Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM LINGKUNGAN

MODUL VIII
MASS BALANCE

KELOMPOK-12
Angeline Natalia 2106730835
Arzetti Puspa Dewi 2106633701
Haqal Aufarassya Anwar 2006576823

Asisten : Ghina Zhahirah Dadona


Tanggal Praktikum : 15 Desember 2023
Nilai Laporan :
Paraf Asisten :

LABORATORIUM PENDIDIKAN I-CELL


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2023
1

1.1 Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktikum mass balance kesetimbangan massa adalah mengetahui
perubahan yang terjadi dalam tangki/reaktor dengan pendekatan kesetimbangan massa. Selain itu,
tujuan praktikum ini juga mengetahui fungsi derta kegunaan tipe aliran dan model reaktor dalam
pengolahan air dan air limbah.

1.2 Teori Dasar


1.2.1 Pengertian Mass Balance
Mass balance atau kesetimbangan massa merupakan persamaan fundamental yang
merepresentasikan titik awal baik secara ekplisit atau implisit untuk berbagai analisis, sehingga
dapat dilacak pergerakan atau perubahan material dalam suatu sistem. Kesetimbangan massa juga
meliputi perhitungan material yang masuk dan keluar dalam suatu sistem untuk mengidentifikasi
aliran massa, yang sangat berguna untuk berbagai aplikasi seperti membuat reaktor kimiawi,
analisa proses alternatif untuk produksi kimiawi, dan modelling dispersi suatu polutan dalam
lingkungan. Selain hal tersebut, hukum kesetimbangan massa juga dapat digunakan pada proses
produksi makanan untuk menghitung kualitas bahan baku, limbah, produk dan proses produksi,
sehingga dapat memastikan seluruh material terhitung secara akurat. Selain itu, hukum
kesetimbangan massa jgua dapat digunakan pada sektor energi untuk membantu transisi ke energi
terbarukan. Hukum kesetimbangan massa berkaitan dengan hukum kekekalan massa, yang
mendefinisikan bahwa massa tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan (University of
Washington, 2009). Berikut merupakan rumus mass balance.
𝐴𝑐𝑐𝑢𝑚𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 = 𝐼𝑛 − 𝑂𝑢𝑡 + 𝐺𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 − 𝐶𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑝𝑡𝑖𝑜𝑛
Keterangan:
Accumulation : Merupakan jumlah perubahan masa dalam sistem terhadap perubahan waktu
In : Merupakan jumlah masa yang masuk ke dalam sistem melalui berbagai input
Out : Merupakan jumlah masa yang keluar dari sistem melalui berbagai output
Generation : Merupakan sumber atau reaksi di dalam sistem yang menambahkan masa
Consumption : Merupakan proses atau reaksi dalam sistem yang mengurangi masa

1.2.2 Jenis dan Penjelasan Tipe Reaktor


Reaktor pada umumnya dapat diperoasikan dalam aliran batchwise atau dalam aliran
continous flow. Dalam suatu batch reactor reaktor akan diisi dengan reaktan untuk kemudian
diaduk dan dibiarkan reaksi berjalan. Hasil yang diperoleh pada batch reactor kemudian dibuang.
Untuk continous flow reactor terdapat suatu influen yang masuk ke dalam reaktor dan terdapat
pula effluen yang selalu keluar dari reaktor. Bila membandingkan dua jenis ini, investasi awal

Universitas Indonesia
2

batch reactor pada umumnya lebih kecil dibandingkan continous flow namun batch reactor
memiliki biaya operasi yang lebih tinggi (Reynolds, 1996).
Reaktor yang memiliki continous flow dibagi menjadi tiga tipe yaitu plug-flow reactor,
dispersed plug-flow reactor dan continously stirred tank reactor (CSTR). Reaktor dengan aliran
continous flow dapat dipoerasikan sebagai sistem steady state atau sistem unsteady-state.
Seringkali, reaktor continous flow dianggap sebagai proses steady state dengan aliran influen dan
komposisinya stabil terhadap perubahan waktu. Untuk menentukan kinetika reaksi suatu reaktor
continous flow, pengujian lab dengan aliran batchwise dapat digunakan (Reynolds, 1996).
Reaktor plug-flow pada umumnya didesain dengan bentuk tabung panjang dan memiliki
influen secara terus menerus. Reaktan yang mengalir melalui reaktor tersebut bergerak dengan
arah aksial dan keluar pada ujung tabung sebagai effluen. Kondisi ideal reaktor ini adalah ketika
tidak terjadi pengadukan dalam tabung, dimana komposisi reaktan berubah sesuai dengan arah
aliran. Reaktor dispersed plug-flow memiliki aliran yang serupa dengan tipe plug flow. Hal yang
membedakan dengan reaktor plug flow adalah desain yang lebih pendek dan lebar menghasilkan
waktu retensi yang lebih sedikit dan efisiensi pengolahan yang lebih rendah. Jenis reaktor terakhir
yaitu continously stirred tank reactor (CSTR) terdiri dari tanki yang memiliki pengadukan dengan
influen dan effluen yang terus mengalir. Pada umumnya reaktor CSTR memiliki bentuk
melingkar, kotak, atau persegi panjang dari tampak atas. Pengadukan pada reaktor CSTR sangat
penting untuk memastikan seluruh reaktan dan cairan yang berada di dalam reaktor
dihomogenkan secara sempurna. Dikarenakan pengadukan ini, komposisi effluen serupa dengan
komposisi yang berada di dalam reaktor. Seringkali reaktor CSTR dipasang secara seri untuk
memastikan pengolahan yang lebih baik (Reynolds, 1996).

