Anda di halaman 1dari 17

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH


Jalan Pemuda 127 – 133 Semarang Kode Pos 50132 Telepon (024) 3515591, 3515592
Faksimile (024) 3546802, 3516224 Laman: http://bappeda.jatengprov.go.id
Surat Elektronik: bappeda@jatengprov.go.id

Semarang, 31 Januari 2024

Nomor : 000.7.2.1/229
Sifat : Segera
Lampiran : 1 (Satu) Berkas
Hal : Hasil Konsultasi Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten/Kota
Tahun 2025-2045

Yth. Terlampir
di
Tempat

Menindaklanjuti pelaksanaan Konsultasi Rancangan Awal Rencana Pembangunan


Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten/Kota Tahun 2025-2045, bersama ini
disampaikan hasil konsultasi terhadap substansi Rancangan Awal RPJPD sebagaimana
terlampir.
Sesuai dengan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2024 bahwa
Pemerintah Daerah menyempurnakan Rancangan Awal RPJPD Tahun 2025-2045 menjadi
Rancangan RPJPD Tahun 2025-2045 mendasarkan hasil konsultasi.
Demikian atas kerjasamanya, disampaikan terima kasih.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah


Provinsi Jawa Tengah

Harso Susilo, ST, MM


Pembina Utama Muda
NIP. 197105091999031003

TEMBUSAN :
1. Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah;
2. Asisten Administrasi Sekda Provinsi Jawa Tengah;
3. Bupati/Wali Kota Se-Jawa Tengah.

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
Lampiran Surat Kepala Bappeda Provinsi
Nomor : 000.7.2.1/229
Hal : Hasil Konsultasi Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten/Kota
Tahun 2025-2045

Kepada Yth :
1. Kepala Bappeda Kab. Cilacap;
2. Kepala Bappeda Kab. Banyumas;
3. Kepala Bappeda Kab. Purbalingga;
4. Kepala Bappeda Banjarnegara;
5. Kepala Bappeda Kebumen;
6. Kepala Bappeda Purworejo;
7. Kepala Bappeda Wonosobo;
8. Kepala Bappeda Magelang;
9. Kepala Bappeda Boyolali;
10. Kepala Bappeda Klaten;
11. Kepala Bappeda Sukoharjo;
12. Kepala Bappeda Wonogiri;
13. Kepala Bappeda Karanganyar;
14. Kepala Bappeda Sragen;
15. Kepala Bappeda Grobogan;
16. Kepala Bappeda Blora;
17. Kepala Bappeda Rembang;
18. Kepala Bappeda Pati;
19. Kepala Bappeda Kudus;
20. Kepala Bappeda Jepara;
21. Kepala Bappeda Demak;
22. Kepala Bappeda Semarang
23. Kepala Bappeda Temanggung;
24. Kepala Bappeda Kendal;
25. Kepala Bappeda Batang;
26. Kepala Bappeda Pekalongan;
27. Kepala Bappeda Pemalang;
28. Kepala Bappeda Tegal;
29. Kepala Bappeda Brebes;
30. Kepala Bappeda Kota Magelang;
31. Kepala Bappeda Kota Surakarta;
32. Kepala Bappeda Kota Salatiga;
33. Kepala Bappeda Kota Semarang;
34. Kepala Bappeda Kota Pekalongan;
35. Kepala Bappeda Kota Tegal

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
LAMPIRAN SURAT
HASIL KONSULTASI RANCANGAN AWAL
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG
DAERAH (RPJPD) KABUPATEN KUDUS TAHUN
2025-2045

HASIL KONSULTASI RANCANGAN AWAL RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA


PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN KUDUS TAHUN 2025-2045

A. SUBSTANSI UMUM
1. Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)
Kabupaten/Kota disusun berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor
1 Tahun 2024 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah Tahun 2025-2045, serta Surat Edaran Bersama Menteri
Dalam Negeri dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala
Bappenas RI Nomor 600.1/176/SJ dan Nomor 1 Tahun 2024 tentang
Penyelarasan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Dengan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2025-2045.
2. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan RPJPD Kabupaten/Kota
Tahun 2025-2045 sebagai berikut:
a. RPJPD Kabupaten/Kota Tahun 2025-2045 disusun secara simultan,
terkoordinasi, selaras, dan berpedoman dengan RPJPD Provinsi Tahun
2025-2045 dan RPJPN Tahun 2025-2045, dengan tetap memperhatikan
hasil evaluasi RPJPD Tahun 2005-2025, serta sesuai dengan kewenangan
dan karakteristik masing-masing Kabupaten/Kota;
b. RPJPD Kabupaten/Kota Tahun 2025-2045 juga disusun berpedoman pada
rencana tata ruang wilayah (RTRW), dan dilakukan secara simultan dan
terkoordinasi dengan penyusunan RTRW atau revisi RTRW;
c. Kebijakan dalam RPJPD Kabupaten/Kota Tahun 2025-2045 disusun juga
dengan memperhatikan: 1) kebijakan dalam Rencana Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (RPPLH); 2) tujuan pembangunan
berkelanjutan, daya dukung dan daya tampung lingkungan, serta isu-isu
strategis dalam Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RPJPD Tahun
2025-2045; 3) kebijakan dalam dokumen perencanaan pembangunan dan
sektoral lainnya seperti Rencana Pembangunan dan Pengembangan
Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP), Rencana Induk
Perindustrian, Rencana Induk Pariwisata, dan sebagainya.
3. Keselarasan substansi dan esensi RPJPD Kabupaten/Kota Tahun 2025-2045
dengan RPJPD Provinsi Tahun 2025-2045 dan RPJPN Tahun 2025-2045
dituangkan pada setiap bab sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar belakang berisi tentang gambaran kondisi, kebijakan, dan regulasi
yang mendasari disusunnya RPJPD Tahun 2025-2045;
b. Dasar hukum yang dituangkan merupakan dasar hukum yang relevan dan
signifikan dalam penyusunan RPJPD Tahun 2025-2045, serta disusun
sesuai dengan kaidah penyusunan produk hukum;
c. Menjelaskan secara singkat hubungan antara RPJPD Tahun 2025-2045
dengan RPJPN Tahun 2025-2045, RPJPD Provinsi Tahun 2025-2045, RTRW,
hasil evaluasi, RPPLH, KLHS dan dokumen perencanaan lainnya (referensi
dapat mengacu pada diagram dalam Inmendagri Nomor 1/2024).
BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
a. Dalam bab 2 disajikan secara ringkas dalam bentuk narasi: 1) data dan
informasi tentang kondisi umum daerah yang substansi utamanya
disimpulkan dari hasil analisis deskriptif dan diagnostik, 2) hasil evaluasi
RPJPD Tahun 2005-2025, 3) tren demografi dan kebutuhan sarana
prasarana pelayanan publik, serta 4) pengembangan pusat pertumbuhan
wilayah.
b. Data dan informasi kondisi umum daerah disusun berdasarkan 4 (empat)
aspek pembangunan sebagai berikut:
1) Aspek Geografi dan Demografi
a) Geografi
Menjelaskan secara ringkas wilayah administratif daerah, peran
strategis daerah, potensi sumber daya alam, daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup berdasarkan KLHS, serta gambaran
kualitas lingkungan hidup dan kebencanaan termasuk ancaman
perubahan iklim, yang dapat dilengkapi dengan gambaran indikator-
indikator makro terkait dengan kondisi tersebut sesuai dengan konteks
daerah.
b) Demografi
Menjelaskan karakteristik demografi berdasarkan jumlah dan laju
pertumbuhan penduduk, komposisi penduduk, keberadaan
masyarakat adat, dan karakteristik lainnya, yang dapat dilengkapi
dengan gambaran indikator-indikator terkait kondisi tersebut sesuai
dengan konteks daerah.
2) Aspek Kesejahteraan Sosial dan Budaya
a) Kesejahteraan Ekonomi
Menjelaskan karakteristik kesejahteraan masyarakat dari perspektif
ekonomi, yang dapat dilengkapi dengan gambaran indikator-indikator
makro terkait kondisi tersebut sesuai dengan konteks daerah.
b) Kesejahteraan Sosial Budaya
Menjelaskan karakteristik kesejahteraan masyarakat dari perspektif
sosial budaya, yang dapat dilengkapi dengan gambaran indikator-
indikator makro terkait kondisi tersebut sesuai dengan konteks daerah.
3) Aspek Daya Saing Daerah
a) Daya Saing Ekonomi Daerah
Menjelaskan sektor unggulan daerah yang menjadi penopang
perekonomian dan sektor lainnya yang potensial untuk dikembangkan,
yang dapat dilengkapi dengan gambaran indikator-indikator makro
terkait kondisi tersebut sesuai dengan konteks daerah.
b) Daya Saing Sumber Daya Manusia (SDM)
Menjelaskan kondisi sumber daya manusia sebagai salah satu faktor
penggerak perekonomian daerah, yang dapat dilengkapi dengan
gambaran indikator-indikator makro terkait kondisi tersebut sesuai
dengan konteks daerah.
c) Daya Saing Fasilitas/Infrastruktur Wilayah
Menjelaskan kondisi fasilitas/infrastruktur daerah, yang dapat
dilengkapi dengan gambaran indikator-indikator makro terkait kondisi
tersebut sesuai dengan konteks daerah.
d) Daya Saing Iklim Investasi
Menjelaskan kondisi iklim investasi di daerah dari aspek kemudahan
berinvestasi dan situasi politik serta keamanan dan ketertiban daerah,
yang dapat dilengkapi dengan gambaran indikator-indikator makro
terkait kondisi tersebut sesuai dengan konteks daerah.
4) Aspek Pelayanan Umum
Menjelaskan kondisi tata kelola pemerintahan atau reformasi birokrasi
dalam rangka memberikan pelayanan umum baik dalam bentuk barang
publik maupun jasa publik yang menjadi tanggung jawab pemerintah
kabupaten/kota dalam upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat
sesuai dengan ketentuang perundang-undangan, yang dapat dilengkapi
dengan gambaran indikator-indikator makro terkait kondisi tersebut
sesuai dengan konteks daerah.
c. Hasil evaluasi RPJPD Tahun 2005-2025 yang disajikan adalah kesimpulan
hasil capaian pembangunan dan rekomendasi hasil RPJPD Tahun 2005-
2025 untuk penyusunan RPJPD Tahun 2025-2045.
d. Informasi tentang tren demografi dan kebutuhan sarana prasarana
pelayanan publik yang disajikan berupa:
1) Proyeksi demografi dua puluh tahun ke depan yang dirinci per lima
tahun meliputi proyeksi jumlah total penduduk, jumlah penduduk
berdasarkan jenis kelamin, dan jumlah penduduk berdasarkan
kelompok umur, untuk kemudian dianalisis jumlah dan kepadatan
penduduk, penduduk usia produktif, angka ketergantungan, bonus
demografi, penduduk usia lanjut, dan lainnya sesuai konteks daerah.
2) Proyeksi kebutuhan sarana prasarana untuk dua puluh tahun ke
depan yang dirinci per lima tahun, minimal untuk kebutuhan sarana
prasarana rumah/tempat tinggal, air minum, energi/listrik,
persampahan, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, yang
perhitungannya dapat mengacu pada SNI Nomor 03-1733-2004 atau
NSPK dari kementerian/lembaga terkait.
e. Terkait data dan informasi pengembangan pusat pertumbuhan wilayah
dapat disajikan gambaran arahan rencana tata ruang meliputi struktur
ruang, pola ruang, dan kawasan-kawasan strategis daerah berdasarkan
RTRW.
BAB III PERMASALAHAN DAN ISU STRATEGIS
a. Permasalahan
1) Permasalahan dapat diidentifikasi dari hasil rumusan analisis data dan
informasi pada Bab II, laporan KLHS, dan hasil penjaringan aspirasi
masyarakat, yang disajikan secara ringkas tanpa menuangkan data-data
yang berlebih dan berpotensi menimbulkan duplikasi data yang sudah
disajikan di bab sebelumnya.
2) Permasalahan disajikan berdasarkan 4 (empat) aspek pembangunan yang
merupakan permasalahan pembangunan daerah dan sifatnya crosscutting
issues, bukan permasalahan urusan penyelenggaraan pemerintahan;
b. Isu Strategis
1) Dirumuskan dari permasalahan pembangunan daerah, potensi daerah
yang dapat dikembangkan ke depan, dan isu strategis sesuai konteks
(global, nasional, regional;
2) penyajian isu strategis disertai narasi penjelasan yang lebih detail, bukan
hanya poin isu.
BAB IV VISI DAN MISI DAERAH
a. Dalam rangka menjaga keselarasan visi RPJPD Kabupaten/Kota dengan visi
RPJPD Provinsi dan RPJPN, maka visi kabupaten/kota agar memuat
substansi dan esensi visi Maju dan Berkelanjutan, dengan penjelasan
ringkasnya sebagai berikut:
1) Maju, terkait dengan daya saing, modern, inovatif, mandiri, tangguh, dan
aman;
2) Berkelanjutan, terkait dengan kelestarian sumber daya alam dan
lingkungan hidup untuk mendukung keberlangsungan pembangunan.
b. Pada visi juga dapat ditambahkan tema khusus yang menggambarkan cita-
cita pembangunan daerah berdasarkan potensi unggulan, karakteristik
daerah, dan arah pengembangan wilayahnya;
c. Penyajian visi agar disertai penjelasan tentang pokok-pokok visinya;
d. Menyajikan sasaran visi disertai indikator dan targetnya sesuai dengan
karakteristik, inovasi, dan pengembangan daerah, dan jumlahnya tidak
harus sebanyak 5 (lima) sasaran visi, serta diharapkan dapat mendukung
sasaran visi pembangunan daerah Provinsi Jawa Tengah sebagai berikut:
Tabel. 1
Sasaran dan Indikator Visi Provinsi Jawa Tengah Tahun 2025-2045
No Sasaran Visi Indikator
1 Peningkatan pendapatan per a. PDRB per Kapita (Rp. Juta)
kapita b. Indeks Ekonomi Biru Indonesia
(IBEI)
c. Kontribusi PDRB Sektor Industri
(%)
d. Laju Pertumbuhan PDRB Sektor
Pertanian (%)
2 Pengentasan kemiskinan e. Tingkat Kemiskinan (%)
dan ketimpangan f. Rasio Gini
g. Kontribusi PDRB Provinsi (%)
h. Indeks Ketahanan Pangan
No Sasaran Visi Indikator
3 Kepemimpinan dan i. Indeks Daya Saing Daerah
pengaruh dunia
internasional meningkat
4 Peningkatan daya saing j. Indeks Modal Manusia
sumber daya manusia
5 Penurunan emisi GRK k. Penurunan intensitas emisi GRK
menuju net zero emission

