Anda di halaman 1dari 13

Bulan yang Memeluk Matahari

Terkadang apa yang menurut kita baik terlihat salah di


mata orang lain begitu pun sebaliknya, itu karena mata
hanya menangkap apa yang kita lihat dan menciptakan
apa yang ingin kita rasakan dari apa yang kita lihat.
Padahal sebenarnya hati kita memiliki matanya sendiri
untuk melihat lebih jelas apa yang terjadi.
Layaknya sang bulan yang selalu menyempatkan waktu
dan tenaganya untuk menemani sang matahari. Namun,
apa yang dilakukan oleh sang bulan selalu di anggap salah
dan menjadi semua penyebab kesialan seorang matahari.
Sun Athlas Naluna dan Aletha Moon Issya
Kedua remaja yang selalu bersama layaknya sebuah
benda langit yang sama sama akan menyinari sang bumi
di siang dan malamnya. Namun, apa yang tejadi jka
mereka di pisahkan oleh seorang takdir langit yang
menghampiri salah satu diantara mereka ?
3 Desember 2013
Perayaan ulang tahun sang pria dingin yang bernama Athlas. Didalam hidupnya, terutama
di umur nya tahun ini ia meminta kepada sang pengatur segalanya untuk tidak menyakiti
siapapun di hidupnya. Bahkan jika ia bisa memilih ia menginginkan semua rasa sakit yang
dialami oleh orang orang yang menurutnya berharga.

“ Athlasssss……. Happy birthday for sun nya Aletha, inget ya athlas, athlas gak boleh
sering ngejailin Aletha, Aletha capek tau gak sih ngadepin kejailannya Athlas “ Ucap gadis yang
selalu dilindungi oleh Athlas mati matian melebihi hidupnya.

“ Apasih leth, pagi pagi udah bikin kuping Ata sakit tau gak. Udah tau ke dokter itu
mahal, kalo gue sakit kuping lu yang tanggung jawab ya ?makasih ya buat Aletha masih inget
hari ini dalam hidup Letha, Ata cuman minta satu di hidup Ata yang sekarang ini. “ jawabnya
Athlas sambil memakai sebuah gelang yang sangat amat berharga untuk hidupnya.

“ Emang Ata minta apa sama Tuhan ? “ Tanya Aletha kepada pria di hadapannya itu.

“ Minta lu tambah pendek terus biar gak tinggi tinggi hehehe. “ jawab santai sang Ata

“ Apaan si elah dah tau nanya serius malah di becandain gini. “ ngambeknya sang gadis
mungil tersebut.

“ Ata minta buat Tuhan tetep ngejagain semua orang yang berharga buat Ata dan gak
ngasih takdir buruk lagi buat Ata “ ucap Ata sambil mengusap ujung kepala Aletha.

Waktu pun menunjukkan jam 06.10 pm, yang mana 20 menit lagi bel sekolah akan
berbunyi dan menuntut para siswa untuk masuk ke dalam sebuah neraka atau surganya anak
sekolah.
Athlas dan Aletha sudah berteman dari kecil, maka tak heran mengapa pria yang akrab di
sapa Ata ini sangat menyayangi dan menghargai perempuannya. Kadang orang orang disekitar
mereka rasanya sangat penasaran tentang hubungan apa yang terjadi di antara keduanya. Namun,
pertanyaan di semua otak manusia itu terjawab oleh sebuah keadaan yang mana sang Athlas
memiliki dunia pibadinya pada saat ini.

Lametta Langit Azkia, ya gadis yang akhir ini menjadi dunia pribadi sang Matahari. Tapi
Langit masih belum bisa menerima kehadiran sang bulan di dalam kehidupan sang Matahari nya.
1000 cara yang di gunakan oleh sang Langit untuk memisahkan sang Matahari dengan sang
Bulan. Namun, di balik semua cara yang dilakukan oleh sang langit, sang bulan masih bisa
bertahan dan terus menerus berada di samping matahari.

Menurut sang bulan, posisi rumah lebih penting dari sebuah taman. Ketika seorang
merasa berada di titik jenuh satu dua kali mungkin mereka akan menghampiri sebuah taman dan
mengadu keluh kesahnya selama ini. Namun, ketika semua sudah berakhir seseorang tersebut
akan kembali kepada rumahnya dan menceritakan bahwasanya ia telah bercerita kepada sang
taman. Niat di dalam hati sang bulan adalah bukan menjadikan mataharinya sebagai dunia
pribadinya tetapi melainkan membuat sang Matahari merasakan kenyamanan dan keamanan
yang akan di dapat jika berada di samping sang Bulan.

