Anda di halaman 1dari 21

MENYULAP AMPAS

MENJADI EMAS

OLEH :

AGUS DARWANTO

SMA SRI MUKTI CILACAP


TAHUN 2015
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Judul : MENYULAP “AMPAS” MENJADI “EMAS”

Penulis : AGUS DARWANTO, B.Sc

Institusi : SMA Sri Mukti Cilacap

NUPTK : 3539752654110032

Alamat : Jl. Hansip Gg. Belimbing No. 9 RT 02 / RW 11 Desa Kalikudi

Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah

No. HP : 083863382407

benar-benar merupakan karya asli saya dan tidak merupakan plagiasi. Apabila di
kemudian hari terbukti bahwa karya ini merupakan hasil plagiasi, maka saya bersedia
menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Cilacap, 19 Oktober 2015

Penyusun

AGUS DARWANTO, B.Sc

NUPTK : 3539752654110032
KATA PENGANTAR

Segala puji kami panjatkan kehadirat Allah SWT Yang telah melimpahkan
segala karunia-Nya kepada kami sehingga karya ilmiah ini bisa selesai dengan baik.
Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpah atas Nabi Muhammad, keluarganya,
para shahabatnya dan setiap orang yang mengikuti keteladanannya hingga akhir zaman.

Banyak orang yang kurang menghargai murid-murid “ampas”, yaitu sisa murid
yang tidak diterima di berbagai sekolah favorit karena kemampuan akademik mereka
yang rendah. Padahal mereka juga layak untuk mendapatkan masa depan yang lebih
baik.

Lewat karya ilmiah ini, kami ingin berbagi pengalaman bagaimana menyulap
murid-murid “ampas” ini menjadi “emas” yang diharapkan dapat memiliki prestasi yang
cemerlang dan masa depan yang cerah.

Semoga karya ilmiah yang kami susun ini bisa memberikan kontribusi yang
berarti bagi kemajuan dunia pendidikan di Indonesia, terutama dalam upaya mencetak
Generasi Emas 2045. Segala sumbang saran dan kritik yang membangun senantiasa
kami nantikan untuk kesempurnaan karya ilmiah kami.

Cilacap, 19 Oktober 2015

Penyusun

AGUS DARWANTO, B.Sc

i
ABSTRAK

Siswa yang tidak diterima di berbagai sekolah favorit atau yang dikenal dengan
sebutan “siswa ampas” selalu dianggap sebagai siswa dengan masa depan suram
sehingga sering mendapatkan cibiran dari masyarakat. Padahal setiap anak berhak
untuk meraih prestasi dan mendapatkan masa depan yang lebih baik.
Melalui motivasi dan bimbingan yang intensif, siswa-siswi “ampas” terbukti mampu
menghasilkan karya-karya nyata yang layak dipertandingkan dalam berbagai lomba
dan kompetisi hingga tingkat Nasional. Bahkan tidak sedikit karya-karya ilmiah mereka
berhasil mendapatkan kejuaraan hingga tingkat Nasional mengungguli siswa-siswi
“emas” di berbagai sekolah favorit.
Oleh karena itu seyogyanya segenap guru dan seluruh lapisan masyarakat ikut peduli
dalam membina siswa-siswi “ampas” dan menyulapnya menjadi “emas” dengan
motivasi dan bimbingan yang intensif.
Kata Kunci : ampas, emas, favorit, prestasi, swasta kecil

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul 0

Kata Pengantar i

Inti Sari Pengalaman Terbaik Guru ii

Daftar Isi iii

Pendahuluan 1

Kajian Pustaka 3

Metode Penelitian 8

Hasil Penelitian dan Pembahasan 9

Kesimpulan, Saran dan Penutup 14

Daftar Pustaka 16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Kebijakan Pemerintah berupa sertifikasi guru dan berbagai tunjangan lainnya


membuat banyak kalangan tertarik menerjuni profesi sebagai guru. Dalam benak
mereka terbayang penghasilan yang besar dan tunjangan yang selangit. Dampak negatif
yang terjadi di lapangan adalah lunturnya jiwa pengabdian pada sebagian mereka.
Banyak guru yang hanya bisa menjadi “robot” atau “mesin” pengajar tanpa memiliki
kreatifitas apa pun. Bahkan tidak sedikit guru yang telah berubah idealismenya menjadi
lebih komersial di hadapan murid-muridnya.

