Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH HUKUM PENITENSIER

“Remisi”

Oleh:
Kelompok 3

B011181398 Ayu Amiliana B011181437 Andi Ali Kalangi Baso


B011181404 Laela Safitri B011181447 Gabriel Wahid Batistuta
B011181409 Muh.Abel B011181460 Andi Pangeran
B011181413 Muhammad Rifki Alifsyah B011181465 Danrakati
B011181417 Siti Fatimah Indah Dwi Ilham B011181470 Ashar Ramadhan M
B011181429 Nadifa Tsarwa Amarly B011181501 Andi Ichalasul Amal Nuzul
B011181432 Reza Lewapadang B011181503 Muhammad Dirga Indlka
B011181434 Adib Gemilang Badrani

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini berisikan materi Remisi.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun, selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas
kepada pembaca.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhoi segala usaha kita. Aamiin.

Makassar, 08 Mei 2021

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i


DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Remisi ................................................................................ 3
B. Dasar Hukum Remisi ........................................................................... 3
C. Jenis Jenis Remisi ................................................................................ 8
D. Prosedur dan Syarat Remisi ................................................................. 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................... 14
B. Saran ..................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Narapidana adalah manusia bermasalah yang dipisahkan dari masyarakat untuk
belajar bermasyarakat dengan baik, dan ahli hukum lain mengatakan Narapidana adalah
manusia biasa seperti manusia lainnya hanya karena melanggar norma hukum yang ada,
maka dipisahkan oleh hakim untuk menjalani hukuman. Berdasarkan pengertian
tersebut dapat disimpulkan bahwa, pengertian narapidana adalah seseorang yang
melakukan tindak kejahatan dan telah menjalani persidangan, telah divonis hukuman
pidana serta ditempatkan dalam suatu bangunan yang disebut penjara.
Dalam menjalankan hukuman narapidana berhak mendapatkan Remisi yang
diberikan kepada narapidana yang salah satunya berfungsi untuk mempercepat
narapidana agar segera bebas dan kembali ke lingkungan masyarakat. Hal tersebut
diatur dalam Pasal 14 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan yaitu Narapidana (terpidana yang menjalani pidana hilang
kemerdekaan di lembaga permasyarakatan) berhak mendapatkan pengurangan masa
pidana (Remisi).
Remisi dalam sistem pelaksanaan pidana penjara khususnya yang menyangkut
sistem pemasyarakatan sangat penting. Hal ini menyangkut masalah pembinaan yang
dilakukan oleh para petugas Lembaga Pemasyarakatan terhadap para Narapidana,
untuk itu di dalam sistem pidana penjara di Indonesia, remisi mempunyai kedudukan
yang sangat strategis sebab, apabila Narapidana tidak berkelakuan baik maka tidak
dapat diberikan remisi, adanya batasan-batasan untuk dapat atau tidaknya narapidana
diberikan remisi itu, sudah tentu sebagai sarana pendidikan yang diterapkan didalam
sistem pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan yang harus dipertanggung jawabkan
kepada Negara dan masyarakat.
Remisi sebagai salah satu kebijakan yang diberikan pemerintah kepada
narapidana, maka tentu penting untuk membahas dan mempelajari lebih dalam
mengenai remisi. Oleh karena itu makalah ini dibuat dengan susunan materi remisi yang
mencakup Pengertian, Dasar hukum, Prosedur, dan jenis-Jenis Remisi untuk menjadi
bahan pembelajaran materi materi seputar remisi.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa Yang Dimaksud Dengan Remisi?
2. Apa Saja Dasar-Dasar Hukum Yang Mengatur Remisi?
3. Bagaimana Prosedur dan syarat pemberian Remisi?
4. Apa Saja Jenis-Jenis Remisi?

