MENJADI EMAS
OLEH :
AGUS DARWANTO
NUPTK : 3539752654110032
No. HP : 083863382407
benar-benar merupakan karya asli saya dan tidak merupakan plagiasi. Apabila di
kemudian hari terbukti bahwa karya ini merupakan hasil plagiasi, maka saya bersedia
menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Penyusun
NUPTK : 3539752654110032
KATA PENGANTAR
Segala puji kami panjatkan kehadirat Allah SWT Yang telah melimpahkan
segala karunia-Nya kepada kami sehingga karya ilmiah ini bisa selesai dengan baik.
Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpah atas Nabi Muhammad, keluarganya,
para shahabatnya dan setiap orang yang mengikuti keteladanannya hingga akhir zaman.
Banyak orang yang kurang menghargai murid-murid “ampas”, yaitu sisa murid
yang tidak diterima di berbagai sekolah favorit karena kemampuan akademik mereka
yang rendah. Padahal mereka juga layak untuk mendapatkan masa depan yang lebih
baik.
Lewat karya ilmiah ini, kami ingin berbagi pengalaman bagaimana menyulap
murid-murid “ampas” ini menjadi “emas” yang diharapkan dapat memiliki prestasi yang
cemerlang dan masa depan yang cerah.
Semoga karya ilmiah yang kami susun ini bisa memberikan kontribusi yang
berarti bagi kemajuan dunia pendidikan di Indonesia, terutama dalam upaya mencetak
Generasi Emas 2045. Segala sumbang saran dan kritik yang membangun senantiasa
kami nantikan untuk kesempurnaan karya ilmiah kami.
Penyusun
i
ABSTRAK
Siswa yang tidak diterima di berbagai sekolah favorit atau yang dikenal dengan
sebutan “siswa ampas” selalu dianggap sebagai siswa dengan masa depan suram
sehingga sering mendapatkan cibiran dari masyarakat. Padahal setiap anak berhak
untuk meraih prestasi dan mendapatkan masa depan yang lebih baik.
Melalui motivasi dan bimbingan yang intensif, siswa-siswi “ampas” terbukti mampu
menghasilkan karya-karya nyata yang layak dipertandingkan dalam berbagai lomba
dan kompetisi hingga tingkat Nasional. Bahkan tidak sedikit karya-karya ilmiah mereka
berhasil mendapatkan kejuaraan hingga tingkat Nasional mengungguli siswa-siswi
“emas” di berbagai sekolah favorit.
Oleh karena itu seyogyanya segenap guru dan seluruh lapisan masyarakat ikut peduli
dalam membina siswa-siswi “ampas” dan menyulapnya menjadi “emas” dengan
motivasi dan bimbingan yang intensif.
Kata Kunci : ampas, emas, favorit, prestasi, swasta kecil
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul 0
Kata Pengantar i
Pendahuluan 1
Kajian Pustaka 3
Metode Penelitian 8
Daftar Pustaka 16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Namun di sisi lain, masih banyak guru yang berjuang tanpa mengharapkan gaji
yang layak, karena tidak ada sumber pendapatan untuk membayar gaji mereka sesuai
ketentuan UMR. Tetapi mereka harus bekerja ekstra keras dalam mendidik murid-
muridnya melebihi guru-guru di berbagai sekolah favorit yang nasibnya jauh lebih
beruntung. Ini adalah potret guru-guru honorer di berbagai sekolah swasta kecil yang
hanya mendapatkan limpahan murid “sisa” atau “ampas” dari sekolah-sekolah favorit.
Istilah “sisa” atau yang lebih ekstrem disebut sebagai “ampas” karena murid-murid di
sekolah tersebut memiliki kemampuan akademik yang kurang dan kemauan belajar
yang rendah. Bahkan mayoritas orang tua mereka tergolong dalam masyarakat pra
sejahtera. Sehingga pihak sekolah tidak bisa berharap mendapat pemasukan uang dari
mereka. Hal ini berdampak kepada gaji para guru yang sering tidak terbayarkan.
