Anda di halaman 1dari 26

Karakteristik Afasia

Hafidz Triantoro Aji Pratomo, SST.TW., MPH.


Poltekkes Kemenkes Surakarta
Jurusan Terapi Wicara
Aphasia
Characteristics

Spoken language Spoken language Reading Written


comprehension expression comprehension expression
pemahaman bahasa lisan ekspresi bahasa lisan ekspresi tertulis
pemahaman membaca
gangguan pada bahasa lisan dan pemahaman

Impairments in Spoken Language


Comprehension
mengalami kesulitan memahami ucapan yang diucapkan

• Having difficulty understanding spoken utterances


membutuhkan waktu yg ekstra untuk memahami pesan yang diucapkan

• Requiring extra time to understand spoken messages


memberikan jawaban yang tidak dapat diandalkan untuk pertanyaan ya/tidak

• Providing unreliable answers to “yes/no” questions


gagal memahami tata bahasa yang kompleks (misalnya anjing itu dikejar oleh kucing)

• Failing to understand complex grammar (e.g., “The dog was chased


by the cat.”)
merasa sangat sulit untuk mengikuti pidato pertama (misalnya berita,radio,televisi)
• Finding it very hard to follow fast speech (e.g., radio or television
news)
salah menafsirkan seluk beluk bahasa (misalnya mengambil makna literal dari ucapan figuratif seperti hujan kucing dan anjing)

• Misinterpreting subtleties of language (e.g., taking the literal


meaning of figurative speech such as “It's raining cats and dogs.”)
kurangnya kesadaran atau kesalahan

• Lacking awareness of errors


Impairments in Spoken Language
Expression
gangguan dalam bahasa lisan ungkapan

• Having difficulty finding words (anomia)


mengalami kesulitan menemukan kata-kata ( anomia)

berbicara dengan terhenti atau dnegan berusaha


• Speaking haltingly or with effort
berbicara dalam satu kata, misalnya nama objek
• Speaking in single words (e.g., names of objects)
berbicara dalam frasa singkat dan terfragmentasi
• Speaking in short, fragmented phrases
• Omitting smaller words like the, of, and was (i.e., telegraphic speech)
menghilangkan kata -kata yang lebih kecil seperti ,dari,dan,adalah(pidato telegram)

membuat kesalahan tata bahasa


• Making grammatical errors
menempatkan kata-kata dalam urutan yang salah
• Putting words in the wrong order
mengganti suara atau kata-kata, mislanya meja untuk tempat tidur,

• Substituting sounds or words (e.g., “table” for bed; “wishdasher” for


dishwasher)
membuat kata-kata (misalnya jargon)
• Making up words (e.g., jargon)
dengan lancar merangkai kata kata omong kosong dan kata kata yang sebenarnya, namun keluaratau termasuk jumlah konten relevan yang tidak mencukupi
• Fluently stringing together nonsense words and real words, but leaving
out or including an insufficient amount of relevant content
Impairments in Reading Comprehension
(Alexia)
gangguan dalam pemahaman membaca

mengalami kesulitan memahami materi tertulis

• Having difficulty comprehending written material


mengalami kesulotan mengenali kata kata dengan penglihatan

• Having difficulty recognizing some words by sight


memiliki ketidakmampuan untuk mengucapkan kata kata

• Having the inability to sound out words


mengganti kata kata yang terkait dengan sebuah kata misalnya kursi untuk sofa

• Substituting associated words for a word (e.g., “chair”


for couch)
mengalami kesulitan dalam membaca kata kata yang tidak konten, misalnya kata kata fungsi seperti ke, dari, itu

• Having difficulty reading noncontent words (e.g.,


function words such as to, from, the)
Impairments in Written Expression
(Agraphia)
Gangguan dalam Ekspresi Tertulis