e. Perumusan misi agar diselaraskan dengan visi yang menggambarkan upaya


yang akan dilaksanakan daerah untuk mewujudkan visi, dan diberikan
penjelasan detail pada setiap misi, dan jumlahnya tidak harus sebanyak 8
(delapan) misi.
BAB V ARAH KEBIJAKAN DAN SASARAN POKOK
a. Arah kebijakan, memuat 4 (empat) tahapan pembangunan per lima tahun,
rumusan kerangka kerja makro dalam melaksanakan misi yang dibagi
dalam 4 (empat) tahapan, dan disertai tema pembangunan per tahapan yang
selaras dengan tahapan RPJPD Provinsi dan tingkat kemajuan masing-
masing daerah Kabupaten/Kota, meliputi:
1) Arah Kebijakan Periode 2025-2029, dengan tema Penguatan Landasan
Transformasi;
2) Arah Kebijakan Periode 2030-2034, dengan tema Akselerasi Transformasi;
3) Arah Kebijakan Periode 2035-2039, dengan tema Pemantapan
Transformasi;
4) Arah Kebijakan Periode 2040-2045, dengan tema Perwujudan Visi.
b. Sasaran pokok
1) Sasaran pokok merupakan kinerja daerah yang menggambarkan
pencapaian visi dan misi daerah, yang dirumuskan selaras dengan misi
daerah;
2) Sasaran pokok dijabarkan dalam arah pembangunan dan arah kebijakan
yang merupakan upaya/strategi jangka panjang dalam mencapai sasaran
pokok daerah;
3) Perumusan arah pembangunan daerah harus selaras dengan sasaran
pokok, dengan jumlah tidak harus sebanyak 17 (tujuh belas),
sebagaimana 17 arah pembangunan nasional (IE) dan/atau 17 arah
pembangunan provinsi (CJ);
4) Arah kebijakan yang berupa upaya/strategi jangka panjang dirumuskan
berdasarkan arah pembangunan sesuai dengan kewenangan,
karakteristik, dan inovasi daerah;
5) Sasaran pokok yang telah dijabarkan harus disertai dengan indikator
kinerja untuk mengukur tingkat ketercapaiannya, yang disebut Indikator
Utama Pembangunan (IUP).
c. IUP daerah disusun dengan memperhatikan dan memastikan:
1) Keselarasan dan relevansi dengan sasaran pokok dan arah
pembangunannya;
2) Keselarasan dengan IUP RPJPD Provinsi dan RPJPN, dalam kerangka
dukungan pencapaian kinerja pembangunan daerah provinsi dan
nasional;
3) Definisi operasional dan formulasinya, serta ketersediaan data dan
keberlanjutannya.
BAB VI PENUTUP
Dalam penutup, harus memuat kaidah pelaksanaan pembangunan daerah,
terutama terkait dengan kaidah perencanaan, kerangka pengendalian dan
evaluasi, termasuk di dalamnya kerangka manajemen risiko dalam proses
perencanaan dan pengendalian/evaluasi pembangunan daerah.