Sosok guru-guru honorer di berbagai sekolah swasta kecil ini adalah sosok yang
patut untuk diberikan bintang pahlawan tanpa tanda jasa. Mereka adalah sosok yang
benar-benar berjuang mendidik murid-muridnya tanpa berharap banyak atas perbaikan
nasib mereka sendiri. Murid-murid yang mereka didik pun bukan murid-murid yang
memiliki kemampuan akademik yang bagus. Bahkan mayoritas murid-murid mereka
terkategori sebagai murid-murid yang bandel dan susah diatur.
Mendidik murid dengan kemampuan akademik yang bagus dan semangat belajar
yang tinggi untuk menggapai prestasi dan masa depan yang cerah bukan hal yang sulit.
1
Namun mendidik murid-murid “ampas” dengan kemampuan akademik yang sangat
rendah, bahkan cenderung bandel dan susah diatur untuk bisa berprestasi dan memiliki
masa depan yang lebih baik, benar-benar sebuah perjuangan yang sangat berat.
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Banyak istilah yang dapat dipakai untuk menyebut anak berbakat, diantaranya :
anak unggul, anak berkemampuan istimewa, anak superior, anak genius, dan masih
banyak lagi sebutan lainnya. Secara konseptual pengertian anak berbakat juga
berkembang dari tahun ke tahun. Pertama, anak berbakat adalah anak yang ditunjukkan
dengan kemampuan tingkat kecerdasaan atau kemampuan umum (g factor) di atas rata-
rata. Konsep ini diperkuat dengan teori faktor, bahwa kemampuan individu dapat
dikatagorikan menjadi dua, yaitu kemampuan khusus (s factor) dan kemampuan umum
(g factor).
Kemampuan anak dengan kinerja tinggi yang dapat merupakan prestasi dan atau
kemampuan potensial dalam beberapa bidang, baik yang sifatnya kemampuan tunggal
maupun kemampuan jamak, atau kombinasi di antara bidang-bidang itu di antaranya :
kemampuan intelektual umum, bakat akademik spesifik, kemampuan produktif atau
kreatif, kemampuan kepemimpinan, kemampuan bidang seni visual dan pertunjukan,
dan kemampuan motorik. Dengan menggunakan definisi keberbakatan yang lebih luas,
suatu sistem sekolah diharapkan mampu mengidentifikasi 10% s.d. 15% atau lebih dari
populasi dapat disebut anak berbakat. Untuk memahami definisi tersebut di atas secara
lebih mendalam, maka dipandang perlu melakukan deskripsi masing-masing bidang
keberbakatan.
Kemampuan intelektual umum, bahwa orang umum seperti juga pendidik selalu
mendefinisikan ini berkenaan dengan skor tes inteligensi yang tinggi – yang biasanya di
atas 2 standar deviasi. Orangtua dan guru sering mengenal siswa yang memiliki
kemampuan intelektual umum di atas rata-rata yang diindikasikan dengan tingkat
perbendahaan kata yang tinggi, ingatan, dan penguasaan kata-kata abstrak, dan
pemikiran abstrak.
3
Bakat akademik khusus, bahwa siswa dengan bakat akademik khusus
diidentifikasi dengan penampilan yang unggul pada tes prestasi atau tes bakat dalam
satu atau lebih dari satu bidang, seperti : prestasi matematika dan sains. Pengelola
pencarian bakat sering kali disponsori oleh sejumlah universitas dan institut dengan
mengidentifikasi siswa yang berbakat akademik yang skornya 97 % atau lebih tinggi
berdasarkan hasil tes prestasi terstandar dan tes bakat skolastik.
Seni visual dan pertunjukan, bahwa siswa berbakat bidang seni menunjukkan
keberbakatan khususnya bidang seni visual, musik, tari, drama atau bidang-bidang
terkait lainnya. Siswa-siswa ini dapat diidentifikasi dengan menggunakan deskripsi
tugas seperti skala produk kreatif (the Creative Product Scale), yang dikembangkan
untuk Sekolah Negeri Detroit oleh Patrik Byrons dan Beverley Ness Parke, Wayne State
University.
