah satu layanan fasilitas transportasi umum yang dapat dilihat yakni Bus

Trans Jogja. Bus Trans Jogja dapat dikatakan efektif mendukung mobilitas masyarakat di

Yogyakarta dengan menyediakan fasilitas transportasi umum yang vital. Walaupun pelayanan

di Trans Jogja secara keseluruhan dinilai sangat baik, namun perlu adanya peningkatan

dalam hal informasi mengenai Trans Jogja dan aksesibilitas fasilitas khususnya bagi

penyandang disabilitas. Penelitian ini terlalu fokus pada solusi permasalahan yang ada pada

pemerintah, sehingga kurang memperhatikan sudut pandang dari masyarakat.

TEORI

1. Konsep Kebijakan

Kebijakan merupakan rangkaian kegiatan/tindakan yang diusulkan oleh

seseorang, kelompok maupun oleh pemerintah dimana terdapat hambatan dalam suatu

lingkungan tertentu dan adanya kesempatan terhadap pelaksanaan usulan

kebijaksanaan tersebut dalam rangka untuk mencapai tujuan tertentu (Federick dalam

Agustino, 2008). Selanjutnya Hoogerwerf dalam Sjahrir mengatakan jika pada


hakekatnya kebijakan adalah semacam jawaban dari sebuah masalah, dan merupakan

upaya yang dilakukan untuk memecahkan, mengurangi, mencegah suatu masalah

dengan cara-cara tertentu, seperti dengan tindakan yang terarah. Dalam penelitian ini,

kebijakan yang dimaksud adalah, penyediaan transportasi umum untuk mengurangi

angka kemacetan di Kota Yogyakarta seperti yang diatur dalam Peraturan Daerah

Kota Yogyakarta Nomor 1 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan. Peraturan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan

transportasi umum dan mengendalikan penggunaan kendaraan pribadi.

2. Konsep Pemerintah

Pemerintah mengandung arti lembaga atau organisasi yang menjalankan

kekuasaan pemerintahan (Napitupulu, 2012). Pemerintah melakukan beberapa fungsi,

seperti pengaturan (membuat peraturan perundang undangan yang mengatur

hubungan dalam masyarakat), pemberdayaan (meningkatkan peran serta masyarakat

dalam kegiatan pembangunan pemerintahan), dan pelayanan (melaksanakan segi

kehidupan dan penghidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara). Sedangkan

Pemerintah Daerah merupakan organisasi yang mengatur segala urusan pemerintahan

berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.

3. Konsep Swasta

Sektor swasta merupakan sebuah badan usaha milik perorangan atau tidak

dalam jangkauan pemerintah. Sektor swasta memiliki hak untuk menentukan modal

dan laba sendiri, tanpa ketentuan dari pemerintah. Dalam bidang transportasi sektor

swasta berperan sebagai penyelenggara transportasi umum yang dikuasai yang

perorangan atau individu untuk masyarakat di Kota Yogyakarta.

4. Konsep Masyarakat
Menurut pendapat Soerjono Soekanto, masyarakat merupakan sistem hidup

bersama yang memunculkan kebudayaan dan keterkaitan satu sama lain, dimana

berbagai pola tingkah laku yang khas menjadi pengikat satu kesatuan manusia dan

bersifat berkelanjutan. Dalam permasalahan transportasi di Kota Yogyakarta

masyarakat memiliki peranan penting sebagai aktor yang bersangkutan secara

langsung, dari tanggapan terhadap permasalahan yang ada sampai sudut pandang

masyarakat terkait solusi yang telah diberikan apakah sudah cukup solutif atau kah

belum.

PEMBAHASAN

Kota Yogyakarta dengan segala kompleksitas penduduknya, berkaitan dengan

sesaknya perkotaan yang berakibat pada munculnya kemacetan pada berbagai wilayah

Kota Yogyakarta. Terlebih Kota Yogyakarta termasuk perkotaan dengan pendatang yang

cukup tinggi karena kedatangan dari wisatawan domestik maupun internasional, adapun

kota ini yang disandang sebagai kota pendidikan sehingga setiap tahun menerima

kedatangan dari para mahasiswa baru dari berbagai wilayah di Indonesia. Oleh karenanya

kelompok kami memiliki perhatian khusus terhadap fenomena ini, sehingga kami

melakukan penelitian melalui metode wawancara secara mendalam terhadap para

narasumber dengan latar belakang profesi dan keahlian terhadap bidang transportasi

perkotaan, sekaligus kami melakukan observasi dengan cara turun lapangan untuk

memahami kondisi riil yang ada. Penelitian ini juga memiliki perhatian khusus terhadap

kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintahan setempat terhadap

keberlangsungan aksesibilitas transportasi perkotaan di Kota Yogyakarta, adapun

kebijakan-kebijakan tersebut meliputi pengaturan satu arah terhadap berbagai ruas jalan
yang dinilai titik kemacetan, serta bagaimana kebijakan-kebijakan dari pemerintah

setempat dalam mengatur keberlangsungan moda transportasi umum di Kota Yogyakarta,

bahkan hingga membahas mengenai dampak dari pembangunan revitalisasi sepanjang

Jalan Malioboro. Selain daripada itu kita mendalami mengenai apakah terdapat perbedaan

terhadap aksesibilitas dari moda transportasi umum dengan latar belakang milik

pemerintah maupun milik dari pihak swasta

Pertumbuhan penduduk merupakan sebuah besaran persentase perubahan jumlah

penduduk di suatu wilayah yang terjadi dalam kurun waktu tertentu. Menurut Badan Pusat

Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumlah penduduk kota Yogyakarta pada tahun

2023 diperkirakan mencapai angka 455.535 jiwa. Pada tahun 2021, jumlah penduduk kota

Yogyakarta mencapai angka 415.509 jiwa, dimana dari jumlah tersebut sebanyak 202.575

jiwa merupakan penduduk dengan jenis kelamin laki-laki, sedangkan sebagian lainnya

sejumlah 212.934 jiwa merupakan penduduk dengan jenis kelamin perempuan

berdasarkan Data Konsolidasi Bersih (DKB). Selain itu, kepadatan penduduk di kota

Yogyakarta pada akhir tahun 2021 mencapai 12.668 jiwa/km 2. Yang dapat diartikan

bahwasannya terdapat sekitar 12.668 jiwa yang menghuni setiap kilometer kota

Yogyakarta. Kepadatan penduduk pada daerah perkotaan khususnya Yogyakarta banyak

disebabkan oleh faktor urbanisasi, tingkat kelahiran, serta pembangunan kota.

Adanya kebijakan pemerintah terkait pengembangan wilayah dan pemukiman juga

dapat mempengaruhi kepadatan penduduk kota. Tidak hanya itu, dalam kota Yogyakarta,

kepadatan penduduk juga dipengaruhi oleh daya tarik kota Yogyakarta sendiri sebagai

pusat pariwisata dan pendidikan. Selain itu, Hal yang mempengaruhi pertumbuhan

penduduk lainnya adalah adanya suatu konsolidasi data nasional, kegiatan pemutakhiran

dan menonaktifkan data penduduk yang belum melakukan perekaman KTP elektronik
ataupun teridentifikasi ganda. Dari penelitian yang dilakukan dengan menggunakan alat

analisis skalogram, pertumbuhan penduduk pada kota yogyakarta terletak di beberapa

kecamatan yang memiliki fasilitas dan infrastruktur yang cukup baik, dimana kecamatan

tersebut adalah kecamatan Gedongtengen, kecamatan Gondomanan, dan kecamatan

Danurejan (Priyadi U, Eko Atmadji. 2017).

Wilayah perkotaan tentunya merupakan tempat jantung kehidupan kota yang

meliputi kawasan pemukiman, pelayanan sosial, bahkan hingga pusat dari perkembangan

ekonomi. Berangkat dari hal tersebut, suatu perkotaan pastinya tidak jauh dari kepadatan

atau hiruk pikuknya, salah satunya yang mengalaminya adalah Kota Yogyakarta. Dimana

kota ini mengalami pertumbuhan jumlah penduduk yang cukup signifikan, dan berbagai

macam hal menjadi faktor penyebab dari terjadinya pertumbuhan penduduk ini, Sebagai

sebuah kota yang menyandang pusat kebudayaan dan pendidikan di Indonesia, rupanya

hal tersebut mengakibatkan kota Yogyakarta mengalami adanya pertumbuhan penduduk

yang signifikan. Salah satu hal yang dapat diambil contoh adalah dengan menyandang

kota pendidikan menjadikan Kota Yogyakarta memiliki berbagai universitas ternama,

dimana hal ini merupakan salah satu aspek kota ini menarik berbagai mahasiswa dari

berbagai wilayah di Indonesia untuk melanjutkan jenjang pendidikannya di Kota

Yogyakarta.

Selain daripada itu, wilayah sekitaran Kota Yogyakarta memiliki daya tarik tentang

keindahan alamnya, ditambah dengan budaya yang masih kental pada masyarakat

Yogyakarta yang juga menjadikan wilayah Yogyakarta juga menjadi tempat yang

seringkali dikunjungi oleh para wisatawan dari dalam negeri maupun luar negeri. Kedua

hal tersebut cukup menjadi suatu faktor yang menjadi alasan bahwasanya tidak menutup

kemungkinan terdapat beberapa masyarakat luar wilayah Kota Yogyakarta untuk pindah

dan menetap di kota tersebut. Ditambah dengan adanya jalan Ring Road yang
memudahkan adanya aksesibilitas dalam memberikan kemudahan masyarakat untuk

melakukan pergerakan, dimana hal ini berkaitan dengan perkembangan kota semakin luas

teritamanya di wilayah sekitaran jalan Ring Road. Selain daripada itu, biaya hidup yang

masih tergolong murah juga merupakan daya tarik tersendiri bagi masyarakat untuk

tinggal di Kota Yogyakarta.

