Ajeng Fatmasari K4423004 A PAI
Ajeng Fatmasari K4423004 A PAI
1. a. Kitab suci Al Qur'an merupakan petunjuk bagi orang yang bertaqwa, Jelaskan
tentang hal tersebut!
>>> Al-Qur'an adalah kitab suci bagi umat Islam yang dianggap sebagai petunjuk
bagi orang yang bertaqwa. Bertaqwa dalam Islam berarti memiliki kesadaran dan
ketaatan kepada Allah SWT serta menjauhi segala bentuk perbuatan yang dilarang
oleh-Nya. Maka jika ingin menjadinorang yang bertakwa, kita harus menaati semua
perintah dan menjauhi semua larangan Allah yang mana demuanya tertuang dalam
kitab suci umat islam yaitu Al-qur'an. Dalam Al-Qur'an, terdapat banyak ayat yang
mengajarkan tentang bertaqwa dan memberikan petunjuk bagi orang yang ingin
menjadi bertaqwa.
Secara keseluruhan, persatuan dan kesatuan sangat penting dalam berbangsa dan
bernegara untuk menciptakan keharmonisan, menghargai perbedaan, dan membangun
kehidupan sosial yang beradab
Artinya: "Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: 'Ya bapakku, ambillah dia
sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik
yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat dan dapat
dipercaya.'"
Ayat ini mengisahkan salah seorang dari dua wanita yang menyarankan ayahnya
untuk mempekerjakan Nabi Musa sebagai pekerja karena kekuatan fisik dan
kepercayaannya. Ayat ini menunjukkan kriteria pekerja yang ideal, yaitu memiliki
kekuatan fisik dan kepercayaan. Ayat ini juga mengandung pesan-pesan moral dan
ibrah (manfaat) yang relevan dengan setiap zaman.
Ayat 124 dari Surah Al-Baqarah dalam Al-Qur'an berisi sebagai berikut:
Dalam ayat ini, Allah menggambarkan pada ucapan dan perbuatan mereka
mencerminkan kebahagiaan, kecayaan dalam Allah, kekuatan, dan kesadaran tentang
pekerjaan yang akan datang. Ayat ini menunjukkan bahwa keberlanjutan dan
kesediaan untuk menerima pekerjaan yang diberikan oleh Allah merupakan kunci
untuk kesuksesan dan kebahagiaan dalam kehidupan.
Ayat ini menggambarkan bahwa Allah telah menjadikan di antara Bani Israil para
pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah-Nya selama mereka sabar dan
meyakini ayat-ayat-Nya. Para pemimpin ini termasuk para imam, dai, dan ulama yang
menunjukkan jalan kebenaran dan menyeru kepada tauhid dan iman. Ayat ini juga
menunjukkan bahwa kesabaran dan keyakinan dalam ayat-ayat Allah merupakan
kunci untuk menjadi pemimpin yang baik dan memberi petunjuk yang benar.
Menurut Al-Qur'an, ketentuan memilih pemimpin yang baik adalah sebagai berikut:
1. Surah Al-Qashash ayat 26: Kriteria pemimpin yang ideal adalah memiliki kekuatan
fisik dan kepercayaan.
2. Surah Al-Baqarah ayat 124: Kriteria pemimpin yang baik adalah memiliki
kebahagiaan, kepercayaan dalam Allah, kekuatan, dan kesadaran tentang pekerjaan
yang akan datang.
Dalam tafsir Al-Qur'an, kriteria pemimpin yang baik juga termasuk mampu
memutuskan perkara dengan adil, menunjukkan jalan kebenaran, menyeru kepada
tauhid dan iman, serta memiliki kesabaran dan keyakinan dalam ayat-ayat Allah. Oleh
karena itu, pemimpin yang baik harus memiliki kualitas kepemimpinan yang baik,
seperti kepercayaan diri, keberanian, keadilan, kebijaksanaan, dan kemampuan untuk
memimpin dengan baik[3][4][5].