Namun di sisi lain, masih banyak guru yang berjuang tanpa mengharapkan gaji
yang layak, karena tidak ada sumber pendapatan untuk membayar gaji mereka sesuai
ketentuan UMR. Tetapi mereka harus bekerja ekstra keras dalam mendidik murid-
muridnya melebihi guru-guru di berbagai sekolah favorit yang nasibnya jauh lebih
beruntung. Ini adalah potret guru-guru honorer di berbagai sekolah swasta kecil yang
hanya mendapatkan limpahan murid “sisa” atau “ampas” dari sekolah-sekolah favorit.
Istilah “sisa” atau yang lebih ekstrem disebut sebagai “ampas” karena murid-murid di
sekolah tersebut memiliki kemampuan akademik yang kurang dan kemauan belajar
yang rendah. Bahkan mayoritas orang tua mereka tergolong dalam masyarakat pra
sejahtera. Sehingga pihak sekolah tidak bisa berharap mendapat pemasukan uang dari
mereka. Hal ini berdampak kepada gaji para guru yang sering tidak terbayarkan.

Sosok guru-guru honorer di berbagai sekolah swasta kecil ini adalah sosok yang
patut untuk diberikan bintang pahlawan tanpa tanda jasa. Mereka adalah sosok yang
benar-benar berjuang mendidik murid-muridnya tanpa berharap banyak atas perbaikan
nasib mereka sendiri. Murid-murid yang mereka didik pun bukan murid-murid yang
memiliki kemampuan akademik yang bagus. Bahkan mayoritas murid-murid mereka
terkategori sebagai murid-murid yang bandel dan susah diatur.

Mendidik murid dengan kemampuan akademik yang bagus dan semangat belajar
yang tinggi untuk menggapai prestasi dan masa depan yang cerah bukan hal yang sulit.

1
Namun mendidik murid-murid “ampas” dengan kemampuan akademik yang sangat
rendah, bahkan cenderung bandel dan susah diatur untuk bisa berprestasi dan memiliki
masa depan yang lebih baik, benar-benar sebuah perjuangan yang sangat berat.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Banyak permasalahan yang dijumpai pada siswa-siswi “ampas” yang teringkas


dalam dua rumusan masalah berikut :

1. Bagaimana menumbuhkan semangat untuk berprestasi pada siswa-siswi yang


memiliki kemampuan akademik rendah ?
2. Bagaimana kemungkinan siswa-siswi tersebut dapat meraih prestasi ?

1.3. TUJUAN PENELITIAN


Bertolak dari rumusan masalah di atas, kami menetapkan tujuan dari penelitian
yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan strategi yang tepat dalam menumbuhkan semangat siswa-siswi
berkemampuan akademik rendah untuk berprestasi.
2. Mendeskripsikan peluang siswa-siswi berkemampuan akademik rendah dalam
meraih prestasi.

1.4. MANFAAT PENELITIAN

Pelaksanaan penelitian yang kami lakukan diharapkan dapat memberikan


manfaat bagi dunia pendidikan. Manfaat yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Berbagi pengalaman dalam membimbing murid-murid berkemampuan


akademik rendah dalam meraih prestasi.
2. Memberikan inspirasi kepada siswa-siswi yang memiliki kemampuan
akademik rendah agar tidak minder dalam bersaing dengan siswa-siswi yang
memiliki kemampuan akademik yang bagus.

2
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. BAKAT DAN KEMAMPUAN

Banyak istilah yang dapat dipakai untuk menyebut anak berbakat, diantaranya :
anak unggul, anak berkemampuan istimewa, anak superior, anak genius, dan masih
banyak lagi sebutan lainnya. Secara konseptual pengertian anak berbakat juga
berkembang dari tahun ke tahun. Pertama, anak berbakat adalah anak yang ditunjukkan
dengan kemampuan tingkat kecerdasaan atau kemampuan umum (g factor) di atas rata-
rata. Konsep ini diperkuat dengan teori faktor, bahwa kemampuan individu dapat
dikatagorikan menjadi dua, yaitu kemampuan khusus (s factor) dan kemampuan umum
(g factor).

