Anda di halaman 1dari 7

Prof. Dr.

Muhammad Sirajuddin Syamsuddin, MA


Akademisi Alumni IAIN Jakarta yang Akomodatif Rekonsilitif

Pendahuluan

Prof. Dr. Muhammad Sirajuddin Syamsuddin, MA dikenal pula dengan nama


pendek dan lebih populer, Din Syamsudin. Suami Fira Beranata ini lahir di
Sumbawa Besar, 31 Agustus 1958. Selama mengarungi bahtera rumah
tangganya, Din Syamsuddin dikarunia dua putra dan seorang putri yang
masing-masing memiliki nama indah. Yaitu, Farazahdi Fidiansyah, Mihra
Dildari dan Fiardhi Farzanggi. (http://m.muhammadiyah.or.id/id/content-169-
det-prof-dr-h-m-din-syamsuddin.html)

Riwayat Pendidikan dan Keagamaan

Riwayat pendidikan Din Syamsuddin antara lain di Pondok Modern


Darussalam Gontor Jawa Timur (1975), Strata 1 di IAIN Syarif Hidayatullah,
Jakarta, Sarjana Muda, Fakultas Ushuluddin (BA, 1980), S2 IAIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta, Fakultas Ushuluddin Jurusan Perbandingan Agama
(Drs, 1980), S2 University of California, Los Angeles (UCLA) di Amerika

1
Serikat, Interdepartmental Programme in Islamic Studies (MA, 1988), S3
University of California, Los Angeles (UCLA) di Amerika Serikat,
Interdepartmental Programme in Islamic Studies (Ph.D, 1991)
(https://biografi-tokoh-ternama.blogspot.com/2016/10/biografi-din-syamsuddin-
ketua-umum.html)

Sedangkan riwayat intelektual dan ilmu agama yang dimiliki pria asal
Sumbawa ini mengantarkannya tampil di pentas nasional dan internasional.
Din Syamsuddin memimpin Muhammadiyah, Majelis Ulama Indonesia,
hingga Forum Perdamain Dunia. (https://www.viva.co.id/siapa/read/150-din-
syamsuddin)
Muhammad Sirajuddin Syamsuddin, alias Din Syamsuddin atau Pak Din, lahir
di Sumbawa, NTB, 31 Agustus 1958. Masa pendidikan dasar dan menengah
diselesaikan di madrasah Ibtidaiyah dan tsanawiyah Nahdhatul Ulama (NU)
Sumbawa Besar, Nusa Tenggara Barat (NTB). Selesai dari sana, Din hijrah ke
Jawa Timur. Ia mondok di Pondok Pesantren Darussalam Gontor, Jawa Timur
dan menyelesaikannya pada tahun 1975, dalam usia 17 tahun.

Kiprah Din Syamsuddin di Akademisi dan Persyarikatan


Dari pondok, Din melanjutkan kuliah di IAIN Syarif Hidayatullah (sekarang
UIN) di Falkultas Ushuluddin, Jurusan Perbandingan Agama dan sukses
meraih gelar sarjananya pada tahun 1982. Dalam urusan pendidikan, Din
memang terbilang beruntung. Dia meneruskan pendidikan master dan
doktornya di luar negeri dengan kuliah di University of California, Los Angels
(UCLA), Amerika Serikat, Interdepartmental Programme in Islamic Studies.
Selain berkutat di pendidikan, Din terlihat aktif di organisasi. Sejak usia
pelajar, dia diberi kepercayaan memimpin Ikatan Pelajar Nahdhatul Ulama
(IPNU) Cabang Sumbawa. Saat kuliah, ia juga aktif di Ikatan Mahasiswa

2
Muhammadiyah (IMM), berlanjut ke Pemuda Muhammadiyah, bahkan
sampai ke organisasi induknya sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah.

