Anda di halaman 1dari 70

LAPORAN AKHIR

RANCANG BANGUN SISTEM TRANSMISI PADA


PROTOTYPE CHAIN CONVEYOR SEBAGAI MEDIA
PEMBELAJARAN MATA KULIAH PEMINDAH BAHAN DI
PSDKU POLINEMA KOTA KEDIRI

OLEH:
YOGA PRASETIYO
NIM 1931245112

DOSEN PEMBIMBING
RAHAYU MEKAR BISONO,S.ST.,MT.
NIDN. 0725019002

PROGRAM STUDI D-III TEKNIK MESIN


PSDKU POLINEMA DI KOTA KEDIRI
POLITEKNIK NEGERI MALANG
KEDIRI
2020
ii
LAPORAN AKHIR

RANCANG BANGUN SISTEM TRANSMISI PADA PROTOTYPE CHAIN


CONVEYOR SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN MATA KULIAH
PEMINDAH BAHAN DI PSDKU POLINEMA KOTA KEDIRI

Laporan Akhir ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar A.Md pada
Program Studi D-III Teknik Mesin
Politeknik Negeri Malang

Oleh:
Yoga Prasetiyo
NIM. 1931245112

Dosen Pembimbing:
Rahayu Mekar Bisono,S.ST.,MT.
NIDN. 0725019002

PROGRAM STUDI D-III TEKNIK MESIN


PSDKU POLINEMA DI KOTA KEDIRI
POLITEKNIK NEGERI MALANG
KEDIRI
2020

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Akhir Dengan Judul:


RANCANG BANGUN SISTEM TRANSMISI PADA PROTOTYPE CHAIN
CONVEYOR SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN MATA KULIAH
PEMINDAH BAHAN DI PSDKU POLINEMA KOTA KEDIRI

Laporan Akhir ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar A.Md pada
Program Studi D-III Teknik Mesin
Politeknik Negeri Malang

Oleh:
Yoga Prasetiyo
NIM. 1931245112
Telah di Uji pada Tanggal: 21 Juli 2020

Disetujui oleh Dewan Penguji:


1. Rahayu Mekar Bisono, S.ST., M.T. (Pembimbing)
NIDN. 0725019002
2. Mujahid Wahyu, S.Pd., M.Pd. (Penguji 1)
NIDN. 0707078901
3. Gita Novian Hermana, S.T., M.Sc. (Penguji 2)
NIDN. 0729119201

Mengetahui, Menyetujui,
A.n Koordinator Ketua Program Studi
Sekretaris, PSDKU Polinema di D-III Teknik Mesin
Kota Kediri,

Drs. Bambang Soekodiono, MT. Maskuri, S.T., MT.


NIP. 195912151987031015 NIP. 195705231984031001

iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Yoga Prasetiyo

NIM : 1931245112

Prodi : Teknik Mesin

Judul LA : Rancang Bangun Sistem Transmisi pada Prototype Chain


Conveyor Sebagai Media Pembelajaran Mata Kuliah Pemindah
Bahan di PSDKU POLINEMA Kota Kediri

Menyatakan bahwa Laporan Akhir Studi tahun akademik 2019/2020 dengan judul
tersebut, saya susun berdasarkan norma akademik dan bukan merupakan hasil
plagiasi. Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya, dan apabila di
kemudian hari terbukti saya melanggar pernyataan saya ini, saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku.

Kediri, 3 Juli 2020


Yang membuat pernyataan,

Yoga Prasetiyo
NIM. 1931245112

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan karunia,
kesehatan, kesempatan dan rahmat-Nya. Sehinga penyusun dapat menyelesaikan
laporan akhir dengan baik. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada
junjungan Nabi Muhammad SAW. Terimakasih disampaikan kepada Bapak dan
Ibu penulis yang telah memelihara dan mendidik dengan penuh kesabaran dan
ketulusan. Tidak lupa secara khusus penulis sampaikan terimakasih banyak kepada:
1. Bapak Drs. Awan Setiawan, M.M., Direktur Politeknik Negeri Malang.
2. Bapak Dr. Ir. Drs. R. Edi Purwanto, M.Sc., Koordinator PSDKU Politeknik
Negeri Malang Kota Kediri.
3. Bapak Maskuri S.T., M.T. selaku ketua program studi DIII Teknik Mesin
di PSDKU Politeknik Negeri Malang Kota Kediri.
4. Ibu Rahayu Mekar Bisono,S.ST.,MT. selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktunya dengan penuh kesabaran dalam membimbing.
5. Bapak Mujahid Wahyu, S.Pd., M.Pd. selaku dosen penguji 1.
6. Bapak Gita Novian Hermana, S.T., M.Sc. selaku dosen penguji 2.
5. Teman-teman kelompok protoype chain conveyor.
6. Teman-teman di Program Studi D3 Teknik Mesin Jurusan Teknik Mesin,
PSDKU Politeknik Negeri Malang di Kota Kediri, yang telah memberikan
dukungan dan motivasi selama kegiatan perkuliahan, serta
7. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian Laporan Akhir.
Harapan penulis semoga laporan akhir ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan
menjadikan semangat belajar untuk meraih cita-cita.

Kediri, 7 Juli 2020

Penulis

vi
HALAMAN MOTTO

“RENDAHKAN DIRIMU SERENDAH-RENDAHNYA SUPAYA ORANG


LAIN TIDAK MERENDAHKANMU”

vii
RANCANG BANGUN SISTEM TRANSMISI PADA PROTOTYPE CHAIN
CONVEYOR SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN MATA KULIAH
PEMINDAH BAHAN DI PSDKU POLINEMA KOTA KEDIRI

Nama : Yoga Prasetiyo


Dosen Pembimbing : Rahayu Mekar Bisono, S.ST., M.T.

ABSTRAK
Di dalam program studi teknik mesin PSDKU Politeknik Negeri Malang di
Kota Kediri terdapat mata kuliah Pemindah Bahan. Dengam adanya pembuatan
prototype chain conveyor bertujuan dapat membantu pembelajaran dan praktikum.
Pada proses perencanaan rancang bangun sistem transmisi pada prototype
chain conveyor antara lain perencanaan motor listrik, kopling, gearbox, dan chain
sprocket. Langkah– langkah pembuatan sistem transmisi mesin meliputi beberapa
tahapan yaitu pemilihan jenis transmisi, pemasangan transmisi pada rangka, proses
perakitan, dan proses pengecatan.
Rancang bangun sistem transmisi mesin prototype chain conveyor ini menggunakan
motor listrik sebagai penggerak utama dengan daya 0,5 HP, kecepatan putaran motor
1400 rpm dan menggunakan reducer gearbox dengan rasio 1:40 kecepatan putaran
pada output gearbox menjadi 35 rpm. Ukuran sproket pada poros output gearbox
sebasar 16 gigi sedangkan bagian conveyor yang digerakkan sebesar 36 gigi. Untuk
panjang rantai yang digunakan sebanyak 55 mata rantai menggunakan jenis rantai
rol nomor 40 rangkaian tunggal. Pada scraper menggunakan ukuran sprocket 45
gigi dan kecepatan putaran menjadi 12,4 rpm.

Kata kunci: Motor listrik, Chain conveyor, Transmisi

viii
Design of Transmission System in the Prototype Chain Conveyor as
Learning Media for Material Transfer Courses at Malang State Polytechnic
PSDKU in Kediri City

Name : Yoga Prasetiyo


Advisor : Rahayu Mekar Bisono, S.ST., M.T.

ABSTRACT

In mechanical engineering study program PSDKU State Polytechnic of


Malang in Kediri, there is a course of materials transfer. With the creation of
prototype chain Conveyor aims to assist learning and practicum.
The system design planning process in the chain conveyor prototypr
includes planning of electric motor, clutch, gearbox, and chain sprocket. There is
steps of making a machine transmission system including several phases, first phase
is selection of transmission types, second phase is installation of transmission on
the frame, third phase is process assembly, and the last phase is painting process.
The design of the transmission system of prototype chain conveyor machine
use electric motor as the main driver with power 0.5 HP, speed rotation Motor 1400
rpm and use the gearbox reducer with a ratio of 1:40 speed rotation at the gearbox
output to 35 rpm. The sprocket size on the output shaft of the gearbox is 16 gears,
while the conveyor is driven by 36 gears. For the length of the chain used as many
as 55 chains using a single connection number of roll chain 40 type. The scraper
uses the 45 gear sprocket size and the rotation speed to 12.4 rpm.

Keywords: Electric Motor, Chain Conveyor, Transmission

ix
DAFTAR ISI

JUDUL ................................................................................................................... i
HALAMAN LOGO ............................................................................................... ii
HALAMAN SAMPUL DALAM......................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................................ v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
HALAMAN MOTTO ......................................................................................... vii
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
ABSTRACT .......................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2
1.4 Batasan Masalah ....................................................................................... 2
1.5 Manfaat Penulisan ......................................................................................... 2
1.6 Metode Penyusunan ...................................................................................... 3
1.7 Sistematika Penulisan ................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 5
2.1 Penelitian Terdahulu ..................................................................................... 5
2.2 Mesin Pemindah Bahan................................................................................. 6
2.2.1 Dasar Pemilihan Mesin Pemindah Bahan .............................................. 7
2.3 Conveyor ....................................................................................................... 8
2.3.1 Klasifikasi conveyor ............................................................................... 9
2.4 Rancang Bangun Chain Conveyor .............................................................. 16
2.4.1 Bagian-bagian yang di rencanakan ...................................................... 16
2.5 Perencanaan Elemen Mesin ........................................................................ 17
2.5.1 Motor listrik ......................................................................................... 17

x
2.5.2 Perencanaan kopling ............................................................................ 19
2.6 Perencanaan Gearbox.................................................................................. 29
2.6.1 Fungsi Gearbox .................................................................................... 30
b) Fungsi Khusus Gear Box Dalam Pumping Unit............................................ 30
2.6.2 Jenis-jenis gearbox ............................................................................... 32
BAB III PEMBAHASAN ................................................................................... 34
3.1 Metode Pelaksanaan .................................................................................... 34
3.1.1 Diagram alir ......................................................................................... 34
3.1.2 Penjelasan diagram alir ........................................................................ 35
3.2 Pemilihan Alat............................................................................................. 38
3.3 Data Awal.................................................................................................... 38
3.4 Perhitungan Elemen Mesin ......................................................................... 38
3.4.1 Perencanaan daya motor ...................................................................... 38
3.4.2 Perhitungan gearbox ............................................................................ 40
3.4.3 Perhitungan kecepatan putaran yang diasumsikan ............................... 40
3.4.4 Perencanaan dan perhitungan chain sprocket ...................................... 41
3.4.5 Perencanaan kopling ............................................................................ 42
BAB IV PENUTUP ............................................................................................. 48
4.1 Kesimpulan ................................................................................................. 48
4.2 Saran ............................................................................................................ 48
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 49
LAMPIRAN 1 Gambar Motor Listrik .............................................................. 51
LAMPIRAN 2 Gambar Reducer Gearbox ....................................................... 52
LAMPIRAN 3 Gambar Kopling ....................................................................... 53
LAMPIRAN 4 Gambar Sprocket Ukuran 16 ................................................... 54
LAMPIRAN 5 Gambar Sprocket Ukuran 36 ................................................... 55

