Anda di halaman 1dari 55

PROFESI KEPENDIDIKAN

“KEPROFESIAN BIDANG KEKEPALASEKOLAHAN”

Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Profesi
Kependidikan yang diampu oleh Ibu Asran, S.Si., M.Pd.

OLEH KELOMPOK 1:

Serli Winarta A1I120110

Jeri Azhari A1I122016

Jumarna A1I122017

Lisa Juniyarti A1I122020

Nabilah Zahra Hafizhah A1I122021

Ni Kadek Candra M. A1I122022

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah
"Keprofesian Bidang Kekepalasekolahan" ini bisa selesai tepat pada waktunya.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok.

Terima kasih juga diucapkan kepada Ibu Asran, S.Si., M.Pd. selaku dosen
pengampu pada mata kuliah “Profesi Kependidikan”.

Semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan bagi para pembacanya.


Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Kendari, 4 November 2023

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1

1. 1 Latar Belakang...............................................................................1

1. 2 Rumusan Masalah.........................................................................1

1. 3 Tujuan............................................................................................2

1. 4 Manfaat..........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................3

2. 1 Fungsi Kepala Sekolah..................................................................3

2. 2 Kepala Sekolah Sebagai Pejabat Formal.......................................10

2. 3 Kriteria Kepala Sekolah................................................................. 12

2. 4 Kompetensi Kepala Sekolah.......................................................... 13

2. 5 Persyaratan Kepala Sekolah........................................................... 31

2. 6 Peningkatan Mutu..........................................................................33

2. 7 Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah........................................ 36

BAB III PENUTUP...................................................................................... 51

3. 1 Kesimpulan.................................................................................... 51

3. 2 Saran..............................................................................................51

DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 52

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam pembangunan suatu


bangsa. Kualitas pendidikan yang diberikan di lembaga pendidikan, terutama di
tingkat sekolah, sangat ditentukan oleh kompetensi kepala sekolah. Kepala
sekolah merupakan sosok yang memiliki peran sentral dalam mengelola sekolah
dan memastikan bahwa pendidikan yang diberikan sesuai dengan standar mutu
yang ditetapkan. Oleh karena itu, peran kepala sekolah dalam bidang keprofesian
sangat krusial.

Seiring dengan perkembangan zaman dan tuntutan yang semakin


kompleks dalam dunia pendidikan, kepala sekolah dituntut untuk memiliki
kompetensi yang lebih baik, berperan sebagai pejabat formal yang efektif, dan
memenuhi kriteria serta persyaratan yang ditetapkan. Untuk itu, penelitian ini
akan membahas berbagai aspek terkait dengan kepala sekolah, termasuk fungsi,
kriteria, kompetensi, persyaratan, serta upaya peningkatan mutu yang perlu
dilakukan.

1. 2 Rumusan Masalah

1. Apa saja fungsi kepala sekolah dalam pengelolaan sekolah?


2. Bagaimana peran kepala sekolah sebagai pejabat formal dalam lembaga
pendidikan?
3. Apa saja kriteria yang harus dipenuhi oleh seorang kepala sekolah yang
profesional?
4. Apa yang dimaksud dengan kompetensi kepala sekolah?

1
5. Apa persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjadi seorang kepala
sekolah yang berkualifikasi?
6. Bagaimana upaya peningkatan mutu yang perlu dilakukan oleh seorang
kepala sekolah?
7. Apa peran Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah dalam mengelola
sekolah?

1. 3 Tujuan

1. Untuk menjelaskan fungsi kepala sekolah dalam pengelolaan sekolah.


2. Untuk mengidentifikasi peran kepala sekolah sebagai pejabat formal dalam
lembaga pendidikan.
3. Untuk merinci kriteria yang harus dipenuhi oleh seorang kepala sekolah
yang profesional.
4. Untuk memahami konsep kompetensi kepala sekolah.
5. Untuk menguraikan persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjadi
seorang kepala sekolah yang berkualifikasi.
6. Untuk memberikan wawasan mengenai upaya peningkatan mutu yang
perlu dilakukan oleh seorang kepala sekolah.
7. Untuk mengeksplorasi peran Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah
dalam mengelola sekolah.

1. 4 Manfaat

1. Memberikan pemahaman yang lebih baik tentang peran dan fungsi kepala
sekolah dalam pengelolaan sekolah.
2. Meningkatkan kesadaran akan pentingnya kepala sekolah sebagai pejabat
formal dalam lembaga pendidikan.
3. Memberikan panduan mengenai kriteria, kompetensi, dan persyaratan
kepala sekolah yang berkualifikasi.

2
4. Memotivasi kepala sekolah untuk terus meningkatkan mutu pendidikan di
sekolah mereka.
5. Menyediakan informasi yang berguna bagi pihak terkait dalam
pengelolaan sekolah, seperti Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2. 1 Fungsi Kepala Sekolah

Jabatan kepala sekolah diduduki oleh orang yang menyandang profesi


guru. Karena itu, ia harus profesional sebagai guru sekaligus sebagai kepala
sekolah dengan derajat profesionalitas tertentu. Kepala sekolah memiliki
fungsi yang berdimensi luas. Kepala sekolah dapat memerankan banyak
fungsi, yang orangnya sama, tetapi topinya yang berbeda.

Di lingkungan Departemen Pendidikan Nasional (yang sekarang


berganti nama menjadi Kementerian Pendidikan Nasional, Kemendiknas)
telah cukup lama dikembangkan paradigma baru administrasi atau
manajemen pendidikan, dimana kepala sekolah minimal harus mampu
berfungsi sebagai educator, manager, administrator, supervisor, leader.
inovator dan motivator, disingkat EMASLIM. Jika merujuk pada Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2007
tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah, kepala sekolah juga harus berjiwa
wirausaha atau entrepreneur. Atas dasar itu, dalam kerangka menjalankan
fungsinya, kepala sekolah harus memerankan diri dalam tatanan perilaku
yang disingkat EMASLIME, sebagai singkatan dari educator, manager,
administrator, supervisor, leader, inovator, motivator. dan entrepreneur.
Fungsi-fungi itu dijelaskan berikut ini.

1. Kepala Sekolah sebagai Educator

Sebagai edukator kepala sekolah kepala sekolah berfungsi


menciptakan iklim sekolah yang kondusif, memberikan nasihat kepada warga
sekolah, memberikan mendorong guru dan tenaga kependidikan untuk

4
berbuat serta melaksanakan model pembelajaran yang menarik. Sebagai
educator, kepala sekolah harus mampu menginisiasi pengajaran tim, moving
class, pengem bangan sekolah bertaraf internasional, kelas unggulan, dan
mengadakan program akselerasi bagi siswa yang cerdas di atas normal.

Sebagai educator juga, kepala sekolah perlu berupaya meningkatkan


kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Upaya yang dapat dilakukan
kepala sekolah dalam meningkatkan kinerjanya sebagai educator, khususnya
dalam peningkatkan kinerja guru dan tenaga kependidikan, serta prestasi
belajar siswa dapat dideskripsikan sebagai berikut. Pertama, menyertakan
guru dalam penataran atau pelatihan untuk menambah wawasannya. Kedua,
memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk pengetahuan dan
keterampilannya dengan belajar ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Ketiga, menggerakkan tim evaluasi hasil belajar siswa agar giat bekerja.
Keempat, menggunakan waktu belajar secara efektif di sekolah dengan cara
mendorong guru untuk memulai dan mengakhiri pembelajaran sesuai waktu
yang ditentukan. Kelima, meng- optimasi ruang kerja guru sebagai wahana
tukar pengalaman antarsesama mereka demi perbaikan kinerja masing-
masing.

2. Kepala Sekolah sebagai Manager

Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer,


kepala sekolah perlu memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan guru
dan tenaga kependidikan melalui persaingan dalam kebersamaan,
memberikan kesempatan guru dan tenaga kependidikan untuk meningkatkan
profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh guru dan tenaga
kependidikan dalam pelbagai kegiatan yang menunjang program sekolah.
Sebagai manajer, kepala sekolah harus mampu mengoptimasi dan mengakses
sumber daya sekolah untuk mewujudkan visi, misi, dan mencapai tujuannya.
Dalam kerangka pengelolaan sekolah, sebagai manajer kepala sekolah
berpedoman pada asas-asas tujuan, keunggulan, mufakat, kesatuan, persatuan,

5
antusiasme, keakraban, dan asas integritas. Kepala sekolah juga perlu
memiliki kemampuan dalam melaksanakan tugasnya dengan baik, yang
diwujudkan dengan penyusunan program, menorganisasikan personalia,
memberdayakan guru dan tenaga kependidikan, serta mendayagunakan
sumber daya sekolah secara unggul. Untuk itu, sebagai manajer kepala
sekolah harus mampu mendelegasikan tugas, mengalokasikan pekerjaan.
menetapkan standar kualitas, memonitor hasil, mengontrol biaya, dan lain-
lain.

3. Kepala Sekolah sebagai Administrator

Kepala sekolah sebagai administrator memiliki hubungan erat dengan


pelbagai aktivitas administrasi sekolah, baik dilihat dari pendekatan
fungsional maupun pendekatan substansial. Secara fungsional, kepala sekolah
harus mampu merencanakan, mengorganisasikan, menata staf, melaksanakan,
mengawasi, mengendalikan, mengevaluasi, dan melakukan tindak lanjut.
Secara substansial kepala sekolah harus mampu mengelola kurikulum,
ketenagaan, kesiswaan, hubungan kemasyarakatan, layanan khusus,
administrasi kearsipan, dan administrasi keuangan. Tugas-tugas administratif
itu dilakukan secara logis dan sistematis, yang kesemuanya memoros pada
kepentingan proses pendidikan dan pembelajaran demi peningkatan mutu
lulusan, dengan indikator antara lain peningkatan nilai siswa dan akses mudah
melanjutkan studi.

4. Kepala Sekolah sebagai Supervisor

Sebagai supervisor, kepala sekolah mensupervisi aneka tugas pokok


dan fungsi yang dilakukan oleh guru dan seluruh staf. Dalam kerangka ini,
kepala sekolah harus mampu melakukan pelbagai pengawasan dan
pengendalian untuk meningkatkan kinerja guru dan tenaga kependidikan.
Pengawasan dan pengendalian ini dimaksudkan agar kegiatan pendidikan di
sekolah terarah pada tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan ini juga
merupakan tindakan preventif untuk mencegah agar guru dan tenaga

6
kependidikan tidak melakukan penyimpangan dan lebih cermat melak-
sanakan pekerjaannya. Pengawasan dan pengendalian yang dilakukan kepala
sekolah terhadap tenaga kependidikan khususnya guru, disebut supervisi
klinis, yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dan
kualitas pembelajaran melalui pembelajaran efektif.

