Anda di halaman 1dari 98

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN


CA PARU
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah KMB 1
Dosen pengampu : Ns kiki Rizki amelia., M.Kep

DI SUSUN OLEH :

Agni Munggaran Rachmawati C.0105.20.100


Anis Halimah C.0105.20.104
Iqbal Yunan Hasnan C.0105.20.124
Muhammad Ikhsan Rivaldi C.0105.20.078
Muhamad Susan Nursalam C.0105.20.133
Rivandy Firhan Milardy C.0105.20.142
Witrian Nurangga C.0105.20.154

STIKES BUDI LUHUR CIMAHI


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2020
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah,
Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi
pendidikan dalam profesi keguruan.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya
miliki
sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 15 Oktober 2020

Penyusun

ii
Daftar isi

Kata
Pengantar .........................................................................
..................................................ii
Daftar
isi................................................................................
................................................... iii
BAB
I .................................................................................
....................................................... iv
PENDAHULUAN .......................................................................
............................................. iv
A. Latar
Belakang ..........................................................................
................................. iv
B. Rumusan
masalah ...........................................................................
............................. v
C. Tujuan
Penulisan .........................................................................
................................ v
BAB
II.................................................................................
....................................................... 1
Tinjauan
Teori .............................................................................
............................................... 1
A. Definisi CA
paru ..............................................................................
........................... 1
B. Etiologi CA
paru ..............................................................................
........................... 1
C. Manifestasi Klinis CA
paru ..............................................................................
.......... 3
D. Klasifikasi CA
paru ..............................................................................
....................... 3
E. Patofisiologi CA
paru ..............................................................................
.................... 7
F. Pemeriksaan Diagnostik CA
paru ..............................................................................
... 10
G. penatalaksanaan Klinis CA
paru ..............................................................................
. 11
H. pengkajian
Keperawatan .......................................................................
.................... 13
I. Analisa
Data ..............................................................................
.................................... 15
J. Diagnosa
Keperawatan .......................................................................
.......................... 20
K. Perencanaan
Keperawatan........................................................................
................. 21
BAB
III ...............................................................................
..................................................... 29
TINJAUAN
KASUS .............................................................................
................................... 29
A.
Pengkajian ........................................................................
......................................... 29
C. Diagnosa
Keperawatan .......................................................................
....................... 32
D. Perencanaan
Keperawatan........................................................................
................. 33
BAB
IV ................................................................................
.................................................... 41
A.
PEMBAHASAN ........................................................................
................................... 41
BAB
V .................................................................................
.................................................... 43
PENUTUP............................................................................
.................................................... 43
A.
Kesimpulan.........................................................................
....................................... 43
B.
Saran .............................................................................
............................................. 43

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker paru atau CA Paru merupakan tumor ganas yang tumbuh dengan cara
yang tidak terkontrol di salah satu atau kedua paru-paru. Kanker paru sama
dengan
kanker seperti umumnya dimana penyebab pasti dari kanker belum diketahui, namun
ada beberapa faktor yang dicurigai sebagia faktor risiko terjadinya kanker paru.
Faktor tersebut adalah inhalasi zat karsinogen seperti : rokok, polusi udara,
dan zat
hasil industri tertentu seperti asbes, dan arsen. Inhalasi zat karsinogen yang
paling
banyak pada kanker paru adalah karena kebiasaan merokok, di mana di dalam rokok
terdapat kandungan “tar”, suatu persenyawaan hidrokarbon aromatik polisilik.
Kanker paru merupakan penyebab kematian tertinggi dari semua jenis
kanker.
Data yang dibuat WHO tahun 2015 menunjukan bahwa insiden kanker paru adalah
jenis penyakit keganasan yang menjadi penyebab kematian utama pada kelompok
kematian akibat keganasan, bukan hanya pada laki laki tetapi juga pada
perempuan.
The American Cancer Society tahun 2016 menyatakan, bahwa sekitar 1 dari 4
kematian karena kanker disebabkan oleh kanker paru baik pada pria maupun wanita.
Kejadian kanker paru 1,6 juta dari total 12,7 juta (13%) kasus kanker di dunia,
sedangkan angka kematiannya 1,4 juta dari total 7,6 juta (18%) kematian akibat
kanker. Data International Agency for Research on Cancer (IARC) menunjukan
terdapat sekitar 14,1 juta kasus baru kanker dan 8,2 juta kematian akibat kanker
di
dunia pada tahun 2012. Dari jumlah tersebut, kanker paru merupakan kanker yang
paling sering didiagnosa dengan jumlah kasus baru mencapai angka 1,8 juta kasus,
setara dengan hampir 13% kasus baru kanker di dunia.
Menurut Surveillance, Epidemilogy, End, Result (SEER) tahun 2017, kanker
paru merupakan penyakit kanker kedua dengan kasus baru sebesar 222,500 dan angka
kematian sebesar 155,870, dimana peringkat pertama adalah kanker payudara dengan
kasus baru sebesar 252,710 dan angka kematian sebesar 40,610. Insiden kanker
paru
terus meningkat di banyak negara, terutama di negara – negara berkembang.
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang mengalami insiden sebesar 11,6 %
dengan jumlah kasus baru sebesar 34.696 kasus.

iv
Data dari registrasi kanker Rumah Sakit Dharmis tahun 2003-2007
menunjukan bahwa kejadiaan kanker paru menduduki peringkat kedua dan
merupakan penyebab kematian terbanyak akibat keganasan pada pria.

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah dari kasus adalah,
bagaimana penatalaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan CA Paru

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui penatalaksanaan asuhan keperawatan pada pasien
dengan diagnosa CA Paru
2. Tujuan khusus
a) Menjelaskan definisi CA Paru
b) Menjelaskan etiologi CA Paru
c) Menjelaskan manifestasi klinis CA Paru
d) Menjelaskan klasifikasi CA Paru
e) Menjelaskan patofisiologi CA Paru
f) Menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien dengan CA Paru

v
BAB II

Tinjauan Teori

A. Definisi CA paru
Kanker paru adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan
yang berasal dari paru sendiri (primer). Dalam pengertian klinik yang dimaksud
dengan kanker paru primer adalah tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus
(karsinoma bronkus/bronchogenic carcinoma) (Kemenkes RI, 2017).

Kanker paru atau disebut karsinoma bronkogenik merupakan tumor ganas primer
sistem pernapasan bagian bawah yang bersifat epithelial dan berasal dari
mukospercabangan bronkus (Nurarif & Kusuma, 2015).

Kanker paru adalah keganasan yang berasal dari luar paru maupun yang berasal
dari paru sendiri (primer), dimana kelainan dapat disebabkan oleh kumpulan
perubahan genetika pada sel epitel saluran nafas yang dapat mengakibatkan
proliferasi sel yang tidak dapat dikendalikan. (Purba & Wibisono, 2015).

B. Etiologi CA paru
Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari kanker paru
belum diketahui, tapi merokok dan paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat
yang bersifat karsinogenik merupakan faktor resiko utama. Beberapa faktor risiko
penyebab terjadinya kanker paru adalah (Stopler, 2010):
1. Merokok

Merokok merupakan faktor yang berperan paling penting yaitu 85% dari
seluruh kasus. Kejadian kanker paru pada perokok dipengaruhi oleh usia mulai
merokok, jumlah batang rokok yang diisap setiap hari, lamanya kebiasaan
merokok, dan lamanya berhenti merokok
2. Perokok pasif

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pada orang-orang yang tidak


merokok, tetapi mengisap asap rokok dari orang lain, risiko menderita kanker
paru meningkat dua kali
1
3. Polusi udara

Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara, tetapi
pengaruhnya kecil bila dibandingkan dengan merokok. Kematian akibat
kanker paru jumlahnya dua kali lebih banyak di daerah perkotaan
dibandingkan dengan daerah pedesaan
4. Paparan zat karsinogen

Beberapa zat karsinogen seperti asbestos, uranium, radon, arsen, kromium,


nikel, polisiklik hidrokarbon, dan vinil klorida dapat menyebabkan kanker
paru. Risiko kanker paru di antara pekerja yang menangani asbes kira-kira
sepuluh kali lebih besar daripada masyarakat umum
5. Genetik

Terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru berisiko lebih
besar terkena penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik molekuler
memperlihatkan bahwa mutasi pada protoonkogen dan gen-gen penekan
tumor memiliki arti penting dalam timbul dan berkembangnya kanker paru

6. Penyakit paru

Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik juga
dapat menjadi risiko kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru obstruktif
kronik berisiko empat sampai enam kali lebih besar terkena kanker paru
7. Metastase dari organ lain

Kanker paru yang merupakan metastase dari organ lain adalah kanker paru
sekunder. Paru-paru menjadi tempat berakhirnya sel kanker yang ganas.
Meskipun stadium penyakitnya masih awal, seolah-olah pasien menderita
penyakit kanker paru stadium akhir. Di bagian organ paru, sel kanker terus
berkembang dan bisa mematikan sel imunologi. Artinya, sel kanker bersifat
imortal dan bisa menghancurkan sel yang sehat supaya tidak berfungsi. Paru-
paru itu adalah end organ bagi sel kanker atau tempat berakhirnya sel kanker,
yang sebelumnya dapat menyebar di aera payudara, ovarium, usus, dan lain-
lain.

2
C. Manifestasi Klinis CA paru

Manifestasi klinis Ca Paru sesuai dengan lokasinya

Adenokarsinoma Karsinoma Sel Karsinoma Sel


Karsinoma Sel
dan Skuamosa kecil besar
Bronkoalveolar
Tanda 1. Nafas dangkal 1. Batuk 1. SIADH 1.
Batuk
dan 2. Batuk 2. Dyspnea 2. Sindrom chusing
berkepanjangan
Gejala 3. Penurunan nafsu 3. Nyeri dada 3. Hiperkalsemia 2.
Nyeri dada saat
makan 4. Atelektasis 4. Batuk
menghirup
4. Trosseau 5. Pneumonia 5. Stridor 3.
Suara serak
syndrome postobstruktif 6. Nafas dangkal 4.
Sesak napas
6. Mengi 7. Sesak nafas
7. Hemoptisis 8. Anemia
8. Kelelahan
9. Penurunan berat
badan
Sumber: Tan, 2017

D. Klasifikasi CA paru

Ada dua jenis utama kanker paru di kategorikan berdasarkan ukuran serta
adanya sel ganas yang terlihat yaitu kanker paru karsinoma bukan sel
kecil/NSCLC (Non Small Cell Lung Cancer) dan kanker paru karsinoma sel
kecil/SCLC (Small Cell Lung Cancer). Beberapa jenis kanker paru adalah (Purba
& Wibisono, 2015):
1. Karsinoma sel skuamosa

Merupakan tipe histologik kanker paru yang paling sering ditemukan, berasal
dari permukaan epitel bronkus. Karsinoma sel skuamosa biasanya terletak
sentral di sekitar hilus dan menonjol ke dalam bronki besar. Diameter tumor
jarang melampaui beberapa sentimeter dan cenderung menyebar secara

3
langsung ke kelenjar getah bening, dinding dada, dan mediastinum.
2. Adenokarsinoma

Kebanyakan jenis tumor ini timbul di bagian perifer segmen bronkus dan
kadang-kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut lokal pada paru dan
fibrosis interstisial kronik. Lesi seringkali meluas ke pembuluh darah dan
limfe pada stadium dini dan sering bermetastasis jauh sebelum lesi primer
menyebabkan gejala-gejala. Karsinoma bronkoalveolus dimasukkan sebagai
subtipe adenokarsinoma dalam klasifikasi terbaru tumor paru dari WHO.
3. Karsinoma sel besar

Sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma
yang besar dan ukuran inti bermacam-macam. Sel-sel ini cenderung timbul
pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan
cepat ke tempat-tempat yang jauh.
4. Karsinoma sel kecil

Umumnya tampak sebagai massa abu-abu pucat yang terletak di sentral


dengan perluasan ke dalam parenkim paru dan keterlibatan dini kelenjar getah
bening hilus dan mediastinum. Gambaran lain pada karsinoma sel kecil, yang
paling jelas pada pemeriksaan sitologik adalah berlipatnya nukleus akibat
letak sel tumor dengan sedikit sitoplasma yang saling berdekatan.

