Anda di halaman 1dari 11

Ayat Terjemah Tafsir

“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah.” Di dalamnya
terkandung banyak kebaikan dan ilmu yang banyak. Dan di dalamnya terdapat banyak
kebaikan dan ilmu yang banyak. Dan di dalamnya terdapat setiap petunjuk dari kesesatan,
penawar dari segala penyakit dan cahaya yang dapat dijadikan penerang di dalam berbagai
kegelapan serta segala hukum yang dibutuhkan oleh orang-orang mukallaf. Dan di dalamnya
juga terdapat dalil-dalil qath’I (pasti) untuk segala hal yang diinginkan, yang menjadikannya
sebagai suatu kitab paling agung yang pernah mengetuk dunia ini semenjak diciptakan oleh
Allah,
Ini adalah sebuah kitab yang Kami
“supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya.” Maksudnya, inilah hikmah diturunkannya al-
turunkan kepadamu penuh dengan
Quran ini, yaitu agar manusia merenungkan ayat-ayatnya lalu mereka mendapatkan ilmunya,
berkah supaya mereka memperhatikan
Shad : 29 dan agar mereka menghayati rahasia-rahasia dan hikmah-hikmahnya. Sebab sesungguhnya
ayat-ayatnya dan supaya mendapat
dengan menghayatinya, merenungkan makna-maknanya dan kembali memikirkannya secara
pelajaran orang-orang yang
berulang-ulang akan diketahui berkah dan kebaikan di dalamnya. Ini menunjukkan anjuran
mempunyai fikiran.
(himbauan) untuk menghayati dan merenungkan al-Quran, dan ia termasuk amal yang oaling
utama, dan bahwa bacaan yang disertai dengan penhayatan itu lebih utama, daripada bacaan
cepat yang maksud seperti ini tidak akan bisa dicapai.
“Dan supaya orang-orang yang mempunyai pikiran mendapat pelajaran,” maksudnya, orang-
orang yang berakal sehat. Dengan perenungan dan penghayatan yang mereka lakukan itu
mereka dapat mempelajari berbagai ilmu dan segala apa yang dicari. Ini membuktikan bahwa
pelajaran dan manfaat dari al-qur’an itu dapat diperoleh tergantung kepada daya akal dan
pikiran seseorang.
Thah : 132 Dan perintahkanlah kepada Maksudnya himbaulah keluargamu untuk mendirikan sholat, doronglah mereka untuk shalat,
keluargamu mendirikan shalat dan baik yang wajib maupun sunnah. (Perintah kepada sesuatu, berarti memerintahkan segala
bersabarlah kamu dalam sesuatu yang mana suatu yang wajib tidak akan sempurna kecuali dengannya). Maka ia juga
mengerjakannya. Kami tidak meminta menjadi perintah mengajari anggota keluarga tentang perkara-perkara yang memperbaiki shalat
rezeki kepadamu, Kamilah yang dan merusaknya serta yang menyempurnakannya “dan bersabarlah kamu dalam
memberi rezeki kepadamu. Dan akibat mengerjakannya,” yaitu mengerjakan shalat dengan menegakannya dengan menyempurnakan
(yang baik) itu adalah bagi orang yang batasan-batasan aturannya, rukun-rukunnya, [adab-adabnya], dan unsur khusyu’nya.
bertakwa. Sesungguhnya hal itu berat dirasakan oleh jiwa manusia. Akan tetapi, sepatutnya seseorang
memaksakan diri dan berusaha keras untuk mengerjakannya dan selalu bersabar dengan ibadah
ini. Sesungguhnhya seorang hamba, jika dia benar menegakkan shalatnya sesuai dengan yang
diperintahkan, maka dengan urusan agama yang lainnya, niscaya dia akan lebih menjaga dan
tekun mengerjakannya. Jika dia menyia-nyiakannya, maka dia akan lebih menyia-nyiakan
perintah agama yang lainnya. Kemudian Allah (memberitahukan) tentang jaminan rizki bagi
Rasululllah, agar perhatian kepadanya tidak menyibukkan beliau dari tugas menegakan
agamaNYa. Allah berfirman, “Kami-lah yang memberi rizki kepadamu,” maksudnya rizkimu
menjadi tanggungan Kami. Kami yang menanggung sebagaimana Kami bertanggung jawab
atas rizki bagi semua makhluk. Bagaimana dengan orang yang melaksanakan perintah Kami
dan sibuk dengan mengingat Kami?! (Sudah tentu Kami lebih menjaminnya). Curahan rizki
Allah itu umum, merata bagi orang yang bertakwa dan tidak. Maka , seyogyanya diperhatikan
hal-hal yang mendatangkan kebahagiaan yang abadi, yaitu ketakwaan
“dan jika kamu menghitung hitung nikmat Allah” (menghitung jumlahnya tanpa disertai rasa
syukur “niscaya kamu akan tidak dapat menentukan jumlahnya” apalagi bila (tergerak) untuk
Dan jika kamu menghitung-hitung
mensyukurinya. Sungguh, nikmat nikmatNYa yang lahiriah dan batiniah bagi hamba
nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat
hambaNya adalah sebanyak jumlah tarikan nafas dan detik detik waktu dari segala macam
menentukan jumlahnya.
