Anda di halaman 1dari 10

Kepemimpinan Adil dan Bijaksana:

“Pembelajaran dari Ajaran Al-Qur’an dalam Mengelola Keberagaman”

Ferdi Arnansyah
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
Ferdiarnansyah0@gmail.com
Ali Akbar
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
aliakbarusmanhpai@gmail.com

ABSTRAK

Leaders who are just and wise play a crucial role in managing diversity
within a community. The teachings of the Qur’an can serve as a source of
inspiration in understanding the concept of just and wise leadership. This
work aims to explore the concept of just and wise leadership based on the
teachings of the Qur’an and to apply it in the context of managing diversity.
The research method involves analyzing the verse of the Qur’an related to
leadership and conducting a comparative study of the concept of leadership
from other relevant sources. This work will compare the concept of
leadership from other relevant literature or sources. The research aims to
provide a deeper understanding of the concept of just and wise leadership
based on the teachings of the Qur’an and to offer practical guidance in
managing diversity with a just and wise approach.
Keywords: Leadership, Just, Wise, Qur’anic Teachings, Diversity.

ABSTRAK

Pemimpin yang adil dan bijaksana memiliki peran penting dalam mengelola
keberagaman dalam sutau komunitas. Ajaran Al-Qur’an dapat menjadi
sumber inspirasi dalam memahami konsep kepemimpinan yang adil dan
bijaksana. Karya ini bertujuan untuk menggali konsep kepemimpinan yang
adil dan bijakasana berdasarkan ajaran Al-Qur’an serta menerapkannya
dalam konteks pengelolaan keberagaman. Metode penelitia ini meliputi
analisis terhadap ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan kepemimpinan,
serta studi komparatif terhadap konsep kepemimpinan dari sumber-sumber
lain yang relevan. Karya ini akan membandingkan konsep kepemimpinan
yang diambil dari Al-Qur’an dengan konsep kepemimpinan dari literatur atau
sumber-sumber yang relevan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang konsep
kepemimpinan yang adil dan bijaksana berdasarkan ajaran Al-Qur’an, serta
memberikan panduan praktis dalam mengelola keberagaman dengan
pendekatan yang bijaksana dan adil.

Kata kunci: Kepemimpinan, Adil, Bijaksana, Ajaran Al-Qur’an,


Keberagaman.

PENDAHULUAN

a. Latar belakang masalah


Indonesia merupakan Negara yang memiliki keberagaman yang
sangat kompleks, baik dari segi agama, suku, budaya, dan bahasa.
Keberagaman ini dapat menjadi kekuatan jika dikelola dengan baik,
namun juga dapat menjadi sumber konflik jika tidak dikelola dengan
bijaksana dan adil. Oleh karena itu, diperlukan kepemimpinan yang
adil dan bijaksana dalam mengelola keberagaman di Indonesia.
Pemimpin yang adil dan bijaksana memainkan peran penting dalam
mengelola keberagaman di masyarakat Dalam konteks ini, ajaran Al-
Qur’an dapat menjadi sumber inspirasi bagi para pemimpin dalam
mengelola keberagaman dengan adil dan bijaksana. Sebagai kitab suci
umat islam, Al-Qur’an mengandung banyak nilai-nilai yang dapat
dijadikan pedoman dalam mengelola keberagaman. Oleh karena itu,
penelitian ini akan membahas pembelajaran dari ajaran Al-Qur’an
dalam mengelola keberagaman.
b. Kajian terdahulu dan perbedaan dengan penelitian sebelumnya:
Beberapa penelitian sebelumnya telah membahas tentang
kepemimpinan yang adil dan bijaksana dalam mengelola
keberagaman. Namun, penelitian-penelitian tersebut lebih banyak
membahas dari sudut pandang manajemen dan psikologi, sedangkan
penelitian ini akan membahas pembelajaran dari ajaran Al-Qur’an
dalam mengelola keberagaman. Oleh karena itu, penelitian ini
memiliki perbedaan dengan penelitian sebelumnya.
c. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, maka
rumusan masalah dari penelitian ini adalah “Bagaimana pembelajaran
dari ajaran Al-Qur’an dapat diterapkan dalam mengelola
keberagaman di Indonesia ?”
d. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah “Pembelajaran dari ajaran Al-
Qur’an dapat menjadi pedoman bagi para pemimpin dalam mengelola
keberagaman dengan adil dan bijaksana”.

