Anda di halaman 1dari 119

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/366094475

MAFIA TANAH & PRIMUM REMEDIUM

Book · December 2022

CITATIONS READS

0 1,286

1 author:

G. Gunanegara
Universitas Pelita Harapan
25 PUBLICATIONS 22 CITATIONS

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

PAJAK TANAH & PUNGUTAN PENSERTIPIKATAN TANAH: Perspektif Sejarah Perundang-Undangan di lapangan Hukum Pajak dan Hukum Agraria View project

TANAH TERLANTAR, MELANGGAR HUKUM: Catatan Sejarah Hukum, Latar Belakang, dan Penegakan Hukum Penertiban Tanah Terlantar View project

All content following this page was uploaded by G. Gunanegara on 09 December 2022.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


MAFIA
TANAH
&
PRIMUM
REMEDIUM
Dr. GUNANEGARA, SH, M.Hum
Design Cover by Drobptdean
Premium Photo/Closeup of black hat weared on business person in
black suit and holded by modern black gloves over white wall (freepik.com)

i
MAFIA TANAH & PRIMUM REMEDIUM

Dr. Gunanegara, SH, M.Hum

Cetakan Pertama, 2022


10 9 8 7 6 5 4 3 2 1

Hak Cipta @ 2022 oleh Pengarang


Jakarta

Gunanegara
Mafia Tanah dan Primum Remidium
ebook. 2022. Jakarta
GGKEY:2TWAP34GPL2

i
PENGANTAR

Permohonan dan pemberian sertipikat hak atas tanah adalah perbuatan administratif yang
menurut UU No. 30/2014 harus dilakukan sesuai peraturan-perundang-undangan. Jika bertitik
tolak dari ketentuan undang-undang tersebut, maka semua pegawai dan pejabat ATR/BPN
termasuk didalamnya pemohon sertipikat hak atas tanah jika melakukannya sesuai peraturan
perundang-undangan maka tidak akan ada pihak yang ditangkap, disidik, dituntut, dan dihukum.
Namun sebaliknya, siapapun yang melakukan proses pensertipikatan hak atas tanah walaupun
sudah dilaksanakan sesuai peraturan perundang-undangan, tetapi kemudian diketahui ada
perbuatan yang dilarang oleh hukum pidana, maka perbuatan tersebut seketika menjadi ranah
hukum pidana dan bukan soal administrasi lagi.
Walaupun UU No. 30/2014 sudah memberikan panduan jelas soal tata kelola administrasi sejak
tahun 2014, namun di tahun 2020-2022 muncul kejahatan mafia tanah pada pensertipikatan
tanah sampai munculnya peristiwa penangkapan (oknum) pejabat ATR/BPN, termasuk pejabat
pemerintahan lain dan pelaku usaha di Jakarta dan beberapa daerah di Indonesia. Fenomena dan
masalah mafia tanah di masa itu, mengundang perhatian Kepala Negara, Jaksa Agung, Kapolri,
Ketua KPK, Komisi II dan Komisi III DPR-RI dan muncul pernyataan keras dari Presiden Joko
Widodo; “jika ada mafia tanah agar di gebuk” artinya dipukul sampai pingsan/mati.
Selain daripada itu, di tahun itu, ada fenomena lain yang ambivalen antara jargon ATR/BPN
dengan fakta di lapangan. Jargon yang membanggakan sebagai wilayah bebas korupsi (WBK)
dengan aparatur yang beraklak, profesional dan pelayanan pertanahan berkelas dunia berbeda
dengan realitas di lapangan, tepat di bulan Oktober 2022—pejabatnya—eks Kepala Kantor
Pertanahan Lebak-Banten dan calo tanah ditangkap Kejaksaan Tinggi Banten akibat peragaan
mafia tanah. Realitas sebelumnya, Juli 2022, Kepala Kantor Pertanahan Palembang yang dikenal
di kantornya sebagai orang baik ditangkap Polda Metro Jaya karena mafia tanah. Kemudian,
Desember 2022, Kepala Kantor Wilayah BPN Riau ditangkap dan ditahan KPK akibat meminta
dan menerima suap Hak Guna Usaha (HGU).
Gap antara idealisme dengan realisme dalam pengelolaan pertanahan menjadi fakta hukum, yang
selama ini, sangat jarang terjadi ada pejabat ATR/BPN terlibat mafia tanah (dapat) ditangkap
aparat hukum. Fakta dan realitas mafia tanah dan gap idealisme versus realisme pengelolaan
pertanahan adalah alasan ditulisnya buku ini, senyampang melakukan kajian apa dan bagaimana
kejahatan mafia tanah jika ditelaah dalam perspektif hukum, intelijen, kriminologi, dan psiko-
analisis. Muncul kemudian gagasan untuk menggunakan azas primum remedium guna mengatasi
mafia tanah yang tidak lagi menggunakan ultimum remedium dalam menangani kejahatan mafia.
Buku ini, adalah kelanjutan dari buku series sebelumnya, yang berjudul Hukum Pidana Agraria
(2017), Intelijen Pertanahan (2018), dan Pendapat Hukum: Bangunan Fungsi dan Penerapan &
Contoh Pendapat Hakim Pada Tindak Pidana Agraria (2019) yang sengaja ditulis untuk sharing
note sesama kolega, komunitas, dan aparat serta penegak hukum. Sekaligus ucapan terimakasih
pada semua pihak yang mendorong dan membantu penulisan buku ini.
Sekirannya buku ini tidak sesuai ekspektasi Pembaca atau buku ini tidak utuh mengkomprehen
semua hal tentang mafia tanah sebagaimana judul buku, Penulis sarankan sidang pembaca
melakukan studi replikasi dan/atau duplikasi guna menemukan kebenaran yang sesungguhnya
soal mafia tanah, membukukan dan mempublikasikannya.