4
Kemampuan psikomotorik, bahwa kemampuan ini mencakup kemampuan
motorik kinestetik, seperti keterampilan praktik, spasial, mekanikal, dan fisikal.
Kemampuan ini jarang digunakan sebagai suatu kriteria dalam program bagi anak
berbakat. ( Wahab, 2011 : 2 – 3 )
Individu sebagai pribadi mencakup sejumlah aspek yang saling berkaitan. Motivasi
berprestasi sebagai salah satu aspek psikis, dalam prosesnya dipengaruhi oleh faktor
individu, seperti :
1). Kemampuan.
Kemampuan adalah kekuatan penggerak untuk bertindak yang dicapai oleh manusia
melalui latihan belajar. Dalam proses motivasi, kemampuan tidak mempengaruhi secara
langsung tetapi lebih mendasari fungsi dan proses motivasi. Individu yang mempunyai
motivasi berprestasi tinggi biasannya juga mempunyai kemampuan tinggi pula.
5
2). Kebutuhan
Kebutuhan adalah kekurangan, artinya ada sesuatu yang kurang dan oleh karena itu
timbul kehendak untuk memenuhi atau mencukupinya. Kehendak itu sendiri adalah
tenaga pendorong untuk berbuat sesuatu atau bertingkah laku. Ada kebutuhan pada
individu menimbulkan keadaan tak seimbang, rasa ketegangan yang dirasakan sebagai
rasa tidak puas dan menuntut pemuasan. Bila kebutuhan belum terpuaskan maka
ketegangan akan tetap timbul. Keadaan demikian mendorong seseorang untuk mencari
pemuasan. Kebutuhan merupakan faktor penyebab yang mendasari lahirnya perilaku
seseorang, atau kebutuhan merupakan suatu keadaan yang menimbulkan motivasi.
3). Minat
Minat adalah suatu kecenderungan yang agak menetap dalam diri subjek untuk merasa
tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu
(Winkel 1984: 30). Seseorang yang berminat akan mendorong dirinya untuk
memperhatikan orang lain, benda-benda, pekerjaan atau kegiatan tertentu. Minat juga
menjadi penyebab dari suatu keaktifan dan hasil daripada keikutsertaannya dalam
keaktifan tersebut.
4). Harapan/Keyakinan
Menurut Mc. Clelland (1987 : 89-90; 128-133) beberapa faktor lingkungan yang dapat
membangkitkan motivasi berprestasi adalah :
Lingkungan secara tegas menetapkan standar kesuksesan yang harus dicapai dalam
setiap penyelesaian tugas, baik yang berkaitan dengan kemampuan tugas, perbandingan
6
dengan hasil yang pernah dicapai maupun perbandingan dengan orang lain. Keadaan ini
akan mendorong seseorang untuk berbuat yang sebaik-baiknya.
Jenis tugas dan situasi yang menantang adalah tugas yang memungkinkan sukses dan
gagalnya seseorang. Setiap individu terancam akan gagal apabila kurang berusaha.
( Sugiyanto, 2011 : 4 – 7 )
7
BAB III
METODE PENELITIAN
8
BAB IV
35
30
25
20 Anggota KIR
Karya Ilmiah
15
Finalis
Juara
10
0
2011/2012 2012/2013 2013/2014 2014/2015
Fenomena yang menarik dari grafik di atas adalah peningkatan jumlah siswa
yang menjadi finalis dan menjadi juara memacu peningkatan jumlah anggota KIR dan
karya-karya ilmiah yang dihasilkannya pada tahun pelajaran berikutnya.
9
4.2. PEMBAHASAN
Perasaan minder yang dirasakan oleh para siswa “ampas” disebabkan oleh
pencitraan di masyarakat bahwa murid sekolah swasta kecil identik dengan bodoh,
bandel, tidak memiliki sopan-santun dan banyak terlibat kenakalan remaja.