BRUKKKK

“ Letha gue mau ngomong. “ panggil sang Metta kepada Aletha. “ iya mau ngomong apa.
“ jawab Aletha. “ tolong menjauh dari Ata, Leth. Gue dah capek ngeliat kalian berdua terlalu
dekat. Ini permintaan gue sebagai temen lu. “ ucap Metta. “ Met terkadang lu harus bisa bepikir
untuk belajar dewasa buat menyikapi yang terjadi antara gue dan Ata. “ Sanggah Letha. “
Gimana ya kalo kita udah berusaha buat mahamin mereka tapi masih mengulang.”

Aletha tersenyum dan menjauh 1 langkah dari Metta.

“ Itu tandanya lu belum bisa mahamin dia sepenuhnya.”


Aletha pergi meninggalkan Metta yang tadi ada di hadapannya sambil mengusap pipi
merah jambunya itu yang terkena air matanya. 1 kelemahan Aletha adalah ia tidak pernah bisa
untuk menjauh dari Athlas.

Aletha tidak mengharapkan apa apa dari Ata untuk kehidupannya. Aletha hanya ingin
Ata untuk terus bersamanya.Sebut saja egois, masa bodoh dengan kata itu nyatanya memang Ata
adalah sumber kebahagiannya di dalam hidupnya kini.

Aletha berpikir, Ata akan ngelakuin apa aja supaya Metta bisa tetep bersama dia. Tapi,
Aletha sendiri hanya bisa diam dan menerima bahwasanya Ata sudah memiliki dunia pribadinya
sendiri. Karena kodratnya Sang Bulan hanya bisa menunggu Sang Matahari untuk menyinari
bumi. Sama hal nya seperti kartun jaman dulu kayak naruto dan kalaupun kita tonton kita akan
capek karena harus nunggu sampe 500 episode. Tapi kalau kita hanya menonton
movienya yang The Last kita bisa belajar bahwa hasil dari sebuah kesabaran
adalah hal manis yang akan terjadi di hidup kita. Percaya sama takdir, bahwa akan
ada saatnya nanti seseorang yang ditunggu akan sadar bahwa ada seseorang yang lagi berusaha
untuk membuat dia nyaman dan aman ketika ia berada di sampingnya.

Ting…

Sun Letha Message you

Sun Letha : pulang tunggu ya leth. Bareng aja sayang ongkos

Aletha Moon I : gak ah Ta, nanti Metta ama siapa pulangnya


Kalo letha bareng Ata?

Sun Letha : Metta masih main kerumah temennya.


Ayo dong Leth, sekalian temenin nyari makan buat nanti sore
Aletha Moon I : yaudah deh, tapi Ata yang tanggung jawab ya
Kalo nanti Metta marah

Sun Letha : TUNGGU DI DEPAN GOBUZ

Aletha POV
Sun Athlas, pria yang selama ini menjadi sebuah pagar dalam hidupku. Mungkin kalian
tidak mengerti kenapa ia bisa menjadi sebuah pagar di dalam kisah ini. Singkat kata, tentang aku
dan dia yang di pertemukan oleh sang pencipta segalanya. Entah nanti jalannya bagaimana aku
tak tahu karena yang mengetahui hanyalah penulis skenario terbaik di dunia.

Awalnya aku berkhianat kepada sebuah takdir bahwa aku tidak akan menganggap bahwa
kamu akan menjadi primer di dalam kisah anak manusia. Ternyata oh ternyata semua berubah
180 derajat, aku mulai menganggap dirinya sebagai primer di dalam alur hidup ini. Akan aku
goreskan cerita awal bertemu dengan seorang penghangat bumi.

Layaknya sang bulan yang mempunyai fase berbeda di setiap periodenya, aku pun begitu
ketika sang bulan berada di posisi bulan mati aku pun sama halnya seperti itu. Ada sebagian
kecil kebahagian yang dititipkan oleh tuhan namun diambil kembali tanpa aba - aba. Layu seperti
sebuah tanaman, itulah aku di hari itu. Tiba - tiba ada seorang umat manusia yang menghampiri
ku. Sebut saja dia Matahari, karena aku belum mengetahui jati dirinya.