4. Dalam kerangka mendukung pencapaian visi, misi, sasaran pokok


pembangunan daerah Provinsi Jawa Tengah, dengan IUP yang tertuang dalam
Ranwal RPJPD Provinsi Jawa Tengah, maka kabupaten/kota dalam menyusun
IUP dapat merujuk pada indikator hasil penyelarasan dengan IUP RPJPD
Provinsi Jawa Tengah sebagai berikut:
Tabel. 2
Indikator Utama Pembangunan (IUP) Yang Perlu Dukungan
Kabupaten/Kota
Aspek/Bidang/Arah
Indikator Utama Pembangunan (IUP)
Pembangunan
Kesejahteraan Masyarakat 1. Tingkat Kemiskinan (%)
2. Prevalensi Ketidakcukupan Konsumsi Pangan
(Prevalence of Undernourishment) (%)
Kesehatan 3. Usia Harapan Hidup (UHH) (tahun)
4. Angka Kematian Ibu (per 100.000 kelahiran
hidup)
5. Prevalensi Stunting (pendek dan sangat
pendek) pada balita (%)
6. Cakupan penemuan dan pengobatan kasus
tuberkulosis (treatment coverage) (%)
7. Angka keberhasilan pengobatan tuberkulosis
(treatment success rate) (%)
8. Cakupan kepesertaan jaminan kesehatan
nasional (%)
Pendidikan 9. Persentase Siswa yang mencapai standar
kompetensi minimum pada asesmen tingkat
nasional (seluruh jenjang):
a) Literasi Membaca
b) Numerasi
10. Rata-Rata lama sekolah penduduk usia di
atas 15 tahun (tahun)
11. Harapan Lama Sekolah (tahun)
12. Proporsi Penduduk Berusia 15 Tahun ke Atas
yang Berkualifikasi Pendidikan Tinggi (%)
Sosial Budaya 13. Persentase satuan pendidikan yang
mempunyai guru yang mengajar mulok
bahasa daerah dan atau ekskul kesenian (%)
14. Persentase benda, bangunan, struktur, situs
dan kawasan cagar budaya yang telah
ditetapkan terhadap total pendaftaran (%)
15. Persentase warisan budaya tak benda yang
telah ditetapkan terhadap total pencatatan (%)
16. Jumlah pengunjung tempat/lokasi yang
mengandung nilai budaya atau sejarah
Aspek/Bidang/Arah
Indikator Utama Pembangunan (IUP)
Pembangunan
17. Tingkat pemanfaatan perpustakaan dan
taman baca masyarakat (%)
18. Penurunan Konflik Sara
19. Indeks Pembangunan Kualitas Keluarga
20. Indeks Ketimpangan Gender (IKG)
Perekonomian Daerah 21. Rasio PDRB Industri Pengolahan (%)
22. Rasio PDRB Penyediaan Akomodasi Makan
dan Minum (%)
23. Jumlah Tamu Wisatawan Mancanegara (Hotel
Berbintang) (ribu orang)
24. Proporsi PDRB Ekonomi Kreatif (%)
25. Proporsi Jumlah Usaha Kecil dan Menengah
Non Pertanian pada Level Provinsi (%)
26. Proporsi Jumlah Industri Kecil dan Menengah
pada Level Provinsi (%)
27. Rasio Kewirausahaan Daerah (%)
28. Rasio Volume Usaha Koperasi terhadap PDRB
(%)
29. Return on Aset (ROA) BUMD (%)
30. Koefisien Variasi Harga Antarwilayah Tingkat
Provinsi
31. Pembentukan Modal Tetap Bruto (% PDRB)
32. Ekspor Barang dan Jasa (% PDRB)
33. Proporsi Kontribusi PDRB Wilayah
Metropolitan terhadap Nasional (%) (khusus
WP Kedungsepur)
34. Rasio Pajak Daerah terhadap PDRB (%)
35. Tingkat Inflasi (%)/Indek Harga Konsumen
(IHK)
36. Total Dana Pihak Ketiga/PDRB (%)
37. Aset Dana Pensiun/PDRB (%)
38. Total Kredit/PDRB (%)
39. Kapabilitas Inovasi (Angka) (bagian dari IDSD)
40. Persentase Desa Mandiri (%)
Ketenagakerjaan 41. Tingkat Pengangguran Terbuka (%)
42. Tingkat Pengangguran Terbuka Lulusan
Pendidikan Menengah (%)
43. Tingkat Pengangguran Terbuka Lulusan
Pendidikan Tinggi (%)
44. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Perempuan
(%)
45. Cakupan Kepesertaan Jaminan Sosial
Ketenagakerjaan Provinsi (%)
Infrastruktur/Prasarana 46. Indeks Pembangunan Teknologi Informasi dan
Sarana Komunikasi
47. Rumah Tangga dengan Akses Hunian Layak,
Terjangkau dan Berkelanjutan (%)
48. Persentase Panjang Jalan Kondisi Permukaan
Mantap (%) (sesuai kewenangan)
49. Indeks Pelayanan Transportasi (Angka) (sesuai
kewenangan)
50. Rumah Tangga dengan Akses Sanitasi Aman
(%)
Aspek/Bidang/Arah
Indikator Utama Pembangunan (IUP)
Pembangunan
51. Akses Rumah Tangga Perkotaan terhadap Air
Siap Minum Perpipaan (%)
52. Persentase Kondisi Tampungan Air
Kewenangan Kabupaten/Kota (%)
53. Indeks Kinerja Sistem Irigasi Kewenangan
Kabupaten/Kota (Angka)
Pengelolaan Sumber Daya 54. Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Daerah
Alam dan Lingkungan 55. Timbulan Sampah Terolah di Fasilitas
Hidup, serta Bencana Pengolahan Sampah (%)
56. Indeks Risiko Bencana (IRB)
57. Kontribusi Penurunan Emisi GRK (TonCO2eq)
Tata Kelola Pemerintahan, 58. Indeks Reformasi Birokrasi
Demokrasi Substansial, 59. Indeks Reformasi Hukum
dan Kondusivitas Wilayah 60. Indeks Sistem Pemerintahan Berbasis
Elektronik
61. Indeks Pelayanan Publik
62. Indeks Integritas Nasional
63. Proporsi Penduduk yang Merasa Aman
Berjalan Sendirian di Area Tempat Tinggalnya
(%)