1.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Pengujian


• Suhu
Suhu memiliki pengaruh yang penting dalam menciptakan kondisi optimal selama
proses mass balance. Suhu yang dibutuhkan dalam unit reactor adalah suhu yang seragam dalam
aliran atau konstan. Pengendalian suhu pada tangki CSTR penting dilakukan karena jika suhu
dalam tangki terlalu tinggi, produk pada CSTR dapat terurau menjadi komponen-komponen
penyusunnya. Jika suhu terlalu rendah, maka produk-produk yang dihasilkan tidak dapat
tercampur dengan sempurna (Hafid, 2014).
• Kecepatan Aliran Air
Kecepatan aliran air dapat berpengaruh pada banyaknya jumlah oksigen terlarut dalam
air. Aliran yang cenderung bergerak akan memiliki banyak oksigen terlarut yang menyebar
seiring dengan pergerakan arus yang terjadi. Sebagai contoh, aliran air sungai menuju waduk.

Universitas Indonesia
3

Sedangkan, saat pengukuran jumlah oksigen cairan dalam wadah, tidak adanya aliran
menyebabkan oksigen terlarut hanya berkumpul di satu titikk dalam wadah tersebut. Oleh karena
itu, nilai oksigen terlarut dalam air wadah umumnya akan cenderung lebih banyak daripada yang
berada di dalam aliran (Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan, 2021)
(Heryansyah, 2021).
• Pengendapan
Proses pengendapan atau settling menyebabkan adanya perubahan kecepatan aliran
akibat adanya partikel yang mengendap. Selain itu, massa partikel juga akan mempengaruhi
proses kesetimbangan massa yang terjadi dalam tangki/aerator (Heriyantol, 2010).

1.2.4 Parameter Pemeriksaan pada Mass Balance


Dalam pemeriksaan mass balance, terdapat tiga parameter pengujian yaitu pH, DO, dan
suhu. Masing-masing parameter dapat digunakan untuk menganalisa kondisi dan kualitas suatu
badan air. Kandungan oksigen terlarut atau dissolved oxygen (DO) merupakan jumlah oksigen
dalam suatu badan air. Hal ini penting untuk mendukung ekosistem suatu badan air khususnya
dalam pertumbuhan ikan, dan tanaman akuatik. Kandungan oksigen terlarut yang tinggi
mengindikasikan kemampuan badan air untuk mendukung ekosistem sehat, dan pada umumnya
merupakan indikasi bahwa air memiliki kualitas baik. Pengujian DO seringkali dilakukan
bersama dengan pengujian suhu, kekeruhan, pH dan, konduktivitas air (EPA, 2021).
Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi kandungan oksigen terlarut dalam suatu
badan air. Faktor utama yang memengaruhi adalah transfer oksigen alami dari atmosfer serta
kegiatan fotosintesis dari tanaman akuatik. Faktor lainnya adalah kedalaman air dimana semakin
dalam air maka semakin rendah pula kandungan oksigen terlarut. Kandungan oksigen terlarut
dalam badan air juga dipengaruhi oleh waktu, dimana pada pagi hingga sore hari kandungan DO
akan tinggi dibandingkan dengan malam hari yang memiliki kandungan DO rendah. Perubahan
DO akibat waktu diakibatkan oleh fotosintesis tanaman akuatik, dimana pada pagi hari tanaman
menghasilkan oksigen dan pada malam hari tanaman menghasilkan CO2. Selain itu, DO dapat
mempengaruhi parameter lainnya seperti pH dimana semakin rendah DO maka semakin mudah
dekomposisi zat organik dari bakteri anaerobik, hal ini dapat meningkatkan pH dalam air. (EPA,
2021).
Derajat keasaman atau pH didefinisikan sebagai konsentrasi ion hidrogen (H+) dalam
suatu sampel, pH diukur untuk menentukan betapa asamnya suatu sampel. Untuk badan air, pH
merupakan indikator penting yang menjelaskan perubahan kimiawi, fisik dan biologis suatu
badan air. pH juga memiliki peran penting untuk berbagai proses kimiawi yang terjadi dalam
badan air. pH memiliki rentang dari 0-14, dimana nilai pH 7 dianggap netral, pH di atas 7

Universitas Indonesia
4

dianggap basa dan pH di bawah 7 dianggap asam. Berikut merupakan figur yang menjelaskan pH
cairan pada umumnya (EPA, 2021).

Gambar 1. Nilai pH cairan-cairan umum.