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Belt conveyor .................................................................................... 10

Gambar 2.2 Chain Conveyor................................................................................. 12

Gambar 2.3 Screw Conveyor ................................................................................ 13

Gambar 2.4 Pneumatic Conveyor ......................................................................... 15

Gambar 2.5 Bagian Mesin Yang Direncanakan .................................................... 16

Gambar 2.6 Klasifikasi Jenis Motor Listrik .......................................................... 17

Gambar 2.7 Kopling Fluida................................................................................... 21

Gambar 2.8 Kopling Cakar ................................................................................... 22

Gambar 2.9 Kopling Plat....................................................................................... 22

Gambar 2.10 Kopling Kerucut .............................................................................. 23

Gambar 2.11 Kopling Friwel ................................................................................ 23

Gambar 2.12 Chain Sprocket ................................................................................ 24

Gambar 2.13 Rantai .............................................................................................. 24

Gambar 2.14 Variasi Kecepatan Rantai Rol ......................................................... 25

Gambar 2.15 Rantai Gigi ...................................................................................... 26

Gambar 2.16 Gearbox ........................................................................................... 30

Gambar 2.17 Macam-Macam gearbox .................................................................. 31

Gambar 2.18 Spesifikasi Gear Box ....................................................................... 31

Gambar 3.1 Perencanaan Desain Mesin Prototype Chain Conveyor ................... 35

Gambar 3.2 Sistem Transmisi ............................................................................... 37

xii
Gambar 3.3 Pembelian Elemen Mesin dan Daya motor ....................................... 43

Gambar 3.4 Pemasangan Kopling ......................................................................... 44

Gambar 3.5 Pemasangan Sprocket Kecil .............................................................. 44

Gambar 3.6 Pemasangan Sprocket Besar .............................................................. 45

Gambar 3.7 Pemasangan Gearbox Reducer.......................................................... 45

Gambar 3.8 Pemasangan Rantai ........................................................................... 46

Gambar 3.9 Pemasangan Motor Penggerak .......................................................... 46

Gambar 3.10 Mesin Prototype Chain conveyor .................................................... 47

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Ukuran umum rantai rol ........................................................................ 26


Tabel 2.2 Ukuran individual rantai rol .................................................................. 27
Tabel 3.1 Flowchat Metode Pelaksanaan .............................................................. 34
Tabel 3.2 Spesifikasi Motor Listrik ...................................................................... 39

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mesin pemindah bahan merupakan mesin yang berfungsi untuk memindahkan
material atau bahan pada area tertentu. Conveyor terdiri dari banyak macam
peralatan pemindah bahan dimana dalam pemilihan mesin pemindah bahan lainnya
dipengaruhi oleh jenis material yang diangkut, kapasitas yang dibutuhkan, arah dan
panjang pemindahan. Sehingga selain faktor engineering nilai ekonomis juga perlu
diperhatikan dalam pemilihan mesin pemindah bahan.
Chain conveyor merupakan mesin pemindah bahan yang banyak dipakai di
industri. Selain jarak yang ditempuh cukup jauh mesin ini juga mempunyai
kapasitas angkut yang cukup besar dan bisa mengangkut material baik dari
bongkahan kecil sampai ukuran besar. Chain conveyor bekerja dengan
menggunakan motor listrik sebagai penggerak utamanya. Motor listrik
dihubungkan dengan poros conveyor menggunakan transmisi, ketika motor nyala
akan memutar gear dan rantai ikut berputar. Pada rantai ini terdapat bucket yang
digunakan untuk wadah/pendorong muatan. Kecepatan putaran rantai diatur oleh
pemilihan transmisi.
Ada berbagai macam jenis transmisi seperti, gear, v-belt, rantai dan sprocket.
Dari macam –macam jenis transmisi tersebut penulis memilih menggunakan
transmisi rantai dan sprocket. Karena dibandingkan dengan v-belt transmisi ini
tidak gampang selip dan lebih mudah dipasang.
Pada mata kuliah pemindah bahan di kampus PSDKU Politeknik Negeri
Malang di Kota Kediri belum adanya alat peraga praktik cara kerja dan perawatan
mesin chain conveyor. Dari penjelasan di atas maka penulis melakukan
perencanaan rancang bangun sisitem transmisi dari trainer chain conveyor sebagai
media pembelajaran praktikum mata kuliah pemindah bahan PSDKU Politeknik
Negeri Malang di Kota Kediri.
Oleh karena itu, dari uraian diatas bermaksud untuk membuat suatu ide baru
yaitu sebuah prototype chain conveyor yang sistem kerjanya menyerupai chain

1
conveyor pada umunya namun dengan ukuran yang lebih kecil yang bertujuan
digunakan sebagai media pembelajaran. Prototype chain conveyor yang dirancang
dengan menggunakan tenaga motor listrik sebagai penggerak utamanya. Dari
penjelasan diatas maka penulis membuat laporan akhir studi dengan
judul,“Rancang Bangun Sistem Transmisi Conveyor pada Prototype Chain
Conveyor Sebagai Media Pembelajaran Mata Kuliah Pemindah Bahan di Kampus
PSDKU POLINEMA di Kota Kediri”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penyusun membuat rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana merancang bangun transmisi pada chain conveyor?
2. Bagaimana cara menentukan kecepatan yang diperlukan pada chain
conveyor?
3. Bagaimana rangkaian transmisi pada chain conveyor?

1.3 Tujuan
Berdasarkan permasalahan diatas, maka dalam pembuatan laporan akhir
penyusun bertujuan sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat merancang transmisi pada chain conveyor.
2. Mahasiswa dapat menentukan kecepatan yang diperlukan chain conveyor.
3. Mahasiswa dapat merangkai transmisi pada chain conveyor.

1.4 Batasan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, kami memiliki batasan masalah sebagai
berikut:
1. Hanya membahas bagian transmisi pada chain conveyor.
2. Hanya membahas sistem transmisi pada chain conveyor dari awal sampai
akhir.
3. Tidak membahas perencanaan poros dan bantalan.

1.5 Manfaat Penulisan


Manfaat yang dapat diperoleh dari pembuatan mesin prototype chain
conveyor ini adalah sebagai berikut:

2
1. Sebagai penerapan teori atau praktikum yang diperolah di bangku
perkuliahan.
2. Mengembangkan, merancang, memodifikasi dan menciptakan karya
yang berguna bagi masyarakat.
3. Dapat memberikan konstribusi yang positif terhadap pengembangan
aplikasi keilmuan khususnya pada Jurusan Teknik Mesin Politeknik
Negeri Malang.
4. Dapat merancang transmisi chain conveyor.
5. Dapat menentukan kecepatan putaran chain conveyor.
6. Dapat merakit atau merancang transmisi chain conveyor.

1.6 Metode Penyusunan


Metode penyusunan yang dilakukan dalam pembuatan laporan akhir ini
adalah sebagai berikut.
1.6.1 Observasi
Yaitu metode pengamatan langsung ke lapangan untuk memperoleh
informasi menegenai data-data yang diperlukan.
1.6.2 Studi literatur
Yaitu metode pengkajian teori dan rumusan dari buku-buku referensi.
1.6.3 konsultasi
Yaitu mengadakan konsultasi dengan dosen pembimbing dan dosen lain
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pembuatan komponen alat.
1.6.4 Diskusi
Yaitu melakukan diskusi dengan rekan-rekan mahasiswa mengenai hal-hal
yang berkaitan dengan pembuatan alat.

1.7 Sistematika Penulisan


Penulisan laporan akhir ini, untuk memudahkan penyelesaian permasalahan
yang ada, maka perlu disusun secara sistematis dan dibagi dalam beberapa bab.
Pembagian bab tersebut adalah sebagai berikut:

3
BAB I Pendahuluan
Bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah,
tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penyusunan, dan sistematika
penulisan.
BAB II Tinjauan Pustaka
Bab ini berisi tentang teori dasar mesin pemindah bahan, jenis conveyor,
chain conveyor, dan komponen pada mesin.
BAB III Pembahasan
Bab ini berisi tentang perhitungan waktu pemesinan dan proses pembuatan
prototype chain conveyor.
BAB IV Penutup
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran dalam proses pembuatan
prototype chain conveyor.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu


Dalam penelitian terdahulu ini diharapkan peneliti dapat melihat perbedaan
antara penelitian yang telah dilakukan dengan penelitian yang di lakukan oleh
peneliti terdahulu. Selain itu, juga diharapkan dalam penelitian ini dapat
diperlihatkan mengenai kekurangan dan kelebihan antara penelitian terdahulu dan
penelitian yang di lakukan.
(Setyo Suwidiyanto: 2013) dalam laporan akhir yang berjudul Perhitungan
Sistem Transmisi Mesin Roll Pelengkung Galvanis Berdiameter 1 ¼ inch
menjelaskan bahwa perencanaan sistem transmisi mesin rol pelengkung pipa
berdiameter 1 ¼ inch menggunakan transmisi kopel dan rantai, kemudian
menggunakan motor AC dengan daya sedang yang dikopel langsung ke reducer
sehingga menghasilkan putaran rendah. Hasil dari perencanaan dan perhitungan
didapat sistem transmisi pelengkung pipa 1 ¼ inch dengan menggunakan daya 1HP
dan putaran 1400rpm serta dimensi kopel 5,5 mm, kemudian reducer dengan nilai
i=50. Sprocket dan rantai roll nomor 60 dengan jumlah gigi sprocket kecil dan besar
16T:3T sehingga menghasilkan putaran akhir 14rpm lalu beban pada rantai sebesar
64,6 kgf. Umur bantalan sebesar 1334 jam kerja.
(Jumriady Awal Syahrani Sirajuddin Naharuddin: 2019) dalam jurnal
berjudul perancangan conveyor berdasarkan berat berbasis arduino menjelaskan
bahwa Dari hasil perancangan alat pemindah bahan yaitu belt conveyor yang
dilengkapi dengan arduino dengan panjang 4,8 meter, lebar belt 1 meter dan
kecepatan belt 0,2 m/s, dari perhitungan komponen didapatkan beberapa data-data
maka dapat disimpulkan bahwa Hasil dari perancangan tugas akhir ini adalah
membuat sebuah miniatur belt conveyor yang di skalakan dari hasil perancangan.
(Aan Andrian: 2019) dalam laporan akhir yang berjudul Rancang Bangun
Daya motor dan Transmisi Mesin Pengumpul Biji-bijian “SCM-919” menjelaskan
bahwa daya pada motor (bakar) penggerak sebesar 0,9 HP dengan kecepatan
putaran motor penggerak 1200 rpm dan digunakan Gearbox Reducer Speed

5
menjadi 50 rpm pda bagian Conveyor, pada bagian Penyapu putaran menjadi 224
rpm. Pada puli motor penggerak mempunyai diameter 5 cm, sedangkan pada bagian
Conveyor puli yang digerakan berdiameter 12 cm, pada bagian Penyapu puli yang
digerakan berdiameter 26 cm. Untuk panjang sabuk yang digunakan pada bagian
Conveyor 210 cm menggunakan V belt tipe 3A, pada bagian Penyapu digunakan V
belt dengan tipe 3A dengan panjang 95 cm. Pada bantalan menggunakan tipe
bantalan UCP 203 dengan diameter dalam 17 mm dan diameter luar bantalan 31
mm dan lebar bantalan 127 mm.