Jakarta, Desember 2022

ii
DAFTAR SINGKATAN

UUD NRI 1945 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
UU TIPIKOR UU Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
UU Pencucian Uang UU Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian
Uang
TPPU Tindak Pidana Pencucian Uang
TIPIKOR Tindak Pidana Korupsi
UNCAC United Nation Convention Against Corruption
BPN Badan Pertanahan Nasional
ATR/BPN Agraria dan Tataruang/Badan Pertanahan Nasional
HM Hak Milik
HGU Hak Guna Usaha
HGB Hak Guna Bangunan
HP Hak Pakai
HPL Hak Pengelolaan
PTSL Pendaftaran Tanah Sistimatis Lengkap
BPHTB Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

iii
DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 1 UU No. 11/2020 MEMBERIKAN PELUANG TANAH DAPAT DIKUASAI/ 9


DIMILIKI DENGAN HGB SELAMA 50 TAHUN DAN DAPAT DIPERBARUI
LAGI DENGAN TOTAL WAKTU 100 TAHUN LAGI
GAMBAR 2 UU No. 11/2020 MEMBERIKAN PELUANG TANAH DIKUASAI/DIMILIKI 9
DENGAN HGU SELAMA 60 TAHUN YANG DAPAT DIPERBARUI LAGI
DENGAN TOTAL WALKTU 120 TAHUN
GAMBAR 3 TUJUAN TERTINGGI KEJAHATAN MAFIA TANAH ADALAH KEKUASAAN 11
DAN TERRITORIAL
GAMBAR 4 BERBAGAI PERIZINAN DAN RAGAM TANAH YANG DI INCAR MAFIA 17
TANAH BERSAMA OKNUM PEJABAT
GAMBAR 5 STRUKTUR ORGANISASI OLD MAFIA 22
GAMBAR 6 PERBEDAAN ANTARA PERBUATAN MELANGGAR HUKUM (TORT) 24
DENGAN TINDAK PIDANA (CRIME) DI AMERIKA
GAMBAR 7 STUKTUR PERBUATAN HUKUM, PENGADILAN PENGADIL, BENTUK 25
HUKUMAN
GAMBAR 8 OBYEK DAN SASARAN MAFIA TANAH 33
GAMBAR 9 RUPA DAN BENTUK KEJAHATAN MAFIA TANAH 34
GAMBAR 10 PERBEDAAN ANTARA KEBIJAKAN YANG ADIL DAN YANG SETARA 37
GAMBAR 11 BERBAGAI MODEL DARI KETIDAKSETARAAN PADA KEBIJAKAN 38
PERTANAHAN
GAMBAR 12 JUMLAH KASUS SERTIPIKAT HAK ATAS TANAH YANG MELEKAT 41
CATATAN BPHTB TERUTANG DI DAERAH RURAL, RURAL-URBAN,
DAN URBAN DARI PELAKSANAAN PTSL 2017-2021 YANG HARUS
DITAGIH ATAU DIHAPUS TERKAIT DENGAN BERLAKUNYA UU NO.
1/2022 TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT DAN
PEMERINTAH DAERAH
GAMBAR 13 PROYEKSI BPHTB TERUTANG DENGAN ASUMSI 1 41
JUTA/PERBIDANG/PERHAK YANG MASIH PERLU PENYELESAIAN
HUKUM
GAMBAR 14 PERBANDINGAN HAK NEGARA ATAS TANAH DALAM KONSEP 43
DOMINIUM, IMPERIUM, KEKALIFAHAN, HAK MENGUASAI NEGARA
GAMBAR 15 KONFLIK KEBIJAKAN PENGATURAN HAK TANAH ANTARA UUPA 46
DENGAN UUCK YANG MEMBERIKAN PELUANG MAFIA TANAH UNTUK
MONOPOLI DAN FRAGMENTASI TANAH INDONESIA
GAMBAR 16 MODELING MONOPOLI PENGUASAAN TANAH UNTUK MEMPEROLEH 53
SERTIPIKAT HAK ATAS TANAH DI INDONESIA OLEH PERUSAHAAN
TRANSNASIONAL
GAMBAR 17 MODELING TINDAK PIDANA UMUM PRAKTIK MAFIA TANAH DAN 58
KOLABORATORNYA
GAMBAR 18 NIB, PETA BIDANG, DAN SERTIPIKAT HAK MILIK DITERBITKAN BPN DI 60
TENGAH SAMUDERA LEPAS, MELAWAN HUKUM PENDAFTARAN
TANAH DAN TIDAK SESUAI KETENTUAN OBYEK HAK ATAS TANAH