Sumber: (EPA, 2021)
Perubahan pH dapat mengindikasikan zat pencemar yang berada di dalam air. Selain
itu, pH rendah pada umumnya dapat memengaruhi kualitas badan air. Dimana, logam sepert
aluminium, tembaga, dan seng lebih mudah terlarut pada air dengan pH rendah. Sehingga
kandungan air menjadi tercemar dan menjadi beracun bagi ekosistem. pH sangat penting untuk
memastikan ekosistem sehat. pH terlalu asam atau basa dapat menyebabkan kerusakan pada
organisme akuatik. Selain itu, bila pH suatu badan air terlalu asam maka telur ikan tidak dapat
menetas. Terdapat beberapa hal yang memengaruhi pH dalam suatu badan air antara lain adalah
kandungan karbon dioksida, kandungan zat asam dan alkalin, suhu, dan kegiatan manusia seperti
pertambangan, polusi, dan lainnya. pH dapat mempengaruhi parameter lainnya seperti DO dan
suhu, dimana semakin rendah pH maka semakin mudah oksigen untuk terlarut dalam air, sehingga
meningkatkan nilai DO. Namun, perlu diperhatikan bahwa DO yang terlalu rendah berbahaya
untuk kehidupan akuatik. (EPA, 2021).
Parameter ketiga yaitu suhu mengekspresikan betapa panas atau dinginnya suatu badan
air. Suhu seringkali didefinsikan sebagai rata-rata energi kinetik dalam molekul air dan diukur
dengan satuan fahrenheit (F) atau celsius (C). Suhu merupakan parameter penting karena dapat
memengaruhi proses biologis, kimiawi, dan fisika dalam suatu badan air. Sebagai contoh,
peningkatan suhu pada umumnya dikatikan dengan menurunnya kandungan oksigen terlarut,
meningkatnya kemampuan badan air untuk melarut logam dan zat pencemar lainnya, dan algal
blooms yang merupakan kejadian bertumbuhnya alga secara tidak terkendali. Faktor yang
memengaruhi suhu antara lain adalah suhu atmosfer, kekeruhan, aliran badan air, hilangnya
teduhan pada badan air, dan lainnya. Suhu juga dapat mempengaruhi parameter lainnya, dimana

Universitas Indonesia
5

semakin tinggi suhu maka semakin tinggi pula kemampuan oksigen untuk terlarut sehingga
meningkatkan DO pada badan air. Selain itu, suhu dapat mempengaruhi pH melalui proses self-
ionization dimana semakin tinggi suhu semakin tinggi produksi ion hidrogen dan hidroksida
dalam air (EPA, 2021).

1.2.5 Aplikasi Mass Balance dalam Bidang TL


Konsep mass balance sangat berguna bagi bidang Teknik Lingkungan. Mass balance
merupakan konsep fundamental yang membantu perhitungan material yang melalui atau
bertansformasi dalam suatu sistem. Salah satu aplikasi dari mass balance pada bidang TL adalah
untuk mengetahui betapa cepatnya polutan berakumulasi dalam suatu sistem, banyaknya
konsentrasi polutan pada titik yang ditentukan di sungai, atau mementukan ukuran reaktor yang
perlu dibangun untuk memenuhi effluen yang telah ditentukan. Selain itu mass balance juga dapat
digunakan untuk aplikasi yang lebih umum, antara lainnya adalah untuk mengatasi dan
menganalisa climate change, mengurangi produksi limbah dalam suatu sistem, dan memastikan
komunitas yang sehat dan berkelanjutan. Mass balance juga dapat digunakan pada sektor energi
untuk membantu transisi ke energi terbarukan. Maka dapat disimpulkan aplikasi mass balance
sangat penting untuk memastikan seluruh sistem sudah berjalan dengan efisien dengan
memastikan manajemen sumber daya yang berkelanjutan (University of Washington, 2009).

1.3 Alat dan Bahan


Alat:
- 3 buah gelas beker 2000 mL
- pH meter
- DO meter
- Termometer
- Aerator
- Stopwatch
- Beaker Glass

Bahan:
- Air keran 1000 mL dan 2000 mL
- Air limbah dari Danau Mahomi 1000 mL
- Aquades
1.4 Prosedur Kerja
A. Persiapan praktikum

Universitas Indonesia
2

Tabel 1. Prosedur Kerja Persiapan Praktikum


No Prosedur Kerja Catatan Gambar
1. Memakai alat Untuk mencegah kecelakaan kerja dan
pelindung diri, meningkatkan keselamatan praktikan
seperti jaslab, sarung
tangan,
masker, dan sepatu
tertutup

2. Menyiapkan alat dan Alat dan bahan:


bahan yang akan - 3 buah gelas beker 2000 mL
digunakan pada - pH meter
percobaan mass - DO meter
balance - Termometer
- Aerator
- Stopwatch
- Beaker Glass
- Air keran 1000 mL dan 2000
mL
- Air limbah 1000 mL
- Aquades
Sumber: (Analisa Penulis, 2023)
B. Persiapan Pengujian
Tabel 2. Prosedur Kerja Persiapan Pengujian
No Prosedur Kerja Catatan Gambar
1. Menuangkan Penuangan dilakukan secara perlahan
sampel air limbah sampai sampel air mencapai batas tera
sebanyak 1000 mL 1000 mL yang tertera di beaker glass.
ke glass beaker 3