2.2 Mesin Pemindah Bahan


Mesin pemindah bahan (material handling equipment) adalah peralatan
yang digunakan untuk memindahkan muatan yang berat dari satu tempat ke tempat
lain dalam jarak yang tidak jauh, misalnya pada bagian-bagian atau departemen
pabrik, pada tempat-tempat penumpukan bahan, lokasi konstruksi, tempat
penyimpanan dan pembongkaran muatan dan sebagainya. Mesin pemindah bahan
hanya memindahkan muatan dalam jumlah dan besar tertentu dengan perpindahan
bahan ke arah vertikal, dan atau kombinasi keduanya (Liani Tan, 2017).
Berbeda dengan alat transportasi yang memindahkan muatan (bisa berupa
barang dan atau manusia) pada jarak cukup jauh, mesin pemindah bahan hanya
memindahkan muatan yang berupa bahan pada jarak yang tertentu. Untuk operasi
muat dan bongkar muatan tertentu, mekanisme mesin pemindah bahan dilengkapi
dengan alat pemegang khusus yang dioperasikan oleh mesin bantu atau secara
manual (Liani Tan, 2017).
Mesin pemindah bahan mendistribusikan muatan keseluruh lokasi di dalam
perusahaan, memindahkan bahan di antara unit proses yang terlibat dalam produksi,
membawa produk jadi (finished product) ke tempat produk tersebut akan dimuat
dan memindahkan limbah produksi (production waste) dari production site ke
loading area. Mesin pemindah bahan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Pesawat Pengangkat
Pesawat pengangkat dimaksud untuk keperluan mengangkat dan
memindah barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan jangkauannya
relatif terbatas (Liani Tan, 2017).
Contohnya: Crane, elevator, lift, excalator.

6
2. Pesawat Pengangkut
Pesawat pengangkut memindahkan muatan secara
berkesinambungan tanpa berhenti dan dapat juga mengangkut muatan
dalam jarak yang relatif jauh (Liani Tan, 2017).
Contohnya: Conveyor.
3. Peralatan permukaan dan overhead
Peralatan yang ditujukan untuk memindahkan muatan curah dan
satuan, baik batch maupun kontinu. Setiap kelompok mesin pemindah
bahan dibedakan oleh sejumlah ciri khas dan bidang penggunaan yang
khusus. Perbedaan dalam desain kelompok ini juga ditentukan oleh keadaan
muatan yang akan ditangani, arah gerakan kerja dan keadaan proses
penanganannya (Liani Tan, 2017).
Umumnya mesin pengangkat digunakan untuk muatan satuan, misal
bagian-bagian mesin atau mesin secara keseluruhan, bagian dari struktur
bangunan logam, hoper, baja bentangan, bahan bangunan dan sebagainya.
Pada umumnya mekanisme mesin pengangkat di desain untuk melakukan
suatu gerakan tertentu (Liani Tan,2017).
2.2.1 Dasar Pemilihan Mesin Pemindah Bahan
Faktor-faktor teknis yang harus diperhatikan dalam pemilihan mesin
pemindah bahan, antara lain:
1. Jenis dan sifat bahan yang akan ditangani
Untuk muatan satuan (unit load): bentuk, berat, volume, kerapuhan,
keliatan, dan temperatur. Untuk muatan curah (bulk load): ukuran
gumpalan, kecenderungan menggumpal, berat jenis, kemungkinan longsor
saat dipindahkan, sifat mudah remuk (friability), temperatur, dan sifat
kimia(Muhammad Sajali, 2010).
2. Kapasitas per jam yang dibutuhkan
Kapasitas pemindahan muatan per jam yang hampir tak terbatas
dapat diperoleh pada peralatan, seperti conveyor yang bekerja secara
kontinu. Sedangkan pada peralatan lain yang mempunyai siklus kerja
dengan gerak balik muatan kosong, akan dapat beroperasi secara efisien jika
alat ini mempunyai kapasitas angkat dan kecepatan yang cukup tinggi dalam

7
kondisi kerja yang berat, seperti truk dan crane jalan (Muhammad Sajali,
2010).
3. Arah dan jarak perpindahan
Berbagai jenis peralatan dapat memindahkan muatan ke arah
horizontal, vertikal, atau dalam sudut tertentu. Untuk gerakan vertikal
diperlukan pengangkat seperti: crane, bucket elevator. Dan untuk gerakan
horizontal diperlukan crane pada truk yang digerakkan mesin atau tangan,
crane penggerak tetap, dan berbagai jenis conveyor. Ada beberapa alat yang
dapat bergerak mengikuti jalur yang berliku dan ada yang hanya dapat
bergerak lurus dalam satu arah (Muhammad Sujali, 2010).

2.3 Conveyor
Konveyor (Conveyor) berasal dari kata convoy yang artinya, berjalan
bersama dalam suatu grub besar. Conveyor berfungsi mengangkut suatu barang
dalam jumlah besar dan dapat mengatasi jarak yang diberikan. Conveyor dapat
digunakan untuk mengangkut material baik yang berupa unit load atau bulk load
secara mendatar maupun miring. Yang dimaksud dengan unit load adalah benda
yang bisa dihitung jumlahnya satu persatu, misalnya kotak, balok, kayu. Sedangkan
bulk load adalah material yang berupa butir, bubuk atau serbuk, misalnya pasir,
semen, batu bara. Conveyor telah banyak dipakai industri di seluruh dunia untuk
mengoptimalkan waktu dalam mencapai jarak pemindahan material (Adi Atmadja,
2018).
Dalam kondisi tertentu, conveyor banyak dipakai karena mempunyai nilai
ekonomis dibandingkan dengan transportasi berat seperti truk dan mobil
pengangkut. Conveyor dapat mangangkut barang dalam jumlah banyak dan
berlanjut dari satu tempat ke tempat lain. Perpindahan tempat tersebut harus
mempunyai lokasi yang tetap agar sistem conveyor mempunyai nilai ekonomis.
Kelemahan chain conveyor adalah tidak mempunyai fleksibilitas saat lokasi barang
yang diangkut tidak tetap dan jumlah barang yang masuk tidak berlanjut (Adi
Atmadja, 2018).

8
2.3.1 Klasifikasi conveyor
Jenis mesin conveyor sangat banyak dan masing-masing berbeda menurut
prinsip pengoperasiannya,bentuk desain peralatan serta arah pemindahan. Untuk
mempersempit kajian menjadi lebih sederhana, mesin conveyor diklasifikasikan
menurut bentuknya (Adi Atmadja, 2010).
Menurut prinsip operasinya, mesin conveyor dibagi atas mesin dengan aksi
terputus dan berkelanjutan. Mesin aksi terputus meliputi berbagai jenis transportasi
darat yaitu kereta api, lori, traktor dan lain-lain. Sedangkan mesin aksi
berkelanjutan meliputi berbagai jenis mesin conveyor, instalasi transport dan
hidroulik/ pneumatik (Adi Atmadja, 2010).
Siklus operasi adalah sifat dari mesin aksi terputus. Secara umum, mesin ini
beroperasi berdasarkan prinsip timbal balik, yaitu membawa muatan pada satu arah
kosong ke arah yang berlawanan. Kadang-kadang lintasan berbentuk sirkuit
tertutup dan memiliki sejumlah cabang. Sedangkan sifat spesifik mesin aksi kontinu
adalah membawa material tanpa pemutusan (Adi Atmadja, 2010).
Secara umum mesin conveyor dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
2.3.1.1 Belt conveyor
Belt conveyor adalah alat transportasi yang paling efisien dalam
pengoperasiannya jika dibanding dengan alat berat atau truk untuk jarak jauh,
karena dapat memindahkan material lebih dari 2 kilometer, tergantung pada desain
belt itu sendiri. Belt conveyor pada dasarnya merupakan peralatan yang cukup
sederhana. Alat tersebut terdiri dari sabuk yang tahan terhadap pengangkutan benda
padat. Sabuk yang digunakan pada belt conveyor ini dapat dibuat dari berbagai jenis
bahan misalnya dari karet, plastik kulit, atau pun logam yang tergantung dari jenis
dan sifat bahan yang akan diangkut. Untuk mengangkut bahan – bahan yang panas,
sabuk yang digunakan terbuat dari logam yang tahan terhadap panas (Distantina,
2014).

9
a. Bagian dari belt conveyor

Gambar 2.1 Belt conveyor


Sumber: https://teguhharisetiawan.blogspot.com/2017/11/conveyor-beserta-
komponennya.html

Berikut bagian dari belt conveyor seperti yang tertera pada gambar 2.1:

1. Belt: Sebagai alas material yang diangkut. Jadi permukaan belt yang
nantinya ditempati material tersebut.
2. Pulley: Sebagai penahan atau penyangga belt dan juga menjaga kerapatan
pada conveyor
3. Drive unit: Tenaga gerak dipindahkan ke belt karena adanya gesekan anatara
belt dengan drive pulley, hal tersebut dikarenakan melekatnya belt
disekeliling pulley yang diputar oleh motor.
4. Struktur : kontruksi baja yang menyangga seluruh part conveyor system.
5. Belt support system : fungsinya untuk mensupport ketika belt conveyor
sedang membawa material mauoun berputar balik.
6. Transfer sytem : merupakan tempat pemuat dan pengeluaran material.
Baiasanya terjadi perpindahan material dari line conveyor satu ke line
lainnya.