Tugas kepala sekolah sebagai supervisor diwujudkan dalam kemam-


puannya menyusun dan melaksanakan program supervisi pembelajaran serta
memanfaatkan hasilnya. Kemampuan menyusun program supervise
pembelajaran harus diwujudkan dalam penyusunan program supervisi kelas.
pengembangan program supervisi untuk kegiatan ekstra-kurikuler, pengem-
bangan program supervisi untuk perpustakaan, laboraturium dan ujian.
Kemampuan melaksanakan program supervisi pembelajaran diwujudkan
dalam pelaksanaan program supervisi klinis dan dalam program supervise
kegiatan ekstrakurikuler.

Kemampuan memanfaatkan hasil supervisi pembelajaran diwujudkan


dalam pemanfaatan hasil supervisi untuk meningkatkan kinerja guru dan
tenaga kependidikan dan pemanfaatan hasil supervisi untuk mengembangkan
sekolah. Kepala sekolah sebagai supervisor pembelajaran dan supervisor
klinis pembelajaran perlu memperhatikan prinsip-prinsip: hubungan
konsultatif, kolegial dan bukan hirarkis; dilaksanakan secara demokratis;
berpusat pada guru dan tenaga kependidikan; dilakukan berdasarkan
kebutuhan guru dan tenaga kependidikan; serta merupakan bantuan
profesional.

5. Kepala Sekolah sebagai Leader

Kepala sekolah sebagai pemimpin harus mampu memberikan


petunjuk dan pengawasan, meningkatkan kemauan dan kemampuan guru dan
tenaga kependidikan, membuka komunikasi dua arah dan mende legasikan
tugas. Mereka harus memiliki karakter khusus yang mencakup kepribadian,
keahlian dasar, pengalaman dan pengetahuan profesional, serta pengetahuan

7
administrasi dan pengawasan. Sebagai pemimpin, kepala harus memiliki sifat
yang jujur, percaya diri, bertanggung jawab, berani mengambil risiko dan
keputusan, berjiwa besar, emosi yang stabil, dan teladan. Pada sisi lain,
sebagai pemimpin kepala sekolah harus mampu: memperkuat tim sebagai
kekuatan pembangun, menggabungkan positif individualitas, berfokus pada
detail pekerjaan, menerima tanggungjawab, membangun hubungan
antarpribadi, menjaga keterbukaan, memelihara sifat progresif, bangga dan
menghagai prestasi kerja tim, menantang perubahan, dan tanpa berkompromi
terhadap kualitas. Kepala Sekolah sebagai Inovator

Administrator sekolah yang bermutu selalu melakukan inovasi secara


berkelanjutan. Inovasinya diarahkan untuk memenuhi tuntutan "mutu masa
depan", sesuai kebutuhan masyarakat, lokal dan global. Tindakan inovatif
administrator sekolah dilakukan dengan mengoptimalkan sumber daya yang
dimiliki atau dapat diperoleh dari lingkungan.

Dalam rangka melakukan peranan dan fungsinya sebagai inovator,


kepala sekolah perlu memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan
yang harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru, mengintegrasikan
setiap kegiatan, memberikan teladan guru dan tenaga kependidikan dan
mengembangkan model-model pembelajaran yang inovatif. Mereka dituntut
mampu meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan akan tercermin
dari caranya melakukan pekerjaan secara konstruktif, kreatif, delegatif,
integratif, rasional, obyektif, pragmatis, keteladanan, disiplin, berdaya suai,
dan fleksibel. samping itu, dia harus mampu mencari, menemukan dan
melaksanakan pelbagai pembaruan di sekolah.

6. Kepala Sekolah sebagai Motivator

Sebagai motivator, kepala sekolah memiliki strategi yang tepat untuk


mem- berikan motivasi kepada guru dan staf untuk melakukan pelbagai tugas
dan fungsinya. Hal ini dapat ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan

8
fisik, suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan secara efektif dan
penyediaan pelbagai sumber belajar melalui pengembangan sentra belajar.

Salah satu upaya memotivasi adalah dengan memberi penghargaan


kepada guru dan stafnya. Dengan penghargaan itu, guru dan staf dirangsang
untuk meningkatkan profesionalisme kerjanya secara positif dan produktif.
Pelakasanaan penghargaan dapat dikaitkan dengan prestasi guru dan staf. Hal
itu dilakukan secara terbuka, sehingga guru dan staf memiliki peluang untuk
meraihnya. Karenanya, kepala sekolah harus berusaha memberikan
penghargaan secara tepat, efektif dan efisien untuk menghindari dampak
negatif yang ditimbulkannya.

7. Kepala Sekolah sebagai Entrepreneur

Sebagai administrator, kepala sekolah harus menjadi wirausaha atau


entrepreneur sejati. Istilah wirausaha di sini merujuk kepada usaha dan sikap
mental, tidak selalu dalam tafsir komersial. Wirausaha esensinya adalah usaha
untuk menciptakan nilai lewat pengakuan terhadap peluang bisnis.
manajemen pengambilan resiko dengan peluang yang ada, dan melalui
keterampilan komunikasi dan manajemen untuk memobilisasi manusia,
keuangan dan sumber daya yang diperlukan untuk membawa sebuah proyek
sampai berhasil.

Untuk menjadi seorang wirausaha, administrator sekolah harus


percaya diri atau memiliki keepercayaan (keteguhan), ketidaktergantungan.
kepribadian mantap dan optimisme; berorientasikan tugas dan hasil atau
kebutuhan atau haus akan prestasi, berorientasi laba atau hasil, tekun dan
tabah, tekad, kerja keras, motivasi, energik, dan penuh inisiatif; pengambil
resiko atau mampu mengambil dan mengelola resiko dan suka pada
tantangan; kepemimpinan atau kemampuan memimpin dan dapat bergaul
dengan orang lain; keorisinilan atau menanggapi saran dan kritik, inovatif
atau pembaru, kreatif, fleksibel, banyak sumber, dan serba bias; dan
berorientasi ke masa depan atau mengetahui banyak, pandangan kedepan, dan

9
perseptif. Kemapuan kewirausahaan ini sangat dipentingkan dalam rangka
mencari terobosan baru pengembangan sekolah.

2. 2 Kepala Sekolah sebagai Pejabat Formal

Meski sebagai tugas tambahan, jabatan kepala sekolah adalah jabatan


pemimpin dengan segala keformalannya. Setiap guru yang diberi tugas
tambahan sebagai kepala sekolah dilakukan dengan prosedur serta
persyaratan tertentu seperti latar belakang pendidikan, pengalaman, usia,
pangkat dan integritas. Karena itu, kepala sekolah pada hakikatnya adalah
pejabat formal, oleh pengangkatannya melalui suatu proses dan prosedur
yang didasarkan atas peraturan yang berlaku. Secara sistem, jabatan kepala
sekolah sebagai pejabat atau pemimpin formal dapat diuraikan melalui
pelbagai pendekatan yakni pengangkatan, pembinaan, tanggung jawab.

Pengangkatan guru menjadi kepala sekolah harus didasarkan atas


prosedur dan peraturan yang berlaku. Di Indonesia, prosedur dan peraturan
yagn berkaitan dengan pengangkatan guru menjadi kepala sekolah, khususnya
sekolah negeri, ditetapkan oleh kementerian pendidikan, meski dalam hal-hal
tertentu sering tidak diikuti secara taat asas di tingkat kabupaten/kota.
Persyaratan administratif calon kepala sekolah meliputi: (1) usia maksimal,
(2) pangkat, (3) masa kerja, (4) pengalaman, dan (5) berkedudukan sebagai
tenaga fungsional guru. Persyaratan akademik antara lain latar belakang
pendidikan formal dan pelatihan terakhir yang dimiliki oleh calon.
Persyaratan kepribadian antara lain bebas dari perbuatan tercela dan loyal
kepada Pancasila dan pemerintah.

Selama menduduki jabatan, kepala sekolah berhak atas: (1) gaji serta
penghasilan dan pendapatan lain sesuai dengan ketentuan yang berlaku. (2)

10
akses kedudukan dalam jenjang kepangkatan tertentu, (3) hak kenaikan gaji
atau pangkat, (4) kesempatan untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi, (5)
memperoleh kesempatan untuk pengembangan diri. (6) penghargaan atau
fasilitas, (7) dapat diberi teguran oleh atasannya karena sikap, perbuatan serta
perilakunya yang dirasakan dapat menggangu tugas dan tanggung jawab
sebagai kepala sekolah, dan (8) dapat dimutasikan atau diberhentikan dari
jabatan kepala sekolah karena hal-hal tertentu.

Kepala sekolah pun mempunyai tugas dan tanggung jawab terhadap


atasan. Karena itu seorang kepala sekolah wajib:
1. Loyal dan melaksanakan apa yang digariskan oleh atasan
2. Berkonsultasi atau memberikan laporan mengenai pelaksanaan tugas yang
menjadi tanggung jawabnya
3. Selalu memelihara hubungan yang bersifat hirarki antara kepala sekolah
dan atasan.

Kepala Sekolah pun harus hirau terhadap mutu, khususnya berkaitan


dengan:
1. Nilai-nilai dan misi sekolah
2. Tata laksana dan keadministrasian sekolah
3. Kurikulum
4. Pengajaran
5. Penilaian dan evaluasi
6. Sumber daya
7. Layanan pendukung pembelajaran
8. Komunikasi dan jalinan hubungan dengan pemangku kepentingan
9. Kegiatan kemasyarakatan
10. Peningkatan mutu secara berkelanjutan.

Termasuk dalam kerangka ini, kepala sekolah harus mampu


menggaransi mutu yang berkaitan dengan:
1. Visi sekolah

11
2. Budaya sekolah
3. Administrasi sekolah
4. Komunikasi dan kolaborasi dengan masyarakat
5. Sikap keteladanan, kejujuran, keadilan, dan etika profesi
6. Lingkungan politik, sosial, hukum, ekonomi, dan budaya
7. Program instruksional
8. Implementasi kebijakan.