Kemampuan anak dengan kinerja tinggi yang dapat merupakan prestasi dan atau
kemampuan potensial dalam beberapa bidang, baik yang sifatnya kemampuan tunggal
maupun kemampuan jamak, atau kombinasi di antara bidang-bidang itu di antaranya :
kemampuan intelektual umum, bakat akademik spesifik, kemampuan produktif atau
kreatif, kemampuan kepemimpinan, kemampuan bidang seni visual dan pertunjukan,
dan kemampuan motorik. Dengan menggunakan definisi keberbakatan yang lebih luas,
suatu sistem sekolah diharapkan mampu mengidentifikasi 10% s.d. 15% atau lebih dari
populasi dapat disebut anak berbakat. Untuk memahami definisi tersebut di atas secara
lebih mendalam, maka dipandang perlu melakukan deskripsi masing-masing bidang
keberbakatan.

Kemampuan intelektual umum, bahwa orang umum seperti juga pendidik selalu
mendefinisikan ini berkenaan dengan skor tes inteligensi yang tinggi – yang biasanya di
atas 2 standar deviasi. Orangtua dan guru sering mengenal siswa yang memiliki
kemampuan intelektual umum di atas rata-rata yang diindikasikan dengan tingkat
perbendahaan kata yang tinggi, ingatan, dan penguasaan kata-kata abstrak, dan
pemikiran abstrak.

3
Bakat akademik khusus, bahwa siswa dengan bakat akademik khusus
diidentifikasi dengan penampilan yang unggul pada tes prestasi atau tes bakat dalam
satu atau lebih dari satu bidang, seperti : prestasi matematika dan sains. Pengelola
pencarian bakat sering kali disponsori oleh sejumlah universitas dan institut dengan
mengidentifikasi siswa yang berbakat akademik yang skornya 97 % atau lebih tinggi
berdasarkan hasil tes prestasi terstandar dan tes bakat skolastik.

Kemampuan berpikir kreatif dan produktif, bahwa bakat ini merupakan


kemampuan menghasilkan ide-ide baru dengan menyatukan elemen-elemen yang ada
dan bakat untuk mengembangkan makna-makna baru yang berarti bagi masyarakat.
Karakteristik suswa kreatif dan produktif mencakup keterbukaan terhadap pengalaman,
menetapkan standar personal untuk evaluasi, kemampuan memainkan ide-ide, keinginan
untuk menghadapi resiko, kesukaan terhadap kompleksitas, toleran terhadap ambiguitas,
image diri yang positif, dan kemampuan menyatu dengan tugas. Siswa kreatif dan
produktif diidentifikasi melalu penggunaan tes seperti Torrance Test of Creative
Thinking atau melalui penampilan kreatif.

Kemampuan kepemimpinan, bahwa kepemimpinan dapat diidentifikasi sebagai


kemampuan untuk mengarahkan individu atau kelompok untuk sampai kepada
keputusan atau tindakan bersama. Siswa yang menampilkan kemampuan keberbakatan
bidang kepemimpinan menggunakan keterampilan kelompok dan bernegosiasi dalam
situasi yang sulit. Beberapa guru mengenal kepemimpinan melalui minat yang sungguh-
sungguh dan keterampilan dalam pemecahan masalah. Karakteristik kepemimpinan
mencakup kepercayaan diri, tanggung jawab, kerjasama, kecenderungan untuk
mendominasi, dan kemampuan beradaptasi dengan mudahnya terhadap situasi yang
baru. Siswa-siswa ini dapat diidentifikasi melalui instrumen seperti the Fundamental
Interpersonal Realtions Orientation Behavior.

Seni visual dan pertunjukan, bahwa siswa berbakat bidang seni menunjukkan
keberbakatan khususnya bidang seni visual, musik, tari, drama atau bidang-bidang
terkait lainnya. Siswa-siswa ini dapat diidentifikasi dengan menggunakan deskripsi
tugas seperti skala produk kreatif (the Creative Product Scale), yang dikembangkan
untuk Sekolah Negeri Detroit oleh Patrik Byrons dan Beverley Ness Parke, Wayne State
University.

