LP Hemoroid Yuliana
LP Hemoroid Yuliana
A. PENGERTIAN
Hemoroid berasal dari bahasa Yunani dari kata “haem” : darah, dan “rhoos”
yang artinya mengalir. Jadi perdarahan dari anus (Masriadi, 2016). Hemoroid adalah
B. ETIOLOGI
Menurut Mutaqqin (2011), kondisi hemoroid biasanya tidak berhubungan dengan
kondisi medis atau penyalit, namun ada beberapa predisposisi penting yang dapat
meningkatkan risiko hemoroid seperti berikut:
a. Peradangan pada usus, seperti pada kondisi colitis ulseratif atau penyalit crohn.
b. Kehamilan, berhubungan dengan banyak masalah anorektal.
c. Konsumsi makanan rendaj serat.
d. Obesitas.
e. Hipertensi portal.
Hemoroid dapat terjadi karena dilatasi (pelebaran), inflamasi (peradangan) atau
pembengkakan vena hemoroidalis yang disebabkan: (www.suaramerdeka.com, 2005).
a. Konstipasi kronik: sulit buang air besar, sehingga harus mengejan.
b. Kehamilan: karena penekanan janin pada perut.
c. Diare kronik.
d. Usia lanjut.
e. Duduk terlalu lama
f. Hubungan seks peranal.
C. MANIFESTASI KLINIS
Sedangkan tanda dan gejala menurut Lumenta (2006) pasien hemoroid dapat
mengeluh hal-hal seperti berikut :
a. Perdarahan
Keluhan yang sering dan timul pertama kali yakni : darah segar menetes setelah
buang air besar (BAB), biasanya tanpa disertai nyeri dan gatal di anus.
Pendarahan dapat juga timbul di luar wakyu BAB, misalnya pada orang tua.
Perdaran ini berwarna merah segar.
b. Benjolan
Benjolan terjadi pada anus yang dapat menciut/ tereduksi spontan atau manual
merupakan ciri khas/ karakteristik hemoroid.
c. Nyeri dan rasa tidak nyaman
Dirasakan bila timbul komplikasi thrombosis ( sumbatan komponen darah di
Hemoroid dapat diraba apabila sangat besar. Apabila hemoroid sering prolaps,
selaput lendir akan menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat
dengan dasar yang lebar. Pemeriksaan colok dubur ini untuk menyingkirkan
kemungkinan karsinoma rektum.
b. Anoskopy
Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar.
Anoskop dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita dalam posisi
litotomi. Anoskop dan penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin,
penyumbat diangkat dan penderita disuruh bernafas panjang. Hemoroid interna
duduk. Jika terlalu banyak jongkok otot panggul dapat tertekan kebawah
sehingga dapat menghimpit pembuluh darah.
- Penderita hemoroid dianjurkan untuk menjaga kebersihan lokal daerah
anus dengan cara merendam anus dalam air selama 10-15 menit tiga kali
sehari. Selain itu penderita disarankan untuk tidak terlalu banyak duduk
atau tidur, lebih baik banyak berjalan.
3. Tindakan minimal invasif
Dilakukan jika pengobatan farmakologi dan non farmakologi tidak berhasil,
tindakan yang dapat dilakukan diantaranya adalah :
- Skleroskopi hemoroid, dilakukan dengan cara menyuntikkan obat
langsung kepada benjolan / prolaps hemoroidnya.
- Ligasi pita karet, dilakukan dengan cara mengikat hemoroid. Prolaps akan
menjadi layu dan putus tanpa rasa sakit.
- Penyinaran sinar laser.
5) Tirah baring.
6) Tindakan non operatif seperti : fotokoagulasi infra merah, diatermi bipolar dan
terapi laser.
7) Injeksi larutan sklerosan untuk hemoroid berukuran kecil dan berdarah.
8) Tindakan bedah konservasif hemoroid internal adalah prosedur ligasi pita-
karet.
9) Hemoroidektomi kriosirurgi adalah metode untuk mengangkat hemoroid
dengan cara membekukan jaringan hemoroid selama waktu tertentu sampai
timbul nekrosis.
Trombosis terjadi karena tekanan yang tinggi pada vena seperti saat mengejan,
batuk, atau ibu yang melahirkan.Pembuluh darah vena yang mengalami pelebaran
dan menonjol dapat terjepit dan terjadi trombosis.
e. Infeksi.
Setelah trombosis dengan oedem atau pembengkakan dan radang bisa
mengakibatkan infeksi.
f. Terjadi iritasi.
Hemoroid dapat menyebabkan iritasi dan luka pada daerah sekitar anus.Luka
tersebut menimbulkan rasa nyeri dan sakit.Nyeri bertambah parah saat orang
tersebut sedang buang air besar. Yang menjadi sebab timbulnya luka adalah
terjadinya gesekan yang ditimbulkan feses pada kulit anus, jika seseorang yang
terkena hemoroid juga terkena sembelit maka akan memperparah keadaan.
g. Jaringan menjadi mati atau membusuk.
Matinya jaringan dan membusuk dapat saja dialami pasien hemoroid.Hal ini
terjadi ketika benjolan ambeien yang keluar dari anus terjepit oleh otot lingkar
dari anus sendiri.Kondisi ini menyebabkan darah tidak lagi dapat beredar secara
sempurna.Maka ambeien bertambah sakit. Penanganan yang terlambat dapat
menyebabkan kematian jaringan sehingga akan membusuk jika terus dibiarkan.