2. 3 Kriteria Kepala Sekolah

Guru yang diberi tugas tambahan sebagai kepala sekolah harus


menenuhi kriteria tertentu. Dengan kata lain, kepala sekolah merupakan guru
yang mendapat tugas tambahan sebagai "kepala sekolah." Kriteria tersebut
berkaitan dengan kualifikasi, kompetensi, kepangkatan, masa kerja, dan lain-
lain. Di dalam PP No. 19 Tahun 2005 disebutkan syarat-syarat untuk menjadi
kepala sekolah seperti berikut ini.

1. Kriteria untuk menjadi kepala meliputi:


a. Berstatus sebagai guru TK/RA;
b. Memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen
pembelajaran sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku;
c. Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun di
TK/RA; dan
d. Memiliki kemampuan kepimpinanan dan kewirausahaan di bidang
pendidikan.

2. Kriteria untuk menjadi kepala SD/MI meliputi:


a. Berstatus sebagai guru SD/MI;
b. Memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen
pembelajaran sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku;
c. Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun di
SD/MI; dan

12
d. Memiliki kemampuan kepimpinanan dan kewirausahaan di bidang
pendidikan.

3. Kriteria untuk menjadi kepala SMP/MTS/SMA/MA/SMK/MAK meliputi:


a. Berstatus sebagai guru SMP/MTS/SMA/MA/SMK/MAK;
b. Memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen
pembelajaran sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku;
c. Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun di
SMP/MTS/SMA/MA/SMK/MAK; dan
d. Memiliki kemampuan kepimpinanan dan kewirausahaan di bidang
pendidikan.

4. Kriteria untuk menjadi kepala SDLB/SMPLB/SMALB meliputi:


a. Berstatus sebagai guru pada satuan pendidikan khusus;
b. Memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen
pembelajaran sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku;
c. Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun di
satuan pendidikan khusus; dan
d. Memiliki kemampuan kepimpinanan, pengelolaan, dan kewirausahaan
di bidang pendidikan khusus.

2. 4 Kompetensi Kepala Sekolah

Berikut ini disajikan pemikiran konsepsional mengenai standar


kompetensi kepala sekolah. Standar kompetensi sebagai hasil dari kajian
akademik di bawah ini cukup representatif untuk menggambarkan tugas yang
harus dijalankan oleh kepala sekolah. Pada sisi lain, standar kompetensi ini
dirasakan baik untuk menjadi topik-topik dalam kerangka pelatihan kepala
sekolah.

1. Kompetensi di Bidang Perencanaan


a. Menyusun profil sekolah

13
b. Merumuskan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah
c. Menentukan fungsi-fungsi (komponen-komponen) sekolah yang
diperlukan untuk mencapai setiap sasaran sekolah
d. Melaksanakan analisis atas kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman
terhadap setiap fungsi dan faktor-faktornya
e. Memilih dan menentukan alternatif-alternatif pemecahan setiap
persoalan
f. Merencanakan kegiatan sekolah
g. Menyusun rencana dan program pengembangan sekolah
h. Menyusun langkah-langkah untuk merealisasikan rencana
pengembangan sekolah
i. Membuat target pencapaian hasil untuk setiap program sesuai dengan
waktu yang ditentukan (milestone)

2. Kompetensi di Bidang Pengorganisasian


a. Mengorganisasikan kegiatan sekolah
b. Menyusun sistem administrasi sekolah
c. Mengembangkan kebijakan operasional sekolah
d. Menyusun sistem pengaturan sekolah yang berkaitan dengan
kualifikasi, spesifikasi, prosedur kerja, pedoman kerja, petunjuk kerja,
dan sebagainya
e. Melakukan analisis kelembagaan tentang struktur organisasi yang
efisien dan efektif
f. Menata unit-unit organisasi sekolah atas dasar fungsi
g. Merumuskan regulasi sekolah berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku
h. Menyusun mekanisme koordinasi antar unit-unit organisasi sekolah

3. Kompetensi di Bidang Implementasi Program


a. Melaksanaan kegiatan yang telah direncanakan

14
b. Memberikan pengarahan dan penugasan kepada staf atas dasar tugas
dan fungsi staf yang bersangkutan

c. Memotivasi dan mengarahkan staf supaya bekerja secara bertang-


gungjawab sesuai dengan tugas dan fungsinya
d. Melaksanakan regulasi sekolah secara tepat dan mendorong penegakan
hukum (law enforcement)
e. Mengupayakan kepastian dan keadilan untuk memperoleh layanan
pendidikan bagi warga sekolah
f. Mengupayakan pemerataan dan kesempatan yang sama untuk
memperoleh pendidikan (equity and equality of educational
opportunity)
g. Menyelaraskan sumber daya sekolah dengan tujuan sekolah
h. Menyiapkan input/sumber daya manajemen untuk mengelola sumber
daya
i. Mengintegrasikan dan menyinkronkan ketatalaksanaan program
j. Mengumpulkan informasi berkualitas sebagai bahan untuk mengambil
keputusan
k. Mengambil keputusan secara terampil (cepat, tepat, cekat)
l. Mengantisipasi akibat pengambilan keputusan dengan penuh
perhitungan (least cost and most benefit)
m. Menggunakan sistem informasi sekolah sebagai dasar dalam
pengambilan keputusan

4. Kompetensi di Bidang Pengendalian Program


a. Merumuskan sistem pengendalian/monitoring dan evaluasi sekolah
b. Merumuskan indikator-indikator sekolah yang efektif dan menyusun
instrumen
c. Menggunakan teknik-teknik monitoring dan evaluasi
d. Sosialisasi dan pelaksanaan monitoring dan evaluasi

15
e. Merumuskan hasil analisis data monitoring dan evaluasi
f. Mengendalikan kegiatan sekolah agar tidak menyimpang dari rencana
g. Memperbaiki kinerja sekolah berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi

5. Kompetensi di Bidang Pelaporan


a. Membuat laporan akuntabilitas kinerja sekolah
b. Mempertanggungjawabkan hasil kerja sekolah kepada pemangku
kepentingan
c. Membuat keputusan secara cepat, tepat, dan cekat berdasarkan hasil
pertanggungjawaban
d. Memperbaiki perencanaan sekolah untuk jangka pendek, menengah dan
Panjang

6. Kompetensi Memimpin Sekolah


a. Memberikan keteladanan dalam sikap dan tindakan
b. Mengarahkan guru, staf dan siswa
c. Memiliki kekuatan dan kesan positif untuk mempengaruhi bawahan dan
orang lain
d. Memiliki kemampuan intelektual, emosional dan spiritual yang sesuai
dengan prinsip kepemimpinan pendidikan
e. Mengambil keputusan secara terampil (cepat, tepat dan cekat)
f. Melakukan perubahan (inovasi) sekolah
g. Berkomunikasi secara lancar h. Menyusun tim kerja yang kompak,
cerdas dan dinamis
h. Melakukan kegiatan yang bersifat kreatif

7. Kompetensi Memberdayakan Sumber Daya Sekolah


a. Menggali potensi-potensi sumber daya sekolah yang dapat
dikembangkan
b. Menentukan cara-cara memberdayakan sekolah

16
c. Melaksanakan pemberdayaan sekolah
d. Menilai tingkat keberdayaan sekolah

8. Kompetensi Melakukan Supervisi


a. Merumuskan arti, tujuan dan supervisi
b. Menyusun program supervisi pebelajaran Melaksanakan program
c. supervisi
d. Membimbing guru, staf dan siswa
e. Mengajarkan wawasan/pengetahuan baru
f. Melaksanakan umpan balik dari hasil supervisi

9. Kompetensi Menciptakan Budaya dan Iklim Kerja yang Kondusif


a. Menciptakan suasana kerja yang kondusif
b. Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman
c. Menerapkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan sekolah yang
demokratis
d. Membentuk budaya kerjasama (school corporate culture) yang kuat
e. Menumbuhkan budaya profesional warga sekolah
f. Menciptakan iklim sekolah yang kondusif-akademis
g. Menghargai dan mengembangkan keragaman budaya dalam kehidupan
sekolah

10. Kompetensi Mengembangkan Kreativitas, Inovasi dan Jiwa


Kewirausahaan
a. Menciptakan dan memanfaatkan peluang
b. Menciptakan pembaruan
c. Merumuskan arti dan tujuan perubahan (inovasi) sekolah
d. Menggunakan metode, teknik dan proses perubahan sekolah

17
e. Menumbuhkan iklim yang mendorong kebebasan berfikir untuk
menciptakan kreativitas dan inovasi
f. Mendorong warga sekolah untuk melakukan eksperimentasi, prakarsa/
keberanian moral untuk melakukan hal-hal baru
g. Memberikan rewards atas hasil-hasil kreativitas warga sekolah
h. Menumbuhkan dan mengembangkan jiwa kewirausahaan warga
sekolah
11. Kompetensi Komunikasi dan Kerja Sama dalam Pekerjaan
a. Menjelaskan arti dan fungsi komunikasi dalam pekerjaan
b. Menerapkan komunikasi yang efektif dalam pekerjaan
c. Menjelaskan arti dan fungsi kerjasama dalam pekerjaan
d. Menerapkan kerjasama antarstaf dalam pekerjaan
e. Memanfaatkan Bahasa Inggris dalam Pekerjaan
f. Menggunakan bahasa Inggris untuk memahami literatur
asing/memperluas wawasan kependidikan

12. Kompetensi Memanfaatan Kemajuan IPTEK dalam Pendidikan


a. Pemanfaatan teknologi dalam alat pembelajaran dan manajemen
sekolah
b. Memahami pemanfaatan komputer dalam pembelajaran dan manajemen
sekolah
c. Menjelaskan pemanfaatan alat-alat dengan teknologi terbaru dalam
pembelajaran

13. Kompetensi Memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi


a. Menjelaskan jenis-jenis teknologi informasi yang dimanfaatkan dalam
pendidikan
b. Mengidentifikasi dampak negatif dan positif teknologi informasi
c. Menggunakan pelbagai fungsi internet, terutama menggunakan e-mail
dan mencari informasi

18
d. Menggunakan komputer terutama untuk word processor dan spread
sheet (Contoh: Microsoft Word, Excel) dalam manajemen sekolah

