Anda di halaman 1dari 4

Harakat Al-Muqawwamat Al-Islamiyah (Hamas) adalah gerakan perlawanan Islam dari

kelompok militer yang mayoritas bermazhab sunni dan berkembang menjadi partai politik di
Palestina. Ikhwanul Muslimin merupakan sebuah pelopor gerakan Islam modern yang didirikan
oleh Hasan Al-Banna di Mesir tahun 1928. Pemikiran Ikhwanul Muslimin sendiri adalah
mengajak untuk memahami Islam seacra benar dan menyeluruh dalam pelaksanaannya di semua
aspek.

Hamas adalah gerakan anti Israel yang memilih bergerak secara gerilya. Pimpinan Hamas
yaitu Syeikh Ahmad Yasin merupakan penganut pemikiran dari Ikhwanul Muslimin. Ikhwanul
Muslimin pada awalnya bergabung dengan PLO melalui Fatah. Fatah sendiri sebenarnya
dibentuk oleh kelompok Ikhwanul Muslimin di Jalur Gaza, namun karena perjuangan Fatah di
masa kepemimpinan Yaser Arafat yang mengubah arah gerakannya dari berlandaskan agama
menjadi berideologi nasionalis.

Ketika masa peralihan sebelum menjadi partai politik, Hamas yang memang bercorak
Ikhwanul Muslimin kembali ke medan pertempuran dengan mendirikan sebuah sayap militer
yang bernama “Mujahid Palestina” di Jalur Gaza dibawah kepemimpinan Syeikh Ahmad Yasin.
Peristiwa ini terjadi pada 1981-1987, dipicu oleh serangan brutal Israel terhadap PLO di Libanon
dan pembantaian Shabra dan Shatilla oleh orang-orang Kristen Maronit dukungan Israel yang
menghasilkan tewasnya lebih dari 700 warga Palestina. Berdirinya sayap militer Hamas
menunjukkan ketidakpercayaan Ikhawanul Muslimin kepada PLO beserta Fatah yang dianggap
semakin melemah dan melunak di hadapan tentara Israel dan tekanan negara-negara pendukung
Israel.1

Secara prinsipil, Hamas adalah kelompok Islam yang bercita-cita mendirikan negara
Pales-tina merdeka tidak hanya terbatas pada Jalur Gaza dan Tepi Barat, memilih jalan
perjuangan bersenjata, tidak mengakui eksistensi Israel, serta menolak seluruh perjanjian yang
telah dibuat sebelumnya ole Palestine Liberation Organization (PLO) dan Israel.

Kemenangan Hamas atas Fatah pada Pemilu Legislatif 2006 sangat mengagetkan banyak
pihak, terutama Amerika Serikat dan Israel. Pemilu Legislatif 2006 merupakan pemilu pertama
yang diikuti oleh Hamas setelah pada pemilu-pemi-lu sebelumnya Hamas menolak berpartisipasi
karena pemilu Palestina merupakan produk dari Kesepakatan Oslo 1993. Amerika Serikat dan
1
Humairah, M. I., & Fadhil, A. (2019). Gerakan Intifadhah dan Kemunculan Hamas (1987-1993). PERIODE:
Jurnal Sejarah dan Pendidikan Sejarah, 1(1), 1-14.
Israel seperti kebakaran jenggot dalam menyikapi kemenangan Hamas. Pasalnya, secara resmi
Amerika Serikat telah lama memasukkan Hamas sebagai salah satu organisasi teroris. Reaksi
senada juga ditunjukkan oleh Israel.

Hamas dipersepsikan tidak lebih dari sekadar organisasi teroris yang berpotensi merusak
prospek perdamaian Timur Tengah. Sikap keras Amerika Serikat tersebut sekaligus
menunjukkan wajah hipokrit negeri Paman Sam dalam hal demokrasi. Di satu sisi, Amerika
Serikat sangat mendorong bersemainya demokrasi di berbagai belahan dunia, termasuk di Timur
Tengah. Namun, di sisi lain, Amerika Serikat sering kali tidak mengakui hasil proses demokrasi
jika dimenangi oleh gerakan-gerakan Islam. Sebelumnya, Amerika Serikat juga pernah menolak
kemenangan Front Islamique du Salute (FIS) pada pemilu Aljazair tahun 1992

Cita-cita dan tujuan Hamas secara lengkap tertulis di dalam Piagam Hamas tahun 1988.
Pada dasarnya, cita-cita dan tujuan Hamas tidak dapat dipisahkan dari perjuangan Ikhwanul
Muslimin secara keseluruhan, yaitu mewujudkan kekuasaan Islam di seluruh dunia. Dalam
konteks Palestina mungkin saja cita-cita dan tujuannya lebih bersifat lokal, yakni untuk
membebaskan Palestina dari cengkeraman hegemoni Israel. Akan tetapi, hal itu nantinya akan
bersinergi dengan gerakan Ikhwanul Muslimin di berbagai belahan dunia lainnya. Secara garis
besar, apa yang ingin dicapal oleh Hamas melalul berbagai aktivitasnya terbagi menjadi dua
tujuan.

Pasal 9, Hamas percaya bahwa berdirinya sebuah negara merdeka bagi rakyat Palestina
adalah tujuan akhir dari gerak-an pembebasan Palestina. Setelah tahap itu terpenuhi, maka yang
harus diwujudkan kemudian adalah negara Islam. Oleh karena itu, dengan berbagai cara Hamas
berupaya mengarahkan seluruh gerakan dan aktivitasnya untuk mewu-judkan berdirinya sebuah
negara Islam di Palestina. Dalam pandangan Hamas, adalah hak asasi rakyat Palestina untuk
hidup dalam keadaan merdeka dan berada di bawah naung-an Islam yang menjadi agama
mayoritas di Palestina.