G. KLARIFIKASI
Berdasarkan asal / tempat penyebabnya
a. Hemoroid interna
Hemoroid ini berasal dari vena hemoroidales superior dan medial, terletak diatas
garis anorektal dan ditutupi oleh mukosa anus. Hemoroid ini tetap berada di
dalam anus.
➢ Hemoroid interna diklasifikasikan lagi berdasarkan perkembangannya
a) Stadium I : Hemoroid interna dengan perdarahan segar tanpa nyeri pada
waktu defekasi.
b) Stadium II : Hemoroid interna yang menyebabkan perdarahan dan
mengalami prolaps pada saat mengedan ringan,tetapi dapat masuk
kembali secara spontan.
c) Stadium III : Hemoroid interna yang mengalami perdarahan dan disertai
Hemoroid
Prolaps Hemoroidectomy
Feses mengeras
Kurang pengetahuan
tentang penyakit,
Konstipasi
pengobatan dan
erawatann a
Gangguan eliminasi BAB
Kurang
Resiko infeksi Nyeri
pengetahuan diri
1) Keluhan Utama
dan merasa ada benjolan disekitar anus, sulit buang air besar (Mutaqqin &
Sari, 2013).
3) Riwayat penyakit sekarang
merasa nyeri dan gatal pada daerah anus.Selain itu terkadang klien dating
ker RS dengan keluan adanya perdaraan saat BAB (Mutaqqin & Sari,
2013).
Biasanya pada pasien ada riwayat hemoroid atau wasir, dan riwayat
diet rendah serat, pasien sering duduk berjam-jam, dan riwayat
➢ Riwayat pengobatan
Sari, 2013).
2. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
a) Kesadaran
b) Tanda-tanda vital
2) Body System
a) Sistem pernafasan
Pada pasien hemoroid biasanya normal tidak ada kelainan didaerah dada,
ekspansi dada seimbang, tidak ada suara tambahan pada paru.Tetapi juga
b) Sistem kardiovaskuler
c) Sistem persarafan
rangsangan di bagian anterior lidah dan merasakan rasa, dan masih bisa
syaraf vagus.
d) Sistem perkemihan
Pada pasien hemoroid biasanya system perkemihan normal dan tidak ada
e) Sistem pencernaan
pasien sulit BAB, konstipasi, adanya benjolan pada anus dan adanya
ulserasi serta ada darah saat BAB, feses keras, adanya pembengkakan
adapat diraba sebab tekanan vena didalamnya tidak cukup tinggi, dan
f) Sistem integument
pada anus, pasien pucat dan akral hangat dan CRT lebih dari 3
g) Sistem musculoskeletal
pada pasien hemoroid biasanya pasien tidak ada kelaianan reflek patella
i) Sistem reproduksi
j) Sistem penginderaan
Pada pasien hemoroid tidak ada ganguan pada system pengeindraan dan
k) Sistem imun
3. Analisa data
DO :
Feses keras.
Peristaltic usus menurun.
Distensi abdomen.
Kelemahan umum.
Teraba massa pada rectal
Hemoroid
Abses rectal
Prolaps rectal
4. Striktura anorektal
5. Fisura anorektal
6. Ulkus rectal
7. Impaksi feses.
DO :
- Tampak meringis.
nyeri
- Gelisah
- Frekuensi nadi meningkat
1. Kondisi pembedahan
2. Cedera traumatis
3. Infeksi
5. Glaucoma
4. Intervensi
Kriteria hasil :
mengejan.
c. Pasien melihatkan hidrasi yang adekuat (mis, turgor kulit baik, asupan
Intervensi (NIC)
Aktivitas Keperawatan
-
Kaji tanda dan gejala adanya ruptur usus atau peritonitis.
-
Identifikasi faktor seperti pengobatan, tirah baring dan diet yang dapat
c) Ajarkan pada pasien tentang efek diet (cairan dan serat) pada defekasi.
kepada pasien.
Aktivitas Kolaboratif
dalam diet.
b) Konsultasi dengan dokter untuk memberikan bantuan eliminasi, sepert
bising usus.
Kriteria Hasil:
analgetik.
darah.
Intervensi (NIC)
Aktivitas Keperawatan
b. Kaji skala nyeri yang dirsakan pasien dengan cara menilai nyeri dari skala
1-10.
Manajemen nyeri (NIC):
Aktivitas Kolaboratif
- Kolaborasikan dengan dokter pemberian analgetik.
kegaduhan.
DAFTAR PUSTAKA
Kasron & Susilowati. (2018). Buku Ajar Anatomi dan Gangguan Sistem Pencernaan. Jakarta:
CV. Trans Info Media.
Masriadi. (2016). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta Timur: CV. Trans Info
Medika.
Mutaqqin & Sari. (2013). Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta: Salemba Medika.
PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus
Pusat PPNI.
Carpenito, Moyet dan Lynda Juall. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Alih Bahasa Yasmin Asih. Editor Moni
Grace, Pierce A. dan Neil R. Borley. At a Glance Ilmu Bedah . Alih Bahasa dr. Vidia Umami.
Editor Amalia S. Edisi 3. Jakarta: Erlangga, 2006.
Kurnia, Hendrawan. Kiat Jitu Tangkal Penyakit Orang Kantoran. Yogyakarta : Best Mitchell, Kumar,Abbas,Fau