14. Kompetensi Mengelola Kurikulum dan Program Pembelajaran


a. Membentuk dan memberdayakan tim pengembang kurikulum
b. Memfasilitasi guru untuk mengembangkan kompetensi setiap guru
kelas
c. Memfasilitasi guru untuk menyusun silabus/satuan kegiatan semester.
mingguan, dan harian
d. Memfasilitasi guru untuk menentukan buku sumber yang sesuai untuk
setiap bidang pengembangan
e. Mengarahkan tenaga kependidikan untuk menyusun rencana dan
program pelaksanaan kurikulum
f. Membimbing guru dalam mengembangkan dan memperbaiki proses
belajar mengajar
g. Mengarahkan tim pengembang kurikulum untuk mengupayakan
kesesuaian kurikulum dengan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni (Ipteks), tuntutan dan kebutuhan masyarakat, dan kebutuhan
siswa
h. Menggali dan memobilisasi sumber daya pendidikan
i. Mengidentifikasi kebutuhan bagi pengembangan kurikulum lokal
j. Mengevaluasi pelaksanaan kurikulum
k. Mengelola jadwal dan waktu belajar dan evaluasi/penilaian
i. Mengelola proses bimbingan dan konseling

15. Kompetensi Mengelola Guru dan Tenaga Kependidikan


a. Menginventarisasi karakteristik tenaga kependidikan yang efektif
b. Merencanakan tenaga kependidikan sekolah (permintaan, persediaan,
dan kesenjangan)
c. Merekrut, menyeleksi, menempatkan, dan mengorientasikan tenaga
kependidikan baru

19
d. Mefasilitasi pengembangan profesionalisme tenaga kependidikan
e. Memanfaatkan dan memelihara tenaga kependidikan
f. Menilai kinerja guru dan tenaga kependidikan
g. Mengembangkan sistem pengupahan, ganjaran positif, dan dan
hukumam yang mampu menjamin kepastian dan keadilan
h. Melaksanakan dan mengembangkan sistem pembinaan karir
i. Memotivasi tenaga kependidikan
j. Membina hubungan kerja yang harmonis
k. Memelihara dokumentasi personel sekolah atau mengelola administrasi
personel sekolah
l. Melakukan analisis jabatan dan menyusun uraian jabatan tenaga
kependidikan
m. Memiliki apresiasi, empati, dan simpati terhadap tenaga kependidikan
n. Mengelola konflik

16. Kompetensi Mengelola Kesiswaan


a. Mengelola penerimaan siswa baru
b. Mengelola pengembangan bakat, minat, kreativitas dan kemampuan
siswa
c. Mengelola sistem bimbingan dan konseling yang sistematis
d. Melatih disiplin siswa
e. Menyusun tata tertib sekolah
f. Mengupayakan kesiapan belajar siswa (fisik, mental)
g. Mengelola sistem pelaporan perkembangan siswa
h. Memberikan layanan penempatan siswa dan mengkoordinasikan studi
lanjut

17. Kompetensi Mengelola Keuangan


a. Menyiapkan anggaran pendapatan dan belanja sekolah yang
berorientasi pada program pengembangan sekolah secara transparan

20
b. Menggali sumber dana dari pemerintah, masyarakat, orangtua siswa dan
sumbangan lain yang tidak mengikat
c. Mengembangkan kegiatan sekolah yang berorientasi pada aktivitas
yang menghasilkan (income generating activities)
d. Mengelola akuntansi keuangan sekolah (cash in and cash out)
e. Membuat aplikasi dan proposal untuk mendapatkan dana dari
penyandang dana
f. Melaksanakan sistem pelaporan penggunaan keuangan

18. Kompetensi Mengelola Sarana dan Prasarana


a. Mengupayakan ketersediaan dan kesiapan sarana dan prasarana sekolah
(laboratorium, perpustakaan, kelas, peralatan, perlengkapan, dan
b. Mengelola program perawatan preventif, pemeliharaan, dan perbaikan
sarana dan prasarana.
c. Menentukan spesifikasi sarana dan prasarana sekolah
d. Merencanakan kebutuhan sarana dan prasarana sekolah
e. Mengelola pembelian/pengadaan sarana dan prasarana serta asuransinya
f. Mengelola administrasi sarana dan prasarana sekolah
g. Memonitor dan mengevaluasi sarana dan prasarana sekolah

19. Kompetensi Mengelola Hubungan Sekolah-Masyarakat


a. Memfasilitasi dan memberdayakan Dewan Sekolah/Komite Sekolah
sebagai perwujudan pelibatan masyarakat terhadap pengembangan
sekolah.
b. Mencari dan mengelola dukungan dari masyarakat (dana, pemikiran.
moral dan tenaga, dan sebagainya) bagi pengembangan sekolah
c. Menyusun rencana dan program pelibatan orangtua siswa dan
masyarakat
d. Mempromosikan sekolah kepada masyarakat e. Membina kerjasama
dengan pemerintah dan lembaga-lembaga masyarakat
e. Membina hubungan yang harmonis dengan orangtua siswa

21
20. Kompetensi Mengelola Sistem Informasi Sekolah
a. Mengembangkan prosedur dan mekanisme layanan sistem informasi,
serta sistem pelaporan.
b. Mengembangkan pangkalan data sekolah (data kesiswaan, keuangan,
ketenagaan, fasilitas, dan sebagainya)
c. Mengelola hasil pangkalan data sekolah untuk merencanakan program
pengembangan sekolah
d. Menyiapkan pelaporan secara sistematis, realistis dan logis
e. Mengembangkan SIM berbasis computer

21. Menguasai Landasan Pendidikan


a. Memahami jenis-jenis filsafat pendidikan
b. Memahami landasan psikologi pendidikan
c. Memahami pelbagai teori pendidikan
d. Pengembangan kurikulum sekolah
e. Memahami konsep dasar pengembangan kurikulum
f. Memahami struktur kurikulum
g. Memahami bermacam pendekatan kurikulum

22. Mengetahui Tingkat Perkembangan Siswa


a. Memahami psikologi pendidikan yang mendasari perkembangan siswa
b. Memahami tingkat-tingkat perkembangan mental siswa
c. Memahami tingkat perkembangan siswa yang dididik

23. Mengetahui Macam-macam Pendekatan Pembelajaran


a. Memahami macam-macam teori belajar
b. Memahami strategi dan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan
tingkat perkembangan siswa
c. Memahami metode pembelajaran yang sesuai dengan tingkat
perkembangan siswa

22
d. Memahami esensi bermain sambil belajar dan belajar melalui bermain
(Khusus Kepala TK)

24. Menguasai Kebijakan Pendidikan


a. Menguasai perundang-undangan pendidikan
b. Memahami dasar, fungsi dan tujuan pendidikan
c. Memahami prinsip penyelenggaraan pendidikan
d. Memahami ketentuan tentang standar nasional pendidikan dan
kurikulum
e. Memahami ketentuan tentang pendidik dan tenaga kependidikan
f. Memahami ketentuan tentang sarana dan prasarana pendidikan
g. Memahami ketentuan tentang pengelolaan pendidikan
h. Memahami ketentuan tentang evaluasi, akreditasi dan sertifikasi
i. Memahami ketentuan tentang pengawasan Pendidikan

25. Memahami Program Pembangunan Pendidikan dan Rencana


Strategis di Bidang Pendidikan
a. Memahami kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan
b. Memahami visi dan misi pendidikan nasional
c. Memahami program strategis di bidang Pendidikan

26. Memahami Kebijakan Pendidikan


a. Memahami program strategis di bidang pendidikan
b. Menjelaskan konsep pendidikan tiap satuan pendidikan sesuai
bidangnya
c. Memahami tujuan pendidikan pada satuan pendidikan
d. Memahami sistem dan struktur standar kompetensi siswa dan guru
e. Memahami standar kompetensi siswa dan guru dalam pembinaan
sekolah
f. Menjelaskan konsep pengembangan pengelolaan pembelajaran

23
g. Memahami konsep pengembangan manajemen Memahami konsep dan
struktur kurikulum yang diberlakukan (misal: Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan, KTSP)

27. Memahami Konsep dan Penerapan Kepemimpinan Pendidikan dalam


Tugas, Peran dan Fungsi Kepala Sekolah
a. Memahami konsep kepemimpinan pendidikan
b. Memahami tugas, peran dan fungsi kepala sekolah
c. Memahami penerapan konsep kepemimpinan pendidikan dalam tugas.
peran dan fungsi kepala sekolah
d. Memahami pelbagai macam gaya kepemimpinan dan penerapannya di
sekolah
e. Memahami konsep dan penerapan pendekatan kepemimpinan yang
sesuai termasuk kepemimpinan transformasional

28. Memahami Konsep dan Penerapan Manajemen Pendidikan dalam


Tugas, Peran dan Fungsi Kepala Sekolah
a. Memahami konsep manajemen pendidikan
b. Menggunakan sistem sebagai pegangan cara berfikir, cara mengelola
dan cara menganalisis sekolah
c. Mengidentifikasi dan mengembangkan jenis-jenis input sekolah
d. Mengembangkan proses sekolah (proses belajar mengajar, pengkoor-
dinasian, pengambilan keputusan, pemberdayaan, pemotivasian,
pemantauan, pensupervisian, pengevaluasian dan pengakreditasian).
e. Meningkatkan output sekolah (kualitas, produktivitas, efisiensi,
efektivitas, dan inovasi)
f. Memahami, menghayati, dan melaksanakan standar pelayanan terbaik
g. Melaksanakan standar pelayanan secara tepat
h. Memahami lingkungan sekolah sebagai bagian dari sistem sekolah yang
bersifat terbuka

24
29. Memahami Konsep dan Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS)
a. Memahami dan menghayati hakikat otonomi pendidikan
b. Memahami dan menghayati hakikat pendidikan berbasis masyarakat
(community based education).
c. Memahami dan menghayati arti, tujuan dan karakteristik manajemen
berbasis sekolah (school based management)
d. Memahami kewenangan sekolah dalam kerangka otonomi pendidikan
e. Memahami, menghayati, dan melaksanakan tahap-tahap implementasi
manajemen berbasis sekolah
f. Mengevaluasi tingkat keberhasilan manajemen berbasis sekolah.