C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Remisi
2. Mengetahui Dasar-Dasar Hukum Yang Mengatur Remisi
3. Mengetahui Prosedur serta Syarat pemberian Remisi
4. Mengetahui Jenis Jenis Remisi

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Remisi
Pengertian Remisi dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999
Pasal 1 angka 6 bahwa “Remisi adalah pengurangan masa menjalani pidana yang diberikan
kepada Narapidana dan Anak Pidana yang memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam
peraturan perundang-undangan”.
Remisi dalam Sistem Pemasyarakatan diartikan sebagai potongan hukuman bagi
narapidana setelah memenuhi persyaratan tertentu yang ditetapkan. Pengertian remisi
dalam Kamus Besar Bahasa Indoesia diartikan sebagai pengampunan hukuman yang
diberikan kepada orang yang terhukum.
Remisi merupakan salah satu sarana hukum yang penting dalam rangka
mewujudkan tujuan sistem pemasyarakatan.Maka pengertian remisi adalah pengurangan
masa pidana yang diberikan kepada narapidana yang memenuhi syarat tertentu. Menurut
Andi Hamzah, Remisi adalah sebagai pembebasan hukuman untuk seluruhnya atau
sebagian atau dari seumur hidup menjadi hukuman terbatas yang di berikan setiap tanggal
17 Agustus.
Sedangkan menurut ketentuan Pasal 1 Keputusan Presiden RI No. 174 Tahun 1999
tidak memberi pengertian tentang Remisi, hanya dikatakan bahwa “setiap narapidana dan
anak pidana yang menjalani pidana penjara sementara dan pidana kurungan dapat
diberikan remisi apablia yang bersangkutan berkelakuan baik selama menjalani pidana”.
Pemberian remisi sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Presiden RI No. 174 Tahun
1999 tentang remisi tidak ditafsirkan sebagai kemudahan dalam kebijakan menjalani
pidana sehingga mengurangi arti pemidanaan namun pemberian remisi tersebut adalah
upaya mengurangi dampak negative dari subkultur tempat pelaksanaan pidana, disparitas
pidana, dan akibat pidana perampasan kemerdekaan.

B. Dasar Hukum Remisi


Dasar hukum pemberian remisi terhadap narapidana dan anak pidana berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku saat ini antara lain sebagai berikut:
1. Pasal 14 ayat (1) huruf i Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan.

3
Dalam Pasal 14 ayat (1) satu pada poin i dijelaskan bahwa Narapidana berhak
mendapatkan pengurangan masa pidana (remisi).

2. Keputusan Presiden RI Nomor 174 Tahun 1999 tentang Remisi.


Keputusan Presiden RI Nomor 174 Tahun 1999 tentang Remisi ini terdiri dari 16
Pasal yang mengatur mengenai pengertian remisi, macam-macam remisi, aturan
besaran dan pelaksanaan pemberian remisi, mengatur siapa saja yang dapat
diberikan remisi, serta mengatur secara singkat pengajuan remisi.

3. Keputusan Menteri Hukum dan Perundang-undangan RI Nomor:


M.09.HN.02.01 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan Keputusan Presiden RI
Nomor 174 tahun 1999 tentang Remisi.
Keputusan Menteri ini merupakan pelaksanaan dari Keputusan Presiden Republik
Indonesia Nomor 174 Tahun 1999 tentang Remisi, dimana Keputusan Menteri ini
terdiri dari 9 Pasal.

4. Keputusan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI Nomor


M.04.HN.02.01 Tahun 2000 tentang Remisi Tambahan Bagi Narapidana dan
Anak Pidana.
Keputusan Menteri ini merupakan pelaksanaan dari ketentuan Pasal 3 ayat
(2) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 174 Tahun 1999 tentang Remisi
yang berbunyi:
Ketentuan lebih lanjut mengenai berbuat jasa dan melakukan perbuatan
yang bermanfaat bagi negara atau bagi kegiatan pembinaan di Lembaga
Pemasyarakatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan
dengan Keputusan Menteri Hukum dan Perundang-undangan.
Dalam Keputusan Menteri Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI Nomor
M.04.HN.02.01 Tahun 2000 tentang Remisi Tambahan Bagi Narapidana dan Anak
Pidana ini terdiri dari 9 Pasal.

5. Peraturan Pemerintah RI Nomor 32 Tahun 1999 jo Peraturan Pemerintah RI


Nomor 28 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah RI
Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak
Warga Binaan Pemasyarakatan jo Peraturan Pemerintah RI Nomor 99

4
Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah RI Nomor
32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga
Binaan Pemasyarakatan.
Ada tiga Peraturan Pemerintah yang saling berkaitan yang didalamya
mengatur menganai Remisi. Untuk Peraturan Pemerintah RI Nomor 32 Tahun
1999 sendiri mengatur mengenai remisi pada bagian kesembilan (Remisi) yang
terdiri dari Pasal 34 dan Pasal 35, yang berbunyi:
Pasal 34
(1) Setiap Narapidana dan Anak Pidana yang selama menjalani masa pidana
berkelakuan baik berhak mendapatkan remisi.
(2) Remisi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat ditambah, apabila
selama menjalani pidana, yang bersangkutan :
a. berbuat jasa kepada negara;
b. melakukan perbuatan yang bermanfaat bagi negara atau kemanusiaan;
atau
c. melakukan perbuatan yang membantu kegiatan LAPAS.
(3) Ketentuan untuk mendapatkan remisi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dan ayat (2) berlaku juga bagi Narapidana dan anak Pidana yang menunggu
grasi sambil menjalani pidana.