4
Tabel 1.1 TNM Klasifikasi Kanker Paru Karsinoma Bukan Sel Kecil

Tumor Primer (T)


TX Tumor primer tidak dapat dinilai, atau tumor dibuktikan dengan
adanya sel-sel ganas dalam sputum atau bronkial tetapi tidak di
visualisasikan dengan bronkoskopi
T0 Tidak terdapat tumor primer
Tis Karsinoma in situ
T1 Tumor ≤ 3cm , di kelilingi oleh paru-paru atau pleura visceral,
tidak
ada bukti bronkoskopi invasi lebih proksimal dari bronkus lobus
(tidak dibronkus utama), penyebaran tumor dangkal di saluran udara
yang utama (terbatas pada dinding bronkus)
T1a Tumor ≤ 2cm dalam dimensi terbesar
T1b Tumor > 2cm tetapi ≤ 3cm dalam dimensi terbesar.
T2 Tumor > 3cm tetapi ≤ 7cm atau tumor dengan salah satu dari berikut
: Menyerang pleura visceral, Terutama melibatkan bronkus ≥ 2cm
distal karina, Terkait dengan atelektasis/pneumonitis obstruktif
memperluas ke daerah hilus tetapi tidak melibatkan seluruh paru-
paru
T2a Tumor > 3cm tetapi ≤ 5cm dalam dimensi terbesar
T2b Tumor > 5cm tetapi ≤ 7cm dalam dimensi terbesar
T3 Tumor > 7cm atau yang langsung menyerang salah satu dari berikut :
a) Dinding dada (termasuk tumor sulkus superior), diafragma, saraf
phrenikus, pleura mediastinal, atau parietal perikardium atau tumor

5
di bronkus utama < 2cm distal karina tetapi tanpa keterlibatan karina
Atau b) atelektasis terkait/pneumonitis obstruktif seluruh paru-paru
atau nodul
T4 tumor terpisah di lobus yang sama
Tumor dari berbagai ukuran yang menyerang salah satu dari berikut:
mediastinum, jantung, pembuluh darah besar, trakea, esofagus,
vertebral, atau karina; tonjolan kecil tumor terpisah dalam lobus
ipsilateral yang berbeda
Kelenjar getah bening (N)
NX Kelenjar getah bening tidak dapat di nilai
N0 Tidak ada metastasis
N1 Metastasis di peribronkial ipsilateral dan/atau kelenjar getah bening
hilus ipsilateral dan nodul intrapulmo, termasuk keterlibatan secara
Langsung
N2 Metastasis di mediastinum dan/atau subkranial kelenjar getah bening
Ipsilateral
N3 Metastasis di mediastinum kontralateral, hilus kontralateral,
ipsilateral atau kontralateral sisi tidak sama panjang, atau kelenjar
getah bening supraklavikula
Metastase (M)
M0 Tidak diketahui adanya metastasis jauh
M1 Metastasis jauh terdapat pada tempat tertentu misalnya otak
Sumber: Purba & Wibisono, 2015

Tabel 1.2 Stadium Kanker Paru berdasarkan TNM Klasifikasi

Stadium TNM
Stadium 0 Tx N0 M0
Stadium IA Tis N0 M0
Stadium IB T1 N0 M0
Stadium IIA T2 N0 M0
Stadium IIB T1 N1 M0

6
Stadium IIIA T2 N1 M0
Stadium IIIB T3 N0 M0 atau T3 N1 M0
Stadium 4 T berapapun N3 M0 atau T4 N berapapun M0

Sumber: Purba & Wibisono, 2015

E. Patofisiologi CA paru
Dari etiologi yang menyebabkan Ca paru ada 2 jenis yaitu primer dan
sekunder. Primer yaitu berasal dari merokok, asap pabrik, zat karsinogen, dll
dan
sekunder berasal dari metastase organ lain, Etiologi primer menyerang
percabangan segmen/sub bronkus menyebabkan cilia hilang. Fungsi dari cilia ini
adalah menggerakkan lendir yang akan menangkap kotoran kecil agar keluar dari
paru-paru. Jika silia hilang maka akan terjadi deskuamasi sehingga timbul
pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka akan
menimbulkan ulserasi bronkus dan menyebabkan metaplasia, hyperplasia dan
displasia yang selanjutnya akan menyebabkan Ca Paru. Ca paru ada beberapa
jenis yaitu karsinoma sel skuamosa, adenokarsinoma, karsinoma
sel
bronkoalveolar, dan karsinoma sel besar. Setiap lokasi memiliki tanda dan gejala
khas masing masing. Pada karsinoma sel skuamosa, karsinoma bronkus akan
menjadi berkembang sehingga batuk akan lebih sering terjadi yang akan
menimbulkan iritasi, ulserasi, dan pneumonia yang selanjutnya
akan
menimbulkan himoptosis. Pada adenokarsinoma akan
menyebabkan
meningkatnya produksi mukus yang dapat mengakibatkan penyumbatan jalan
nafas. Sedangkan pada karsinoma sel bronkoalveolar sel akan membesar dan
cepat sekali bermetastase sehingga menimbulkan obstruksi bronkus dengan
gejala dispnea ringan. Pada karsinoma sel besar akan terjadi penyebaran
neoplastik ke mediastinum sehingga timbul area pleuritik dan menyebabkan
nyeri kronis. Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan
adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke
struktur–struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus,
pericardium,
otak, tulang rangka (Nurarif & Kusuma, 2015).
7
Sedangkan pada Ca paru sekunder, paru-paru menjadi tempat berakhirnya sel
kanker yang ganas. Meskipun stadium penyakitnya masih awal, seolah-olah
pasien menderita penyakit kanker paru stadium akhir. Di bagian organ paru, sel
kanker terus berkembang dan bisa mematikan sel imunologi. Artinya, sel kanker
bersifat imortal dan bisa menghancurkan sel yang sehat supaya tidak berfungsi.
Paru-paru itu adalah end organ bagi sel kanker atau tempat berakhirnya sel
kanker, yang sebelumnya dapat menyebar di aera payudara, ovarium, usus, dan
lain-lain (Stopler, 2010)

8
Pathway

Predisposisi
Primer : Merokok (perokok Bronkus mengalami
Perubahan Deskuamasi
trauma oleh paparan zat
epitel silia Ulserasi bronkus
aktif dan pasif), polusi udara,
paparan zat karsinogen. karsinogen (rokok,
dan mukosa
paparan industri)

Lapisan epitel bronkus


Sekunder: Metastase dari organ lain
Ca Paru hiperplasi & metaplasi

abnormal

Adenokarsinoma
Carcinoma sel
Karsinoma sel skuamosa
kecil Carcinoma non sel kecil

Membesar/metastase di
produksi mucus >>
Karsinoma berkembang di
Karsinoma berkembang di
tengah parenkim paru
tengah bronkus dan Iritasi
pada jaringan paru perifer
menonjol ke dalam masa
Menyumbat jalan napas
tumor
Perubahan membran

alviolar Produksi cairan melebihi


Hiperplasia pada dinding Sesak
Ketidakefektifan kemampuan penyerapan
bronkus bersihan
jalan nafas
Nyeri
Dispnea

Penumpukan cairan
anoreksia

pada rongga pleura


Obstruksi jalan napas

Gangguan
anemia
pertukaran gas Ekspansi paru
Ketidakefektifan bersihan
Ketidakefektifan menurun
Ketidakseimbangan
nutrisi: pola napas Dispnea
jalan napas
Keletihan kurang dari
kebutuhan tubuh

(Sumber : Betz, C. L. & Sowden, 2002)

9
F. Pemeriksaan Diagnostik CA paru
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada kanker paru ini
adalah
pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium ditujukan untuk (Purba &
Wibisono, 2015):
a. menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru;

b. kerusakan pada paru dapat dinilai dengan pemeriksaan faal paru atau
pemeriksaan analisis gas;
c. menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru pada
organ-organ lainnya; dan
d. menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru pada
jaringan tubuh baik oleh karena tumor primernya maupun oleh karena
metastasis.
Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah (Purba &
Wibisono, 2015):
1. Radiologi

Pemeriksaan radiologi adalah pemeriksaan yang paling utama


dipergunakan untuk mendiagnosa kanker paru. Kanker paru memiliki
gambaran radiologi yang bervariasi. Pemeriksaan ini dilakukan untuk
menentukan keganasan tumor dengan melihat ukuran tumor, kelenjar getah
bening, dan metastasis ke organ lain.
2. Sitologi

Merupakan metode pemeriksaan kanker paru yang mempunyai nilai


diagnostik yang tinggi dengan komplikasi yang rendah. Pemeriksaan
dilakukan dengan mempelajari sel pada jaringan. Pemeriksaan sitologi
dapat
menunjukkan gambaran perubahan sel, baik pada stadium prakanker maupun
kanker. Pemeriksaan sputum adalah salah satu teknik pemeriksaan yang
dipakai untuk mendapatkan bahan sitologik.
3. Bronkoskopi

Setiap pasien yang dicurigai menderita tumor bronkus merupakan


indikasi untuk bronkoskopi. Dengan menggunakan bronkoskop fiber optik,
perubahan mikroskopik mukosa bronkus dapat dilihat berupa nodul atau
10
gumpalan daging. Bronkoskopi akan lebih mudah dilakukan pada tumor yang
letaknya di sentral. Tumor yang letaknya di perifer sulit dicapai oleh
ujung
bronkoskop.
4. Biopsi Transtorakal

Biopsi aspirasi jarum halus transtorakal banyak digunakan untuk


mendiagnosis tumor pada paru terutama yang terletak di perifer.
5. Torakoskopi

Torakoskopi adalah cara lain untuk mendapatkan bahan guna


pemeriksaan histopatologik untuk kanker paru. Torakoskopi
adalah
pemeriksaan dengan alat torakoskop yang ditusukkan dari kulit dada ke
dalam
rongga dada untuk melihat dan mengambil sebagian jaringan paru yang
tampak.

G. penatalaksanaan Klinis CA paru

Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun


2017,
manajemen penatalaksanaan pada penyakit kanker paru dibagi berdasarkan
klasifikasinya. Pada kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK),
terdiri dari berbagai jenis, antara lain adalah karsinoma sel skuamosa
(KSS),
adenokarsinoma, karsinoma bukan sel kecil (KBSK) penatalaksanaannya
tergantung pada stadium penyakit, tampilan umum penderita, komorbiditas,
tujuan
pengobatan, dan cost-effectiveness. Modalitas penanganan yang tersedia
adalah
bedah, radiasi, dan kemoterapi. Penatalaksanaan kanker paru karsinoma bukan
sel
kecil antara lain:
1. Bedah
Terapi utama utama untuk sebagian besar KPBSK, terutama stadium I-
II dan stadium IIIA yang masih dapat direseksi setelah kemoterapi
neoadjuvan.
Jenis pembedahan yang dapat dilakukan adalah lobektomi, segmentektomi
dan
reseksi sublobaris. Pasien dengan kardiovaskular atau kapasitas paru
yang
lebih rendah, pembedahan segmentektomi dan reseksi sublobaris paru
dilakukan.

11
2. Radioterapi
Radioterapi dalam tatalaksana kanker paru Bukan Sel Kecil (KPKBSK)
dapat berperan di semua stadium KPKBSK sebagai terapi kuratif definitif,
kuratif neoajuvan atau ajuvan maupun paliatif. Radioterapi dapat diberikan
pada stadium I yang menolak dilakukan operasi setelah evaluasi bedah thoraks
dan pada stadium lokal lanjut (Stadium II dan III) konkuren dengan
kemoterapi. Pada pasien Stadium IIIA resektabel, kemoterapi pre operasi dan
radiasi pasca operasi merupakan pilihan. Pada pasien Stadium IV, radioterapi
diberikan sebagai paliatif atau pencegahan gejala (nyeri, perdarahan,
obstruksi).
3. Kemoterapi
Kemoterapi dapat diberikan sebagai modalitas neoadjuvant pada stadium
dini, atau sebagai adjuvant pasca pembedahan. Terapi adjuvant dapat diberikan
pada KPKBSK stadium IIA, IIB dan IIIA. Pada KPKBSK stadium lanjut,
kemoterapi dapat diberikan dengan tujuan pengobatan jika tampilan umum
pasien baik. Kemoterapi adalah sebagai terapi paliatif pada pasien dengan
stadium lanjut.
Penatalaksanaan kanker paru karsinoma sel kecil (KPKSK) berbeda
dengan KPBSK, pasien dengan KPKSK, penatalaksanaan dilakukan
berdasarkan stadium, antara lain :
1. Stadium terbatas
Pilihan modalitas terapi pada stadium ini adalah kombinasi dari
kemoterapi berbasis-platinum dan terapi radiasi toraks. Kemoterapi dilakukan
paling banyak 4-6 siklus, dengan peningkatan toksisitas yang signifikan jika
diberikan lebih dari 6 siklus. Regimen terapi kombinasi yang memberikan
hasil paling baik adalah concurrent therapy, dengan terapi radiasi dimulai
dalam 30 hari setelah awal kemoterapi. Regimen kemoterapi yang tersedia
untuk stadium ini adalah EP, sisplatin/karboplatin dengan etoposid (pilihan
utama, sisplatin/karboplatin dengan irinotekan. Reseksi bedah dapat dilakukan
dengan kemoterapi adjuvant atau kombinasi kemoterapi dan radiasi terapi
adjuvant pada TNM stadium dini, dengan/tanpa pembesaran kelenjar getah
bening.

12
2. Stadium lanjut
Pilihan utama modalitas terapi stadium ini adalah kemoterapi
kombinasi.
Regimen kemoterapi yang dapat digunakan pada stadium ini adalah:
sisplatin/karboplatin dengan etoposid (pilihan utama),
atau
sisplatin/karboplatin dengan irinotekan. Pilihan lain adalah radiasi
paliatif pada
lesi primer dan lesi metastasis.