30. Memahami Konsep dan Penerapan Manajemen Stratejik di Sekolah


a. Memahami konsep manajemen stratejik untuk sekolah
b. Menentukan arah (visi, misi dan tujuan) sekolah
c. Melakukan scanning dan analisis lingkungan internal dan eksternal
sekolah
d. Menyusun rencana stratejik sekolah
e. Mengimlementasikan strategi
f. Mengevaluasi strategi yang dilaksanakan

31. Menerapkan Konsep dan Penerapan Manajemen Mutu Sekolah


a. Memahami konsep manajemen mutu sekolah
b. Merencanakan sistem mutu sekolah
c. Menerapkan sistem nanajemen mutu sekolah
d. Mengevaluasi sistem manajemen mutu sekolah
e. Memperbaiki dan menindaklanjuti hasil evaluasi sistem manajemen
mutu sekolah

32. Kompetensi Personal


a. Menerapkan toleransi

25
b. Berakhlak mulia
c. Suka menolong
d. Berempati terhadap orang lai
e. Memiliki rasa sayang yang tinggi
f. Bekerja tanpa mengutamakan pamrih

33. Berjiwa Pemimpin


a. Memberi contoh yang baik dalam perilaku sehari-hari
b. Bersikap adil dan bijaksana dalam pengambilan keputusan
c. Melakukan pemecahan masalah secara efektif
d. Memotivasi bawahan
e. Bersikap obyektif dalam memberikan penilaian terhadap bawahan

34. Memiliki Etos Kerja yang Tinggi dan Pengendalian Diri


a. Tidak mudah tersinggung/marah
b. Bekerja dengan teliti, cermat, hati-hati
c. Disiplin dalam bekerja.
d. Bersemangat dalam bekerja.
e. Memiliki rasa percaya diri.
f. Berinisiatif dalam bekerja
g. Kreatif dalam bekerja
h. Selalu mengembangkan diri
i. Berkemauan untuk meningkatkan kemampuan
j. Memiliki keingin-tahuan yang tinggi

35. Bersikap Terbuka dan Komitmen


a. Mau menerima saran dan kritik
b. Transparan dalam merencanakan dan melaksanakan tugas
c. Kemauan menerima pembaruan
d. Memiliki integritas
e. Loyalitas terhadap tugas profesinya

26
f. Konsistensi antara ucapan dan perbuatan
g. Memiliki komitmen tinggi dalam melaksanakan tugas

36. Kompetensi Sosial Kemasyarakatan


a. Bekerja sama dalam melaksanakan tugas
b. Bekerja sama dengan pimpinan
c. Bekerja sama dengan guru, staf/karyawan, komite sekolah, dan orang
tua siswa.
d. Bekerja sama dengan sekolah lain dan instansi terkait
e. Berpartisipasi dalam kegiatan kelembagaan.
f. Berperan aktif dalam kegiatan akademik
g. Berperan aktif dalam kegiatan non akademik (contoh kepanitiaan,
kegiatan olah-raga)
h. Berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan.
i. Berperan aktif dalam organisasi sosial kemasyarakatan
j. Berperan aktif dalam kegiatan sosal
k. Berperan aktif dalam kegiatan masyarakat

Berbeda dengan hasil kajian akademik di atas, pada tabel 3 di bahawah ini
disajikan standar kompetensi kepala sekolah versi Permen No. 13 tahum 2007,
tanggal 17 Juli 2007.

Tabel 3 : Standar Kompetensi Kepala Sekolah

DIMENSI
NO. KOMPETENSI
KOMPETENSI
1. Kepribadian 1.1. Berakhlak mulia,
mengembangkan budaya dan tradisi
akhlak mulia, dan menjadi teladan
akhlak mulia bagi komunitas di
sekolah/madrasah.
1.2. Memiliki integritas kepribadian

27
sebagai pemimpin.
1.3. Memiliki keinginan yang kuat
dalam pengembangan diri sebagai
kepala sekolah/madrasah
1.4. Bersikap terbuka dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsi
1.5. Mengendalikan diri dalam
menghadapi masalah dalam pekerjaan
sebagai kepala sekolah/madrasah.
1.6. Memiliki bakat dan minat jabatan
sebagai pemimpin pendidikan
2. Manajerial 2.1. Menyusun perencanaan
sekolah/madrasah untuk berbagai
tingkatan perencanaan
2.2. Mengembangkan organisasi
sekolah/madrasah sesuai dengan
kebutuhan
2.3. Memimpin sekolah/madrasah dalam
rangka pendayagunaan sumber daya
sekolah/madrasah secara optimal
2.4. Mengelola perubahan dan
pengembangan sekolah/ madrasah
menuju organisasi pembelajaran
yang efektif
2.5. Menciptakan budaya dan iklim
sekolah/madrasah yang kondusif dan
inovatif bagi pembelajaran siswa.
2.6. Mengelola guru dan staf dalam
rangka pendayagunaan sumber daya
manusia secara optimal
2.7. Mengelola sarana dan prasarana

28
sekolah/madrasah dalam rangka
pendayagunaan secara optimal
2.8. Mengelola hubungan
sekolah/madrasah dan masyarakat
dalam rangka pencarian dukungan
ide, sumber belajar, dan pembiayaan
sekolah/ madrasah.
2.9. Mengelola siswa dalam rangka
penerimaan siswa baru, dan
penempatan dan pengembangan
kapasitas siswa.
2.10. Mengelola pengembangan
kurikulum dan kegiatan
pembelajaran sesuai dengan arah
dan tujuan Pendidikan nasional.
2.11. Mengelola keuangan sekolah/
madrasah sesuai dengan prinsip
pengelolaan yang akuntabel,
transparan, dan efisien.
2.12. Mengelola ketatausahaan sekolah/
madrasah dalam mendukung
pencapaian tujuan sekolah/
madrasah.
2.13. Mengelola unit layanan khusus
sekolah/madrasah dalam mendukung
kegiatan pembelajaran dan kegiatan
siswa di sekolah/madrasah.
2.14. Mengelola sistem informasi
sekolah/madrasah dalam mendukung
penyusunan program dan
pengambilan keputusan.

29
2.15. Memanfaatkan kemajuan
teknologi informasi bagi
peningkatan pembelajaran dan
manajemen sekolah/madrasah.
2.16 Melakukan monitoring, evaluasi,
dan pelaporan pelaksanaan program
kegiatan sekolah/ madrasah dengan
prosedur yang tepat, serta
merencanakan tindak lanjutnya.
3. Kewirausahaan 3.1. Menciptakan inovasi yang
berguna bagi pengembangan
sekolah/madrasah.
3.2. Bekerja keras untuk mencapai
keberhasilan sekolah/madrasah
sebagai organisasi pembelajar yang
efektif.
3.3. Memiliki motivasi yang kuat
untuk sukses dalam melaksanakan
tugas pokok dan fungsinya sebagai
pemimpin sekolah/madrasah.
3.4. Pantang menyerah dan selalu
mencari solusi terbaik dalam
menghadapi kendala yang dihadapi
sekolah/madrasah.
3.5. Memiliki naluri kewirausahaan
dalam mengelola kegiatan
produksi/jasa sekolah/madrasah
sebagai sumber belajar siswa.
4 Supervisi 4.1. Merencanakan program supervisi
akademik dalam rangka peningkatan
profesionalisme guru.

30
4.2. Melaksanakan supervisi
akademik terhadap guru dengan
menggunakan pendekatan dan teknik
supervisi yang tepat.
4.3. Menindaklanjuti hasil supervisi
akademik terhadap guru dalam
rangka peningkatan profesionalisme
guru.
5 Sosial 5.1. Bekerja sama dengan pihak lain
untuk kepentingan sckolah/madrasah
5.2. Berpartisipasi dalam kegiatan
sosial kemasyarakatan.
5.3. Memiliki kepekaan sosial terhadap
orang atau kelompok lain.

2.5. Persyaratan Kepala Sekolah

Dilihat dari sisi persyaratan, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.


13 Tahun 2007 tanggal 17 April 2007 telah menetapkan standar kepala
sekolab madrasah. Standar dimaksud berkaitan dengan kualifikasi dan
kompeten sinya. Standar ini lebih luas dan komprehensif dibandingkan
dengan stansar sejenis yang diatur dalam PP No. 19 Tahun 2005. Versi
Permen ini, standal kepala sckolah/masrasah disajikan berikut ini.

1. Standar Kualifikasi dan Pengalaman


1) Kualifikasi Kepala Sekolah/Madrasah terdiri atas Kualifikasi Umum dan
Kualifikasi Khusus.
2) Kualifikasi Umum Kepala Sekolah/Madrasah adalah scbagai berikut :
a. Memiliki kualifikasi akademik sarjana (SI) atau diploma empal D-
IV)kependidikan atau nonkependidikan pada perguruan tinggi yang
terakreditasi;

31
b. Pada waktu diangkat sebagai kepala sekolah berusia setinggi-
tingginya 56 tahun;
c. Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun
menurut jenjang sekolah masing-masing, kecuali di Taman Kanak-
kanak /Raudhatul Athfal (TK/RA) memiliki pengalaman mengajal
sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun di TK/RA; dan
d. Memiliki pangkat serendah-rendahnya III/c bagi pegawai negeri sipil
(PNS) dan bagi non-PNS disetarakan dengan kepangkatan yang
dikeluarkan oleh yayasan atau lembaga yang berwenang.

3) Kualifikasi khusus Kepala Sekolah/Madrasah meliputi :


a. Kepala Taman Kanak-kanak/Raudhatul Athfal (TK/RA) adalah
sebagai berikut:
 Berstatus sebagai guru TK/RA;
 Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru TK/RA; dan
 Memiliki sertifikat kepala TK/RA yang diterbitkan oleh
Lembaga yang ditetapkan Pemerintah.
b. Kepala Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) adalah sebagai
berikut:
 Berstatus sebagai guru SD/MI;
 Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SD/MI; dan
 Memiliki sertifikat kepala SD/MI yang diterbitkan oleh
Lembaga yang ditetapkan Pemerintah.
c. Kepala Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah
(SMP/MTs) adalah sebagai berikut:
 Berstatus sebagai guru SMP/MTs;
 Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SMP/MTs; dan
 Memiliki sertifikat kepala SMP/MTs yang diterbitkan oleh
lembaga yang ditetapkan Pemerintah.

32
d. Kepala Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA)
adalah sebagai berikut:
 Berstatus sebagai guru SMA/MA;
 Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SMA/MA; dan
 Memiliki sertifikat kepala SMA/MA yang diterbitkan oleh
lembaga yang ditetapkan Pemerintah.
e. Kepala Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan
(SMK/MAK) adalah sebagai berikut:
 Berstatus sebagai guru SMK/MAK:
 Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SMK/MAK; dan
 Memiliki sertifikat kepala SMK/MAK yang diterbitkan oleh
lembaga yang ditetapkan Pemerintah.
f. Kepala Sekolah Dasar Luar Biasa/Sekolah Menengah Pertama Luar
Biasa/Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SDLB/SMPLB/SMALB)
adalah sebagai berikut:
 Berstatus sebagai guru pada satuan Pendidikan SDLB/
SMPLB/SMALB;
 Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SDLB/SMPLB/
SMALB; dan
 Memiliki sertifikat kepala SLB/SDLB yang diterbitkan oleh
lembaga yang ditetapkan Pemerintah.

