Anda di halaman 1dari 27

1

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pembahasan Tentang Etos Kerja Guru

1. Pengertian Etos Kerja

Menurut Mochtar Buchori dalam Muhaimin (2004:112) kata “etos”

berasal dari bahasa Yunani “ethos”, yang berarti ciri sifat atau kebiasaan, adat

istiadat, atau juga kecenderungan moral, pandangan hidup yang dimiliki oleh

seseorang, suatu golongan atau suatu bangsa. Jadi etos kerja berarti

karakteristik (ciri-ciri atau sifat) mengenai cara bekerja, kualitas esensial dari

cara bekerja, sikap atau kebiasaan terhadap kerja, pandangan terhadap kerja,

yang dimiliki oleh seseorang, suatu kelompok atau bangsa.

Etos kerja guru dapat berarti ciri-ciri atau sifat (karakteristik)

mengenai cara bekerja, yang sekaligus mengandung makna kualitas

esensialnya, sikap dan kebiasaannya serta pandangannya terhadap kerja yang

dimiliki oleh guru dalam melaksanakan dan mengembangkan kegiatan

pendidikan di sekolah (Muhaimin, 2004:111).

Etos kerja yaitu semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan

seseorang atau suatu kelompok (Din Zainudin, 2005:127).

Etos dapat pula memberikan arti sikap, kepribadian, watak, karakter,

serta keyakinan atas sesuatu. Etos dibentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh

budaya, serta sistem nilai yang diyakini. Dari kata etos, dikenal pula kata
2

etika, etiket yang hampir mendekati pada pengertian akhlak atau nilai-nilai

yang berkaitan dengan baik-buruk (moral) sehingga dalam etos tersebut

terkandung gairah atau semangat yang amat kuat untuk mengerjakan sesuatu

secara optimal, lebih baik, dan bahkan berupaya untuk mencapai kualitas

kerja yang sesempurna mungkin. Dengan demikian yang dimaksud etos kerja

adalah totalitas kepribadian dirinya serta caranay mengekspresikan,

memandang, meyakini dan memberikan makna pada sesuatu, yang

mendorong dirinya untuk bertindak dan meraih hasil yang optimal (Toto

Tasmara, 2002:15).

Dari beberapa pengertian etos kerja di atas, maka kompetensi yang

harus dimiliki setiap pribadi berkaitan dengan etos kerja diantaranya memiliki

sikap disiplin, jiwa kepemimpinan, kematangan emosi dan sikap kerja keras.

Al-Qur’an dengan tegas memerintahkan untuk bekerja keras memperoleh

prestasi, mendapat penghargaan berupa pahala dari Allah Swt. dan

mendapatkan imbalan dari sesama manusia yang mempekerjakan. Sesuai

dengan firman Allah Swt. dalam surat at-Taubah ayat 105 sebagai berikut:
3

“Dan katakanlah: bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta


orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan
dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang gaib dan yang
nyata, lalu diberikan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”
(Depag RI, 2000, hal. 162)

Tampaklah bahwa dalam etos kerja ada semacam kandungan semangat

untuk mengubah sesuatu menjadi lebih bermakna, seseorang yang memiliki

etos kerja ia tidak mungkin membiarkan dirinya untuk menyimpang atau

membiarkan penyimpangan yang akan membinasakan.

2. Ciri-ciri Etos Kerja Guru

Menurut para ahli pendidikan, bahwa kegiatan atau pekerjaan itu

dikatakan profesi bila dilakukan untuk mencari nafkah dan sekaligus

dilakukan dengan tingkat keahlian yang cukup tinggi. Agar suatu profesi dapat

menghasilkan mutu produk yang baik perlu dibarengi dengan etos kerja yang

mantap pula.
4

Menurut Muchtar Buchori dalam Muhaimin (2004:115), ciri-ciri etos

kerja guru dilihat dari cara kerjanya sebagai berikut:

1. Keinginan untuk menjunjung tinggi mutu pekerjaan

2. Menjaga harga diri dalam melaksanakan pekerjaan

3. Keinginan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui karya

profesionalnya.

