Anda di halaman 1dari 3

Latar Belakang

Pendahuluan

Pengertian HAM menurut Undang-Undang

Pengertian HAM Menurut UU No 39 Tahun 1999 – Menurut undang-undang nomor 39


tahun 1999, menyebutkan bahwa pengertian hak asasi manusia (HAM) adalah
seperangkat hak yang melekat pada diri pada setiap manusia sebagai bentuk anugerah
dari Tuhan Yang Maha Esa yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh
negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan
harkat dan martabat setiap manusia. Sesuai dengan ketentuan Pasal 2 Undang-undang
Pengadilan HAM, maka Pengadilan HAM merupakan Pengadilan khusus yang berada
di lingkungan Peradilan Umum, dalam Pengadilan HAM ada hakim ad hoc yang
diangkat dan diberhentikan oleh Presiden selaku Kepala Negara atas usul Ketua
Mahkamah Agung untuk masa jabatan lima tahun dan dapat diangkat kembali untuk
satu kali masa jabatan. (Pasal 28 UU No. 26/2000)

Sejarah HAM dan peradilan perundang-undangan HAM.

Sejarah HAM di Indonesia sendiri terbagi menjadi tiga periode. Periode pertama
adalah sebelum kemerdekaan Indonesia yaitu dengan munculnya organisasi-organisasi
seperti Budi Utomo, Indische Partij, Partai Nasional Indonesia yang penjadi pelopor
penyuaraan kemeredekaan di Indonesia. Periode kedua adalah setelah kemerdekaan
yaitu dengan mulai bermunculannya partai politik di Indonesia yang aktif untuk
menyuarakan hak hak kemanusiaan walaupun masih menggunakan ideologi yang
berbeda-beda. Periode ketiga adalah reformasi sampai sekarang yaitu dengan
munculnya TAP MPR No XVII/MPR/1998 tentang HAM dan munculnya beberapa
peraturan HAM yang menjadi dasar penegakan hukum HAM di Indonesia sampai saat
ini.

Periode ketiga kemunculan HAM di Indonesia juga merupakan titik awal


munculnya peradilan HAM di Indonesai. Sayangnya awal mula kemunculan berbagai
peraturan yang mengatur HAM memicu munculnya banyak pelanggaran HAM yang
terjadi di Indonesia. Beberapa contoh kasus pelanggaran HAM yang belum
terselesaikan sampai sekarang adalah Tanjung Priok, DOM Aceh, Papua dan kasus
pelanggaran HAM berat di Timor-timur. Sebab itu munculah berbagai desakan yang
membuat tanggal 23 September 1999 pemerintah mengeluarkan Undang-undang no.
39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia yang di dalam pasal 104 mengamanatkan
pembentukan Pengadilan HAM untuk menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran HAM
berat Pada tanggal 8 Oktober 1999, Presiden Habibie mengeluarkan Perpu No. 1
tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia.

Isi

Apakah HAM sudah berjalan dengan semestinya,

Munculnya Undang-undang dan beberapa peraturan mengenai HAM tentunya


tidak serta merta menjadikan penegakan hukum HAM menjadi mudah. Bisa dilihat
dengan munculnya kasus pelanggaran HAM besar yang belum terselesaikan sampai
saat ini. Terdapat banyak factor yang dapat memicu munculnya pelanggaran HAM yang
dapat dibagi menjadi factor internal dan factor eksternal. Faktor internalnya antara lain
seperti sifat egois, sifat individualis, tidak adanya rasa toleransi dan kemanusiaan, tidak
adanya kesadaran si pelaku terhadap pelanggaran HAM, dsb. Sedangkan untuk faktor
eksternal, antara lain yaitu perangkat hukum yang tidak tegas, lemahnya fungsi
lembaga hukum, adanya diskriminasi, adanya pihak lain yang membantu aksi
pelanggaran HAM itu sendiri, dan lain-lain.

Bagaimana pelaksanaan peradilan HAM di Indonesia, apakah sudah dilaksanakan


secara adil bagi masyarakat Indonesia dan pelaksanaannya sudah sesuai dengan
Undang-undang di Indonesia.

Aparat penegak hukum sebagai menusia yang bertugas melindungi HAM, tentunya juga
membutuhkan perlindungan HAM. Bagaimana melindungi HAM

Anda mungkin juga menyukai