Kedua, tujuan strategis. Dalam pandangan Hamas, tanah air rakyat Palestina mencakup
dari Laut Tengah di selatan sampai Sungai Jordan di utara. Karena itu, segala hal yang dilakukan
oleh gerakan Zionisme sejak awal 1930-an hingga pasca-berakhirnya Perang Arab-Israel tahun
1967 terhadap wilayah-wilayah di kawasan itu merupakan sebuah tindak-an penverobotan.
Gerakan Zionisme dan Israel tidak berhak sama sekali melakukan klaim atas wilayah-wilayah
itu, terlebih dengan turut mengusir para penduduk yang telah sejak lama bermukim di wilayah
itu. Atas dasar itulah, Hamas menempatkan perjuangan pembebasan Palestina sebagai sebuah
tujuan yang mungkin dicapai dalam jangka waktu2

Penyematan Hamas sebagai organisasi teroris dilakukan Israel dan negara Barat akibat
gerakannya yang dianggap radikal. Pada banyak kasus teror dan serangan yang terjadi, mereka
selalu menuduh Hamas sebagai kelompok yang bertanggung jawab. Tak hanya serangan roket
atau rudal yang dimiliki, namun juga mencakup berbagai aksi bom bunuh diri yang ditujukan ke
para sasarannya di Israel.

Pada perjuangannya, Hamas memang lebih identik dengan perlawanan bersenjata.


Mereka cukup sering bertempur dengan pasukan Israel, khususnya di Jalur Gaza. Hamas
mungkin bukan militer resmi dari Palestina. Namun, tujuan mereka jelas sebagai pembela utama
Palestina. Berdasarkan tujuannya ini, Hamas acapkali melancarkan aksi serangan ke Israel.
Mereka tak segan meluncurkan roket sebagai serangan balasan yang ditujukan ke wilayah Israel.
Tindakan atau aksi Hamas ini menjadi ancaman tersendiri bagi Israel. Melihat potensi
ancamannya, mereka pun melabeli Hamas sebagai kelompok teroris karena perlawanan
bersenjatanya.3

Hamas terbentuk untuk pendirian sebuah negara Palestina.Namun, yang masih


dipersoalkan adalah wilayah negara tersebut. Sejak awal Hamas menginginkan sebuah negara
Palestina yang mencakup Tepi Barat, Gaza, dan wilayah yang sekarang diduduki oleh negara
Israel. Bahkan, mereka menentang keras perjanjian perdamaian Oslo 1993 antara PLO dan
pemerintah Israel. Dalam hal ini, mereka menolak untuk menjadi bagian dari Otoritas Nasional
Palestina.

Cara Hamas untuk mencapai tujuan politiknya adalah menggabungkan mobilisasi sosial,
organisasi politik, dan negosiasi dengan penggunaan kekerasan. Oleh karena itu, Hamas secara
umum dianggap sebagai kelompok jihadis, dalam arti mereka tidak meninggalkan kekerasan
sebagai strategi politik untuk mencapai tujuannya. Hamas, meningkatkan aktivitas kekerasan
sebagai strategi untuk menyertai negosiasi politik. Oleh karena itu, Hamas dapat mengikuti
pemilihan umum dan duduk untuk bernegosiasi, sembari merencanakan dan melaksanakan aksi-
aksi teror terhadap warga sipil dan militer, seperti yang dilakukannya akhir pekan lalu ke Israel.

Hamas menganggap dirinya (dan merupakan) sebuah gerakan politik. Bahkan, mereka
memohon kepada Pengadilan Uni Eropa untuk menghapusnya dari daftar kelompok teroris Uni
2
Kumoro, B. (2009). Hamas, Ikon Perlawanan Islam Terhadap Zionisme Israel. Mizan Pustaka.
3
Lutfan Faizi, 3 Alasan Hamas Dituduh Teroris oleh Israel dan Sekutunya,
https://international.sindonews.com/read/1256953/45/3-alasan-hamas-dituduh-teroris-oleh-israel-dan-sekutunya-
1700550700?showpage=all, diakses pada tanggal 29 November 2023
Eropa, yang sudah tercatat sejak 2001.Pada 2014, Pengadilan untuk sementara mendesak Uni
Eropa untuk menghapus Hamas dari daftar tersebut, meskipun akhirnya diputuskan pada tahun
2019 bahwa Hamas harus tetap berada dalam daftar. Ini membuat dana hamas terus dibekukan
ketika terdeteksi.

Di Palestina, Hamas juga beroperasi sebagai partai politik. Puncak dari situasi ini terjadi
pada tahun 2006, ketika Hamas ikut serta dalam Pemilu Palestina, bersaing dengan partai besar
lainnya yang lebih sekuler, Al-Fatah, dan menang dengan suara mayoritas. Akan tetapi,
masyarakat internasional tidak mengakui hasil Pemilu tersebut dan krisis internal besar lainnya
pun terjadi. Ini membuat krisis belum sepenuhnya terselesaikan hingga kini dan membuat Al-
Fatah berkuasa di Tepi Barat sementara Hamas, secara de facto, berkuasa di Gaza.4

4
,
The Conversation Apakah Hamas teroris? 6 fakta tentang organisasi ini yang perlu kita tahu,
https://theconversation.com/apakah-hamas-teroris-6-fakta-tentang-organisasi-ini-yang-perlu-kita-tahu-215592,
diakses pada tanggal 29 November 2023

Anda mungkin juga menyukai