Berbagai hal tersebut berkaitan dengan tingginya kepadatan jalanan yang saat ini

dirasakan oleh Kota yogyakarta, kemacetan seringkali menghiasi kota terutamanya ketika

musim libur datang. Oleh karenanya aksesibilitas merupakan perhatian khusus dari

pemerintah, terutamanya bagaimana peran dari transportasi umum untuk dapat memecah

kepadatan jalanan di wilayah Kota Yogyakarta. Mengingat masyarakat pendatang ke Kota

Yogyakarta untuk migrasi ataupun sekedar berlibur rupanya juga memberikan dampak

terhadap bertambahnya jumlah kendaraan bermotor di Kota Yogyakarta, oleh karenanya

perlu adanya suatu peningkatan transportasi umum terutamanya perencanaannya yang

matang untuk menghadapi mobilitas penduduk tetap lancar, serta perencanaan perihal

kemudahan aksesibilitas transportasi umum di wilayah Kota Yogyakarta.

Namun untuk mewujudkannya perlu untuk adanya tindakan yang mampu

mengajak dan menarik perhatian para masyarakat Kota Yogyakarta untuk beralih

menggunakan transportasi umum, hal ini dikarenakan pengguna kendaraan bermotor di

wilayah Kota Yogyakarta masih didominasi oleh kendaraan pribadi. Dalam hal ini perlu

untuk terjadinya suatu peningkatan kualitas pelayanan dari transportasi publik yang ada,

karena hal ini sejatinya berkaitan dengan tingkat kepuasan masyarakat untuk dapat terus

menggunakan transportasi publik.

Tingkat perkembangan penduduk memiliki pengaruh yang cukup signifikan

terhadap kemampuan transportasi dalam melayani kebutuhan publik. Dalam daerah


perkotaan, peningkatan penduduk yang tinggi salah satunya terjadi akibat adanya

urbanisasi. Dimana tingkat urbanisasi tersebut tentunya berimplikasi terhadap kepadatan

penduduk baik secara langsung maupun tidak langsung, kepadatan penduduk tersebut

dapat mengurangi aksesibilitas transportasi wilayah. Selain itu, kepadatan penduduk juga

berdampak pada tingginya minat pembelian akan transportasi pribadi yang dapat

mengakibatkan kemacetan lalu lintas hingga dapat menurunkan aksesibilitas transportasi.

Maka dari itu, diperlukan sebuah perencanaan transportasi yang komprehensif serta

berkelanjutan untuk mengakomodasi pertumbuhan penduduk sekaligus menjaga

aksesibilitas transportasi secara optimal.

Maka dari itu, apabila dikaitkan antara pertumbuhan penduduk di perkotaan

khususnya Kota Yogyakarta pastinya memiliki keterkaitan yang kuat dengan pentingnya

kemudahan aksesibilitas transportasi, terutamanya pengaturan aksesibilitas transportasi

umum. Hal ini dikarenakan moda transportasi publik di Kota Yogyakarta yang memiliki

berbagai macam jenis, seperti andong, becak, Trans Jogja, bahkan hingga ojek online.

Namun kenyataannya persoalan berbagai macam jenis moda transportasi publik ini juga

bersanding dengan kebijakan yang mengatur aksesibilitas dari berbagai transportasi ini.

Seperti halnya bus Trans Jogja yang berkecenderungan untuk mobilitas masyarakat dalam

kota, sedangkan andong yang kini mulai diarahkan sebagai transportasi publik wisata yang

tersedia di pusat-pusat wisata di Kota Yogyakarta.

Oleh karenanya transportasi publik ini perlu untuk diarahkan dan diatur supaya

aksesibilitas transportasi tersebut lancar dan mempermudah mobilitas masyarakat.

Sebagaimana hal ini sejalan dengan Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang lalu

lintas dan angkutan jalan, yang menyebutkan perihal lalu lintas dan angkutan jalan sebagai

bagian dari sistem transportasi nasional yang harus dikembangkan untuk mewujudkan

keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran berlalu lintas. Oleh sebab itu,
transportasi umum yang baik adalah transportasi yang dapat mempermudah mobilitas

masyarakat suatu perkotaan dalam melakukan aktivitas, sekaligus menghadapi tantangan

dari pertumbuhan penduduk yang berkaitan dengan peningkatan jumlah kendaraan

bermotor di perkotaan.