B. SUBSTANSI KHUSUS
I. BAB I PENDAHULUAN
1. Melengkapi uraian pada latar belakang penyusunan RPJPD Kabupaten
Kudus dengan narasi terkait:
a. Implikasi UU Nomor 10 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas UU
Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti UU Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur,
Bupati, dan Wali kota Menjadi Undang-Undang yang mengamanatkan
penyelenggaraan Pemilihan Umum dan Pemilihan Kepala Daerah secara
serentak nasional Tahun 2024.
b. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2024 dan Surat Edaran
Bersama Menteri Dalam Negari dan Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Bappenas RI.
2. Menambahkan pada Dasar Hukum di dokumen penyusunan RPJPD
Kabupaten Kudus dengan:
a. Undang-Undang tentang RPJPN 2025 – 2045;
b. Perda Jateng tentang RPJPD Jateng 2025 – 2045 (apabila sudah
ditetapkan sebelum penetapan Perda Kabupaten tentang RPJPD 2025 –
2045);
c. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2024 tentang Pedoman
Penyusunan RPJPD Tahun 2045-2045.
3. Pada Sub Bab hubungan antardokumen agar dijelaskan keterkaitannya
dengan Hasil Evaluasi RPJPD 2005-2025, KLHS, dan Rencana Sektoral.
4. Matrik Integrasi Hasil Kajian Lingkungan Hidup Strategis Dengan Dokumen
Rancangan Awal RPJPD Tahun 2025-2045:
a. Landasan hukum : Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2018
tentang Pembuatan Dan Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis
Dalam Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah, merupakan bagian skoring integrasi kebijakan umum yg wajib
dituangkan matriks Integrasi KLHS RPJPD.
b. Penyesuaian format tabel integrasi /penelaahan KLHS RPJPD ke dalam
Ranwal RPJPD sesuai SE Kemendagri 600.11.2/8755/Bangda tanggal 07
Agustus 2023.
c. Seluruh Isu Pembangunan Berkelanjutan yang ada di dalam KLHS RPJPD
di input di dalam tabel penelaahan, meskipun tidak terintegrasi di dalam
Dokumen RPJPD.

II. BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH


1. Penyajian data dan informasi lebih informatif, adaftif dan selaras dengan
substansi pada bab-bab selanjutnya (keterkaitan antar bab). Contoh: hasil
dari analisis dari data dan informasi digunakan untuk merumuskan
permasalahan dan isu strategis.
2. Penyajian data - data pada Bab II agar dapat disajikan secara singkat, jelas,
dan mudah dibaca. Hal ini mengingat ini dokumen perencanaan jangka
panjang, sehingga perlu yang lebih komprehensif dan memang bisa
dijadikan dasar untuk bersama sama dengan isu strategis dan
permasalahan merumuskan visi dan misi daerah.
3. Data-data sektoral yang tidak dibutuhkan dalam perumusan kebijakan
dapat dihilangkan, dan terdapat data pengulangan pada bab yang sama.
4. Terkait pada Aspek daya saing, perlu diperjelas dan ditambahkan
penjelasan dalam uraian narasi.
5. Menganalisis dan memproyeksikan data dukung jangka panjang guna
sebagai referensi kebijakan.
6. Tambahkan evaluasi hasil RPJPD periode 2005-2025 (persentase rata-rata
capaian kinerja periodesasi RPJPD) dan rekomendasi hasil evaluasi.
7. Pada Sub Bab 2.7 Pengembangan Pusat Pertumbuhan Wilayah
disesuaikan dengan Raperda RTRWP Jawa Tengah yang saat ini masih
proses penetapan. Dimana untuk Wilayah Pengembangan di dalam
Raperda RTRWP Jawa Tengah ditetapkan menjadi 10 WP dan Kabupaten
Kudus masuk di dalam WP JEKUTI (Jepara, Kudus, Pati) dengan arah
pengembangan wilayah khususnya bagi Kabupaten Kudus meliputi :
a. Menerpadukan pembangunan kawasan perkotaan Kudus – Jepara –
Pati - Juwana;
b. Meningkatkan pengelolaan industri pengolahan tembakau di
Kabupaten Kudus;
c. Mengendalikan alih fungsi lahan sawah;
d. Sebagai kawasan yang memiliki ancaman bencana banjir, tanah
longsor, dan kekeringan maka perlu ditambahkan upaya mitigasi
bencana.
8. Terkait Urusan Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman termasuk di
dalam Misi Transformasi Ekonomi dengan Arah Pembangunannya
Perkotaan dan Pedesaan sebagai Pusat Pertumbuhan Ekonomi, dan dalam
SEB Penyelarasan RPJPD dengan RPJPN Indikator yang ditetapkan yaitu
Rumah Tangga dengan akses hunian layak, terjangkau dan berkelanjutan
dimana Baseline tahun 2025 Provinsi Jawa Tengah sebesar 72,80 % dan
sasaran tahun 2045 sebesar 100%. Indikator ini diturunkan juga menjadi
indikator di Kabupaten/Kota, kemudian data yang digunakan adalah data
perhitungan akses rumah tangga layak huni dari Susenas BPS.
9. Memastikan kembali terkait penyajian data dalam penyusunan/
perencanaan perlu ada data yang mempunyai variable data – data prioritas
dan data pembangunan yang akan mendukung dalam kegiatan
perencanaan tersebut, serta data yang digunakan sudah ter tagging dalam
SIPD.
10. Melengkapi Substansi Bab II dengan Hasil Evaluasi Hasil RPJPD Tahun
2005- 2025 yang menyajikan hasil capaian pembangunan dan
rekomendasi berdasarkan hasil evaluasi untuk penyusunan RPJPD Tahun
2025-2045.
11. Apabila terdapat keterbatasan ketersediaan data/sengketa data untuk bisa
dibawa ke forum data melibatkan pembina, wali, produsen data (guna
mengetahui meta data).