Universitas Indonesia
3

No Prosedur Kerja Catatan Gambar


2. Mengisi beaker Penuangan dilakukan secara perlahan
glass 1 dan 2 sampai air limbah mencapai batas tera
dengan air keran 1000 mL yang tertera di beaker glass.
sebanyak 2000 mL Glass beaker kemudian diadu dan
dan beaker glass 3 digoyang-goyangkan untuk
sebanyak 1000 mL homogenisasi

3. Mengukur suhu, - Pengukuran suhu dilakukan


pH, dan DO pada dengan termometer dengan cara
masing-masing memasukkan thrmometer ke
beaker glass untuk larutan dan menunggu sampai
kondisi awal. angka suhu stabil
- Pengukuran pH dilakukan dengan
pH meter. Bagian ujung pH meter
dibilas terlebih dahulu dengan air
suling lalu dilap sebelum
dimasukkan ke larutanl, praktikan
kemudian memencet tombol dan
menunggu sampai alat berbunyi
- Pengukuran DO dilakukan dengan
DO meter thermometer dimana
ujung DO meter dibilas terlebih
dahulu dengan air suling lalu dilap
sebelum dimasukkan ke larutan,
praktikan kemudian memasukkan
DO meter sambil diputar-putar
dan memencet tombol dan
menunggu sampai angka di
pengukuran stabil

Universitas Indonesia
4

No Prosedur Kerja Catatan Gambar


4. Menambahkan Air limbah diukur pH, DO dan
1000 mL air suhunya sebelum dituang ke beaker
limbah ke dalam glass 3. Penambahan air dilakukan
beaker glass 3. secara perlahan hingga batas tera
beaker glass

5. Mengukur suhu, - Pengukuran suhu dilakukan


pH, dan DO pada dengan termometer dengan cara
beaker glass 3 memasukkan thrmometer ke
larutan dan menunggu sampai
angka suhu stabil
- Pengukuran pH dilakukan dengan
pH meter. Bagian ujung pH meter
dibilas terlebih dahulu dengan air
suling lalu dilap sebelum
dimasukkan ke larutanl, praktikan
kemudian memencet tombol dan
menunggu sampai alat berbunyi
- Pengukuran DO dilakukan dengan
DO meter thermometer dimana
ujung DO meter dibilas terlebih
dahulu dengan air suling lalu dilap
sebelum dimasukkan ke larutan,
praktikan kemudian memasukkan
DO meter sambil diputar-putar
dan memencet tombol dan
menunggu sampai angka di
pengukuran stabil

Universitas Indonesia
5

No Prosedur Kerja Catatan Gambar


6. Memasang aerator Aerator dicolokkan ke stop kontak
pada beaker glass 2 terlebih dahulu, lalu selang aerator
dan beaker glass 3 dimasukkan ke dalam beaker glass.
Pemasanga aerator untuk penambahan
oksigen pada sampel

7. Mengukur suhu, - Pengukuran suhu dilakukan


pH, dan DO pada dengan termometer dengan cara
setiap sampel memasukkan thrmometer ke
dalam ketiga larutan dan menunggu sampai
beaker glass pada angka suhu stabil
rentang waktu pada - Pengukuran pH dilakukan dengan
waktu 0, 10, 20, 30, pH meter. Bagian ujung pH meter
40, 50, dan 60 dibilas terlebih dahulu dengan air
menit suling lalu dilap sebelum
dimasukkan ke larutanl, praktikan
kemudian memencet tombol dan
menunggu sampai alat berbunyi
- Pengukuran DO dilakukan dengan
DO meter thermometer dimana
ujung DO meter dibilas terlebih
dahulu dengan air suling lalu dilap
sebelum dimasukkan ke larutan,
praktikan kemudian memasukkan
DO meter sambil diputar-putar
dan memencet tombol dan
menunggu sampai angka di
pengukuran stabil

Universitas Indonesia
6

No Prosedur Kerja Catatan Gambar


Membuat grafik - Grafik DO terhadap waktu, grafik
untuk setiap suhu terhadap waktu, dan grafik
perlakuan pH terhadap waktu

Sumber: (Analisa Penulis, 2023)

1.5 Hasil Pengamatan


1.5.1 Data Hasil Pengamatan
Dari praktikum mass balance yang telah dilakukan, praktikan memperoleh hasil
pengamatan untuk gelas beaker 1, 2, dan 3. Berikut merupakan hasil pengamatan gelas
beaker 1 yang berisi sampel air tanah tanpa perlakuan.
Tabel 1. Data Hasil Pengamatan Gelas Beaker 1 (Tanpa Perlakuan)
Waktu Temperatur
pH DO (mg/L)
(menit) (°C)
0 5.17 26.3 7.05
10 6.28 25.8 6.9
20 6.87 25.9 6.8
30 7.15 25.8 6.35
40 7.45 25.7 5.9
50 7.5 25.7 6.75
60 7.66 25.7 6.69
Sumber: (Analisa Penulis, 2023)
Selain grafik, dapat dibuat pula diagram mass balance yang menunjukan besaran DO
yang masuk pada bagian awal pengukuran (input) dan besaran DO yang keluar di akhir
pengukruan (output). Berikut merupakan diagram mass balance DO untuk gelas beaker 1.