Sedangkan menurut Din Zainudin (2005: 129) ciri-ciri seorang yang

memiliki etos kerja adalah sebagai berikut:

1. Mencintai pekerjaan yang dilandasi dengan keikhlasan

2. Melaksanakan pekerjaan dengan melaksanakan produktifitas sesuai

kemampuan.

3. Melaksanakan pekerjaan secara profesional.

Ciri-ciri etos kerja di atas terkait dengan kemampuan yang harus

dimiliki oleh guru, yaitu kemampuan profesional, kemampuan sosial dan

kemampuan personal.

1. Kemampuan profesional yaitu menyangkut kemampuan dan kesediaan

serta tekad guru untuk mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan yang telah

dirancang melalui proses dan produk kerja yang bermutu.

2. Kemampuan sosial yaitu perilaku guru yang berkeinginan dan bersedia

memberikan layanan kepada masyarakat melalui karya profesionalnya

untuk mencapai tujuan pendidikan.


5

3. Kemampuan personal yaitu ciri hakiki dari kepribadian guru untuk

menjaga harga diri dalam melaksanakan pekerjaannya guna mencapai

tujuan pendidikan yang ditetapkan (Muhaimin, 2004: 115).

Sebagai suatu profesi, Wina Sanjaya (2006: 145-146) dalam bukunya

yang berjudul Kompetensi Profesional Guru dalam Proses Pembelajaran

menjelaskan sejumlah kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru,

yaitu meliputi:

1. Kompetensi Pribadi

Guru sering dianggap sebagai sosok yang memiliki kepribadian

ideal. Oleh karena itu, pribadi guru sering dianggap sebagai model atau

panutan (yang harus di-gugu dan di-tiru). Sebagai seorang model guru

harus memiliki kompetensi yang berhubungan dengan pengembangan

kepribadian (personal competencies), diantaranya:

1) Kemampuan yang berhubungan dengan pengamalan ajaran agama

sesuai dengan keyakinan agama yang dianutnya.

2) Kemampuan untuk menghormati dan menghargai antar umat beragama.

3) Kemampuan untuk berperilaku sesuai dengan norma, aturan, dan

sistem nilai yang berlaku di masyarakat.

4) Mengembangkan sifat-sifat terpuji sebagai seorang guru misalnya

sopan santun dan tata krama.

5) Bersikap demokratis dan terbuka terhadap pembaruan dan kritik.


6

2. Kompetensi Profesional

Seorang guru dianggap memiliki profesionalitas tinggi jika

senantiasa berusaha untuk meningkatkan kualitas pengajarannya dan

senantiasa berfikir untuk kebaikan-kebaikan muridnya, dalam melakukan

tugasnya memandang bukan hanya sebagai suatu pekerjaan namun lebih

kepada professional. (Imma Helianti: http://tpj.bpkpenabur.or.id-tabloid

penabur jakarta).

Kompetensi profesional adalah kompetensi atau kemampuan yang

berhubungan dengan penyelesaian tugas-tugas keguruan. Kompetensi ini

merupakan kompetensi yang sangat penting, oleh sebab langsung

berhubungan dengan kinerja yang ditampilkan. Oleh sebab itu, tingkat

keprofesionalan seorang guru dapat dilihat dari kompetensi ini. Beberapa

kemampuan yang berhubungan dengan kompetensi ini diantaranya:

1) Kemampuan untuk menguasai landasan kependidikan, misalnya paham

akan tujuan pendidikan yang harus dicapai baik tujuan nasional, tujuan

institusional, tujuan kurikuler, dan tujuan pembelajaran.

2) Pemahaman dalam bidang psikologi pendidikan, misalnya paham

tentang tahapan perkembangan siswa, paham tentang teori-teori

belajar, dan lain sebagainya.

3) Kemampuan dalam penguaaan materi pelajaran sesuai dengan bidang studi yang

diajarkannya.

4) Kemampuan dalam mengaplikasikan berbagai metodologi dan strategi pembelajaran.


7

5) Kemampuan merancang dan memanfaatkan berbagai media dan

sumber belajar.

6) Kemampuan dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran

7) Kemampuan dalam menyusun program pembelajaran

8) Kemampuan dalam melaksanakan unsur-unsur penunjang, misalnya

paham akan administrasi sekolah, bimbingan, dan penyuluhan.

9) Kemampuan dalam melaksanakan penelitian dan berpikir ilmiah untuk

meningkatkan kinerja.