H. pengkajian Keperawatan
1. Identitas.
2. Riwayat Keperawatan.
a) Keluhan utama.
Pasien sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal,
diserai pernapasan
cuping hidung, serta sianosis sekitar hidung dan mulut. Nyeri, Kadang
disertai muntah
dan diare.atau diare, tinja berdarah dengan atau tanpa lendir,
anoreksia dan muntah.
b) Riwayat penyakit sekarang.
Batuk produktif, dahak bersifat mukoid atau purulen, atau batuh
darah; malaise;
anoreksia; sesak nafas; nyeri dada dapat bersifat lokal atau
pleuritik
c) Riwayat penyakit dahulu.
Penyakit yang pernah dialami:

1) Kaji apakah klien memiliki riwayat penyakit paru dan


penyakit
menular atau menurun lainnnya sebelumnya. Penyakit paru
seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik
juga
dapat menjadi risiko kanker paru. Seseorang dengan
penyakit
paru obstruktif kronik berisiko empat sampai enam kali
lebih
besar terkena kanker paru

2) Alergi : Kaji alergi klien terhadap makanan, obat,


plester, dan
lain-lain

3) Imunisasi : Kaji apakah klien mendapatkan imunisasi


lengkap
atau tidak

4) Kebiasaan/pola hidup/life style:

Kebiasaan yang sangat berkaitan denga Ca paru


adalah
kebiasaan merokok, menghirup asap rokok, zat karsinogen,
dan
13
polusi udara. Merokok merupakan faktor yang berperan paling
penting yaitu 85% dari seluruh kasus. Jika terjadi pada laki-
laki maka yang harus dikaji adalah:

usia mulai merokok, jumlah batang rokok yang diisap


setiap hari, lamanya kebiasaan merokok, dan lamanya berhenti
merokok. Jika terjadi pada wanita maka yang harus dikaji adalah
seberapa sering menghirup asap rokok atau terpapar zat lainnya
d) Riwayat kesehatan keluarga.
Mengkaji apakah terdapat riwayat keluarga sebelumnya yang mengidap Ca
paru, penyakit menular, atau menurun dengan anggota keluarga perokok.
e) Pemeriksaan persistem
a. Sistem kardiovaskuler.
Gejala : JVD (obstruksi vana kava).
Bunyi jantung : gesekan pericardial (menunjukkan efusi).
Takikardi/
disritmia..
b. Sistem pernapasan.
Gejala : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya dan atau
produksi sputum. Nafas pendek. Serak, paralysis pita suara. Riwayat
merokok
Tanda : Dispnea, meningkat dengan kerja. Peningkatan fremitus taktil
(menunjukkan konsolidasi). Krekels/ mengi pada inspirasi atau ekspirasi
(gangguan aliran udara), krekels/ mengi menetap; pentimpangan trakea (
area yang mengalami lesi). Hemoptisis..
d. Sistem eliminasi.
Gejala : Diare yang hilang timbul (karsinoma sel kecil).
Peningkatan
frekuensi/ jumlah urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid)

14
I. Analisa Data
Analisa data Etiologi
Diagnosa keperawatan
Gejala tanda mayor Karsinoma berkembang di tengah Nyeri b.d
Iritasi masa tumor pada bronkus dan
Ds : Klien mengeluh nyeri bronkus dan menonjol kedalam menonjol
kedalam d.d tampak meringis, frekuensi
Do : nadi
meningkat, pola napas berubah.
-tampak meringis Iritasi massa tumor
-frekuensi nadi meningkat
-gelisah Nyeri
Gejala tanda minor
Ds : -
Do :
-tekanan darah meningkat
-pola napas berubah
-nafsu makan berubah
Gejala tanda mayor Bersihan
jalan nafas tidak efektif b.d obstruktif jalan
Karsinoma berkembang di tengah
Ds : nafas d.d
batuk tidak efektif, sputum berlebih, mengi,
bronkus dan menonjol kedalam
Do : dispneu,
gelisah.
Batuk tidak efektif
Obstruktif jalan nafas
Tidak mampu batuk
Sputum berlebih
Bersihan jalan nafas tidak efektif
Mengi, wheezing atau ronkhi kering

15
Gejala tanda minor
Ds :
Dispneu
Sulit bicara
Ortopnea
Do :
Gelisah
Sianosis
Bunyi nafas menurun
Frekuensi nafas berubah
Pola nafas berubah
Gejala tanda mayor karsinoma berkembang pada jaringan
ketidakefektifan pola nafas b.d trauma thorax d.d
Ds : paru perifer
penggunaan otot bantu napas, ortopneu, pernapasan
Dispneu cuping
hidung, pernafasan pursed-lif.
Do: produksi cairan melebihi kemampuan
penyerapan
Penggunaan otot bantu pernafasan
Fase ekspirasi memanjang
penumpukan cairan pada rongga pleura
Pola nafas abnormal
Gejala tanda minor
ekspansi paru menurun
Ds :
Ortopneu
dispneu
Do :

16
Penafsan pursed-lif
Pernafasan cuping hidung
ketidak efektifan pola nafas
Ventilasi semenit menurun
Kapasitas vital menurun
Tekanan ekspirasi menurun
Tekanan inspirasi menurun
Gejala tanda mayor Carsinoma sel kecil Gangguan pertukaran gas
b.d perubahan membran
Ds : alveolus-kapiler d.d
dipsneu, PCO2 meningkat /
Dispneu Membesar/mestatase di tengah menurun, pusing,
gelisah.
Do : parenkim
PCO2 meningkat/ menurun
PO2 menurun Perubahan membran alviolar
Takikardia
pH arteri meningkat Dispneu
bunyi nafas tambahan
Gejala tanda minor Gangguan pertukaran gas
Ds :
Pusing
Penglihatan kabur
Do :
Sianosis diaforesis
Gelisah

17
Nafas cuping hidung
Pola nafas abnormal
Warna kulit abnormal
Kesadaran menurun

Gejala tanda mayor adeno karsinoma Defisit nutrisi


b.d kanker d.d berat badan menurun,
Ds : nafsu makan
menurun, bising usus hiperaktif.
Do : produksi mucus >
Berat badan menurun minimal 10 % di bawah
rentang ideal menyumbat jalan nafas
Gejala tanda minor
Ds :
sesak
Kram nyeri abdomen
Nafsu makan menurun
anoreksia
Cepat kenyang setelah makan
Do :
defisit nutrisi
Bising usus hiperaktif
Otot pengunyah lemah
Otot menelan lemah

18
Gejala tanda mayor Karsinoma berkembang di tengah
Intoleransi aktifitas b.d kelemahan d.d frekuensi
Ds : bronkus dan menonjol kedalam
jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat,
Mengeluh lelah
dipsneu saat/ seletah beraktifitas, lemah, tekanan
Do : Obstruktif jalan nafas
darah berubah >20% dari kodisi istirahat.
Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi
istirahat
Bersihan jalan nafas tidak efektif
Gejala tanda minor
Ds :
Anemia
Dispneu saat / setelah beraktifitas
Merasa tidak nyaman setelah beraktifitas
Keletihan
Merasa lemah
Do :
Intoleransi aktifitas
Tekanan darah berubah>20% dari kondisi
istirahat
Gambaran EKG menununjukan iskemia
sianosis

19
J. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri b.d Inflamasi/Iritasi masa tumor d.d tampak meringis, frekuensi nadi
meningkat, pola napas berubah.
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d obstruktif jalan nafas d.d batuk
tidak
efektif, sputum berlebih, mengi, dispneu, gelisah.
3. Ketidakefektifan pola nafas b.d trauma thorax d.d penggunaan otot bantu
napas, ortopneu, pernapasan cuping hidung, pernafasan pursed-lif.
4. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolus – kapiler d.d
dipsneu, PCO2 meningkat / menurun, pusing, gelisah.
5. Defisit nutrisi b.d kanker d.d berat badan menurun, nafsu makan menurun,
bising usus hiperaktif.
6. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan d.d frekuensi jantung meningkat >20%
dari
kondisi istirahat, dipsneu saat/ seletah beraktifitas, lemah, tekanan
darah
berubah >20% dari kodisi istirahat.

20
K. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa keperawatan Kriteria Hasil
Intervensi
Nyeri b.d Inflamasi/Iritasi masa tumor setelah di lakukan tindakan keperawatan
Manajemen nyeri
d.d tampak meringis, frekuensi nadi selama 3x24 jam tingkat nyeri menurun

Observasi :
meningkat, pola napas berubah. dengan kriteria hasil :
-identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,

intensitas nyeri

-identifikasi skala nyeri


Indikator Skor
-identifikasi respon nyeri non verbal
Keluhan nyeri berkurang 5
-identifikasi fakor yang memperberat dan memperingan
Pola nafas membaik 5
nyeri
Tekanan darah membaik 5
-identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
Nafsu makan membaik 5
-identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri

-identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup

-monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah

diberikan

-monitor efek samping penggunaan analgetik

Terapeutik :

-berikan terknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa

nyeri seperti aromaterapi, terapi musik, imajinasi terbimbing.

-kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri seperti

suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan.

-fasilitasi istirahat dan tidur

-pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemeliharaan

strategi meredakan nyeri

Edukasi :

-jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri

-jelaskan strategi meredakan nyeri

21
-
anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
-
anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
-
anjarkan teknk nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri

-
Kolaborasi :
-
kolaborasi pemberian analgetik jika perlu

Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d Setelah dilakukan intervensi selama
Latihan Batuk Efektif
3x24 jam, bersihan jalan napas
obstruktif jalan nafas d.d batuk tidak
meningkat dengan kriteria hasil :
Observasi :
efektif, sputum berlebih, mengi, -
identifikasi kemampuan batuk
Indikator Skor -
monitor adanya retensi sputum
dispneu, gelisah.
Batuk efektif meningkat 5 -
monitor tanda gejala infeksi saluran napas
Produksi sputum 5 -
monitor input output cairan.
menurun
Bunyi napas tambahan 5
Terapetik :
menurun -atur
posisi forlwer semi fowler
Dyspnea membaik 5 -
pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
Frekuensi nafas 5 -buang
sekret pada tempat sputum
membaik
Pola napas membaik 5
Edukasi :
-
jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
-
anjurkan Tarik nafas dalam melalui hidung hembuskan

melalui mulut. Anjurkan 3x


-
anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah Tarik napas
dalam
yang ketiga.

Kolaborasi :
-
kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran jika perlu

Manajemen Jalan Napas


22
Observasi :
-
monitor pola napas (frekuensi kedalaman, usaha napas)
-
monitor bunyi napas
-
monitor sputum

Teurapeutik :
-
pertahankan kepatenan jalan napas dengan head till dan chin

lift atau jawtrust


-
posisikan semi fowler atau fowler
-
berikan minum hangat
-
lakukan fisioterpi dada
-
laukan penghisapan lender kurang dari 15 detik
-
berikan oksigen jika perlu

Edukasi :
-
anjurkan asupan cairan 2000ml/jaro jika tida ada

kontraindikasi
-
ajarkan teknik batuk efektif

Kolaborasi ;
-
kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektora, mukolitik

jika perlu

Ketidakefektifan pola nafas b.d trauma setelah di lakukan tindakan keperawatan


Pemantauan Respirasi
thorax d.d penggunaan otot bantu selama 3x24 jam pola nafas membaik

Observasi :
napas, ortopneu, pernapasan cuping dengan kriteria hasil :
-
Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya nafas
hidung, pernafasan pursed-lif. Indikator Skor
-
Monitor kemampuan batuk efektif
Dispnea menurun 5 -
Monitor adanya sumbatan jalan nafas
Penggunaan otot bantu nafas 5 -
Monitor adanya produksi sputum

23
menurun -Monitor sasturasi O2
Dyspnea setelah aktifitas 5 -Monitor nilai AGD
menurun
pernapasan cuping hidung 5 Terapeutik :
menurun
Pernapasn pursed lip menurun 5 -Atur interval waktu pemantuan respirasi sesuai
kondisi
Frekuensi napas membaik 5 pasien
-Dokumentasikan hasil pemantauan

Edukasi :
-Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
-Informasikan hasil pemantauan

Manajemen jalan nafas:

Observasi :

-Monitor pola nafas


-Monitor bunyi nafas tambahan

Terapeutik:

-Pertahankan kepatenan jalan nafas head lift dan


chin lift
-Posisikan semi fowler atau fowler
-Berikan minum hangat
-Berikan O2

Edukasi :

-Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari jika tidak


ada kontra
indikasi
-Ajarkan tehnik batuk efektif

24
Kolaborasi :

-
Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspetoran, mukolitik
Gangguan pertukaran gas b.d Setelah dilakukan intervensi selama
Pemantauan Respirasi : Terapi Oksigen
3x24 jam, masalah gangguan pertukaran
perubahan membran alveolus – kapiler
gas meningkat dengan kriteria hasil :
Observasi :
d.d dipsneu, PCO2 meningkat / -
monitor kecepatan aliran oksigen
Indikator Skor -
monitor posisi alat terapi oksigen
menurun, pusing, gelisah.
Tingkat kesadaran 5 -
monitor aliran oksigen periodic dan pastikan fraksi yang
meningkat
diberikan cukup
Dyspnea menurun 5 -
monitor efektifitas terapi oksigen
Bunyi napas tambahan 5 -
monitor tanda-tanda hipoventilasi
menurun -
monitor tanda-tanda toksikasi oksigen dan atelektasis
PCO2 membaik 5 -
monitor intergritas mukosa hidung
PO2 membaik 5
Pola napas membaik 5
Terapetik :
-
bersihkan sekret pada mulut, hidung dan trakhea jika perlu
-
pertahankan kepatenan jalan nafas
-
siapkan dana tur peralatan pemberian oksigen
-
gunakan perangkat oksigen sesuai dengan tingkat mobilitas
pasien

Edukasi :
-
ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan oksigen di
rumah

Kolaborasi :
-
kolaborasi penentuan dosis oksigen
-
kolaborasi penggunaan oksigen saat aktifitas dan atau saat
tidur.