Memang tidak dipungkiri bahwa tidak sedikit siswa “ampas” yang tergolong
nakal atau terjerumus ke dalam dunia hitam. Penyebabnya sebenarnya karena pencitraan
dari masyarakat sendiri yang menganggap bahwa murid “ampas” sudah tidak mungkin
dididik lagi menjadi lebih baik. Keputusasaan menyebabkan sda di antara mereka yang
terlibat miras, narkoba, free sex, tawuran, premanisme dan sebagainya. Bahkan banyak
masyarakat yang mencibir sekolah-sekolah swasta kecil sebagai pencetak “sampah-
sampah” masa depan. Padahal tidak semua siswa sekolah swasta kecil memiliki latar
belakang kehidupan yang hitam. Banyak di antara mereka terpaksa bersekolah di
berbagai sekolah swasta kecil karena memiliki nilai akademik yang rendah atau karena
himpitan ekonomi yang menjadikan mereka tidak mampu bersekolah di berbagai
sekolah favorit.
Pertanyaan yang perlu kami sampaikan kepada hati nurani para guru dan
masyarakat adalah : “Bila semua sekolah hanya mau menerima siswa-siswi yang bagus
dan berkelakuan baik, apakah siswa-siswi yang nakal dan bodoh tidak layak diberi
kesempatan untuk bersekolah ? Bila mereka dibiarkan tidak bersekolah, akankah nasib
mereka akan berubah menjadi lebih baik dan lebih bermanfaat bagi masyarakat ?”
10
berbagai ajang lomba dan kompetisi non akademik seperti lomba karya ilmiah. Kami
selalu mengatakan bahwa kemenangan dalam lomba karya ilmiah tidak selalu berpihak
kepada siswa yang pintar dan cerdas, karena jiwa yang kreatif dan semangat untuk
tekun berkarya dapat mengungguli kecerdasan dan kepintaran namun tidak diikuti
dengan langkah yang kreatifitas.
Awal kami membimbing siswa-siswi untuk mengikuti ajang lomba karya ilmiah
adalah pada tahun 2012. Ketika saat itu Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP)
menyelenggarakan Olimpiade Geografi. Di antara rangkaian Olimpiade Geografi, UMP
menyelenggarakan Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) se-BARLINGMASCAKEB
(yaitu setingkat lima kabupaten yang meliputi : Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas,
Cilacap dan Kebumen ) dengan tema “Membumikan Geografi”. Ketika kami tawarkan
kepada para siswa, hanya satu siswa dan satu siswi yang berminat mengikutinya.
Namun diluar dugaan, salah satu dari mereka bisa masuk Babak Grand Final 10 Besar.
Yang lebih mengharukan lagi adalah siswi tersebut menjadi satu-satunya sekolah swasta
yang masuk dalam Babak Grand Final, bahkan mendapat peringkat ke-8 mengalahkan
SMA Negeri 2 Purwokerto dan MAN Kroya.
11
Prestasi ini memicu semangat para siswa-siswi lainnya untuk ikut berkompetisi
dalam berbagai ajang lomba. Ketika kami tawarkan siswa-siswi untuk mengikuti
National Young Inventor Awards (NYIA) tingkat Nasional yang diselenggarakan oleh
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), ada 15 kelompok yang berminat untuk
mengikutinya. Hasilnya juga di luar dugaan, ada dua kelompok yang bisa masuk Babak
Final 25 Besar tingkat Nasional. Bahkan kami merupakan satu-satunya sekolah yang
mewakili Kabupaten Cilacap dalam NYIA ke-5 tahun 2012. Meskipun belum juga
berhasil menjadi juara, namun pengalaman sebagai finalis hingga tingkat Nasional
memicu semangat siswa-siswi yang lainnya untuk mengikuti berbagai ajang lomba
dalam bidang karya ilmiah, olahraga dan seni.
Pada tahun 2013 prestasi satu persatu pun mulai ditorehkan. Dalam Lomba
Inovasi Tepat Guna (TTG) tingkat Kabupaten Cilacap, salah satu kelompok dari empat
kelompok yang kami kirimkan berhasil menjadi Juara Harapan III lomba inovasi
Teknologi Tepat Guna tingkat Kabupaten Cilacap.
