Anda di halaman 1dari 8

Materi

Resistansi dari berbagai bahan konduktor


Faktor yang mempengaruhi resistansi pada sebuah konduktor
 Jenis bahan konduktor
Untuk keperluan penyaluran arus listrik secara efektif dan efisien, maka diperlukan bahan
konduktor yang memiliki konduktivitas tinggi atau memiliki nilai resistansi rendah. Berikut
beberapa contoh dari bahan konduktor yang lazim digunakan untuk keperluan penghantaran
arus listrik: tembaga dan alumunium
Tembaga : 1,68 × 10-8
Alumunium : 2.65 × 10-8
Antara bahan tembaga dengan aluminium memiliki perbedaan untuk nilai hambatannya
yakni, nilai hambatan tembaga lebih kecil dari aluminium. Sehingga bahan tembaga sangat
baik untuk menghantarkan listrik dibandingkan aluminium.
Beberapa jenis bahan konduktor lainnya beserta jenis tahanannya
Pada suhu 20°C

Pada tabel diatas menunjukkan bahwa setiap jenis bahan kawat penghantar memiliki nilai
hambatan jenisnya masing-masing (nilai hambatan jenisnya berbeda-beda).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa “semakin besar nilai hambatan jenis pada bahan kawat
penghantar, maka akan semakin besar pula nilai hambatannya”
 Panjang kawat penghantar
Perlu diketahui bahwa "semakin panjang kawat penghantar listrik, maka akan semakin besar
pula nilai hambatannya"
 Luas penampang kawat
Perlu diketahui juga bahwa "semakin besar luas penampang kawat, maka akan semakin kecil
nilai hambatannya"
Sehingga secara matematis dituliskan dalam persamaan
l
R= ρ .
A
Dimanaa
R = Resistansi
ρ = Hambatan jenis kawat
l = Panjang kawat
A = Luas penampang kawat

 Suhu
Suhu dapat mempengaruhi nilai hambatan pada kawat penghantar. "semakin tinggi suhu pada
kawat penghantar, maka akan semakin besar nilai hambatannya".

Pengaruh suhu terhadap hambatan konduktor dapat dituliskan dalam persamaan berikut:
R=R0+(1+ α∆t)
Dimana
R0= Resistansi pada suhu awal
α= Koefisien suhu hambatan jenis
∆t= Selisih suhu akhir – suhu awal

Contoh:
Sebuah konduktor berbahan tembaga dengan jenis bahan tembaga 1,68 × 10-8 Ω.m
Reaktansi Induktif

Reaktansi Induktif atau Inductive Reactance adalah hambatan atau tahanan Induktor terhadap
arus listrik AC (sinyal AC). Nilai Reaktansi Induktif dinyatakan dengan Ohm (Ω).
Ketika Induktor dialiri oleh arus listrik bolak-balik (arus AC) maka akan timbul gaya gerak
listrik atau GGL yang berlawanan karena adanya perubahaan arah medan magnet (fluks).
Perlawanan gaya gerak listrik atau GGL inilah yang menghambat aliran arus listrik. Jadi
pada dasarnya, timbulnya hambatan pada Induktor ini dikarenakan adanya perubahan medan
listrik dan medan magnet pada induktor ketika dialiri arus listrik secara bolak-balik.

Rumus Reaktansi Induktif adalah sebagai berikut :

XL = 2πfL

Dimana :

XL = Reaktansi Induktif dalam satuan Ohm (Ω)


π (pi) = 3,142 (desimal) atau 22÷7 (fraksi)
f = Frekuensi dalam satuan Hertz (Hz)
L = Induktansi Induktor dalam satuan Henry (H)
Contoh kasus perhitungan reaksi induktif

Sebuah Koil yang berinduktansi 200mH dihubungkan ke tegangan AC 220V dengan


frekuensi 60Hz. Berapakah nilai Reaktansi Induktif dan besar aliran arus listriknya ?

Diketahui :
L = 200mH
F = 60Hz
XL = ?
I =?
Jawaban :
XL = 2πfL
XL = 2 x 3,142 x 60 x 0,2
XL = 75,41Ω
I = V / XL
I = 220 / 75,41
I = 2,92A

Jadi nilai Reaktansi Induktifnya adalah 75,41Ω dan arus listriknya adalah 2,92A.

Dari persamaan atau rumus Reaktansi Induktif diatas, dapat dilihat bahwa jika salah satu
dari Frekuensi maupun Induktansi meningkat, maka nilai Reaktansi Induktif juga akan
meningkat secara keseluruhan. Apabila Frekuensinya mendekati tak terhingga (infinity),
maka nilai Reaktansi Induktornya juga akan meningkat hingga tak terbatas seperti pada
rangkaian terbuka.
Reaktansi Kapasitif

Reaktansi Kapasitif atau Capacitive Reactance ini dapat diartikan sebagai Hambatan yang
timbul pada Kapasitor yang dilewati oleh arus bolak-balik (arus AC).