Sebagai alumni Fakultas Ushuludin IAIN Jakarta, aktivitas Din Syamsuddin


dimulai sejak tampil menjadi Ketua Umum sementara Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah, Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah, dan Wakil Ketua
Muhammadiyah. Alur kiprah kepemimpinannya di Muhammadiyah terbilang
unik karena berangkat dari bekal pendidikan dasar dan menengah di Madrasah
Ibtidaiyah Nahdhatul Ulama dan Madrasah Tsanawiyah Nahdhatul Ulama
Sumbawa Besar. Di masa itu, Din Syamsuddin juga mendapat kesempatan
memimpin Ikatan Pelajar Nahdhatul Ulama, IPNU Cabang Sumbawa (1970 -
1972). Tamat dari Ponpes Modern Gontor, Din Syamsuddin melanjutkan
pendidikan ke jenjang perguruan tinggi dan berhasil menyelesaikan studi
sarjana Ushuluddin Jurusan Perbandingan Agama di IAIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta (1980)
((https://id.wikipedia.org/wiki/Din_Syamsuddin))

Salah satu sumber spirit Din adalah mertuanya sendiri, Darnelis binti Thaher.
Dalam ranah kecil keluarganya, istri dan putra putrinya mengenal sososk Din
Syamsuddin sebagai ayah dan suami pendidik yang santun nan kaya teladan.
Tak heran, jika seluruh aktivitasnya mendapat dukungan penuh dari
keluarganya. Pada kesempatan terakhir saat melepas jenazah sang mertua, Din
Syamsuddin mengungkapkan bahwa ibu mertuanya selalu mendukung gerak
hidupnya. Bahkan, saat hendak memulai studi di Amerika hingga ketika akan
mencalonkan diri menjadi ketua umum PP Muhammadiyah.

Ketekunan belajar dalam girah Islam yang pantang surut itu, berhasil
mengantar Din Syamsuddin menempuh pasca sarjana Interdepartmental

3
Programme in Islamic Studies di University of California Los Angeles
(UCLA) USA hingga meraih gelar MA, dan menyandang gelar doktor di
universitas yang sama pada tahun 1996. Setelah kembali ke tanah air, Din
Syamsuddin sempat bersinggungan dengan dunia politik praktis dengan
mengomandani litbang Golkar. Dan sebagai akademisi, sehari-harinya Din
Syamsuddin malang-melintang menggeluti profesi Dosen di berbagai
Perguruan Tinggi seperti Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ),
UHAMKA dan Universitas Indonesia (UI). Pada tahun-tahun berikutnya,
berkesempatan pula mendapat berbagai tugas kenegaraan yang cukup penting,
diantaranya sebagai Anggota Dewan Riset Nasional, Dirjen Binapenta
Departemen Tenaga Kerja RI, Sekretaris Umum Majelis Ulama Indonesia
(MUI) hingga tugas lain yang tak kalah penting seperti Sekretaris Dewan
Penasihat Ikatan Cendekiawan Muslim Iindonesia, ICMI.(
https://m.merdeka.com/din-syamsuddin/profil/)
Sebagai cendekiawan muslim yang cukup konsen mendorong proses
demokratisasi, Din Syamsuddin merasa berkepentingan untuk turut mengawal
arah perkembangan dan kemajuan proses demokrasi di negara yang memiliki
pemeluk Islam terbesar di dunia ini. Ikhtiar mulia ini, tercermin dalam sebuah
statemennya: Kemenangan politik Islam di Indonesia tidak hanya ditandai
oleh perolehan suara partai-partai Islam dan penguasaan posisi politik
kenegaraan. Tapi pada sejauh mana nilai-nilai Islam seperti keadilan,
kebenaran dan persamaan dapat menjadi bagian dari watak bangsa. Ini yang
harus terus diperjuangkan bersama seluruh komponen bangsa.

Kiprah Din di Dunia Internasional


Sementara di kancah internasional, Guru Besar Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta ini telah menorehkan kiprah yang tak sedikit

4
dalam usahanya merajut relasi konstruktif dan menyuarakan urgensi hubungan
damai antar pemeluk agama melalui berbagai forum yang domotorinya seperti
World Peace Forum/ WPF, Asian Committee on Religions for Peace/ ACRP,
Tokyo. World Conference on Religions for Peace/ WCRP, New York. World
Council of World Islamic Call Society, Tripoli. World Islamic People’s
Leadership, Tripoli. Strategic Alliance Russia based Islamic World. UK-
Indonesia Islamic advisory Group.