iv
GAMBAR 19 SIMPUL-SIMPUL PERBUATAN KEJAHATAN DAN OKNUM PEJABAT 65
YANG WAJIB DIAWASI DAN DITINDAK DALAM PEMBERANTASAN
MAFIA TANAH PENYEBAB HIGH COST INVESTMENT
GAMBAR 20 DUA TAFSIR PERBUATAN MELAWAN HUKUM DI LAPANGAN HUKUM 67
PIDANA
GAMBAR 21 PETA TUMPANG TINDIH ANTAR HAK ATAS TANAH DARI PROSES 68
PENDAFTARAN TANAH DI INDONESIA YANG KE DEPAN MENJADI
BASIS SERTIPIKAT ELEKTRONIK (SERTIPIKAT SATU LEMBAR)
GAMBAR 22 SKEMA KEJAHATAN KOMPUTER DALAM PEMBERIAN SERTIPIKAT HAK 77
ATAS TANAH
GAMBAR 23 THE CRIME CYCLE THEORY PADA JUAL BELI JABATAN DAN 82
KEJAHATAN MAFIA TANAH BERIKUT DAMPAK KERUGIANNYA
(DAMAGE COST)
GAMBAR 24 PRIMUM REMEDIUM DAN OPERASI PEMBERANTASAN MAFIA TANAH 89
GAMBAR 25 SIMPUL-SIMPUL TARGET OPERASI INTELIJEN DAN OPERASI TANGKAP 96
TANGAN PADA POS-POS PENYEMBUNYIAN KEKAYAAN ILLICIT
ENRICHMENT DAN/ATAU UNEXPLAINED WEALTH DARI PARA OKNUM
DAN PELAKU MAFIA TANAH.
GAMBAR 26 OPERASI GABUNGAN ANTARA OPERASI INTELIJEN DENGAN OPERASI 97
TANGKAP TANGAN BERBASIS OBYEK OPERASI
GAMBAR 27 DASAR HUKUM, TINDAKAN, DAN OPERASI INTELIJEN DAN OPERASI 98
TANGKAP TANGAN PADA OKNUM DAN PELAKU MAFIA TANAH
BERBASIS SUBYEK OPERASI
GAMBAR 28 KEJAHATAN TERJADI HASIL DARI KERJASAMA ANTARA PELAKU 99
EKSTERNAL DENGAN PELAKU INTERNAL DENGAN BERKOLUSI ATAU
PERBANTUAN SERTA PENYERTAAN
GAMBAR 29 THE CRIME PRISM KEJAHATAN PENCUCIAN UANG 100
GAMBAR 30 SKEMA TARGET OPERASI PRIMUM REMEDIUM ANTARA AGENT 102
INTELIJEN DENGAN APARAT PENEGAK HUKUM
GAMBAR 31 REKENING GENDUT (CELENGAN BABI) SEBAGAI BARANG BUKTI 104
DIMULAINYA PENYELIDIKAN (DARI UU TINDAK PIDANA PENCUCIAN
UANG BARU KEMUDIAN KE UU TIPIKOR) YANG DITERAPKAN PADA
EKS KAKANWIL DAN KABID BPN KALBAR
GAMBAR 32 PENGEMBANGAN PERKARA SUAP PENGURUSAN HAK GUNA USAHA 105
DENGAN UU TINDAK PIDANA KORUPSI YANG DILANJUT KEMUDIAN
DENGAN UU TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