III. BAB III PERMASALAHAN DAN ISU STRATEGIS


1. Permasalahan
a. Pendekatan aspek sumber daya mendasarkan Undang-Undang Nomor
17 Uraian permasalahan untuk tidak terlalu teknis,
b. Bahasa permasalahan untuk diformulasi kembali disesuaikan untuk
permasalahan jangka panjang yang lebih strategis.
c. Permasalahan yang detail perlu dipastikan ada penyelesainnya dalam
perencanaan.
2. Isu Strategis Daerah
Cermati kembali dalam memuat kondisi atau hal yang harus diperhatikan
dan yang dikedepankan dalam perencanaan pembangunan daerah.

IV. BAB IV VISI DAN MISI DAERAH


1. Memperhatikan visi “Kudus Berkeadaban Maju dan Bekelanjutan” dimana
terdapat 4 diksi visi dan 4 misi (selaraskan, cermati dan disesuaikan
temanya).
2. Substansi Visi Kabupaten Kudus dapat mengandung unsur maju dan
berkelanjutan, serta mengedepankan substansi tematik sesuai potensi dan
karakteristik daerah. Ditambahkan tematik arah pengembangan 20 tahun
kedepan.
3. Tambahkan sasaran visi beserta indikator dan targetnya, sesuai dengan
karakteristik, inovasi dan pengembangan daerah dan dapat merujuk pada
Ranwal RPJPD atau RPJPN. Catatan: Dalam menentukan sasaran visi dan
indikatornya disesuaikan dengan visi yang akan dicapai.
4. Mempertimbangkan terkait Sasaran Visi :
a. PDRB sektor pertanian menjadi indikator dalam sasaran visi provinsi
nomor 1 dengan sasaran peningkatan pendapatan perkapita juga perlu
diturunkan atau membutuhkan kontribusi Kabupaten/Kota.
Penghitungan dan rilis provinsi dan Kabupaten/Kota oleh BPS
b. Memperhatikan IKP (indeks ketahanan pangan) menjadi indikator
dalam sasaran visi provinsi nomor 2 dengan sasaran pengentasan
kemiskinan dan ketimpangan. untuk itu perlu diturunkan ke level
Kabupaten/Kota. Data dan penghitungan IKP Provinsi dan Kab/Kota
dilakukan dan dirilis oleh bappenas.
c. Di SEB terdapat Indikator Visi baru yaitu Indeks Ekonomi Biru (Indeks
Blue Economi), utamanya pada 3 (tiga) pilar yaitu Pilar Ekonomi,
Lingkungan, dan Sosial. Catatan: Indikator ini tidak diturunkan sampai
ke Kabupaten/Kota, namun terdapat beberapa faktor yang perlu ada
kontribusi dari daerah Kabupaten/Kota.
5. Memperhatikan Misi RPJPD Provinsi Jawa Tengah dan dapat disesuaikan
dengan karakteristik daerah di Kabupaten Kudus.