Dakwah Din yang Humanis


Seusai terpilih sebagai Ketua Umum Muhammadiyah hasil Mukatamar ke-45
yang belangsung di Malang (periode 2005-2010), Din Syamsuddin senantiasa
istiqomah mengabdikan amal dakwahnya. Sosok dan pemikiran yang humanis
demokratis kian tampak jelas dalam langkah-langkah gerakannya yang tak
henti menerjang sekat-sekat “kekakuan dan kebekuan” gerakan dakwah Islam.
Dengan sikapnya yang jernih tapi berani, Din Syamsuddin gencar
menyuarakan perlunya Islam membuka diri terhadap nilai-nilai luhur
kemanusiaan dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan berdunia sebagai
manifestasi rahmatan lil’alamin. Program seri dialog dan sarasehan bertema
kebangsaan dengan mengundang puluhan pembicara dari kalangan tokoh
agama, birokrasi, politik, aktivis ormas, akademisi, pelaku usaha, dan para
tokoh masyarakat lainnya.
(https://www.kompasiana.com/dasmandjamaluddin/5bbc02a212ae94271a1134d
2/mengenal-lebih-dekat-tokoh-muhammadiyah-din-syamsuddin)

Pesan Perdamaian seorang Din Syamsuddin


Negara-negara maju, seperti AS, Uni Eropa, Cina, India dan Jepang, harus ikut
berinvestasi dalam menciptakan perdamaian dunia. Ketiadaan perdamaian dan

5
krisis-krisis global selama ini harus diakui adalah akibat kegagalan sistem
dunia yang didukung negara-negara maju. Demikian hal ini ditegaskan Din
Syamsuddin dalam kapasitasnya sebagai Presiden Kehormatan WCRP dan
Presiden ACRP pada momentum World Summit on Peace (WSP) dan
International Leadership Conference (ILC) dihadapan lebih dari 300 tokoh
dunia dari berbagai negara yang diselenggarakan di New York (2009).

“Inilah saatnya bagi bangsa-bangsa cinta damai dan keadilan untuk bangkit
dan bekerjasama membangun perdamaian sejati, menghentikan kezaliman dan
penjajahan baru dalam berbagai bentuknya. Maka perlu ada sistem altermatif
terhadap sistem dunia yang rusak selama ini untuk berorientasi memecahkan
masalah umat manusia, seperti mengentaskan kemiskinan dan pengangguran,
melenyapkan penyakit menular, memperbaiki kerusakan lingkungan,
menghentikan perang dan berbagai bentuk kekerasan lainnya. Dalam kaitan
ini, agama penting sekali berperan dengan mendorong etika agama itu sendiri
untuk perubahan, perbaikan dan kemajuan. Namun hal ini hanya mungkin
terjadi jika agama menampilkan misi sucinya sebagai penebar rahmat bagi
alam semesta (rahmatan lil 'alamin).” Serunya dalam kesempatan yang lain.

Kepemimpinan yang Akomodatif-Rekonsiliatif


Selama menakhodai Muhammadiyah, Din Syamsuddin cenderung
menampilkan langgam kepemimpinan yang akomodatif-rekonsiliatif, sembari
terus beriktiar meredam ketegangan antar pemeluk agama serta mencari corak
gerak perjuangan yang kontributif dan saling mendamaikan. Paling tidak,
buah dari ikhtiar itu sudah terlihat dalam bingkai hubungan antara
Muhammadiyah dan Nahdhatul Ulama yang cenderung lebih kondusif sebagai
dua ormas utama pilar bangsa. Dengan usahanya yang gigih, Din Syamsuddin
dapat dikata telah mampu pula membuktikan pada dunia bahwa Persyarikatan

6
Muhammadiyah bukan hanya ormas Islam terbesar di dunia dilihat dari
spektrum amal usahanya. Namun juga, mampu meneguhkan eksistensi dan
peran kekinian Muhammadiyah sebagai gerakan pembaharuan dan
pencerahan menuju masyarakat utama yang menjunjung tinggi perdamaian
dan kebersamaan umat manusia semesta.

Agus Salim

Daftar Pustaka

http://m.muhammadiyah.or.id/id/content-169-det-prof-dr-h-m-din-
syamsuddin.html
https://www.viva.co.id/siapa/read/150-din-syamsuddin
https://biografi-tokoh-ternama.blogspot.com/2016/10/biografi-din-syamsuddin-
ketua-umum.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Din_Syamsuddin
https://m.merdeka.com/din-syamsuddin/profil/
https://www.kompasiana.com/dasmandjamaluddin/5bbc02a212ae94271a1134d2
/mengenal-lebih-dekat-tokoh-muhammadiyah-din-syamsuddin

Anda mungkin juga menyukai