Dalam rangka menciptakan sistem transportasi dan lalu lintas yang berkelanjutan

di Yogyakarta, kerjasama antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat menjadi

kunci. Partisipasi aktif masyarakat dalam mendukung kebijakan transportasi, serta

kesadaran akan pentingnya penggunaan transportasi berkelanjutan, akan membantu

mencapai tujuan mobilitas yang lebih baik dan kualitas hidup yang lebih baik bagi

penduduk Yogyakarta. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Galih Puji Kurniawan,

dkk. pada tahun 2021 dengan judul “Analisis Permasalahan Transportasi di Perkotaan:

Studi Kasus pada Kawasan Perkotaan Yogyakarta” dan oleh A.Yunastiawan Eka Pramana

pada tahun 2018 dengan judul “Tingkat Aksesibilitas Transportasi Publik Kota

Yogyakarta” menyebutkan jika Yogyakarta dapat dikatakan sebagai sebuah kota yang

berkembang. Sebab yogyakarta mampu menyajikan sebuah transportasi yang memiliki

kemudahan dalam penggunaan nya. Selain itu, hal ini juga didukung dengan adanya

sebuah kerjasama yang baik juga. Salah satu layanan fasilitas transportasi umum yang

dapat dilihat yakni Bus Trans Jogja. Bus Trans Jogja dapat dikatakan efektif mendukung

mobilitas masyarakat di Yogyakarta dengan menyediakan fasilitas transportasi umum

yang vital. Walaupun pelayanan di Trans Jogja secara keseluruhan dinilai sangat baik,

namun perlu adanya peningkatan dalam hal informasi mengenai Trans Jogja dan

aksesibilitas fasilitas khususnya bagi penyandang disabilitas. Penelitian ini terlalu fokus

pada solusi permasalahan yang ada pada pemerintah, sehingga kurang memperhatikan

sudut pandang dari masyarakat.


Meskipun Trans Jogja telah berhasil mengurangi kemacetan lalu lintas, namun

masih ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan seperti kemudahan akses halte dari

berbagai tujuan dan risiko kemacetan akibat berkurangnya jalur angkutan. Penerapan

Transport Oriented Development (TOD) sebagai sebuah kebijakan telah membawa

manfaat dalam mengatasi tantangan transportasi dan mendukung mobilitas dan

aksesibilitas masyarakat di Yogyakarta, dengan tetap menjaga standar pelayanan minimal,

namun masih terdapat tantangan dalam menjamin keadilan dalam menggunakan

transportasi. Selain itu ada beberapa hal lain yang menjadi sebuah permasalahan lain

dalam transportasi di Yogyakarta. Jika diperhatikan Yogyakarta merupakan kota yang saat

ini menjadi sebuah titik dalam kesibukan atau dapat dikatakan sebagai kota yang memiliki

berbagai macam aktivitas di dalamnya. Hal ini didukung dengan banyaknya yang

melakukan urbanisasi juga pada kota Yogyakarta.

Akibat pesatnya pertumbuhan penduduk di Yogyakarta, kemacetan lalu lintas

banyak terjadi di berbagai tempat, terutama disebabkan oleh tingginya kepadatan

penduduk. Kemacetan ini semakin diperburuk dengan penggunaan kendaraan pribadi

sehingga menimbulkan kemacetan dan situasi tidak normal. Secara keseluruhan,

permasalahan lalu lintas di Yogyakarta memiliki banyak aspek, seperti kurangnya

infrastruktur, kemacetan lalu lintas, dan buruknya kualitas transportasi umum.

Yogyakarta, juga dikenal sebagai Daerah Istimewa Yogyakarta, merupakan

provinsi di Indonesia yang kaya akan sejarah. Didirikan sebagai daerah istimewa yang

mempunyai pemerintahan sendiri oleh negara Indonesia. Kota Yogyakarta mempunyai

peninggalan sejarah dan budaya yang sangat penting, karena menjadi pusat Kesultanan

Yogyakarta. Nama "Yogyakarta" diyakini berasal dari kata Sansekerta "Ayodhya", kota

legendaris dalam epos Ramayana. Kota ini juga dikenal karena perannya dalam

perjuangan kemerdekaan Indonesia dan diakui sebagai pusat pendidikan dan pariwisata.
Yogyakarta adalah rumah bagi berbagai landmark sejarah dan budaya, seperti Taman Sari,

Malioboro, dan Keraton Yogyakarta. Wilayah ini juga merupakan tujuan wisata populer,

menawarkan berbagai macam atraksi alam dan sejarah. Berdirinya Kota Yogyakarta

bermula dari penandatanganan Perjanjian Giyanti pada tahun 1755 yang berujung pada

terpecahnya Kesultanan Mataram menjadi Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan

Surakarta. Status kota yang unik dan warisan yang kaya menjadikannya pusat budaya dan

sejarah yang penting di Indonesia.