>>> Pengamalan ajaran agama Islam tentang pernikahan dan pembagian warisan di
masyarakat Indonesia memiliki peran yang signifikan dalam membentuk struktur
sosial dan nilai-nilai keluarga. Dalam konteks pernikahan, ajaran Islam mendorong
prinsip kesetaraan, keadilan, dan saling pengertian antara suami dan istri.
Penghormatan terhadap hak-hak perempuan, kepatuhan pada norma-norma agama,
dan keberlanjutan keluarga adalah nilai-nilai yang ditekankan.
Namun, dalam kenyataan, pengamalan ini dapat dipengaruhi oleh faktor budaya dan
tradisi di Indonesia. Beberapa praktik lokal mungkin tidak sepenuhnya sejalan dengan
prinsip-prinsip tersebut. Oleh karena itu, penting untuk terus mendorong pendekatan
edukatif dan dialog agar pemahaman tentang ajaran agama Islam tetap konsisten
dengan prinsip-prinsip fundamentalnya.
Pembagian warisan juga menjadi isu penting. Islam menetapkan aturan yang jelas
untuk pembagian harta warisan dengan prinsip keadilan. Namun, di masyarakat
Indonesia, terkadang terdapat perbedaan interpretasi dan pelaksanaan praktik ini.
Pendidikan dan sosialisasi mengenai prinsip-prinsip Islam dalam pembagian warisan
dapat membantu mengatasi potensi ketidaksetaraan yang mungkin muncul.
Pentingnya edukasi dan dialog antar-generasi dapat menjadi kunci untuk mencapai
pengamalan yang lebih baik dan sesuai dengan nilai-nilai Islam dalam konteks budaya
Indonesia yang beragam.
b. Bagaimana janji dan ancaman Allah SWT yang disampaikan dalam pembagian
harta warisan menurut ketentuan-ketentuan Allah SWT. (Qur'an. An Nisa, Ayat 13
dan 14)?
>>> Surah An-Nisa, Ayat 13 dan 14, membunyi janji dan ancaman Allah bagi
umat-Nya. Berikut ini adalah terjemahan dan penjelasan dari janji dan ancaman
tersebut:
- Ayat 13: Itulah batas-batas (hukum) Allah. Barangsiapa taat kepada Allah dan
Rasul-Nya, Dia akan memasukkannya ke dalam surga-surga yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Dan itulah kemenangan
yang agung
Dari ayat itu bisa diartikan bahwa Allah berjanji umat-Nya akan diberikan
peluang untuk bertahan dan berkelanjutan dalam surga-surga yang mengalir di
bawah sungai-sungai.
- Ayat 14**: Tidak ada kebaikan pada orang-orang yang mendurhakai Allah dan
rasul-Nya, dan melanggar batas-batas hukum-Nya, niscaya Allah akan
memasukkannya ke dalam api neraka
Kemudian dari Ayat diatas terdapat ancaman dari Allah untuk tidak
mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, dan hendak melanggar batas-batas
hukum-Nya
Dari janji dan ancaman ini, kita dapat menyimpulkan bahwa Allah menjanjikan
umat-Nya dengan peluang untuk bertahan dan berkelanjutan dalam surga-surga jika
mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Selain itu, mereka yang mendurhakai Allah
dan Rasul-Nya dan melanggar batas-batas hukum-Nya akan dihakim ke dalam api
neraka. Dari ayat ini kita diperintahkan untuk tetap berpegang teguh pada ketentuan
ketentuan Allah yabg ada di dalam Al-Qur’an pada hal pembagian Harta Warisan agar
mendapatkan janji Allah dan terhindar dari ancaman api neraka.
b. Jelaskan pentingnya perjuangan KH. Hasyim Asy'ari dalam mendirikan NU, dan H.
Ahmad Dahlan dalam mendirikan Muhammadiyah di Indonesia!