10
b. Karakteristik pada belt conveyor sebagai berikut:
1. Dapat beroperasi secara mendatar maupun miring dengan sudut maksimum
sampai dengan 18°.
2. Sabuk disangga oleh plat roller untuk membawa bahan.
3. Kapasitas pengangkutan tinggi.
4. Dapat beroperasi secara continue
5. Kapasitas dapat diatur
6. Kecepatannya sampai dengan 600 ft/m.
7. Perawatan mudah
c. Kelemahan dari kontruksi belt conveyor adalah sebagai berikut :
1. Biaya perencanaan yang relative mahal.
2. Sudut inklinasi terbatas.
d. Prinsip kerja belt conveyor :
Prinsip kerja belt conveyor adalah mentransport material yang ada di atas
belt, dimana umpan setelah sampai di head material ditumpahkan akibat belt
berbalik arah. Belt digerakkan oleh drive / head pulley dengan menggunakan motor
penggerak. Head pulley menarik belt dengan prinsip adanya gesekan antara
permukaan drum dengan belt, sehingga kapasitasnya tergantung gaya gesek
tersebut (Distantina, 2014).
2.3.1.2 Chain conveyor
Chain conveyor merupakan conveyor dengan rantai yang tidak terputus
untuk melakukan tarikan dari unit penggerak. Chain conveyor atau mesin konveyor
rantai merupakan cocok untuk menahan debu, penyilangan kecil, kombinasi garis
horizontal dan vertikal, dan temperatur tinggi. Dalam dunia industri penggunaan
konveyor rantai mengalami penurunan karena perawatan yang tinggi dan
banyaknya masalah yang dihadapi (Distantina, 2014).
Berikut prinsip kerja chain conveyor:
Rantai yang terhubung ke conveyor berfungsi dengan bantuan motor,
memungkinkan material untuk bergerak naik dan turun di sepanjang jalur conveyor.
Sistem ini terutama digunakan untuk mengangkut bahan- bahan berat seperti
container industry, palet dan kotak kisi yang sulit di bawa (Distantina, 2014).

11
Conveyor dapat memiliki rantai ganda atau tunggal tergantung pada
persyaratan industri. Apa pun jenis system yang digunakan, mekanismenya selalu
tetap sama. Mekanisme bekerja dengan cara ketika beban di posisikan pada rantai
kemudian karena gesekan rantai mulai bergerak maju, dan secara bersamaan
menarik beban ke depan juga dengan metode yang sama (Distantina, 2014).
Spesifikasi Chain Conveyor:
Chain conveyor terdiri dari beberapa jenis berdasarkan jenis gesekan antara
lain:
a. Chain sliding: chain sliding memiliki bagian pergerakan yang paling
sedikit untuk beban yang diberikan.
b. Chain rolling: Metode ini memiliki operasi yang lebih halus, pulsasi yang
lebih sedikit bila dibandingkan dengan penyorongan rantai. Semakin lebih
rendah gesekan pada pusat yang lebih rendah, maka semakin sedikit
pergerakan dan semakin rendah biaya operasi.

Gambar 2.2 Chain Conveyor


Sumber: https://omni.com/products/chain-conveyor/
Berikut ini adalah bagian-bagian dari chain conveyor yang tertera pada gambar 2.2:

1. Bearing. 6. Motor listrik.


2. Puli. 7. Gear.
3. V belt. 8. Poros rantai.
4. Gearbox. 9. Hopper.
5. Rangka. 10. Plat siku.

12
2.3.1.3 Screw conveyor
Screw conveyor merupakan salah satu jenis pesawat pemindah bahan yang
menggunakan prinsip ulir dalam proses kerjanya dengan keistimewaan desainnya
yang sederhana. Sedangkan material yang dipindah oleh screw conveyor terbatas
pada jenis material curah. seperti namanya screw conveyor dilengkapi dengan alat
terbuat dari pisau berpilin disebut flight yang mengelilingi sumbu sehingga
bentuknya terlihat seperti sekrup. Biasanya wadah conveyor terbuat dari lempeng
baja, berbentuk setengah lingkaran, dengan sisi lurusnya terbuat dari kayu
(Distantina, 2014).

Gambar 2.3 Screw Conveyor


Sumber: Alat Transport PG – bidang teknik LPP
a. Bagian dari screw conveyor
Berikut ini adalah bagian-bagian dari screw conveyor yang tertera pada gambar 2.3:
1. Screw conveyor drive, motor mount, V – belt drive dan guard.
2. End plate untuk screw conveyor drive.
3. Palung dengan fitted discharge spout.
4. Trough / Palung
5. End plate untuk ball bearing.
6. Seal plate, flanged ball bearing unit dan tail shaft.
7. Screw
8. Screw dengan bare pipe at discharge end.
9. Hanger dengan bearing dan coupling shaft.

13
10. Flanged cover with inlet.
11. Flanged covers with buttstrap.

b. Karakteristik screw conveyor

1. Strukturnya lebih sederhana, biayanya lebih rendah.


2. Kerja handal, perawatan dan manajemen yang sederhana.
3. Ukuran kompak, ukuran bagian kecil, tapak kecil. Mudah masuk dan
keluar dari hatches dan carriage dalam operasi bongkar port.
4. Bisa merealisasikan segel transportasi, menguntungkan transportasi
yang mudah terbang, panas dan bahan kuat, bisa mengurangi polusi
lingkungan, kondisi kerja petugas pelabuhan perbaikan.
5. Bisa membalikkan transport, bisa juga membuat conveyor sekaligus ke
dua arah penyampaian materi, yang diatur ke pusat atau jauh dari pusat.
c. Kelemahan dari screw conveyor :
1. Konsumsi energi unit lebih besar.
2. Screw conveyor tidak dapat digunakan untuk bongkahan besar.
3. Beban berlebih akan mengakibatkan kemacetan.
4. Material mudah menempel.
d.Prinsip kerja screw conveyor:
Screw conveyor ini terdiri dari baja yang memiliki bentuk spiral (pilinan
seperti ulir) yang tertancap pada shaft/poros dan berputar dalam suatu saluran
berbentuk U (through) tanpa menyentuhnya sehingga flight (daun screw)
mendorong material ke dalam trough. Shaft/poros digerakkan oleh motor gear
(Distantina, 2014).
Saluran (through) berbentuk setengah lingkaran dan disangga oleh kayu
atau baja. Pada akhir ulir biasanya dibuat lubang untuk penempatan as dan drive
end yang kemudian dihubungkan dengan alat penggerak. Elemen screw conveyor
disebut flight (daun screw) . Bentuknya spiral (lilitan seperti ulir) atau dengan
modifikasi tertentu yang menempel pada poros (Distantina, 2014).
Screw conveyor memerlukan sedikit ruangan dan tidak membutuhkan
mekanik serta membutuhkan biaya yang sedikit. Material bercampur saat melewati
conveyor. Pada umumnya screw conveyor dipakai untuk mengangkut bahan secara
horizontal. Namun bila diinginkan dengan elevasi tertentu bisa juga dipakai dengan

14
mengalami penurunan kapasitas 15-45% dari kapasitas horizontal (Distantina,
2014).
2.3.1.4 Pneumatic conveyor
Conveyor yang digunakan untuk mengangkut bahan yang ringan atau
berbentuk bongkahan kecil adalah conveyor aliran udara (pneumatic conveyor).
Pada jenis conveyor ini bahan dalam bentuk suspensi diangkat oleh aliran udara
(Distantina, 2014).

Gambar 2.4 Pneumatic Conveyor


Sumber: https://www.slideshare.net/meldadwitasari/makalah-conveyordocxdocx

a. Bagian–bagian pneumatic conveyor yang tertera pada gambar 2.3:


1. Sebuah pompa atau kipas angin untuk menghasilkan aliran udara.
2. Sebuah cyclone untuk memisahkan partikel-partikel besar.
3. Sebuah kotak penyaring bag fiber untuk menyaring debu.
b. Prinsip kerja pneumatic conveyor
Sebuah pompa cycloid akan menghasilkan kehampaan yang sedang dan
sedotannya di hubungkan dengan system pengangkulan. Bahan –bahan akan
terhisap naik melalui selang yang dapat dipindah- pindahkan ujungnya. Kemudian
aliran udara yang mengangkut bahan padat dalam bentuk suspense akan menuju
siklon dan selanjutnya menuju ke pompa. Jika bahan-bahan ini mengandung debu,
debu ini tentunya akan merusak pompa dan debu ini juga akan membahayakan jika

15
dibuang ke udara. Dengan kata lain debu adalah produk yang tidak diinginkan.
Karenanya, sebuah kotak penyaring ditempatkan diantara siklon dan pompa
(Distantina, 2014).
c. Kelemahan Pneumatic Conveyor:
1. Pemakaian energinya lebih besar dari jenis conveyor lainnya untuk
jumlah pengangkutan yang sama (Distantina, 2014).
2. Kemungkinan letak kerusakan pneumatic conveyor adalah jika bahan-
bahan yang akan diangkut mengandung debu (Distantina, 2014).

2.4 Rancang Bangun Chain Conveyor


Conveyor merupakan salah satu alat bantu atau jenis transportasi yang
digunakan untuk mengangkut material yang besar dan berbentuk satuan atau
bongkahan. Mesin ini dibuat sebagai media pembelajaran.
2.4.1 Bagian-bagian yang di rencanakan
Pada bagian yang direncanakan dari mesin chain conveyor terdiri dari
beberapa bagian yang di rencanakan berikut sketsa mesin yakni:

1. Rangka
2. Body frame
8 6
9
7 3. Bantalan
4 5 4. Scrapper
3 5. Motor
2
listrik
6. Couple
7. Reducer
8. Rantai
1
9. Sproket

Gambar 2.5 Bagian mesin yang direncanakan


Sumber: Penulis, 2020

2.4.1.1 Rangka
Rangka difungsikan sebagai tempat komponen mesin atau disebut sebagai
dudukan tiap komponen utama mesin dan mampu menahan gaya yang di timbulkan
saat mesin beroperasi.