25
Manajemen Jalan Napas

Observasi :
-
monitor pola napas (frekuensi kedalaman, usaha napas)
-
monitor bunyi napas
-
monitor sputum

Teurapeutik :
-
pertahankan kepatenan jalan napas dengan head till dan chin
lift
atau jawtrust
-
posisikan semi fowler atau fowler
-
berikan minum hangat
-
lakukan fisioterpi dada
-laukan
penghisapan lender kurang dari 15 detik
-
berikan oksigen jika perlu

Edukasi
:
-
anjurkan asupan cairan 2000ml/jaro jika tida ada

kontraindikasi
-
ajarkan teknik batuk efektif

Kolaborasi ;
-
kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektora, mukolitik
jika
perlu

Defisit nutrisi b.d kanker d.d berat Setelah dilakukan intervensi selama
Manajemen Nutrisi
3x24 jam, status nutridi membaik
badan menurun, nafsu makan
dengan kriteria hasil :
Observasi :
menurun, bising usus hiperaktif. -
identifikasi status nutrisi
Indikator Skor -
identifikasi alergi dan intolerasi makanan
Porsi makan yang 5 -
identifikasi makanan yang disukai
dihabiskan meningkat -
identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
26
Frekuensi makan membaik 5 -identifikasi perlunya penggunaan NGT
Nafsu makan membaik 5 -monitor asupan makan
Barat badan membaik 5 -monitor berat badan
IMT ( Indeks Massa 5 -monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Tubuh) membaik
Terapeutik :
-lakukan oral hygiene sebelum makan jika perlu
-fasilitasi menentukan pedpman diet
-sajikan makanan secara menarik
-berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
-berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein
-berikan suplemen jika perlu

Edukasi :
-anjurkan posisi duduk jika mampu
-ajarkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi :
-kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori
dan jenis nutrien yang dibutuhkan

Promosi Berat Badan

Observasi :

-Observasi kemungkinan penyebab BB berkurang


-Monitor adanya mual dan muntah

Terapeutik :
-Sediakan makan yg tepat sesuai dengan kondisi
pasien

27
Edukasi :

-Jelaskan jenis makan yang bergizi tinggi


Intoleransi aktifitas b.d kelemahan d.d Setelah dilakukan intervensi selama
Manajemen Energi
3x24 jam, toleranasi aktivitas meningkat
frekuensi jantung meningkat >20%
dengan kriteria hasil :
Observasi :
dari kondisi istirahat, dipsneu saat/
-identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
Indikator Skor
kelelahan
seletah beraktifitas, lemah, tekanan
Keluhan lelah menurun 5
-monitor kelelahan fisik dan emosional
darah berubah >20% dari kodisi Dyspnea saat aktifitas 5
-monitor pola dan jam tidur
menurun
-monitor lokasi dan ketidanyamanan selama melakukan
istirahat.
Dyspnea setelah aktifitas 5
aktivitas
menurun
Saturasi oksigen 5
Teurapeurik :
meningkat
-sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
Tekanan darah membaik 5
-lakukan latihan rentang gerak aktif-pasif
Frekuensi napas membaik 5
-berikan aktifitas distraksi yang menenangkan

-fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidk dapat

berpindah atau berjalan

Edukasi :

-anjurkan tirah baring

-anjurkan melakukan aktifitas secara bertahap

-anjurkan menghubungi perawat jika tanda gejala kelelahan

tida berkurang

-ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan

Kolaborasi :

-kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan

asupan makanan.
28
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
1. Identitas
Seorang laki-laki berusia 69 tahun
2. Tanda- tanda Vital
Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah: 100/70 mmHg
Nadi : 88x/ menit
Suhu : 36,8℃
Respirasi 28x/ menit
3. Riwayat Kesehatan.
a) Keluhan utama.
Pasien mengeluh nyeri dada sebelah kanan setiap kali mengambil
nafas, nyeri dirasakan mejalar sampai ke perut sebelah kiri atas,
nyeri
dirasakan kurang lebih 3 bulan lalu memberat dalam beberapa
minggu.
b) Riwayat penyakit sekarang.
Pasien mengeluh nyeri dada , agak sesak, mual ada muntah ada,
sulit
makan,
c) Riwayat penyakit dahulu.
Penyakit yang pernah dialami:

5) Pasien belum pernah mengalami gejala serupa


sebelumnya, riwayat penyakit jantung dan paru-paru
disangkal.

6) Alergi : tidak terkaji.

7) Imunisasi : tidak terkaji

8) Kebiasaan/pola hidup/life style: tidak terkaji


d) Riwayat kesehatan keluarga.
Tidak ada annggota keluarga yang menderita gejala serupa.

29
e) Pemeriksaan persistem
a. Sistem kardiovaskuler.
Gejala : JVP meningkat 5+0, nadi
88x/menit, tekanan
darah 100/70 mmHg
Kesan X-ray Thorax COR : Cardiomegali
b. Sistem pernapasan.
Gejala : Sesak, respirasi rate 28x/ menit
Tanda : palpasi terdapat ketinggalan
gerak, vocal
fremitus kiri lebih teraba dari
pada yang kanan.
Perkusi : Redup pada regio pulmo dextra.
Auskultasi :SD Vesikuler menurun pada pulmo
dextra,
ronkhi kasar (+/+).
Hasil X-ray Thorax : Corakan Bronchovasikuler
bertambah,
tampak gambaran Opak
homogen
pada paracardial
dextra
Kesan : Gambaran Bronchitis, Curiga
Massa
Paracardial
Dextra (pada
Mediastinum)

d. Sistem eliminasi.
BAB dan BAK masih lancar.

B. Analisa Data

Analisa data Etiologi Diagnosa


keperawatan
Gelaja tanda mayor Karsinoma berkembang di Nyeri b.d
inflamasi d.d nyeri
Ds : tengah bronkus dan menonjol dada, pola nafas
berubah,
Pasien mengeluh nyeri kedalam nafsu makan
berkurang.
Do:-
Gejala tanda minor Iritasi masa tumor
Ds :-
Do :
Nyeri
Pola nafas berubah

30
Nafsu makan berubah
Gejala tanda mayor Karsinoma berkembang di Bersihan jalan
nafas tidak
Ds :- tengah bronkus dan menonjol efektif b.d obstruktif
jalan
Do : kedalam nafas d.d ronkhi
kasar, bunyi
Ronkhi kasar(+/+) nafas menurun,
frekuensi dan
Gejala tanda minor Obstruktif jalan nafas pola nafas berubah.
Ds :-
Do :
Bersihan jalan nafas tidak
Bunyi nafas menurun pada
efektif
pulmo dx
Frekuensi nafas berubah
28x/m
Pola nafas berubah
Gejala tanda mayor karsinoma berkembang pada ketidakefektifan
pola nafas
Ds : jaringan paru perifer b.d trauma
thorax d.d
Dispneu dispnea, takipnea.
Do: produksi cairan melebihi
kemampuan penyerapan
Pola nafas abnormal
(takipnea) 28x/menit
penumpukan cairan pada
Gejala tanda minor
rongga pleura
Ds :-
Do :-
ekspansi paru menurun

dispneu

ketidak efektifan pola nafas


Gejala tanda mayor Carsinoma sel kecil Gangguan pertukaran
gas b.d
Ds : perubahan
membran
Dispneu Membesar/mestatase di alveolus-kapiler
d.d dipsneu,
Do : tengah parenkim ronkhi, takipnea.
bunyi nafas tambahan ronkhi
kasar (+/+) Perubahan membran alviolar
Gejala tanda minor

31
Ds :- Dispneu
Do :
Pola nafas abnormal Gangguan pertukaran gas
(takipnea) 28x/menit
Gejala tanda mayor adeno karsinoma Defisit nutrisi
b.d kanker d.d
Ds :- nafsu makan
menurun.
Do :- produksi mucus >
Gejala tanda minor
Ds : menyumbat jalan nafas
Nafsu makan menurun
Do :-
sesak

anoreksia

defisit nutrisi

C. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri b.d inflamasi/ iritasi masa tumor d.d nyeri dada, pola nafas
berubah,
nafsu makan berkurang.
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d obstruktif jalan nafas d.d
ronkhi kasar,
bunyi nafas menurun, frekuensi dan pola nafas berubah.
3. Ketidakefektifan pola nafas b.d trauma thorax d.d dispnea, takipnea.
4. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolus-kapiler d.d
dipsneu, ronkhi, takipnea.
5. Defisit nutrisi b.d kanker d.d nafsu makan
menurun.

32
D. Perencanaan Keperawatan

Diagnosa keperawatan Kriteria Hasil


Intervensi
Nyeri b.d inflamasi d.d nyeri setelah di lakukan tindakan keperawatan selama
Manajemen nyeri
dada, pola nafas berubah, nafsu 3x24 jam tingkat nyeri menurun dengan kriteria

Observasi :
makan berkurang. hasil : -
identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,

kualitas, intensitas nyeri


Indikator Skor
-
identifikasi skala nyeri
Keluhan nyeri berkurang 5 -
identifikasi respon nyeri non verbal
Pola nafas membaik 5 -
identifikasi fakor yang memperberat dan memperingan
Tekanan darah membaik 5
nyeri
Nafsu makan membaik 5 -
identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
-
identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
-
identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
-
monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah

diberikan
-
monitor efek samping penggunaan analgetik

Terapeutik :
-
berikan terknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa

nyeri seperti aromaterapi, terapi musik, imajinasi

terbimbing.
-
kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri seperti

suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan.


-
fasilitasi istirahat dan tidur
-
pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam

pemeliharaan strategi meredakan nyeri

Edukasi :
-
jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
33
-jelaskan strategi meredakan nyeri

-anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

-anjurkan menggunakan analgetik secara tepat

-anjarkan teknk nonfarmakologis untuk mengurangi rasa

nyeri

-Kolaborasi :

-kolaborasi pemberian analgetik jika perlu

Bersihan jalan nafas tidak Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam,
Latihan Batuk Efektif
bersihan jalan napas meningkat dengan kriteria
efektif b.d obstruktif jalan nafas
hasil :
Observasi :
d.d ronkhi kasar, bunyi nafas
-identifikasi kemampuan batuk
Indikator Skor
-monitor adanya retensi sputum
menurun, frekuensi dan pola
Batuk efektif 5
-monitor tanda gejala infeksi saluran napas
nafas berubah. Produksi sputum menurun 5
-monitor input output cairan.
Bunyi napas tambahan menurun 5

Terapetik :

-atur posisi forlwer semi fowler

-pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien

-buang sekret pada tempat sputum

Edukasi :

-jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif

-anjurkan Tarik nafas dalam melalui hidung hembuskan

melalui mulut. Anjurkan 3x

-anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah Tarik napas

dalam yang ketiga.

Kolaborasi :

-kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran jika


perlu

34
Manajemen Jalan Napas

Observasi :
-
monitor pola napas (frekuensi kedalaman, usaha napas)
-
monitor bunyi napas
-
monitor sputum

Teurapeutik :
-
pertahankan kepatenan jalan napas dengan head till dan
chin
lift atau jawtrust
-
posisikan semi fowler atau fowler
-
berikan minum hangat
-
lakukan fisioterpi dada
-
laukan penghisapan lender kurang dari 15 detik
-
berikan oksigen jika perlu

Edukasi :
-
anjurkan asupan cairan 2000ml/jaro jika tida ada

kontraindikasi
-
ajarkan teknik batuk efektif

Kolaborasi ;
-
kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektora,

mukolitik jika perlu

Ketidakefektifan pola nafas b.d setelah di lakukan tindakan keperawatan selama


Pemantauan Respirasi
trauma thorax d.d dispnea, 3x24 jam pola nafas membaik

Observasi :
takipnea. dengan kriteria hasil :
-
Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya nafas
-
Monitor kemampuan batuk efektif

35
-Monitor adanya sumbatan jalan nafas
-Monitor adanya produksi sputum
Indikator Skor
-Monitor sasturasi O2
Dispnea menurun 5 -Monitor nilai AGD
Pola napas (takipnea) membaik 5
Frekuensi napas membaik 5 Terapeutik :

-Atur interval waktu pemantuan


respirasi sesuai kondisi
pasien
-Dokumentasikan hasil pemantauan

Edukasi :
-Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
-Informasikan hasil pemantauan

Manajemen jalan nafas:

Observasi :

-Monitor pola nafas


-Monitor bunyi nafas tambahan

Terapeutik:

-Pertahankan kepatenan jalan nafas head


lift dan chin lift
-Posisikan semi fowler atau fowler
-Berikan minum hangat
-Berikan O2

Edukasi :

-Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari


jika tidak ada

36
kontra
indikasi
-
Ajarkan tehnik batuk efektif

Kolaborasi :

-
Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspetoran,

mukolitik

Gangguan pertukaran gas b.d Setelah dilakukan tindakan selama 3x24 jam Pemantauan
Respirasi : Terapi Oksigen
perubahan membran alveolus- gangguan pertukaran gas meningkat dengan

Observasi :
kapiler d.d dispnea, ronkhi, kriteria hasil : -
monitor kecepatan aliran oksigen
-
monitor posisi alat terapi oksigen
takipnea. Indikator Skor
-
monitor aliran oksigen periodic dan pastikan fraksi yang
Dispnea menurun 5
diberikan cukup
Bunyi nafas tambahan (ronkhi) 5 -
monitor efektifitas terapi oksigen
menurun -
monitor tanda-tanda hipoventilasi
Pola nafas (takipnea) membaik 5 -
monitor tanda-tanda toksikasi oksigen dan atelektasis
-
monitor intergritas mukosa hidung

Terapetik :
-
bersihkan sekret pada mulut, hidung dan trakhea jika
perlu
-
pertahankan kepatenan jalan nafas
-
siapkan dana tur peralatan pemberian oksigen
-
gunakan perangkat oksigen sesuai dengan tingkat

mobilitas pasien

Edukasi :
-
ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan oksigen
di
rumah

37
Kolaborasi :
-kolaborasi penentuan dosis oksigen
-kolaborasi penggunaan oksigen saat aktifitas dan atau
saat tidur.

Manajemen Jalan Napas

Observasi :
-monitor pola napas (frekuensi kedalaman, usaha napas)
-monitor bunyi napas
-monitor sputum

Teurapeutik :
-pertahankan kepatenan jalan napas dengan head till dan
chin lift atau jawtrust
-posisikan semi fowler atau fowler
-berikan minum hangat
-lakukan fisioterpi dada
-laukan penghisapan lender kurang dari 15 detik
-berikan oksigen jika perlu

Edukasi :
-anjurkan asupan cairan 2000ml/jaro jika tida ada
kontraindikasi
-ajarkan teknik batuk efektif

Kolaborasi ;
-kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektora,
mukolitik jika perlu

38
Defisit nutrisi b.d kanker d.d setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
Manajemen Nutrisi
nafsu makan menurun. 3x24 jam status nutrisi membaik dengan kriteria

Observasi :
hasil : -
identifikasi status nutrisi
-
identifikasi alergi dan intolerasi makanan
Indikator Skor
-
identifikasi makanan yang disukai
Nafsu makan membaik 5 -
identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
Frekuensi makan membaik 5 -
identifikasi perlunya penggunaan NGT
-
monitor asupan makan
-
monitor berat badan
-
monitor hasil pemeriksaan laboratorium

Terapeutik :
-
lakukan oral hygiene sebelum makan jika perlu
-
fasilitasi menentukan pedpman diet
-
sajikan makanan secara menarik
-
berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
-
berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
-
berikan suplemen jika perlu

Edukasi :
-
anjurkan posisi duduk jika mampu
-
ajarkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi :
-
kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan

Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah

kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan

Promosi Berat Badan

Observasi :
39
-Observasi kemungkinan penyebab BB berkurang
-Monitor adanya mual dan muntah