V. ARAH KEBIJAKAN DAN SASARAN POKOK


1. Penyusunan arah kebijakan diperlukan penyesuaian kembali sesuai
pendekatan arah kebijakan dalam Surat Edaran Bersama (SEB).
2. Arah kebijakan per tahapan lebih diperjelas dan Perhatikan kembali dalam
penetapan sasaran pokok (alur tahapan – sasaran pokok – rincian).
3. Tabel 5.2 dan 5.3 perlu diperbaiki. Untuk menjaga keselarasan dengan
arah pembangunan (IE) dengan sasaran pokok dan arah kebijakan
kabupaten serta indikatornya.
4. Menambahkan target pada setiap indikator yang mempresentasikan
sasaran pokok pembangunan per 5 (lima) tahun dalam pencapaiannya.
5. Penjelasan dan arah kebijakan/arah pembangunan dari setiap sasaran
pokok akan menentukan indikator apa saja yang dapat digunakan, baik
yang menjadi arahan provinsi maupun indikator yang sesuai dengan
karakteristik daerah. Secara prinsip, indikator harus dipastikan dapat
diukur, keberlanjutan ketersediaan data, dan dapat dievaluasi.
6. Arah Kebijakan dan Sasaran Pokok untuk disesuaikan mendasarkan
instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 2023, dalam hal ini fokus
pada arah kebijakan/kerangka kerja Pembangunan per 5 (lima) tahun
dalam rangka pencapaian visi per tahun dan sasaran pokok yang
menggambarkan rangkaian kinerja daerah dalam pencapaian
pembangunan menggunakan indikator yang bersifat progresif.
7. Memperhatikan perencanaan wilayah mendasarkan rencana arah
pengembangan wilayah Kabupaten Jepara, Kudus dan Pati (Jekuti), untuk
memadukan pembangunan kawasan perkotaan Kudus – Jepara – Juwana
– Pati. Pengelolaan pengembangannya yaitu:
a. Pengembangan Pengelolaan Sektor Industri utamanya pada kerajian
yang berada di Kabupaten Jepara, dan Industri Pengolaan Tapioka
berada di Kabupaten Pati;
b. Pengembangan Sektor Pertanian yang diupayakan melalui peningkatan
kualitas dan produktivitas disertai dengan upaya pengendalian
alihfungsi lahan sawah. Sebagai kawasan yang memiliki ancaman
bencana, utamanya banjir, longsor, dan kekeringan;
c. Kerjasama antar daerah utamanya untuk pengembangan ekonomi
daerah yang saling menguntungkan serta penyediaan prasarana dan
sarana diberbagai bidang seperti transportasi, air minum,
persampahan, drainase dan pengelolaan limbah.
8. Sinergitas Perencanaan Pembangunan Kabupaten/Kota dengan Provinsi
dan Pusat agar menuangkan Kebijakan Perencanaan Pembangunan
strategis dengan indikator yang sejalan sebagai berikut:
a. Pengurangan Emisi Karbon, indikator : Kontribusi Penurunan Emisi
Karbon;
b. Pengelolaan Lingkungan Hidup : Indeks Kualitas Lingkungan Hidup;
c. Pengelolaan Persampahan : Persentase Timbulan Sampah Terolah;
d. Penyediaan Air Baku – Ketahanan Air : Persentase Kondisi Tampungan
Air Kewenangan Kab/Kota;
e. Pengelolaan Irigasi – Ketahanan Pangan : Indeks Kinerja Sistem Irigasi
Kab/Kota.
Catatan: Pemprov Jateng belum berencana menurunkan distribusi angka
target Kab/Kota.
9. Memperhatikan kebijakan pemanfaatan dan pencadangan sumber daya
alam serta kebijakan adaptasi mitigasi perubahan iklim dalam Rencana
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (RPPLH) utamanya pada
daerah pesisir, dan/atau tujuan pembangunan berkelanjutan, daya
dukung dan daya tampung lingkungan, serta isu-isu strategis dalam
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RPJPD Tahun 2025-2045, serta
tambahkan terkait pengembangan dalam antisipasi penanganan
perubahan iklim, dan landsubsidence.
10. Memperhatikan dokumen perencanaan Pembangunan dan sektoral
lainnya, seperti Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
dan Kawasan Permukiman (RP3KP), Rencana Induk Perindustrian,
Rencana Induk Pariwisata, Rencana Umum Energi Daerah, dan
sebagainya.
11. Mendukung kontribusi ketahanan energi dengan penyediaan pelengkapan
jalan dengan solar panel, Bauran kewenangan EBT, pengelolaan sampah
(sesuai kewenangan Kabupaten Kudus).Menyesuaikan arah kebijakan
dengan mengakomodir aspek minimal (Fasilitas Pelayanan, Sumber Daya
Kesehatan, Pendanaan Kesehatan Dan Sumber Daya Lain) mohon
ditambahkan terkait perbekalan kesehatan, system informasi dan
teknologi kesehatan(untuk menangkap tema) sesuai dengan UU 17 Tahun
2023 tentang kesehatan.
12. Terkait dengan Penanganan Tuberkulosis yang menjadi fokus untuk
dicantumkan dalam dokumen RPJPD, terutama untuk di Kab. Kudus
mempunyai catatan kasusnya yang cukup tinggi.
13. Pemenuhan sarpras kesehatan pada perhitungannya belum menghitung
jangkauan cakupan layanan, misalnya: terkait puskesmas (rasionya
melebihi 30.000), dan perlu mendapatkan perhatian pada layanan primer.
14. Pemenuhan Jumlah, Jenis, Distribusi, dan Kompetensi Tenaga Kesehatan,
misalnya: standar yang telah ditetapkan bahwa didalam fasilitas kesehatan
itu harus memenuhi sekian jenis tenaga kesehatan dan memenuhi sekian
kompetensi.
15. Antisipasi Kapasitas sistem Kesehatan Kab. Kudus terhadap kejadian luar
biasa / krisis kesehatan.
16. Masih muncul indikator terkait prevalensi stunting, harapannya 20 (dua
puluh) Tahun ke depan tidak hanya bicara pada stuntingnya tetapi tarik
mundur pada kasus kasus yang merupakan apa faktor yang melandasi
terjadinya stunting.
17. Penerapan ekonomi hijau sebagaimana yang akan dilakukan provinsi,
sehingga Tahap kedua (2030-2034) merupakan implementasi atau
percepatan. Dan khusus untuk menuju eknomi hijau, maka ada di semua
tahapan RPJPD hingga tahun 2045 sesuai dengan target indeks ekonomi
hijau di provinsi dan pencapaian net Zero emission di Tahun 2060.
18. Mendukung peningkatan kesejahteraan Masyarakat, yang secara
bersamaan menjaga kelestarian lingkungan hidup (terjaganya tutupan
lahan, daerah tangkapan air, keanekaragaman hayati) terhadap