“Kenapa?“ entah mengapa dia bertanya seperti itu. Satu satunya orang yang baru pertama
kali ku temui dan langsung bertanya tentang keadaan ini. Risih, itulah pertama kali kata yang
muncul di pusat saraf tubuh ini. “ gapapa.“ Jawab singkatku. “Yakin? kalo ada masalah itu
jangan dipendam nanti kalau sakit jiwa baru tau rasa. “ Aku diam tidak menjawab argumen yang
ia bicarakan. “ Sun Athlas Naluna. “ katanya sambil mengulurkan tanganya. Entah sebuah
kebetulan atau memang firasat yang kuat, ternyata nama pertama ku terhadapnya sama dengan
bagian dari namanya, Matahari.
Sang Penghangat bumi yang kemudian tanpa disadari menjadi penghangat cerita di dalam
kisah umat manusia. Yang menggoreskan cerita antara senang dan sedih, tawa dan tangis, tinggal
dan menetap, dingin dan panas. Awalnya aku berpikir apakah ini akan menjadi sebuah akhir
yang indah ?namun, ternyata semua itu benar. Kisah ini menjadi kisah dengan akhir yang indah
yaitu menjauh untuk tidak terbakar.

Author POV
9 September 2013 ( 05.40 pm )

Awal masuk anak penuntut ilmu di tahun pelajaran. Aletha masa bodoh dengan kelas
mana yang didapat karena menurutnya semua manusia punya takdir masing masing untuk masa
depannya dan bukan ditentukan oleh dimana dia akan menetap untuk menuntut ilmu. Dari ujung
ke ujung Letha telusuri sambil mencari namanya. Sebenernya cukup mudah untuk mencari
dimana ia ditempatkan karena ia pasti akan memiliki absen di awal. Lorong ke 5 sudah ditelusuri
olehnya namun belum juga ia menemukan dimana dirinya. Tepat di lorong ke 6 ia menemukan
namanya terdaftar jelas bahwa ia masuk ke dalam kelas yang berada tepat di depan laboratorium
Fisika. Namun, satu keheranan yang ada di otaknya sebuah nama yang ia ketahui tapi ia lupa
apakah ia mengenalnya atau tidak.

Sun Athlas Naluna, ya nama yang sedang ia pikirkan apakah ia pernah berjumpa dengan
manusia tersebut. Setelah ia berkutat di dalam pikirannya akhirnya ia mengingat bahwa pria
tersebut adalah pria yang ia temui ketika di masjid dengan posisi Aletha belum bisa menerima
keadaannya waktu itu. Panik, satu gambaran yang bisa digambarkan ketika kamu melihat
seorang Aletha yang harus 1 kelas dengan pria yang ia anggap risih untuk pertama kalinya.

Entah mengapa Aletha berusaha keras untuk mencari kesempatan untuk tidak duduk di
dekat pria itu. Namun, ketika dentuman suara yang mengarahkan semua orang untuk masuk ke
kelas Aletha kaget bukan main pasalnya ia dengan pria itu duduk sejajar dan hanya di pisahkan
oleh sebuah jalan untuk lewat orang orang. Aletha mengarahkan kepalanya untuk
tidak pernah menghadap ke kanan, namun semuanya sia sia ketika ada seseorang
yang memanggil namanya dan DAMN yang memanggilnya adalah manusia yang hari itu ia
hindarkan.

Singkat tulisan, 2 bulan kemudian Aletha mulai bisa menerima segalanya dan mulai
ikhlas dengan yang terjadi di tahun sebelumnya. Peran sang matahari lah yang sangat membantu
dirinya untuk mencoba berdiri tegak dari masalah yang dihadapi sang bulan. Sebenernya bukan
masalah melainkan tragedi menyakitkan yang menimpa sang bulan. Tanpa disadari oleh
keduanya, mereka mempunyai banyak kesamaan di dalam hidupnya.Mulai dari kesenangan
sampai kebencian di hidup mereka pun banyak persamaanya. Dan selama 2 bulan tersebut
matahari berusaha keras untuk sang bulan bisa melihat sosok matahari yang sedang berjuang
untuk mendapatkan setitik perhatian dari sang bulan.

