Anda di halaman 1dari 5

SEMESTA PUNYA CERITA

Dikisahkan sebuah asmaraloka yang menyedihkan di alam semesta. Asmaraloka yang


melibatkan dua aspek penting untuk bumi, Rembulan dan Matahari. Sebuah kisah cinta yang
mungkin akan terus diceritakan dari masa ke masa, dijadikan perumpaan untuk pasangan
yang jaraknya teramat jauh.
Seperti hari pada umumnya, Matahari kembali menyinari bumi, tempat favoritnya
untuk menampakkan keindahan dan keelokannya. Namun seperttinya, ada sesuatu yang
membuat Matahari enggan menunjukkan cahaya dan sinarnya. Terbukti jika sekarang, cuaca
sedang sangat mendung, seolah Matahari masih tertidur dan seolah semesta akan segera
menangis lewat rintikan hujan.
“Hey matahari, kenapa hari ini mau ngalah sama gue?. Biasanya kan lo ngga pernah
mau ngalah sama gue” ucap Awan.
Begitulah Matahari, tidak pernah mau mengalah dengan awan. Bagaimanapun,
Matahari akan tetep kekeh untuk terus menerangi bumi, dan menolak awan untuk
memberikan cuaca mendung bagi bumi.
Matahari menatap sendu ke arah Awan, sahabatnya. “Gue kangen sama Rembulan,
kenapa kadang Tuhan ngga adil banget sama gue, gue udah lakuin tugas gue dengan baik,
bahkan mengeluh lelah pun gue ngga pernah” jawab Matahari.
“Lo ngapain nyalahin Tuhan?. Kalo ngga ada Tuhan, Lo ngga akan ada di semesta”.
Awan menatap tak suka kepada Matahari, memang benarkan jika tanpa kehendak Tuhan,
Matahari tidak akan ada di semesta dan Matahari tidak akan mampu melaksanakan tugasnya
dengan baik.
“Lo ga boleh gitu bro, yang namanya takdir tetaplah jadi takdir, ngga ada yang bisa
ngelawan” ucap Awan sekali lagi.
“Kadang gue iri ngeliat manusia manusia di bumi pada bisa hidup berdampingan
dengan orang yang mereka cintai, tapi gue?, bahkan ketemu Rembulan aja gue ngga pernah,
kita cuman bisa saling memandang dari jauh, sangat jauh. Dari kejauhan itu, gue ngga bisa
ngeliat indahnya Rembulan” jawab Matahari.
Hujan pun turun ke bumi, penduduk bumi yang berada diluar, mencari tempat teduh
mereka. Matahari merasa kebingungan, “Ngapain lo nurunin hujan wan?, bukannya uap air
dalam diri lo belum penuh karena gue ngga bersinar hari ini?” .
“Biar penduduk bumi juga ikut ngerasain kesedihan lo” Awan menjawab pertanyaan
Matahari, kemudian meninggalkannya.
Kepergian awan membuat sang Matahari tersenyum sendu, jika bukan Awan, siapa
lagi yang akan dia ajak bicara?, siapa lagi teman yang selalu ada di samping Matahari?.
Bahkan ketika Matahari mengajak bicara penduduk di bumi, mereka tidak ada yang bisa
mendengarkannya. Bisa dibayangkan bagaimana sunyinya kehidupan poros galaksi Bima
Sakti yang menjadi sumber kehidupan bagi bumi.
“Rembulan, aku kangen kamu, apa kita harus menunggu 6-7 tahun untuk bertemu
dalam gerhana cincinku?, atau harus menunggu 8-10 tahun untuk bertemu dalam gerhana
totalku?” ucap Matahari lirih. Matahari tidak akan pernah bisa menangis, karena dia terlalu
panas untuk itu.
Langit senja kembali menyapa bumi dengan keindahannya. Matahari menghilang
dalam semburat kemerahan itu. Kini saatnya sang Rembulan menampakkan keindahannya.