2.6. Peningkatan Mutu

Kepala sekolah sebagai administrator kiranya harus benar-benar sadar


bahwa hingga kini, mutu pendidikan mita masih mendapatkan sorotan tajam.
Entah sampai kapan sorotan ini akan berakhir, atau mungkin tidak pernah
akan berakhir. Tidak ada kata final untuk mutu, karena takarannya adalah
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan dinamika umum
perkembangan masyarakat.

33
Ketika administrator sekolah yang profesional membuka tawaran dan
mampu menggaransi mutu, apakah sekolah pemerintah atau swasta, pilihan
pilihan masyarakat akan makin banyak. Kesadaran mereka membayar biaya
pendidikan tidak lagi ditentukan oleh berapa besar yang yang harus disetor ke
kas sekolah, melainkan berapa baik mutu produk dan jasa yang dibeli untuk
dibandingkan dengan sekolah lain. Untuk merespons makin bervariasinya
kebutuhan dan tuntutan masyarakat, sekolah-sekolah harus tampil secara
diferensiatif, dalam makna mampu berbeda secara unggul dibandingkan
dengan sekolah lain.

Administrator sekolah yang profesional mampu membangun keunggulan


sesuai dengan potensi internal dan akses eksternalnya.Keunggulan-
keunggulan dimaksud menyangkut satu atau beberapa bidang.seperti
akademik, ekstrakurikuler, tenaga pengajar, disiplin, bangunan fisik.elitis,
pemberian beasiswa, dan lain-lain. Termasuk dalam skema unggulan ini
adalah kemampuan sekolah menyediakan semacam voucher atau beasiswa
bagi anak-anak yang termasuk kategori tidak diuntungkan, karena
kemiskinan, yatim-piatu, diabaikan oleh keluarga, terisolasi secara geografis.
dan sebagainya.

Adminstrator sckolah yang profesional memiliki kapasitas untuk berubah.


Inisiatif untuk meningkatkan mutu pun, meniscayakan kapasitas yang kuat
untuk itu. Kapasitas sebagaimana dimaksudkan di atas merupakan kombinasi
antara aspek individu dengan aspek kelembagaan. Kombinasi itu akan
menelorkan visi, struktur, dan sumber-sumber yang mendukung reformasi
pendidikan persekolahan. Menurut Diane Massell (1998), ada tujuh elemen
kapasitas untuk meningkatkan mutu pendidikan persekolahan,yaitu:(1)
pengetahuan dan keterampilan guru, (2) motivasi siswa, (3) materi kurikulum,
(4) kualitas dan tipe orang-orang yang mendukung proses pembelajaran di
kelas, (5) kuantitas dan kualitas interaksi para pihak pada tingkat organisasi
sekolah, (6) sumber-sumber material, dan (7) organisasi dan alokasi sumber-
sumber sekolah di tingkat lembaga. Untuk mencapai hal ini sangat mungkin

34
ditemukan sejumlah kendala mayornyha, yang oleh Eugene Schaffer dkk.
(1997) diidentifikasi sebagai berikut: (1) kemampuan keuangan yang tidak
memadai, (2) kepemimpinan kepala sekolah yang tidak kompeten, (3)
komitmen guru yang rendah, (4) persepsi negatif dari masyarakat, (5)
penataan staf, (6) kurikulum, (7) konflik politik dan rasial, (8) keterbatasan
fasilitas, dan (9) komunikasi yang tidak kondusif.

Ketujuh elemen kapasitas yang tersaji ini memoros langsung pada


transformasi kegiatan pembelajaran di kelas. Meski uang bukanlah daya
dukung yang mampu menyelesaikan semua persoalan, sumber-sumber
keuangan dan besarnya dana pada umumnya menjadi kendala dan sumber
frustrasi khusus bagi para pembaru. Oleh karena kekuangan sekolah secara
tradisional berbasis pada masukan yang bervariasi, misalnya,
pemerintah.masyarakat, dunia usaha, dan lain-lain; tetap tidak ada garansi
bahwa aliran dana akan terus lancar mendukung usaha-usaha reformasi
pendidikan.

Dilihat dari konteks pendidikan persekolahan, ada enam strategi yang


dapat diterapkan di sini. Pertama, membangun komitmen untuk memberi
porsi penganggaran yang lebih besar atau setidaknya secara nisbi memadai
bagi keperluan penyelenggaraan pendidikan yang bersifat reformatif. Kedua,
memberi peluang kepada sekolah untuk secara diskresi atau keleluasaan lebih
luas mengatur keuangan secara lebih besar, termasuk kewenangan
menentukan sumber dan besarnya masukan tambahan dari luar scktor
pemerintah, dengan tidak memupus harapan siswa untuk bersekolah. Ketiga,
menautkan kompensasi terhadap guru dengan tujuan reformasi, atau dengan
kata lain, menerapkan sistem prestasi (merit system) bagi guru ke dalam
skema reformasi pendidikan. Keempat, penerapan insentif kepada sekolah
secara berbasis pada kinerjanya. Kelima, penerapan kaidah-kaidah
akun.tabilitas untuk setiap item pembelanjaan. Keenam, membangun prakarsa
dana luncuran atau prakarsa yang menghasilkan sejumlah uang (revenue
generating) demi sustainabilitas reformasi pendidikan.

35
Ketika disepakati bahwa kecenderungan kekinian menempatkan sekolah
sebagai fokus utama reformasi pendidikan, berarti Pemda, DPRD,Dinas
Pendidikan Provinsi dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Dewan
Pendididikan, dan Komite Sekolah dapat mendorong dan memberi peluang
dan fasilitas bagi sekolah-sekolah untuk tampil otonom secara lebih
luas.Dinas Pendidikan khususnya, ambil peran besar dalam membuat skema
kerja agar prakarsa reformasi sekolah bisa berakselerasi. Jika Dinas
Pendidikan gagal ambil peran dalam memberi dorongan, reformasi
pendidikan persekolahan akan mengalami sumbatan. Ketersumbatan itu dapat
bersumber dari kegagalan dalam pengembangan staf, sistem pengangkatan
dan mutasi kepala sekolah secara manasuka, dan kurikulum sekolah tidak
mendukung ke arah reformasi.

Pada tingkat Dinas Pendidikan dukungan itu dapat dilakukan dengan


penyediaan informasi, membantu sekolah membangun kapasitas melalui
pengembangann' staf dan pengelolaan keuangan, negosiasi dengan pihak
eksternal, dan menggaransi akuntabilitas. Ketika disuarakan, kebijakan
reformasi sekolah hendaknya tidak dipersepsi sebagai harus diterima secara
apa adanya (taken for granted), tidak pula sebagai kebjakan mandatori yang
seragam, melainkan yang diutamakan bahwa hal itu dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan pendidikan bagi anak-anak. Dengan kata lain,reformasi
pendidikan harus mengerucut pada kepentingan pendidikan anak.bukan
malah meluas pada rentangan peluang-peluang pendidikan, meski yang
disebutkan terakhir ini tetap penting. Pelaksanaan reformasi ini kerapkali
melahirkan fenomena kontradiktif, misalnya, peningkatan profesionalisme
guru berbenturan dengan tuntutan lebih besar dari masyarakat untuk
mencampuri urusan akademik, dan pemberdayaan para siswa oleh guru
berbenturan secara diametral dengan standar yang telah ditetapkan
sebelumnya.

2.7. Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah

36
Kepala sekolah yang profesional memiliki kemampuan kuat dalam
memberdayakan Komite Sekolah. Kehadiran Komite Sekolah merupakan
wujud nyata untuk mewadahi patisipasi masyarakat. Kepala sekolah sebagai
administrator sangat berkepentingan dengan kehadiran Komite Sekolah
karena melalui merekalah partisipasi masyarakat dapat dioptimasi.

Desain dan implementasi program-program pendidikan meniscayakan


kemampuan pemerintah dan masyarakat untuk menyusun skema teoritis dan
praktikal di bidang ini. Orientasi layanan pendidikan dan pelatihan ke depan
harus makin menonjolkan mutu proses dan luaran, serta ekuitas dan ekualitas,
di samping orientasi kuantitatif seperti selama ini.

Pemerintah dan masyarakat harus mampu berperan penting dalam


peningkatan mutu pelayanan pendidikan, baik dalam kerangka perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, maupun evaluasi program. Pada tataran prakarsa
masyarakat, tugas-tugas semacam ini mestinya dimotori secara intensif dan
ekstensif oleh Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah/Madrasah.

Sebagai sebuah institusi formal "berbasis masyarakat" di tingkat


kabupaten/kota, Dewan Pendidikan merupakan lembaga mandiri yang
dibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan dengan
memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan
prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota yang tidak mempunyai hubungan hirarkis.

Demikian halnya Komite Sekolah/Madrasah. Lembaga ini bersifat


mandiri, dimana ia dibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu pelayanan
dengan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga.sarana dan
prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.

Keberadaan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah/Madrasah sebagai


lembaga mandiri dan nonhierarkis mengandung makna bahwa secara
struktural para anggota tidak tunduk pada orang-orang yang menempati posisi
struktur di luar dirinya. Anggota Dewan Pendidikan dan Komite

37
Sekolah/Madrasah merupakan insan yang otonom, yang hanya tunduk pada
anggaran dasar dan kaidah-kaidah yang mereka kembangkan sendiri.

Dengan demikian, secara fungsional anggota Dewan Pendidikan dan


Komite Sekolah/Madrasah dapat secara riel dan leluasa memainkan kekuatan
politisnya. Mereka harus menjadi bagian integral dari skema desain dan
implementasi program-program pendidikan dengan cara memainkan politik
pendidikan. Secara potitis, Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah/Madrasah
dapat memainkan diri dalam kerangka sosialisasi politik,transformasi politik,
dan penggerakan politik di bidang pendidikan Muaranya adalah, bagaimana
pemerintah dan masyarakat dapat mereposisi diri untuk menggeser diri dari
memposisikan pembangunan politik dan ekonomi sebagai panglimu ke
menjadikan pembangunan pendidikan dan pengembangan SDM sebagai
panglima.