Tepat di hari ulang tahun Athlas, orang yang menjadi pengucap kedua adalah seorang
Aletha setelah kedua orang tuanya.Tak henti disitu Aletha juga menjadi manusia penutup yang
mengucapkan harapan untuk hidup Athlas di umurnya yang bertambah angka ini.Satu kesukaan
Athlas adalah musik. Aliran musik yang ia sukai adalah aliran EDM. Dan tepat di bulan ini akan
diadakan konser sebuah pertunjukan besar untuk aliran music EDM ini. Lagi lagi, hanya gegara
sebuah kata ‘ DWP ‘ ini menjadikan sebuah adu argument antara Athlas dan Aletha.

Ya, Aletha memang menyukai aliran musik ini akan tetapi Aletha melarang mataharinya
untuk menginjakkan kakinya di tempat konser tersebut. Bukan bermaksud untuk mengekang,
akan tetapi Aletha khawatir akan terjadi sebuah hal yang tidak diingikan. Mungkin bisa
dikatakan, firasat seorang perempuan yang peduli terhadap prianya sangatlah terbukti
benar.Mengapa bisa mengatakan ini?Contohnya adalah firasat yang dimiliki sang Bulan.
Kekhawatiran yang ia miliki ternyata benar karena pasalnya pada hari itu sebuah kejadian yang
tidak diinginkan terjadi. Untuk pertama kalinya ia melihat seorang pria yang menurutnya sangat
kuat dan bahkan tidak ada raut kesedihan di wajahnya, hari itu terjawab oleh sebuah air mata
yang jatuh dari mata berlensa coklat itu.Isakan, hanya itu yang bisa didengar oleh Aletha.
Bukannya untuk menguatkan sang Athlas, Aletha justru ikut larut dalam kesedihan prianya.
Aletha menangis karena 2 hal yaitu pertama, ia merasakan kesedihan yang dialami prianya,
kedua adalah ia sangat prihatin terhadap dirinya yang belum bisa memahami seutuhnya tentang
pria yang mengisi kehidupannya akhir akhir ini.
Aletha tidak putus asa dengan apa yang terjadi dan ia rasakan akhir akhir ini. Semuanya
Aletha serahkan kepada sang waktu. Biar waktu yang akan menjawab semuanya dan menjadi
saksi kebisuan antara 2 manusia ini. Perlahan lahan matahari mulai membuka sinarnya kembali
dan membagi sebagian tentang hidupnya kepada sang bulan. Campur aduk semua perasaan yang
dirasakan Aletha ketika mengetahui Athlas mulai memberanikan diri bercerita tentang kisah
hidupnya. Mungkin kalian baru bisa mengerti bahwa cinta itu akan timbul karena keadaan yang
terbiasa. Maksudnya adalah cinta akantimbul ketika 2 orang yang berlain jenis setiap waktunya
selalu bersama dan saling terbuka tentang bagian hidupnya baik itu masa depan yang hanya ia
rancang atau masa lalunya yang kelam ataupun bahagia.

“Leth kadang Ata mikir apa Ata lagi di bercandain ya sama Tuhan. “ Kata Ata sambil ia
memandang kedepan namun pandangannya memiliki arti kosong.

“ Kenapa Ata bisa mikir gitu.? “ Jawab Aletha sambil berusaha keras untuk menemukan
jawaban dari pernyataan Ata tadi.

“Kenapa Tuhan gak pernah ngabulin permintaan Ata sedikit Leth ?Apa Tuhan gak pernah
ngeliat Ata selalu ngejalanin kewajiban Ata sebagai umatnya ? Apa Tuhan gak pernah dengar
sama doa Ata selama ini ? Ata capekLeth hidup kayak gini terus. “ Ucap Ata dengan nada bicara
yang menunjukan seorang yang sebentar lagi akan menyerah dengan keadaan.

“Ata apaan sih ngomongnya begitu. Dengar baik-baik ya kita itu cuman umat Tuhan kan?
Kita tuh gak bisa berbuat apa apa. Kalau misalkan kita marah dengan keadaan apakah dengan
segampang itu keadaan akan berubah sesuai dengan yang kita inginkan? Nih ya, Ata marah sama
keadaan sekarang yang lagi Ata rasain, tapi tanpa sadar Ata tuh lagi berusaha buat buang energi
positif yang Ata punya itu dengan cara marah kayak gini. Boleh kok marah siapa yang
ngelarang, Tuhan aja gak pernah ngelarang umatnya untuk marah kok. Tapi sadar diri juga,
jangan sampe kelewatan batas, jalanin aja dulu sama keadaan yang sekarang, urusan hasilnya
bagus atau buruk itu belakangan. Yang terpenting sekarang adalah Ata harus tanemin diri Ata
buat ikhlas, percaya deh sama Letha kalau misal Ata udah ikhlas hasil yang bakal Ata peroleh
nanti bakal Ata terima dengan gampang.”