An Nahl : 18 kenikmatan, yang diketahui oleh mereka dan yang tidak mereka ketahui, dan keburukan
Sesungguhnya Allah benar-benar
keburukan yang telah Allah singkirkan dari mereka, maka terlalu banyak bila akan
Maha Pengampun lagi Maha
diperhitungkan.
Penyayang.
“sesungguhnya Allah benar benar Maha pengampun lagi Maha penyayang” Dia ridha dengan
rasa syukur kalian yang sedikit, meskipun curahan nikmatNya sangat banyak.
Allah memerintahkan hamba hambaNya yang beriman agar menunaikan perintah perintah dan
larang larangan yang Allah amanatkan kepada mereka, karena Allah telah menawarkan amanat
Hai orang-orang yang beriman,
kepada langit, bumi, dan gunung, semua menolak memikulnya dan khawatir akan
janganlah kamu mengkhianati Allah
menghianatinya, lalu dipikullah amanat itu oleh manusia. sesungguhnya manusia itu amat
dan Rasul (Muhammad) dan (juga)
Al Anfal : 27 zhalim dan amat bodoh. barangsiapa yang menunaikan amanat, maka dia berhak mendapatkan
janganlah kamu mengkhianati amanat-
pahala besar dari Allah dan barangsiapa menghianatinya dan tidak menunaikannya, maka dia
amanat yang dipercayakan kepadamu,
berhak mendapatkan azab yang keras dan dia menjadi penghianat Allah, Rasulullah, dan
sedang kamu mengetahui.
amanatnya itu sendiri, menodai dirinya sendiri karena dia telah mengambil sifat terburuk dan
ciri terjelek yaitu khianat serta mengabaikan sifat yang paling baik dan semurna yaitu amanat.
Al Qashash : 73 Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan Ini adalah karunia dari Allah terhadap hamba-hambaNya. Dia mengajak mereka bersyukur
untukmu malam dan siang, supaya kepadaNya, melaksanakan pengabdian kepadaNya dan menunaikan hakNya, karena Dia telah
kamu beristirahat pada malam itu dan menjadikan untuk mereka sebagian dari rahmat Nya berupa siang, agar mereka dapat mencari
supaya kamu mencari sebahagian dari karunia Allah dan bertebaran untuk mencari rizki dan penghidupan di bawah cahayaNya, dan
karunia-Nya (pada siang hari) dan agar berupa malam agar mereka merasakan ketenagan dan kedamaian, agar jasad dan jiwa mereka
kamu bersyukur kepada-Nya. beristirahat dari kelelahan beraktivitas di siang hari. Ini semua bagian dari karunia dan
rahmatNya kepada hamba-hambaNYa (manusia). Apakah ada seseorang yang mampu
melakukan hal itu?
Kalau saja “Allah menjadikan untukmu malam itu terus menerus sampai Hari Kiamat, sipakah
tuhan selain Allah yang akan mendatangkan sinar terang kepadamu? Maka apakah kamu tidak
mendengar” nasihat-nasihat Allah dan ayat-ayatNya dengan penuh penghayatan, menerima dan
patuh? Dan jika “Allah menjadikan untukmu siang itu terus-menerus sampai Hari KIamat,
siapakah tuhan selain Allah yang akan mendatangkan malam kepadamu yang kamu beristirahat
padanya? Maka apakah kamu tidak memperhatikan” sisi-sisi yang bisa diambil pelajarannya
dan letak-letak berbagai bukti. sehingga mata hati kalian menjadi terang dan kalian dapat
menelusuri jalan yang lurus? Dan berkenaan dengan malam Dia mengatakan, “Maka apakah
kamu tidak mendengar?” sedangkan tentang siang Dia mengatakan, “Maka apakah kamu tidak
memperhatikan? Karena kekuatan mendengar di malam hari itu lebih kuat daripada kekuatan
melihat, dan sebaliknya pada siang hari.
Di dalam ayat-ayat di atas terkandung peringatan bahwa seorang hamba hendaklah
merenungkan karunia dan nikmat-nikmat Allah kepadanya dan berupaya mengenalnya dan
menganalogikannya dengan kondisi ketidakberdayaannya. Sebab apabila dia membandingkan
antara kondisi keberadaan nikmat tersebut dengan kondisi ketiadaannya, maka akalnya akan
menyadari letak kebaikan Allah. Berbeda halnya dengan orang yang sudah terbiasa dengan
berbagai kebiasaan, dan dia melihat bahwa yang menjadi kebiasaan ini adalah perkara yang
akan terus berlanjut, sedangkan mata hatinya buta, tidak bisa memuji Allah atas nikmatNya
dan tidak bisa merasakan betapa sangat butuhnya dia kepada nikmat-nikmat tersebut setiap
saat, maka hal yang seperti ini tidak akan menimbulkan pikiran (kesadaran) untuk bersyukur
dan tidak pula mengingat (Allah).

Kemudian Allah menganjurkan kaum Mukminin kepada sesutau yang dapat menyampaikan
mereka kepada kemenangan, yaitu keberhasilan dengan memperoleh kebahagiaandan
kesuksesan, dan bahwa jalan yang dapat menyampaikan kepada hal itu adalah konsisten
terhadap kesabaran, yaitu menahan diri dari hal-hal yang dibenci berupa meninggalkan
kemaksiatan, dan bersabar atas musibah dan terhadap perkara-perkara yang berat bagi jiwa.
Allah memerintahkan untuk bersabar atas semua itu.