v
CONTENTS

PENGANTAR ............................................................................................................................ ii
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................................... iv
CONTENTS ........................................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................. 1
BAB II KEJAHATAN MAFIA TANAH ............................................................................................ 19
2.1. Bentuk dan Tingkat Tindak Kejahatan .......................................................................... 28
2.1.1. Bentuk-Bentuk Kejahatan ........................................................................................... 29
2.1.2.Tingkatan Kejahatan ...................................................................................................... 30
2.2. Mafia Tanah dan Kejahatannya ...................................................................................... 33
2.2.1. Kejahatan Mafia Tanah di Dalam Kebijakan atau Peraturan .............................. 34
2.2.2. Kejahatan Mafia Tanah dalam Tindak Pidana Umum ........................................... 53
2.2.3. Kejahatan Mafia Tanah dalam Tindak Pidana Khusus .......................................... 61
2.2.4. Kejahatan Mafia Tanah dalam Pendaftaran dan Pensertipikatan Tanah ......... 65
2.2.5. Kejahatan Mafia Tanah dalam Informasi dan Transaksi Elektronik ................... 69
2.2.6. Kejahatan Mafia Tanah dalam Jual Beli Jabatan .................................................... 77
BAB III PRIMUM REMEDIUM CARA BARU PEMBERANTASAN MAFIA TANAH ............................. 83
3.1. Arti Primum Remedium .................................................................................................. 84
3.2. Primum Remedium Pilihan Alternatif Memberantas Mafia Tanah ............................... 91
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 106

vi
BAB I PENDAHULUAN

Pada tanggal 31 Agustus 2020, atau setidak-tidaknya di tahun 2020, masyarakat dan
aparat pertanahan gempar dengan berita bunuh diri seorang tersangka kejaksaan yang
merupakan eks Kepala Kantor Pertanahan Kota Denpasar. Delik yang disangkakan
merupakan tindak pidana korupsi dan tindak pidana pencucian uang, akibat kekayaan
tidak sebanding dengan penghasilan selama menjabat di BPN. 1 Kematian tersangka,
menjadikan perkara tindak pidana korupsi dan tindak pidana pencucian uang tidak dapat
dibuktikan kebenarannya, karena demi hukum perkaranya menjadi gugur. Dengan kalimat
lain, yang bersangkutan belum dapat dinyatakan bersalah atau tidak bersalah, akibat dari
belum ada putusan hakim yang menyatakan kesalahannya. Dalam perkembangannya,
tanggal 11 Agustus 2022, mantan istri yang bersangkutan mengajukan gugatan
praperadilan yang terdaftar dengan No. Perkara: 10/Pid.Pra/2022/PN.Dps dengan
permohonan agar 2 (dua) rumah bersertipikat hak milik dikembalikan kepadanya, tanpa
diikuti permohonan pengembalian motor dan mobil serta rekening yang disita Kejaksaan
Tinggi Bali. Hakim dalam putusannya, menyatakan bahwa permohonan praperadilan tidak
diterima, dengan pertimbangan bahwa barang bukti yang menjadi obyek penyitaan
kejaksaan telah dirampas oleh Negara, sehingga tidak lagi menjadi ranah hakim
praperadilan. Sangkaan yang sama, yakni tindak pidana korupsi dan tindak pidana
pencucian uang, juga menimpa eks Kepala Kantor Pertanahan Kota Semarang, yang
kemudian meninggal dunia di penjara LP Semarang.

Satu tahun kemudian, tepatnya tahun 2021, kembali terjadi tindak pidana korupsi dan
tindak pidana pencucian uang dengan pelaku eks Kepala Kantor Wilayah BPN Kalimantan
Barat dan eks Kepala Bidang Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah Kantor Wilayah BPN
Kalimantan Barat. Hasil penyidikan KPK, memastikan kekayaan dari masing-masing
tersangka senilai + 22 milyar yang diperoleh selama 4 tahun menjabat2 dan kekayaan
keduanya tidak sesuai dengan profile penghasilan sebagai pejabat BPN. Kemudian atas
perkara tersebut, Pengadilan Negeri Tipikor Surabaya dalam putusannya No. 53/Pid.Sus-
TPK/2021/PN Sby menyatakan;

Terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan


Tindak Pidana Korupsi secara bersama-sama dan berlanjut dan Tindak
Pidana Pencucian Uang secara bersama-sama dan berbarengan;
Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa berupa pidana penjara selama 4
(Empat) Tahun dan denda sebesar Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah), dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar diganti
dengan pidana kurungan selama 2 (Dua) bulan;