Berbeda dengan nilai Resistansi yang memiliki nilai tetap (10Ω, 100 Ω, 1kΩ, 10kΩ, 100kΩ
dan lain-lain), Reaktansi Kapasitif ini memiliki nilai yang bervariasi tergantung pada
frekuensi tegangan AC yang diberikannya. Jadi pada dasarnya, setiap perubahan frekuensi
yang diaplikasikan ke kapasitor akan memberikan efek yang besar terhadap nilai Reaktansis
Kapasitif pada kapasitor tersebut. Semakin tinggi Frekuensi (f) yang diaplikasikan pada
Kapasitor semakin rendah nilai Reaktansi Kapasitifnya. Sebaliknya, semakin rendah
frekuensi tegangan AC yang melalui Kapasitor tersebut, semakin tinggi nilai Reaktansi
Kapasitif.

Rumus Reaktansi Kapasitif adalah sebagai berikut :

Xc = 1/2πfC

Dimana :

Xc = Reaktansi Kapasitif (dalam satuan Ohm)


Π (pi) = 3,142 (desimal) atau 22÷7 (fraksi)
F = Frekuensi (dalam satuan Hertz)
C = Kapasitansi Kapasitor (dalam satuan Farad)

Hitunglah Reaktansi Kapasitif pada Kapasitor yang bernilai 330nF pada frekuensi 500Hz dan
10kHz.

Reaktansi Kapasitor 330nF pada Frekuensi 500Hz

Diketahui :
C = 330nF (330 x 10-9 Farad)
F = 500Hz
Xc = ?
Jawaban :
Xc = 1 / 2πfC
Xc = 1 / (2 x 3,142 x 500 x (330 x 10-9))
Xc = 964,45 Ohm

Reaktansi Kapasitor 330nF pada Frekuensi 10kHz

Diketahui :
C = 330nF (330 x 10-9 Farad)
F = 10kHz
Xc = ?

Jawaban :
Xc = 1 / 2πfC
Xc = 1 / (2 x 3,142 x 10000 x (330 x 10-9))
Xc = 48,22 Ohm

Dari contoh Perhitungan diatas, dapat dilihat bahwa ketika frekuensi yang diaplikasikan pada
kapasitor bernilai 330nF meningkat dari 500Hz ke 10kHz, nilai Reaktansinya akan menjadi
lebih rendah yaitu dari 964,45 Ohm menjadi 48,22 Ohm. Reaktansi Kapasitif atau Xc akan
selalu berbanding terbalik dengan Frekuensi (f).

Impedansi
Impedansi dan Resistansi memiliki persamaan yaitu hambatan listrik yang dimiliki oleh
sebuah komponen terhadap arus listrik dan sama-sama menggunakan OHM (Ω) sebagai
satuan unit pengukurannya. Namun berbeda dengan Resistansi, jumlah hambatan listrik
pada Impendansi akan berubah seiring dengan perubahan frekuensi sinyal. Ini menandakan
bahwa tahanan atau hambatan suatu komponen akan bervariasi tergantung pada frekuensi
sinyal yang masuk ke komponen tersebut.

Perlu diketahui bahwa adalah dua faktor atau elemen yang mempengaruhi hambatan pada
arus listrik bolak-balik yaitu Resistansi (R) dan Reaktansi (X). Resistansi pada umumnya
terdapat pada komponen Resistor meskipun pada komponen lainnya juga memiliki sedikit
resistansi pada rangkaian. Sedangkan Reaktansi dipengaruhi oleh komponen Reaktif seperti
Induktor dan Kapasitor (Reaktansi Induktif (XL) dan Reaktansi Kapasitif (XC)).

Berikut ini adalah contoh kasus perhitungan Impedansi pada rangkaian R, L dan C.

Rumus Impedansi Listrik

Z = √R2 + (XL – XC)2

Sebuah rangkaian seri RLC terdiri dari sebuah Resistor 15Ω, sebuah Induktor 0,3H dan
sebuah Kapasitor 47uF yang dihubungkan secara seri dengan sumber listrik AC 100V 50Hz.
Hitunglah Impedansi dan arus listrik yang mengalir pada rangkaian tersebut.

Diketahui :

R = 15Ω
L = 0,3H
C = 47uF atau 47 x 10-6F

Penyelesaiannya :

1. Hitung Reaktansi Induktif (XL)

XL = 2πfL
XL = 2 x 3,142 x 50 x 0,3
XL = 94,26Ω

2. Hitung Reaktansi Kapasitif (XC)


Xc = 1 / 2πfC
Xc = 1 / (2 x 3,142 x 50 x (47 x 10-6))
Xc = 67,72 Ω
3. Menghitung Impedansi Rangkaian RLC
Z = √R2 + (XL – XC)2
Z = √152 + (94,26 – 67,72)2
Z = √152 + (94,26 – 67,72)2
Z = √152 + 26,542
Z = √225 + 704
Z = √232.4
Z = 15,24 Ω

Jadi Impedansi listrik Rangkaian RLC adalah 15,24Ω

4. Menghitung Arus listrik yang mengalir di Rangkaian RLC

I = V/Z
I = 100V/15,24 Ω
I = 6,5A

Anda mungkin juga menyukai