Anda di halaman 1dari 13

FORMULIR PENETAPAN WARISAN BUDAYA TAK BENDA

1. Kode Penetapan (diisi oleh Kementerian)


Tahun Nomor

2. a. Nama karya budaya (isi nama yang paling umum dipakai)


PANGUREI

2. b. Nama karya budaya dalam aksara dan bahasa yang bersangkutan


PANGUREI

2. c. Nama lain karya budaya (varian atau alias nama karya budaya)

3. Domain karya budaya (contreng satu atau lebih)

(01) Tradisi dan ekspresi lisan, termasuk bahasa sebagai wahana warisan budaya
takbenda, termasuk cerita rakyat, naskah kuno, permainan tradisional;

(02) Seni pertunjukan, termasuk seni visual, seni teater, seni suara, seni tari, seni
musik, film;

V (03) Adat istiadat masyarakat, ritus, dan perayaan-perayaan, sistem ekonomi


tradisional, sistem organisasi sosial, upacara tradisional;

(04) Pengetahuan dan kebiasaan perilaku mengenai alam dan semesta, termasuk
pengetahuan tradisional, kearifan lokal, pengobatan tradisional;

(05) Kemahiran kerajinan tradisional, termasuk seni lukis, seni pahat/ukir, arsitektur
tradisional, pakaian tradisional, aksesoris tradisional, makanan/ minuman
tradisional, moda transportasi tradisional.
4. Kondisi karya budaya saat ini (contreng salah satu)

(01) Sedang berkembang

V (02) Masih bertahan

1
(03) Sudah berkurang

(04) Terancam punah

(05) Sudah Punah atau tidak berfungsi lagi dalam masyarakat

5. Lokasi dan persebaran karya budaya

Pulau Siberut, Kecamatan Siberut Selatan, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Provinsi


Sumatera Barat

6. Identifikasi dan definisi mengenai karya budaya (termasuk aspek kesejarahan, aspek
sosial, dan fungsinya dalam masyarakat), maksimal 1000 kata.
Suku Mentawai menganut sistem kekerabatan patrilineal dimana garis keturunan diwariskan
dari pihak laki-laki (ayah). Dalam proses kehidupannya, keturunan tersebut harus melakukan
suatu pernikahan. Pada suku Mentawai disebut Pangurei. Pangurei merupakan pesta
pernikahan adat secara tradisional suku Mentawai. Pesta pangurei dalam masyarakat suku
Mentawai adalah sebuah keharusan, karena keabsahan sebuah perkawinan menurut adat-
istiadat maryarakat suku Mentawai. Itulah sebabnya, sebelum acara pangurei ini dilaksanakan,
pengantin perempuan tidak diperkenankan mengunjungi orang tuanya besarta kaum sukunya,
kecuali hal yang mendadak dan tidak bisa dielakkan, seperti orang tuanya sakit, ada yang
meninggal dalam kaum sukunya dan lain sebagainya. Disamping itu, sebelum pesta pangurei
ini dilangsungkan, pengantin baru ini tidak akan mendapatkan bagian apapun dari keluarga
pihak perempuan beserta kaum sukunya, misalnya; ketika musim buah-buahan, mereka tidak
akan mendapatkan jatah, begitu juga halnya dengan hasil buruan, mereka tidak akan
mendapatkan bagian di dalamnya. Dalam pesta pangurei, segala sesuatu yang berhubungan
dengan mas kawin (alat toga) akan diselesaikan sebelum acara di langsungkan. Dan
keberlangsungan pesta pangurei ini, sangat tergantung dari kesiapan keluarga pihak
perempuan besarta kaum sukunya. Pelaksanaan pesta pangurei, akan melibatkan kaum suku,
baik dari pihak perempuan sebagai pelaksana dari pengurei maupun dari pihak laki-laki
sebagai objek dari pengurei tersebut. Dalam rangkaian acara ini akan dipimpin oleh beberapa
Ama yang jumlahnya sesuai dengan aturan adat-istiadat dari daerah masing-masing.
Contohnya; Di kecamatan Siberut Selatan, bagian pesisir seperti dusun Puro desa Muara
Siberut, desa Maileppet dan desa Muntei (kecuali dusun Salappa), hanya terdiri dari dua Ama,
kemudian bagian hulu seperti, desa Matotonan, desa Madobag, dusun Salappa