1
Kekayaan yang disita dari Tersangka eks Kepala BPN Denpasar berupa rumah, mobil, dan tanah di Bali dan di Luar
Bali mencapai Hektaran. https://radarbali.jawapos.com/hukum-kriminal/08/03/2022/ jaksa- kumpulkan- dokumen-
harta-eks-kepala-bpn/ di akses pada 11/27/2022 4:38:33 AM
2 Uang 17 Milyar yang terkumpul selama 4 tahun eks Kepala Kanwil BPN Kalbar selama menjabat di BPN Provinsi
Kalbar, masih kalah banyak dengan yang dikumpulkan eks Kepala Kantor Lebak-Banten yang berhasil mengumpulkan
uang pungli sertipikat tanah 15 Milyar hanya dalam waktu 2 (dua) tahun, yakni dari tahun 2018 sampai dengan
2020. Jadi rata-rata pendapatan oknum eks Kepala Kantor Wilayah BPN Kalbar kelas B yang berhasil dikumpulkan
4,2 milyar dalam setahun, sedangkan oknum eks Kepala Kantor Pertanahan Lebak Kelas B rata-rata berhasil
mengumpulkan 7,5 milyar dalam setahun. vide: simulasi dengan menggunakan pendekatan jurimetri dari bahan yang
diolah dari;
https://news.detik.com/berita/d-6360068/eks-kepala-bpn-lebak-jadi-tersangka-mafia-tanah-diduga-terima-suap-rp-
15-m di akses pada 10/22/2022 7:56:49 AM.

1
Menetapkan Terdakwa tetap berada dalam tahanan;
Menjatuhkan pidana tambahan terhadap Terdakwa untuk membayar uang
pengganti sebesar Rp17.273.429.276,00 (tujuh belas miliar dua ratus tujuh
puluh tiga juta empat ratus dua puluh sembilan ribu dua ratus tujuh puluh
enam rupiah) yang akan dikurangkan dengan nilai aset berupa tanah dan
bangunan yang dirampas untuk negara, dengan ketentuan jika Terdakwa
tidak membayar uang pengganti dalam waktu 1 (satu) bulan sesudah
putusan pengadilan telah memperoleh kekuatan hukum tetap, maka harta
bendanya dapat disita oleh Jaksa dan dilelang untuk menutupi uang
pengganti tersebut, jika tidak mencukupi dipidana penjara selama 1 ( satu)
tahun;

Tahun berikutnya, yakni di pertengahan tahun 2022, masyarakat Bekasi, Jakarta, dan
Palembang kembali riuh dengan penangkapan oknum pejabat BPN, yang menurut
pernyataan Penyidik Polda Metro Jaya, mereka telah melakukan kejahatan mafia tanah di
wilayah Polda Metro Jaya. Bahwa para tersangka telah melakukan perbuatan yang
bertentangan dengan hukum—sebagaimana diatur UU No. 1/1946 dan UU No. 31/1999
juncto UU No. 20/2001—karenanya 25 orang dari 30 orang tersangka langsung
dilakukan penahanan. Satu diantara tersangka yang langsung dilakukan penahanan
adalah pejabat Kepala Kantor Pertanahan Palembang yang saat kejadian adalah pejabat
di BPN Bekasi. Dalam kasus tersebut, awalnya adalah soal pendaftaran tanah, suatu
kegiatan yang ada di lapangan administrasi pemerintahan, namun berubah menjadi
kejahatan ketika perbuatan administratif tersebut bertentangan dengan hal-hal yang
dilarang oleh undang-undang pidana.3

Kejahatan mafia tanah, jika merujuk pendapat Yustinus Bowo Dwinugroho dari
BARESKRIM-POLRI pada Webinar di Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional, bahwa kejahatan
mafia tanah banyak berkaitan dengan Pasal 242 KUHP tentang sumpah palsu, Pasal 167
KUHP tentang memasuki perkarangan tanpa izin yang berhak, Pasal 263 KUHP tentang
pemalsuan surat, Pasal 264 KUHP tentang pemalsuan akta autentik, Pasal 266 KUHP
tentang memasukkan keterangan palsu kedalam akta autentik, dan Pasal 385 KUHP
tentang penggelapan hak atas tanah/penyerobotan tanah. Lebih lanjut masih menurutnya,
kejahatan (oknum) pejabat ATR/BPN lebih sering tersangkut Pasal 55 ayat (1) angka 1
KUHP tentang kejahatan pernyertaan, Pasal 56 KUHP tentang membantu kejahatan, Pasal
64 KUHP tentang kejahatan dari perbuatan yang berlanjut. Dan, melanggar delik khusus
(speciale delicten) yang diatur Pasal 2 yang melarang pejabat melakukan perbuatan
melawan hukum (wederrechttelijk) dan Pasal 3 yang melarang pejabat melakukan
penyalahgunaan kewenangan (misbruik van gezag) dan Pasal 12 yang melarang pejabat
meminta/menerima suap, pungutan, gratifikasi yang diatur UU No. 31 Tahun 1999 juncto
UU No. 20 Tahun 2001 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
(TIPIKOR). Sedangkan, delik kejahatan pencucian uang, sementara ini, baru dikenakan
pada 4 (empat) pejabat BPN yakni eks Kepala Kantor Pertanahan Denpasar, eks Kepala
Kantor Pertanahan Semarang, dan eks Kepala Kantor Wilayah BPN Kalimantan Barat dan
eks Kepala Bidang Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah di BPN Kalimantan Barat. 4
Termasuk kasus penetapan tersangka pada eks Kepala Kantor Pertanahan Lebak Banten,