Al-muhsabarah (memaksa diri untuk bersabar)adalah konsisten dan kontinu dalam hal itu
Hai orang-orang yang beriman, secara terus menerus, danmenghadapi musuh dalam segala kondisi, sedangkan Al-murabhatah
bersabarlah kamu dan kuatkanlah (siap siaga)adalah berjaga disuatu temapat yang di takutkan musuh akan masuk melaluainya,
kesabaranmu dan tetaplah bersiap dan mengamati musuh mereka agar tidak berhasil memperoleh tujuan-tujuan mereka. Semoga
Ali Imran : 200
siaga (di perbatasan negerimu) dan mereka beruntung yaitu mereka berhasil dengan hal yang di sukai, baik agama maupun dinia
bertakwalah kepada Allah, supaya serta akhirat, dan mereka selamat dari hal-hal yang di benci.
kamu beruntung. Dari sini diketahui bahwasanya tidak ada jalan menuju kamenangan tanpa ada kesabaran dan
memaksa diri dalam kesabaran tersebut, serta siaga dalam menghadapi musuh seperti yang
telah disebutkan. Karena itulah tidak akan beruntung orang yang beruntung itu kecuali dengan
hal-hal tersebut, dan tidaklah akan luput keberhasilah itu dari seseorang kecuali dengan
luputnya seseorang dari hal-hal tersebut atau sebagainya.
Allah permberi taufik, dan tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah.
Telah selesai tafsir surat Ali-imran, segala puji hany milik Allah atas nikmatNya, dan kita
memohon kepadaNya kesempurnaan nikmatNya.
Allah mengabarkan kepada hamba-hambaNya yang melampaui batas akan keluasan
kebaikanNya, dan menghimbau mereka untuk berinabah (kembali) kepadaNya sebelum hal itu
menjadi tidak mungkin mereka lakukan, seraya berfirman, “katakanlah” wahai Rasul, dan
wahai orang-orang yang menggantikan posisi beliau, yaitu para da’i yang menyerukan kepada
Agama Allah seraya menyampaikan berita kepada hamba-hambaNya dari Rabb mereka, “Hai
hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri,” dengan menuruti apa
saja yang diinginkan oleh hawa nafsunya, yaitu dosa-dosa dan perbuatan yang dapat
mengundang murka Allah Yang Maha mengetahui segala yang ghaib,
“janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.” Maksudnya, janganlah berputus harap
Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku
darinya lalu kalian menceburkan diri kalian ke dalam kebinasaan dan kalian mengatakan,
yang malampaui batas terhadap diri
“Dosa-dosaku sudah terlanjur sangat banyak dan keburukan-keburukan sudah menggunung,
mereka sendiri, janganlah kamu
maka sudah tidak ada lagi jalan untuk bisa menghilangkannya dan tidak ada cara untuk
berputus asa dari rahmat Allah.
Az Zumar : 53 menjauhkannya,”; lalu kalian tetap, disebabkan yang demikian itu, terus melakukan
Sesungguhnya Allah mengampuni
kemaksiatan, memperbekali diri dengan apa yang dapat menyebabkan Allah Yang Maha
dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya
Pengasih murka terhadap kalian! Akan tetapi kenalilah Tuhan kalian melalui nama-namaNya
Dialah Yang Maha Pengampun lagi
yang menunjukkan pada kemurahan dan kedermawananNya, dan ketahuilah bahwasanya Dia
Maha Penyayang.
mengampuni semua dosa-dosa, seperti dosa syirik , pembunuhan, zina, riba, kezhaliman dan
lain sebagainya dari dosa-dosa besar dan dosa-dosa kecil. “SEsungguhnya Dia-lah Yang Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang,” yakni, sifatNya yang memberikan ampunan dan rahmat
adalah dua sifat yang lazim bagiNYa, yang DzatNya tidak pernah lepas dari keduanya. Dan
pengaruh kedua sifat ini terus berlangsung di alam ini bahkan memenuhi jagat raya ini, kedua
TanganNya mencurahkan berbagai kebaikan sepanjang malam dan siang, dan Dia
melimpahkan berbagai nikmat kepada hamba-hambaNya dan berbagai keutamaan-keutamaan
secara sembunyi-sembunyi dan terang-terangan; dan memberi lebih disukaiNya daripada
menahan, dan rahmat (kasih saying) Nya mendahului dan mengalahkan sifat murkaNya.
