Dosen Pengampu :
Ust.Burhanuddin,MA
Oleh :
1. Azdy Assaify 21011
2. Azzam Faturrohman 21011277
3. Faqohatan Majid A 21011156
4. Fathkhurrohman 21011120
5. Hizrian Ridy 21011280
KELAS 4 A IKHWAN
PROGRAM STUDY ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
SEKOLAH TINGGI ILMU USHULUDDIN DARUL HIKMAH
BEKASI
KATA PENGANTAR
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dosen pada mata kuliah Hadist 3. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang tema Musnad Imam Ahmad bin Hanbal bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini menjadi butir-butir amalan kami
dan bermanfaat untuk kami pribadi dan para pembaca pada umumnya. Aamiin Yaa
Rabbal ‘Alamin.
1
DAFTAR ISI
Bab 1 PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Bab 2 PEMBAHASAN
Bab 3 PENUTUP
Kesimpulan ____________________ 9
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Imam Ahmad Ibn Hambal atau yang dikenal dengan Imam Hambali sejak kecil telah
kelihatan sangant cinta terhadap ilmu pengetahuan. Ia tidak segan-segan mengorbankan
dirinya untuk pergi ke beberapa tempat yang jauh hanya untuk mencari sebuah ilmu. Bahkan
dalam usia 16 tahun ia memulai memeperlajari Ilmu Hadis, yakni sekitar Tahun 179 H, hal ini
bertepatan dengan wafatnya Imam Malik dimadinah.
Tanpa mengenal lelah Ahmad Ibn Hambal telah mengabdi dalam bidang pendidikan
selama hayatnya, dan reputasi beliau mengenai hal ini sangatlah tinggi sebagai seorang
ilmuan dan guru yang membuat setiap orang yang hidup pada zamannya ingin belajar dan
mencari ilmu kepadanya. Ahmad Ibn Hambal mewarisi lebih dari sepuluh karya tulis, dan
karya yang populer ialah al-Musnad yang merupakan salah satu kitab kumpulan beberapa
hadis Nabi saw.
Dan Musnad Ahmad Ibn Hambal merupakan salah satu kitab yang sembilan dari
beberapa kitab hadis yang sudah terpercaya keshahihannya. Semula kitab ini hanya
berjumlah delapan jilad saja, tapi dengan banyaknya bermunculan para pentahqiq dan
pensyarah berkat al-Hamduliullah, buku tersebut menjadi sebanyak lima puluh jilid.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi
Nama lengkap Ahmad Ibn Hambal ialah Ahmad Ibn Muhammad Ibn Hambal al-
Syaibani al-Baghdadi, beliau lahir pada Tahun 164 H di baghdad, dan meningga di bagdad
pula pada Tahun 240 H. Ia sempat dipenjara selama 28 bulan karena sikapnya yang
menolak faham kemakhlukan al-Qur’an. kemudian ia dilepaskan dari penjara sehubungan
dengan sikap al-Mutawakkil yang tidak lagi berfaham Mu’tazilah seperti halnya para khalifah
sebelumnya. Sebagian besar keilmuan Ahmad Ibn Hambal diperoleh melalui beberapa
ulama dibagdad kota kelahirannya, sehingga hal tersebut sempat mengantarkannya sebagai
salah satu anggota diskusi atau Halaqah Qadhi Abu Yusuf.
Guru-Guru Ahmad ibn Hambal.
Ahmad ibn hambal berguru terhadap banyak ulama, dan jumlahnya lebih dari dua ratus
delapan puluh guru yang tersebar diberbagai negeri, seperti dimekkah, kufah, bashrah,
baghdad, yaman, dan berbagai negri lainnya. Diantaranya ialah :
a. Ismail bin Ja’afar.
b. Abbad bin Abbad al-Ataky.
c. Umari bin Abdillah bin Khalid.
d. Husyaim bin Basyir bin Qasim bin Dinar al-Sulami.
e. Imam Syafi’i.
f. Waki’ bin Jarrah.
g. Ismail bin Ulayyah.
h. Sufyan bin ‘Uyainah.
i. Abdurrazaq.
j. Ibrahim bin Ma’qil.
k. Dan masih banyak lagi guru-gurunya.
Murid-murid Ahmad Ibn Hambal yang paling menonjol dalam ahli hadis ialah :
a. Imam Bukhari.
b. Muslim.
c. Abu Dawud.
d. Nasa’i
e. Tirmidzi.
f. Ibnu Majah.
g. Putranya, Shalih bin Ahmad bin Hambal.
h. Putranya, Abdullah bin Ahmad bin Hambal.
i. Keponakannya, Hambal bin Ishaq.
