Anda di halaman 1dari 2

For What an [F] Stands?

Kehilangan, seperti sebuah cara menggapai kebebasan yang jarang terpikirkan


sebelumnya. Awalnya, aku menanggapinya seperti bencana terburuk. Kehilangan aksesku
pada ponsel, media sosial, dan dunia maya. Namun, di balik tirai kehilangan itu, terselip pula
kebaikan. Tumpukan kaset pita tua dan Walkman kuno akhirnya mendapat kesempatan
mengudara kembali, muncul di panggung generasi yang semakin modern.

Seperti seseorang yang baru saja terjaga dari tidur panjang, aku tampak terasing dari
peradaban yang tumbuh dengan teknologi canggih. Di dalam tas, kaset-kaset pita
kesayanganku selalu siap, jadi jika kebosanan menyerang dalam satu lagu atau album, aku
bisa langsung menggantinya tanpa ragu. Namun, awalnya, keadaan itu sulit kutahan.
Seringkali, aku mencuri waktu untuk menggunakan komputer di perpustakaan kota, sekadar
menyelipkan mata ke dunia digital.

Lagu dari "The Beatles" seolah menjadi pemicu dalam perubahan adaptasi alamiku
sebagai manusia. "There will be an answer, let it be." Begitulah yang kudengar dan baca di
sampul kasetnya. Dalam beberapa hari, aku mulai membiarkannya terdiam, tanpa terpikir
sebelumnya akan menjadi pilihan yang begitu nyata.

Kini, aku semakin merangkul keadaan ini. Bahkan, belum ada rencana konkret untuk
memperbaiki ponselku. Berjalan-jalan di sekitar kota tanpa distraksi dunia digital, aku
menemukan kenikmatan di setiap langkah yang kuambil. Bahkan, menarik perhatianku
untuk mencoba hobi baru—menulis.

“Apa yang harus ku tulis?” bisikku pada diri sendiri. Aku membiarkan pikiranku
melayang, mencari setitik inspirasi di tengah kepadatan kota ini. "Tidak mungkin di padatnya
Manhattan tak ada yang menarik," gumamku sambil merapat ke salah satu bangku taman.

Batu di tanganku menjadi teman main, seolah saling bermain lempar dan tangkap
dalam irama yang tidak terlihat oleh mata. Dalam pencarian mataku yang teliti, mereka
menjelajah, mengusik setiap detil yang menarik di sekeliling. Hingga akhirnya, pandanganku
terhenti pada sosok di kejauhan. Tak ada yang salah, namun dalam keheningan gerakannya,
ada pesona yang sulit dijelaskan. Dia tengah melakukan pemanasan, gerakan lentur yang
menyihir mata dan merangkul jiwa pengamatanku.

“Wah, gerakannya luar biasa, seimbang dan fleksibel,” ucap hatiku dalam kagum,
seakan terkesima oleh keindahan yang hadir di hadapanku. Terpesona, aku merasakan
bahwa belum pernah aku melihat sesuatu sehebat ini sebelumnya. Tubuhnya yang tegap,
kokoh, menonjolkan keanggunan yang membentuk siluet huruf F dari sudut pandangku,
seolah menjadi simbol dari kesempurnaan dalam sikap tubuh yang ditampilkan.

Pemikiran acak memang seringkali muncul dalam benak, datang bagai kupu-kupu yang
tak terduga. Seringkali aku tidak terlalu memikirkannya, sebagian besar hanya kutendang
keluar begitu saja dari lorong pikiranku. Tapi, pada saat ini, semuanya berbeda. Bahkan, hati
dan pikiranku bersatu sepakat untuk merenungi pemikiran itu. Aku berdiri mulai berjalan
mondar-mandir, mulutku terus mengucapkan huruf F, tiada hentinya hingga aku menatap
langit.

Anda mungkin juga menyukai