Terapeutik :
-Sediakan makan yg tepat sesuai dengan kondisi pasien

Edukasi :
-Jelaskan jenis makan yang bergizi tinggi

40
BAB IV

A. PEMBAHASAN
Dari hasil peninjauan ditemunakan kesenjangan antara kasus dan
teoritis di
antaranya sebagai berikut:
Kasus teoritis
Keluhan utama : Nyeri, sesak nafas Keluhan utama : Pasien
sangat gelisah,
dispnea, pernapasan cepat dan
dangkal,
diserai pernapasan cuping hidung,
serta
sianosis sekitar hidung dan mulut.
Nyeri,
Kadang disertai muntah dan
diare.atau diare,
tinja berdarah dengan atau tanpa
lendir,
anoreksia dan muntah.
Riwayat kesehatan sekarang : nyeri Riwayat kesehatan sekarang : Batuk
menjalar sampai keperut sebelah kiri atas dan produktif, dahak bersifat mukoid
atau
nyeri saat menarik nafas. Nafas dirasakan purulen, atau batuh
darah; malaise;
agak sesak. anoreksia; sesak nafas; nyeri dada
dapat
bersifat lokal atau pleuritic

Riwayat kesehatan dahulu : Pasien belum Riwayat kesehatan dahulu : Kaji apakah
pernah mengalami gejala serupa sebelumnya, klien memiliki riwayat penyakit paru dan
riwayat penyakit jantung dan paru-paru penyakit menular atau menurun
lainnnya
disangkal. sebelumnya. Penyakit
paru seperti
tuberkulosis dan penyakit paru
obstruktif
kronik juga dapat menjadi risiko
kanker
paru. Seseorang dengan penyakit
paru
obstruktif kronik berisiko empat
sampai
enam kali lebih besar terkena
kanker paru
Riwayat kesehatan keluarga : Tidak ada Riwayat kesehatan keluarga : Mengkaji
annggota keluarga yang menderita gejala apakah terdapat riwayat keluarga sebelumnya
serupa. yang mengidap Ca paru, penyakit
menular,
atau menurun dengan anggota
keluarga
perokok

41
Pemeriksaan fisik
A.Sistem Pernafasan A.Sistem Pernafasan
Gejala : Sesak, respirasi rate 28x/ Gejala : Batuk ringan atau perubahan
pola
menit batuk dari biasanya dan atau
produksi
Tanda : sputum. Nafas pendek. Serak,
paralysis pita
palpasi terdapat ketinggalan gerak, vocal suara. Riwayat merokok
fremitus kiri lebih teraba dari pada yang Tanda : Dispnea, meningkat dengan kerja.
kanan. Peningkatan fremitus taktil
(menunjukkan
Perkusi : Redup pada regio pulmo konsolidasi). Krekels/ mengi pada inspirasi
dextra. atau ekspirasi (gangguan aliran
udara),
Auskultasi :SD Vesikuler menurun pada krekels/ mengi
menetap; pentimpangan
pulmo dextra, ronkhi kasar (+/+). trakea ( area yang
mengalami lesi).
Hasil X-ray Thorax : Corakan Hemoptisis
Bronchovasikuler bertambah, tampak
gambaran Opak homogen pada paracardial
dextra
Kesan : Gambaran Bronchitis, Curiga Massa
Paracardial Dextra (pada Mediastinum)

B. Sistem Kardiovaskuler B.Sistem Kardiovaskuler


Gejala : JVP meningkat 5+0, nadi Gejala : JVD (obstruksi vana
kava).
88x/menit, tekanan darah 100/70 mmHg Bunyi jantung :
gesekan pericardial
Kesan X-ray Thorax COR : Cardiomegali (menunjukkan efusi). Takikardi/
disritmia..

C. Sistem Eliminasi C. Sistem Eliminasi


BAB dan BAK masih lancar. Gejala : Diare
yang hilang timbul
(karsinoma sel kecil).
Peningkatan frekuensi/
jumlah urine (ketidakseimbangan
hormonal,
tumor epidermoid)

42
BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan

Kanker paru adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan


yang berasal dari paru sendiri (primer). Ada dua jenis utama kanker paru di
kategorikan berdasarkan ukuran serta adanya sel ganas yang terlihat yaitu kanker
paru
karsinoma bukan sel kecil/NSCLC (Non Small Cell Lung Cancer) dan kanker paru
karsinoma sel kecil/SCLC (Small Cell Lung Cancer
Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari kanker paru
belum diketahui, tapi merokok dan paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat
yang bersifat karsinogenik merupakan faktor resiko utama Dari etiologi yang
menyebabkan Ca paru ada 2 jenis yaitu primer dan sekunder. Primer yaitu berasal
dari
merokok, asap pabrik, zat karsinogen, dll dan sekunder berasal dari metastase
organ
lain

B. Saran

Untuk mencegah terjadinya Ca paru sebaiknya kita lebih menjaga pola


hidup
kita, di mulai dari makanan serta menghindari segala sesuatu yang merupakan
faktor
penyebab terjadinya Ca paru, misalnya merokok, dan perbanyak olahraga di waktu
luang.

43
DAFTAR PUSTAKA

Aribimes,2018, Analisis Ketahanan Hidup Pasien Kanker Paru Di Rsup Dr. M. Djamil
Kota Padang http://scholar.unand.ac.id/39657/1/BAB%201%20Pendahuluan
(Diakses pada 15 oktober 2020)

Guyton A.C. and J.E. Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta:
EGC

Keliat, Budi Anna., et all. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-
2017.
Edisi 10. Jakarta: EGC

Kemenkes RI. 2017. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Kanker Paru.


http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PNPKParu.pdf (Diakses pada 15 Januari
2018)

Purba, Ardina Filindri & Wibisono. 2015 Pola Klinis Kanker Paru di RSUP dr. Kariadi
Semarang Periode Juli 2013- Juli
2014.
http://eprints.undip.ac.id/46681/3/BAB_II_HASIL_KTI.pdf (Diakses pada 15
Januari 2018)

Stoppler, M.C. 2010. Kanker Paru. http://www.emedicinehealth/ (Diakses pada 11


oktober 2020)

Syafrullah, Sarah Carolin. 2015. Pengaruh Olahraga Renang terhadap Kapasitas Vital
Paksa dan Volume Ekspirasi Paksa Satu Detik pada Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas
Lampung.
http://digilib.unila.ac.id/20701/14/BAB%20II.pdf (Diakses pada 9 oktober
2020)

Syaifuddin. 2011. Anatomi Fisiologi: Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk


Keperawatan dan Kebidanan Edisi 4. Jakarta: EGC

Syaifuddin. 2011. Anatomi Fisiologi: Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk


Keperawatan dan Kebidanan Edisi 4. Jakarta: EGC
Tan, Winston W. 2017. Non-Small Cell Lung Cancer Clinical Presentation
https://emedicine.medscape.com/article/279960-clinical. (Diakses pada 9
oktober
2020)

Tim pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar diagnosis keperawatan indonesia definisi dan
indikator diagnostik. Jakarta: Dewan pengurus PPNI
Lampiran 1

HUBUNGAN RIWAYAT MEROKOK DENGAN STADIUM CA PARU


Herlina1, Siti Rahmalia HD2, Yulia Irvani
Dewi3

Email: herlinausman79@gmail.com
082172345179

Abstract

The purpose of this study was to determine the cigarette history with lung cancer
stadium. The research method is descriptive
correlation. The study was conducted in Arifin Achmad Pekanbaru hospital with a
sample of 33 patient. The sampling method
is purposive sampling. Data collection tool in this study is a questionnaire with 4
question and observation sheet result from
read CT Scan. An analysis is univariat and bivariate analysis using chi-square
test. The result showed that there is a relationship
between cigarette history with lung cancer stadium with p value ( 0,035) < α (0,05)
in Arifin Achmad Pekanbaru hospital in
Arifin Achmad Pekanbaru hospital. This study is suggested to the health worker to
give education for society about cigarette
danger for the happening of cancer lung and result of this research also expected
upon which the reference program of study of
science and also relevant institute.

Keywords : Lung Ca, smoking history, stage

PENDAHULUAN
Merokok adalah kebiasaan yang dilakukan Jumlah
perokok meningkat 2,1% pertahun
setiap hari oleh masyarakat Indonesia, baik oleh dinegara
berkembang, sedangkan angka ini
kaum laki-laki dan tidak menutup kemungkinan menurun sekitar
1,1% pertahun dinegara maju.
kaum perempuan. Orang merokok sangat mudah Indonesia
sendiri menduduki peringkat ke 3
kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam hal
mengkomsumsi rokok yaitu 65 juta
ditempat- tempat umum, di dalam rumah, bahkan perokok atau
28% penduduk (225 miliar batang
ditempat yang seharusnya bebas dari asap rokok pertahun),
sedangkan urutan pertama diduduki
seperti rumah sakit, puskesmas dan fasilitas oleh Cina
dengan 390 juta perokok atau 29% per
kesehatan yang lainnya. Keadaan ini penduduk, yang
kedua oleh india dengan 144 juta
menungkapkan bahwa kurangnya kesadaran oleh atau 12,5%
penduduk (WHO, 2008).
masyarakat tentang bahaya dari asap rokok baik Menurut
WHO (2008) 80% perokok di
untuk diri sendiri maupun untuk orang lain yang dunia tinggal
di negara-negara berkembang
ada disekitarnya (Ratmatika, 2010). Kesadaran seperti di
Indonesia terdapat lebih dari 50 juta
masyarakat yang kurang akan bahaya salah orang yang
membelanjakan uangnya secara rutin
satunya akibat kurang pengetahuan dan kemauan untuk rokok.
Berbagai penelitian telah
untuk mencari informasi tentang bahaya dari membuktikan
bahwa kebiasaan merokok akan
merokok. Kebiasaan merokok di zaman sekarang menurunkan
kemampuan ekonomi keluarga
ini bukan hanya melanda orang dewasa, tetapi miskin yang
terdapat dinegara berkembang.
dilihat juga anak-anak di bawah umur sudah Hasil
survei Global Adult Tobacco Survey
mengkomsumsi rokok. Semua ini dapat dewasa (GATS)
2011 prevalensi merokok di
dikendalikan bila semua orang tahu tentang Indonesia tahun
2010 adalah 29,2% dari seluruh
penyakit yang akan terjadi bila mengkomsumsi penduduk yaitu
50,2 juta orang perhari, dimana
rokok (Depkes RI, 2010). laki-laki 56,7
juta orang dan perempuan 1,6 juta
Penyakit yang berkaitan dengan tembakau orang. Merokok
banyak dilakukan oleh
sering menyerang pada usia setengah baya yang masyarakat desa
(37,7%) di bandingkan
mempunyai riwayat merokok mulai usia muda masyarakat kota
(31,9%).
atau remaja. Merokok sangat berpengaruh besar Ca paru
merupakan penyebab kematian
terhadap kesehatan perokok dan orang yang ada tertinggi
didunia dengan prognosis sering kali
disekitar lingkungannya. Menurut laporan dari buruk, kanker
paru biasanya tidak dapat diobati
Mortality From Smoking in developer countries dan penyembuhan
hanya mungkin dilakukan
bahwa merokok dapat menyebabkan kehilangan dengan jalan
pembedahan, dimana sekitar 13%
rata- rata 20 tahun harapan hidup normal dan dari klien yang
menjalani pembedahan mampu
memiliki resiko kematian tiga kali lebih besar dari bertahan selama
5 tahun. Metastasis penyakit
mereka yang bukan merokok untuk semua usia biasanya muncul
dan hanya 16% klien yang
(Monique, 2004). penyebaran
penyakitnya dapat dilokalisasi pada
saat diagnosis.
Sering kali ditemukan sudah
metastase, penatalaksanaan Ca paru hanya berupa TUJUAN PENELITIAN
tindakan paliatif (mengatasi gejala) dibandingkan Mengetahui hubungan
antara riwayat
kuratif (penyembuhan) (Soemantri, 2009). merokok dengan stadium Ca paru
pada pasien
Para perokok memiliki resiko yang lebih yang dirawat di RSUD Arifin
Achmad Pekanbaru.
tinggi dibandingkan mereka yang tidak merokok
dari penyakit kanker, Ca paru menjadi yang METODE
paling umum dan salah satu jenis yang paling Desain Penelitian:
Desain penelitian yang
berbahaya. Merokok menyumbang 90% digunakan adalah deskriptif
korelasi, yaitu suatu
kematian akibat penyakit paru-paru di seluruh studi yang mengkaji suatu
hubungan antara dua
dunia. Hal ini akan memakan waktu 10 tahun, variabel atau lebih (Wood &
Haber, 2006).
namun jika berhenti, resiko kematian akibat Pendekatan yang digunakan
dalam penelitian
kanker paru-paru akan turun 50% dibandingkan deskriptif korelasi ini adalah
cross section study
mereka yang merokok. 10 tahun setelah berhenti yaitu studi yang menguji data
pada satu waktu,
merokok, resiko kanker mulut, tenggorokan, data dikumpulkan hanya pada
satu kesempatan
kerongkongan, kandung kemih, ginjal dan dengan subjek yang sama yaitu
untuk mengetahui
pankreas juga akan menurun KSR PMI (2003). hubungan riwayat merokok
dengan stadium Ca
Mayoritas penyakit Ca paru disebabkan paru.
oleh karsinogen dan promotor tumor yang masuk Sampel: Sampel yang
digunakan sebanyak
kedalam tubuh melalui kebiasaan merokok. 33 orang responden yang
diambil dengan teknik
Secara keseluruhan, resiko relatif terjadinya purposive sampling (judmegent
sampling) yaitu
kanker paru meningkat sekitar 13 kali lipat oleh suatu teknik penetapan sampel
dengan cara
kebiasaan merokok yang aktif dan sekitar 1,5 kali memilih sampel diantara
populasi dengan kriteria
lipat oleh pajanan pasif dalam waktu yang lama Penderita didiagnosa dengan Ca
paru di ruang
(Soemantri, 2009). rawat Nuri 2 di RSUD Arifin
Achmad, mempunyai
Hasil Mizwar (2011) yang berjudul “ riwayat merokok, bersedia
menjadi responden
Gambaran Pengetahuan Perokok tentang Ca paru (pasien atau keluarga), berada
ditempat sewaktu
di UNRI ” diketahui bahwa sebagian besar dari penelitian.
perokok mempunyai pengetahuan yang rendah Instrumen: Intrument
penelitian atau
tentang Ca paru sekitar 66,1% dari 59 responden pengumpulan data berupa
kuesioner yang
dan yang berpengetahuan tinggi dan sedang ada mengacu pada kerangka konsep
yang digunakan
33,9%, penelitian yang dilakukan Margaretha untuk mengukur hubungan
riwayat merokok
(2009) di Rumah Sakit Kepolisian Pusat Sukanto dengan stadium Ca paru.
Stadium dari Ca paru di
dengan 59 responden yang berjudul “Hubungan lihat dari bacaan hasil CT
Scan dari pasien Ca paru.
Praktek Merokok Dengan Kejadian Ca paru”. Prosedur: Tahapan awal
dengan meminta
Hasil penelitian menunjukan terdapat hubungan izin penelitian pada rumah
sakit yang dituju
yg bermakna antara status merokok (p sebagai tempat penelitian.
Selanjutnya melakukan
value=0,000 odd ratio 11,7), lama merokok (p penelitian dengan mencari
responden yang
value=0,007 odd ratio 18), jumlah rokok yang di memenuhi kriteria inklusi.
hisap ( P value= 0,037 odd ratio 10) dengan
kejadian Ca paru.
Secara statistik menujukkan adanya
hubungan antara perokok berat dengan
timbulnya Ca paru. Tiga penelitian prospektif
dengan melibatkan hampir 200.000 pria berusia
50-69 tahun yang di teliti selama 44 bulan
menyimpulkan bahwa angka kematian akibat Ca
paru per 100.000 orang adalah 3,4 diantara pria
yang tidak merokok 59,3 di antara mereka yang
merokok 10-20 batang sehari, dan 217,3 diantara
mereka yang merokok 40 batang atau lebih dalam
sehari (Muttaqin, 2008).
batang/hari
HASIL PENELITIAN - 20 s/d 30
Analisa Univariat
8 28,2%