16
2.4.1.2 Sistem transmisi
Sistem transmisi berfunsi sebagai meneruskan daya motor ke
gearbox/reducer menggunakan kopling lalu diteruskan menggunakan sproket dan
rantai untuk menggerakkan poros pada rangka dan scrapper.
2.4.1.3 Scraper
Scrapper dapat berfungsi untuk memindahkan, mendorong hingga
menyalurkan material atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya. Dimana
diantara scraper ini masing-masing dihubungkan dengan rantai.
2.5 Perencanaan Elemen Mesin
Perencanaan elemen mesin sistem transmisi pada prototype chain conveyor,
sebagai berikut:
2.5.1 Motor listrik
Motor listrik adalah alat untuk mengubah energi listrik menjadi energi mekanik
(putar). Motor listrik dibagi menjadi dua jenis yaitu motor AC dan motor DC. Motor
AC menggunakan arus listrik yang membalikan arahnya secara teratur pada rentang
waktu tertentu. Motor listrik mempunyai dua buah bagian dasar listrik yaitu stator dan
rotor. Stator merupakan komponen listrik statis. Rotor merupaka komponen listrik yang
berputar untuk memutar as motor (UNEP, 2006).

Gambar 2.6 Klasifikasi Jenis Motor Listrik


Sumber: UNEP (United Nation Environment Programe)., 2006

17
Pada prototype chain conveyor ada 1 motor AC yang dikopling dengan satu
poros yang dihungkan ke gearbox/reducer. Motor AC terdiri dari motor sinkron
dan motor induksi (UNEP, 2006).
a. Motor sinkron, motor sinkron adalah motor AC yang bekerja pada kecepatan
tetap pada sistim frekwensi tertentu. Motor ini masih memerlukan arus searah
(DC) untuk pembangkitan dan memiliki torsi awal yang rendah, oleh karena itu
motor sinkron cocok untuk penggunaan awal dengan beban rendah (UNEP,
2006).
b. Motor induksi, motor induksi merupakan motor yang paling umum digunakan
pada berbagai peralatan industri. Popularitasnya karena rancangan yang
sederhana, murah, mudah didapat dan juga dapat langsung disambungkan ke
sumber daya AC (UNEP, 2006).

2.5.1.1 Motor induksi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:


a. Motor induksi satu fase
Motor ini hanya memiliki satu gulungan stator, beroperasi dengan
pasokan daya satu fase, memiliki sebuah rotor kandang tupai, dan memerlukan
sebuah alat untuk menghidupkan motornya. Kekurangan hanya terdiri dari
dua penghantar saja yaitu fasa R dan netral, Beban yang besar ditampung oleh
satu penghantar saja, Pada generator 1 fase, generator menjadi lebih
besar. Kelebihan lebih praktis karena hanya terdiri dari dua penghantar
saja dalam jaringan (UNEP, 2006).

b. Motor induksi tiga fase


Medan magnet yang dihasilkan oleh pasokan tiga fase yang seimbang.
Motor tersebut memiliki kemampuan daya yang tinggi, dapat memiliki
kandang tupai atau gulungan rotor dan juga penyalaan sendiri. Tersedia dalam
ukuran 1/3 hingga ratusan HP. Kekurangan Mahal, Waktu yang diperlukan
lebih lama.Kelebihan Tegangan yang besar mampu dibagi menjadi tiga
penghantar yaitu R, S, T dan Netral, Generator yang menggunakan sistem ini
ukurannya lebih kecil (UNEP, 2006).
Pengaturan arah putaran pada motor induksi AC satu fase prinsipnya
sama dengan motor DC yaitu dengan merubah arah medan putarnya. Untuk
mengubah arah putaran motor AC satu fase dapat dengan mengubah posisi

18
sambungan kumparan bantu motor satu fase. Pada gambar 2.7 ada dua
konfigurasi rangkaian yang pertama adalah putar CW (clockwise) dan yang
kedua adalah putar CCW (counter clockwise) (UNEP, 2006).
Perencanaan daya motor untuk menghitung mesin (P) terlebih dahulu
dihitung torsinya (T) terlebih dahulu,yang dapat dicari dengan rumus yaitu:
5252 𝑥 𝑝
𝑇= ` (2.1)
𝑛

Dimana:
T= torsi motor (Nm)
n=kecepatan putar motor (rpm)
p= daya motor (HP)
5252= konstan

Setelah mengetahui besarnya torsi yang dihasilkan, selanjutnya dapat dihitung daya mesin
yang dibutuhkan. Daya mesin (P) dapat dihitung dengan:
𝑇𝑥𝑛
𝑃= (2.2)
5252

Sumber: Trikueni Dermanto, 2014


2.5.2 Perencanaan kopling

Kopling merupakan elemen mesin yang mempunyai fungsi utama meneruskan


daya atau memindahkan torsi dari poros yang satu ke poros yang lain. Disamping fungsi
utama tersebut, kopling juga mempunyai fungsi tambahan antara lain menahan
kejutan, meredam getaran, dan lain lain. Pada bidang otomotif, kopling digunakan
untuk memindahkan tenaga motor keunit transmisi.dengan menggunakan kopling,
pemindahan gigi-gigi trasmisi dapat dilakukan, kopling juga memungkinkan motor juga
dapat berputar walaupun transmisi tidak dalam posisi netral (Sularso, 2004).
Ditinjau dari bentuk dan cara kerjanya, kopling dapat dibedakan atas tiga
golongan yaitu (Sularso, 2004):
1) Kopling Tetap

2) Kopling Fluida

3) Kopling tak Tetap


2.5.2.1 Kopling tetap
Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus dan

19
pemutus putaran dan daya, namun tidak dapat memutuskan hubungan kerja antara
poros penggerak dan poros yang digerakkan bila salah satu sedang bekerja, dan sumbu
kedua poros harus terletak pada satu garis lurus atau dapat sedikit berbeda sumbunya.
Kopling tetap terdiri dari (Sularso, 2004):
a. Kopling kaku
Kopling kaku digunakan apabila kedua poros harus dihubungkan dengan
sumbu segaris. Kopling ini dipakai pada poros mesin dan transmisi umum
di pabrik – pabrik. kopling ini terdiri dari beberapa macam antara lain (Sularso,
2004):
1) Kopling Bus

2) Kopling Flens Kaku

3) Kopling Flens Tempa

4) Kopling Jepit

5) Kopling Bumbung Tekan Minyak


b. Kopling luwes(fleksibel)
Kopling luwes atau fleksibel ini digunakan apabila kedudukan yang baik
antara kedua ujung poros satu sama lain tidak dapat diharapkan sehingga
kedua ujung poros itu disambungkan sedemikian rupa sehingga dapat
bergerak satu sama lain. Dalam hal ini kita dapat mengenal tiga bentuk
kefleksibelan yaitu dalam arah aksial, radial, dan poros satu sama lain
mengepit kedua sudut. Kopling ini terdiri dari (Sularso, 2004):
1) Kopling Roda Gigi

2) Kopling Universal

3) Kopling Elastis

4) Kopling Piring Karet

5) Kopling Ban Karet

6) Kopling Selongsong Pena


2.5.2.2 Kopling fluida
Kopling fluida yaitu kopling yang meneruskan dan memutuskan daya

20
melalui fluida sebagai zat perantara dan diantara kedua poros tidak terdapat hubungan
mekanis. Kopling ini sangat cocok untuk memindahkan putaran tinggi dan daya yang
besar. Keuntungan kopling ini yaitu getaran dari sisi penggerak dan tumbukan dari
sisi beban tidak saling diteruskan demikian juga pada saat pembebanan lebih, penggerak
mulanya tidak akan terkena momen yang melebihi batas kemampuannya sehingga
umur mesin menjadi lebih panjang. Berikut adalah contoh dari kopling fluida terdapat
pada gambar 2.5 (Sularso, 2004).

Gambar 2.7 kopling fluida


Sumber: Sularso., 2004
2.5.2.3 Kopling tak tetap
Kopling tak tetap adalah suatu elemen mesin yang dapat memutuskan dan
menghubungkan dari poros penggerak ke poros yang digerakkan dengan putaran yang
sama dalam meneruskan daya, serta dapat melepaskan kedua hubungan poros
tersebut pada keadaan diam maupun berputar (Sularso, 2004).
Sifat – sifat kopling ini adalah:
1) Poros output relatif bergerak terhadap poros input,
2) Pemutusan hubungan dapat terjadi pada saat kedua poros berputar
maupun tidak berputar.
Klasifikasi kopling ini adalah sebagai berikut: kopling cakar, kopling plat, kopling
kerucut, kopling friwil (Sularso, 2004).
a. Kopling cakar
Kopling ini digunakan untuk meneruskan momen yang kontak positif

21
atau tanpa ada gesekan sehingga tidak ada terjadi slip. Pada tiap bagian kopling
mempunyai cakar yang satu sama lain sesuai dan salah satu dari separuh itu
harus dapat disorongkan secara aksial (Sularso, 2004).
Berikut ini adalah contoh dari kopling cakar terdapat pada gambar 2.8.

Gambar 2.8 Koplimg cakar


Sumber: Sularso,. 2004
b. Kopling plat
Kopling plat adalah kopling yang menggunakan satu plat atau lebih yang
dipasang diantara kedua poros serta membuat kontak dengan poros tersebut
sehingga terjadi penerusan daya melalui gesekan antara sesamanya. Kontruksi
kopling ini cukup sederhana dan dapat dihubung dan lepaskan dalam keadaan
berputar kopling plat ini (Sularso, 2004).
dapat dibagi atas kopling plat tunggal, dan kopling plat banyak.yatu
berdasarkan banyaknya plat gesek yang dipakai, kopling ini juga dibedakan atas
kopling kering dan kopling basah, serta atas dasar kerjanya yaitu: manual,
hidrolik, dan elektro magnetik. Berikut adalah contoh gambar kopling plat yang
terdapat pada gambar 2.7 (Sularso, 2004).

Gambar 2.9 Kopling plat


Sumber: Sularso,. 2004

c. Kopling kerucut
Kopling kerucut adalah suatu kopling gesek dengan kontruksi
sederhana dan mempunyai keuntungan dimana dengan gaya aksial yang kecil
dapat memindahkan momen yang besar. Berikut adalah contoh dari kopling
kerucut terdapat pada gambar 2.8 (Sularso, 2004).

22
Gambar 2.10 Kopling kerucut
Sumber: Sularso,. 2004
d. Kopling friwel
Kopling ini adalah kopling yang dapat lepas dengan sendirinya, bila
poros penggerak berputar lebih lambat atau dalam arah berlawanan dari
poros yang digerakkan. Berikut contoh dari kopling friwel terdapat pada
gambar 2.9 (Sularso, 2004).

