Anda di halaman 1dari 4

Nama : Riska Adilah Nasution

Nim : 21179014
Materi : Kerjasama dan Coopetition di jaringan UKM : Studi
Bibliometrik

Pendahuluan
Dalam beberapa tahun terakhir, banyak perusahaan telah terlibat dalam
berbagai jenis perjanjian kerjasama sebagai respons strategis terhadap ketidakpastian
yang didorong oleh meningkatnya level global persaingan, munculnya pasar baru,
dan perubahan teknologi yang cepat. Dalam keadaan seperti itu, menjadi sulit bagi
masing-masing perusahaan untuk mendapatkan akses untuk semua sumber daya yang
diperlukan untuk mengembangkan dan mempertahankan keunggulan kompetitif
sekaligus mencoba membangun keunggulan generasi berikutnya. Dengan demikian
demikian, penelitian sebelumnya secara konsisten mengaitkan keberadaan interor-
hubungan organisasional dengan serangkaian hasil penting termasuk inovasi yang
lebih baik akses ke pasar, pengurangan biaya, dan tingkat keuangan yang lebih tinggi
pertunjukan. Meskipun ada peningkatan tajam dalam jumlah dan bentuk koperasi
hubungan bisnis, peneliti juga mencatat bahwa perjanjian tersebut sangat sering
ditandai dengan tingkat kegagalan yang tinggi dan ketidakpuasan peserta berikutnya
(Park & Ungson, 2001). Koperasi berbasis penelitian dan pengembangan (R&D) fitur
hubungan di antara faktor-faktor inti yang menjelaskan perbedaan tingkat inovasi dan
baik antar perusahaan maupun antar daerah. Literatur anal- ya dan membahas kerja
sama antara pesaing sebagai hal yang menguntungkan dalam kerangka kerja
menggabungkan dan menyebarkan sumber daya dan kapasitas perusahaan lain
sebenarnya terlibat dalam persaingan timbal balik (Bengtsson & Kock, 2000).
Penelitian berbasis strategi umumnya cenderung untuk mengatasi
persaingan dan kerjasama sebagai: ujung yang berlawanan dari satu kontinum.
Beberapa penulis menganggap ini tidak pantas sebagai secara inheren mewajibkan
pemilihan satu di atas yang lain dengan menyatakan bahwa yang satu meningkat
dengan mengorbankan yang lain. Menerapkan definisi dalam logika ini
menyimpulkan bahwa perusahaan bersaing atau bekerja sama dan ini tidak sama
dengan tion. Koopetisi hanya terjadi ketika aktor yang sama secara bersamaan
bersaing. Bersilaturahmi dan bekerja sama. Dalam kerangka teoretis ini, usulkan
bagaimana simultanitas persaingan dan kerjasama yang paradoksal menyiratkan
bahwa koopetisi kebutuhan menggambarkan sepanjang dua kontinu: satu kerjasama
dan lainnya kompetisi.

Pembahasan
Pemberdayaan bagi masyarakat difabel terus digaungkan. Salah satunya
adalah melalui pembangunan jaringan bisnis dengan berbagai pihak untuk mendorong
kesinambungan antara hasil produksi dengan ruang pemasarannya. Kondisi tersebut
menjadi sangat diperlukan guna mempertahankan keberlangsungan proses
pemberdayaan yang tengah dilakukan. Lingkar Sosial Indonesia (Linksos) menjalin
kerjasama bisnis dengan Gesyal, yang merupakan sebuah Usaha Kecil Menengah
(UKM) yang berbasis kewirausahaan sosial. Bentuk kerjasama ini pun disepakati
langsung dengan merencanakan branding logo bersama antara kedua belah pihak.
Yaitu; Founder Gesyal, Nancy Valency dan pembina Lingkar Sosial Indonesia,
Kertaning Tyas (Ken) belum lama ini.
Keberhasilan menjalin kemitraan untuk membangun jaringan bisnis
masyarakat difabel merupakan kali pertama diusung oleh Lingkar Sosial Indonesia
yang bertajuk ‘Gesyal Cooperated with Lingkar Sosial.’ Jaringan bisnis masyarakat
difabel yang merupakan kelompok kerja (Pokja) wirausaha difabel atau yang berasal
dari warga difabel kota Malang ini, adalah gabungan antara difabel dan orang tua dari
anak berkebutuhan khusus (ABK). Mereka bersepakat mengembangkan usahanya
secara berjejaring. Bentuk kerjasama seperti ini sengaja dibuatkan guna
menghindarkan adanya akses bantuan sosial (Bansos) yang bertema charity atau amal
berdasarkan belas kasihan. Hal tersebut dinilai dapat menyulitkan masyarakat difabel
memperoleh pekerjaan yang layak, selain masih adanya beragam aturan yang masih
diskriminatif terhadap warga difabel. Melunturkan lebelisasi masyarakat difabel
sebagai objek penerima bantuan.
Para kelompok kerja dari masyarakat difabel dan orang tua ABK tersebut
ingin membuktikan, tanpa menerima bantuan sosial pun mereka mampu berdaya.
Tentu saja dengan diberikannya ruang dan kesempatan untuk mengembangan potensi
sumber daya manusia difabel melalui jaringan bisnis yang ada. Namun demikian,
tidak dapat dipungkiri tetap adanya tantangan secara nyata di lapangan terkait aturan
yang masih mendiskriminasikan dan menstigmakan tentang sulitnya mengakses
permodalan yang dibutuhkan bagi para usahawan difabel. Kondisi tersebut
disebabkan oleh tidak adanya jaminan utang yang dianggap layak lantaran umumnya
masyarakat difabel berasal dari lakangan pra-sejahtera.
UMKM merupakan pilar terpenting dalam perekonomian Indonesia.
Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM, jumlah UMKM saat ini mencapai
64,2 juta dengan kontribusi terhadap PDB sebesar 61,07% atau senilai 8.573,89
triliun rupiah. Kontribusi UMKM terhadap perekonomian Indonesia meliputi
kemampuan menyerap 97% dari total tenaga kerja yang ada serta dapat menghimpun
sampai 60,4% dari total investasi. Namun, tingginya jumlah UMKM di Indonesia
juga tidak terlepas dari tantangan yang ada. Untuk menjawab tantangan itu,
Pemerintah telah menjalankan sejumlah program dukungan UMKM, diantaranya
bantuan insentif dan pembiayaan melalui program PEN, Kredit Usaha Rakyat,
Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI), Digitalisasi pemasaran
UMKM, Penguatan Wirausaha Alumni Program Kartu Prakerja Melalui Pembiayaan
KUR, dan termasuk pula strategi jangka panjang menaikkan kelas UMKM melalui
UU Cipta Kerja. Dampak lain dari pandemi ini adalah mendorong shifting pola
konsumsi barang dan jasa dari offline ke online, dengan adanya kenaikan trafik
internet berkisar 15-20%. Hal ini menjadi momentum untuk mengakselerasi
transformasi digital. Potensi digital ekonomi Indonesia juga masih terbuka lebar
dengan jumlah populasi terbesar ke-4 di dunia dan penetrasi internet yang telah
menjangkau 196,7 juta orang. Dukungan dan kerjasama serta kolaborasi dalam
membangun UMKM dan industri anak bangsa berbasis teknologi tepat guna
memasuki era Industri 4.0 perlu terus ditingkatkan. Dengan keterlibatan para ahli dan
profesional bisnis, kami yakin bahwa kita semua memiliki semangat yang sama
dalam membantu dan mengembangkan UMKM pada masa pandemi dan era digital
ini,

Anda mungkin juga menyukai