Pasal 35

Ketentuan mengenai remisi diatur lebih lanjut dengan Keputusan


Presiden.
Selanjutnya, pada Peraturan Pemerintah RI Nomor 28 Tahun 2006 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah RI Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan
Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan ini pada Pasal 34 dan
Pasal 35 diubah ketentuannya dan disisipkan Pasal baru antara Pasal 34 dan Pasal
35 yaitu Pasal 34A, yang masing masing Pasal berbunyi:

Pasal 34

(1) Setiap Narapidana dan Anak Pidana berhak mendapatkan Remisi.


(2) Remisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada Narapidana
dan Anak Pidana apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. berkelakuan baik; dan
b. telah menjalani masa pidana lebih dari 6 (enam) bulan.
(3) Bagi Narapidana yang dipidana karena melakukan tindak pidana terorisme,
narkotika dan psikotropika, korupsi, kejahatan terhadap keamanan negara
dan kejahatan hak asasi manusia yang berat, dan kejahatan transnasional

5
terorganisasi lainnya, diberikan Remisi apabila memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
a. berkelakuan baik; dan
b. telah menjalani 1/3 (satu per tiga) masa pidana.
(4) Remisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada Narapidana
dan Anak Pidana apabila memenuhi persyaratan melakukan perbuatan yang
membantu kegiatan LAPAS.

Pasal 34A (Pasal tambahan antara Pasal 34 dan Pasal 35)


(1) Remisi bagi Narapidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (3)
diberikan oleh Menteri setelah mendapat pertimbangan dari Direktur
Jenderal Pemasyarakatan.
(2) Pemberian Remisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1)
ditetapkan dengan Keputusan Menteri.

Pasal 35
Ketentuan mengenai Remisi diatur lebih lanjut dengan Peraturan Presiden.
Kemudian, Peraturan Pemerintah RI Nomor 99 Tahun 2012 tentang
Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah RI Nomor 32 Tahun 1999 tentang
Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan, pada
Pertauran Pemerintah ini mengubah kembali Pasal 34 serta Pasal 34A dan
menambahkan Pasal 34B dan pasal 34 C, yang masing masing Pasal berbunyi:

Pasal 34
(1) Setiap Narapidana dan Anak Pidana berhak mendapatkan Remisi.
(2) Remisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan kepada
Narapidana dan Anak Pidana yang telah memenuhi syarat:
a. berkelakuan baik; dan
b. telah menjalani masa pidana lebih dari 6 (enam) bulan.
(3) Persyaratan berkelakuan baik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
dibuktikan dengan:
a. tidak sedang menjalani hukuman disiplin dalam kurun waktu 6 (enam)
bulan terakhir, terhitung sebelum tanggal pemberian Remisi; dan
b. telah mengikuti program pembinaan yang diselenggarakan oleh LAPAS
dengan predikat baik.

Pasal 34A
(1) Pemberian Remisi bagi Narapidana yang dipidana karena melakukan tindak
pidana terorisme, narkotika dan prekursor narkotika, psikotropika, korupsi,
kejahatan terhadap keamanan negara, kejahatan hak asasi manusia yang
berat, serta kejahatan transnasional terorganisasi lainnya, selain harus