Gambar 2.11 Kopling friwel


Sumber: sularso,. 2004

Berdasarkan data mesin terdahulu yang diteliti oleh penulis, jenis kopling
yang digunakan untuk mesin chain conveyor pada sistem transmisi adalah jenis
kopling cakar, berdasar data tersebut penulis memilih menggunakan jenis kopling
cakar pada rancang bangun mesin chain conveyor. Berikut rumus yang digunkaan
untuk perhitungan kopling cakar (Sularso, 2004):
1. Momen puntir yang dihitung dari daya pengerak mula(T)

𝑓𝑐 𝑥 𝑃
T = 9,74 x 105 (kg.m) (2.3)
𝑛1

dengan :fc = Faktor koreksi


P = Daya nominal ( kW )

23
n = Putaran ( rpm )
Sumber: Sularso, 2004

2. Kecepatan relatif (nr)


Nr = n1− n2 (2.4)

dengan: n1 = Putaran poros kopling


n2 = Putaran beban ( diasumsikan )

Sumber: Sularso, 2004

2.5.3 Chain sprocket

Gambar 2.12 Chain dan sprocket


Sumber: https://grabcad.com/library/chain-and-sprocket, 2019

Rantai transmisi daya biasanya dipergunakan di mana jarak poros lebih


besar dari pada transmisi roda gigi tetapi lebih pendek dari pada dalam transmisi
sabuk. Rantai mengait pada gigi sproket dan meneruskan daya tanpa slip jadi
menjamin perbandingan putaran yang tetap. Contoh gambar dari chain dan sprocket
terdapat pada gambar 2.10 (Sularso, 2004).

24
Gambar 2.13 Rantai
Sumber: Sularso, 2004

Rantai sebagai transmisi mempunyai keuntungan-keuntungan seperti:


mampu meneruskan daya besar karena kekuatannya yang besar, tidak memerlukan
teganganawal, keausan kecil pada bantalan, dan mudah memasangnya. Karena
keuntungan keuntungan tersebut, rantai mempunyai pemakaian yang luas seperti
roda gigi dan sabuk, bisa dilihat pada gambar 2.13 (Sularso, 2004).
2.5.3.1 Transmisi rantai rol
Dipihak lain, transmisi rantai mempunyai beberapa kekurangan, yaitu: variasi
kecepatan yang tak dapat dihindari karena lintasan busur pada sproket yang mengait
mata rantai, suara dan getaran karena tumbukan antaara rantai dan dasar kaki gigi
sproket, dan perpanjangan rantai karena kausan pena dan bus yaang diakibatkan
oleh gesekan dengan sproket. Karena kekurangan kekurangan ini maka rantai tak
dapat dipakai untuk kecepatan tinggi, sampai ditemukan dan dikembangkannya
rantai gigi (Sularso, 2004).

Variasi kecepatan rantai rol dapat dilihat pada gambar 2.12.

25
Gambar 2.14 Variasi kecepatan rantai rol
Sumber: Sularso, 2004
Rantai dapat dibagi atas dua jenis yang pertama disebut rantai rol, terdiri
atas pena, bus, rol, dan plat mata rantai. Yang lain disebut rantai gigi, terdiri dari
atas plat-plat berprofil roda gigi dan pena berbentuk bulan sabit yang disebut
sambungan kunci bisa dilihat pada gambar 2.13. Dalam pembahasan dibawah ini
lebih dahulu akan dibicarakan hal rantai rol (Sularso, 2004).

Gambar 2.15 Rantai gigi


Sumber: Sularso, 2004

Rantai rol diperlukan transmisi positif (tanpa slip) dengan kecepatan


600(m/min), tanpa pembatasan bunyi, dan murah harganyaa. Untuk bahan pena,
bus, dan rol dipergunakan baja karbon atau baja khrom dengan pengerasan kulit.
Rantai dengan rangkaian tunggal adalah yang paling banyak dipakai. Rangkaian
banyak seperti dua atau tiga rangkaian dipergunakan untuk transmisi beban berat.

26
Ukuran dan kekuatannya distandarkan. dengan kemajuan teknologi yang terjadi
akhir akhir ini, kekuatan rantai semakin meningkaat. Hasil penelitian terakhir
menunjukan suatu daerah yang dibatasi oleh dua kurva, yaitu kurva batas ketahanan
terhadap tumbukan antara rol dan bus, dan kurva batas las (galling) karena kurang
pelumasan anara pena dan bus, adalah sangat penting untuk menentukan kapasitas
rantai. Kurva kapasitas baru yang terperoleh seperti tenda, sehimgga disebut
“Kurva tenda”. Dalam gambar diperlihatkaan kurva tersebut yang merupakan
pemilihan rantai rol. Untuk memudahkan pemilihan, kurva tenda tersebut diberi
nama sesuai nomor rantai dan jumlah igi sproket, dengan putaran (rpm) sproket
sebagai sumbu mendatar dan kapasits transmisi sebagai sumbu tegak. Jenis-jenis
ukuran pada rantai rol dapat dilihat pada tabel 2.1 dan 2.2 (Sularso, 2004).

Tabel 2.1 Ukuran umum rantai rol

Nama Jarak Diameter Lebar Plat mata rantai Diameter pena


Rantai bagi p rol R rol W D
Tebal Lebar Lebar
T H h
40 12,70 7,94 1,5 1,5 12,0 10,4 3,97

Sumber: Sularso, 2004

27
Tabel 2.2 Ukuran individual rantai rol

Nomor rangkaian Panjang L1 L2 Panjang Jarak Jenis Batas Batas Beban Berat Jumlah
Rantai pena pena sumbu pena kekuatan kekuatan maksi- kasar sambun-
offset rangk- tarik tarik rata- mum (kg/m) gan
L1 + L2 aian rata yang setiap
L JIS diizin- satuan
C (kg) kan
(kg)
(kg)

# 40 1 18,2 8,25 9,95 18,0 keling 1420 1950 300 0,64

# 40-2 2 32,6 15,45 17,15 33,5 “ 2840 3900 510 1,27

# 40-3 3 46,8 22,65 24,15 47,9 “ 4260 5850 750 1,90


240
# 40-4 4 61,2 29,9 31,3 62,3 14,4 “ 5680 7800 990 2,53

# 40-5 5 75,7 37,1 38,6 76,8 “ 7100 9750 1170 3,16

# 40-6 6 90,1 44,3 45,8 91,2 “ 8520 11700 1380 3,79

Sumber: Sularso, 2004

27
2.5.3.2 Perencanaan panjang rantai
Jarak sumbu poros pada dasarnya dapat dibuat sependek mungkin sampai
gigi kedua sproket hampir bersentuhan.Tetapi, jarak yang ideal adalah antara 30
sampai 50 kali jarak bagi rantai. Untuk beban yang berfluktuasi, jarak tersebut harus
dikurangi sampai lebih kecil dari pada 20 kali jarak bagi rantai. Setelah itu jumlah
gigi sproket dan jarak sumbu poros ditentukan, panjang rantai yang diperlukan
dapat dihitung dengan rumus di bawah ini (Sularso, 2004).

𝑧1 +𝑧2 [(𝑧2 −𝑧1 )]/6,28]2


𝐿𝑝 = + 2𝐶𝑝 + (2.5)
2 𝐶𝑝

Dimana:

𝑳𝒑 : Panjang rantai, dinyatakan dalam jumlah mata rantai

𝒛𝟏 : Jumlah gigi sproket kecil.

𝒛𝟐 : Jumlah gigi sproket besar.

𝑪𝒑 : Jarak sumbu poros.

Sumber: Sularso, 2004

2.5.3.3 Perencanaan kecepatan rantai


Dalam menentukan kecepatan rantai 𝜐 (m/s) dapat dihitung dari rumus
yang didapat sebagai berikut:
𝑃∙𝑍1∙𝑁
1
𝜐 = 1000 ×60 (2.6)

Dimana:

𝑃 : Jarak bagi rantai (mm)

𝒛𝟏 : Jumlah gigi sproket kecil, dalam hal reduksi putaran.

𝑁1 : Putaran sproket kecil, dalam hal reduksi putaran.

Sumber: Sularso, 2004

28
2.5.3.4 Perencanaan beban pada rantai
Beban yang bekerja pada satu rantai F (kg) dapat dihitung seperti pada
sabuk dengan rumus:

102𝑃𝑑
𝑓= (2.7)
𝜐

Dimana:

𝜐 : kecepatan rantai

𝑃𝑑 : daya yang direncanakan

Sumber: Sularso, 2004

2.5.3.5 Perencanaan ukuran sprocket


Jika jumlah gigi pada Z1 (sprocket kecil) sudah ditentukan, maka agar
tercapai kecepatan yang diasumsikan sebesar 15,5 rpm jumlah gigi pada Z2
(sprocket besar) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
35
Z2= Z1 x 15,5 (2.8)

Diameter lingkaran jarak bagi dp dan Dp (mm), diameter luar dk dan Dk


(mm) untuk kedua sprocket dapat dihitung dengan rumus berikut:

dp = p/sin (180°/Z1) (2.9)

Dp = p/sin (180°/Z2) (2.10)

dk = {0,6 + cot (180°/Z1)} . p (2.11)

Dk = {0,6 + cot (180°/Z2)} . p (2.12)

Sumber: Sularso, 2004

2.6 Perencanaan Gearbox


Dalam beberapa unit mesin memiliki sistem pemindah tenaga yaitu
gearbox yang berfungsi untuk menyalurkan tenaga atau daya mesin ke salah satu
bagian mesin lainnya, sehingga unit tersebut dapat bergerak menghasilkan sebuah
pegerakan baik putaran maupun pergeseran. Gearbox merupakan suatu alat khusus

29
yang diperlukan untuk menyesuaikan daya atau torsi (momen/daya) dari motor
yang berputar, dan gaearbox juga adalah alat pengubah daya dari motor yang
berputar menjadi tenaga yang lebih besar (Rinaldo Suryahadi, 2016).

Gambar 2.16 Gearbox


Sumber: Bukalapak.com
2.6.1 Fungsi Gearbox
a) Fungsi Umum Gear Box
Gear box atau transmisi adalah salah satu komponen utama motor yang
disebut sebagai sistem pemindah tenaga, transmisi berfungsi untuk
memindahkan dan mengubah tenaga dari motor yang berputar (Rinaldo
Suryahadi, 2016).
b) Fungsi Khusus Gear Box Dalam Pumping Unit
Menyalurkan tenaga dari electric motor ke seluruh komponen pumping
unit dengan menurunkan kecepatan putar dan menaikkan momen atau torque
(torsi) (Rinaldo Suryahadi, 2016).