3 Gunanegara & Sherly Meilintan Surya. (2022). Kejahatan Pendaftaran Tanah Oleh (Oknum) Pejabat ATR-BPN Di
Wilayah Polda Metro Jaya Ditinjau Dari Hukum Administrasi Pemerintahan Dan Hukum Pidana. Hal. 1-2, 13.
4
Gunanegara & Sherly Meilintan Surya. (2022). ibid. Hal. 2.

2
yang di headline CNN enews tertulis “eks Kepala BPN Lebak Tersangka Mafia Tanah,
Diduga Terima Suap Rp15 M”.

Dalam kasus mafia tanah, yang disangkakan pada eks Kepala Kantor Pertanahan Lebak,
terungkap modus baru, yakni calo tanah memberikan fasilitas 2 rekening—sebagai
penampungan—kepada eks Kepala Kantor Pertanahan Lebak yang isinya 15 milyar. 5
Modus tersebut berbeda dengan modus
sebelumnya yang dipraktikan eks Kepala
Kantor Pertanahan Kota Semarang yang
membuka rekening baru, yang dilakukan
sendiri oleh pelaku, namun dengan
menggunakan nama dan KTP pegawai
hotel dan teman wanitanya sebagai
nominee arrangement. Berdasarkan data
BPN, bahwa Tipologi Kantor Pertanahan
Lebak adalah kategori kantor pertanahan
Tipe B—yakni volume pekerjaan atau
jumlah pemohon sertipikat hak atas
tanah berkategori tidak sibuk atau sepi—
namun ternyata mampu memperagakan peredaran uang haram 15 milyar—yang secara a
priori—belum termasuk penyerahan uang dengan melalui hard cash, cash and carry, dan
hand to hand sebagaimana modus klasik-konvensional yang biasa dilakukan mafia dan
calo selama ini. Jika oknum Kepala Kantor Pertanahan Tipe B berhasil diungkap adanya
uang cash sampai 15 milyar, maka peredaran uang cash oleh oknum pejabat pada kantor
pertanahan kelas A bagaimana modus dan berapa jumlah peredarannya? menjadi issue
hukum yang menarik untuk dilakukan penelitian-penyelidikan lebih dalam. Hal ini sejalan
dengan peryataan Komisi III (bidang Hukum) DPR RI “Mafia tanah itu bukan masyarakat,
tetapi para pemegang otoritas dalam menerbitkan berkas, disitulah mafia tanah ada. Saya
berharap kepada Pak Kapolda dan Pak Kajati betul-betul melakukan penegakan hukum
(kasus-kasus) seperti ini …” 6

Beberapa kasus mafia tanah yang sudah didiskripsikan di atas, sebelumnya terjadi praktik
mafia tanah yang korbannya eks Wakil Menteri Luar Negeri—Dino Pati Djalal—dan modus
yang sama yang hampir bersamaan waktunya dengan kasus jual beli rumah mewah di
Pondok Indah Jakarta, Kasus arrtis Nirina Zubir dan kasus-kasus lain yang semisal dengan
itu, yakni praktik mafia tanah di Bekasi, Depok, Bogor, Jakarta Selatan, Lampung,
Palembang, Medan, Riau, Jambi, Makasar, Semarang, Surabaya dengan melibatkan
(oknum) pejabat Kepala BPN masih saja terus berlangsung. Sampai buku ini ditulis, mafia
tanah masih tetap menjadi topik utama pembicaraan di berbagai kalangan yang memenuhi
ruang baca media konvesional, media elektronik maupun media sosial, bahkan menjadi
bahan penelitian mahasiswa S1 dan S2. Belum selesai para oknum pejabat Kementerian
ATR/BPN diadili di tahun 2022, kembali terjadi peristiwa eks Kepala Kantor Wilayah BPN
Riau ditetapkan tersangka dan ditahan KPK dalam kasus suap gratifikasi sertipikat HGU
di Riau. Pada saat penggeledahan oleh KPK ditemukan uang kontan sebesar 120.000
SGD yang merupakan uang muka dari total suap HGU yang disepakati 360.000 SGD.