Universitas Indonesia
7

Gambar 2. Diagram Mass Balance DO Sampel 1


Sumber: (Analisa Penulis, 2023)
Berikut merupakan hasil data pengamatan beserta diagram mass balance gelas beaker
2 yang berisi sampel air tanah yang diberi perlakuan aerasi.
Tabel 2. Data Hasil Pengamatan Gelas Beaker 2 (Air Tanah dengan Aerasi)
Waktu
pH Temperatur (°C) DO (mg/L)
(menit)
0 5.25 26.1 7.46
10 6.56 25.7 7.99
20 6.98 25.4 7.85
30 7.1 25.4 7.08
40 7.46 25.3 7.12
50 7.62 25.1 7.52
60 7.66 25.1 7.49
Sumber: (Analisa Penulis, 2023)

Gambar 2. Diagram Mass Balance DO Sampel 2


Sumber: (Analisa Penulis, 2023)

Universitas Indonesia
8

Berikut merupakan data awal sampel air tanah dan air limbah sebelum pencampuran ke
dalam gelas beaker 3.
Tabel 3. Data Awal Sampel Air Tanah Gelas Beaker 3 Sebelum Pencampuran
Waktu Temperatur
pH DO (mg/L)
(menit) (°C)
0 5.54 6.68 26.1
Sumber: (Analisa Penulis, 2023)
Berikut merupakan hasil pengamatan sampel air limbah sebelum pencampuran.
Tabel 4. Data Awal Sampel Air Limbah Gelas Beaker 3 Sebelum Pencampuran

Waktu Temperatur
pH DO (mg/L)
(menit) (°C)
0 5.78 26.6 2.28
Sumber: (Analisa Penulis, 2023)
Kemudian diperoleh pula hasil pengamatan beserta diagram mass balance gelas beaker
3 yang berisi campuran sampel air tanah dan air limbah dengan perlakuan aerator
Tabel 5. Data Hasil Pengamatan Gelas Beaker 3 (Campuran dengan Aerasi)
Waktu Temperatur
pH DO (mg/L)
(menit) (°C)
0 6.05 26 4.92
10 6.38 26 7.5
20 6.9 25.8 7.96
30 6.98 25.5 7.22
40 7.39 25.5 7.3
50 7.53 25.3 7.18
60 7.66 25.3 7.48
Sumber: (Analisa Penulis, 2023)

Gambar 2. Diagram Mass Balance DO Sampel 3


Sumber: (Analisa Penulis, 2023)

Universitas Indonesia
9

Dari berbagai hasil pengamatan yang diperoleh, praktikan kemudian dapat membuat
grafik hubungan pH, suhu, dan kandungan oksigen terlarut terhadap waktu untuk ketiga
pengujian air sampel sehingga dapat dianalisa hubungan tiga parameter terhadap perlakuan
yang telah diberikan. Berikut merupakan grafik hubungan pH terhadap waktu untuk ketiga
pengujian sampel

Grafik 1. Hubungan pH terhadap Waktu untuk Ketiga Sampel


Sumber: (Analisa Penulis, 2023)

Berikut merupakan grafik hubungan antara suhu terhadap waktu untuk ketiga pengujian
air sampel

Grafik 2. Hubungan suhu terhadap Waktu untuk Ketiga Air Sampel


Sumber: (Analisa Penulis, 2023)

Universitas Indonesia
10

Berikut merupakan grafik hubungan antara DO terhadap waktu untuk ketiga pengujian
air sampel

Grafik 3. Hubungan DO terhadap Waktu untuk Ketiga Air Sampel


Sumber: (Analisa Penulis, 2023)
1.6 Analisis
1.6.1 Analisis Percobaan
Praktikum Modul Mass Balance dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui perubahan
yang terjadi dalam tangki/reaktor dengan pendekatan kesetimbangan massa. Selain itu, tujuan
praktikum ini juga mengetahui fungsi derta kegunaan tipe aliran dan model reaktor dalam
pengolahan air dan air limbah. Praktikum ini dimulai dengan tahap persiapan, yaitu memakai
APD sesuai standar dan prosedur laboratorium. APD lengkap meliputi jas lab, masker, sarung
tangan, dan sepatu tertutup. Jas lab berfungsi untuk melindungi tubuh dari bahan-bahan kimia
berbahaya, masker untuk mencegah terhirupnya uap atau gas berbahaya untuk pernapasan, sarung
tangan berfungsi untuk menghindari tangan dalam kontak langsung dengan berbagai alat bahan
saat melakukan praktikum, serta sepatu tertutup untuk melindungi kaki saat praktikum. Setelah
itu praktikan juga perlu menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam praktikum ini. Selain
menggunakan APD, praktikan juga perlu menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
Alat yang diperlukan dalam praktikum Modul Mass Balance adalah 3 buah beaker glass
berukuran 2 liter masing-masing yang berperan sebagai tempat terjadinya reaksi. Selain itu,
disiapkan 2 aerator yang berfungsi untuk menciptakan getaran dalam larutan. Untuk pemantauan
kualitas air, digunakan DO meter untuk mengukur kandungan oksigen terlarut, pH meter untuk
menentukan tingkat keasaman atau kebasaan larutan, serta termometer untuk mengukur suhu
larutan. Untuk mencatat data dan informasi penting, perlu disiapkan label. Selain itu, penggunaan