Rembulan yang menjadi obat untuk banyaknya manusia yang terluka, Rembulan yang
kecantikannya selalu di puji, Rembulan yang menjadi hal favorit bagi beberapa manusia
didunia.
“Hai bumi, kita ketemu lagi” ucap Rembulan menyapa penduduk bumi.
Rembulan mengedarkan pandangannya ke langit di sekitarnya, “Sepi banget sih,
Bintang kemana ya?”, Rembulan mencari Bintang, temannya. Sungguh mereka hanyalah
seorang teman, tapi sang Bintang menganggap Rembulan lebih dari seorang teman.
“Kamu nyariin aku Lan?”, perkataan Bintang mengejutkan Rembulan.
Rembulan menghela nafasnya, terkejut sekali, tiba tiba hal yang dia cari ada di
sebelahnya?. “Lo bisa ngga sih, kalo dateng ngga usah ngagetin, jantung gue copot entar”.
Bjntang terkekeh mendengar ucapan Rembulan, “Lo itu Rembulan, Bulan, mana bisa
lo punya jantung”. Rembulan hanya terkekeh.
Seketika pandangan Rembulan menjadi membiru, melihat dibawa sana ada sepasang
kekasih yang tengah menikmati waktu bersama. Rembulan cemburu, Rembulan iri,
Rembulan juga ingin seperti itu. Tapi, Rembulan tidak bisa, Rembulan tidak akan bisa.
Bintang yang menyadari tatapan Rembulan berubah menjadi sendu sambil menatap
kebawah, Bintang sesegera mungkin ikut menujukan pandangannya ke arah yang sama
dengan Rembulan. Bintang itu peka, hanya saja Rembulan tidak ingin Bintang peka
terhadapnya.
“Lo kangen Matahari?” tanya Bintang dan hanya dijawab oleh anggukan dari
Rembulan.
Kasihan sekali Bintang. “Padahal selama ini yang selalu ada sama lo itu aku Lan,
bukan Matahari. Kenapa lo ngga mau nerima gue?, apa karena gue ngga sehebat Matahari
yang dengan kemampuannya bisa membuat banyak manusia membutuhkannya?”.
Rembulan menatap Bintang, malas sekali dia menjawab pertanyaan Bintang yang
sudah ratusan tahun Bintang tanyakan, dan jawaban Rembulan selalu sama. “Ratusan tahun
lo tanyain itu Bin, dan jawaban gue tetap sama. Gue cuman mau Matahari, gue cinta
Matahari, cuman Matahari”.
“Lo ngga mikir ya Lan?, kalian itu sebuah kemustahilan yang ngga akan pernah
terjadi sampai kapanpun” jawab Bintang.
“Ngga ada yang ngga mungkin didunia ini selama Tuhan berkehendak, gue masih bisa
ketemu Matahari lewat fenomena gerhananya, walaupun perlu waktu yang lama, gue bisa
sabar nunggu fenomena itu” jawab Rembulan tak kalah tegas.
“Terserah lo Lan, gue cuman bisa bilang, jangan terlalu berharap sama apapun di
dunia ini, kecuali sama Tuhan”
Rembulan tersenyum, “Matahari itu segalanya Bin, tanpa Matahari, gue ngga akan
bisa jadi Rembulan yang indah kayak sekarang, dan tanpa Matahari juga, mungkin gue ga
akan bisa menemani bumi dikala malam, menggantikan posisi Matahari”.
Bintang muak, sangat muak.”Dan bodohnya gue Lan, selalu berharap kalo lo juga
bisa jatuh cinta sama gue. Ternyata, kalimat ‘cinta ada karena terbiasa’ itu kebohongan
terbesar yang pernah gue denger”. Bintang berlalu pergi menjauh dari Rembulan.
Tanpa adanya Bintang, bagaimana bisa langit malam jadi sempurna. Bulan dan
bintang adalah kesatuan malam yang enggan terpisahkan. Walaupun begitu, cinta Rembulan
hanya untuk Matahari, bukan Bintang.