Dalam hal transportasi, dari waktu ke waktu transportasi di Kota Yogyakarta telah

mengalami perubahan yang signifikan. Pada awalnya, transportasi tradisional memiliki

peranan yang penting untuk seluruh kegiatan serta mobilitas masyarakat Kota Yogyakarta.

Zaman dahulu, masyarakat Kota Yogyakarta menggunakan andong dan becak sebagai alat

transportasinya. Andong merupakan transportasi tradisional yang memiliki empat roda

sejenis kereta yang ditarik oleh kuda serta dikendarai oleh sopir yang disebut dengan

kusir. Andong menjadi alat transportasi yang khas dari Kota Yogyakarta, di mana pada

zaman dahulu andong digunakan oleh anggota kerajaan dan kalangan bangsawan, namun

seiring dengan berjalannya waktu, masyarakat biasa mulai menggunakan andong sebagai

moda transportasinya. Selain andong, becak yang merupakan kendaraan beroda tiga yang

ditarik oleh tenaga manusia juga menjadi alat transportasi tradisional yang populer di Kota

Yogyakarta dan menjadi salah satu saksi perkembangan transportasi di Kota Yogyakarta.

Seiring dengan perubahan zaman dan semakin majunya alat teknologi yang

diciptakan oleh manusia, transportasi tradisional mulai mengalami kemunduran dan

digantikan oleh kendaraan transportasi yang bermesin. Kemunduran dari transportasi

tradisional disebabkan karena banyak dari masyarakat yang memilih menggunakan

transportasi yang bermesin karena cepat, efisien, serta memiliki mobilitas yang tinggi.

Kenaikan arus lalu lintas di tiap ruas jalan juga mempengaruhi kelancaran kegiatan
transportasi dan kehidupan sehari-hari masyarakat. Selain itu, dengan laju pertumbuhan

penduduk, semakin banyak kebutuhan masyarakat terhadap transportasi darat karena

setiap orang memiliki aktivitas yang tidak selalu terpusat di satu tempat. Dengan adanya

hal tersebut, transportasi tradisional mulai ditinggalkan oleh masyarakat dan keberadaanya

sulit untuk ditemukan.

Adanya perubahan kebutuhan masyarakat serta adanya pembangunan infrastruktur

telah mendorong masyarakat Kota Yogyakarta beralih menggunakan moda transportasi

modern seperti motor, mobil, dan angkutan umum seperti Trans Jogja. Berdasarkan hal

tersebut, dapat dilihat bahwa perkembangan dan perubahan tersebut mencerminkan

evolusi transportasi dari yang awalnya tradisional menjadi modern. Adapun faktor-faktor

lainnya yang mempengaruhi perkembangan transportasi di Kota Yogyakarta, diantaranya

antara lain:

1. Kebutuhan masyarakat yang menginginkan pelayanan transportasi yang lebih cepat

dan efisien,

2. Semakin majunya teknologi yang diciptakan oleh manusia dan melonjaknya

pembangunan infrastruktur,

3. Adanya pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya aktivitas masyarakat,

4. Adanya faktor sosial, ekonomi dan kebudayaan yang muncul.

Meski terkesan kalah dari transportasi modern, transportasi tradisional masih bisa

hidup dan ditemui ketika berada di Kota Yogyakarta. Andong dan becak masih bisa

dijumpai ketika berkunjung di Kota Yogyakarta terutama saat berada di kawasan

Malioboro. Meski fungsi utamanya telah mengalami pergeseran, eksistensi dari andong

dan becak tetap menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung di Kota
Yogyakarta. Kelebihan dari adanya andong dan becak di kawasan Malioboro adalah

karena keunikan dan keistimewaannya.

Selain transportasi tradisional dan transportasi modern, di Kota Yogyakarta juga

terdapat transportasi umum. Dengan adanya hal tersebut dapat dilihat bahwa di Kota

Yogyakarta memiliki banyak pilihan transportasi yang dapat digunakan oleh masyarakat.

● Kebijakan Pemerintah dalam Aksesibilitas Transportasi di Yogyakarta

Kota Yogyakarta merupakan ibu kota dari Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)

yang terletak di Pulau Jawa. Kota Yogyakarta memiliki luas wilayah tersempit

dibandingkan dengan daerah lainnya dengan total luas wilayah 32,5 km² atau 1,02% dari

luas total wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan memiliki ruas jalan sepanjang

233,23 km dari total ruas jalan DIY 760,45 km. Dengan luas wilayah 32,5 km2 Kota

Yogyakarta terbagi menjadi 14 kecamatan, 45 kelurahan, dan memiliki jumlah total

penduduk 455.535 jiwa (data per 2003 oleh BPS DIY) dengan kepadatan penduduk

sejumlah 14.016 jiwa per km².