4
B.Karya Imam Ahmad bin Hanbal
Ahmad Ibn Hambal menulis beberapa kitab al-Musnad al-Kabir yang termasuk sebesar-
besarnya kitab “musnad” dan sebaik-baiknya karyanya dalam penelitian hadis. Ahmad Ibn
Hambal tidak memasukkan dalam kitabnya selain yang dibutuhkan sebagai sebuah hujjah.
Kitab musnad ini berisi lebih dari 25.000 hadis. Diantara kaya beliau ialah ensiklopedia hadis
atau musnad, yang disusun oleh anaknya dari beberapa kajian, dan kumpulan dari 40 ribu
hadis, juga kitab al-Salat dan kitab al-Sunnah.
• Kitab al-Musnad, karya yang paling menakjubkan, sebab kitab inilah yang memuat
lebih dari dua puluh tujuh ribu hadis.
• Kitab al-Tafsir, tapi al-Dzahabi mengatakan bahwa kitab ini sudah hilang.
• Kitab al-Nasikh Wa al-Mansukh.
• Kitab al-Tarikh.
• Kitab Hadis Syu’bah.
• Kitab al-Muqaddam Wa al-Mu’akkhar Fi al-Qur’an.
• Kitab jawaban al-Qur’an.
• Kitab al-Manasik al-Kabir.
• Kitab al-Manasik al-Saghir.
5
Metodologi penulisan kitab al-Musnad yang digunakan oleh Ahmad Ibn Hanbal dalam hal
periwayatan adalah dengan cara melihat jalur periwayatan (sanad) sebuah hadist dengan
kritis.
Periwayatan hadis bermula dari hasil kesaksian sahabat Nabi terhadap sabda,
perbuatan dan pengakuan atau perihal tentang Nabi Muhammad SAW. Apa yang disaksikan
oleh sahabat itu lalu disampaikan kepada orang lain, orang lain menerima riwayat hadis itu
mungkin saja berstatus sahabat, al-Muhadhramin2 atau tabi’in. Mereka pula menyampaikan
hadis tersebut kepada tabi’ tâbi’in. Demikian seterusnya, sehinggalah hadis itu sampai
kepada periwayat yang melakukan penghimpunan hadis.
6
2. Hadits-hadits yang bersumber periwayatannya melalui para sahabat Nabi peserta
perang Badar. Prioritas penempatan hadits dari mereka berkait erat dengan informasi
dari Rasulullah SAW bahwa telah ada jaminan pengampunan massal dari Allah SWT
atas segala dosa para sahabat yang ambil bagian dalam perang Badar, berikut jaminan
tidak bakal masuk neraka untuk mereka (eks hadits marfu’ melalui Jabir bin Abdillah
dalam Shahih Muslim dan melalui Abu Hurairah dalam Musnad Ahmad/Sunan Abu
Dawud/Ibnu Abi Syaibah). Hadits- hadits yang dimaksud melibatkan 313 sahabat
dengan perincian 80 orang eks sahabat muhajirin dan sisanya sahabat sahabat dari
kalangan anshar
3. Hadits-hadits yang perawi utamanya adalah para sahabat yang mengikuti peristiwa
bai’atur-ridhwan dan shulhul-hudaibiyah;
4. Hadits-hadits yang sumber periwayatannya melalui Para sahabat Nabi yang proses
keislaman pribadinya bertepatan dengan peristiwa fathu Makkah
5. Hadits-hadits yang periwayatannya bersumber melalui
Para Ummahatul-mu’minin (janda-janda mendiang Nabi Muhammad SAW) dan diakhiri
dengan ;
6. Hadits-hadits yang periwayatannya melalui para wanita sahabiah.
Berdasarkan sumbernya, hadis-hadis yang ter-dapat didalam Musnad Ahmad dapat
dibagi menjadi 6 jenis, sebagai berikut:
a. Hadist yang diriwayatkan Abdullah dari ayahnya, Ahmad ibn Hanbal, dengan
mendengar langsung. Hadis seperti ini paling banyak jumlahnya di dalam Musnad
Ahmad.
b.Hadist nyang didengar Abdullah dari ayahnya, dan dari orang lain. Hadis semacam ini
sangat sedikit jumlahnya.
c.Hadist yang diriwayatkan Abdullah dari selain ayahnya (zawaid Abdullah)
d.Hadist yang tidak di dengar dan dibacakan Abdullah kepada Ayahnya, tetapi Abdullah
men-jumpai dalam kitab sang ayahnya, yang ditulis tangan.
e.Hadist yang tidak didengar Abdullah dari ayahnya tetapi dibacakan didepan ayahnya.