3. Kompetensi Sosial Kemasyarakatan

Kompetensi ini berhubungan dengan kemampuan guru sebagai

anggota masyarakat dan sebagai makhluk sosial, meliputi:

1) Kemampuan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman

sejawat untuk meningkatkan kemampuan profesional

2) Kemampuan untuk mengenal dan memahami fungsi-fungsi setiap

lembaga kemasyarakatan.

3) Kemampuan untuk menjalin kerja sama baik secara individual maupun

secara kelompok.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat diketahui bahwa guru

yang memiliki etos kerja tinggi ada kaitannya dengan kompetensi atau

kemampuan yang dimiliki oleh guru.


8

Guru yang memiliki etos kerja tinggi ciri-cirinya sebagai berikut:

1. Keinginan untuk menjunjung tinggi pendidikan

Ciri etos kerja guru ini berkaitan dengan kompetensi

profesional yakni seorang guru harus mempelajari kehidupan psikis

(tabiat, minat, kebiasaan, perasaan dan kemampuan) peserta didik

selaras dengan masa perkembangannya sehingga dalam penyajian

pelajaran akan tepat pada sasarannya, menguasai bidang yang

diajarkan serta berusaha mendalami dan mengembangkannya,

mempunyai kemampuan mengajar dan tanggap terhadap berbagai

kondisi dan perkembangan kehidupan modern yang dapat

mempengaruhi sikap, pola pikir, tigkah laku peserta didik. Kompetensi

ini dapat ditumbuhkan dan ditingkatkan melalui proses pendidikan

akademik dan profesi suatu lembaga pendidikan.

Tugas mendidik atau profesi keguruan terkait dengan tugas

kerasulan dalam firman Allah Swt. surat Al-Maidah ayat 67:

“Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari


Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu,
berarti) kamu tidak menyampaikan amanatnya. Allah memelihara
kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” (Depag RI, 2000, hal. 95)
9

2. Keinginan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui

karya profesionalnya

Ciri etos kerja guru ini berkaitan dengan kompetensi sosial,

yang merupakan kristalisasi pengalaman dan pergaulan seorang guru,

yang terbentuk dalam lingkungan keluarga, masyarakat dan sekolah

tempat melaksanakan tugas. Yang meliputi hubungan guru dengan

guru lain, hubungan komunikasi dengan peserta didik serta hubungan

guru dengan masyarakat, adanya hubungan yang baik tersebut sangat

penting adanya sebab tanpa adanya hubungan komunikasi yang baik

maka suatu pendidikan tidak akan dapat berjalan dengan lancar.

3. Menjaga harga diri dalam melaksanakan pekerjaan

Ciri etos kerja guru ini berkaitan dengan kompetensi personal,

yakni seorang guru harus menjaga diri dan kehormatannya,

menerapkan ilmunya dalam bentuk perbuatan, ikhlas dalam bekerja

yang terpenting adalah seorang guru harus mempunyai kepribadian

yang patut dijadikan teladan. Beberapa sikap guru yang patut dijadikan

teladan oleh peserta didik adalah sikap disiplin kerja keras dan sopan

santun serta sikap pertanggung jawaban atas segala sikap dan

perbuatan yang dilakukan. Firman Allah Swt surat Al-Isra’: 36:


10

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai


pengetahuan tentangnya (tidak kritis). Sesungguhnya, pendegaran,
penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung
jawabannya.” (Depag RI, 2000, hal. 228)

Jadi seorang guru dalam melaksanakan tugasnya untuk

memberikan pelayanan yang baik dan selalu berpenampilan yang

positif, serta memberikan teladan yang baik kepada peserta didik.

Ketiga ciri etos kerja tersebut merupakan ciri yang paling

mendasar yang seharusnya melekat pada setiap pekerjaan yang

profesional. Jadi guru yang profesional harus mempunyai etos kerja

yang baik, etos itulah yang menjadi fondasi sukses sejatinya karena

menjadi guru yang profesional akan terlihat dari perilakunya terutama

perilaku kerja (Imma Helianti: http: //tpj. bapakpenabur. or. Id /

tabloitpenabur. Jakarta. Powered by mambo generated).

