Anda di halaman 1dari 5

Benang Nafas

Chapter 1 : Duri Fakta

Gerimis di luar terdengar berisik , rintik hujan yang jatuh membuat kebisingan
yang menjadi jadi di telingaku. Semua terdengar menyebalkan. See? Bahkan secara
alamiah alam juga memojokkan ku dengan suara suara yang tak bisa ku hentikan.
Bisakah aku mendapat ketenangan? Aku benar benar ingin tahu,siapa pencinta hujan
yang berisik ha? Benar benar mengganggu.

“ kia! Kia! Keluar kia!”

Aku semakin mengerut,memeluk lutut ku ,menutup telingaku rapat rapat,tapi


sialnya,teriakan berisiknya masih terdengar.

“kiaa! Kia!”

DOK! DOK!

Dia bahkan kini menggedor pintu, memaksa masuk. Argh!

“ pergi!” teriakku,dia benar benar harus dihentikan.

“ kia kamu harus dengerin aku dulu kiaaa,kamu salah paham”

Cih,klise…so classic,salah paham katanya? Alasan yang bagus,tapi tidak untukku.

Aku mengambil bantal,menggunakannya untuk menutup telingaku, membuat suara


suara di luar pintu kamar kian melebur. Menutup mataku yang berair,menahan isakan
lemah yang parau dan menyedihkan.

Kalau aku boleh protes dan menyampaikan keluh kesah ku pada seluruh orang di
dunia ini,aku hanya ingin bertanya, bertanya tentang hal yang tak pernah bisa ku
temukan dengan pasti jawabannnya.
Bisakah kita Bahagia tanpa orang lain? Tanpa pujian,pengakuan,dan perhatian orang
lain,bisakah? Setidaknya kita tidak membutuh kan orang lain hanya untuk sebuah
senyuman.

Aku berusaha sebisaku,semampuku agar orang lain menyukaiku,semua usaha aku


kerahkan,bahkan jika melewati batas karakteristikku sendiri. Aku tetap bertahan. Tapi
itu semua runtuh,jatuh berantakan saat aku tau itu belum cukup dan tidak akan
pernah cukup membuat orang lain menyukaiku. Dan tau yang lebih parah apa? Semu
effortku,segala usaha yang kulakukan hanya menjadi bahan candaan, dan gunjingan.

1 jam yang lalu

Aku tergesa gesa mengambil tas dan buku,lalu berlari keluar kelas,aku harus
segera pergi ke taman kampus,teman teman ku sedari tadi menunggu.

Dengan senyuman yang riang aku berlari,kita berencana main dan makan hari
ini. Aku senang saat mendapatkan teman teman baru,terutama setelah apa yang
kulalui di sekolah sma ku dulu. Aku akan meneraktir mereka nanti,supaya mereka
senang ,Hehe.

Tapi rencana kini tinggal wacana,senang kini tinggal masam yang sesak.

Tepat saat aku memasuki area taman kampus yang ternyata sepi, aku berjalan
mengendap ngedap untuk mengagetkan mereka. Mereka belum sadar akan
kehadiranku, mereka membicarakan sesuatu,aku tidak bisa mendengarnya dari jarak
ini,saat aku mendekat,perlahan aku mendengarnya.

Dan aku hanya bisa mematung terdiam,berharap bahwa aku salah dengar.

“iya iya,si kia,anak seni itu loh!”

“ ho’oh dia mau mau banget tau disuruh,haha”

“ kemaren malah ya,kan aku ,ciska ama lia ngajak dia makan,dia paling suka
kan diajak makan. Aku tuh Cuma bilang gini doang “ enak ya makanannya,coba
ditraktir tambah enak “ Nah,tau apa? Dia langsung traktir! Gampangan banget
sumpah tuh anak. Hahaha”

“ iya iya bener,jujur aja nih, aku mau temenan ama dia ya gegara itu doang,ya
gimna ya? Dia tuh ga modis sama sekali,mana cupu banget ,nyengar nyengir doang
kerjaannya, mana kalo ngomong tuh suka jauh bgt dan sok pinter. Males.”

“ tapi emang iya sih, masa kita main ke garden glow dia malah ngomongin
soal Thomas edison ama filosofi cahaya? Bosenin parrrah!”

“ kocak! Hahahaha”

Aku mundur perlahan,aku ingin pergi tanpa mereka ketahui,tapi terlambat


salah satu dari mereka ada yang menyadari kedatanganku. Melihat raut wajahku yang
tidak biasa,sepertinya mereka menyadari apa yang terjadi. Lia pertama kali berdiri
dan menghampiriku.

“ kia..”

Dia memegang tanganku,Aku menepis tangannya kasar. Tanpa berbicara


sepatah katapun,aku berbalik dan pergi menjauh meninggalkan mereka.

Hidup itu, bagai batu terjal,kata orang. Tapi bagi ku hidup itu adalah batu
kamuflase rutinitas yang menutupi semua lubang dari sisi gelap makhluk fana
Bernama manusia.

To be
continued…

Synopsis chapter two :


Kia yang putus asa dengan kebahagiaan nya,serta kelamnya dia dalam menilai dan
memandang hidup Harus bertemu dengan nata,seorang seni jalanan yang memandang
dunia sebagai Kasur empuk yang nyaman.

“ hidup itu berpresepsi, ubah prsepsi mu adzkia utari.”

-
- Hadinata.
Identitas penulis
Nama : Ayimmata
No handphone : 081249493515
Instagram : @mi.t.a
Twitter : @ruthmeal

Anda mungkin juga menyukai