KHES
KHES
NIM: 30502300053
EMAIL: aalfarisi222@gmail.com
Adapun sedikit yang membedakan diantara keduanya adalah rukun jual beli dalam KHES lebih
melibatkan aspek ekonomi dan bisnis, sementara dalam Fiqih, unsur-unsur tersebut dipandang dari
sudut hukum Islam yang bersifat lebih umum. Meskipun ada kesamaan, pemahaman dan penerapan
aspek-aspek tertentu dapat berbeda tergantung pada konteksnya.
a. AMWAAL(BAB III, PASAL 17-19): adalah kata Arab yang secara umum merujuk kepada harta atau
kekayaan. Dalam konteks ekonomi syariah, istilah ini digunakan untuk menyatakan segala
bentuk kekayaan atau harta yang dapat diatur berdasarkan prinsip-prinsip hukum Islam. Oleh
karena itu, "amwal" dapat mencakup berbagai jenis aset seperti uang, properti, investasi, dan
sumber daya keuangan lainnya. Dalam kerangka ekonomi syariah, pengaturan dan pengelolaan
amwal harus sesuai dengan prinsip-prinsip syariah yang melibatkan ketentuan-ketentuan hukum
Islam terkait kekayaan dan keuangan.
b. BAI` (BAB IV, PASAL 56-133): adalah kata Arab yang berarti "jual-beli" atau "transaksi
perdagangan." Dalam konteks ekonomi syariah, konsep ini penting karena prinsip-prinsip hukum
Islam mengatur bagaimana transaksi jual-beli harus dilakukan agar sesuai dengan ajaran Islam.
Ba'i harus mematuhi aturan-aturan tertentu, seperti ketentuan mengenai kejujuran,
keterbukaan, dan keadilan dalam harga.
c. MURABAHAH (PASAL 116-133): adalah salah satu bentuk transaksi jual-beli dalam ekonomi
syariah. Dalam transaksi Murabahah, penjual mengungkapkan kepada pembeli biaya perolehan
barang serta keuntungan yang diambil. Harga jual dan keuntungan ditentukan sebelumnya
dalam perjanjian. Pembeli setuju untuk membayar jumlah tersebut kepada penjual dalam
pembayaran tunai atau secara angsuran.
d. SYIRKAH (PASAL 134-230): Syirkah adalah istilah dalam ekonomi syariah yang merujuk pada
bentuk kerjasama atau kemitraan antara dua atau lebih pihak dalam kegiatan ekonomi. Dalam
syirkah, para pihak sepakat untuk bersama-sama menyumbangkan modal, tenaga kerja, atau
keterampilan untuk mencapai tujuan bersama. Keuntungan dan kerugian dalam syirkah
biasanya dibagi sesuai dengan kesepakatan yang telah ditetapkan sebelumnya.
e. MUDHARABAH (PASAL 231-254): adalah salah satu bentuk kerjasama atau kemitraan dalam
ekonomi syariah di mana satu pihak menyediakan modal (shahibul maal), sementara pihak
lainnya menyediakan keterampilan atau manajemen (mudharib). Dalam Mudharabah,
keuntungan yang dihasilkan dari investasi dibagi sesuai dengan kesepakatan sebelumnya,
sedangkan kerugian biasanya ditanggung oleh pemilik modal.
f. MUZARA`AH (PASAL 255) : Muzara'ah adalah bentuk perjanjian pertanian dalam ekonomi
syariah. Dalam konsep muzara'ah, seorang pemilik tanah (sahibul ardh) memberikan tanahnya
kepada petani (muzari') untuk dikelola dan ditanami. Hasil panen kemudian dibagi sesuai
dengan kesepakatan yang telah ditetapkan sebelumnya antara pemilik tanah dan petani.
g. MUSAQAH (PASAL 266) : adalah bentuk perjanjian dalam ekonomi syariah yang terkait dengan
usaha pertanian atau perkebunan. Dalam musaqah, pemilik tanah (sahibul ardh) memberikan
izin kepada pihak lain (musaaqih) untuk merawat dan mengelola tanaman pada lahan tersebut.
Pihak yang merawat tanaman bertanggung jawab untuk memberikan sebagian dari hasil panen
kepada pemilik tanah, sesuai dengan kesepakatan yang telah disepakati sebelumnya.
h. KHIYAR (PASAL 271) : adalah istilah dalam hukum Islam yang berarti "opsi" atau "hak untuk
memilih." Dalam konteks ekonomi syariah, ada beberapa jenis khiyar, tetapi yang paling umum
dikenal adalah Khiyar al-Shart, yang merupakan hak pilihan atau opsi yang dimiliki oleh salah
satu pihak dalam sebuah transaksi jual-beli.
i. IJARAH (PASAL 295) : adalah bentuk perjanjian sewa atau penggunaan dalam ekonomi syariah.
Dalam konsep ijarah, pemilik aset (musta'jir) menyewakan atau memberikan hak penggunaan
aset kepada penyewa (mujir) dengan pembayaran sewa yang telah disepakati sebelumnya.
j. MA`JUR (PASAL 309) : Ma'jur adalah istilah dalam ekonomi syariah yang merujuk pada gaji atau
upah yang diberikan kepada seseorang untuk pekerjaan atau jasa yang dilakukannya. Dalam
konteks ini, ma'jur menggambarkan imbalan atau pembayaran yang sesuai dengan pekerjaan
atau jasa yang telah dilakukan oleh seseorang.
3. sebagai berikut;
a. Pasal 90
Apabila pembeli telah menerima barang dan harganyatelah disepakati, kemudian barang itu
rusak atau hilang,
Apabila barang yang rusak atau hilang sebagaimanatersebut, pada ayat (1) dijumpai di pasaran,
maka ia
b. Pasal 89
Apabila penjual jatuh pailit setelah menerimapembayaran tetapi belum menyerahkan barang
yang
Pembeli sebagaimana tersebut pada ayat (1) di atasberhak mengambil barang yang telah
dibelinya dan
c. Pasal 87
Apabila barang yang dijual itu rusak ketika masih beradapada tanggungan penjual sebelum
diserahkan kepada
pembeli, harta tersebut masih harta milik penjual dan kerugian itu ditanggung oleh penjual.
Apabila barang yang dijual rusak setelah diserahkankepada pembeli, tidak ada
pertanggungjawaban yang
dibebankan kepada penjual, dan kerugian yang ditimbulkannya menjadi tanggungan pembeli.