Bangsa kita hanya akan menjadi besar dan dipcrhitungkan dalam


percaturan global, jika mampu tampil serata, dapat bermitra, dan siap
berkompetisi pada percaturan global. Jika kita gagal membangun SDM yang
berkualitas, kita akan menjelma tidak lebih dari sebuah keranjang sampah
target pasar global, karena memang populasinya banyak dan dengan gaya
hidup konsumtif tinggi.

Kelembagaan Dewan Pendidikan Kabupaten/Kota dan Komite


Sekolah/Madrasah dibentuk merujuk pada Kepmendiknas No. 044/U/2002
tanggal 2 April 2002, tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah.Dewan
Pendidikan Kabupaten/Kota merupakan badan yang mewadahi peranserta
masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi
pengelolaan pendidikan di kabupaten/kota. Ruang lingkup pendidikan
meliputi pendidikan prasekolah, jalur pendidikan sekolah, dan jalur luar
sekolah. Hingga saat ini, agaknya Dewan Pendidikan belum banyak berkiprah
dalam kerangka pemberdayaan masyarakat, lebih-lebih untuk jalur
pendidikan luar sekolah.

38
Dalam Kepmendiknas No. 044/U/2002 disebutkan mengenai tujuan,peran,
dan fungsi Dewan Pendidikan. Dilihat dari dimensi tujuan,pembentukan
Dewan Pendidikan didasari atas tiga tujuan utama. Pertama.mewadahi dan
menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan
dan program pendidikan. Kedua, meningkatkan tanggung jawab dan
peranserta aktif dari seluruh lapisan masyakat dalam penyelenggaraan
pendidikan. Ketiga, menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel,
dan demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang
bermutu.

Dilihat dari sisi peran, Dewan Pendidikan Kabupaten/Kota memiliki empat


peran utama. Pertama, pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam
penentuan dan pelaksaanaan kebijakan pendidikan prasekolah, jalur
pendidikan sekolah, dan jalur pendidikan luar sekolah, program-program
kepelatihan (struktural, fungsional, dan teknis), dan perguruan tinggi. Kedua.
pendukung (support aagency) baik yang berwujud finansial pemikiran
maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan. Ketiga, pengontrol
(controlling agency) dalam rangka trunsparansi dan akuntabilitas
penyelenggaraan dan keluaran pendidikan. Keempat, mediator antara
pemerintah (eksekutif) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD,
legislatif) dengan masyarakat, serta dunia usaha.

Sementara dilihat dari fungsinya, Dewan Pendidikan Kabupaten/Kota


memiliki enam fungsi utama. Pertama, mendorong tumbuhnya perhatian dan
komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan dan kepelatihan
yang bermutu untuk semua jenis dan jenjang, termasuk perguruan tinggi.
Kedua, melakukan kerjasama dengan masyarakat (perorangan/organisasi),
pemerintah, dunia bisnis, dan DPRD berkenaan dengan penyelenggaraan
pendidikan dan kepelatihan yang bermutu untuk semua jenis dan jenjang,
termasuk perguruan tinggi. Ketiga, menampung dan menganalisis aspirasi,
ide, tuntutan, dan pelbagai kebutuhan pendidikan dan kepelatihan yang
diajukan oleh masyarakat.

39
Keempat, memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada
pemerintah daerah mengenai: (a) kebijakan program pendidikan dan
kepelatihan; (b) kriteria kinerja daerah dalam bidang pendidikan dan
kepelatihan; (c) kriteria tenaga kependidikan, khususnya guru/tutor, pelatih,
widyaiswara, dan kepala satuan pendidikan dan kepelatihan; (d) kriteria
fasilitas pendidikan dan kepelatihan; dan (e) hal-hal lain yang terkait dengan
pendidikan dan kepelatihan. Kelima, mendorong orang tua dan masyarakat
berpartisipasi dalam pendidikan guna mendukung peningkatan mutu dan
pemerataan pendidikan. Keenam, melakukan evaluasi dan pengawasan
terhadap kebijakan, program, penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan dan
kepelatihan.

Seperti halnya Dewan Pendidikan, Komite Sekolah/Madrasah merupakan


badan mandiri yang mewadahi peranserta masyarakat dalam rangka
meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di
satuan pendidikan, baik pada pendidikan pra sekolah, jalur pendidikan
sekolah, maupun jalur pendidikan luar sekolah. Banyak pihak berpendapat
bahwa Komite sekolah merupakan pengganti dari Badan Pembantu
Penyelenggaraan Pendidikan (BP3) sebagaimana diatur dalam Keputusan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 0293/U/1993.Dengan badan
mandiri, berarti anggota Komite Sekolah/Madrasah tidak mempunyai
hubungan hierarkis dengan lembaga pemerintahan. Pembentukan Komite
Sekolah/Madrasah didasari atas tiga tujuan utama. Pertama, mewadahi dan
menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan
operasional dan pragram pendidikan di satuan pendidikan. Kedua,
meningkatkan tanggung jawab dan peran serta masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan. Ketiga, menciptakan
suasana dan kodisi transparan, akuntabel, dan demokratis dalam
penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di satuan
pendidikan.

40
Dilihat dari sisi peran. Komite Sekolah/Madrasah mempunyai empat peran
utama. Pertama, pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan
dan pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan. Kedua,
pendukung (supporting agency), baik yang berwujud finansial, pemikiran,
maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan.
Ketiga, pengontrol (controlling agency) dalam fangka transparansi dan
akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.
Keempat, mediator antara pemerintah (eksekutif) dengan masyarakat di
satuan pendidikan.

Sementara dilihat dari fungsinya, Komite Sekolah/Madrasah memiliki


tujuh fungsi utama. Pertama, mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen
masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. Kedua,
melakukan kerja sama dengan masyarakat (perorangan/ organisasi/ dunia/
usaha/ dunia industri) dan pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan
pendidikan yang bermutu. Ketiga, menampung dan menganalisis aspirasi, ide,
tuntutan, dan pelbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat.

Keempat, memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada


satuan pendidikan mengenai: (a) kebijakan dan program pemerintah; (b)
Rencana Anggaran Pendidikan dan Belanja Sekolah (RAPBS); (c) kriteria
kinerja satuan pendidikan; (d) kriteria tenaga kependidikan; (e) kriteria
fasilitas pendidikan; dan (f) hal-hal lain yang terkait dengan pendidikan
Kelima, mendorong orang tua dan masyarakat berpartisipasi dalam
pendidikan guna mendukung peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan.
Keenam, menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan
penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan. Ketujuh, melakukan
evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program, penyelenggaraan. dan
keluaran pendidikan di satuan pendidikan.

Pada tingkat departemen, telah disepakati mengenai indikator kinerja


Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah/Madrasah, seperti disajikan pada

41
Tabel 4 dan Tabel 5 di bawah ini. Indikator ini disajikan dengan beberapa
penambahan, sehingga tidak sepenuhnya persis dengan yang dikeluarkan di
tingkat departemen.

Tabel 4 : Indikator Kinerja Dewan Pendidikan

Peran dan Fungsi


Indikator Kinerja
Manajemen
A. Badan pertimbangan/advisory agency
a. Mengidentifikasi aspirasi orang tua murid
1. Perencanaan Program
dalam bidang pendidikan
b. Mengidentifikasi aspirasi masyarakat
dalam bidang pendidikan
c. Mengidentifikasi aspirasi dunia
usaha/industry dalam bidang pendidikan
d. Memberikan masukan kebijakan
Pendidikan kepada Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota
e. Memberi pertimbangan kepada Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota dalam
membuat keputusan di bidang pendidikan
f. Memberikan rekomendasi terhadap
keputusan Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota
g. Memberikan masukan untuk
menyosialisasikan kebijakan dan program
pendidikan di daerah
2. Pelaksanaan Program a. Memberikan pertimbangan mengenai
muatan lokal kepada Dinas Pendidikan
b. Memberi pertimbangan mengenai program-
program unggulan daerah dan sekolah
kepada Dinas Pendidikan

42
c. Memberikan pertimbangan tentang
pemilihan strategi pembelajaran kepada
Dinas Pendidikan
d. Memberikan pertimbangan tentang evaluasi
pendidikan kepada Dinas Pendidikan
e. Memberi pertimbangan kepada Dinas
Pendidikan mengenai alternatif strategi
efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber
daya pendidikan
f. Memberikan pertimbangan mengenai
muatan lokal kepada Dinas Pendidikan
g. Memberi pertimbangan mengenai
programprogram unggulan daerah dan
sekolah kepada Dinas Pendidikan
h. Memberikan pertimbangan tentang
pemilihan strategi pembelajaran kepada
Dinas Pendidikan
i. Memberikan pertimbangan tentang
evaluasi pendidikan kepada Dinas
Pendidikan
j. Memberi pertimbangan kepada Dinas
Pendidikan mengenai alternatif strategi
efisiensi dan efektivitas penggunaan
sumber daya pendidikan
3. Pemberdayaan a. Memberikan pertimbangan mengenai
Sumber Daya kualifikasi guru
b. Memberikan pertimbangan mengenai
pengangkatan guru dan kepala sekolah
c. Memberikan pertimbangan tentang rotasi
tenaga guru dan kepala sekolah
d. Memberikan pertimbangan terhadap

43
standar teknis sekolah
e. Memberikan pertimbangan mengenai
sumber-sumber anggaran
f. Memberi pertimbangan mengenai prioritas
penggunaan anggaran
g. Memberi pertimbangan kepada Dinas
Pendidikan untuk melakukan prakarsa
pemberdayaan sekolah
B. Badan pendukung /supporting agency
1. Pengelolaan Sumber a. Membantu usaha perbaikan kondisi
Daya ketenagaan di sekolah-sekolah
b. Mengidentifikasi tenaga ahli dalam
masyarakat untuk mendukung sumber daya
pendidikan di daerah
c. Mobilisasi tenaga ahli dalam masyarakat
untuk meningkatkan sumber daya
Pendidikan di daerah
d. Mobilisasi guru sukarelawan untuk
menanggulangi kekurangan guru
e. Mobilisasi tenaga kependidikan non guru
untuk menanggulangi kekurangan guru.
2. Pengelolaan sarana a. Membantu perbaikan kondisi sarana dan
dan prasarana prasarana pendidikan yang ada
program b. Mobilisasi bantuan sarana dan prasarana
dari masyarakat
c. Mengkoordinasikan dukungan sarana dan
prasarana dari masyarakat
d. Mengevaluasi pelaksanaan dukungan
masyarakat
3. Pengelolaan anggaran a. Membantu kondisi anggaran pendidikan di
sumber daya sekolah-sekolah