>>> Perjuangan KH. Hasyim Asy'ari dalam mendirikan Nahdlatul Ulama (NU) dan
KH. Ahmad Dahlan dalam mendirikan Muhammadiyah sangat penting karena
keduanya memainkan peran kunci dalam perkembangan organisasi Islam di Indonesia
dan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat. Berikut ini adalah
beberapa poin penting dari perjuangan mereka:
- Pemikiran Pendidikan: KH. Hasyim Asy'ari memiliki keahlian dalam bidang
Hadits, Fiqih, dan Tasawuf, dan pemikiran pendidikannya didorong oleh
situasi pendidikan yang terjadi di Indonesia. KH. Ahmad Dahlan juga serupa
memperhatikan pentingnya pendidikan dalam mengembangkan organisasi
Islam.
- Pengembangan Sosial dan Kesehatan: Keduanya berkesadaran dalam
menyadarkan umat Islam agar terlepas dari keterpurukan dan mengatasi
masalah masyarakat, seperti kemajuan pendidikan, kesehatan, dan sosial.
- Persatuan dan Kesatuan Umat Muslim: KH. Hasyim Asy'ari dan KH. Ahmad
Dahlan berkesadaran dalam menyadarkan umat Islam di Indonesia agar tetap
berada pada ajaran agama Islam dan berkesatuan dalam kebajikan.
- Pengaruh dalam Kemerdekaan Indonesia: Kedua ulama ini memiliki peran
kunci dalam perjuangan kemerdekaan di Indonesia. KH. Ahmad Dahlan
merupakan salah satu tokoh pendiri Muhammadiyah, yang merupakan
organisasi terbesar di Indonesia selama awal abad ke-20. KH. Hasyim Asy'ari
menjadi pengaruh dalam perjuangan kemerdekaan di Indonesia dan
mendorong Resolusi Jihad yang mempengaruhi perlawanan prajurit dan rakyat
Indonesia.
Secara keseluruhan, perjuangan KH. Hasyim Asy'ari dalam mendirikan NU dan KH.
Ahmad Dahlan dalam mendirikan Muhammadiyah telah memberikan dampak positif
dalam perkembangan organisasi Islam di Indonesia dan mempengaruhi berbagai
aspek kehidupan masyarakat.
>>> Hadits yang mengarah "ُْس لَهُ َجزَا ًء ِإاَّل ْال َجنَّة
َ " ْال َحجُّ ْال َم ْبرُو ُر لَيberarti bahwa haji yang
mabrur balasannya tiada lain adalah syurga. Maksud dari hadits ini adalah bahwa haji
yang dipernikahan dan diterima oleh Allah SWT tidak memiliki syarat yang dapat
diperdebatkan oleh manusia. Syurga adalah tempat yang diberikan oleh Allah SWT
kepada umat-Nya yang telah beramal sholeh dan telah menjadi pengguna ajaran Islam
dan kebajikan Allah SWT.
Dalam konteks ini, syurga juga dapat diartikan sebagai tempat yang diberikan oleh
Allah SWT kepada umat-Nya yang telah beramal sholeh dan telah menjadi pengguna
ajaran Islam dan kebajikan Allah SWT. Syurga ini tidak hanya melibatkan kehidupan
di dunia berikutnya, tetapi juga melibatkan kehidupan dalam dunia yang mendatang,
di mana umat-Nya akan menghabiskan kebahagiaan Allah SWT dan mengalami
kebahagiaan yang telah mereka tempuhkan selama kehidupan mereka di dunia.
7. a. Jelaskan tentang fungsi masjid tempat ibadah, perjuangan, tempat pendidikan, dan
tempat kegiatan sosial kemasyarakatan?
>>> Masjid memiliki beragam fungsi yang meliputi tempat ibadah, perjuangan,
pendidikan, dan kegiatan sosial kemasyarakatan. Berdasarkan sumber yang
ditemukan, berikut adalah penjelasan tentang fungsi-fungsi tersebut:
1. Tempat Ibadah: Masjid adalah tempat untuk melaksanakan ibadah wajib dan
sunnah, seperti shalat berjamaah, shalat Jumat, dan ibadah-ibadah lainnya.