30
Gambar 2.17 Macam-macam gearbox
Sumber: Nusajaya teknik, 2017

Gambar 2.18 Spesifikasi Gear Box


Sumber : Nusajaya Teknik., 2017

31
2.6.2 Jenis-jenis gearbox
Perkembangan teknologi yang semakin canggih menciptakan berbagai jenis
gearbox yang bervariasi sehingga semua kebutuhan kita akan gearbox dapat terpenuhi
dengan baik. Sebelum kita membeli atau menentukan satu gearbox, akan lebih baik
jika kita memahami apa saja jenis dan karakteristiknya sehingga kita bisa
menyesuaikannya dengan baik (Duta Makmur Gearindo, 2019).
a. Helical gear
Gearbox jenis ini merupakan roda gigi dengan bentuk gigi miring sekitar
15-30 derajat. Helical gear sering digunakan untuk kecepatan lebih dari 3.500
RPM. Tapi, Anda harus bersiap-siap karena harganya cukup mahal (Duta
Makmur Gearindo, 2019).
b. Worm dan worm gear
Untuk jenis gear yang ini sering digunakan untuk mengurangi putaran
input, seperti yang dipalikasikan pada kemudi mobil. Jika Anda ingin melihat cara
kerjanya, lihat saja putaran kemudi atau setir dan juga sudut roda depan mobil
(Duta Makmur Gearindo, 2019).
c. Spur gear
Spur gear merupakan gigi yang paling sering digunakan dalam transmisi
sepeda motor. Jika kita perhatikan bentuk giginya, maka akan terlihat bentuk
lurus. Berbagai ukuran spur gear dirangkai menjadi transmisi sepeda motor
dengan konfigurasi tertentu yang kemudian digunakan pada countershaft dan
mainshaft (Duta Makmur Gearindo, 2019).
d. Bevel gear
Bevel gear merupakan roda gigi memiliki dua poros yang tidak sejajar
untuk memindahkan tenaga, seperti horizontal dan vertikal. Ini merupakan
salah satu mesin yang cukup dikenal dan biasa digunakan berbagai industri
(Duta Makmur Gearindo, 2019).
Penulis memilih menggunakan gear box jenis spur gear untuk mesin
chain conveyor, berdasarkan pada penelitian mesin terdahulu yang
menngunakan jenis gear box jenis spur gear dan sering digunakan pada
kendaraan motor.

32
Rumus untuk menghitung rasio gearbox adalah :
n
𝑖=n (2.8)
1
dengan : n = putaran input
n1 = ratio gear box
Sumber: Wildan Rizal Fahmi Ardiansyah, 2016

33
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Metode Pelaksanaan

3.1.1 Diagram alir


Langkah-langkah dalam pembuatan transmisi rancang bangun mesin chain
conveyor dapat dilihat pada tabel 3.1 di bawah ini:
Tabel 3.1 Flowchat metode pelaksanaan

Mulai A

Ya

Pengumpulan informasi Perakitan elemen mesin


elemen mesin dan sistem dan transmisi
transmisi
Tidak

Apakah sesuai yang


direncanakan?
Literatur Observasi
Tidak
Ya

Pengujian elemen
Perencanaan desain
mesin dan transmisi

tidak Perencanaan elemen mesin dan


Apakah berfungsi
transmisi
dengan baik?

Apakah sesuai dengan kriteria? Pembuatan laporan

Ya
Selesai
A

Sumber: Penulis 2020

34
3.1.2 Penjelasan diagram alir
3.1.2.1 Mulai
Merupakan tahap awal munculnya pemikiran untuk membuat mesin prototype
chain conveyor. Pada tahap ini penulis mempelajarai latar belakang, tujuan akhir dan
melakukan pengamatan data pembuatan mesin protype chain conveyor.
3.1.2.2 Studi literatur
Studi literatur dilakukan dengan cara melakukan pencarian data- data
mengenai daya motor dan sistem transmisi jurnal maupun pustaka yang ada di
Perpustakaan Politeknik Kediri, dan website untuk mendukung proposal tugas akhir
sebagai perbandingan jurnal maupun makalah yang sudah ada menjadi lebih baik
lagi.
3.1.2.3 Observasi
Observasi langsung ke PT. Sawit Arum Madani yang mana di pabrik
tersebut pada saat proses produksi juga menggunakan jenis conveyor yang sama
dengan perencanaan mesin yang akan dibuat namun dengan ukuran yang lebih kecil
yang bertujuan sebagai media pembelajaran pada perkuliahan di perguruan tinggi
PSDKU POLINEMA di kota Kediri.
Dari data-data yang telah didapatkan dari observasi selanjutnya dijadikan
gagasan dalam pembuatan laporan akhir.
3.1.2.4 Perencanaan desain
Berdasarkan studi literatur dan observasi yang telah dilaksanakan, maka
dihasilkan perencanaan desain pada mesin prototype chain conveyor ditunjukkan,
pada gambar 3.2. sebagai berikut:

Gambar 3.1 Perencanaan desain mesin prototype chain conveyor


Sumber: Penulis, 2020

35
3.1.2.5 Perencanaan elemen mesin
Dalam perencanaan elemen mesin ini data awal yang digunakan untuk
merencanakan elemen mesin motor dan sistem transmisi adalah sebagai berikut:
1. Pengumpulan data awal
Untuk data awal dari daya dan motor mesin prototype chain conveyor
mengambil data kapasitas muatan scraper 2,07 ton /jam dengan muatan
maksimum 1 scraper 4,68 kg
2. Perencanaan desain
3. Perencanaan elemen mesin
Pada perencanaan elemen mesin daya dan transmisi ada beberapa hal
yang perlu ditinjau sebagai berikut:
a. Daya
Seberapakah daya yang dibutuhkan untuk mampu menyuplai daya ke
scrapper.
b. Dimensi
Penentuan dimensi sangat berpengaruh pada kinerja mesin ini, jika
penentuan dimensi kurang diperhatikan maka bisa berakibat pada bagian
masing masing mesin tidak berfungsi dengan baik.
c. Berat
Dalam menentukan daya perlu ditinjau lagi berapa berat masa angkut
conveyor yang akan digunakan jika tidak meninjau aspek berat ini maka
conveyor akan sulit mengangkut beban muatan.
d. Perakitan sistem transmmisi dan daya
Untuk perakitan pada sistem transmisi dan daya harus sesuai degan
perencanaan elemen mesin, apakah sesuai dengan perhitungan.
e. Pengujian daya dan sistem transmmisi
Pada langkah ini menjadi faktor penentu dalam perakitan daya dan sistem
transmisi apakah sesuai dengan perencanaan
3.1.2.6 Pembuatan
Langkah-langkah pembuatan rancang bangun transmisi pada mesin
prototype chain conveyor sebagai berikut:

1) Perakitan sistem transmisi dan daya,

36
2) Pemasangan sistem transmisi,
3) Pengujian sistem transmisi dan daya.

4
6
2
1

Gambar 3.2 Sistem transmisi


Sumber: Penulis, 2020
Keterangan bagian gambar 3.3 adalah sebagai berikut:
1. Motor listrik,
2. Kopling,
3. Rantai,
4. Sprocket,
5. Gearbox/reducer,
6. Sproket pada scraper.

Berikut data daya motor dan transmisi pada mesin prototype chain conveyor:
1. Motor penggerak: ½ HP,
2. Jumlah gigi sprocket kecil: 16 gigi,
3. Jumlah gigi sprocket besar: 36 gigi,
4. Gearbox/reducer speed: rasio putaran: 1:40.

37
3.2 Pemilihan Alat
Identifikasi alat dibutuhkan agar bisa mengetahui jenis alat apa saja yang
dibutuhkan dan digunakan yang berkaitan dengan proses pembuatan mesin
prototype chain conveyor
Berikut alat-alat yang dibutuhkan pada saat pembuatan mesin prototype chain
conveyor:
1. Mesin gerindra, 6. Busur drajat,
2. Mistar baja, 7. Mesin pemotong,
3. Mistar siku, 8. Mesin las,
4. Mesin bor, 9. Meteran,
5. Penggores, 10. Palu,

3.3 Data Awal


Dalam menentukan data awal ini maka langkah awal yaitu mencari gaya (F) untuk
mencari berapa gaya motor yang diperlukan pada motor penggerak. Untuk data
awal yang digunakan pada motor penggerak ini adalah 1400 rpm didapat dari
putaran stasioner mesin yang diukur menggunakan rpm tester kemudian diturunkan
ratio putaran pada gearbox/reducer yang rasionya 1:40 sehingga putaran motor
penggerak ke gearbox/reducer menjadi 35 rpm. Pada sistem conveyor asumsi
kecepatan yang dibutuhkan yaitu 0,12 m/s sesuai dengan apa yang di dapatkan pada
proses observasi yang sudah dilakukan di PT. Sawit Arum Madani Blitar.

3.4 Perhitungan Elemen Mesin


Pada mesin prototype chain conveyor ini ada beberapa perhitungan elemen
mesin yang direncanakan untuk mengetahui berapa nilai dan ukuran yang sesuai
untuk perhitungan elemen mesin pada mesin prototype chain conveyor. Berikut
perencanaan elemen mesin pada mesin prototype chain conveyor:
3.4.1 Perencanaan daya motor
Pada mesin prototype chain conveyor terdapat 1 motor penggerak
digunakan untuk menggerakan poros pada bagian scraper. Pada bagian conveyor
ini menggunakan Gearbox tipe Reducer Speed dengan ratio putaran 1:40 untuk
memperlambat ratio putaran dari motor penggerak dengan ratio putaran 1.400 rpm
dan diturunkan putaran menjadi 35 rpm. Sedangkan bagian scraper juga

38
membutuhkan gearbox tipe reducer speed untuk menurunkan ratio putaran awal
dari motor penggerak sebesar 1400 rpm. Perencanaan daya motor untuk
menghitung mesin (P) terlebih dahulu dihitung torsinya (T) terlebih dahulu, yang
dapat dicari sebagai berikut ini:

Tabel 3.2 Spesifikasi motor listrik


Nama Electric motor
Merk Modern

Tipe ½

Horse power ½ HP

Daya listrik 375 watt

Voltase 220 V AC

Phase 1

Kecepatan tanpa beban 1400 rpm

Berat 15 kg

Sumber: Penulis, 2020

Dimana:
5252 x 𝑝
T= 𝑛
5252 x 0,5
= 1400
2626
= 1400

= 1,9 Nm
Jadi, dari hasil perhitungan torsi pada motor penggerak adalah 1,9 Nm.
Setelah mengetahui besarnya torsi yang dihasilkan selanjutnya dapat
dihitung daya mesin yang dibutuhkan. Daya mesin (P) dapat dihitung dengan:
𝑇𝑥𝑛
P = 5252
1,9 x 1400
= 5252
2660
= 5252