5 https://www.cnnindonesia.com/nasional/20221020202539-12-863408/eks-kepala-bpn-lebak-tersangka-mafia-
tanah-diduga-terima-suap-rp15-m di akses pada 10/21/2022 4:14:15 AM
6 https://www.dpr.go.id/berita/detail/id/41839/t/Sarifuddin+Sudding%3A+Penegakan+Hukum+ Mafia+
Tanah+Masih+Timpang+dan+Tidak+Berkeadilan di akses pada 12/2/2022 4:56:47 AM

3
Beranjak dari peredaran uang dollar di pengurusan HGU selama ini menjadi bukti dan
fenomena yang mulai terkuak, dan didalamnya ada realitas (oknum) pejabat BPN pengurus
HGU selalu ditemukan kekayaan yang melampaui profile penghasilannya yang berasal dari
uang pengurusan sertipikat tanah.

Berbeda kasusnya dengan eks Kepala Kantor Wilayah BPN DKI Jakarta, yang saat akhir
tahun 2022, menjalani sidang dakwaan kejahatan pidana umum yang dituntut Jaksa 5
tahun, yang sebelumnya di tahun 2021
menjadi tersangka dalam tindak pidana
korupsi sebagaimana Penetapan Tersangka
No. B-01/M.1.12/Fd.1/01/2021 tanggal 4
Januari 2021, akibat membatalkan 20 (dua
puluh) sertipikat HM berikut turunannya—38
sertipikat HGB—atas nama PT. Salve Veritate
dan di atas tanah yang sama untuk kemudian
diterbitkan sertipikat HM No. 3931 atas nama
Abdul Halim seluas 77.852 m di Cakung Barat Jakarta Timur yang diproses dengan
2

proyek pendaftaran tanah sistimatis lengkap dengan dana APBN. Pasal pidana yang
ditimpakan pada eks Kepala Kantor Wilayah BPN DKI yakni kejahatan pemalsuan dan/atau
memberikan keterangan yang tidak benar pada akta otentik, setelah dugaan tindak pidana
korupsinya dihentikan berdasarkan SPRINT Kejaksaan Negeri Jakarta Timur Nomor: PRINT-
903/M.1.13/Fd.1/12/ 2021 tertanggal 13 Desember 2021.7 Sedangkan yang berjalan
adalah perkara tindak pidana umum, yang sampai buku ini ditulis masih berlangsung dan
belum diputus oleh majelis hakim.
Penangkapan demi penangkapan oknum pejabat Kementerian ATR/BPN, di tahun 2020-
2022, seolah memastikan bahwasanya (ada) keterlibatan oknum pegawai dan/atau
pejabat Kementerian ATR/BPN terkait pidana pelayanan pensertipikatan tanah. Sejalan
dengan yang disampaikan Menteri
ATR/BPN—Jenderal (Purn) Hadi
Tjahyanto—pada akhir tahun 2022,
yang mengatakan bahwa mafia tanah
seringkali melibatkan 5 (lima) oknum
yakni pegawai BPN, Pengacara,
Notaris/PPAT, Camat, dan Lurah/Kepala
Desa. 8 Senada dengan yang disampai
kan Komisi Yudisial, melalui juru
bicaranya Miko Susanto, ada potensi
keterlibatan panitera dan hakim pengadilan pada persoalan mafia tanah. Paralel dengan
yang disampaikan Prof. Ahmad Sudiro, Dekan Fakultas Hukum Universitas Tarumanegara,
bahwa mafia tanah secara terstruktur dan sistematis telah berakrobat untuk menguasai

7
Penetapan sebagai Tersangka Tindak Pidana Korupsi atas tanah Cakung Jakarta Timur berdasarkan Surat Perintah
Penyelidikan Kepala Kejaksaan Negeri Jakarta Timur Nomor: Print-05/M.1.13/Fd.1/11/2020 tanggal 12 Nopember
2020 yang kemudian dihentikan. vide. https://news.detik.com/berita/d-6352241/eks-kepala-bpn-jakarta-diadili-di-
kasus-pembatalan-hgb-triliunan-rupiah di akses pada 10/18/2022 6:01:11 AM
8 https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-6322825/hadi-tjahjanto-blak-blakan-ungkap-5-oknum-mafia-
tanah-ini-orangnya di akses pada 12/8/2022 2:04:37 PM.