6
memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 juga harus
memenuhi persyaratan:
a. bersedia bekerjasama dengan penegak hukum untuk membantu
membongkar perkara tindak pidana yang dilakukannya;
b. telah membayar lunas denda dan uang pengganti sesuai dengan putusan
pengadilan untuk Narapidana yang dipidana karena melakukan tindak
pidana korupsi; dan
c. telah mengikuti program deradikalisasi yang diselenggarakan oleh
LAPAS dan/atau Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, serta
menyatakan ikrar:
1) kesetiaan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia secara
tertulis bagi Narapidana Warga Negara Indonesia, atau
2) tidak akan mengulangi perbuatan tindak pidana terorisme secara
tertulis bagi Narapidana Warga Negara Asing, yang dipidana karena
melakukan tindak pidana terorisme.
yang dipidana karena melakukan tindak pidana terorisme.
(2) Narapidana yang dipidana karena melakukan tindak pidana narkotika dan
prekursor narkotika, psikotropika sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
hanya berlaku terhadap Narapidana yang dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 5 (lima) tahun.
(3) Kesediaan untuk bekerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
harus dinyatakan secara tertulis dan ditetapkan oleh instansi penegak hukum
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 34B
(1) Remisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) diberikan oleh
Menteri.
(2) Remisi untuk Narapidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34A ayat (1)
diberikan oleh Menteri setelah mendapat pertimbangan tertulis dari menteri
dan/atau pimpinan lembaga terkait.
(3) Pertimbangan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan
oleh menteri dan/atau pimpinan lembaga terkait dalam jangka waktu paling
lama 12 (dua belas) hari kerja sejak diterimanya permintaan pertimbangan
dari Menteri.
(4) Pemberian Remisi ditetapkan dengan Keputusan Menteri.

Pasal 35C
(1) Menteri dapat memberikan Remisi kepada Anak Pidana dan Narapidana
selain Narapidana yang dipidana karena melakukan tindak pidana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34A ayat (1).
(2) Narapidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas Narapidana
yang:
a. dipidana dengan masa pidana paling lama 1 (satu) tahun;
b. berusia di atas 70 (tujuh puluh) tahun; atau

7
c. menderita sakit berkepanjangan.
(3) Menteri dalam memberikan Remisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
setelah mempertimbangkan kepentingan umum, keamanan, dan rasa
keadilan masyarakat.

6. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor


M.HH.01.PK.02.02 Tahun 2010 tentang Remisi Susulan.
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor M.HH.01.PK.02.02
Tahun 2010 tentang Remisi Susulan ini terdiri dari 11 Pasal.

7. Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia


Nomor 03 Tahun 2018 Tentang Syarat Dan Tata Cara Pemberian Remisi,
Asimilasi, Cuti Mengunjungi Keluarga, Pembebasan Bersyarat, Cuti
Menjelang Bebas, Dan Cuti Bersyarat

C. Jenis Jenis Remisi


Jenis-Jenis Remisi terdiri dari 6 jenis, yaitu:
1. Remisi umum merupakan remisi yang diberikan pada peringatan Hari Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus. Remisi ini merupakan wujud
kemurahan dan rasa bersyukur dari pemerintah atas rahmat dan anugerah Tuhan
Yang Maha Esa, yang telah memberikan kemerdekaan kepada seluruh bangsa
Indonesia.Kegembiraan ini tidak hanya dirasakan oleh rakyat yang hidup ditengah-
tengah masyarakat, tetapi juga dilimpahkan kepada narapidana yang pada saat itu
masih berada dalam amsa pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan, agar mereka juga
sedikit menikmati kegembiraan di hari kemerdekaan bangsanya.Diberikan
kemurahan ini disertai dengan harapan agar mereka yang masih tinggal di Lembaga
Pemasyarakatan dapat segera keluar dari masa hukuman atau pidananya dan dapat
hidup wajar sebagaimana warga Negara lainnya.

2. Remisi khusus merupakan remisi yang diberikan pada hari besar keagamaan yang
dianut oleh narapidana dan anak pidana yang bersangkutan, dengan ketentuan jika
suatu agama mempunyai lebih dari satu hari besar keagamaan dalam setahun maka
yang di pilih adalah hari besar yang paling di muliakan oleh penganut agama yang
bersangkutan.

8
1) Hari Raya Idul Fitri bagi narapidana dan anak pidana yang beragama Islam.
2) Hari Natal bagi narapidana dan anak pidana yang beragama Kristen.
3) Hari Raya Nyepi bagi narapidana dan anak pidana yang beragama Hindu.
4) Hari Raya Waisak bagi narapidana dan anak pidana yang beragama Budha.
5) Bagi narapidana dan anak pidana yang beragama selain tersebut di atas maka
berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) Keputusan
Presiden RI No. 174 Tahun 1999 tentang Remisi.

3. Remisi tambahan merupakan remisi yang diberikan apabila narapidana dan anak
pidana yang bersangkutan selama menjalani pidana :
a. Berbuat jasa kepada negara;
b. Melakukan perbuatan yang berrmanfaat bagi negara atau kemanusiaan
c. Melakukan perbuatan yang membantu kegiatan pembinaan di lembaga
Pemasyarakatan.