Mengalami kesulitan menulis atau menyalin huruf, kata, dan kalimat

• Having difficulty writing or copying letters, words, and


sentences
Menulis kata-kata tunggal saja

• Writing single words only


Mengganti huruf atau kata yang salah

• Substituting incorrect letters or words


Mengeja atau menulis suku kata atau kata-kata yang tidak masuk akal

• Spelling or writing nonsense syllables or words


Menulis kalimat run-on yang tidak masuk akal

• Writing run-on sentences that don’t make sense


Menulis kalimat dengan tata bahasa yang salah

• Writing sentences with incorrect grammar


Visual

Auditori

Pemahaman Pemahaman
Bicara Menulis
Membaca auditif

Pemahaman kata LEKSIKO-SEMANTIK Penemuan kata

Produksi struktur gramatikal


Pemahaman aturan gramatikal MORFO-SINTAKSIS
bahasa

Diskriminasi fonemis dan Ketepatan penggunaan fonemis


FONOLOGI
grafem dan grafem

Pemahaman Pemahaman
KOMPONEN BAHASA Bicara Menulis
Membaca auditif

OUTPUT
INPUT
Permasalahan leksiko semantik

▪ Permasalahan pada leksiko-semantik terkait dengan isi


bahasa (language content).
▪ Kemampuan leksiko-semantik terdiri dari kemampuan
memahami isi bahasa dan kemampuan memproduksi
isi bahasa.
Permasalahan pemahaman dan produksi
kata

▪ Permasalahan pemahaman kata dan sebagian kesulitan


word retrieval merupakan gejala yang sering muncul
pada pasien afasia (Goodglass, Kaplan, & Barresi,
2001).
▪ Kesulitan pasien dalam pemahaman kata dikaitkan
dengan paradigma pemrosesan leksikal.
▪ Pemeriksaan dengan paradigma pemrosesan leksikal
dapat memberikan gambaran yang lebih jelas tentang
kausalitas permasalahan (Chapey, 2008).
Visual object recognition

▪ Permasalahan pada komponen ini berakibat pada


permasalahan memproses objek secara visual.
▪ Permasalahan pada komponen ini dikarakteristikkan dengan
permasalahan mencocokkan:
1. Kata dengan gambar,
2. Printed word dengan gambar.
▪ Istilah “agnosia” sering dikaitkana dengan permasalahan ini.
▪ Agnosia merupakan istilah yang digunakan untuk kegagalan mengenali
informasi sensoris yang masuk akibat kerusakan otak.
Phonologic recognition

▪ Permasalahan pada komponen ini berakibat pada


permasalahan memproses informasi secara auditori.
▪ Permasalahan pada komponen ini dikarakteristikkan
dengan permasalahan mencocokkan:
1. Kata (auditif) dengan gambar,
2. Menamai,
3. Membuat gestur dari instruksi verbal
▪ Lantas apa yang dimaksud
dengan anomia, parafasia,
paraleksia, dan paragrafia?
Anomia

▪ Sukar memahami dan menamai kata baik verbal


maupun tulisan.
Parafasia

▪ Penggantian kata dengan kata lain. Contoh kata ‘apel’


diucapkan ‘jeruk’.
▪ Shipley & McAfee (2016) menjabarkan bentuk
parafasia:
1. Parafasia verbal: penggantian kata
a. Semantik: memiliki keterkaitan fitur semantik
b. Random: tidak memiliki keterkaitan fitur semantik
c. Neologisme: Non-word
2. Parafasia literal: penggantian unsur fonemis pada kata.
Misalnya kata ‘apel’ menjadi ‘abel’.
▪ Perlu di catat bahwa parafasia literal termasuk dalam
permasalahan fonologi
Paraleksia

▪ Kesulitan dalam konversi grafem ke fonemis (letter to


sound) yang ditandai adanya subtitusi ketika membaca.
Paragrafia

▪ Kesulitan dalam konversi fonemis ke grafemik (sound to


letter) yang ditandai adanya subtitusi ketika menulis.
Permasalahan morfo-sintaksis

▪ Kesalahan morfosintaksis berkaitan dengan bentuk


bahasa terutama struktur kalimat dan kajian morfem
di dalamnya.
▪ Permasalahan pada aspek morfo-sintaksis terbagi
menjadi permasalahan pemahaman bentuk bahasa dan
permasalahan produksi bentuk bahasa.
Kesalahan morfologi

▪ Kesalahan pada unsur pembentuk kata yakni imbuhan,


akhiran maupun sisipan.
▪ Kesalahan tidak terbatas pada bahasa verbal tetapi
juga bahasa tulis.
Agramatisme

▪ Kesalahan pada unsur struktur kalimat dan kajian


morfologi di dalamnya.
Kesalahan fonologi

▪ Parafasia literal
▪ Paraleksia literal
▪ Paragrafia literal
Daftar pustaka

▪ Chapey, R (ed). 2008. Language intervention strategies in


aphasia and related neurogenic communication disorders
fifth edition. Philadelpia, PA: Lippincot Williams &
Wilkins.
▪ Dharmaperwira-Prins, R. 2002. Afasia: Deskripsi
Pemeriksaan dan Penanganan. Jakarta: FKUI.

Anda mungkin juga menyukai