44
b. Mobilisasi dukungan masyarakat dalam
hal anggaran pendidikan
c. Mengkoordinasikan dukungan masyarakat
dalam hal anggaran pendidikan
d. Mengkoordinasi dukungan masyarakat
terhadap pendidikan dalam bentuk non-
uang
e. Mengevaluasi pelaksanaan dukungan
masyarakat dalam hal anggaran
pendidikan
C. Badan pengontrolan/controlling agency
1. Mengontrol a. Mengontrol proses pengambilan keputusan
Perencanaan Pendidikan dilingkungan Dinas Pendidikan
Pendidikan b. Mengontrol kualitas kebijakan di
lingkungan Dinas Pendidikan
c. Mengontrol proses perencanaaan
Pendidikan di lingkungan Dinas
Pendidikan
d. Mengontrol kualitas perencanaan
Pendidikan di lingkungan Dinas
Pendidikan
e. Mengontrol kualitas program pendidikan
2. Mengontrol a. Mengontrol organisasi pelaksana
pelaksanaan program pendidikan
pendidikan b. Mengontrol penjadwalan program
c. Mengontrol alokasi dana pelaksanaan
program
d. Mengontrol sumber-sumber daya
pelaksanaan program
e. Mengontrol partisipasi sekolah dan
masyarakat terhadap pelaksanaan program

45
3. Memantau luaran a. Memantau angka partisipasi pendidikan
pendidikan b. Memantau angka mengulang kelas
c. Memantau angka bertahan
d. Membantu angka transisi
e. Memantau hasil Ujian Nasional
4. Memantau dampak
a. Memantau pertumbuhan ekonomi daerah
pendidikan
b. Memantau ketenagakerjaan di daerah
c. Memantau kondisi sosial budaya di daerah
D. Badan penghubung /mediator agency
1. Perencanaan program a. Menjadi penghubung antara Pendidikan
dengan masyarakat.
b. Menjadi penghubung antara dinas
Pendidikan
c. Menjadi penghubung antara Pendidikan
dengan sekolah
d. Menjadi penghubung antara Dinas
Pendidikan dengan eksekutif
e. Menjadi penghubung antara Dinas
Pendidikan dengan dunia usaha/industri.
f. Mengidentifikasi aspirasi pendidikan
dalam masyarakat
g. Membuat usulan kebijakan dan program
pendidikan kepada Pemerintah Daerah
2. Pelaksanaan program a. Mensosialisasikan kebijakan dan program
pendidikan kepada masyarakat
b. Memfasilitasi berbagai masukan kebijakan
kepada Dinas Pendidikan
c. Menampung pengaduan dan keluhan
terhadap kebijakan dan program
pendidikan

46
d. Mengkomunikasikan pengaduan dan
keluhan masyarakat terhadap instansi
terkait dalam bidang pendidikan.
3. Pengelolaan sumber a. Mengidentifikasi kondisi sumber daya di
daya sekolah-sekolah
b. Mengidentifikasi sumber-sumber daya
masyarakat
c. Memobilisasi bantuan masyarakat untuk
pendidikan
d. Mengkoordinasikan bantuan masyarakat.

Tabel 5 : Indikator Kinerja Komite Sekolah/ Madrasah

Peran dan Fungsi Indikator Kinerja


Manajemn
A. Badan pertimbangan/advisory agency
1. Perercanaan program a. Identifikasi sumber daya pendidikan dalam
masyarakat
b. Memberikan masukan untuk penyusunan
RAPBS
c. Menyelenggarkan rapat RAPBS
(sekolah,orang tua siswa, dan masyarakat)
d. Memberikan pertimbangan perubahan
RAPBS.
e. Ikut mengesahkan RAPBS bersama kepala
sekolah
f. Memberi masukan mengenai prioritas
program unggulan sekolah
2. Pelaksanaan program a. Memberikan masukan terhadap proses
pengelolaan pendidikan di sekolah
b. Memberikan masukan terhadap proses

47
pembelajaran kepada guru
c. Memberi masukan mengenai strategi
efisiensi pengelolaan sumber daya
3. Pengelolaan a. Identifikasi sumber daya pendidikan dan
sumber daya masyarakat
b. Memberikan pertimbangan tentang tenaga
kependidikan yang dapat diperbantukan di
sekolah
c. Memberikan pertimbangan tentang sarana
dan prasarana yang dapat diperbantukan di
sekolah
d. Memberikan pertimbangan tentang
anggaran yang dapat di manfaatkan di
sekolah
B. Badan pendukung/supporting agency
1. Pengelolaan sumber a. Memantau kondisi ketenagaan Pendidikan
daya di sekolah
b. Mobilisasi guru sukarelawan untuk
menanggulangi kekurangan guru di
sekolah
c. Mobilisasi tenaga kependidikan non guru
untuk mengisi kekurangan guru di sekolah
2. Pengelolaan sarana a. Membantu kondisi sarana dan prasarana
dan prasarana yang ada di sekolah
program b. Mobilisasi bantuan sarana dan prasarana
di sekolah
c. Mengkoordinasi dukungan sarana dan
prasarana sekolah
d. Mengevaluasi pelaksanaan dukungan
sarana dan prasarana sekolah
3. Pengelolaan anggaran a. Memantau kondisi anggaran pendidikan di

48
sumber daya sekolah
b. Memobilisasi dkungan terhadap anggaran
pendidikan di sekolah
c. Mengkoordinasikan dukungan terhadap
anggaran pendidikan di sekolah
d. Mengevaluasi pelaksanaan dukungan
anggaran di sekolah
C. Badan pengontrolan/controlling agency
1. Mengontrol a. Mengontrol proses pengambilan
perencanaan keputusan di sekolah
Pendidikan b. Mengontrol kualitas kebijakan di sekolah
c. Mengontrol proses perncanaaan
Pendidikan di sekolah
d. Pengawasan terhadap kualitas
perencanaan sekolah
e. Pengawasan terhadap kualitas program
sekolah
2. Mengontrol a. Memantau organisasi sekolah
pelaksanaan program b. Memantau penjadwalan program sekolah
pendidikan c. Memantau alokasi anggaran untuk
pelaksanaan program sekolah
d. Memantau sumber daya pelaksanaan
program sekolah
e. Memantau partisipasi pemangku
kepentingan pendidikan dalam
pelaksanaan program sekolah
3. Memantau luaran
a. Memantau hasil ujian akhir
pendidikan
b. Memantau angka partisipasi sekolah
c. Memantau angka mengulang sekolah
d. Memantau angka bertahan sekolah

49
D. Badan penghubung/mediator agency
1. Perencanaan program a. Menjadi penghubung antara Komite
Sekolah/Madrasah dengan masyarakat.
Komite Sekolah/Madrasah dengan
sekolah.dan Komite Sekolah dengan
Dewan Pendidikan
b. Mengidentifikasi aspirasi masyarakat
untuk perencanaan pendidikan
c. Membuat usulan kebijakan dan program
pendidikan kepada sekolah.
2. Pelaksanaan program a. Mensosialisasikan kebijakan dan program
sekolah kepada masyarakat
b. Memfasilitasi berbagai masukan kebijakan
program terhadap sekolah
c. Menampung pengaduan dan keluhan
terhadap kebijakan dan program sekolah
d. Mengkomunikasikan pengaduan dan
keluhan masyarakat terhadap sekolah.
3. Pengelolaan sumber a. Mengidentifikasi kondisi sumber daya di
daya sekolah
b. Mengidentifikasi sumber-sumber daya
masyarakat
c. Memobilisasi bantuan masyarakat untuk
pendidikan di sekolah
d. Mengkoordinasikan bantuan masyarakat.

Kehadiran komite sekolah merupakan wujud nyata untuk mewadahi


partisipasi masyarakat. Kepala sekolah sebagai administrator sangat
berkepentingan dengan kehadiran komite sekolah, karena melalui merekalah
Partisipasi masyarakat dapat dioptimasi.

50
BAB III

PENUTUP

3. 1 Kesimpulan

Dalam makalah ini, kami dapat simpulkan bahwa secara komprehensif


tentang fungsi kepala sekolah dalam lingkup lembaga kependidikan anatara
lain yaitu sebagai seorang educator, manajaer , administrator, supervisor,
leader, motivator dan enterpreneur. Selain itu kepala sekolah mempunyai peran
dan tugas sebagai pejabat formal yang bahwasanya menjabat dengan segala
bentuk keformalannya sebagai pemimpin yang didasari beberapa syarat dan
juga mempunyai hak atas kelembagaan. disamping memiliki hak atas itu semua
kepala sekolah juga harus di tuntut untuk memenuhi kriteria , standar
kualifikasi , pengalaman terkhusus dalam kompetensi nya di berbagai bidang
kelembagaan kependidikan. Meskipun kesimpulan ini ditujukan kepada
pembaca yang sudah memiliki pemahaman sebelumnya, penting untuk
memastikan makalah ini memberikan nilai tambah.

3. 2 Saran

Saran kami setelah selesainya makalah ini kami masih berharap banyak
belajar kepada para pembaca selain itu , ketika kami di hadapkan untuk menjadi
seorang kepala sekolah khususnya keprofesian dalam berbagai bidangnya
yaitu ; 1) Terus Tingkatkan Pendidikan dan Kualifikasi, 2) Bangun Keterampilan
Manajerial, 3) Aktif dalam Pengembangan Profesional, 4)Terapkan Prinsip
Etika, 5) Berkomunikasi dengan Baik, 6) Fokus pada Pengembangan Sekolah, 7)
Kelola Sumber Daya dengan Bijak, 8) Pertahankan Keberagaman dan Inklusi, 9)
Jalin Hubungan yang Baik, dan 10) Evaluasi Kinerja secara Teratur. Dengan
komitmen untuk terus belajar, kualifikasi yang kuat, etika yang baik, dan
keterampilan kepemimpinan yang efektif, kita dapat menjadi seorang kepala
sekolah yang memimpin dengan baik dan berkontribusi positif dalam dunia
pendidikan

51
DAFTAR PUSTAKA

Danim, Sudarwan & Khairil. (2012). Profesi Kependidikan. Bandung: Alfabeta.

Ahmad, S., & Hodsay, Z. (2020). Profesi kependidikan dan keguruan.


Deepublish.

52

Anda mungkin juga menyukai