dan bagian dereiket lainnya, terdiri dari 4 Ama (Tarida Hernawati S, 2004). Sedangkan di
Kecamatan Siberut Barat Daya seperti dusun Tiop, Sarausau, Torolaggo yang merupakan
desa Malilimok, hanya terdiri dari satu Ama. Ama dipilih berdasarkan rapat kaum suku,
dengan kriteria; memiliki ladang atau ternak yang banyak. Ama ini hanya dibentuk oleh
kaum suku dari keluarga pihak perempuan sebagai pelaksana pangurei. Seiring pergantian
waktu, rangkaian pesta pangurei mengalami perubahan. Jika jaman dulu, banyaknya mas
kawin (alat toga) yang diambil tidak berdasarkan jumlah Ama, namun pangurei jaman
sekarang, banyaknya mas kawin yang diambil sangat tergantung dari jumlah Ama. Jaman
dulu, kedua mempelai serta kedua orang tua pihak laki-laki pergi ke rumah orang tua pihak
2 kali untuk numanai (tubuh dihiasi dengan
perempuan hanya sebanyak tiga kali, yakni; dua
bunga-bungaan, manik- manik dan diolesi dengan minyak dan kunyit) dan satu kali untuk
pasabbat ngungu (merupakan acara terakhir pada acara pangurei, dimana acara ini, kedua
mempelai dan orang tua mereka masing-masing beserta Ama, makan bersama). Sedangkan
jaman sekarang, kepergian kedua mempelai beserta kedua orang tua pihak laki-laki ke rumah
Kemudian dipasangkan kalung (inu) pada leher mereka. Kalung (inu) tersebut
terbuat dari manik-manik yang berwana-warni. Selain inu dipasangkan juga
luat/sikkairaat di kepala mereka masing-masing (luak/sikkairaat merupakan pengikat
kepala yang terbuat dari manik-manik yang berwarna dan disusun dengan rapi dan
berfungsi sebagai penyangga dari bunga-bunga yang akan diselipkan di kepala)
Khusus bagi wanita (Ibu dari mempelai laki-laki dan istrinya), juga harus
menggunakan sabok (berupa kain panjang, namun ujung sisinya terdapat manik-manik),
setelah itu dilapisi dengan kain laka (kain yang berwarna merah yang sudah dikhususkan
dan hanya dipakai dalam acara-acara adat) 3 dengan panjang satu depa ukuran orang
dewasa.
Setelah itu, orang tua perempuan mengambil beberapa daun kunyit (Curcuma
xanthorrhiza Roxb.), mumunen (Camelia sinensis [L.] Ku ntze), aileppet (Gratopillum
pictum (L.) Griff), minyak yang sudah disiapkan sebelumnya lalu meletakkannya dalam
Dalam acara pangurei, biasanya kaum suku pihak keluarga laki-laki maupun kaum
suku pihak keluarga perempuan akan mengundang kerabat dekat, seperti ipar (lakut), menantu
(taliku), ponakan (buak). Kerabat yang mereka undang ini disebut sebagai sinuruk. Disamping
dari jumlah yang sudah diberi pertama sebagai simaroket, ada lagi sekitar 20-30 ekor ayam, 2
ekor babi yang sudah diolah namun belum dimasak, yang akan diberikan oleh pihak keluarga
perempuan kepada kepihak keluarga laki-laki (permberian ini tergantung dari banyak tidaknya
anggota suku dari pihak keluarga kaum suku laki-laki
4 termasuk sinuruk).
Setelah pemberian-pemberian tersebut telah diterima oleh keluarga pihak laki-laki, maka
mereka bergegas untuk kembali ke kaum sukunya, namun menjelang pulang, orang tua
perempuan (ayah), mengambil minyak (pakkale), lalu mengoleskannya dikepala kedua
2 batang pohon kelapa (jumlah ini tergantung dari jumlah Ama, karena Ama 2 orang,
maka batang pohon kelapa yang dimintapun menjadi 2 batang pohon kelapa, begitu juga
dengan seterusnya, kecuali mas kawin yang berupa parang dan beliung).
2 batang pohon durian
4 ekor babi (2 ekor babi jantan/sikaubaugat dan 2 ekor babi betina/babui)
2 buah kuali silima nomor 20
2 long ayam
2 daun kelambu (kilabbuk)
2 buah beliung (baliok) 5
20 buah parang/teile (meskipun jumlahnya 20, namun bisa dibagi 2, tidak bersifat
ganjil)
18 buah beliung (baliok)
Setelah proses patalaga ini usai dilaksanakan, pihak keluarga laki-laki memberikan satu helai
Setelah proses mumanai yang kedua, hendak menjelang pulang, kembali orang tua perempuan
beserta kaum sukunya memberi 1 ekor babi yang masih hidup (babui yang beratnya kurang lebih
100 kilo), buah keladi yang belum dimasak dan 2 ekor ayam yang masih hidup. Disamping 1
ekor babi dan 2 ekor ayam beserta buah keladi, orang tua perempuan juga memberi bunga-bunga