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Etos Kerja

Di Indonesia ada manusia yang rajin yang selalu mengejar

kesempurnaan di dalam bekerja adapula beribu-ribu manusia Indonesia yang

malas yang sudah puas dengan cara bekerja yang asal-asalan yang tidak

merasa bersalah kalau hasil pekerjaannya mengandung banyak kekurangan.

Inilah sebabnya mengapa citra tenang etos kerja Indonesia menjadi jelek.

Kehandalan etos kerja yang ada pada sejumlah kecil manusia Indonesia tidak

dapat menghapus citra jelek yang diciptakan oleh berjuta-juta manusia

Indonesia dengan etos kerja yang jelek (Mochtar Buchori, 2001: 151).
11

Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya etos

kerja menurut beberapa pendapat adalah:

a. Menurut Dedi Supriadi (1998:43) faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi

rendahnya etos kerja adalah sebagai berikut:

1. Faktor kesejahteraan

2. Faktor kondisi kerja

3. Faktor kesempatan untuk berkembang

b. Menurut Pandji Anoraga (1998:18) faktor yang mempengaruhi etos kerja

adalah

1. Keamanan kerja(Job Security)

2. Kemungkinan atau kesempatan untuk mendapat kemajuan

(opportunities for advancement)

3. Kondisi kerja

4. Rekan kerja yang baik(good working companion)

5. Kompensasi, gaji atau imbalan.

c. Sedangkan menurut Yamin Martinis (2006:42) adalah

1. Masalah peningkatan kualitas guru

2. Masalah peningkatan kesejahteraan social

3. Diskriminasi status guru

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa factor-faktor yang dapat

mempengaruhi tinggi rendahnya etos kerja adalah sebagai berikut:


12

1. Faktor Kesejahteraan

Dilaporkan dari beberapa negara bahwa keterlambatan gaji

merupakan faktor penentu utama terhadap motivasi guru. Di sejumlah

lainnya, rendahnya gaji guru penyebab utama tingginya angka bolos kerja

karena mencari penghasilan tambahan atau tak cukup untuk memenuhi

kebutuhan.

Dengan bercermin pada pengalaman negara-negara maju, maka

dilihat dari segi pelakunya pemicu utama dari mutu pendidikan adalah

kesejahteraan guru. Kesejahteraan ini meliputi aspek materiil dan non-

materiil. Yang non materiil misalnya kemudahan naik pangkat, suasana

kerja, perlindungan hukum dan lain-lain. Kesejahteraan materiil

merupakan kadar gaji, pemberian tunjangan dan lain-lain.

Sedangkan kesejahteraan yang dimaksud di sini adalah

kesejahteraan materi yang merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi tinggi rendahnya etos kerja guru sebab dengan gaji yang

mencukupi maka proses belajar mengajar bisa berjalan lancar karena para

guru lebih dapat memusatkan perhatian terhadap tugas dan tanggung

jawabnya sebagai pendidik.

Firman Allah Swt Al-Qashash ayat 77:


13

“Dan carilah apa yang telah dia nugerahkan Allah kepadamu


(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat kepadamu dan janganlah
kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Depag RI, 2000,
hal. 315).

2. Kondisi kerja

Suasana kerja yang menggairahkan atau iklim yang ditunjang

dengan komunikasi demokrasi yang serasi dan manusiawi antara pimpinan

dan bawahan dapat mempengaruhi semangat kerja (Muhaimin, 2004:

119).

Terbentuknya kondisi kerja yang mendukung seperti adanya

hubungan yang baik di suatu lembaga, (hubungan baik antara kepala

sekolah dengan guru, guru dengan guru, guru dengan siswa dan

lingkungan pendidikan lainnya), tersedianya sarana dan prasarana yang

mendukung terlaksananya proses belajar mengajar hal tersebut dapat

mempengaruhi tinggi rendahnya etos kerja seseorang.

3. Faktor Kesempatan untuk mendapatkan kemajuan

Faktor ini menjadi penting karena berkaitan dengan kebutuhan

manusia untuk mendapatkan penghargaan, perhatian terhadap dirinya dan


14

juga prestasinya. Dalam faktor ini kenaikan tingkat, kenaikan gaji,

kenaikan pangkat, walaupun relatif kecil sekali bila diabaikan akan mudah

menimbulkan perasaan kecewa dalam diri pegawai dan akan menurunkan

gairah kerja.