4
Kemampuan psikomotorik, bahwa kemampuan ini mencakup kemampuan
motorik kinestetik, seperti keterampilan praktik, spasial, mekanikal, dan fisikal.
Kemampuan ini jarang digunakan sebagai suatu kriteria dalam program bagi anak
berbakat. ( Wahab, 2011 : 2 – 3 )

2.2. MOTIVASI BERPRESTASI

Konsep motivasi berprestasi dirumuskan pertama kali oleh Henry Alexander


Murray. Murray memakai istilah kebutuhan berprestasi (need for achievement) untuk
motivasi berprestasi, yang dideskripsikannya sebagai hasrat atau tendensi untuk
mengerjakan sesuatu yang sulit dengan secepat dan sebaik mungkin.
(Purwanto,1993:20-21). Menurut Murray (dalam Winkel 1984:29) achievement
motivation (motivasi berprestasi) adalah daya penggerak untuk mencapai taraf prestasi
belajar yang setinggi mungkin demi pengharapan kepada dirinya sendiri. Mc. Clelland
yang merupakan pionir dalam studi motivasi berprestasi dan mengembangkan metode
pengukurannya, memberi batasan motivasi berprestasi sebagai usaha untuk mencapai
sukses dan bertujuan untuk berhasil dalam kompetisi dengan suatu ukuran keunggulan.
Ukuran keunggulan itu dapat berupa prestasinya sendiri sebelumnya atau prestasi orang
lain (Haditono 1979 : 8).

Motivasi berprestasi merupakan suatu proses psikologis yang mempunyai arah


dan tujuan untuk sukses sebagai ukuran terbaik. Sebagai proses psikologis, motivasi
berprestasi dipengaruhi oleh dua faktor (Martianah 1984 : 26) :

a. Faktor Individu (intern)

Individu sebagai pribadi mencakup sejumlah aspek yang saling berkaitan. Motivasi
berprestasi sebagai salah satu aspek psikis, dalam prosesnya dipengaruhi oleh faktor
individu, seperti :

1). Kemampuan.

Kemampuan adalah kekuatan penggerak untuk bertindak yang dicapai oleh manusia
melalui latihan belajar. Dalam proses motivasi, kemampuan tidak mempengaruhi secara
langsung tetapi lebih mendasari fungsi dan proses motivasi. Individu yang mempunyai
motivasi berprestasi tinggi biasannya juga mempunyai kemampuan tinggi pula.

5
2). Kebutuhan

Kebutuhan adalah kekurangan, artinya ada sesuatu yang kurang dan oleh karena itu
timbul kehendak untuk memenuhi atau mencukupinya. Kehendak itu sendiri adalah
tenaga pendorong untuk berbuat sesuatu atau bertingkah laku. Ada kebutuhan pada
individu menimbulkan keadaan tak seimbang, rasa ketegangan yang dirasakan sebagai
rasa tidak puas dan menuntut pemuasan. Bila kebutuhan belum terpuaskan maka
ketegangan akan tetap timbul. Keadaan demikian mendorong seseorang untuk mencari
pemuasan. Kebutuhan merupakan faktor penyebab yang mendasari lahirnya perilaku
seseorang, atau kebutuhan merupakan suatu keadaan yang menimbulkan motivasi.

3). Minat

Minat adalah suatu kecenderungan yang agak menetap dalam diri subjek untuk merasa
tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu
(Winkel 1984: 30). Seseorang yang berminat akan mendorong dirinya untuk
memperhatikan orang lain, benda-benda, pekerjaan atau kegiatan tertentu. Minat juga
menjadi penyebab dari suatu keaktifan dan hasil daripada keikutsertaannya dalam
keaktifan tersebut.

4). Harapan/Keyakinan

Harapan merupakan kemungkinan yang dilihat untuk memenuhi suatu kebutuhan


tertentu dari seseorang/individu yang didasarkan atas pengalaman yang telah lampau;
harapan tersebut cenderung untuk mempengaruhi motif pada seseorang (Moekijat 1984
: 32). Seseorang anak yang merasa yakin akan sukses dalam ulangan akan lebih
terdorong untuk belajar giat, tekun agar dapat mendapatkan nilai setinggi-tingginya.

b. Faktor Lingkungan (ekstern)

Menurut Mc. Clelland (1987 : 89-90; 128-133) beberapa faktor lingkungan yang dapat
membangkitkan motivasi berprestasi adalah :

1). Adanya norma standar yang harus dicapai

Lingkungan secara tegas menetapkan standar kesuksesan yang harus dicapai dalam
setiap penyelesaian tugas, baik yang berkaitan dengan kemampuan tugas, perbandingan

6
dengan hasil yang pernah dicapai maupun perbandingan dengan orang lain. Keadaan ini
akan mendorong seseorang untuk berbuat yang sebaik-baiknya.

2). Ada situasi kompetisi

Sebagai konsekuensi adanya standar keunggulan, timbullah situasi kompetisi. Namun


perlu juga dipahami bahwa situasi kompetitif tersebut tidak secara otomatis dapat
memacu motivasi seseorang manakala individu tersebut tidak beradaptasi di dalamnya.