Melihat padatnya jumlah penduduk serta sempitnya ruas jalan di Kota

Yogyakarta memunculkan permasalahan atau problem perkotaan. Salah satu problem yang

ditimbulkan akibat adanya kepadatan jumlah penduduk tersebut adalah terkait dengan

aksesibilitas transportasi yang ada di Kota Yogyakarta. Memiliki jumlah penduduk yang

tinggi pastinya suatu kota juga memiliki aksesibilitas transportasi yang tinggi pula. Jumlah

tersebut belum dihitung dengan wisatawan yang berkunjung ke Kota Yogyakarta setiap

harinya, mengingat Kota Yogyakarta bukan kota biasa yang sibuk dengan urusan bisnis

atau pendidikan saja. Selain pendidikan dan bisnis, Kota Yogyakarta juga merupakan kota

yang terkenal dengan destinasi wisatanya.


Yogyakarta dikenal sebagai "miniatur Indonesia" yang menawarkan berbagai

macam bentuk wisata dari mulai wisata alamnya yang indah dan juga budaya yang masih

kental hingga sekarang. Dengan adanya hal tersebut, maka kepadatan Kota Yogyakarta

tidak dapat dihitung hanya dengan jumlah penduduknya saja, tetapi juga harus dihitung

dengan wisatawan yang berkunjung serta para perantau dari kota lainnya. Dengan

melonjaknya jumlah orang yang datang ke Kota Yogyakarta, maka melonjak pula jumlah

transportasi yang memenuhi jalanan Kota Yogyakarta. Aksesibilitas transportasi yang

tinggi tersebut tidak sebanding dengan luasnya Kota Yogyakarta, mengingat Kota

Yogyakarta merupakan kota yang kecil dibandingkan dengan Kota lainnya.

Kecilnya wilayah Kota Yogyakarta berdampak pada ruas jalanan di Kota

Yogyakarta. Hal tersebut dapat dilihat ketika melihat kecilnya ruas jalan di Kota

Yogyakarta namun terpaksa harus dilewati oleh berbagai macam kendaraan seperti motor,

mobil, becak, transportasi umum dan bus pariwisata. Kendaraan-kendaraan tersebut setiap

harinya memadati jalanan di Kota Yogyakarta sehingga menimbulkan kemacetan di

berbagai titik Kota Yogyakarta.

Melihat permasalahan yang sedang terjadi dan banyaknya keluhan-keluhan dari

masyarakat terkait kemacetan yang terjadi di Kota Yogyakarta, pemerintah secara

langsung merespon keluhan-keluhan yang diajukan terkait permasalahan tersebut.

Pemerintah kota termasuk Dinas Perhubungan telah melakukan berbagai upaya untuk

mengurangi angka kemacetan di Kota Yogyakarta dan menekan angka kemacetan di Kota

Yogyakarta dengan semaksimal mungkin. Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta secara

langsung menurunkan SK ke kota-kota yang ada di DIY termasuk Kota Yogyakarta.

Melalui wawancara yang telah kami lakukan, beberapa kebijakan seperti peningkatan

sarana transportasi umum, penataran tata ruang dan tata kota termasuk juga pemberlakuan
jalan satu arah di beberapa jalanan Kota Yogyakarta telah dilakukan untuk menekan angka

kemacetan di Kota Yogyakarta.

Pertumbuhan penduduk terus meningkat dari waktu ke waktu. Hal ini tentu tidak

dapat dihindari. Kepadatan penduduk dari waktu ke waktu tentu berjalan seirama dengan

jumlah transportasi yang terus bertambah yang mampu memadatkan lalu lintas yang ada.

Hal tersebut menyebabkan kemacetan di beberapa titik tertentu, bahkan di luar jam

berangkat dan pulang kerja dan berangkat dan pulang sekolah. Koordinasi dengan

pemerintah kota Yogyakarta terkait permasalahan yang ada dan solusi yang telah

dicanangkan ini apakah sudah sesuai? Apakah pihak-pihak tersebut sudah satu suara

sepakat atau belum? Kalau tak ada pengesahan kebijakan beberapa tahapan tersebut tentu

akan menyita waktu yang lama, apalagi kita harus mempertimbangkan banyak faktor,

khususnya menyangkut hidup orang banyak. Kita berharap bahwasanya kebijakan yang

baru akan sangat membantu para masyarakat, khususnya para pelapor yang telah

menyampaikan keluhan mereka. Akan sangat disayangkan apabila kebijakan dan peraturan

yang harus jujur akan menyulitkan masyarakat setempat kota Yogyakarta.