An Nisa : 17 Sesungguhnya taubat di sisi Allah taubat dari Allah terhadap hamba-hambaNya ada dua macam, pertama, taufik darNya untuk
hanyalah taubat bagi orang-orang yang melakukan taubat itu sendiri, dan kedua, penerimaanNya akan taubat tersebut setelah
mengerjakan kejahatan lantaran dilakukan oleh sang hamba. Disini, Allah mengabarkan bahwa taubat yang hanya berhak
kejahilan, yang kemudian mereka dialamatkan kepada Allah adalah haq yang hanya Allah peruntukkan bagi DiriNya sebagai
bertaubat dengan segera, maka mereka kebaikan dan anugrah dariNya bagi orang yang melakukan perbuatan dosa, yaitu kemaksiatan
itulah yang diterima Allah taubatnya; “lantaran kejahilan” yaitu kebodohan darinya akan akibat perbuatan itu dan konsekuensi
dan Allah Maha Mengetahui lagi kemurkaan dan siksaan Allah terhadapnya, kebodohannya akan pengawasan dan pengamatan
Maha Bijaksana. Allah terhadap dirinya, kebodohannya akan hasil dari perbuatannya itu berupa berkurangnya
atau hilangnya iman darinya, maka setiap pelaku kemaksiatan terhadap Allah adalah jahil
dengan kondisi seperti itu walaupun ia mengetahui akan keharamannya, bahkan mengetahui
keharamannya sesuatu adalah syarat suatu kemaksiatan yang mendapat hukuman karenanya,
”yang kemudian mereka bertaubat dengan segera” kemungkinan maknanya adalah kemudian
mereka bertaubat sebelum menyaksikan kematian, karena Allah menerima taubat seorang
hamba apabila ia bertaubat sebelum ada kepastian bahwa ia akan mati dan sebelum ada iksaan
secara pasti, sedangkan setelah hadirnya kematian, maka tidaklah akan diterima dari pelaku
kemaksiatan suatu taubat pun dan tidak akan diterima pula keimanan dari orang kafir,
sebagaimana Allah berfirman tentang fir’aun. ”hingga bila fir’aun itu telah hamper tenggelam,
berkatalah dia, ’saya percaya bahwa tidak ada tuhan melainkan rabb yang dipercayai oleh bani
israil dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada allah)”
“maka tatkala mereka melihat azab kami, mereka berkata kami beriman hanya kepada Allah
saja dan kami kafir kepada sembahan-sembahan yang telah kami persekutukan dengan Allah
maka iman mereka tiada berguna bagi mereka tatkala mereka telah melihat siksa kami.itulah
sunnah Allah yang telah berlaku terhadap hamba-hambaNya.’”
Dan Allah berfirman disini, ”dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang
mengerjakan kejahatan” yaitu kemaksiatan-kemaksiatan selain kekufuran, ”hingga apabila
datang ajal kepada seseorang diantara mereka, (barulah) ia mengatakan, sesungguhnya saya
bertaubat sekarang, dan tidak pula (diterima taubatnya) orang-orang yang mati sedang mereka
didalam kekafiran bagi orang-orang itu telah kami sediakan siksa yang pedih.” Yang demikian
itu karena taubat dalam kondisi seperti itu adalah taubat yang terpaksa yang tidak berguna bagi
pelakunya, padahal sesungguhnya yang bermanfaat itu hanyalah taubat pilihan atau kesadaran.
Dan kemungkinan juga makna firmanNya ”dengan segera” yaitu segera setelah perbuatan dosa
tersebut yang mengharuskan adanya taubat, maka maknanya adalah bahwa barangsiapa yang
bersegera dalam menarik diri sejak timbulnya dosa dan berserah diri kepada Allah serta
menyesali perbuatan itu maka sesungguhnya Allah akan mengampuni dosanya, berbeda
dengan orang yang terus menerus dengan dosanya dan berkelanjutan dengan aib-aibnya itu
hingga menjadi sebuah sifat yang menempel pada dirinya, maka sesungguhnya akan sulit
baginya untuk bertaubat secara total bahkan biasanya ia tidak mendapatkan taufik taubat dan
tidak dimudahkan kepada sebab-sebabnya seperti seseorang yang melakukan perbuatan dosa
atas ilmu yang jelas dan keyakinan yang dibarengi dengan sikap meremehkan pengawasan
Allah terhadapnya, maka sesungguhnya ia telah menutup pintu rahmat bagi dirinya sendiri.
Memang benar bahwa Allah terkadang memberikan taufik kepada hambaNya yang selalu
melakukan dosa dan maksiat dengan kesengajaan dan keyakinan menuju taubat yang berguna
di mana Allah akan menghapus dengan taubat itu apa-apa yang telah lalu berupa dosa-dosa dan
kejahatan-kejahatannya, akan tetapi rahmat dan taufik itu lebih dekat pada orang yang pertama,
oleh karena itulah Allah menutup ayat pertama tersebut dengan firmanNya ”Dan Allah Maha
Mengetahui Maha Bijaksana” dan diantara ilmu Allah bhawa Dia mengetahui orang yang
benar dalam taubat dan orang yang berdusta, dan akan membalas setiap dari kedua orang
tersebut sesuai dengan hak keduanya menurut hikmahNYa, dan diantara hikmahNya adalah
Allah akan memberikan taufik kepada orang yang hikmah dan rahmatNya menghendaki orang
tersebut kepada taubat, dan Allah akan menghinakan orang yang hikmah dan keadilanNya
menghendaki tidak memberi taufik kepadanya.