Keberadaan Cagar Biosfer Karimun Jawa – Jepara – Muria (KJM) yang telah
ditetapkan oleh UNESCO, Dimana menjadi modalitas Kab.Kudus untuk
meningkatkan nilai barang/jasa yang dihasilkan dari Kawasan Cagar
Biosfer (KJM).
19. Kabupaten Kudus perlu mensinergikan inisiatif Pembangunan daerah
dengan keberadaan Taman Hutan Raya Muria yang segera akan ditetapkan
20. Mempertimbangkan Indikator Nilai Tukar Petani (NTP) pada Dokumen
RPJPD karena sudah tidak dipakai di level Pusat dan Provinsi.
21. Penyelarasan RPJPD Provinsi dan Kabupaten/Kota fokus pada:
Transformasi Sosial; Transformasi Ekonomi; Transformasi Tata Kelola;
Keamanan Daerah Tangguh; Demokrasi Substansial & Stabilitas Ekonomi
Makro Daerah; Ketahanan Sosial Budaya; Ketahanan SDA, Lingkungan
Hidup dan Bencana.
22. Indikator Utama Pembangunan Daerah
Memperhatikan dan menyelaraskan indikator utama pembangunan daerah
Kabupaten/Kota guna melihat pencapaian dari tujuan pembangunan
daerah serta kontribusi terhadap tujuan pembangunan jangka panjang
Provinsi dan Nasional :
a. Transformasi Sosial
1) Sesuai arahan pada sasaran Transformasi Sosial, Kemiskinan
diwujudkan melalui Perlindungan Sosial yang Adaptif menuju
Kemiskinan 0%. Baseline data kemiskinan Jawa Tengah di tahun 2025
sebesar 8,67 – 9,17 dengan target akhir di tahun 2045 sebesar menuju
0,00 – 0,50. Mengingat target penurunan tersebut sangat optimis,
dimohon Kabupaten/Kota untuk bisa menyesuaikan target masing-
masing dengan memperhatikan beberapa aspek yang mempengaruhi
antara lain Pertumbuhan Ekonomi, Perbaikan Tata Kelola
Penanggulangan Kemiskinan khususnya perbaikan basis data mikro
untuk intervensi program kegiatan.
2) Terkait kebijakan Perlindungan Sosial yang adaptif ditujukan untuk
memperluas perlindungan yang menyeluruh bagi seluruh penduduk
sesuai kerentanan yang dijalankan dengan prinsip berkeadilan dan
inklusif yang dilaksanakan melalui penuntasan kemiskinan dengan
satu sistem regsosek.
b. Transformasi Ekonomi
Lebih lanjut, dukungan terhadap transformasi ekonomi melalui
perwujudan perkotaan dan perdesaan sebagai pusat pertumbuhan, dapat
diwujudkan melalui indikator presentase desa mandiri yang didapatkan
dari hasil klasifikasi penilaian Indeks Desa Membangun (IDM) sebagai
indikator sektoral yang diterbitkan oleh Kemendes PDTT, di dalamnya
memuat 3 (tiga) dimensi, yaitu lingkungan, sosial, dan ekonomi. Meskipun
target penyesuaian SEB belum ditentukan untuk presentase desa mandiri,
namun indikator tersebut berdasarkan Permendes 2/2016 dapat
ditentukan hingga level desa. Tentunya peningkatan desa mandiri di
Provinsi sangat bergantung pada hasil perhitungan desa mandiri di
Kabupaten. Dengan demikian, presentase desa mandiri dapat dijadikan
referensi indikator pembangunan desa dengan catatan indikator tersebut
selaras dengan sasaran pokok pembangunan jangka panjang daerah.
c. Transformasi Tata Kelola (Regulasi dan Tata kelola yang Adaptif dan
Kolaboratif)
1) Arah pembangunan terkait dengan Transformasi Tata Kelola diperlukan
indicator yang dapat menilai kinerja atas proses maupun hasil yang
telah dilakukan, oleh sebab itu perlu memasang indikator tata kelola
yaitu :
a) Indeks Pelayanan Publik
b) Indeks Reformasi Hukum
c) Indeks Integritas Nasional
2) Sesuai SEB Kemendagri dan Bappenas, Indeks Reformasi Hukum
masuk dalam salah satu indikator pada transformasi tata kelola.
Kabupaten/Kota diarahkan untuk mencantumkan indikator tersebut.
Baseline data Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2025 79,7 dan target
akhir tahun 2045 sebesar 96,45. Terkait hal tersebut Kabupaten/Kota
diminta untuk menyesuaikan targetnya masing-masing yang metode
penghitungannya mengacu pada 4 (empat) variabel:
a) Tingkat koordinasi Kemenkumham untuk melakukan harmonisasi
regulasi;
b) Penguatan kompetensi ASN sebagai perancang perundang-undangan
yang berkualitas;
c) Kualitas re-regulasi dan de-regulasi perundang-undangan
berdasarkan hasil review;
d) Penataan database perundang-undangan.
d. Keamanan Daerah Tangguh, Demokrasi Substansial, Dan Stabilitas
Ekonomi Makro Daerah (Ketenteraman dan Ketertiban, serta Demokrasi
Substansial):
1) Sesuai SEB Kemendagri dan Bappenas, kabupaten/kota diarahkan
untuk mengintegrasikan substansi terkait Keamanan Daerah dan
Hukum Berkeadilan. Salah satu indikator yang digunakan oleh pusat
adalah Indeks Pembangunan Hukum yang pelaksanaannya di
kabupaten/kota disesuaikan dengan karakteristik daerah. Salah
satunya yang direkomendasikan adalah Kabupaten/Kota Peduli HAM
karena beberapa variabel penilaiannya beririsan dengan indikator
Indeks Pembangunan Hukum.
2) Kemudian, terkait dengan perwujudan demokrasi substansial dengan
indikator yang dimiliki Pusat dan Provinsi adalah Indeks Demorkasi
Indonesia, meskipun tidak ada indicator di daerah, namun indicator ini
perlu dukungan Kab/Kota dalam mewujudkan Masyarakat yang paham
tentang demokrasi.
e. Ketahanan Sosial Budaya sesuai SEB
Indikator Kurukunan Umat Beragama yang dipakai oleh Pusat maupun
Provinsi perlu juga dukungan daerah, khususnya terkait dengan nilai
toleransi, Dimana perilaku kita semakin lama terdegradasi karena
pengaruh globalisasi, banyak riset/publikasi menyatakan nilai toleransi di
daerah turun, khususnya di desa.

VI. PENUTUP
1. Tambahkan secara singkat pelaksanaan pengendalian dan evaluasi
terhadap perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, diantaranya
dengan melakukan Manajemen Resiko Pembangunan daerah sebagai
upaya pencapaian sasaran pembangunan daerah.
2. Tambahkan gambaran umum secara singkat pembangunan daerah dalam
rencana/proyeksi 20 (dua puluh) Tahun kedepan.

Anda mungkin juga menyukai