Langit malam kemudian berubah. Kejadian kini terfokus pada galaksi Bimasakti,
Bulan dan Matahari hampir sejajar, hanya saja, akan ada Bumi di tengah mereka. Yang
artinya, bukan gerhana matahari, tapi gerhana bulan. Cahaya Matahari untuk Rembulan
dihalangi oleh keberadaan Bumi. Bumi yang mencintai Matahari.
“Matahari”
Matahari membuka matanya, “Apa?”
“Nanti gerhana bulan tau” ucap Bumi.
“Ya terus?”
“Kamu harus lihat si Rembulan itu jadi jelek karena dia jadi ngga bercahaya, karena
cahayanya aku halangi” ucap Bumi.
Matahari mendelik, bagaimana bisa Bumi mengatakan hal itu didepannya, sedangkan
Rembulan adalah hal yang paling Matahari cintai. “Rembulan ngga pernah jelek bagi gue,
lagian, lo jadi penghalang kok bangga. Gila”.
Bumi mendengus kesal, “Yang penting aku bisa deket sama kamu, bisa selalu jadi
rumah kamu, dan bisa selalu ada disamping kamu”.
“Rumah gue?, gue ada di dalam lo itu buat penduduk lo bum, buat memenuhi tugas
yang Tuhan kasih ke gue. Lagian yang seharusnya butuh gue, itu lo, bukan gue”.
Bumi tersenyum kecut. Ya beginilah rasanya mencintai tanpa dicintai. Cinta bertepuk
sebelah tangan, sudah biasa di semesta raya. Hanya Matahari dan Rembulan yang sama sama
mencintai. Yang lainnya, hanya omong kosong belaka.
Matahari masih setia menyinari dan memberi kehangatan bagi penduduk bumi. Sudah
jadi tugas Matahari untuk selalu ada menemani penduduk bumi. Jika manusia mengira bahwa
Matahari meninggalkan mereka kala malam, maka mereka salah besar. Matahari tidak benar
benar meninggalkan mereka, Matahari mungkin tidak menampakkan dirinya, tapi cahayanya
akan terus menerangi bumi. Tapi bedanya, saat malam hari, Matahari menitipkan cahayanya
pada kekasihnya, Rembulan.
Gerhana bulan terjadi, langit malam menjadi gelap gulita. Banyak penduduk bumi
yang menyaksikan itu. Rembulan sudah gelap, Rembulan jelek, Rembulan tidak bercahaya,
begitulah kalimat yang selalu Rembulan pikirkan kala gerhana bulan terjadi.
Dari balik bumi, Matahari seakan tahu kegundahan hati Rembulan, “NGGA USAH
SEDIH BULAN, KAMU TETEP CANTIK UNTUK MATAHARI, MESKIPUN SEMESTA
RAYA TIDAK MENGANGGAPMU SEPERTI ITU”, Matahari berteriak dengan sangat
keras, hingga Rembulan mendengarnya, dan kemudian tersenyum.
Gerhana bulan berakhir, Rembulan kembali menampakkan sinar indahnya kepada
penduduk bumi. Rembulan sangat cantik, sangat cantik. “Aku rindu Matahari, kenapa kita
terpisah teramat jauh, kenapa Tuhan?”.
Hari hari dibumi berjalan seperti biasa, Matahari yang selalu setia menyinari bumi
dan awan yang selalu menemani, Rembulan yang terus menampakkan keindahannya dan
Bintang yang selalu ada bersamanya, dan Bumi yang masih selalu mencintai Matahari.
Tepat pada hari ini, gerhana matahari akan terjadi. Artinya, Bulan dan Matahari akan
berada di satu garis yang lurus. Inilah yang Matahari dan Rembulan nantikan selama 6 tahun.
“Rembulan” ucap Matahari saat Rembulan tepat berada lurus dihadapannya.