“(yaitu) surge ’adn yang mereka masuk kedalamnya, mengalir dibawahnya sungai sungai. Di
dalam surge itu mereka mendapat segala apa yang mereka kehendaki” maksudnya apapun yang
mereka angan angankan dan kehendak mereka telah terpaku dengannya, niscaya akan
terealisasikan bagi mereka dalam bentuk yang paling sempurna lagi lengkap. Tidaklah mereka
mencari suatu jenis kenikmatan yang membekaskan kesenangan hati dan kebahagiaan jiwa
melainkan pasti muncul di hadapan mereka. Oleh sebab itu, Allah memberi kepada para
penghuni surge apa saja yang mereka idam idamkan. Sampai sampai Allah mengingatkan
mereka sekian banyak kenikmatan yang tidak pernah terbetik dalam hati mereka. Maha berkah
Allah yang tiada penghujung bagi kemurahanNya dan tiada batas bagi kedermawananNya,
yang tiada sesuatupun yang serupa denganNya dalam sifat sifat DzatNya, sifat sifat
perbuatanNya dan pengaruh pengaruh sifat sifat tersebut serta keagungan kepemilikan dan
(yaitu) orang-orang yang diwafatkan kerajaanNya. ”demikianlah Allah memberi balasan kepada orang orang yang bertakwa” (yang
dalam keadaan baik oleh para malaikat memelihara diri) dari kemurkaan Allah dan siksaNya dengan cara mengerjakan kewajiban
dengan mengatakan (kepada mereka): kewajiban dan kefardhuan kefardhuan yang Allah tetapkan pada mereka, yang berhubungan
An Nahl : 32
"Salaamun'alaikum, masuklah kamu dengan hati, jasmani, dan lisan yang menjadi hak Allah dan hak sesama manusia, dan
ke dalam surga itu disebabkan apa meninggalkan hal hal yang dilarang oleh Allah.
yang telah kamu kerjakan". “yaitu orang orang yang diwafatkan oleh para malaikat” senantiasa menjaga ketakwaan mereka
“dalam keadaan baik” maksudnya, suci dan menyucikan dari segala aib dan kotoran yang
mengenai mereka dan menorehkan dampak buruk pada iman mereka. Hati mereka menjadi
baik karena ma’rifatullah dan kecintaannya kepadaNya, lisan lisan mereka menjadi baik
lantaran mengingat Allah dan memujiNya, dan anggota tubuh mereka baik dengan ketaatan
dan menghadapkan wajah kepadaNya.
“dengan mengatakan (kepada mereka) ‘semoga keselamatan tercurahkan kepada kalian’”
maksudnya ucapan penghormatan yang sempurna diperuntukan bagi kalian dan keselamatan
dari setiap gangguan. Sungguh, kalian telah bebas dari segala yang kalian benci “masuklah
kalian ke dalam surge itu disebabkan apa yang telah kalian kerjakan” dalam bentuk keimanan
kepada Allah, kepatuhan kepada perintahNya. Sesungguhnya amalan merupakan penyebab,
materi dan asas untuk masuk surga dan selamat dari api neraka. Amalan itu
Ali Imran 166 Dan apa yang menimpa kamu pada Kemudian Allah mengabarkan bahwasanya yang menimpa mereka saat bertemunya kedua
hari bertemunya dua pasukan, maka pasukan; pasukan kaum Muslimin dan pasukan kaum musyrikin di Uhud berupa kematian dan
(kekalahan) itu adalah dengan izin kekalahan, adalah dengan izinNYa, Qadha’ dan QadarNYa; tidak ada tempat pelarian baginya,
(takdir) Allah, dan agar Allah dan itu pasti terjadi.
mengetahui siapa orang-orang yang Perkara takdir apabila telah terlaksana, maka tidak ada lagi cara kecuali (hanya) menerimanya
beriman. dan bahwa Allah menetapkan hal itu atas dasar hikmah yang agung dan faidah yang besar, dan
bahwa dengan hal itu akan jelas orang Mukmin dari orang munafik, yaitu orang-orang yang
bila diperintah untuk ikut berperang, “dan kepada mereka dikatakan, ‘ Marilah berperang di
jalan Allah’ ,” yaitu, demi membela agama Allah dan melindunginya serta mengharap
keridhaan Allah, “atau pertahankanlah (dirimu),” kehormatan dan negeri kalian apabila kalian
tidak memiliki niat yang shalih, maka mereka enggan ikut berperang dan membuat alasan.
“Mereka berkata, ‘Sekiranya kami mengetahui akan terjadi peperangan, tentulah kami
mengikutimu’ ,” maksudnya, sekiranya kami mengetahui bahwasanya akan terjadi peperangan
antara kalian dan mereka, niscaya kami akan mengikuti kalian berperang. Tetapi sebenarnya
mereka pendusta dalam hal itu. Sungguh mereka telah yakin dan paham, dan setiap orang
mengetahui bahwa kaum musyrikin telah dipenuhi oleh dengki dan kebencian terhadap kaum
Muslimin, dan bahwa mereka telah mengerahkan harta benda mereka, dan mereka telah
mengumpulkan pasukan sekuat tenaga untuk menghancurkan kaum Muslimin di negeri mereka
dengan semangat yang menyala-nyala untuk memerangi mereka. Barangsiapa yang kondisinya
seperti ini, bagaimana bisa tidak tergambar bahwa tidak akan terjadi perang antara mereka
dengan kaum Mukminin?
Khususnya (alasan) bahwa kaum Muslimin telah (terlanjur) keluar dari Madinah
(meninggalkan mereka), dan menghadapi mereka (kafir Quraisy). Ini merupakan suatu alasan
yang mustahil, akan tetapi orang-orang munafik menyangka bahwa alasan tersebut melegakkan
kaum MUkminin. Allah berfirman, “Mereka pada hari itu kepada kekafiran” yaitu pada saat
mereka tidak berjihad bersama kaum Mukminin, “lebih dekat kepada kekafiran daripada
keimanan. Mereka mengatakan dengan mulut mereka perkataan yang tidak terkandung dalam
hati mereka.” Ini adalah ciri khas orang-orang munafik, mereka tampakkan pada lisan dan
perbuatan mereka apa yang bertentangan dengan yang ada dalam hati dan dada mereka. Di
antaranya adalah perkataan mereka, “Sekiranya kami mengetahui akan terjadi peperangan,
tentulah kami mengikuti kamu.” Sesungguhnya mereka sebenarnya telah mengetahui akan
terjadinya peperangan.