Dunia pendidikan sedang diguncang oleh berbagai perubahan

sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat, serta ditantang untuk

dapat menjawab berbagai permasalahan lokal dan perubahan global yang

terjadi begitu pesat. Dalam hal ini guru merupakan komponen yang paling

berpengaruh terhadap terciptanay proses dan hasil pendidikan yang

berkualitas. Para pendidik harus memiliki pengetahuan dan keterampilan

yang berkaitan dengan profesinya (E. Mulyasa, 2007: 5). Dan hendaknya

para guru terus membina dan mengembangkan pengetahuan dan

keterampilannya. Oleh karena itu adanya kesempatan untuk

mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sangat penting, sebab

dengan adanya pengembangan para pendidik dapat menyesuaikan diri

dengan perubahan-perubahan mapu menjawab tuntutan dan kebutuhan

masyarakat sesuai dengan perkembangan zaman.

4. Keamanan Kerja (Job Security)

Kemana dalam bekerja merupakan faktor utama etos kerja dimana

pegawai menganggap bahwa pekerjaan yang dipegangnya merupaka


15

pekerjaan yang aman dan tetap, bukan pekerjaan atau tugas yang mudah

digeser,diganti dan lain sebagainya. Pada umumnya orang merasa lebih

aman menjadi pegawai negeri karena walaupun penghasilannya kecil

tetapi pekerjaanya tersebut tetap dan tidak akan ada pemberhentian kerja

semena-mena.

5. Rekan sekerja yang baik (good working companion)

Hubungan social diantara pegawai merupakan faktor yang cukup

penting untuk dapat menimbulkan kegairahan kerja. Dalam hal ini

pegawai tidak hanya mampu bekerja sama tetapi juga harus mau

melakukan kerja sama, dalam hal ini faktor kepribadian seringkali

menonjol secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi harmoni

dalam hubungan sosial antar pegawai, demikian juga latar belakang

kebudayaan dan adat kebiasaan masing- masing pegawai.

6. Kompensasi, gaji atau imbalan

Faktor ini walaupun pada umumnya tidak menepati urutan paling

atas, tetapi merupakan faktor yang mudah mempengaruhi ketenangan dan

kegairahan kerja. Dari berbagai pandangan umum, kerja merupakan

bagian dari kehidupan manusia yang paling memdasar dan essensial.

Keinginan untuk mempertahankan hidup merupakan salah satu sebab yang

terkuat yang dapat menjelaskan mengapa seseoramg bekerja, melalui kerja


16

seseorang akan memperoleh uang dan uang tersebut dipakai untuk

memuaskan semua kebutuhan.

7. Diskriminasi status guru

Penghapusan diskriminasi status guru yang saat ini beragam,mulai

dari pegawai negeri sipil,pegawai honorer dan swasta bahkan masih ada

guru sukarela. Mereka melakukan tugas yang sama namun imbalan dan

statusnya berbeda.

a. Guru Negeri (PNS) dan Swasta

1. Pengertian Guru Negeri (PNS) dengan Swasta

Yang dimaksud guru negeri ialah guru yang telah memenuhi

syarat-syarat tertentu dalam perundang-undangan yang berlaku diangkat

oleh pejabat yang berwenang, serta digaji oleh pejabat yang berwenang

menurut perundang-undangan dan diserahi tugas negeri atau diserahi

tugas negara yang diteapkan berdasarkan suatu perundang-undangan yang

berlaku (Soetjipto & Raflis Kosasi, 2004: 176).


17

Guru swasta dalam Desmiarlen: http: //www .sinarharapan

co.id/berita adalah merupakan guru yang berstatus tidak tetap.

Sedangkan yang dimaksud dengan guru swasta adalah guru yang

berstatus tidak tetap atau guru yang belum memenuhi syarat-syarat

tertentu dalam perundang-undangan untuk mendapatkan tugas jabatan

negeri, guru swasta diangkat oleh lembaga pendidikan, dalam hal ini yang

berwenang adalah yayasan serta mendapat gaji dari lembaga tersebut.