4. Remisi dasawarsa merupakan remisi yang diberikan kepada narapidana maupun


anak pidana bertepatan dengan ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia pada
tanggal 17 Agustus tiap 10 (sepuluh) tahun sekali.

5. Remisi kemanusiaan
Remisi atas dasar kepentingan kemanusiaan diberikan kepada Narapidana
a. yang dipidana dengan masa pidana paling lama 1 (satu) tahun;
b. berusia di atas 70 tahun; atau
c. menderita sakit berkepanjangan.

6. Remisi Susulan terdiri dari Remisi Umum Susulan dan Remisi Khusus Susulan
yaitu:
a. Remisi umum susulan (Pasal 1 angka 2 Peraturan Menteri Hukum dan
HAM No. M.HH-01.PK.02.02 Tahun 2010) adalah remisi yang diberikan
kepada narapidana dan anak pidana yang pada tanggal 17 Agustus telah
menjalani masa penahanan paling singkat 6 (enam) bulan atau lebih dan
belum menerima putusan pengadilan.
b. Remisi khusus susulan (Pasal 1 angka 3 Peraturan Menteri Hukum dan
HAM No. M.HH-01.PK.02.02 Tahun 2010) adalah remisi khusus yang
9
diberikan kepada narapidana dan anak pidana yang pada hari besar
keagamaan sesuai dengan agama yang dianutnya telah menjalani masa
penahanan paling singkat 6 (enam) bulan atau lebih dan belum menerima
putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap.

D. Prosedur Remisi
Remisi diberikan oleh Menkumham berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Keppres No. 174
Tahun 1999 menegaskan bahwa Menteri dapat mendelegasikannya kepada Kantor
Wilayah. Penetapan pemberian remisi tersebut dilaksanakan dengan keputusan Kepala
Kantor Wilayah atas nama Menteri; sedangkan pada Pasal 2 ayat (2) menegaskan bahwa,
segera setelah mengeluarkan penetapan tentang remisi, Kepala Kantor Wilayah wajib
menyampaikan laporan tentang penetapan pengurangan masa pidana kepada Menteri
melalui Direktur Jenderal Pemasyarakatan. Pemberian remisi khusus hari raya keagamaan
dapat dilimpahkan kepada Lapas, Kepala Rumah Tahana Negara, dan Kepala Cabang
Rumah Tahanan Negara.
1. Pemberian Remisi dilaksanakan melalui sistem informasi pemasyarakatan, yang
merupakan sistem informasi pemasyarakatan yang terintegrasi antara Unit
Pelaksana Teknis pemasyarakatan, Kantor Wilayah, dengan Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan;
2. Tim pengamat pemasyarakatan Lapas/LPKA merekomendasikan usul pemberian
Remisi bagi Narapidana dan Anak kepada Kepala Lapas/LPKA berdasarkan data
Narapidana dan Anak yang telah memenuhi persyaratan;
3. Dalam hal Kepala Lapas/LPKA menyetujui usul pemberian Remisi, Kepala
Lapas/LPKA menyampaikan usulan pemberian Remisi kepada Direktur Jenderal
Pemasyarakatan dengan tembusan kepada Kepala Kantor Wilayah;
4. Kepala Kantor Wilayah melakukan verifikasi terhadap tembusan usul pemberian
Remisi paling lama 2 (dua) hari terhitung sejak tanggal usulan Remisi diterima
dari Kepala Lapas/LPKA. Hasil verifikasinya disampaikan oleh Kepala Kantor
Wilayah kepada Direktur Jenderal Pemasyarakatan;
5. Direktur Jenderal Pemasyarakatan melakukan verifikasi terhadap usul pemberian
Remisi, paling lama 3 (tiga) Hari terhitung sejak tanggal usulan pemberian Remisi
diterima dari Kepala Lapas/LPKA;

10
6. Dalam hal Direktur Jenderal Pemasyarakatan menyetujui usul pemberian Remisi,
Direktur Jenderal Pemasyarakatan atas nama Menteri Hukum dan HAM
menetapkan keputusan pemberian Remisi;
7. Keputusan pemberian Remisi disampaikan kepada Kepala Lapas/LPKA untuk
diberitahukan kepada Narapidana atau Anak dengan tembusan kepada Kepala
Kantor Wilayah dan dicetak di Lapas/LPKA dengan tanda tangan elektronik
Direktur Jenderal Pemasyarakatan atas nama Menteri Hukum dan HAM.