Ayat ini menjadi dalil atas sebuah kaidah “melakukan kemudaratan yang lebih kecil dari dua
kemudaratan,” untuk menolak kemudaratan yang lebih besar dan melakukan kemaslahatan
yang lebih kecil dari dua kemaslahatan karena ketidakmampuan melakukan kemaslahatan yang
lebih besar, karena kaum munafik itu telah diperintahkan untuk berperang demi agama, dan
bila mereka tidak melakukannya maka diperintahkan untuk mempertahankan keluarga dan
negeri.
“Dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan,” maka Allah tampakkan semua
itu bagi hamba-hambaNya yang beriman, lalu Allah menghukum mereka atas hal tersebut.
Al-Hadid : 23 (Kami jelaskan yang demikian itu) Allah mengabarkan hal itu kepada para hambaNya agar kaidah ini lekat di hati mereka. Agar
supaya kamu jangan berduka cita mereka merujukkan semua kebaikan dan keburukan berdasarkan kaidah tersebut supaya
terhadap apa yang luput dari kamu, mereka tidak merasa putus asa dan bersedih atas sesuatu yang luput dari mereka, di samping
dan supaya kamu jangan terlalu agar hati mereka tidak tamak dan memburu apa yang tidak didapatkan, karena mereka
mengetahui bahwa hal itu telah tertulis di Lauhul Mahfuzh yang pasti berlaku dan terjadi; tidak
ad acara untuk menolaknya. Tujuan lain adalah agar manusia tidak terlalu bergembira dengan
bersikap sombong terhadap pemberian Allah, sehingga mereka sibuk bersyukur kepada Allah
yang memberikan berbagai kenikmatan dan mencegah azab. Karena itu Allah berfirman, “Dan
gembira terhadap apa yang diberikan-
Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.” Yaitu, orang
Nya kepadamu. Dan Allah tidak
angkuh, berhati keras, kasar, merasa kagum terhadap diri sendiri, membanggakan diri dengan
menyukai setiap orang yang sombong
berbagai nikmat Allah yang dinyatakan sebagai hasil usahanya sendiri, hingga ia pun
lagi membanggakan diri,
melampaui batas dan melalaikan kenikmatan-kenikmatan itu. Sebagaimana firman Allah :
kemudian apabila Kami berikan nikmat Kami kepadanya dia berkata, “Sesungguhnya aku
diberi nikmat ini hanyalah karena kepintaranku.” Sebenarnya, itu adalah ujian, tetapi
kebanyakan mereka tidak mengetahui. Az-Zumar : 49
Dan tetapkanlah untuk kami kebajikan Musa menyempurnakan doanya ”dan tetapkanlah untuk kami kebajikan di dunia ini” berupa
di dunia ini dan di akhirat; ilmu yang bermanfaat, rizki yang lapang, dan amal yang shaleh “sesungguhnya kami kembali
sesungguhnya kami kembali (bertaubat) kepadaMu” yakni kami kembali dengan mengakui kelalaian kami. Kami kembali
(bertaubat) kepada Engkau. Allah kepadaMu dalam segala urusan kami. ”Allah berfirman ’siksaKu akan kutimpakkan kepada
berfirman: "Siksa-Ku akan siapa yang aku kehendaki” dari kalangan orang yang sengsara yang menentang sebab-
Kutimpakan kepada siapa yang Aku sebabnya. ”dan Rahmatku meliputi segala sesuatu” meliputi langit dan bumi, orang baik dan
Al-A’raf 156
kehendaki dan rahmat-Ku meliputi orang jahat, Mukmin dan kafir, tiada makhluk kecuali rahmat Allah telah dia rasakan, karunia
segala sesuatu. Maka akan Aku dan kebaikanNya telah dia cicipi, akan tetapi rahmat yang khusus yang berkonsekuensi kepada
tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang kebahagiaan dunia dan akhirat tidak dirasakan oleh semua orang. Oleh karena itu Dia
yang bertakwa, yang menunaikan berfirman tentangnya “maka akan aku tetapkan Rahmatku untuk orang orang yang bertakwa”
zakat dan orang-orang yang beriman dari kemaksiatan besar dan kecil “yang menunaikan zakat” yang wajib ditunaikan kepada yang
kepada ayat-ayat Kami". berhak “dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat kami”
“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran,” ini mencakup seluruh
makhluk dan seluruh alam, baik alam atas maupun alam bawah, hanya Allah yang
Sesungguhnya Kami menciptakan menciptakannya. Tidak ada pencipta selain Allah, tidak ada sekutu bagiNya dalam
Al Qamar : 49
segala sesuatu menurut ukuran. menciptakan semuanya. Allah menciptakan berdasarkan ketentuan yang telah terdahulu
berdasarkan ilmuNya dan sesuai catatan penaNya berdasar waktu dan ukuran yang ditetapkan
dan seluruh sifat yang tercakup dalam segala hal.