“Matahari, aku rindu” jawab Rembulan sambil menangis. Pertemuan yang selama ini
mereka nanti, akhirnya terjadi. Tidak ada yang mustahil didunia jika Tuhan berkehendak.
“Rembulan, kamu tetap cantik, sangat cantik. Kamu masih Rembulanku sampai alam
semesta ini berakhir, selamanya” ucap Matahari dan hanya diangguki oleh Rembulan.
Rembulan tidak menjawab, dirinya tak kuasa menahan air mata. Ternyata begini rasanya
bertemu setalah sekian lama merindu.
Di sela tangisnya, Rembulan menguatkan diri untuk berbicara, “Matahari, terima
kasih sudah menitipkan sinarmu kepadaku, harusnya kamu yang dipuji, bukan aku. Selalu
menjadi Matahari-nya Rembulan ya. Rembulan cinta Matahari”.
“Sudah kewajiban ku Rembulan, aku tidak perlu dipuji oleh penduduk bumi dan
semesta raya, dipuji olehmu saja sudah sangat cukup untukku. Jangan kamu berkata terima
kasih, karena setiap hal yang berpasangan selalu saling melengkapi” jawab Matahari.
Rembulan mengangguk, “Aku rindu kamu sekali, tapi aku hanya punya keinginan
sedangkan Tuhan punya kehendak”.
“Tuhan tidak pernah mengabaikan kita selagi kita sudah menjalankan apa yang Tuhan
perintahkan kepada kita. Perihal rindu, biarkanlah disembuhkan oleh jalannya waktu. Jangan
terlalu rindu, karena kalau rindu artinya kamu sedang bersedih, dan aku tidak ingin itu
Rembulan.”. Selalu saja Matahari mampu meluluhkan hati Rembulan.
“Kalo aku ngga rindu kamu, artinya aku ngga cinta kamu Matahari”.
“Siapa yang bilang, cinta tidak harus rindu mbul, yang terpenting adalah setia dan
percaya”..
Penduduk bumi seolah olah melihat Bulan sedang mendekap Matahari sangat erat.
Walaupun hanya sebentar, tapi itu sudah cukup untuk Matahari dan Rembulan.
“Mari menjauh untuk menjaga dan mari untuk senantiasa berdampingan sampai
semesta raya berakhir nantinya” ucap Matahari dan Rembulan bersamaan, itulah janji
Matahari dan Rembulan.
Menjauhlah untuk saling menjaga. Jika sudah menjadi takdirmu, maka akan
menemukan jalannya untuk menuju ke arahmu. Jangan cemas, Tuhan sudah menuliskan
bagaimana pertemuan dan perpisahan dari setiap hal yang Tuhan ciptakan.
“Sudah saatnya kita berputar kembali, jaga dirimu baik baik ya Mbul, aku akan sangat
dan selalu memberikan cintaku kepadamu tanpa tau batas” ucap Matahari kala melihat
Rembulan mulai berevolusi terhadap bumi.
“Terima kasih untuk waktu singkatnya Matahari, aku juga akan selalu mencintaimu,
tidak perlu berlama lama dalam pertemuan, yang penting bertemu” jawab Rembulan sambil
tersenyum. Rembulan ternyata sangat cantik, cantik sekali.
Matahari memberikan senyum terindahnya kepada Rembulan, dan kemudian
Rembulan sudah tak tampak lagi. “Terima kasih Tuhan, walaupun sebentar, itu sangat berarti.
Terima kasih karena sudah mengijinkan kami bertemu”.
Tidak ada yang mustahil di dunia, jika Tuhan sudah berkehendak, maka tidak ada
yang bisa mengubah maupun menghindarinya. Bersabarlah, sesungguhnya Tuhan akan
memberikan apa yang kamu minta, tinggal menunggu waktu saja.
Begitulah kisahnya, ternyata alam semesta raya mempunyai banyak sekali asmaraloka
yang sulit untuk diterka.

Anda mungkin juga menyukai