2. Tempat Perjuangan: Masjid juga dapat berperan sebagai tempat perjuangan, baik
dalam konteks pembebasan maupun merumuskan gerakan. Hal ini terlihat dalam
sejarah di berbagai tempat di mana masjid digunakan sebagai pusat perjuangan.
3. Tempat Pendidikan: Masjid berfungsi sebagai pusat pendidikan, di mana umat
muslim dapat memperdalam ilmu agama dan mempelajari ajaran Islam. Kegiatan
belajar mengajar dan diskusi keagamaan seringkali dilakukan di masjid.
4. Tempat Kegiatan Sosial Kemasyarakatan: Masjid juga menjadi pusat kegiatan
sosial kemasyarakatan, seperti musyawarah, akad nikah, perlindungan saat bencana,
serta penerimaan, penampungan, dan pengelolaan dana zakat. Selain itu, masjid juga
berperan dalam menyebarkan dakwah yang menyejukkan dan sebagai tempat untuk
saling tolong menolong dalam memulihkan ekonomi masyarakat.
Dengan demikian, masjid memegang peran penting dalam kehidupan umat muslim,
tidak hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat perjuangan, pendidikan,
dan kegiatan sosial kemasyarakatan.
b. Bagaimana karakteristik Takmir masjid yang baik, sesuai ajaran Surat At Taubah
Ayat 18?
ْج َد هَّللا ِ َم ْن آ َمنَ بِاهَّلل ِ َو ْاليَوْ ِم اآْل ِخ ِر َوَأقَا َم الصَّلوةَ َوَأتَى ال َّز ُكوةَ َولَ ْم
ِ ِإنَّ َما يَ ْع ُم ُر َمس
َك َأ ْن يَ ُكوْ نُوْ ا ِمنَ ْال ُم ْهتَ ِدين
َ ش ِإاَّل هللا عسى أولي َ يَ ْخ
>>> Takmir adalah kelompok atau badan yang bertanggung jawab atas pengelolaan,
pemeliharaan, dan pengembangan suatu masjid. Mereka memiliki tugas seperti
pengelolaan keuangan, perawatan fisik masjid, pengelolaan kegiatan keagamaan, dan
aspek lain yang terkait dengan fungsi dan penggunaan masjid[4]. Secara etimologis,
takmir berasal dari kata " "عمرyang artinya memakmurkan, sehingga takmir masjid
merujuk kepada orang yang bertugas untuk memakmurkan masjid[5]. Takmir masjid
bukanlah penguasa masjid, melainkan pelayan jamaah, dengan kewajiban
memakmurkan masjid dan mensejahterakan serta memberdayakan jamaah[1]. Mereka
dipilih dari orang-orang yang memiliki kelebihan, kemampuan, dan berakhlak mulia,
sehingga jamaah menghormatinya secara[3].
Takmir masjid yang baik harus memiliki karakteristik yang sesuai dengan ajaran Surat
At Taubah ayat 18. Berdasarkan ayat tersebut, orang yang memakmurkan masjid
adalah orang yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, mendirikan shalat,
menunaikan zakat, dan tidak takut kepada siapa pun selain Allah. Oleh karena itu,
karakteristik takmir masjid yang baik antara lain.
1. Beriman kepada Allah dan Hari Akhir
2. Aktif dalam mendirikan shalat dan menunaikan zakat
3. Tidak takut kepada siapa pun selain Allah
4. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan keagamaan di masjid
5. Bertanggung jawab dalam pengelolaan keuangan dan pemeliharaan fisik masjid
6. Berkontribusi positif untuk menjaga ketenangan dan kedamaian di dalam masjid
7. Berkorban dengan waktu, harta, tenaga, dan pikiran untuk kepentingan masjid