3). Jenis tugas dan situasi menantang

Jenis tugas dan situasi yang menantang adalah tugas yang memungkinkan sukses dan
gagalnya seseorang. Setiap individu terancam akan gagal apabila kurang berusaha.

( Sugiyanto, 2011 : 4 – 7 )

7
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. METODE PENELITIAN

Penelitian menggunakan metode kuantitatif dengan melakukan penelusuran data


prestasi siswa sejak tahun pelajaran 2011/2012 s.d. 2015/2015.

3.2. INDIKATOR PENELITIAN

Berdasarkan kepada kajian pustaka yang kami lakukan, kami menetapkan


indikator penelitian sebagai berikut :

1. Untuk mendapatkan deskripsi tentang strategi dalam memotivasi siswa untuk


berprestasi, kami melakukan penelusuran data kegiatan KIR dari sejak tahun
pelajaran 2011/2012 yang dapat memotivasi siswa untuk meraih prestasi non
akademik meskipun kemampuan akademik mereka tergolong rendah.
2. Untuk mendapatkan deskripsi tentang peluang prestasi yang dapat diraih, kami
melakukan penelusuran data prestasi siswa sejak tahun 2012.

3.3. METODE PENARIKAN SAMPLE

Sample yang kami gunakan adalah siswa-siswi anggota ekstrakurikuler


Kelompok Ilmiah Remaja SMA Sri Mukti Cilacap sejak tahun 2012 – 2015. Kami
memilih SMA Sri Mukti Cilacap karena sekolah ini sejak tahun 2000 mengalami
penurunan drastis dalam jumlah siswa yang disebabkan oleh berbagai isu yang beredar
di masyarakat yang sebagian besarnya adalah tidak benar. Akibat isu tersebut, sekolah
ini hanya menerima siswa-siswa sisa atau “ampas” dari sekolah-sekolah lainnya.

3.4. METODE PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

Pengolahan data menggunakan analisa deskriptif secara manual karena data


yang diolah cukup sederhana dan tidak terlalu rumit.

8
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. DATA STATISTIK KEGIATAN KELOMPOK ILMIAH REMAJA

Sample yang dipilih adalah dari anggota ekstrakurikuler Kelompok Ilmiah


Remaja (KIR) SMA Sri Mukti Cilacap karena sejak tahun pelajaran 2011/2012 kami
dipercaya oleh SMA Sri Mukti Cilacap untuk menjadi pembina KIR.

Grafik 4.1. Kegiatan KIR sejak tahun 2012 - 2015

35

30

25

20 Anggota KIR
Karya Ilmiah
15
Finalis
Juara
10

0
2011/2012 2012/2013 2013/2014 2014/2015

Sumber : Arsip KIR SMA Sri Mukti Cilacap

Grafik di atas menunjukkan bahwa ekstrakurikuler Kelompok Ilmiah Remaja di


SMA Sri Mukti Cilacap sejak tahun pelajaran 2011/2012 hingga 2014/2015 mengalami
kemajuan baik dari sisi jumlah anggota, karya ilmiah yang dihasilkan, kelompok yang
masuk final hingga siswa yang beruntung menjadi juara.

Fenomena yang menarik dari grafik di atas adalah peningkatan jumlah siswa
yang menjadi finalis dan menjadi juara memacu peningkatan jumlah anggota KIR dan
karya-karya ilmiah yang dihasilkannya pada tahun pelajaran berikutnya.

9
4.2. PEMBAHASAN

Perasaan minder yang dirasakan oleh para siswa “ampas” disebabkan oleh
pencitraan di masyarakat bahwa murid sekolah swasta kecil identik dengan bodoh,
bandel, tidak memiliki sopan-santun dan banyak terlibat kenakalan remaja.

Memang tidak dipungkiri bahwa tidak sedikit siswa “ampas” yang tergolong
nakal atau terjerumus ke dalam dunia hitam. Penyebabnya sebenarnya karena pencitraan
dari masyarakat sendiri yang menganggap bahwa murid “ampas” sudah tidak mungkin
dididik lagi menjadi lebih baik. Keputusasaan menyebabkan sda di antara mereka yang
terlibat miras, narkoba, free sex, tawuran, premanisme dan sebagainya. Bahkan banyak
masyarakat yang mencibir sekolah-sekolah swasta kecil sebagai pencetak “sampah-
sampah” masa depan. Padahal tidak semua siswa sekolah swasta kecil memiliki latar
belakang kehidupan yang hitam. Banyak di antara mereka terpaksa bersekolah di
berbagai sekolah swasta kecil karena memiliki nilai akademik yang rendah atau karena
himpitan ekonomi yang menjadikan mereka tidak mampu bersekolah di berbagai
sekolah favorit.