Beberapa prestasi yang berhasil diraih oleh siswa-siswi “ampas” selama tahun
2013 menjadi cambuk bagi teman-temannya untuk turut mencoba mengukir prestasi.
Pada bulan Februari 2014, dua siswa kami menjadi Juara I dan Juara III Lomba
Penulisan Artikel Islami yang diselenggarakan oleh Ma‟had „Aliy Imam Syafi‟i
Cilacap.
Pada bulan Maret 2014, salah satu dari empat kelompok yang kami kirimkan
untuk mengikuti Lomba Teknologi Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal tingkat
Nasional yang diselenggarakan oleh Universitas Muhammadiyah Malang (UMM)
berhasil menjadi salah satu finalis 10 Besar tingkat Nasional. Meskipun belum menang,
karya yang diangkat dalam lomba ini mendapat apresiasi dari Kementerian Riset dan
Teknologi Republik Indonesia yang kemudian dinobatkan sebagai salah satu nominator
penerima Anugerah IPTEK Kreatifitas – Inovasi Masyarakat (KRENOVA)
12
Labdhakretya tahun 2014. Dari pihak BAPPEDA Kabupaten Cilacap pun mengapresiasi
dengan mengikutkan karya ini sebagai salah satu karya unggulan pelajar Kabupaten
Cilacap dalam Pameran Produk Inovasi (PPI) se-Jawa Tengah di Pekalongan pada
tanggal 9 – 12 Agustus 2014.
Pada bulan Oktober 2014, kami mengikutkan dua siswi dalam Lomba Menulis
Cerita Jamu di Pusat Studi Biofarmaka Institut Pertanian Bogor. Di luar dugaan kami,
keduanya berhasil menjadi pemenang, yaitu Juara II dan Juara III tingkat Nasional.
Masih pada bulan Oktober 2014, dari 4 karya siswa-siswi kami yang dikirimkan
untuk mengikuti Lomba Cipta Kuliner Nusantara tahun 2014 yang diselenggarakan oleh
Kementerian Pemuda dan Olahraga, 2 karya siswa-siswi kami berhasil menjadi finalis
tingkat Nasional.
Pada pertengahan November 2014, tiga kelompok KIR SMA Sri Mukti Cilacap
dipercaya oleh Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Cilacap untuk
mengikuti final OPSI Jateng mewakili Kabupaten Cilacap bersama 3 kelompok lainnya
dari SMA Negeri 1 Cilacap, 2 kelompok dari SMA Negeri 1 Binangun dan 1 kelompok
dari SMA Negeri 1 Nusawungu.
Prestasi demi prestasi selama tahun 2014 ini menciptakan atmosfer semangat
berkarya dan berinovasi pada siswa-siswi yang dianggap ampas oleh sekolah-sekolah
favorit. Karena ternyata mereka sedikit demi sedikit mampu menyaingi bahkan
mengungguli prestasi para siswa-siswi “emas” di sekolah-sekolah favorit.
13
BAB V
5.1. KESIMPULAN
5.2. SARAN
Siswa-siswi “ampas” bila diolah dengan baik bisa menjadi “emas” yang
merupakan aset berharga bangsa kita untuk bisa maju mengejar ketertinggalan Negara
kita dari bangsa-bangsa lain yang lebih maju.
Kami menyarankan agar segenap guru mau memberikan motivasi tiada henti dan
bimbingan tanpa rasa bosan dalam mengapresiasi para siswa dengan kemampuan
akademik rendah, bahkan sangat rendah. Karena setiap anak memiliki bakat dan minat
yang berbeda-beda yang dapat dikembangkan untuk menyongsong masa depannya.
14
5.3. PENUTUP
Demikian karya ilmiah yang dapat kami susun dalam rangka berbagi
pengalaman dengan para guru dalam mewujudkan cita-cita luhur bangsa kita :
mencerdaskan kehidupan bangsa. Semoga karya ilmiah ini bisa bermanfaat bagi
kemajuan dunia pendidikan di Indonesia.
Penyusun
15
DAFTAR PUSTAKA
16