Anda di halaman 1dari 2

ARTIKEL PEMERINTAHAN ORDE BARU

” PELANGGARAN HAM ”
a) Latar Belakang
Pada masa Orde Baru di Indonesia, yang dipimpin oleh Presiden Soeharto, terjadi
sejumlah pelanggaran HAM yang menjadi perhatian banyak pihak. Setelah Orde Baru
berakhir pada tahun 1998, tuntutan untuk mengungkap dugaan terjadinya pelanggaran
berat HAM masa lalu banyak bermunculan. Sejumlah produk hukum bermunculan
untuk merespons tuntutan itu, seperti Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia dan UU Nomor 26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM.

Kasus pelanggaran HAM di Indonesia sudah terjadi sejak masa awal kemerdekaan
dan tercatat dalam sejarah. Meski telah ada peraturan perundang-undangan yang
mengatur HAM, namun persoalan pelanggaran HAM masih saja terjadi. Penyebabnya
dari berbagai faktor, salah satunya lemahnya penegakan hukum. Penegakan hukum
yang lemah terlihat dari hukum hanya diartikan secara tertulis dalam undang-undang,
tanpa melihat keadilan dan kemanfaatan. Bahkan aparat penegak hukum terkadang
kurang memahami tugasnya sebagai penyelenggara negara yang melindungi dan
memberikan jaminan HAM kepada warga masyarakat.

Dalam konteks politik yang baru setelah turunnya Soeharto sebagai presiden,
Indonesia memasuki sebuah fase politik yang baru, yaitu menurunnya legitimasi dan
otoritas. Sejumlah proses hukum dilakukan oleh Komnas HAM terkait menyelesaikan
persoalan kasus masa lampau. Selain itu, pemberian gelar pahlawan nasional untuk
Soeharto dinilai bertentangan dengan konteks keadilan. Soeharto adalah sosok yang
kontroversial, dengan jasa besar tetapi dosa besar pula.

b) Perkembangan
Pada masa Orde Baru, penegakan hak asasi manusia tidak mengalami perkembangan
yang signifikan, bahkan cenderung mengalami kemunduran. Pemerintahan pada masa
tersebut cenderung otoriter, dan pelanggaran HAM menjadi salah satu isu yang memicu
tuntutan untuk keadilan setelah berakhirnya era Orde Baru. Selain itu, latar belakang
terjadinya pelanggaran HAM pada masa Orde Baru juga terkait dengan kelemahan
dalam penegakan hukum. Meskipun telah ada peraturan perundang-undangan yang
mengatur HAM, namun persoalan pelanggaran HAM masih saja terjadi. Penyebabnya
dari berbagai faktor, salah satunya lemahnya penegakan hukum. Penegakan hukum
yang lemah terlihat dari hukum hanya diartikan secara tertulis dalam undang-undang,
tanpa melihat keadilan dan kemanfaatan. Bahkan aparat penegak hukum terkadang
kurang memahami tugasnya sebagai penyelenggara negara yang melindungi dan
memberikan jaminan HAM kepada warga masyarakat.

c) Dampak
Pelanggaran HAM pada masa Orde Baru juga menimbulkan dampak yang meluas
terhadap masyarakat, termasuk hilangnya kebebasan berpendapat, berkumpul, dan
menyampaikan pemikiran. Selain itu, pelanggaran HAM juga menciptakan ketidakadilan,
ketidakpastian, dan ketakutan di kalangan masyarakat. Meskipun pada tahun 1990-an
muncul Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnasham) sebagai respons terhadap
desakan dari dalam dan luar negeri, namun dampak dari pelanggaran HAM pada masa Orde
Baru tetap terasa hingga setelah era tersebut berakhir.

Pelanggaran HAM memiliki konsekuensi jangka panjang yang signifikan.


Dampaknya dapat mencakup berbagai aspek, termasuk ketidakamanan dan ketidakstabilan
dalam masyarakat, stigma dan trauma yang berdampak jangka panjang terhadap
kesejahteraan psikologis korban, serta gangguan terhadap pembangunan berkelanjutan.
Selain itu, pelanggaran HAM juga dapat menghambat upaya mencapai Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yang ditetapkan oleh PBB. Untuk mengatasi
pelanggaran HAM, langkah-langkah seperti penguatan hukum, pendidikan dan kesadaran
masyarakat, serta akses keadilan perlu diimplementasikan.

Anda mungkin juga menyukai