Anda di halaman 1dari 3

Ulasan Artikel, Mata Pelajaran Sejarah Minat

Rezky Nathaneila (XII IPS 1)

Guru pembimbing : M. Bagus Aprilianto

ALASAN ARTIKEL : CITY POP

Video dengan judul “Booming City Pop di Balik Keajaiban Ekonomi Jepang” yang
diunggah di tirto.id oleh Joan Aurelia dan Awal Hasan 2021 silam membahas genre musik
yang kembali mendapatkan popularitasnya. Lagu yang lahir dan terkenal di jepang pada akhir
1970-an sampai 1980-an ini merupakan lagu berbahasa Jepang yang sangat dipengaruhi oleh
musik populer Amerika. Hal ini ditandai dengan perpaduan berbagai gaya musik seperti soft
rock, disko, funk, jazz, dan tekno di dalamnya. City Pop sendiri muncul ketika Jepang
mengalami pertumbuhan ekonomi secara drastis yang dikenal dengan Japan Economic
Miracle. Secara ajaib, negara ini tumbuh menjadi negara maju yang unggul di industri
elektronik dan otomotif sehingga perluasan dan pembangunan wilayah kota tidak terelakkan.
Masyarakat Jepang berubah bersama dengan lingkungannya, gaya hidup baru memengaruhi
banyak aspek kehidupan dan musik menjadi salah satunya. Selera musik masyarakat berubah,
kini mereka mencari musik yang dapat menggambarkan tantangan dan pengalaman hidup khas
kota. City Pop kemudian dipilih karena memberikan pilihan itu. Kehadirannya dianggap
sebagai pelengkap terutama bagi mereka yang meromantisasi perkotaan. Sayangnya, di era
1990-an popularitas City Pop meredup. Penyebab utamanya adalah pecahnya gelembung harga
aset yang membuat perekonomian Jepang menurun. Hal ini menyebabkan masyarakat kurang
memperhatikan seni dan lebih fokus mencukupi hidup mereka. Saat itu, genre City Pop
cenderung ceria dan optimis sehingga lagu ini tidak lagi relate dengan masyarakat Jepang. Pada
pertengahan tahun 2010, musik City Pop tiba-tiba kembali mendapatkan sorotan dari
masyarakat Jepang maupun internasional. Hadirnya sosial media dan platform musik menjadi
faktor utama dalam kemunculan minat terhadap genre musik ini. Hal ini juga dipengaruhi oleh
minat generasi muda yang menyukai hal-hal yang bernuansa nostalgia. Beberapa musisi
Indonesia seperti Crishye, Keenan Nasution, dan Fariz RM juga menyumbang lagu dengan
genre City Pop ini, sehingga memunculkan nostalgia yang terasa melokal.

Tujuan penulis membuat video ini untuk menjawab pertanyaan tentang musisi
Indonesia yang terpengaruh oleh City Pop dan menunjukkan alasan mengapa genre tersebut
dapat kembali popular. Guna menjawab pertanyaan tersebut, Joan Aurelia mengutip dari
seorang jurnalis musik, David Tarigan, beberapa artis Indonesia yang bergenre City Pop seperti
Chrisye, Keenan Nasution, dan Fariz RM memang mengambil inspirasi dari Amerika. Namun,
menurut artikel yang diunggah Alvin Yunata di Harpers Bazaar dengan judul “Kembalinya
Musik Pop Krearif dalam Terminologi Baru : Indonesian City Pop” (2021) Keadaan yang
mirip terjadi pada tahun 1980-an, ketika Indonesia sedang tumbuh dan menjadi kosmopolis
sehingga selera masyarakat terhadap musik berubah. Bersamaan dengan meledaknya genre
AOR (Adult Oriented Rock), nama Mariya Takeuchi dan Tatsuro Yamashita mulai dikenal
masyarakat dan City Pop lebih terasa ketika musisi lokal telah mencetak selera dan standarisasi
musik pop modern Indonesia, jurnalis musik menyebutnya musik Pop Kreatif.

Dalam video berdurasi 7 menit itu Joan Aurelia dan Awal Hasan mempelajari sumber
kembalinya City Pop dengan mengaitkan kesukaan generasi muda bernostalgia dengan
algoritme YouTube. Dalam artikel yang dimuat pada froyonion.com berjudul “City Pop: Genre
Jadul yang Kembali Populer Berkat Tiktok” (2022), Khalid Asmadi menyatakan hal yang sama
: Genre ini menarik mereka yang suka bernostalgia. Oleh karena itu, akan selalu ada celah
untuk musik ini kembali ke permukaan. Berbeda dengan isi video yang fokus pada perilaku
generasi muda, artikel Khalid terfokus pada seni visual yang terpengaruh City Pop. Ia
memaparkan beberapa elemen yang selalu dikaitkan dengan genre ini. Elemen-elemen itulah
yang menjadi kiblat bagi para illustrator pecinta City Pop. Menurut Khalid, City Pop dapat
kembali karena bantuan tren meme Tiktok. Hal ini disebabkan banyak akun yang menggunakan
potongan lagu dengan genre tersebut, sehingga banyak orang yang akhirnya menggali lagu-
lagu lain dengan vibe yang sama. Lewat artikel Cat Zhang yang berjudul “The Endless Life
Cycle of Japanese City Pop” (2021) yang ia publikasikan di Pitchfork, diuraikan alasan
mengapa City Pop berkembang dengan cepat dalam arus YouTube meskipun masih sulit
mengenali beberapa lagu dengan genre yang sama. YouTube dapat memberikan judul
campuran City Pop menggunakan templat Lo-Fi. YouTube menumbuhkan audiens massal
dengan menimbulkan ketidakjelasan dari masa lalu, sementara bantuan dari Tiktok
meningkatkan lagu-lagu hit algoritmik yang sudah ada sembari menambahkan lagu-lagu
buatannya sendiri ke dalam campuran.
Daftar Pustaka

Aurelia, J., & Hasan, A. (2021, 2 Agustus). Booming City Pop di Balik Keajaiban Ekonomi
Jepang. Tirto.id https://tirto.id/booming-city-pop-di-balik-keajaiban-ekonomi-jepang-
gigu

Zhang, C. (2021, 24 Februari). The Endless Life Cycle of Japanese City Pop. Pitchfork.
https://pitchfork.com/features/article/the-endless-life-cycle-of-japanese-city-pop/

Yunata, A. (2021, 7 Agustus). Kembalinya Musik Pop Kreatif dalam Terminologi Baru :
Indonesian City Pop. Harpers Bazaar Indonesia.
https://harpersbazaar.co.id/articles/read/8/2021/15675/kembalinya-musik-pop-kreatif-
dalam-terminologi-baru-indonesian-city-pop&lang=en

Asmadi, K. (2022, 13 September). City Pop : Genre Jadul yang Kembali Populer Berkat
Tiktok. Froyonion.com. https://www.froyonion.com/news/pop/city-pop-genre-jadul-
yang-kembali-populer-berkat-tiktok

Anda mungkin juga menyukai