Universitas Indonesia
11

stopwatch akan membantu dalam mencatat waktu reaksi. Bahan yang digunakan dalam
eksperimen ini melibatkan sampel air tanah beruapa air keran dan air limbah yang diambil dari
Danau Mahoni UI.
Pada awal praktikum, praktikan memulai dengan menuangkan 1000 mL air limbah ke
glass beaker 3. Setelah itu, dilakukan pengukuran pH, DO, dan suhu menggunakan pH meter, DO
meter, dan termometer. Untuk pengukuran pH, praktikan membersihkan ujung pH meter dengan
air suling, melapnya, dan memasukkan ujung pH meter ke dalam larutan, kemudian menunggu
hingga alat berbunyi setelah menekan tombol. Pengukuran DO dilakukan dengan mencuci ujung
DO meter, mengelapnya, dan memasukkan ujung DO meter ke dalam larutan sambil diaduk
hingga nilai DO stabil. Setelah itu, praktikan melakukan pengukuran suhu menggunakan
termometer dengan cara memasukkan termometer ke dalam larutan dan menunggu hingga suhu
stabil.
Selanjutnya, praktikan menuangkan 2000 mL air tanah ke glass beaker 1 dan 2,
melakukan pengukuran pH, DO, dan suhu, serta mengaduk agar larutan homogen. Proses ini
dilakukan dengan hati-hati untuk mencapai batas tertentu pada gelas beaker. Setelah itu, praktikan
menambahkan 1000 mL air tanah ke glass beaker 3 yang berisi air limbah, mengaduk hingga
homogen, dan melakukan pengukuran pH, DO, dan suhu sebagai kondisi awal sebelum aerasi.
Praktikan kemudian memasang aerator pada glass beaker 2 dan 3 dengan menghubungkannya ke
stop kontak dan menyelipkan selangnya ke dalam glass beaker. Selama 60 menit, praktikan secara
berkala melakukan pengukuran pH, DO, dan suhu setiap 10 menit untuk mengamati perubahan
kondisi ketiga glass beaker selama proses aerasi. Praktikan mencatat seluruh data hasil pegukuran
agar dapat digunakan untuk pengolahan data dan menganalisis hasil percobaan.

1.6.2 Analisis Hasil


1.6.2.1 Hubungan DO dan Waktu
Berdasarkan grafik dan data hasil percobaan dapat diamati bahwa pada sampel 1, yaitu
sampel tanpa perlakuan didapati pengukuran nilai DO awal sebesar 7,05 mg/L. Kemudian, setelah
sampel diuji kembali pada menit ke-10, nilai DO mengalami penurunan menjadi 6,9 mg/L. Pada
invterval 20 menit hingga 40 menit nilai DO cenderung menurun menjadi 5,9 mg/L. Kemudian,
nilai DO pada menit ke-50 mengalami kenaikan kembali menjadi 6,75 mg/L dan pada menit ke
60 cenderung menurun menjadi 6,69 mg/L. Pada sampel 2, yaitu sampel air tanah yang diberikan
perlakukan aerasi didapati pengukuran nilai DO awal sebesar 7,46 mg/L. Kemudian setelah
dilakukan aerasi selama 10 menit, nilai DO meningkat menjadi 7,99 mg/L. Pada menit ke-20 dan
30, nilai DO cenderung menurun sehingga nilainya menjadi 7,08 mg/L. Pada menit ke-40 dan 50,
nilai DO mengalami peningkatan kembali sebesar 7,52 mg/L dan kembali menurun pada interval

Universitas Indonesia
12

60 menit menjadi 7,49 mg/L. Selanjutnya, pada sampel 3 (sampel pencampuran air tanah dan air
limbah) yang diberi perlakukan aerasi, nilai awal DO yang diperoleh adalah 4,92 mg/L. Setelah
dilakukan aerasi selama 10 menit, didapatkan nilai DO sebesar 4,92 mg/L. Kemudian, pada menit
ke 20 dan 30, nilai DO mengalami peningkatan menjadi 7,5 mg/L dan 7,96 mg/L. Namun, pada
menit ke 30, nilai DO menurun menjadi 7,22 mg/L. Setelah dilakukan pengujian kembali di menit
ke-40, diperoleh nilai DO sebesar 7,3 mg/L. Pada menit ke-50, nilai DO mengalami penurunan
kembali menjadi 7,18 mg/L. Pada pengujian menit ke-60, nilai DO cenderung meningkat
sehinnga didapatkan nilai 7,48 mg/L.
Data-data pengujian parameter DO tersebut menunjukkan bahwa terjadi fluktuasi nilai
DO terhadap waktu karena terjadi peningkatan dan juga penurunan. Terdapat beberapa faktor lain
yang dapat mempengaruhi nilai DO, seperti suhu air, tekanan udara, salinitas, pergerakan massa
air, dan juga udara (Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan, 2021).
Perubahan DO yang terjadi antara gelas beaker tanpa perlakuan dengan gelas beaker yang
diberikan perlakuan aerasi membuktikan bahwa proses aerasi membantu pembentukan oksigen
terlarut di dalam air karena berdasarkan data yang didapatkan peningkatan DO dari menit ke-0
sampai dengan menit ke-60 paling efektif terjadi pada gelas beaker yang diberikan perlakuan
aerasi.