batang/hari
Tabel 1
Total
33 100%
Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur,
Berdasarkan
tabel 2 diketahui bahwa data
jenis kelamin, status pendidikan, dan pekerjaan
dari 33 responden
diruangan Nuri II RSUD Arifin
No Karakteristik Frekuensi Persentase (%) Achmad Pekanbaru yang
diteliti, karakteristik
No Karakteristik
Frekuensi Persentase
2. Jenis Kelamin 28 84,8%
(%)
- Laki-laki 5 15,2% 1. Umur
Total 33 100% - Dewasa awal
6 18,2%
3. Pendidikan (21-40 tahun)
- SD 15 45,5% - Dewasa tengah
18 72,3%
- SMP 10 30,3% (41-60 tahun)
- SMA 8 28,2% - Dewasa akhir
9 27,3%
- Perguruan 0 0% (>65 tahun)
Tinggi Total
33 100%

Total 33 100% responden berdasarkan


lama merokok yang
4. Pekerjaan terbanyak adalah lebih
dari 20 tahun yang
- Tidak bekerja/ 7 21,1% berjumlah 16 responden
(48.5%), karateristik
IRT
- Swasta 18 54,5%
responden berdasarkan
jenis rokok yang
- Pegawai Negeri 0 0% terbanyak adalah filter
yang berjumlah 26
- Pedagang 0 0% responden (78.8%) dan
karakteristik responden
- Petani 8 24,2% berdasarkan jumlah rokok
yang terbanyak adalah
Total 33 100%
20 s/d 30 batang perhari
yang berjumlah 22
responden (66,7%).
Berdasarkan tabel 1 diketahui data bahwa
dari 33 responden diruangan Nuri II RSUD Arifin Tabel 3
Achmad Pekanbaru yang diteliti, umur responden Distribusi frekuensi
responden menurut kriteria
terbanyak yaitu umur dewasa tengah perokok
(41-60 tahun) yang berjumlah 18 responden No. Jumlah Kriteria
Frekuensi Persentase
(72,3%), berdasarkan jenis kelamin responden Perokok
(%)
yang terbanyak yaitu laki-laki berjumlah 28 1. Perokok Ringan
13 39,4%
responden (84,8%) dan perempuan berjumlah 5 (0-200)
2. Perokok Berat
20 60,6%
responden (15,2%), karakteristik responden

berdasarkan status pendidikan yang terbanyak 3. Jumlah Merokok


adalah tingkat pendidikan SD yang berjumlah 15 Perhari
- 1 s/d 10
batang/hari 15 45,5%
responden (45.5%) dan karakteristik responden - 10 s/d 20
10 30,3%
berdasarkan status pekerjaan yang terbanyak
adalah swasta yang berjumlah 18 responden
(54.5%).

Tabel 2
Distribusi frekuensi responden berdasarkan lama
merokok, jenis rokok, dan jumlah rokok
No. Karakteristik Frekuensi Persentase
1. Lama Merokok
- < 10 tahun 11 33,3%
- 10 s/d 20 tahun 6 18,2%
- > 20 tahun 16 48,5%
Total 33 100%
2. Jenis Rokok
- Non Filter 7 21,2%
- Filter 26 78,8%
Total 33 100%
(>200)
Total 33 100%
Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa data
dari 33 responden diruangan Nuri II RSUD
Arifin Achmad Pekanbaru yang diteliti,
karateristik responden berdasarkan kriteria
perokok yang terbanyak adalah perokok berat (>
200) yang berjumlah 20 responden (60,6%) dan
yang paling sedikit adalah perokok ringan (0-
200) yang berjumlah 13 responden ( 39,4%).

Tabel 4
Distribusi frekuensi responden menurut stadium
No. Stadium Frekuensi Persentase (%)
1. 1 (I,II) 8 24,2%
2. 2 (III, IV) 25 75,8%
Total 33 100%
Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa data
dari 33 responden diruangan Nuri II RSUD
Arifin Achmad Pekanbaru yang diteliti,
karateristik responden berdasarkan stadium Ca
paru yang terbanyak adalah stadium III dan IV
yang berjumlah 25 (75,8%) orang dan yang
sedikit
adalah stadium I dan II yang berjumlah 8 (24,2 oleh kebanyakan laki- laki
digaruhi faktor
%) orang. psikologi meliputi
rangsangan sosial melalui
mulut, ritual masyarakat,
menunjukan kejantanan,
Analisa Bivariat mengalihkan diri dari
kecemasan dan
Tabel 5 kebanggaan diri. Selain
faktor psikologi juga
dipengaruhi oleh faktor
fisiologi yaitu adiksi
tubuh terhadap bahan yang
dikandung rokok
seperti nikotin atau disebut
juga kecanduan
nikotin (Firdaus, 2010).
Sedangkan
karakteristik responden
berdasarkan pendidikan
adalah SD yaitu
sebanyak 15 orang (45,5%).
Sehingga pada saat
penelitian, peneliti selalu
memberikan penjelasan
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa tentang pertanyaan dan
pernyataan yang
dari 33 responden terdapat 13 (39,4%) responden diberikan kepada setiap
responden, terutama
dengan kriteria perokok ringan, responden tersebut responden dengan pendidikan
SD. Pendidikan
diantaranya menderita Ca paru stadium I dan II merupakan hal yang penting
dalam rangka
sebanyak 6 responden (18,1%) dan yang menderita memberi bantuan pengembangan
individu
Ca paru stadium III dan IV sebanyak 7 responden seutuhnya, agar dapat
mengembangkan potensi
(21,2%). Pada perokok dengan kriteria berat yang ada pada dirinya
semaksimal mungkin.
sebanyak 20 responden (60,6%), dari 20 Rendahnya tingkat pendidikan
seseorang akan
responden tersebut terdapat 2 responden (6,1%) menyulitkan seseorang untuk
memahami masalah
menderita Ca paru stadium I dan II dan 18 yang terjadi. Sebaiknya,
dengan pendidikan yang
responden (54,5%) menderita Ca paru stadium III relatif tinggi akan
memberikan kemudahan dalam
dan IV. pemahaman dan memudahkan
dalam menerima
Berdasarkan hasil uji statistic Fisher’s ilmu yang didapat
(Notoatmodjo, 2005).
exact Chi Square didapatkan nilai p sebesar 0,035, Karakteristik
pekerjaan responden yang
maka dapat dinyatakan bahwa p value < 0,05, terbanyak adalah pekerjaan
swasta yaitu sebanyak
sehingga dapat di simpukan bahwa ada hubungan 18 orang ( 54,5%). Sebuah
laporan yang diliris oleh
antara riwayat merokok dengan stadium Ca paru pusat Pengendalian dan
Pencegahan AS (Central
diruangan Nuri II RSUD Arifin Achmad, hasil for Disease Control)
menyatakan bahwa ada jenis
analisa diperoleh nilai OR= 7,714, artinya pekerjaan tertentu yang
memicu seseorang
perokok kriteria berat mempunyai peluang 7,714 menjadi perokok, sebagian
besar adalah pekerjaan
kali untuk menderita Ca paru stadium lanjut swasta. CDC mengungkapkan
diperlukan adanya
dibandingkan perokok kriteria ringan. intervensi yang efektif untuk
mengurangi tingkat
perokok diperusahaan seperti
cakupan asuransi
PEMBAHASAN kesehatan serta kebijakan
untuk tempat kerja bebas
1. Berdasarkan karakteristik responden rokok harus diperkuat,
terutama tempat dengan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 33 jumlah peroko tinggi
(Bararah, 2014).
orang responden di dapatkan gambaran
karakteristik umur responden sebagian besar 2. Berdasarkan kriteria
merokok
berada pada masa dewasa tengah (41-60 tahun) Berdasarkan hasil
penelitian yang
yaitu 18 (72,3%) orang. Menurut penelitian dilaksanakan, dapat dilihat
bahwa dari 33
Aisah, dkk (2011) yang dilakukan di RSUD Ulin responden, 13 orang (39,4%)
mempunyai kriteria
Banjarmasin penderita Ca paru kebanyakan perokok ringan dan sisanya
sebanyak 20 orang
berumur 41-60 tahun. Faktor umur sangat (60,6%) responden yang
mempunyai kriteria
mempengaruhi terjadinnya Ca paru. Peningkatan perokok berat.
umur menyebabkan penurunan imunitas, Data di atas
menunjukan bahwa responden
penurunan pebaikan DNA dan menyebabkan kebanyakan mempunyai riwayat
merokok ringan
hilangnya regulasi sel yang memfasilitasi 13 (39,4%) orang. Menurut
analisa penelitian, data
terjadinya karsinogensis dalam tubuh. tersebut tidak sesuai dengan
keadaan pasien pada
Karateristik jenis kelamin responden yang waktu diteliti. Pasien yang
datang
terbanyak adalah laki- laki yaitu 28 (84,8%)
orang. Rata- rata merokok dilakukan
kebanyakan sudah menderita Ca paru dengan tersebut diantaranya
menderita Ca paru stadium I
stadium lanjut dan keadaan umum sudah menurun dan II sebanyak 6 responden
(18,1%) 7 dan
ditambah keluhan- keluhan lain. Hal ini mungkin menderita Ca paru stadium
III dan IV sebanyak
disebabkan oleh riwayat merokok pasien yang 7 responden (21,2%). Pada
perokok dengan
sudah lama. Hasil dari pemeriksaan fisik yang kriteria berat sebanyak 20
responden (60,6%),
dilakukan oleh peneliti secara inspeksi didapatkan dari 20 responden tersebut
terdapat 2 responden
kulit jari telunjuk dan jari tengah pasien (6,1%) menderita Ca paru
stadium I dan II dan
kebanyakan sudah menebal dan berwarna kuning 18 responden (54,5%)
menderita Ca paru stadium
atau coklat, pada gigi terdapat caries yang banyak III dan IV.
atau warna gigi kehitam-hitaman serta kebanyakan Peningkatan faktor
resiko ini berkaitan
pasien kurus dan kurang bersih. Hal tersebut dengan jumlah merokok dalam
tahun (jumlah
menunjukan pasien sudah merokok dalam jangka batang rokok yang dikomsumsi
setiap hari
waktu yang lama dan banyak. dikalikan jumlah tahun
merokok) serta faktor saat
Efek dari merokok berat antara lain: kulit mulai merokok (semakin muda
individu mulai
keabu-abuan karena kurang oksigen (smoker’s merokok, semakin besar
resiko terjadinya kanker
face), rambut rusak, gatal- gatal, warna kuning paru). Faktor lain yang
dapat dipertimbangkan
pada jari dan ditangan memegang rokok, termasuk di dalamnya jenis
rokok yang di hisap
penurunan BB, bau mulut, gigi bernoda, gusi (kandungan tar, rokok filter
dan kretek)
rusak, iritasi pada mata( Firdaus, 2010). (Muttaqin, 2008).
Data yang diperoleh,
ditemukan bahwa
3. Berdasarkan stadium Ca paru kriteria merokok sangat
mempengaruhi terjadinya
Data terkait mengenai stadium Ca paru penyakit Ca paru dan
stadiumnya, namun dari
yang diderita oleh pasien yang sedang dirawat analisis data banyak terdapat
bahwa kriteria
menunjukkan bahwa 8 orang (24.2%) menderita perokok berat yang menderita
penyakit Ca paru
stadium I dan II, 25 orang (75,5%) menderita dengan stadium IV tetapi
tidak menutup
stadium III dan IV. kemungkinan pada krtiteria
perokok ringan dan
Data yang didapatkan peneliti bahwa sedang akan terjadi penyakit
Ca paru dengan
penderita pasien dengan Ca paru stadium III dan stadium lanjut pula. Hal ini
disebabkan karena
IV adalah terbanyak 25 orang (75,8%). Ca paru jenis rokok yang dihisap
berupa rokok non filter
umumnya lambat di deteksi dan baru diketahui dan faktor kurang gizi
terutama defisit vitamin A
setelah menyebar keseluruh bagian tubuh Hal ini (Somantri, 2009).
menunjukan bahwa kurang kesadaran pasien Hal ini sesuai dengan
penelitian yang
datang untuk berobat atau memeriksaan diri bila dilakukan oleh Margaretha
(2009) di Rumah Sakit
ada keluhan ringan. Kebanyakan pasien yang Kepolisian Pusat Sukanto
dengan 59 responden
datang untuk berobat dan dirawat sudah di yang berjudul ’’Hubungan
Praktek Merokok
diagnosa Ca paru dengan stadium lanjut. Dengan Kejadian Ca paru”.
Hasil penelitian
Kebanyakan pasien dirawat adalah rujukan dari menunjukan terdapat hubungan
yang bermakna
rumah sakit dan puskesmas daerah, alasannya antara status merokok (p
value=0,000 odd ratio
tidak adanya dokter spesialis dan alat menunjang 11,7), lama merokok ( p
value=0,007 odd ratio 18),
untuk mendiagnosa Ca paru. Kurang pengetahuan jumlah rokok yang di hisap
( P value= 0,037 odd
dan biaya adalah masalah kebanyakan dari pasien ratio 10) dengan kejadian Ca
paru.
Ca paru.