HASIL dan PEMBAHSAN

Indonesia meupakan Negara kesatuan yang penuh dengan keberagaman


terdiri dari keberagaman budaya, suku dan agama. Disatu sisi, keberagaman
ini menjadikan Indonesia negeri yang unik dan menarik, sementara disisi
lain, keberagaman ini kalau tidak dijaga dan dikelola dengan baik bisa
menjadi sumber potensi konflik antar etnis, suku maupun agama yang pada
gelirannya dapat meruntuhkan falsafah Negara, Bhineka Tunggal Ika
“berbeda-beda tapi tetap satu”. Allah berfirman dalam QS. Al-Hujurat
ayat13:

‫َيَّأ ُّيَهَّناُس ِاَّنا َخ َلْقَنُك ْم ِّم ْن َذ َك ٍر َّو ُأْنَثى َو َجَع ْلٰن ُك ْم ُش ُعوًبا َّو َقَبٓاِئَل ِلَتَع اَر ُفْو اۚ ِاَّن‬
‫َاْك َر َم ُك ْم ِع ْنَد اِهللا َاْتٰق ُك ْم ۗ ِاَّن اَهللا َع ِلْيٌم َخ ِبْيٌر‬

Artinya: “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari


seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal.
Sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang
paling bertakwa, Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Mengenal.
(QS.Al-Hujurat : 13)

Syekh Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaili dalam kitabnya tafsir Al-Munir jilid 13
halaman 478 menukilkan 2 riwayat terkait asbabun nuzul ayat tadi.
Pertama, riwayat dari Ibnu Abi Hatim dari Abi Mulaikah, bahwa pada hari
fathu Makkah Bilal RA naik kedalam ka’bah lalu mengumandangkan azan
sebagian para sahabat memprotes seraya berkata “kenapa budak hitam ini
mengumandangkan azan didalam ka’bah !!” Lalu turunlah ayat yang telah
dibacakan tadi, kemudian Rasulullah memanggil mereka dan
memperingatkan mereka dengan tegas untuk tidak sekali-kali berbangga
dengan keturunan mereka dan merendahkan orang-orang kafir.

Kedua, riwayat dari Abu Bakar ibnu Abi Dawud, bahwa ayat tadi berkenaan
dengan Abu Hindun, tatkala Rasulullah menyuruh Bani Bayadhah untuk
menikahkan seorang putri mereka dengan Abu Hindun yang merupakan
tukang pekang dan bekas budak mereka, lalu mereka berkata “wahai
Rasulullah kami nikahkan putri kami dengan bekas budak kami?” Lalu
turunlah ayat yang dimaksud.

Prof. Dr. M. Quraish Shihab dalam tafsirnya Al-Misbah volume 12 halaman


616 juga menukilkan 2 riwayat terkait asbabun nuzul ayat tadi, selanjutnya
beliau berkata “apapun sebab nuzulnya ayat tersebut menegaskan tentang
kesatuan asal usul manusia tidak wajar seseorang berbangga dan merasa lebih
tinggi dari orang lain tidak hanya antar agama, suku, bangsa serta warna kulit
akan tetapi juga termasuk jenis kelamin mereka”.

Kemudian, bagaiamana dalam pandangan islam terkait dengan keberagaman


seperti yang terjadi dinegeri kita tercinta ini. Allah berfirman dalam QS.Al-
Mumtahanah ayat 8:

‫َال َيْنَهُك ُم اُهللا َع ِن اَّلِذ ْيَن َلْم ُيَقاِتُلوُك ْم ِفْي الِّدْيِن َو َلْم ُيْخ ِر ُجْو ُك ْم ِّم ْن ِدَياِر ُك ْم َاْن‬
‫َتَبُّر ْو ُهْم َو ُتْقِس ُطْو آ ِاَلْيِهْم ۗ ِاَّن َهللا ُيِح ُّب اْلُم ْقِس ِط ْيَن‬
Artinya: “Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap
orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak
mengusir kamu dari kampong halamanmu. Sesunggunya Allah mencintai
orang-orang yang berlaku adil”.

Sayyid Qutb juga berkomentar ketika menafsirkan ayat tadi sebagaimana


yang dinukilkan oleh Prof. Dr. M. Quraish Shihab dalam tafsirnya Al-Misbah
volume 13 halaman 399 mengatakan bahwa islam adalah agama damai dan
aqidah cinta ia satu system yang bertujuan menaungi seluruh alam yang
naungannya berupa kedamaian dan cinta, seluruh manusia dihimpun dibawah
panci ilahi dalam kedudukan saudara-saudara yang saling kenal mengenal
islam sama sekali tidak berniat untuk melakukan permusuhan dan tidak pula
berusaha melakukannya, surah Al-Mumtahanah ayat 8 tadi, menjelaskan
sikap seorang muslim terhadap pemeluk agama lain dalam hubungan sosial
kemasyarakatan.