2. Pengadaan Guru Negeri (PNS) dan Swasta

Pengangkatan tenaga kependidikan dilembaga pendidikan secara

garis besar dapat digolongkan pada dua macam yaitu guru negeri dan guru

swasta.guru negeri tidak hanya bertugas di sekolah negeri, akan

tetapisebagian diperbantukan di sekolah swasta (Yamin Martinis:2006:37).

Pengadaan pegawai merupakan kegiatan untuk memenuhi

kebutuhan pegawai pada suatu lembaga baik jumlah maupun kualitasnya,

untuk mendapatkan pegawai yang sesuai dengan kebutuhan dilakukan

kegiatan rekruitment, yaitu usaha untuk mencari dan mendapatkan calon-

calon pegawai yang memenuhi syarat, dan kemudian calon terbaik dan

tercakap. Untuk kepentingan tersebut perlu dilakukan seleksi, melalui

ujian lisan, tulisan, dan praktek (E. Mulyasa, 2003: 43).

Untuk penambahan dan pengangkatan guru (PNS) ada beberapa

hal yang perlu diperhatikan, yaitu:

1. Persyaratan
18

Persyaratan yang harus dipenuhi oleh setiap orang yang mau

melamar menjadi pegawai negeri sipil, sebagai berikut:

1) Warga Negara Indonesia

2) Berusia serendah-rendahnya 18 tahun dan setinggi-tingginya 40

tahun

3) Tidak pernah dihukum penjara atau kurungan berdasarkan

keputusan pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum

yang tetap karena melakukan suatu tindakan pidana kejahatan

jabatan.

4) Tidak pernah terlibat dalam gerakan yang menentang Pancasila,

UUD 1945, Negara dan Pemerintah.

5) Mempunyai pendidikan, kecakapan atau keahlian yang diperlukan

6) Tidak diberhentikan tidak dengan hormat sebagai pegawai swasta

instansi

7) Berkelakuan baik yang dibuktikan dengan surat keterangan POLRI

setempat

8) Berbadan sehat yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter

9) Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah negara Indonesia

2. Lamaran
19

Setiap pelamar harus mengajukan lamaran secara tertulis

dengan tangan sendiri oleh pelamar. Surat lamaran harus dilengkapi

dengan lampiran-lampiran: Daftar riwayat hidup dan salinan

Ijazah/STTB dan Surat lain yang biasanya disebutkan dalam

pengumuman penerimaan pegawai.

3. Ujian / Seleksi

Ujian dilaksanakan oleh panitia penerimaan. Bahan-bahan

terdiri dari pengetahuan umum dan pengetahuan teknis.

4. Pengangkatan

Para pelamar yang telah memenuhi syarat-syarat diangkat

sebagai calon pegawai negeri sipil dalam lingkungan Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan (Soetjipto & Raflis Kosasi, 2004: 176-

177).

Sedangkan syarat untuk menjadi guru swasta adalah sama dengan

syarat-syarat untuk menjadi guru pada umumnya:

1. Harus memiliki bakat sebagai guru

2. Harus memiliki keahlian sebagai guru

3. Memiliki kepribadian yang baik dan terintegrasi

4. Memiliki mental yang sehat

5. Berbadan sehat

6. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas

7. Guru adalah manusia berjiwa pancasila


20

8. Guru adalah seorang warga negara yang baik. (Oemar Hamalik, 2003:

118).

Karena pekerjaan guru adalah pekerjaan profesional maka untuk

menjadi guru harus memenuhi persyaratan yang berat tersebut dan semua

ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi pegawai

negeri sipil, berlaku pula bagi tenaga pendidik non negeri (guru swasta)

(Soetjipto & Raflis Kosasi, 2004: 176).

3. Pembinaan dan Pengembangan Guru Negeri (PNS) dan Swasta

Dalam rangka meningkatkan efesiensi kerja masalah pembinaan

pegawai merupakan hal yang penting. Program pembinaan pegawai

meliputi aspek yang cukup luas antara lain mengenai peningkatan

kemampuan kerjanya, peningkatan dedikasi, moral dan disiplin kerja serta

pengarahan dan pembentukan motif kerja yang objektif. Peningkatan

kemampuan dan kemahiran kerja dapat ditempuh dengan jalan menambah

pengetahuan dan latihan-latihan melalui penataran-penataran dan latihan

kerja (job training) (Hadari Nawawi, 1988: 67).