Pertanyaan yang perlu kami sampaikan kepada hati nurani para guru dan
masyarakat adalah : “Bila semua sekolah hanya mau menerima siswa-siswi yang bagus
dan berkelakuan baik, apakah siswa-siswi yang nakal dan bodoh tidak layak diberi
kesempatan untuk bersekolah ? Bila mereka dibiarkan tidak bersekolah, akankah nasib
mereka akan berubah menjadi lebih baik dan lebih bermanfaat bagi masyarakat ?”

Dalam menghilangkan rasa minder karena bersekolah di sekolah swasta kecil,


kami menumbuhkan optimisme pada diri siswa-siswi tersebut. Kami katakan bahwa bila
anak pintar bersekolah di sekolah favorit, belum tentu dia bisa mendapatkan rangking
dan belum tentu pula mendapatkan kesempatan terpilih mewakili sekolah dalam
berbagai kompetisi dan lomba, karena kepintaran mereka mendapatkan saingan dari
anak yang lebih pintar lagi. Sementara itu di sekolah swasta kecil peluang untuk
mendapatkan rangking kelas atau diberi kesempatan mewakili sekolah di berbagai ajang
lomba dan kompetisi terbuka luas bagi mereka.

Sebagai wujud nyatanya, kami selaku pembina ekstrakurikuler Kelompok Ilmiah


Remaja selalu menawarkan kepada setiap murid yang ingin berprestasi untuk mengikuti

10
berbagai ajang lomba dan kompetisi non akademik seperti lomba karya ilmiah. Kami
selalu mengatakan bahwa kemenangan dalam lomba karya ilmiah tidak selalu berpihak
kepada siswa yang pintar dan cerdas, karena jiwa yang kreatif dan semangat untuk
tekun berkarya dapat mengungguli kecerdasan dan kepintaran namun tidak diikuti
dengan langkah yang kreatifitas.

Memang meyakinkan siswa-siswi “ampas” untuk bisa berprestasi terasa sangat


berat. Mereka membutuhkan pancingan motivasi dan ide agar jiwa kreatifnya muncul.
Apalagi ada sebagian guru yang awalnya malah menjatuhkan mental bertanding
mereka. Di sini kami benar-benar mendapatkan tantangan yang sangat menarik, yaitu
mampukah menyulap “ampas” menjadi “emas”.

Awal kami membimbing siswa-siswi untuk mengikuti ajang lomba karya ilmiah
adalah pada tahun 2012. Ketika saat itu Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP)
menyelenggarakan Olimpiade Geografi. Di antara rangkaian Olimpiade Geografi, UMP
menyelenggarakan Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) se-BARLINGMASCAKEB
(yaitu setingkat lima kabupaten yang meliputi : Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas,
Cilacap dan Kebumen ) dengan tema “Membumikan Geografi”. Ketika kami tawarkan
kepada para siswa, hanya satu siswa dan satu siswi yang berminat mengikutinya.
Namun diluar dugaan, salah satu dari mereka bisa masuk Babak Grand Final 10 Besar.
Yang lebih mengharukan lagi adalah siswi tersebut menjadi satu-satunya sekolah swasta
yang masuk dalam Babak Grand Final, bahkan mendapat peringkat ke-8 mengalahkan
SMA Negeri 2 Purwokerto dan MAN Kroya.

Bertolak dari kebanggaan menjadi satu-satunya sekolah swasta yang menjadi


finalis LKTI Olimpiade Geografi se-Barlingmascakeb, kami memotivasi siswa-siswi
yang lain untuk mengikuti Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) Kimia se-Pulau Jawa
yang diselenggarakan oleh IST Akprint Yogyakarta. Ada tujuh siswa-siswi yang
berminat yang dibagi dalam tiga kelompok. Di luar dugaan pula, salah satu dari
kelompok tersebut berhasil masuk Babak Final LKIR Kimia se-Pulau Jawa. Bahkan
dari kabupaten Cilacap yang berhasil masuk babak 15 Besar hanya sekolah kami dan
SMA Negeri 1 Cilacap. Meskipun belum menjadi juara, namun kami merasa bangga
bahwa sekolah swasta kecil seperti kami berhasil mewakili Kabupaten Cilacap bersama
sekolah terfavorit di Cilacap yaitu SMA Negeri 1 Cilacap.