Seperti uraian diatas


terlihat jelas bahwa
4. Hubungan riwayat merokok dengan stadium ada hubungan yang signifikan
antara riwayat
Ca paru merokok dengan stadium Ca
paru. Riwayat
Analisa bivariat menggambarkan merokok seseorang akan
mempengaruhi stadium
hubungan antara varibel bebas dan variabel Ca paru yang di deritanya.
Semakin banyak dan
terikat, yaitu: hubungan antara riwayat merokok lama seseorang merokok, maka
akan semakin
(lama merokok dalam tahun kali jumlah batang tinggi stadium yang akan
ditemukan pada pasien
rokok/hari) pasien dengan stadium Ca paru. yang dirawat, demikian
sebaliknya bila riwayat
Analisis data yang diperoleh dengan uji fisher’s merokok dalam kriteria ringan
dan sedang maka
exact chi-square di dapatkan bahwa dari 33 stadium Ca paru yang
ditemukan akan semakin
responden terdapat 13 (39,3%) responden dengan rendah.
kriteria perokok ringan, responden
1. Herlina, S.Kep. Mahasiswa Program Studi Notoadmodjo. (2005). Metodologi
Penelitian.
Ilmu Keperawatan Universitas Riau. Pekanbaru Jakarta: Rineka cipta.
Riau
Ratmatika, A. (2010).
Karateristik penderita
2. Siti Rahmalia HD, MNS. Dosen Departemen
penyakit paru obtruksi
kronik di 1rawat
Keperawatan Medikal Bedah Program Studi
inap RSUD Aceh Tumiang.
Ilmu Keperawatan Universitas Riau.Pekanbaru
Riau
Soemantri, I. (2009). Asuhan
keperawatan
3. Yulia Irvani Dewi, M. Kep.,Sp.Mat. Dosen
dengan gangguan
klien system
Departemen Keperawatan Maternitas Program
pernapasan edisi 2.
Jakarta: PT Salemba
Studi Ilmu Keperawatan Universitas
Medikal.
Riau.Pekanbaru. Riau
Wood, G. L., & Haber, J. (2006).
Nursing
DAFTAR PUSTAKA
research: methods and
critical appraisal
for evidence-based
practice.
Aisah AKN.,dkk (2011). Profil penderita kanker
Philadelphia: Mosby
Elsevier.
paru primer di RSUD Ulil Banjarmasin:
Skripsi dipublikasikan.
Word Health Organization.
(2008). Who mortality
Bararah,, V. F. (2014) Pekerjaan- pekerjaan yang database: table online
database, diperoleh
rentan jadi perokok. Kompas, hlm 5 tanggal 6 Juli
2013 dari
http://who.int/health
info.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
(2010). Rokok penyebab kematian di
Indonesia. Diperoleh tanggal 7 Juli 2013
dari http://ww.depkominfo.go.id.
Firdaus. (2010). Dilemanya sebuah rokok.
Jakarta: Rasa Aksara.

GATS (2012, Agustus 1) Global Adult Tobacco


Survey: Indonesia Report 2011.
November 2013.
www.searo.who.int/entity/tobacco/data/
gats_indonesia_2011.pdf

KSR PMI. (2003). Fakta mengejutkan berhenti


merokok. Di peroleh tanggal 1 Juli 2013
dari http://www.pmiinfo.go.id.

Margareth, L. (2009), Hubungan praktek merokok


dengan kejadian Ca paru di rumah sakit
kepolisian Sukanto: skripsi di
publikasikan.
Mizwar, A. (2011). Gambaran pengetahuan
perokok tentang penyakit kanker paru di
lingkungan rektorat UNRI: skripsi
dipublikasikan.

Monique, A. S. (2004). Menghindari merokok.


Jakarta: PT Balai pustaka.

Muttaqin, A. (2008). Asuhan keperawatan klien


dengan gangguan pernafasan. Jakarta:
Salemba medika.
Analisa Jurnal

Judul Peneliti Penerbit Tahun Metode


Hasil
HUBUNGAN Herlina Herlina Dalam Design penelitian : Ada
hubungan antara
RIWAYAT Siti jurnal ini Deskriptif Korelasi
riwayat merokok
MEROKOK Rahmalia tidak
dengan stadium Ca
DENGAN Yulia ditunjukan Pendekatan penelitian : paru
diruangan Nuri
STADIUM CA Irvandi kapan cross section study II
RSUD Arifin
PARU
Achmad, hasil
Dewi penelitian
Jumlah sample : Sampel
analisa diperoleh
dilakukan yang digunakan
nilai OR= 7,714,
sebanyak 33 orang
artinya perokok
responden yang diambil
kriteria berat
dengan teknik purposive
mempunyai peluang
sampling, yaitu suatu
7,714 kali untuk
teknik penetapan sampel
menderita Ca paru
dengan cara memilih
stadium lanjut
sampel diantara populasi
dibandingkan
dengan kriteria Penderita
perokok kriteria
didiagnosa dengan Ca
ringan.
paru di ruang rawat Nuri
2 di RSUD Arifin
Achmad, mempunyai
riwayat merokok,
bersedia menjadi
responden (pasien atau
keluarga), berada
ditempat sewaktu
penelitian.

Instrumen: Intrument
penelitian atau
pengumpulan data
berupa kuesioner yang
mengacu pada kerangka
konsep yang digunakan
untuk mengukur
hubungan riwayat
merokok dengan stadium
Ca paru.
Langkah langkah
intervensi :
Dalam penelitian ini
tidak dilakukan
intervensi. Penelitian ini
dilakukan untuk
mengetahui hubungan
antara riwayat merokok
dengan stadium Ca paru
pada pasien yang dirawat
di RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru.
Lampiran 2

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Masalah : Kurang pengetahuan tentang bahaya merokok


Pokok bahasan : Bahaya Merokok
Sub pokok bahasan : Cara berhenti merokok
Sasaran :-
Waktu : 45 menit
Pertemuan ke : 1 (satu)
Tanggal :-
Penyaji :-
Tempat :-

Tujuan Intruksional Umum (TIU)


Setelah mengikuti penyuluhan, masyarakat mampu memahami tentang bahaya merokok
bagi perokok aktif dan pasif.
I. Tujuan Intruksional Khusus (TIK)
Setelah diberikan penyuluhan selama 45 menit masyarakat dapat:
1) Memahami penjelasan mengenai rokok dan merokok
2) Memahami isi kandungan zat yang ada dalam rokok
3) Mengetahui tipe-tipe perokok
4) Memahami bahaya dari mengkonsumsi rokok
5) Memahami alasan seseorang untuk berhenti merokok
6) Mengetahui mengenai cara-cara untuk berhenti merokok
II. PokokMateri
a. Pengertian rokok dan merokok
b. Kandungan rokok
c. Tipe-tipe perokok
d. Bahaya akibat merokok
e. Alasan untuk berhenti merokok
f. Cara untuk berhenti merokok
III. Kegiatan belajar mengajar
 Metoda : Ceramah dan tanya jawab
 Langkah kegiatan :

NO Tahap Kegiatan Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta


1 Kegiatan pra Mempersiapkan materi, media, a. Mengatur posisi
pembelajaran dan tempat duduk
a. Memberi salam b. Menjawab salam
b. Perkenalan mendengarkan dan
Kontrak waktu memperhatikan
2 a. Menjelaskan tujuan a. mendengarkan
b. Menjelaskan pokok bahasan dan
Pembukaan c. Apersepsi memperhatikan
b. menjawab
pertanyaan
3 1. Penyampaian materi : a. Menyimak dan
a. Definisi dari rokok dan mendengarkan,
merokok b. memperhatikan
b. Kandungan rokok c. Klien
c. Tipe Perokok mengajukan
d. Bahaya merokok pertanyaan.
e. Pengaruh rokok bagi d. Klien
lingkungan menjawab
f. Alasan untuk berhenti pertanyaan
Kegiatan inti
merokok
g. Cara untuk berhenti merokok
h. Upaya Pencegahan
2. menyimpulkan materi oleh
masyarakat
3. penyaji memberikan kesempatan
masyarakat untuk bertanya.
4. Menjawab pertanyaan dari
masyarakat
5. Melakukan evaluasi dengan
memberikan beberapa
pertanyaan kepada masyarakat
4 a. Menyimpulkan a. Menyimak
b. Menyampaikan tindak lanjut b.
Mendengarkan
Penutup c. Menutup kegiatan dengan dan
mengucapkan salam
memperhatikan
c. Mejawab
salam

IV. Media
 Media : power point, laptop, proyektor, LCD, speaker

V. Evaluasi
1. Prosedur : Pos-tes
2. Jenis tes : Lisan
3. Bentuk : Pertanyaan terbuka
Evaluasi dilakukan dengan cara memberikan beberapa
pertanyaan kepada
masyarakat,sebagai berikut :
a. Sebutkan definisi dari rokok dan merokok ?
b. Sebutkan apa saja kandungan yang ada didalam rokok ?
c. Sebutkan tipe-tipe perokok ?
d. Apakah bahaya yang ditimbulkan dari merokok ?
e. Sebutkan alasan seseorang harus berhenti merokok ?
f. Bagaimana cara atau langkah untuk berhenti merokok ?

VI. Lampiran
 Materi
Lampiran
Materi

1. Rokok dan merokok

Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm
(bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-
daun
tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan
membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lain. Rokok adalah
hasil
olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bentuk lainnya yang mengandung
nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan.

Merokok merupakan kebiasaan buruk yang banyak sekali akibat buruknya bagi
tubuh
perokok maupun orang yang berada disekitar perokok (perokok pasif) yang menjadi
masalah kesehatan dimasyarakat sampai saat ini.dengan persepsi oleh perokok yang
bermacam-macam padahal telah jelas akibat bagi organ-organ tubuh seperti jalan
pernafasan, paru, jantung, ginjal dan mata. Pengetahuan masyarakat yang kurang
akan
bahaya merokok berpengaruh terhadap tingkat kebiasaan merokok pada masyarakat
yang
cukup tinggi.