E. Derajat Al Musnad
Tekad imam Ahmad ibn Hambal ialah mengupayakan koleksi hadis yang berpotensi
sebagai hujjah. Berbekal tekat tersebut pula telah dilakukan penantian seksama, guna setiap
hadis yang dimuat dalam al-Musnad bermutu Sahih. Atas dasar penegasan imam Ahmad
itulah Abu Musa al-Madani optimis memandang setiap hadis dalam al-Musnad berkelayakan
dijadikan hujjah. Penilaian serupa pernah dinyatakan oleh Jalaluddin al-Sayuthi. Sedikit
moderat ialah sikap al-Hafidz ibn Hajar al-Asqalani yang hasil penelitiannya berakhir dengan
kesimpulan bahwa dai sejumlah 40.000 hadis al-Musnad hanya 3 atau 4 (empat hadis yang
7
belum diketahui secara pasti sumber pengoperan riwayatnya). Dengan ungkapan lain bahwa
dalam al-Musnad terdapat sejumlah hadis bermutu Sahih dan hadis Dha’if dalam strata
mendekati Hasan Lighairihi.
Berbeda dengan sikap penilaian para ulama diatas al-Baqa’i menunjuk sejumlah hadis
(tanpa menyebut dengan pasti berapa banyaknya) dalam al-Musnad yang dianggap Maudhu’.
Demikian pula al-Hafidz al-Iraqi menuduh 9 (sembilan) hadis Maudhu’ . sedangkan ibn Jauzi
mengeklaim 29 hadis Maudhu’ dalam kitab al-Musnad Ahmad ibn Hambal. Jika ditelusuri
ulanng koleksi hadis dalam al-Musnad yang bermateri Fadha’il al-A’mal terasa adanya pola
pelonggaran (tasahul) dalam sistem seleksi pemuatannya, padahal imam Ahmad bin Hambal
dikenal moderat daam tradisi menilai jarak atau Ta’dil pada personalian para pendukung
riwayat hadis, fenomena yang mengisyaratkan kontras ini seyogyanya menjadikan proses
historis menuju kodifikasi al-Musnad, sebagai bahan prtimbangan. Secara jujur perasaan
salut perlu diberikan kepada al-Hafidz al-Iraqi dan ibn al-Jauzi, sebab kedua ulama hadis
tersebut mengetrapkan normauji mutu terhadap validitas (kesahihan) hadis bukan semata-
mata dipusatkan pada aspek transmisi riwayat, tapi mengikuti sertakan pula sektor kandungan
matan hadis yang bersangkutan. Dengan mengenyampingkan fanatik sentimen keagamaan
tetap kiranya bila penilaian imam Syarifuddin al-Nawawi, dijadikan pegangan. Ia memandang
beberapa hadis koleksi al-Musnad setara dengan hadis koleksi Abu Dawud al-Thayalisi dalam
derajat kehujjahan hadisnya. Akreditas semacam itulah berakibat menempatkan koleksi
beberapa hadis koleksi al-Ushul al-Khamsah, yaitu Sahih al-Bukhari, Sahih Muslim, Sunan
Abu Dawud, Sunan al-Jami’ al-Turmudzi dan Sunan al-Nasa’i.
8
karena adanya periwayat yang suka salah dalam meriwayatkan hadis, maka yang seperti itu
banyak, sebagaimana juga banyak terdapat dalam kitab-kitab sunan.
****
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hadis-hadis dalam Musnad
Ahmad bin Hanbal ada yang berkualitas shahih ada pula yang dhaif. Keberadaan hadis
dhaif dalam Musnad Ahmad ini tidak terlepas dari sikap dan pendapatnya terhadap hadis
dhaif tersebut, di mana ia lebih mendahulukan hadis dhaif daripada pendapat atau ra’yu. La
juga membolehkan mempergunakan hadis dhaif sebagai dasar dalam masalah fadhail ‘amal
atau dasar tentang faidha dan kegunaan Suatu amalan.
Abdullah, putra Ahmad bin Hanbal bisa pula dikatakan memiliki andil atas keberadaan
hadis- hadis dhaif atau maudhu’ dalam Musnad Ahmad bin Hanbal ini, karena sebagian
ulama berpendapat bahwa dialah yang telah memasukkan hadis-hadis dhaif tersebut ke
dalam musnad
Demikian makalah yang telah kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi
pembaca. Apabila ada saran dan kritik yang ingin disampaikan, kami akan sangat
menerimanya dengan senang hati.
Apabila terdapat kesalahan, mohon sekiranya dapat dibukakan pintu maaf yang
sebesar-besarnya, karena kami hanya hamba Allah yang tak luput dari khilaf dan lupa.