Penerapan ajaran Al-Qur’an dalam mengelola keberagaman di Indonesia


dapat melibatkan konsep kunci, seperti:

1. Toleransi dan penghargaan terhadap perbedaan.


Toleransi dan penghargaan terhadap perbedaan merupakan nilai-nilai
utama dalam ajaran Al-Qur’an yang dapat memberikan landasan
untuk membangun keharmonisan dalam masyarakat. Adapun salah
satu ayat Al-Qur’an mencerminkan prinsip-prinsip ini yaitu QS. Al-
Hujurat ayat 13:
Yang artinya: “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan
kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami
jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling
mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu disisi
Allah ialah orang yang paling bertakwa, Sungguh, Allah Maha
Mengetahui, Maha Mengenal. (QS.Al-Hujurat : 13)
2. Keadilan sosial
Konsep keadilan sosial memiliki landasan dalam ajaran Al-Qur’an,
yang menekankan distribusi yang adil dari sumber daya dan hak-hak
diantara anggota masyarakat. Adapun salah satu ayat Al-Qur’an yang
mencerminkan prinsip keadilan sosial yaitu QS. An-Nisa ayat 135:
Yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu
penegak keadilan dan saksi karena Allah, walaupun kesaksian itu
memberatkan dirimu sendiri, ibu bapakmu, atau kerabatmu, jika
dia(yang diberatkan dalam kesaksian) kaya atau miskin, Allah lebih
layak tahu (kemaslahatan) keduanya,. Maka, janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang (dari kebenaran).
Jika kamu memutarbalikkan (kata-kata) atau berpaling (enggan
menjadi saksi), sesunggunya Allah Maha Teliti terhadap segala apa
yang kamu kerjakan.
3. Pendidikan dan dialog antar agama
Pentingnya saling pengertian dan kerjasama antar umat beragama.
Adapun salah satu ayat Al-Qur’an mencerminkan prinsip-prinsip
yaitu QS. Al-Kafirun ayat 1-6:
Yang artinya: “Katakanlah: hai orang-orang kafir, aku tidak akan
menyembah apa yang kamu sembah, Dan kamu bukan penyembah
apa yang aku sembah. Dan aku tidak akan menjadi apa penyembah
apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak akan menjadi penyembah
apa yang aku sembah. Untukmu agamu, dan untukku agamaku”.
4. Pemberdayaan perempuan
Konsep pemberdayaan perempuan ditegaskan dalam ajaran Al-
Qur’an, mengakui hak-hak dan peran penting perempuan dalam
masyarakat. Adapun salah satu ayat Al-Qur’an mencerminkan
prinsip-prinsip yaitu didalam QS. An-Nisa ayat 32 :
Yang artinya: “Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang telah
dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari
sebahagian yang lain. Mereka (para lelaki) mendapat bagian dari apa
yang mereka usahakan, dan kepada para wanita (juga) mendapat
bagian dari apa yang mereka usahakan. Dan mohonlah kepada Allah
sebahagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
segala sesuatu.

KESIMPULAN

Dari pembahsan yang kami jelaskan diatas, dapat kita ambil kesimpulan
bahwa:

Pertama, keberagaman agama, suku, bahasa, bangsa serta warna kulit


merupakan sunnatullah dalam penciptannya, tidak boleh menjadi alat unrtuk
berbangga diri dan merendahkan pihak lain.

Kedua, keberagaman agama harus disikapi dengan sikap saling toleransi dan
mengahargai.

Ketiga, kita ummat islam Indonesia sebagai penduduk mayoritas dinegeri ini
harus menjadi garda terdepan dalam meimplementasikan konsep islam terkait
dengan keberagaman.
Dan yang keempat, kepada non muslim yang tinggal dinegeri tercinta ini
untuk selalu menjunjung tinggi sikap toleransi dan menghargai dalam
mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Attas, Syed Muhammad Naquib. Islam dan Sekularisme. Kuala Lumpur:


ABIM.1980.

Al-Faruqi, Ismail Raji. Tauhid Implikasinya Bagi Pemikiran dan Kehidupan.


Herndon, VA: IIIT. 1985.

Al-Faruqi, Ismail Raji. Islamisasi Pengetahuan: Prinsip Umum dan Rencaa


Kerja. Herndon, VA, IIIT, 1982

Al-Faruqi, Ismail Raji. Atlas Kebudayaan Islam. New York: Macmillan.


1992

Al-Faruqi, Ismail Raji. Islam dan Keharusan Budaya. Herndon, VA: IIIT.
2000

Shihab. Quraish, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-


Qur’an. Jakarta: Lentera Hati. 2007
M. Khazin, Pancasila dan Islam dalam Kebhinekaan: Teologi Kebangsaan
dan Multikulturalisme Indonesia. Yogyakarta. 2015

http://id.scribd.com/document/678316923/Keberagaman-Dalam-Perspektif-
Al-Qur’an-syarhil-Qur’an.

Anda mungkin juga menyukai