Orang yang dimaksud Aletha dalam bicaranya tadi hanya diam sambil mencerna satu
persatu kata kata perempuan yang sedang duduk di sampingnya.Kata orang, ketika seseorang
mempunyai masalah yang benar-benar rumit, tinggalkan saja tapi bukan untuk selamanya tetapi
hanya untuk sementara. Beri ia waktu untuk bisa memahami tentang masalahnya. Tapi kita harus
tetap berada di sekitar dia. Bukan berdiri di belakang nya apalagi di depannya, melainkan berdiri
tepat disampingnya. Kalau kita berdiri di belakangnya sama saja kita hanya berusaha untuk
mendorongnya tanpa mengetahui apa yang ada di hadapannya. Tapi kalau kita berdiri di depan
berarti secara tidak langsung kita membuatnya sebagai robot kita karena mengapa? Kita yang
mengarahkan semuanya di dalam hidupnya. Jalan yang paling tepat adalah berdiri pas di
sampingnya, ketika kita berada di sampingnya kita akan terus berjalan beriringan untuk menata
kembali sebuah kehidupan dan menjadikan sebuah kehidupan yang berlandaskan sebuah
pemikiran sendiri bukan pemikiran orang lain yang hanya bisa kita ikuti dari belakang.

Setidaknya bulan masih bangga dengan dirinya , karena mengapa? Ia masih di beri
kesempatan oleh Tuhan untuk bisa bertemu dengan umatnya yang menyimpan seribu tanda tanya
di dalam hidupnya. Bulan selalu memohon kepada Tuhan untuk tidak mengambil kebahagian
apa yang dimilikinya sekarang. Walaupun memang semuanya akan kembali kepada sang pemilik
yang sebenarnya.

Pria dingin yang baru saja menangis tadi menyeka air matanya dan memikirkan omongan
sang Bulannya tadi. Bukan ada benarnya tetapi semua yang dikatakan oleh Aletha benar. Ia
merasa kini semua yang ada didalam dirinya bisa diselesaikan hanya dengan menceritakan
semua kisahnya kepadanya. Takut, satu kata yang tergambar didalam pemikiran seorang Athlas,
mengapa? Karena ia takut Aletha akan menjauh dan pergi setelah mengetahui bahwasanya
hatinya telah memilih Aletha menjadi wanita yang yang harus ia perjuangkan.

Tanpa disadari keduanya, masing-masing dari mereka mempunyai perasaan yang sama
tapi ego lah yang memenangkan perasaan keduanya. Seperti ada tembok penghalang di antara
kedua manusia ini yang harus mereka hancurkan untuk berbicara apa adanya tentang sebuah
metmorfosa hati diantara mereka. Keduanya sama sama mempunyai pikiran bahwa Tuhan akan
membantunya untuk bersatu dengan pilihannya itu. Namun, semua hasil itu bergantung kepada
usaha yang ia kerjakan. Kalau kita hanya bisa berdoa tanpa ada usaha apakah nanti akan ada
hasilnya? Singkat waktu, keduanya selalu menghabiskan waktunya bersama.

1 tahun kemudian

Sudah menjadi adat kebiasaan disekolah mereka setiap tahun pelajaran baru, kelas akan
diacak kembali. Aletha bingung apakah ia harus senang ataupun sedih. Ia senang karena ia
mendapatkan kelas yang sama dengan sahabatnya, namun dibalik kesenangan itu ia sedih karena
ia tidak bisa bersama dengan sang mataharinya.

Sudah berjalan 1 bulan Aletha terbiasa dengan keadaan yang mana ia dan prianya
dipisahkan dari ujung ke ujung. Namun, anehnya belakangan ini prianya menjauh dengan
perlahan. Sedih dan ingin marah, mengapa keadaan seperti ini harus ia rasakan ketika perasaanya
sudah utuh kepada pria itu. Cerita punya cerita, segala macam cara ia lakukan untuk mengetahui
apa yang terjadi dengan Ata.