11
Prestasi ini memicu semangat para siswa-siswi lainnya untuk ikut berkompetisi
dalam berbagai ajang lomba. Ketika kami tawarkan siswa-siswi untuk mengikuti
National Young Inventor Awards (NYIA) tingkat Nasional yang diselenggarakan oleh
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), ada 15 kelompok yang berminat untuk
mengikutinya. Hasilnya juga di luar dugaan, ada dua kelompok yang bisa masuk Babak
Final 25 Besar tingkat Nasional. Bahkan kami merupakan satu-satunya sekolah yang
mewakili Kabupaten Cilacap dalam NYIA ke-5 tahun 2012. Meskipun belum juga
berhasil menjadi juara, namun pengalaman sebagai finalis hingga tingkat Nasional
memicu semangat siswa-siswi yang lainnya untuk mengikuti berbagai ajang lomba
dalam bidang karya ilmiah, olahraga dan seni.

Pada tahun 2013 prestasi satu persatu pun mulai ditorehkan. Dalam Lomba
Inovasi Tepat Guna (TTG) tingkat Kabupaten Cilacap, salah satu kelompok dari empat
kelompok yang kami kirimkan berhasil menjadi Juara Harapan III lomba inovasi
Teknologi Tepat Guna tingkat Kabupaten Cilacap.

Dalam lomba Karya Tulis Ilmiah tantang Keamanan, Ketertiban, Keselamatan


dan Kelancaran Lalu Lintas ( Kamtibselcarlantas ) yang diselenggarakan oleh
Kepolisian Resort Cilacap, salah satu kelompok dari tiga kelompok yang kami kirimkan
berhasil menjadi Juara III.

Beberapa prestasi yang berhasil diraih oleh siswa-siswi “ampas” selama tahun
2013 menjadi cambuk bagi teman-temannya untuk turut mencoba mengukir prestasi.
Pada bulan Februari 2014, dua siswa kami menjadi Juara I dan Juara III Lomba
Penulisan Artikel Islami yang diselenggarakan oleh Ma‟had „Aliy Imam Syafi‟i
Cilacap.

Pada bulan Maret 2014, salah satu dari empat kelompok yang kami kirimkan
untuk mengikuti Lomba Teknologi Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal tingkat
Nasional yang diselenggarakan oleh Universitas Muhammadiyah Malang (UMM)
berhasil menjadi salah satu finalis 10 Besar tingkat Nasional. Meskipun belum menang,
karya yang diangkat dalam lomba ini mendapat apresiasi dari Kementerian Riset dan
Teknologi Republik Indonesia yang kemudian dinobatkan sebagai salah satu nominator
penerima Anugerah IPTEK Kreatifitas – Inovasi Masyarakat (KRENOVA)

12
Labdhakretya tahun 2014. Dari pihak BAPPEDA Kabupaten Cilacap pun mengapresiasi
dengan mengikutkan karya ini sebagai salah satu karya unggulan pelajar Kabupaten
Cilacap dalam Pameran Produk Inovasi (PPI) se-Jawa Tengah di Pekalongan pada
tanggal 9 – 12 Agustus 2014.

Universitas Muhammadiyah Malang juga mengadakan Lomba Menulis


Inspiratif bagi pelajar bulan Juni 2014. Salah satu siswa dari dua siswa yang kami
bimbing berhasil mendapatkan Juara III Lomba Menulis Opini Inspiratif tingkat
Nasional yang diselenggarakan oleh Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).

Pada bulan Oktober 2014, kami mengikutkan dua siswi dalam Lomba Menulis
Cerita Jamu di Pusat Studi Biofarmaka Institut Pertanian Bogor. Di luar dugaan kami,
keduanya berhasil menjadi pemenang, yaitu Juara II dan Juara III tingkat Nasional.

Masih pada bulan Oktober 2014, dari 4 karya siswa-siswi kami yang dikirimkan
untuk mengikuti Lomba Cipta Kuliner Nusantara tahun 2014 yang diselenggarakan oleh
Kementerian Pemuda dan Olahraga, 2 karya siswa-siswi kami berhasil menjadi finalis
tingkat Nasional.