= 0,5 HP
Jadi dari hasil perhitungan daya mesin didapat hasil senilai 0,5 hp

39
3.4.2 Perhitungan gearbox
𝑛
i = 𝑛1

Jumlah putaran input reducer gearbox (n) adalah 1400 rpm. Sedangkan ratio
reducer gearbox 1:40. Maka jumlah putaran output reducer gearbox (n1) dapat
ditemukan dengan perhitungan dibawah ini:
1. n1 = n ratio gearbox
1
= 1400 (40)= 35 rpm dari perhitungan tersebut didapatkan rpm output

gearbox sebesar 35 rpm


3.4.3 Perhitungan kecepatan putaran yang diasumsikan
Total output dari motor penggerak sebesar 1400 rpm lalu disambungkan
dengan kopling menuju ke gearbox dengan rasio 1:40. Maka jumlah putaran pada
gearbox menjadi 35 rpm. Diketahui besar gigi sprocket kecil 16, gigi sprocket besar
36 dan sprocket pada srapper 45. Berikut perhitungan total output yang diperlukan:
Ratio =1:40
N1 = 1400 rpm
N2 = ....?
N2 = (N1 x 1) : 40
= 1400 : 40
= 35 rpm
1. Menentukan kecepatan dari sprocket kecil ke sprocket besar.
N2 = 35 RPM
Z1 = 16
Z2 = 36
N3 = .....?
𝑍1 x N2
N3 = 𝑍2
16 x 35
= 36

= 15,5 rpm
Jadi, dari hasil perhitungan N3 sebesar 15,5 rpm
2. Menentukan kecepatan putaran sprocket pada scrapper.
N3 = 15,5 rpm
Z3 = 45

40
N4 = ....?
𝑍2 𝑥 𝑁3
N4 = 𝑍3
36 x 15,5
= 45

= 12,4 rpm
Jadi, total kecepatan putaran sprocket pada scrapper sebesar 12,4 rpm
3.4.4 Perencanaan dan perhitungan chain sprocket
Dari banyaknya jenis rantai rol penulis memilih ukuran rantai rol nomor 50
rangkaian tunggal bisa dilihat pada tabel 2.1 dan tabel 2.2. Pada tabel tersebut
diketahui jarak bagi pitch 12,70 mm dan batas kekuatan tarik rata-rata 3200 kg
untuk beban maksimum yang diizinkan 520 kg. Ukuran yang ditentukan pada
sproket kecil memiliki 16 gigi dan untuk jarak sumbu pada sproket tersebut 400
mm.
1. Jika jumlah gigi pada Z1 (sprocket kecil) sudah ditentukan sebesar 16 gigi,
maka agar tercapai kecepatan yang diasumsikan sebesar 15,5 rpm jumlah
gigi pada Z2 (sprocket besar) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
35
Z2 = 16 x 15,5

= 36
dari hail perhitungan tersebut didapati hasil dari ukuran pada sprocket
adalah 36 gigi
2. Diameter lingkaran jarak bagi dp dan Dp (mm), diameter luar dk dan Dk (mm)
untuk kedua sprocket dapat dihitung dengan rumus berikut:

dp = 12,70/sin (180°/16)
127
= 10 sin(5°:4)

=65,098 mm
Dp = 12,70/sin (180°/36)
127
= 10 sin(5°)

=145,716 mm
dk = {0,6 + cot (180°/16)} . 12,70
45°
= 0,6 + cot ( ) . 12,70
4

41
= 5,627 . 12,70
= 71,462 mm
Dk =={0,6 + cot (180°/16)} . 12,70
45°
= 0,6 + cot ( ) . 12,70
4

= 5,627 . 12,70
= 71,462 mm
3. Perhitungan dari panjang rantai yang di perlukan pada mesin prototype
chain conveyor:
𝑧1 + 𝑧2 [(𝑧2 − 𝑧1 )]/6,28]2
𝐿𝑝 = + 2𝐶𝑝 +
2 𝐶𝑝
2
16+36 400 [(36 −16)/6,28]
LP = + 2 x 12,70 + =
2 (400/12,70)

= 26 + 63 + 0,318
= 89,318→ 89 mata rantai
= 89 x 12,70 = 1.130,3 mm
Jadi, hasil dari perhitungan panjang rantai yaitu 1.130,3 mm
4. Dalam menentukan kecepatan rantai v (m/s) dapat dihitung sebagai berikut:

12,70 x 16 𝑥 1400
v= 60 x 1000

= 4,74 (m/s)

Jadi, dari hasil perhitungan didapatkan kecepatan rantai sebesar 4,74 (m/s).
5. Menentukan beban yang bekerja pada rantai F (kg) dapat dihiung sebagai
berikut:
102 x 6
f= 4,74

= 130 (kg)

Jadi, hasil perhitungan dari beban yang bekerja pada rantai sebesar 130 (kg)
3.4.5 Perencanaan kopling
Kopling merupakan elemen mesin yang mempunyai fungsi utama untuk
meneruskan daya atau meindahkan torsi dari poros yang satu ke poros yang lain.
Berdasarkan data mesin terdahulu yang diteliti oleh penulis, jenis kopling yang

42
digunakan untuk mesin chain conveyor pada sistem transmisi adalah jenis kopling
cakar, berikut perhitungan dari kopling cakar:
1. Memon puntir yang dihitung dari gaya penggerak mula (T)
𝑓𝑐 x 𝑝
T = 9,74 x 105 (kg.m)
𝑛1
1,5 x 1400
= 9,74 x 105 1400
1,5 x 1400
= 9,74 1400

= 4.17 kg.m
2. Kecepatan relatif (nr)
nr = n1 – n2 (rpm)
nr = n1 – n2
nr = 1400 – 40
nr = 1360 rpm

3.4.6 Pengerjaan perakitan sistem transmisi


Langkah-langkah dalam perakitan sistem transmisi mesin prototype chain
conveyor sebagai berikut:
1. Pemilihan motor listrik dan gear box harus diperhatikan adalah spesifikasi yang
dibutuhkan untuk mesin prototype chain conveyor, dalam pemilihan dan
pembelian ini dilakukan pada toko alat-alat perkakas.

Gambar 3.3 Pembelian elemen mesin dan daya motor


Sumber: penulis, 2020

43
2. Pemasangan kopling pada poros input gearbox .

Gambar 3.4 Pemasangan kopling


Sumber: Penulis, 2020
3. Pemasangan sprocket kecil pada poros output gearbox.

Gambar 3.5 Pemasangan sprocket kecil


Sumber: penulis, 2020

44
4. Pemasangan sprocket besar pada poros penggerak scrapper.

Gambar 3.6 Pemasangan sprocket besar


Sumber: Penulis, 2020
5. Pemasangan gearbox pada dudukan rangka mesin.

Gambar 3.7 Pemasangan gearbox


Sumber: Penulis, 2020

45
6. Pemasangan rantai pada sprocket kecil dan sprocket besar.

Gambar 3.8 Pemasangan rantai


Sumber: Penulis 2020
7. Pemasangan motor penggerak pada dudukan rangka mesin serta
penyambungan antara poros input pada gearbox dengan kopling.

Gambar 3.9 Pemasangan motor penggerak


Sumber: Penulis, 2020

46
8. Finishing, mesin siap dioprasikan dan dibawa ke kampus

Gambar 3.10 Mesin prototype chain conveyor


Sumber: Penulis, 2020

47
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dan perencanaan daya motor dan transmisi
mesin prototype chain conveyor yang telah dilakukan, maka didapatkan kesimpulan
yaitu, daya motor pada motor (listrik) penggerak sebesar 0,5 HP dengan kecepatan
putaran motor penggerak 1400 rpm dan digunakan gearbox reducer speed menjadi
35 rpm. Pada sprocket bagian output gearbox sebesar 16 gigi sedangkan bagian
conveyor yang digerakkan sebesar 36 gigi. Untuk panjang rantai yang digunakan
sebanyak 55 mata rantai menggunakan jenis rantai rol nomor 40 rangkaian tunggal.
Pada sraper menggunakan ukuran sprocket 45 gigi dan kecepatan putaran menjadi
12,4 rpm.

4.2 Saran
Dari pembahasan yang telah dilakukan saran pada tepatnya sistem
transmisi, pertimbangan dalam pembelian bahan sistem transmisi tersebut apakah
bahan tersebut sesuai dengan perhitungan. Sebaiknya pemasangan sprocket atau
rantai dengan cara mendatar dikarenakan pemasangan sprocket atau rantai dengan
cara tegak akan menyebabkan rantai mudah lepas dari sprocket.

48
DAFTAR PUSTAKA

Anonim (2010) Elemen Mesin Rantai, diakses dari


(https://id.scrib.com/doc/47730081/ELEMEN-MESIN-RANTAI) 27 juni
2020.

Anonim (2015) Chain Conveyor, diakses dari


(https://id.scrib.com/doc/277481717/chain-conveyor) 11 juni 2020.

Anonim (2016) Makalah Conveyor, diakses dari


(https://dokumen.tips/documents/makalah-conveyordocx.html) 10 juni
2020.

Anonim (2017) Menghitung Ratio Putaran dan Kapasitas, diakses dari


(https://kumpulan-ilmu-pengetahuan-
umum.blogspot.com/2017/06/menghitung-ratio-putaran-gearbox-dan-
kapasitas.html?m=1) 25 juni 2020.

Anonim (2019) Pengertian Gearbox/Reducer Motovario Indonesia, diakses dari


(http://www.gearboxelectro.com/blog/pengertian-gearbox-reducer-
motovario-indonesia/) 26 juni 2020
Anonim (2020) Transmisi Rantai Rol, diakses dari
(https://slideplayer.info/slide/12520887/) 25 juni 2020.

Ardiansyah Fahmi Rizal Wildan (2016) Perencanaan dan Perhitungan Transmisi


Pada Mesin Pengaduk Tipe Horizontal Berkapasitas 60 kg/jam. Surabaya:
Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Rante, Tangkuman, dan Rembet. (2013). Jurnal. Perancangan Conveyor Rantai


Kapasitas 8 Ton Per Jam. Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Sam Ratulangi Manado.
Sularso dan Suga (2004) Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin. Jakarta:
Pradanya Paramita.

49
Suwidyanto Setyo dan Sahariyanto (2013) Perhitungan Sistem Transmisi Mesin
Roll Pelengkung Pipa Galvanis Berdiameter 1 ¼ Inch. Surabaya: Kampus
ITS Keputih Sukolilo.

50
51
52
53
54
55

Anda mungkin juga menyukai