Dengan waktu yang hanya singkat yaitu hanya 1 minggu, Ata benar benar hilang dari
hadapan Letha. Bukan sepenuhnya hilang tetapi kehadiran seorang Ata sudah benar benar tidak
ada didalam hidup Aletha. Setiap pagi sepanjang harinya ia selalu menunggu kehadiran pribadi
Ata lagi di hidupnya. Namun semuanya sia-sia karena memang Ata tidak akan pernah kembali
dengan dirinya. Ata sudah mempunyai dunia pribadinya sekarang bukan dengan Aletha
melainkan dengan temannya yaitu Lametta. Mau marah pun Aletha tidak bisa karena nyatanya
selama ini ia tidak mempunyai hak apa apa di dalam hidup mataharinya.

Cukup baginya untuk melihat seorang Ata tersenyum manis di setiap


pagi,siang dan malam. Harapannya di masa depan yang ia rencanakan hancur begitu
saja ketika seorang bak ratu datang di dalam hidup Ata. Memberikan semua harapan
cinta entah itu fakta atau hanya ilusi yang diciptakan seorang perempuan itu. Dan Aletha pun
perlahan lahan melupakan semua yang ada di dalam diri Ata.

Ada sebuah pesan yang ingin disampaikan Aletha kepada sang Matahari.

Sekarang yang tersisa dari kita itu apa?


Pesan-pesan tak lagi kuterima pada hariku sebagaimana
biasanya.
Apapun hal yang sering kau bagi kini tak lagi ada.
Jarak memang menjadikan kita asing oleh waktu yang
menghadirkan kenyataan.
Kesalahan membuat keadaan kita kini berbeda.

Secepat itu kau menjauh di saat aku mengusir peluh.


Secepat itu kau membenci di saat aku sedang memperbaiki diri.
Sekarang yang tersisa dari kita itu apa?
Sepasang mata yang enggan saling menatap,
Dua lengan yang tak lagi saling mendekap,
Tanya tanya yang sudah tak memerlukan jawaban
Ingatan ingatan yang mungkin segera kau hilangkan,
Tanggal-tanggal yang tak pernah menjadi hari,
Tawa-tawa yang terkubur dan telah berganti

Kita adalah nafas yang mengulang sabar tanpa henti,


Menit-menit yang tak bisa dipaksa untuk mengulang canda
Serta harapan yang akhirnya pupus bersama air mata.

Dan,
Kini,
Yang tersisa dari kita adalah luka.
Ada diantara kita,
Tetapi saling mencoba untuk melupa.

Butuh waktu yang cukup lama untuk melupakan Ata di dalam hidupnya. Namun, satu fakta yang
terungkap dan satu teka teki yang belum bisa terungkap datang dihadapannya.
Faktanya adalah Ata tidak sepenuhnya menyerahkan dirinya kepada gadis barunya itu, itu hanya
alibi yang diciptakan oleh Ata untuk Aletha agar ia bisa menjauh darinya.
Teka tekinya yang belum bisa terungkap sampai tahun2017 ini adalah alasan dibalik menjauhnya
sang Matahari. Mungkin benar konsep tentang pemikiran manusia mengenai 2 benda langit yaitu
matahari dan bulan. Matahari menjauh dengan bulan bukan tanpa alasan, melainkan ia sedang
menjaga sang bulannya dengan cara menjauh darinya agar pribadi sang bulan tidak terbakar oleh
hangatnya sinar matahari. Namun keduanya sama sama saling bersikap dewasa dan tidak
mempermasalahkan ini, entah pada akhirnya mereka berdua masih masih sama fokus dengan
tugas mereka masing masing yang diberikan oleh sang Pengatur segalanya untuk menyinari
bumi.

Ini adalah kisah tentang matahari dan bulan.


Yang pada dasarnya matahari dan bulan tidak mungkin bisa bersatu
walaupun mereka ada di satu langit yang sama. Matahari untuk siangnya
bulan untuk malamnya. Matahari rela memberikan cahayanya untuk
bulan, agar bulan bisa tetap bersinar indah di penghujung
malam. Dan bulan rela menyembunyikan cahayanya, agar
sang matahari bisa menerangi panasnya siang. Tapi, sosok sang
Langitlah yang memegang kendali besar terhadap apa yang dilakukan
oleh keduanya. Dan sampai sekarang mereka belum bisa menemukan
dimana langit keduanya dan mengetahui kapan langit akan membantu
Sang Matahari memeluk Sang Bulannya. Seandainya dia bukan matahari
dan dia juga bukan bulan.
Apakah kisah keduanya akan berbeda?

ANGGIE
EFANDA
XI IIS 2
5

Anda mungkin juga menyukai