1.6.2.2 Hubungan pH dan Waktu


Berdasarkan grafik perbandingan data hubungan pH terhadap waktu dan data hasil
percobaan yang diamati, dapat diketahui bahwa baik sampel 1, 2, dan 3 yang diberikan perlakuan
aerasi dan yang tidak memiliki perbandingan yang linear dengan waktu sehingga memiliki nilai
pH yang cenderung meningkat. Pada gelas beaker 1 dapat dilihat bahwa nilai pH yang terkandung
terus mengalami peningkatan dari menit ke 0 hingga menit ke 60. Nilai pH terkecil berada pada
menit ke 0, yaitu sebesar 5,17. Sedangkan nilai pH terbesar berada pada interval waktu menit ke-
60, yaitu sebesar 7,66. Kemudian, pada gelas beaker 2 yang berisi air tanah yang diberi perlakuan
aerasi, juga memiliki nilai pH yang terus mengalami peningkatan dari menit ke-0 hingga menit
ke-60. Dimana, nilai pH terendahnya berada di menit ke-0 sebesar 5,25 dan nilai tertingginya
berada pada menit ke-60 sebesar 7,66. Hal tersebut terjadi pada gelas beaker 3 yang berisi
campuran air tanah dan air limbah, nilai pH yang terkandung didalam air terus mengalami
peningkatan. Nilai pH terendah yang diperoleh berada di menit ke 0 dan nilai pH tertingginya
berada di menit ke-60, yaitu sebesar 7,66. Hal tersebut sesuai dengan teori hubungan antara
konsentrasi pH dengan aerasi. Ketika air dilakukan pengadukan, maka akan menciptakan
turbulensi yang akan menyebabkan munculnya karbon dioksida pada air sehingga pH pada air
akan meningkat (EU Research & Innovation, 2011).

Universitas Indonesia
13

1.6.2.3 Hubungan Temperatur dan Waktu


Berdasarkan grafik hubungan temperature terhadap waktu dan data hasil pengujian,
diperoleh hasil bahwa ketiga gelas beaker memiliki suhu yang cenderung menurun pada setiap
interval waktunya. Hal tersebut dibuktikan dari gelas beaker 1, dimana pada menit ke-0
didapatkan temperature sebesar 26,3°C yang terus mengalami penurunan hingga pada menit ke-
40 diperoleh temperature sebesar 25,7°C. Kemudian, temperature tersebut tetap konstan pada
menit ke-50 dan 60 sehingga nilai temperaturnya adalah 25,7°C. Begitu pula dengan gelas beaker
2, pada menit ke-0 temperatur yang diperoleh adalah sebesar 26,1°C, lalu mengalami penurunan
pada menit ke-10 sebesar 0,4°C menjadi 25,7°C. Pada menit ke-20, temperatur sampel air pada
gelas beaker 2 kembali mengalami penurunan sebesar 0,3°C sehingga menjadi 25,4°C.
Temperatur sampel air tersebut terus mengalami penurunan hingga pada menit ke-60 menjadi
25,1°C. Pada gelas beaker 3, hal yang sama juga terjadi dengan temperatur yang cenderung
menurun pada setiap interval waktunya. Nilai temperatur pada menit ke-0 yang diperoleh adalah
26°C kemudian terus mengalami penurunan hingga pada menit ke-60 temperatur sampel air
menjadi 25,3°C. Penurunan suhu tersebut sesuai dengan teori yang ada, dimana semakin lama
waktu reaksi maka semakin menurun pula suhunya yang disebabkan oleh lamanya laju reaksi
yang terjadi. Terjadinya penurunan suhu juga memiliki hubungan dengan kandungan DO di
dalam air, yaitu pengaruh dari perlakukan menunjukkan bahwa penurunan suhu dalam sistem
secara bertahap akan meningkatkan nilai DO (Chang, 2004).