6
seperti; katsailak, surak (Codiaeum variegatum, Var.Petra), boblo (Cordyline fruticosa Geopp.),
ailepet (Gratopillum pictum (L.) Griff), mumunen (Camelia sinensis [L.] Kuntze). Bunga yang
diberikan oleh pihak keluarga perempuan merupakan dasar bagi keluarga pihak laki-laki beserta
kaum sukunya dalam melaksanakan pesta atas daging babi dan ayam serta buah keladi dan buah
kelapa yang diberikan oleh pihak keluarga perempuan. Setelah apa yang diberikan telah diterima
oleh pihak keluarga laki-laki, lalu orang tua perempuan menyampaikan pesan kembali kepada
orang tua laki-laki, agar esok harinya mereka datang kembali ke rumah orang tua perempuan
untuk melakukan acara yang terkahir, yakni pasabbat ngungu/paruruk ngungu. Esok harinya
yang merupakan hari terakhir pada acara pangurei, kedua mempelai beserta orang tua silaki-laki,
kembali pergi ke rumah orang tua perempuan untuk ketiga kalinya dalam rangka melakukan
acara pasabbat ngungu/paruruk ngungu. Acara pasabbat ngungu/paruruk ngungu, merupakan
acara makan bersama antara kedua mempelai, orang tuan mereka masing serta Ama, tanpa
melibatkan kaum suku, baik dari pihak keluarga laki-laki maupun dari pihak keluarga
perempuan. Setelah acara pasabbat ngungu/paruruk ngungu, menjelang orang tua laki-laki dan
kedua mempelai pulang, orang tua perempuan memberikan sesuatu sebagai hadiah (barang milik
pribadi, bukan kepunyaan suku) kepada kedua mempelai yang disebut punualaket sebanyak 4
macam pada anak dan menantunya. Pemberian tersebut berupa:

1. 1 ekor babi punu baliok/ganti beliung (babi tersebut hanya untuk dipelihara)

2. 1 batang pohon durian

3. 1 batang pohon kelapa

4. 1 long ayam

Pesta perkawinan adat tersebut melibatkan taliku-taliku (ipar pihak laki-laki) dan semua keluarga
mempelai laki-laki sampai sampai selesai proses pangurei ini. Setelah itu, orang tua laki-laki serta
anak dan menantunya pulang ke rumah/ke kaum sukunya, dan sejak itu acara pangurei pun

dinyatakan telah selesai serta legalitas perkawinanpun telah diakui secara adat. Pada dasarnya
pada proses pangurei ini tetap dilaksanakan bagi orang Mentawai yang mau menikah dan akan
melewati proses yang namanya yaitu Alat Toga (Mas Kawin), Pangurei (Pesta) jika prosesi ini
tidak dilaksanakan dianggap pernikahan tidak sah secara adat.

7
7. Upaya pelestarian karya budaya

Pelindungan
Melakukan inventarisasi terhadap pangurei di tiap-tiap daerah
Melakukan pendokumentasian berupa foto dan video
Publikasi melalui internet, booklet dan pamflet
Pengembangan
Bekerja sama dengan perguruan tinggi atau Lembaga penelitian untuk melakukan
kajian lanjutan tentang pangurei
Pemanfaatan
Secara ekonomi, diadakannya pangurei dapat menambah penghasilan kepada
peternak ayam dan babi apabila penyelenggara pesta tidak memiliki ternak sendiri
Mendorong pelaku usaha ekonomi kreatif untuk membuat aksesoris tradisional
Mentawai seperti ngalou (kalung), luat (ikat kepala), ogok (hiasan kepala untuk
perempuan).
Pembinaan
Melakukan sosialisasi pentingnya peraturan desa tentang pangurei
Memberikan motivasi kepada desa-desa yang belum memiliki aturan tentang
pangurei untuk membuat peraturan tersebut

8. Nama komunitas/ organisasi/ asosiasi/ badan/ paguyuban/ kelompok sosial/ atau


perorangan yang bersangkutan

Nama : UMA Sakeletuk


Alamat : Dusun Malilimok, Desa Katurei, Kecamatan Siberut
Barat Daya
No. Telp./ Fax/ Mobile : -
Kode Pos : 25393
Alamat email : -
Website :-
Usia : ± 63 Tahun
Nama : Rupinus Sabaggalet
Alamat : Dusun Rogdog, Desa Madobag, Kecamatan Siberut
Selatan
No. Telp./Fax/ Mobile : -
Kode Pos : 25393
Alamat email : -
9. Guru budaya/maestro: -(diisi nama orang-orang yang memiliki pengetahuan dan
Website
Usia
keterampilan :± 50budaya
tentang karya Tahun tersebut beserta usia yang bersangkutan)

Nama : Arsenius Sakeletuk (63)


Alamat : Dusun Malilimok, Desa Katurei, Kecamatan Siberut Barat Daya
No. Telp./Fax/ Mobile : -
Kode Pos : 25393
Alamat email :-
Website :- 8
Usia : ± 63 Tahun
10. Foto terbaru karya budaya dengan penjelasan

Gambar 1. Arak-arakan dalam Tradisi Pangurei

9
Gambar 2. Dokumentasi Pernikahan di Mentawai

10
Gambar 3. Foto Makan Bersama Pengantin Mentawai

11
Gambar 5. Hiasan Kepala dan Ukiran Wajah Pada Tradisi Pangurei

11. Film dokumenter mengenai karya budaya (sertakan judul dari film dan dilampirkan
bersama formulir)
https://drive.google.com/drive/folders/1dLHqO58kP3m9x57-0cm1__klXKsLG4mr

12. Kajian akademis oleh lembaga penelitian yang terkait (sertakan judul dari kajian
akademis dan dilampirkan bersama formulir)
Mardanas, Izarwisma.1992. Adat dan Upacara Mentawai. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.

13. Referensi (ditulis sumber secara lengkap nama penulis, tahun, judul buku, tempat terbit,
penerbit, naskah kuno, prasasti, sumber lisan/nama pelaku (saksi sejarah) yang masih
hidup, usia, dan lainnya
Prosesi Pangurei di Dusun Puro, Desa Muara Siberut, Kecamatan Siberut
Selatan oleh Swandi, S.Pd. Publish by Putra Wandhila, 2022-03-28, 13:10:45
Prosesi Adat Pernikahan di Suku Mentawai yang perlu anda ketahui, Publish
by Covesia.com, Minggu 03-02-2019, 17.20 WIB
14. Persetujuan dari Pangurei, Perniakahan
provinsi terkait Adat
sebagai yang Masih Eksis di Siberut Tengah, Publish by
pengusul
Mentawaikita.com, Rabu 08-08-2018, 14.46 WIB

15. Nama petugas penerima formulir (diisi oleh Kementerian)


Nama :

12
16. Tempat dan tanggal penerimaan formulir karya budaya (diisi oleh Kementerian)
Tempat : Tanggal :

13

Anda mungkin juga menyukai