Dalam pembinaan guru guru sebagai pegawai negeri sipil yang

harus diperhatikan adalah hak dan kewajibannya. Pembinaan pada

hakikatnya adalah usaha untuk meningkatkan prestasi dengan memberikan

hak-hak mereka serta dengan berbagai usaha memotivasi mereka

(Soetjipto dan Raflis Kosasi, 2004: 179).


21

Hak-hak dan kewajiban bagi guru negeri maupun guru swasta

dijelaskan dalam UU Republik Indonesia No. 14 tahun 2005 tentang Guru

dan Dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya, dalam pasal 14

guru berhak:

1. Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan

jaminan kesejahteraan sosial.

2. Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan

prestasi kerja

3. Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas

kekayaan intelektual.

4. Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi

5. Memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran

untuk menunjang kelancaran tugas keprofesionalan.

6. Memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut

menentukan kelulusan, penghargaan, atau sanksi kepada peserta didik

sesuai dengan kaidah pendidikan, kode etik guru, dan peraturan

perundang-undangan.

7. Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan

tugas

8. Memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi

9. Memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan

pendidikan.
22

10. Memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan

kualifikasi akademik dan kompetensi

11. Memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya.

Sedangkan dalam pasal 20 tentang kewajiban guru dalam

melaksanakan tugas keprofesionalannya adalah:

1. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang

bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.

2. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan

kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu

pengetahuan, teknologi dan seni.

3. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan

jenis kelamin, agama, suku, ras dan kondisi fisik tertentu atau latar

belakang keluarga dan status sosial ekonomi peserta dalam

pembelajaran.

4. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum dan kode

etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika.

5. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.

4. Penggajian Guru Negeri (PNS) dan Swasta


23

Gaji yang berlaku untuk pegawai negeri sipil, sejak tanggal 1 April

1985 diatur dengan peraturan pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 jo

Peraturan Pemerintah No.15 Tahun 1985. Besar atau kecilnya gaji

seseorang ditentukan oleh pangkat dan masa kerja yang dimiliki pegawai

yang bersangkutan.

Dasar perhitungan gaji seorang Pegawai Negeri Sipil yang

diangkat dalam suatu pangkat tertentu ditentukan oleh gaji pokoknya.

Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dalam suatu pangkat tertentu

diberikan gaji pokok berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 15 1985

(Soetjipto & Raflis Kosasi, 2004: 182).

Undang-undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005 Pasal 15

menjelaskan bahwa:

1. Guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh

pemerintah atau pemerintah daerah diberi gaji sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

2. Guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh

masyarakat diberi gaji berdasarkan perjanjian kerja atau kesepakatan

kerja bersama.

Jadi guru negeri mendapatkan gaji dari pejabat yang berwenang

yaitu pemerintah yang diperoleh dari anggaran APBN (Anggaran

Pendapatan Belanja Negara) sedangkan guru swasta mendapat gaji dari

lembaga instansi tempat mereka mengabdikan diri, adapun besar kecilnya


24

gaji yang diterima sesuai dengan perjanjian kemampuan lembaga dan

masa kerjanya. Besar kecilnya gaji guru ini sesuai dengan firman Allah

Swt. Dalam al-Qur’an Surat An-Najm ayat 39 :

“Dan bahwasannya seseorang manusia tiada memperoleh selain apa yang


telah diusahakannya” (Depag RI, 2000: 421)

5. Kesejahteraan Guru Negeri (PNS) dan Swasta

Kesejahteraan guru dapat diukur dari gaji dan insentif yang

diperoleh. Gaji guru di Indonesia masih relatif rendah dibandingkan

dengan negara-negara lain. Rendahnya kesejahteraan guru bisa

mempengaruhi kinerja guru, semangat pengabdiannya dan juga upaya

mengembangkan profesionalisnya. Kenaikan gaji dilakukan bersamaan

dengan perbaikan pada aspek-aspek kesejahteraan lain seperti prosedur

kenaikan pangkat, jaminan rasa aman, kondisi kerja, kepastian karir,

penghargaan terhadap tugas atau peran keguruan. Kesejahteraan guru

sebaiknya selain berasal dari pemerintah pusat, juga didukung oleh

pemerintah daerah serta partisipasi masyarakat dan dunia usaha (E.

Mulyasa, 2007: 36).

Guru berhak memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup

minimum dan jaminan kesejahteraan sosial yang meliputi:


25

1. Gaji pokok yaitu satuan penghasilan yang ditetapkan berdasarkan

pangkat, golongan dan masa kerja.

2. Tunjangan yang melekat pada gaji yaitu tambahan penghasilan sebagai

komponen kesejahteraan yang ditentukan berdasarkan jumlah

tanggungan keluarga.

3. Tunjangan profesi yaitu tunjangan yang diberikan kepada guru yang

memiliki sertifikat pendidik sebagai penghargaan atas profesionalnya.

4. Tunjangan khusus yaitu tunjangan yang diberikan kepada guru sebagai

kompensasi atas kesulitan hidup yang dihadapi dalam melaksanakan

tugas di daerah khusus dan

5. Maslahat tambahan yang merupakan tambahan kesejahteraan yang

diperoleh dalam bentuk; tunjangan pendidikan, asuransi pendidikan,

beasiswa dan penghargaan bagi guru, serta kemudahan untuk

memperoleh pendidikan bagi putra dan putri guru, pelayanan

kesehatan, atau bentuk kesejahteraan lain. (UU Guru dan Dosen No.

14 Tahun 2005 pasal 15).

Penghasilan (gaji) dan jaminan kesejahteraan di atas telah dijamin

oleh pemerintah dan/atau pemerintah daerah, kepada para guru negeri dan

guru yang telah memperoleh sertifikasi dari pemerintah sedangkan guru

swasta memperoleh gaji dan jaminan kesejahteraan dari lembaga tempat

bekerja.
26

b. Pembahasan Tentang Perbedaan Etos Kerja Guru Negeri (PNS) dan

Swasta

Etos kerja guru merupakan suatu ciri-ciri atau sifat (karakteristik)

mengenai cara bekerja, sikap dan kebiasaan serta pandangannya terhadap

kerja yang dimiliki oleh guru dalam melaksanakan dan mengemban kegiatan

pendidikan di sekolah (Muhaimin, 2004: 111).

Kalau pandangan dan sikap guru melihat kerja sebagai suatu hal untuk

kebaikan masyarakat maka etos kerjanya tinggi, tetapi sebaliknya kalau

melihat kerja tidak berarti untuk kehidupan orang banyak dan bekerja karena

ingin mencari nafkah semata, maka etos kerja akan rendah.

“Idealnya ialah bahwa apabila kita memandang kerja sebagai suatu

kegiatan untuk mengekspresikan diri kita, disamping sebagai kegiatan untuk

mencari nafkah” (Mochtar Buchori, 2001: 151).

Di lembaga pendidikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi etos

kerja guru salah satunya adalah tinggi rendahnya gaji guru meskipun bukan

faktor yang utama namun sangat berpengaruh terhadap keberhasilan

pendidikan. Karena makin tinggi imbalan makin tinggi kesungguhan,

komitmen dan produktifitas kerja serta semakin kecil tindakan indisipliner.

Dilihat dari kesejahteraan, guru negeri memperoleh gaji pokok dari

pemerintah, yang diperoleh dari anggaran APBN serta memperoleh jaminan

kesejahteraan yang berupa pemberian tunjangan-tunjangan seperti tunjangan

seperti tunjangan pendidikan, asuransi pendidikan, beasiswa dan penghargaan


27

bagi guru, serta kemudahan untuk memperoleh pendidikan bagi putra putri

guru, pelayanan kesehatan dan lain-lain. Sedangkan untuk guru swasta

memperoleh gaji dari lembaga tempat mereka mengabdikan diri dan besar

kecilnya gaji yang diterima oleh guru swasta sesuai dengan perjanjian

(kesepakatan) dan masa kerjanya. Mengenai tunjangan bagi guru swasta

ditentukan sesuai dengan kebijakan dan kemampuan lembaga tersebut.

Dari berbagai penjelasan di atas maka dapat disimpukan sementara

bahwa kesejahteraan merupakan salah satu penyebab adanya perbedaan antara

etos kerja guru negeri dan swasta.

Anda mungkin juga menyukai