Syarat Remisi

Persyaratan agar mendapatkan Remisi adalah sebagai berikut:

1. Narapidana atau Anak Pidana berhak mendapatkan Remisi apabila:1


a. Berkelakuan baik, yang dibuktikan dengan:
1. tidak sedang menjalani hukuman disiplin dalam kurun waktu 6 (enam)
bulan terakhir, terhitung sebelum tanggal pemberian Remisi; dan
2. telah mengikuti program pembinaan yang diselenggarakan oleh Lapas
dengan predikat baik.
b. Telah menjalani masa pidana lebih dari 6 (enam) bulan.
2. Bagi Narapidana yang dipidana karena melakukan tindak pidana terorisme, narkotika
dan prekursor narkotika, psikotropika, korupsi, kejahatan terhadap keamanan negara,
kejahatan hak asasi manusia yang berat, dan kejahatan transnasional terorganisasi
lainnya, selain syarat di atas, ada syarat tambahan, yaitu:2
a. bersedia bekerja sama dengan penegak hukum untuk membantu membongkar
perkara tindak pidana yang dilakukannya;
b. telah membayar lunas denda dan uang pengganti sesuai dengan putusan
pengadilan untuk Narapidana yang dipidana karena melakukan tindak pidana
korupsi; dan
c. telah mengikuti program deradikalisasi yang diselenggarakan oleh Lapas
dan/atau Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, serta menyatakan ikrar:
1. kesetiaan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia secara tertulis
bagi Narapidana Warga Negara Indonesia, atau

1
Pasal 34 ayat (2) dan (3) PP 99/2012 dan Pasal 5 Permenkumham 3/2018
2
Pasal 34A ayat (1) PP 99/2012 dan Pasal 8 – Pasal 11 Permenkumham 3/2018

11
2. tidak akan mengulangi perbuatan tindak pidana terorisme secara tertulis
bagi Narapidana Warga Negara Asing, yang dipidana karena melakukan
tindak pidana terorisme.
Prosedur Pemberian Remisi

1. Remisi Umum
Besarnya remisi umum adalah:
1) 1 (satu) bulan bagi narapidana dan anak pidana yang telah menjalani pidana
selama 6 (enam) sampai 12 (dua belas) bulan;
2) 2 (dua) bulan bagi narapidana dan anak pidana yang telah menjalani pidana
selama 12 (dua belas) bulan atau lebih.

Pemberian remisi umum dilaksanakan sebagai berikut:

a. Pada tahun pertama diberikan remisi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
b. Pada tahun kedua diberikan remisi 3 (tiga) bulan
c. Pada tahun ketiga diberikan remisi 4 (empat) bulan
d. Pada tahun keempat dan kelima masing-masing diberikan 5 (lima) bulan
e. Pada tahun keenam dan seterusnya diberikan remisi 6 (enam) bulan setiap
tahun.

Pemberian remisi umum dilaksanakan pada hari Proklamasi Kemerdekaan Republik


Indonesia tanggal 17 Agustus.

2. Remisi Khusus

Besarnya remisi khusus adalah:

1) 15 (lima belas) hari bagi narapidana dan anak pidana yang telah menjalani
pidana selama 6 (enam) sampai 12 (dua belas) bulan;
2) 1 (satu) bulan bagi narapidana dan anak pidana yang telah menjalani pidana
selama 12 (dua belas) bulan atau lebih.

Pemberian remisi khusus dilaksanakan sebagai berikut:

a. Pada tahun pertama diberikan remisi sebagaimana dimaksud dalam Keppres


No. 174 Tahun 1999 Tahun 1999 Pasal 4 ayat (1);
b. Pada tahun kedua dan ketiga masing-masing diberikan remisi 1 (satu) bulan;

12
c. Pada tahun keempat dan kelima masing-masing diberikan remisi 1 (satu) bulan
sampai 15 (lima belas) hari;
d. Pada tahun keenam dan seterusnya diberikan remisi 2 (dua) bulan setiap tahun.

Pemberian remisi khusus dilaksanakan pada:

a. Setiap hari raya Idul Fitri bagi narapidana dan anak pidana yang beragama
Islam;
b. Setiap hari Natal bagi narapidana dan anak pidana yang beragama Kristen;
c. Setiap hari raya Nyepi bagi narapidana dan anak pidana yang beragama Hindu;
d. Setiap hari raya Waisak bagi narapidana dan anak pidana yang beragama
Budha.

Apabila selama menjalani pidana, narapidana atau anak pidana pindah agama, maka
remisi diberikan kepadanya menurut agama yang dianut pada saat dilakukan
pendataan pertama kali.

3. Remisi Tambahan
Remisi yang diberikan apabila narapidana atau anak pidana yang bersangkutan
selama menjalani pidana, berbuat jasa kepada negara, melakukan perbuatan yang
bermanfaat bagi negara atau kemanusiaan, atau melakukan perbuatan yang
membantu kegiatan pembinaan di Lapas. Besarnya remisi tambahan adalah: 1/2
(satu per dua) dari remisi umum yang diperoleh pada tahun yang bersangkutan bagi
narapidana dan anak pidana yang berbuat jasa kepada negara atau melakukan
perbuatan yang bermanfaat bagi negara atau kemanusiaan; dan 1/3 (satu per tiga)
dari remisi umum yang diperoleh pada tahun yang bersangkutan bagi narapidana dan
anak pidana yang melakukan perbuatan yang membantu kegiatan pembinaan di
Lapas sebagai pemuka.

13
BAB III
PENUTUP
A. Penutup
Remisi merupakan salah satu sarana hukum yang penting dalam rangka
mewujudkan tujuan sistem pemasyarakatan.Maka pengertian remisi adalah
pengurangan masa pidana yang diberikan kepada narapidana yang memenuhi syarat
tertentu. Yang artinya setiap narapidana dan anak pidana yang menjalani pidana penjara
sementara dan pidana kurungan dapat diberikan remisi apablia yang bersangkutan
berkelakuan baik selama menjalani pidana. Jenis-Jenis Remisi terdiri dari 6 yaitu:
1. Remisi Umum
2. Remisi Khusus
3. Remisi Tambahan
4. Remisi Dawarsa
5. Remisi Kemanuasiaan
6. Remisi Susulan

Dasar hukum mengenai pemberian remisi diatur dalam Undang Undang Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan yaitu Narapidana Pasal 14 ayat
(1) satu. Secara umum remisi diatur didalam 7 peraturan perundang-undangan, yang
terdiri dari Keputusan Presiden, Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri, dan
Keputusan Menteri.

Pemberian Remisi sendiri diberikan oleh Menkumham berdasarkan Pasal 1 ayat


(2) Keppres No. 174 Tahun 1999 menegaskan bahwa Menteri dapat
mendelegasikannya kepada Kantor Wilayah. Penetapan pemberian remisi tersebut
dilaksanakan dengan keputusan Kepala Kantor Wilayah atas nama Menteri; sedangkan
pada Pasal 2 ayat (2) menegaskan bahwa, segera setelah mengeluarkan penetapan
tentang remisi, Kepala Kantor Wilayah wajib menyampaikan laporan tentang
penetapan pengurangan masa pidana kepada Menteri melalui Direktur Jenderal
Pemasyarakatan.

B. Saran
Kami dari kelompok 3 menyadari bahwa makalah ini terdapat banyak sekali kesalahan
dan jauh dari kesempurnaan, sehingga kami sangat mengharapkan kritik dan saran
tentang pembahasan makalah maupun sistematika penulisan makalah.

14
DAFTAR PUSTAKA

Enggarsasi, Umi dan Atet Sumanto (2015). Pemberian Remisi Terhadap Narapidana Di
Lembaga Pemasyarakatan. Jurnal PERSPEKTIF Volume XX No. 2 Tahun 2015 Edisi
Mei.

Priyanto, Dwija. (2009). Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara Di Indonesia. Bandung: Refika
Aditama.

Andi Hamzah. (1986). Kamus Hukum. Jakarta: Ghalia Indonesia. hal. 503.

Suhartini, A. (2017). Pemenuhan Hak Memperoleh Remisi Bagi Narapidana Tindak Pidana
Penyalahguanaan Narkotika. Skripsi: Fakultas Hukum Unhas.

Pramesti, tri Jata Ayu. 2018. Prosedur Pemberian Remisi. Hukumonline.com. Diakses tanggal
10 Mei 2021 Pukul 22.00.

15

Anda mungkin juga menyukai