Sejatinya transportasi merupakan suatu hal yang dapat dikatakan bersifat krusial

dalam perkotaan, sebagaimana perkotaan memiliki keterkaitan dengan bagaimana

kehidupan perkotaan berjalan. Ketika membahas perihal transportasi pasti bersinggungan

dengan aspek konektivitas dimana wilayah perkotaan membutuhkan suatu sarana yang

mampu menghubungkan antar wilayah dalam kota, mengingat ketika membahas perkotaan

pastinya tidak dapat dipisahkan dengan mobilitas atau pergerakan penduduk yang sibuk

karena berbeda dengan wilayah pedesaan yang memiliki pergerakan penduduk yang tidak

terlalu sibuk. Berangkat dari hal tersebut, transportasi menjadi salah satu faktor yang

mampu mendukung akan pertumbuhan dari perkotaan, bahkan transportasi sendiri juga
memiliki pengaruh dalam hal pengembangan kota karena sejatinya transportasi juga

membantu mobilitas penduduk kota.

Berkaitan dengan hal tersebut, oleh karena transportasi sangat mempengaruhi

pertumbuhan dari perkotaan karena transportasi berpartisipasi dalam pengembangan

ekonomi perkotaan. Dimana dengan kemudahan mobilitas tersebut dapat berkaitan dengan

kemudahan aksesibilitas perkotaan yang mampu menarik kehadiran para investor yang

mampu memberikan manfaat dalam pertumbuhan kota. Meningkatnya para investor dalam

suatu perkotaan sangat memiliki pengaruh terhadap meningkatnya pertumbuhan industri

perkotaan. Dimana ketika kita menarik garis lurus akan berkaitan dengan keterbukaan

lapangan pekerjaan yang mampu memberikan pengaruh terhadap pendapatan dan daya

beli masyarakat.

Mengingat keterjangkauan aksesibilitas perkotaan merupakan hal yang krusial, hal

ini dikarenakan aksesibilitas perkotaan akan berikatan secara erat dengan akses menuju

tempat kerja, bahkan hingga akses menuju ke sekolah. Sehingga hal ini kembali

bersinggungan dengan pembahasan awal yang menjelaskan mengenai bagaimana

kemudahan pergerakan penduduk perkotaan sangat berpengaruh terhadap

keberlangsungan hidup kota.

Salah satu kota yang berkaitan dengan pembahasan ini adalah Kota Yogyakarta,

yang memiliki persoalan transportasi yang cukup kompleks, akan tetapi Kota Yogyakarta

dewasa ini sedang gencar dalam pengembangan moda transportasi umum, Salah satu poin

terpentingnya adalah untuk mencapai misi dalam mengurangi tingkat jumlah penggunaan

kendaraan bermotor di wilayah Kota Yogyakarta. Salah satu tujuan yang ingin tercapai

adalah terciptanya kembali kultur masyarakat Kota Yogyakarta untuk tidak terlalu

bergantung menggunakan moda transportasi pribadi, dimana dengan semakin masifnya


pelayanan transportasi umum yang ada di Kota Yogyakarta maka diharapkan terjadi

sebuah pergeseran preferensi masyarakat Kota Yogyakarta untuk lebih menggunakan

transportasi umum yang memiliki tarif transportasi yang jauh lebih murah dibandingkan

dengan menggunakan transportasi pribadi,

Namun dalam berkembangnya waktu, rupanya dengan kehadiran dunia digital yang

semakin berkembang maka mendatangkan pula moda transportasi baru yang

menggunakan pemanfaatan dunia digital dan internet, yaitu ojek online. Ojek online

menawarkan berbagai macam kendaraan bagi para pengguna, adapun kendaraan yang

ditawarkan dalam pelayanannya adalah sepeda motor dan mobil sehingga para pengguna

dapat dengan leluasa memilih kendaraan yang diminati.

● Peran Masyarakat terhadap Kebijakan Transportasi di Yogyakarta

Tanggapan masyarakat terhadap pelayanan transportasi umum di Yogyakarta dapat

bervariasi, dipengaruhi oleh sejumlah faktor, termasuk kehandalan, kenyamanan, dan

ketersediaan moda transportasi tersebut. Beberapa elemen penting yang umumnya menjadi

perhatian masyarakat meliputi kecepatan, aksesibilitas, dan kualitas layanan.Sebagai

contoh, sistem Transjogja, yang merupakan moda transportasi umum berbasis bus cepat di

Yogyakarta, mendapatkan tanggapan positif dari sebagian besar masyarakat. Keberadaan

jalur terpisah, layanan yang terjadwal, dan kenyamanan fasilitasnya membuatnya menjadi

pilihan utama bagi warga yang ingin menghindari kemacetan dan mencari opsi

transportasi yang terorganisir.

Namun, ada juga beberapa isu yang menjadi sorotan dan mendapatkan tanggapan

kritis dari sebagian masyarakat. Keadaan lalu lintas yang masih cukup padat, kurangnya

jalur sepeda yang aman, dan kurangnya kenyamanan di beberapa rute transportasi umum

menjadi beberapa aspek yang disoroti oleh masyarakat. Selain itu, adanya ketidakpastian
waktu kedatangan bus dan kendala lain seperti kekurangan tempat duduk dapat menjadi

sumber ketidakpuasan. Faktor kenyamanan dan kebersihan juga menjadi pertimbangan

penting. Masyarakat umumnya memberikan tanggapan positif terhadap upaya pemerintah

dalam menjaga kebersihan dan keamanan moda transportasi umum. Namun, ada pula

beberapa laporan tentang fasilitas yang tidak terawat dengan baik, seperti halte bus yang

kurang bersih atau rusak.

Selain itu, perkembangan teknologi juga berdampak pada tanggapan masyarakat

terhadap transportasi umum. Aplikasi pemesanan transportasi daring dan informasi real-

time tentang jadwal bus telah memberikan kemudahan kepada pengguna transportasi

dalam merencanakan perjalanan mereka. Dalam menjawab berbagai tanggapan dan kritik,

pemerintah setempat dan penyedia layanan transportasi terus berupaya untuk

meningkatkan sistem transportasi umum di Yogyakarta. Evaluasi rutin, perbaikan

infrastruktur, serta upaya untuk memahami kebutuhan dan preferensi masyarakat menjadi

bagian integral dari upaya untuk menciptakan sistem transportasi yang memadai dan

memuaskan bagi seluruh komunitas.

KESIMPULAN

Jenis transportasi yang ada di Kota Yogyakarta sangatlah banyak. Hal ini

dilakukan untuk menjawab kebutuhan pemenuhan mobilitas masyarakat setempat. Dari

banyaknya jenis transportasi tersebut tentu timbul beberapa permasalahan. Kalau menilik

dari sudut pandang masyarakat akan ada beberapa keluhan dan bahkan tuntutan untuk

perbaikan, agar fasilitas yang diberikan lebih maksimal dibandingkan dengan

sebelumnya. Tetapi apabila dari sisi pemerintah ketika ingin memaksimalkan dengan

menghapus hal-hal yang dirasa salah, membutuhkan pertimbangan yang sangat matang.

Karena menyangkut banyak pihak. Pemerintah harus ada pada posisi yang sama rata untuk
semua pihak yang terkait. Sehingga tidak akan bisa apabila setiap keluhan akan dijawab

secara langsung dengan perubahan tanpa mempertimbangkan fakta lapangan dan pihak

lainnya.

kebijakan transportasi di Kota Yogyakarta mencerminkan upaya pemerintah

dalam merespons dinamika perkembangan kota dan kebutuhan mobilitas warganya. Dari

pembangunan infrastruktur hingga promosi transportasi berkelanjutan, berbagai langkah

telah diambil untuk menciptakan sistem transportasi yang efisien, terjangkau, dan

berwawasan lingkungan. Dengan tetap mempertimbangkan perubahan dan tantangan yang

muncul, kebijakan transportasi yang holistik dan terpadu menjadi kunci bagi kemajuan

Kota Yogyakarta dalam menghadapi masa depan yang semakin kompleks.

DAFTAR PUSTAKA

Pramana, A. Yustiawan Eka. 2018. TINGKAT AKSESIBILITAS TRANSPORTASI PUBLIK

DI KOTA YOGYAKARTA. Yogyakarta : STTNAS Yogyakarta.

Sani, K. R., & Wahid, A. (2023). Kebijakan Transportasi Publik dalam Meningkatkan

Pelayanan Terhadap Masyarakat: Studi Kasus Penggunaan Trans Jogja. Sawala: Jurnal

Administrasi Negara, 11(1), 54-66.

Handoko, R. K., & Marwasta, D. (2019). Tingkat Pelayanan Trans Jogja Sebagai Sarana

Angkutan Umum di Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Bumi Indonesia, 8(3).

Susantono, B., & Berawi, M. A. (2012). Perkembangan kebijakan pembiayaan infrastruktur

transportasi berbasis kerjasama pemerintah swasta di Indonesia. Jurnal Transportasi, 12(2).


Putra, A. N. (2015). Stated Preference Kebutuhan Angkutan Pariwisata Di Daerah Istimewa

Yogyakarta (Doctoral dissertation, UAJY).

Kurniawan, Galih Puji, dkk. 2021. Analisis Permasalahan Transportasi di Perkotaan: Studi

Kasus pada Kawasan Perkotaan Yogyakarta. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.

Anda mungkin juga menyukai