1.6.3 Analisis Kesalahan


Analisis kesalahan yang dilakukan oleh praktikan selama melakukan praktikum Mass
Balance mencakup beberapa aspek yang perlu dilakukan evaluasi. Pertama, praktikan tidak
melakukan persiapan yang matang sebelum melakukan praktikum, seperti kurang memahami
prosedur dan langkah kerja sehingga mempengaruhi kemampuan praktikan dalam melaksanakan
praktikum dengan benar. Kesalahan utama yang terjadi adalah kurangnya ketelitian praktikan saat
melakukan pengukuran volume air sampel. Dalam hal ini, penting untuk menekankan pada
praktikan untuk lebih cermat dan teliti dalam mengukur volume air, karena ketelitian volume
merupakan aspek kritis dalam praktikum yang dapat mempengaruhi hasil akhir.
Kesalahan selanjutnya adalah kesalahan yang mungkin terjadi pada pengaturan
peralatan, khususnya dalam konteks waktu tunggu injeksi aerator. Waktu tunggu yang tidak
terkoordinasi dengan baik dapat mengakibatkan data yang tidak akurat. Oleh karena itu,
disarankan agar praktikan memastikan bahwa waktu tunggu untuk injeksi aerator sesuai dengan
petunjuk alat dan terintegrasi dengan waktu yang bersih, untuk menghindari potensi kesalahan

Universitas Indonesia
14

dalam pengambilan data. Kesalahan yang mungkin terjadi selanjutnya adalah alat pengujian
parameter yang mengalami error, pH meter dan DO meter yang tidak terkalibrasi dengan baik
sehingga hasil pengukuran tidak akurat, dan alat yang tidak berfungsi dengan baik. Selain itu, ada
kemungkinan kesalahan lain, seperti sampel yang terkontaminasi dengan sampel lainnya selama
pengujian parameter akibat kelalaian praktikan dalam membersihkan alat pengujian. Kesalahan
dari sisi alat juga dapat terjadi, seperti alat yang tidak bersih, yang dapat mengakibatkan sampel
terkontaminasi dan hasil pembacaan alat uji menjadi tidak akurat. Oleh karena itu, penting untuk
selalu memperhatikan prosedur dan menjaga kebersihan alat agar hasil praktikum dapat menjadi
lebih akurat.

1.7 Kesimpulan dan Saran


Berdasarkan percobaan yang sudah dilakukan didapatkan beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
1. Proses aerasi dapat berpengaruh terhadap nilai DO, suhu, dan pH air sampel yang diuji.
2. Diperoleh nilai DO yang fluktuatif terhadap waktu, faktor lain yang dapat
mempengaruhi nilai DO adalah perlakuan aerasi, suhu air, tekanan udara, salinitas,
pergerakan massa air, dan juga udara.
2. Hubungan nilai pH dan waktu cenderung meningkat karena ketika air dilakukan
pengadukan, maka akan menciptakan turbulensi yang akan menyebabkan munculnya
karbon dioksida pada air sehingga pH pada air akan meningkat.
3. Hubungan temperature dan waktu cenderung menurun dikarenakan semakin lama
waktu reaksi maka semakin menurun pula suhunya yang disebabkan oleh lamanya laju
reaksi yang terjadi.

Berdasarkan percobaan yang sudah dilakukan maka saran yang dapat diberikan untuk
praktikum mass balance adalah sebagai berikut.
1. Praktikan dapat lebih teliti lagi dalam menggunakan alat uku, seperti DO meter, pH
meter, dan thermometer agar hasil percobaan yang diperoleh lebih akurat.
2. Memperbanyak alat praktikum yang ada di laboratorium khususnya DO meter agar
praktikan tidak perlu menunggu terlalu lama dan bergantian dengan kelompok lain yang
mempengaruhi interval waktu yang tidak sesuai dengan seharusnya.

3.2 Kontribusi Penulisan (Hanya untuk modul kelompok)


No. Nama NPM Kontribusi
1. Angeline Natalia 2106730835 - Dasar Teori

Universitas Indonesia
15

No. Nama NPM Kontribusi


- Analisis Hasil
- Kesimpulan dan Saran
- Prosedur Percobaan
2. Arzetti Puspa Dewi 2106633701 - Analisis Percobaan
- Analisis Kesalahan
- Dasar Teori 1.2.1 – 1.2.3
- Dasar Teori 1.2.5
3. Haqal Aufarassya Anwar 2006576823
- Excel Pengolahan Data
- Hasil Pengamatan

3.3 Daftar Pustaka


Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan. (2021). Retrieved from
https://kkp.go.id/brsdm: https://kkp.go.id/brsdm/artikel/18575-dissolved-oxygen-
oksigennya-organisme-
akuatik#:~:text=Laju%20difusi%20oksigen%20dari%20udara,arus%2Fgelombang%20se
rta%20kedalaman%20air.

Chang, R. (2004). Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta: Erlangga.

EPA. (2021). Dissolved Oxygen. Factsheet on Water Quality Parameters.

EPA. (2021). pH. Factsheet on Water Quality Parameters.

EPA. (2021). Temperature. Factsheet on Water Quality Parameters.

EU Research & Innovation. (2011). Guide to best practices for ocean acidification research and
data reporting.

Heryansyah, T. R. (2021). Laju Reaksi dan Faktor-Faktor yang Memengaruhinya.

Reynolds, T. D. (1996). Unit Operations and Processes in Environmental Engineering. London:


PWS Publishing Company.

University of Washington. (2009). Mass Balances.

Universitas Indonesia
16

3.4 Lampiran

Universitas Indonesia
17

Universitas Indonesia
18

Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai