Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah swt, Tuhan yang Allah berikan keluarga yang sehat dan cerdas padahal dia memberi
Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Hari ini, kita berkumpul di makan dari harta hasil yang haram. Hidup bahagia penuh canda tawa
majelis Jumat ini untuk bersama-sama beribadah dan merenungi padahal banyak orang yang dia zalimi. Kariernya terus menanjak
nikmat serta anugerah yang telah dikaruniakan kepada kita. padahal banyak hak orang yang diinjak-injak. Semakin tua semakin
makmur padahal berkubang dosa sepanjang umur.
Dalam Al-Qur’an Allah mengingatkan:
Allah melakukan pembiaran atas maksiat yang dia lakukan. “Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir menyangka, bahwa
Memberikan banyak kesenangan yang melalaikan hingga pada pemberian tangguh Kami kepada mereka adalah lebih baik bagi
saatnya Allah akan mencabut semua kesenangan sampai dia mereka. Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka
termangu dalam penyesalan yang terlambat. Hal ini juga terjadi pada hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka; dan bagi mereka
zaman dahulu, istidraj menimpa pada diri Fir’aun dan Qarun. azab yang menghinakan” (QS Ali-Imran: 178).
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Fir’aun diberikan kekuasaan tetapi tetap jumawa. Akhirnya Allah Istidraj bisa terjadi kepada siapa saja, baik orang awam maupun ahli
tenggelamkan ia karena kepongahannya. Ia menjadi manusia yang ibadah. Orang mukmin akan merasa takut dengan istidraj, yakni
sombong dan menentang bahkan mengaku sebagai Tuhan. Akhirnya ia kenikmatan semu yang sejatinya murka Allah SWT. Namun sebaliknya,
mati ditenggelamkan di dalam laut bersama pasukannya ketika orang-orang yang tidak beriman akan beranggapan bahwa kesenangan
mengejar Nabi Musa. yang mereka peroleh merupakan sesuatu yang layak didapatkan.
Qarun adalah salah satu orang yang hidup pada zaman Nabi Musa as. Biasanya, istidraj diberikan kepada orang-orang yang mati hatinya.
Awalnya ia adalah orang miskin yang tidak punya apa-apa. Kemudian Mereka adalah orang yang tidak merasa bersedih atas ketaatan yang
diajarkan kepadanya oleh Nabi Musa tentang cara mengelola emas. ditinggalkan dan tidak menyesal atas kemaksiatan yang terus
Dalam waktu singkat, ia pun menjadi kaya raya dengan mempunyai dilakukan.
banyak emas dan harta melimpah. Akan tetapi, lambat laun ia mulai
lupa kepada Allah. Secara psikologis, orang yang tertimpa istidraj, perilakunya sangat
terlena dengan semua yang ia punya, sehingga lupa bahwa semuanya
Qarun dengan kelalaiannya pun dibinasakan dengan ditelan bersama hanyalah titipan sementara. Dia lupa bersyukur atas nikmat yang
harta-hartanya. Makanya, kalau hari ini ada yang menemukan harta diberikan, begitu juga dia gemar melakukan kemaksiatan tanpa
tertimbun dalam tanah, orang-orang akan menyebutnya sebagai harta merasa berdosa.
karun, dengan dinisbatkan kepada harta Qarun yang ditelan bumi.
Sebagaimana firman Allah SWT:
Dan menganggap nikmat yang Allah Swt berikan merupakan sebuah “Takutlah pada perlakuan baik Allah kepadamu di tengah durhakamu
anugerah dan kebaikan untuknya. Ketika hal ini terjadi, maka akan yang terus-menerus terhadap-Nya. Karena, itu bisa jadi sebuah istidraj,
berakibat nantinya mendapatkan siksaan dari arah yang tidak disangka seperti firman-Nya, ‘Kami meng-istidraj-kan mereka dari jalan yang
-sangka. Maka dari itu, kita perlu meminta pertolongan kepada Allah mereka tak ketahui’.”
SWT dan juga mengasah keimanan agar terus meningkat sehingga
menyadari hakikat nikmat dan siksaan. Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan, bahwa ketika
seseorang mendapatkan kenikmatan, baik nikmat materi maupun non
Cara termudah untuk membedakan kesenangan yang datangnya dari materi, hendaklah ia bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh zat
kemurahan Allah dengan istidraj adalah ketakwaan. Jika orang pemberi nikmat, dan bukannya lupa kepada-Nya. Dan segera bersyukur
tersebut taat dalam beribadah, bisa jadi nikmat yang diterima adalah kepada-Nya, baik secara lisan, perbuatan maupun keyakinan dalam
kemurahan Allah. Begitupun sebaliknya, apabila orang tersebut lalai hati. Realisasi syukur itu bisa berupa semakin rajin beribadah,
dalam ibadah bisa jadi itu merupakan istidraj. bersedekah maupun perilaku-perilaku yang bermanfaat bagi orang lain.
Bagi siapa saja yang saat ini sedang diliputi kebahagiaan, sedang Begitu bahayanya istidraj, sampai-sampai Umar bin Khattab pernah
merasakan rezeki yang lancar, kenaikan jabatan atau pun kebahagiaan berdoa, “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu menjadi
lainnya, kiranya perlu mawas diri dan waspada karena bisa jadi saat ini mustadraj (orang yang ditarik dengan berangsur-angsur ke arah
dia sedang teridentifikasi mengalami istidraj. kebinasaan).”
Hal ini selaras dengan apa yang dikatakan oleh Syekh Ibnu Athaillah as
-Sakandari dalam al-Hikam, yakni:
Khutbah II