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya Allah amat berat siksaNya dan bahwa sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Maksudnya, hendaknya kedua ilmu ini ada di dalam
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya
hatimu dengan keyakinan dan kepastian. Kamu mengetahui bahwa Dia amat berat siksaNya
Allah amat berat siksa-Nya dan bahwa
Al-Maidah : 98 kepada siapa yang menyelisihiNya di dunia dan di akhirat, dan bahwa Dia adalah Maha
sesungguhnya Allah Maha Pengampun
Pengampun lagi Maha Penyayang kepada siapa yang bertaubat dan taat kepadaNYa. Ilmu ini
lagi Maha Penyayang.
membuahkan untukmu rasa takut terhadap azabNya dan harapan terhadap ampunan dan
pahalaNya dan kamu mengetahui apa yang menjadi konsekuensi takut dan harapan.
Al Hijr : 49 Kabarkanlah kepada hamba-hamba- Sesudah Allah menceritakan kabar kabar yang dapat membangkitkan rasa cinta dan takut dari
sesuatu yang dibuat oleh Allah, berupa surge dan neraka, maka Allah menyebutkan (dalam ayat
ini) sesuatu yang membangkitkan perasaan tersebut, dengan menyebutkan sifat sifatNya. Allah
berfirman “kabar kan kepada hamba hambaKu” beritahukanlah kepada mereka dengan
Ku, bahwa sesungguhnya Aku-lah
kepastian dan di dukung oleh bukti bukti nyata, ”bahwa Aku-lah yang Maha Pengampun lagi
Yang Maha Pengampun lagi Maha
Maha Penyayang” sesungguhnya mereka itu jika mengetahui kesempurnaan rahmat dan
Penyayang,
ampunan Allah tentu akan berusaha menempuh langkah langkah yang mengantarkan mereka
menuju rahmatNya, dan meninggalkan dosa dosa dan bertaubat darinya, supaya dapat meraih
ampunan Allah.
“Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki,” dari takdir-takdirNya “dan menetapkan,” apa
yang dikehendakiNya dari yang sudah ditetapkan. Penghapusan dan perubahan ini bukan pada
hal-hal yang mana ilmu Allah telah mendahului (bahwa akan terjadi dan Pena Allah telah
menuliskan takdirnya). Sesungguhnya, hal itu tidak mengalami perubahan dan pergantian.
Karena, menjadi suatu perkara yang mustahil bagi Allah jika terjadi suatu kekurangan dan
kekeliruan pada ilmu Allah (tentang segala sesuatu yang akan terjadi). Oleh karena itu, Allah
berfirman “dan di sisiNya terdapat Ummul KItab,” yaitu Lauh Mahfuzh yang menjadi buku
Allah menghapuskan apa yang Dia rujukan bagi segala sesuatu. Itu adalah intinya, ia mempunyai cabang dan sisi. Misalnya,
kehendaki dan menetapkan (apa yang amalan pagi dan siang hari yang dicatat oleh malaikat, dan Allah menciptakan sebab kausalitas
Ar Ra’dua : 39 Dia kehendaki), dan di sisi-Nya-lah yang bisa menetapkannya dan sebab-sebab yang bisa menghapuskannya. Sebab-sebab tersebut
terdapat Ummul-Kitab (Lauh tidak akan melampaui batas dengan apa yang telah di gariskan di Lauh Mahfuzh. Sebagaimana
mahfuzh). Allah menjadikan kebaikan, silaturahim, dan perbuatan baik sebagai sebab kausalitas yang bisa
memanjangkan usia dan meluaskan rizki. Sebagaimana Allah menjadikan maksiat-maksiat
sebagai sebab yang menghilangkan berkah rizki dan usia. Sebagaimana Allah menetapkan
beberapa sebab kausalitas keselamatan dari berbagai kebinasaan dan kehancuran sebagai jalan
menuju keselamatan, dan menjadikan sebab kausalitas penghalang keselamatan sebagai
penyebab kehancuran. Dia-lah yang mengatur segala urusan sesuai dengan kekuasaan dan
kehendakNya. Hal-hal yang Allah atur tidak bertentangan dengan apa yang sudah diketahui
Allah (akan terjadi) dan dituliskan di Lauh Mahfuzh.
An Nisa : 28 Allah hendak memberikan keringanan “Allah hendak memberikan keringanan kepadamu” yaitu dengan mudahnya perkara yang
kepadamu, dan manusia dijadikan Allah perintahkan kalian kepadanya dan perkara yang kalian dilarang darinya, kemudian
bersifat lemah. bersamaan dengan adanya kesulitan pada beberapa syariat, Allah membolehkan juga bagi
kalian apa yang sangat dibutuhkan oleh keterdesakan kebutuhan kalian, seperti bangkai, darah
dan semacamnya, bagi orang yang terpaksa. atau seperti menikahi budak wanita bagi seorang
laki-laki merdeka dengan syarat-syarat yang telah disebutkan terdahulu, semua itu karena
rahamat Allah yang sempurna, kebaikanNya yang menyeluruh dan ilmu serta hikmahNya akan
kelemahan manusia dari berbagai segi, lemah dari segi postur tubuhnya, lemah dalam
kehendak, lemah dalam bertekad, lemah dalam keimanan, lemah dalam kesabaran, lalu untuk
menyesuaikan hal itu, Allah meringankan apa yang mereka lemah padanya, dan apa yang tidak
bisa dilakukan oleh keimanan kesabaran dan kekuatannya.