2. Kandungan Rokok
Setiap batang rokok yang dinyalakan akan mengeluarkan lebih 4.000 bahan
kimia
beracun yang membahayakan bagi kesehatan. Setiap hisapan asap rokok mengandung
banyak racun berbahaya. Dalam kandungan asap rokok terdapat bahan radioaktif
(polonium-201) dan bahan-bahan yang digunakan di dalam cat (acetone), pencuci
lantai
(ammonia), ubat gegat (naphthalene), racun serangga (DDT), racun anai-anai
(arsenic),
gas beracun (hydrogen cyanide). Dari sekian banyak zat yang terkandung dalam
rokok,
racun yang sering dikenal adalah Tar, Nikotin dan karbon monoksida.
a. Nikotin
Zat ini dapat menyebabkan seseorang ketagihan untuk terus menghisap rokok.
Nikotin menjadi risiko utama serangan penyakit jantung dan stroke. Rata-rata
penyakit
jantung merupakan akibat merokok. Pengaruh bagi tubuh manusia :
a) menyebabkan kecanduan / ketergantungan
b) merusak jaringan otak
c) menyebabkan darah cepat membeku
d) mengeraskan dinding arteri
b. Tar
Bahan dasar pembuatan aspal yang dapat menempel pada paru-paru dan bisa
menimbulkan iritasi bahkan kanker. Zat ini akan mengendap di paru-paru dan
berdampak negatif pada kinerja rambut kecil yang melapisi paru-paru mempunyai
tugas untuk membersihkan kuman dan hal lainnya keluar dari paru-paru.
Pengaruh bagi tubuh manusia :
a) Membunuh sel dalam saluran darah
b) Meningkatkan produksi lendir diparu-paru
c) Menyebabkan kanker paru-paru.
c. Karbon Monoksida
Merupakan gas beracun yang biasanya dikeluarkan dari kendaraan. Gas ini
bisa
mengikat oksigen dalam tubuh., sehingga dapat mengakibatkan penyakit jantung.
Apabila racun rokok itu memasuki tubuh manusia ataupun hewan, akan membawa
kerusakkan pada setiap organ, bermula dari hidung, mulut, tekak, saluran
pernafasan,
paru-paru, peredaran darah, jantung, sampai ke sistem
perkemihan.
Pengaruh bagi tubuh manusia :
a) mengikat hemoglobin, sehingga tubuh kekurangan oksigen
b) menghalangi transportasi dalam darah
d. Zat Karsinogen
Pengaruh bagi tubuh manusia, memicu pertumbuhan sel kanker dalam tubuh
e. Zat Iritan
Pengaruh bagi tubuh manusia :
a) Mengotori saluran udara dan kantung udara dalam paru-paru
b) Menyebabkan batuk
3. Tipe Perokok
Ada dua tipe perokok yaitu perokok aktif dan perokok pasif. Perokok aktif,
merupakan
orang yang melakukan tindakan menghisap rokok atau merokok. Perokok pasif adalah
orang- orang yang tidak merokok namun hidup/ bekerja sepanjang hari bersama- sama
dengan perokok. Orang- orang tersebut dalam waktu yang lama juga berisiko
menderita
penyakit yang sama seperti seorang perokok. Ini disebabkan mereka menghirup asap
rokok
disekitarnya.
Dikatakan perokok berat adalah bila mengkonsumsi rokok lebih dari 31 batang
perhari
dan orang yang merokok lima menit setelah bangun pagi. Perokok berat merokok
sekitar
21-30 batang sehari dengan selang waktu sejak bangun pagi berkisar antara 6 - 30
menit.
Perokok sedang menghabiskan rokok 11 – 21 batang dengan selang waktu 31-60 menit
setelah bangun pagi. Perokok ringan menghabiskan rokok sekitar 10 batang dengan
selang
waktu 60 menit dari bangun pagi.
Ada 4 tipe perilaku merokok adalah :
1. Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif.
Dengan merokok seseorang merasakan penambahan rasa yang positif. Ada 3 sub dalam
tipe ini :
a. Perilaku merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan kenikmatan yang
sudah didapat, misalnya merokok setelah minum kopi atau makan.
b. Perilaku merokok hanya dilakukan sekedarnya untuk menyenangkan perasaan.
c. Kenikmatan yang diperoleh dengan memegang rokok. Sangat spesifik pada
perokok pipa. Perokok pipa akan menghabiskan waktu untuk mengisi pipa
dengan
tembakau sedangkan untuk menghisapnya hanya dibutuhkan waktu beberapa menit
saja. Atau perokok lebih senang berlama-lama untuk memainkan rokoknya
dengan
jari-jarinya lama sebelum ia nyalakan dengan api.
2. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif.
Banyak orang yang menggunakan rokok untuk mengurangi perasaan negatif,
misalnya bila ia marah, cemas, gelisah, rokok dianggap sebagai penyelamat.
Mereka
menggunakan rokok bila perasaan tidak enak terjadi, sehingga terhindar dari
perasaan
yang lebih tidak enak.
3. Perilaku merokok yang pecandu.
Mereka yang sudah pecandu akan menambah dosis rokok yang digunakan
setiap
saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya berkurang. Mereka umumnya akan
pergi
keluar rumah membeli rokok, walau tengah malam sekalipun, karena ia khawatir
kalau
rokok tidak tersedia setiap saat ia menginginkannya.
4. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan.
Mereka menggunakan rokok sama sekali bukan karena untuk mengendalikan
perasaan mereka, tetapi karena benar-benar sudah menjadi kebiasaannya rutin.
Dapat
dikatakan pada orang-orang tipe ini merokok sudah merupakan suatu perilaku yang
bersifat otomatis, seringkali tanpa dipikirkan dan tanpa disadari. Ia
menghidupkan api
rokoknya bila rokok yang terdahulu telah benar-benar habis.
4. Bahaya yang ditimbulkan akibat merokok
1) Rambut rontok
Rokok memperlemah system kekebalan sehingga tubuh lebih rentan
terhadap
penyakit yang menyebabkan rambut rontok, sariawan mulut ,dll.
2) Katarak
Merokok dapat memperburuk kondisis mata yaitu memutihnya lensa mata
yang
menghalangi masuknya cahaya dan menyebabkan kebutaan, 40 % lebih terjadi pada
perokok. Rokok dapat menyebabkan katarak dengan 2 cara, yaitu cara mengiritasi
mata
dan dengan terlepasnya zat-zat kimia dalam paru yang oleh aliran darah dibawa
sampai
ke mata. Merokok dapat juga dihubungkan dengan degrasi muscular yang
berhubungan
dengan usia tua yaitu penyakit mata yang tak tersembuhkan yang disebabkan oleh
memburuknya bagian pusat retina yang disebut Mucula. Mucula ini berfungsi
untuk
memfokuskan pusat penglihatan di dalam mata dan mengontrol kemampuan membaca,
mengendarai mobil, mengenal wajah dan warna dan melihat objek secara detail.
3) Kulit keriput
Merokok dapat menyebabkan penuaan dini pada kulit karena rusaknya
protein
yang berguna untuk menjaga elastisitas kulit, terkikisnya vitamin A,
terhambatnya
aliran darah. Kulit perokok menjadi kering dan keriput terutama disekitar
bibir dan
mata.
4) Hilangnya pendengaran
Karena tembakau dapat menyebabkan timbulnya endapan pada dinding
pembuluh darah sehingga menghambat laju aliran darah ke dalam telinga bagian
dalam
. perokok dapat kehilangan pendengaran lebih awal dari pada orang yang tidak
merokok
atau lebih mudah kehilangan pendengaran karena infeksi telinga atau suara yang
keras.
Resiko untuk terkena infeksi telinga bagian tengah yang dapt megarah kepada
kompliksi yang lebih jauh disebut Meningitis dan Paralysis wajah bagi perokok
3 kali
lebih besar dari pada orang yang tidak merokok.
5) Kanker kulit
Merokok tidak menyebabkan melanoma ( sejenis kanker kulit yang
kadang-
kadang menyebabkan kematian ) tetapi merokok mengakibatkan meningkatnya
kemungkinan kematian akibat penyakit tersebut. Ditengarai bahwa perokok
berisiko
menderita Custaneus Scuamus Cell Cancer sejenis kanker yang meninggalkan
bercak
merah pada kulit 2 kali lebih besar dibandingkan dengan non perokok.
6) Caries
Roko mempengaruhi keseimbangan kimiawi dalam mulut membentuk plak
yang berlebihan, membuat gigi menjadi kuning dan terjadinya caries, perokok
berisiko kehilangan gigi mereka 1,5 kali lipat.
7) Enfisema
Selain kanker paru, merokok dapat menyebabkan enfisema yaitu pelebaran dan
rusaknya kantong udara pada paru-paru yang menurunkan kapasitas paru untuk
menghisap oksigen dan melepaskan CO 2. Pada kasus yang parah digunakan
Tracheotomy untuk membantu pernafasan pasien. Pada kasus Bronkhitis kronis
terjadi penumpukan muncus sehingga mengakibatkan batuk yang terasa nyeri dan
kesulitan bernafas.
8) Kerusakan paru
Selain kanker paru dan jantung merokok dapat pula menyebabkan batuk.
Dikarenakan rusaknya kantung udara pada paru yang menurunkan kapasitas paru dan
oksigen untuk melepas O2. Apabila keadaan ini belanjut akan terjadi penumpukan
lender sehingga mengakibatkan batuk yang membuat nyeri di bagian dada dan
kesulitan bernafas.
9) Berisiko tinggi terkena kanker paru-paru dan jantung
Satu diantara tiga kematian di dunia disebabkan oleh penyakit jantung.
Pemakaian tembakau adalah salah satu factor resiko terbesar untuk penyakit ini.
Telah
ditetapkan bahwa asap rokok mengandung lebih dari 40 macam zat racun.
Kemungkinan timbulnya kanker paru dan jantung pada perokok 22 kali lebih besar
dariyang tidak merokok.
10) Osteoporosis
Karbon monoksida (CO) yaitu zat kimia beracun yang banyak terdapat pada
gas
buangan mobil,dan asap rokok lebih mudah terikat pada darah dari pada oksigen
sehingga kemampuan darah untuk mengangkat oksigen turun 15% pada perokok.
Akibatnya tulang pada perokok kehilangan densitasnya menjadi lebih mudah patah
atau retak dan penyembuhannya lebih lama. Perokok juga menjadi lebih rentan
terhadap masalah tulang punggung. Sebuah studi menunjukkan bahwa buruh pabrik
yang merokok 5 kali lebih banyak mengalami nyeri punggung.
11) Penyakit jantung
Satu diantara tiga kematian di dunia diakibatkan oleh penyakit
kardiovaskuler.
Pemakaian tembakau adalah salah satu factor resiko terbesar untuk penyakit ini.
Di
Negara yang sedang berkembang penyakit membunuh lebih dari satu juta orang
setiap
tahun. Penyakit kardiovaskuler yang menyangkut pemakaian tembakau di Negara-
negara maju membunuh lebih dari 600.000 orang setiap tahun. Rokok menyebabkan
jantung berdenyut lebih cepat, menaikkkan tekanan darah dan meningkatkan resiko
terjadinya hipertensi dan penyumbatan arteri yang akhirnya menyebabkan serangan
jantung dan stroke.
12) Tukak lambung
Konsumsi tembakau menurunkan resistensi terhadap bakteri
yang
menyebabkan tukak lambung juga meminimalisasi kemampuan lambung untu
menetralkan asam lambung setelah makan sehingga sisa asam akan mengerogoti
dinding lambung. Tukak lambung yang diderita para perokok lebih sulit dirawat
dan
disembuhkan.
13) Diskolori jari-jari
Tar yang terdapat pada asap rokok terakumulasi pada jari-jari dan kuku
yang
meninggalkan warna coklat kekuningan.
14) Kanker uterus
Selain meningkatkan resiko kanker serviks dan uterus rokok meneyebabkan
timbulnya masalah kezsuburan pada wanita dan berbagai komplikasi selama masa
kehamilan dan kelahiran bayi. Merokok selama masa kehamilan meningkatkan resiko
kelahiran bayi dengan BBLR dan masalah kesehatan sesudahnya. Kegagalan hamil
atau abortus terjadi 2-3 kali lebih besar pada wanita perokok. Angka yang sama
berlaku juga untuk kelahiran atau kematian karena kekurangan oksigen pada janin
dan
plasenta yang menjadi abnormal karena tercemar oleh Karbon Monoksida dan
Nikotin
dalam asap rokok. Sindrom kematian bayi mendadak (Sudden Infant Death) juga
dihubungkan dengan pemakaian tembakau. Tambahan pula, rokok dapat menurunkan
kadar estrogen yang menyebabkan terjadinya menopause dini.
15) Kerusakan sperma
Rokok dapat menyebabkan deformasi pada sperma dan kerusakan pada DNA
sehiungga mengakibatkan aborsi. Beberapa studi menemukan bahwa pria yang
merokok meningkatkan resiko menjadi ayah dari anak yang berbakat kanker. Rokok
juga memperkecil jumlah sperma dan infertilitas banyak terjadi pada perokok.
16) Penyakit Buerger
Terjadinya inflamasi pada arteri, vena, dan saraf terutama di kaki, yang
mengakibatkan terhambatnya aliran darah. Dan jika dibiarkan tanpa perawatan
akan
mengarah ke gangrene (matinya jaringan tubuh) sehingga pasien perlu
diamputasi.
5. Alasan Seseorang Harus Berhenti/ tidak Perlu Merokok
Anjuran ini diberikan dengan alasan:
1) Kemungkinan/ resiko untuk menderita serangan jantung dan kanker paru akan
berkurang.
2) Akan bernafas lebih mudah, lega dan nyaman
3) Keluhan batuk- batuk yang anda derita terutama pada pagi hari akan berkurang,
bahkan menghilang.
4) Anda dapat menghemat uang untuk keperluan lain yang lebih berarti dan
bermanfaat.
5) Penampilan paras muka, bibir, kulit dan bau lebih baik
6) Stamina dan energy akan bertambah
7) Dapat mencapai kesehatan yang optimal
8) Dapat terbebas dari belenggu perbudakan dan kecanduan rokok, sehingga anda
akan
merasakan kepercayaan terhadap diri sendiri yang lebih mantap dan kuat.
6. Cara/ langkah berhenti Merokok
1) Tanamkan niat dalam hati, keinginan untuk berhenti merokok
2) Jika sudah terbiasa menikmati rokok sewaktu merasa bosan, susah
berkonsentarasi,
untuk istirahat sejenak, bercakap- cakap/ ngobrol dengan teman- teman atau
sehabis
makan, sekarang dengan sengaja lakukan sesuatu pada situasi tersebut untuk
merubah kebiasaan anda dari merokok kegiatan/ kebiasaan lain seperti
a. Bila anda merasa bosan, lakukan tugas- tugas yang anda tunda selama ini
b. Sulit berkonsentrasi, gigitlah tusuk gigi, kayu manis, wortel, ketimun
atau buah
lainnya/ makanlah permen.
c. Istirahat sejenak dan minumlah segelas air jeruk
d. Sehabis makan, segera lakukan aktifitas yang tidak membuat anda ingin
merokok,
misalnya membaca majalah, olahraga dipagi hari, berkebun dll.
3) Cari hobi/ kesibukan atau kegiatan yang anda senangi dan lakukan segera
setelah
berhenti merokok seperti berenang, berkebun, membaca buku dll
4) Beritahu kepada keluarga dan teman- teman bahwa anda berniat untuk berhenti
merokok. Minta mereka mengingatkan anda apabila anda menyalakan rokok. Dan
minta mereka membantu untuk mengalihkan perhatian dari rokok dan mengajak
untuk melakukan kegiatan yang lebih bermanfaat.
5) Setiap kali anda ingin merokok, cobalah untuk menarik nafas panjang beberapa
kali.
Kepalkan tangan anda dan lepaskan perlahan, perasaan keinginan untuk merokok
akan berkurang
6) Jauhkan diri anda dari tempat- tempat, teman- teman, pergaulan dan situasi
dimana
anda mungkin tergoda untuk ingin merokok
7) Hilangkan dari sekitar lingkungan rumah anda dan ditempat kerja jika
memungkinkan seperti korek api, rokok, mencis, asbak dan semua hal yang
menggoda untuk merokok, seperti poster, gambar atau benda lain yang
mengingatkan atau menggoda anda untuk merokok kembali.
8) Jangan sekali- kali menyerah untuk kembali merokok tidak juga untuk mengatakan
“ hanya sebatang rokok saja.
Apa itu rokok??
• Rokok adalah silinder dari kertas berukuran
panjang antara 70 hingga 120 mm
(bervariasi tergantung negara) dengan
diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-
daun tembakau yang telah dicacah.
Merokok
merupakan
kebiasaan buruk
yang banyak sekali
akibat buruknya
bagi tubuh
perokok maupun
orang yang berada
disekitar perokok
(perokok pasif)
Tipe Perokok
• Ada dua tipe perokok yaitu :
1. Perokok aktif
2. Perokok pasif.
Kenapa harus berhenti
merokok?
BAGAIMANA????

CARA
BERHENTI
MEROKOK

Anda mungkin juga menyukai