Dalam ajang kompetisi National Young Inventors Award ke-7 yang


diselenggarakan oleh LIPI, kami mengirimkan 6 karya siswa. Dari keenam karya ini,
ada 1 yang berhasil masuk menjadi finalis tingkat Nasional. Bahkan karya ilmiah siswa-
siswi kami yang masuk final ini mendapatkan apresiasi dari para wartawan surat kabar
daerah hingga surat kabar Nasional.

Pada pertengahan November 2014, tiga kelompok KIR SMA Sri Mukti Cilacap
dipercaya oleh Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Cilacap untuk
mengikuti final OPSI Jateng mewakili Kabupaten Cilacap bersama 3 kelompok lainnya
dari SMA Negeri 1 Cilacap, 2 kelompok dari SMA Negeri 1 Binangun dan 1 kelompok
dari SMA Negeri 1 Nusawungu.

Prestasi demi prestasi selama tahun 2014 ini menciptakan atmosfer semangat
berkarya dan berinovasi pada siswa-siswi yang dianggap ampas oleh sekolah-sekolah
favorit. Karena ternyata mereka sedikit demi sedikit mampu menyaingi bahkan
mengungguli prestasi para siswa-siswi “emas” di sekolah-sekolah favorit.

13
BAB V

KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP

5.1. KESIMPULAN

Setiap anak Indonesia berhak bersekolah dan mendapatkan pendidikan yang


selayaknya. Sehingga murid-murid sisa berbagai sekolah favorit yang hanya dianggap
sebagai “ampas”, semestinya diperhatikan hak-haknya untuk bisa bersekolah dan
berprestasi. Mereka bukan “sampah” yang hanya menghasilkan “sampah” yang menjadi
beban bagi masyarakat, namun mereka masih memiliki potesi untuk di-”sulap” menjadi
“emas”.

Pemberian motivasi, bimbingan dan pemantauan yang intensif serta kesempatan


untuk berprestasi menjadikan murid-murid “ampas” merasa dihargai keberadaannya
serta diapresiasi bakat dan minatnya. Pencapaian yang berhasil diraih pada tahun
sebelumnya menjadi motivator paling utama dalam memacu semangat berprestasi
siswa-siswi “ampas” ini. Terbukti pula bahwa banyak prestasi yang berhasl diraih oleh
siswa-siswi “ampas” ini hingga tingkat Nasional, bahkan bisa melebihi prestasi yang
mampu siswa-siswi “emas” di berbagai sekolah favorit.

5.2. SARAN

Siswa-siswi “ampas” bila diolah dengan baik bisa menjadi “emas” yang
merupakan aset berharga bangsa kita untuk bisa maju mengejar ketertinggalan Negara
kita dari bangsa-bangsa lain yang lebih maju.

Kami menyarankan agar segenap guru mau memberikan motivasi tiada henti dan
bimbingan tanpa rasa bosan dalam mengapresiasi para siswa dengan kemampuan
akademik rendah, bahkan sangat rendah. Karena setiap anak memiliki bakat dan minat
yang berbeda-beda yang dapat dikembangkan untuk menyongsong masa depannya.

Pemerintah dan masyarakat pun hendaklah tidak lagi mencibir sekolah-sekolah


swasta kecil dan segenap murid-muridnya. Karena seandainya siswa-siswi sekolah
swasta kecil tersebut dibina dengan baik akan bisa bersaing dengan siswa-siswi dari
berbagai sekolah favorit, mulai dari tingkat kabupaten hingga nasional.

14
5.3. PENUTUP

Demikian karya ilmiah yang dapat kami susun dalam rangka berbagi
pengalaman dengan para guru dalam mewujudkan cita-cita luhur bangsa kita :
mencerdaskan kehidupan bangsa. Semoga karya ilmiah ini bisa bermanfaat bagi
kemajuan dunia pendidikan di Indonesia.

Cilacap, 19 Oktober 2015

Penyusun

AGUS DARWANTO, B.Sc

15
DAFTAR PUSTAKA

Sugiyanto. 2011. Pentingnya Motivasi Berprestasi Dalam Mencapai Keberhasilan


Akademik Siswa. Jurusan Prikologi Pendidikan dan Bimbingan, Fakultas
Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta

Wahab, Rochmat. 2011. Mengenal Anak Berbakat Akademik dan Upaya


Mengidentifikasinya. Universitas Negeri Yogyakarta.

16

Anda mungkin juga menyukai