Katakanlah: "Sesungguhnya kematian
yang kamu lari daripadanya, maka Begitulah, meski mereka tidak mengharapkan kematian karena perbuatan yang mereka lakukan
sesungguhnya kematian itu akan bahkan mereka akan lari dari kematian sejauh mungkin, tapi hal itu tidak bisa menyelamatkan
menemui kamu, kemudian kamu akan mereka, karena kematian pasti menemui mereka karena telah ditentukan dan dituliskan oleh
Al Jumu’ah : 8 dikembalikan kepada (Allah), yang Allah pada para hambaNya. Kemudian setelah kematian dan sempurnanya ajal, semua manusia
mengetahui yang ghaib dan yang dikembalikan pada Hari Kiamat menuju Allah Yang Maha Mengetahui yang ghaib dan yang
nyata, lalu Dia beritakan kepadamu nyata kemudian akan memberitahukan amal perbuatan mereka, baik dan buruknya, sedikit dan
apa yang telah kamu kerjakan". banyaknya.

Dan Allah sekali-kali tidak akan


menangguhkan (kematian) seseorang Ini adalah permintaan dan harapan hampa yang waktunya telah berlalu dan tidak mungkin bisa
apabila telah datang waktu dilakukan. Karena itu Allah berfirman, “Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan
Al-Munafiqun : 11 kematiannya. Dan Allah Maha (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya” yang telah dipastikan, “Dan Allah
Mengenal apa yang kamu kerjakan. Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan,” yang baik dan yang buruk. Allah akan membalas
kalian berdasarkan pengetahuanNya tentang niat dan amal kalian.
Tiap-tiap umat mempunyai batas
waktu; maka apabila telah datang
waktunya mereka tidak dapat yakni Allah telah mengeluarkan bani Adam (dari surga) ke bumi, mengizinkan mereka tinggal
Al A’raf : 34 mengundurkannya barang sesaatpun di dalamnya, menentukan ajal untuk mereka, tidak ada umat yang maju atau mundur dari ajal
dan tidak dapat (pula) memajukannya. yang telah ditentukan tidak secara bersamaan dan tidak pula secara sendiri-sendiri.

“pada hari ini tiap-tiap jiwa diberi balasan dengan apa yang diusahakannya,” di dunia, yang
Pada hari ini tiap-tiap jiwa diberi baik dan yang buruk, yang sedikit dengan yang banyak. ”tidak ada kezhaliman pada hari ini,”
balasan dengan apa yang terhadap seseorang, dengan ditambah kejahatan-kejahatannya atau di kurangi sebagian dari
diusahakannya. Tidak ada yang kebaikan-kebaikannya.
Ghafir : 17 dirugikan pada hari ini. Sesungguhnya “sesungguhnya Allah maha cepat hisabnya.” Maksudnya, jangan kalian menganggap hari itu
Allah amat cepat hisabnya. masih jauh, karena ia pasti datang, dan setiap yang pasti datang itu dekat. Dan Dia juga sangat
cepat perhitunganNYa terhadap hamba-hambaNYa pada hari kiamat itu karena
pengetahuanNya yang meliputi dan kemahasempurnaan kekuasaanNYa.
Al Anbiya : 47 Kami akan memasang timbangan yang Allah mengabarkan mengenai ketetapan hukumNYa yang adil dan keputusanNya yang
tepat pada hari kiamat, maka tiadalah berimbang (tidak berat sebelah) di antara para hambaNya ketika Dia menghimpun mereka
dirugikan seseorang barang semua di Hari Kiamat. Dia memasang timbangan-timbangan yang adil bagi mereka. Dalam
sedikitpun. Dan jika (amalan itu) timbangan-timbangan itu menjadi tampak jelas beratnya biji sawi yang dengan itu kebaikan
hanya seberat biji sawipun pasti Kami dan kejelekan akan ditimbang. “Maka tidaklah dirugikan seseorang,” baik jiwa yang Muslim
mendatangkan (pahala)nya. Dan ataupun yang kafir “barang sedikit pun,” dalam bentuk pengurangan dari sebagian
kebaikannya atau penambahan kejelekannya. Kendatipun seberat biji sawi yang merupakan
partikel terkecil dan tidak diperhitungkan, yang berasal dari kebaikan maupun kejelekan, Kami
akan membawa dan menghadirkannya. Tujuannya, agar pemiliknya mendapatkan balasan
dengannya. Makna ini seperti kandungan ayat,
"Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat
(balasan) nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah pun, niscaya dia
cukuplah Kami sebagai pembuat akan melihat (balasan) nya pula." (Az-Zalzalah:7-8)
perhitungan "dan mereka berkata: "Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang
kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa
yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang jua pun".
(Al-Kahfi:49).
“Dan cukuplah Kami sebagai Pembuat perhitungan,” maksudnya DZat Allah yang mulia
sebagai pembuat perhitungan hal tersebut. Cukuplah Allah sebagai DZat yang
memperhitungkan amalan-amalan. Maksudnya, mengetahui seluruh amaliah para hambaNya,
memeliharanya dan menempatkannya dalam sebuah kitab catatan, mengetahui perhitungannya
dan ketentuan pahala atau hukumannya serta hak-haknya untuk menyerahkan balasan bagi para
pelakunya.

Anda mungkin juga menyukai