4
tanah dengan berbagai modus termasuk didalamnya kolusi dengan aparat guna mendapat
legalitas.9

Pastinya, mafia tanah meresahkan dan korbannya menimpa siapa saja, merugikan
perekonomian masyarakat dan negara dan itu telah dideteksi Badan Intelijen Negara (BIN),
yang kemudian secara rahasia, di tahun 2010 dibentuk team satgas anti mafia tanah
dibawah komando Dewan Analisis Strategis (DAS-BIN) dengan nama Satgas Politik
Pertanahan. Namun, rencana operasi (renops) gagal yang kemudian dinyatakan mission
unaccomplished. Kegagalan operasi tersebut akibat ada black-ops dari para kontra
intelijen seolah membenarkan tesis Prof. Max Weber (1864-1920), guru besar sosiologi
dan birokrasi Jerman, yang mengatakan bahwa bourgeois make capitalism and have the
political and economic prerogative to expand a profit and in the long run, going be exploit
the land and will be the conqueror of the territory inilah yang kemudian operasi anti mafia
tanah gagal menghadapi kekuatan para pelaku kejahatan pemodal yang lihai, terlatih,
terdidik dan agresif.10

Jika disimak, 5 (lima) aktor mafia tanah yang disampaikan Menteri ATR/KBPN merupakan
oknum-oknum yang profesinya setiap hari bersentuhan dengan pelayanan pertanahan,
yang bentuk kejahatannya sudah umum dan dikenal publik, jadi pernyataan Menteri
ATR/BPN sama sekali tidak ada yang baru. Namun, pernyataan Menteri ATR/BPN menjadi
otokritik yang baik yang seharusnya diikuti dengan otokoreksi yaitu menyerahkan oknum
dan jaringannya ke penegak hukum untuk diproses pidana11—karena tidak cukup hanya
diberhentikan dari jabatan atau status ASN-nya—agar kejahatannya tidak diikuti kadernya
dan yuniornya serta jejaringnya. Hal inilah yang menjadi tujuan hukum pidana yang sejati,
the purpose of criminal sanctions was to make the offender give retribution for harm done
and expiate his moral guilt; punishment was to be meted out in proportion to the guilt of
the accused. 12 Sejalan dengan tujuan pemidanaan yang diatur Pasal 51 Draft KUHP
November 2022, mencegah dilakukannya tindak pidana dengan menegakkan norma
hukum demi pelindungan dan pengayoman masyarakat; memasyarakatkan terpidana
dengan mengadakan pembinaan dan pembimbingan agar menjadi orang yang baik dan
berguna; menyelesaikan konflik yang ditimbulkan akibat tindak pidana, memulihkan
keseimbangan, serta mendatangkan rasa aman dan damai dalam masyarakat; dan
menumbuhkan rasa penyesalan dan membebaskan rasa bersalah pada terpidana.

Lebih dalam dari itu, ada kejahatan bentuk lain yang belum diungkap ke publik yakni
kejahatan pertanahan di tataran kebijakan, sebagaimana yang disampaikan kriminolog
Universitas Indonesia—Prof. Tb. Roni Nitibaskara (1943-1921)—bahwa pelaku kejahatan
yang menggunakan (aturan) hukum, menjadikan korupsi akan menjadi sempurna,
korupsinya tidak terlacak, sebagaimana tidak terlacaknya korupsi di lembaga peradilan
(judicial corruption).13 Maksud dari kejahatan dalam kebijakan, yakni niat jahat (mens rea)

9 https://www.antaranews.com/berita/2530353/ky-pastikan-awasi-peradilan-kasus-mafia-tanah-di-indonesia di akses
10/9/2022 6:50:52 AM
10
Max Weber. (2005). Essay in Sociology. Hal 66-67.
11 Menyerahkan bawahan dan oknum pejabat ke penegak hukum untuk diproses secara pidana adalah bentuk good
leadership, good precedent dan good governance sebagaimana yang dengan baik dicontohkan oleh Jaksa Agung di
tahun 2022 https://www.republika.co.id/berita/rm428s436/jaksa-agung-pasti-pidanakan-oknum-jaksa-terbukti-
terima-suap apalagi awal bulan Desember 2022 Presiden mengulang kembali perintahnya kepada Menteri ATR/BPN
yang pernah menjabat Panglima TNI agar tidak memberi ampun pada mafia tanah baik pelaku mafia maupun yang
membantunya dan tentu saja tidak perlu lagi diselamatkan dan dilindungi para penjahat-penjahat tersebut baik yang
berasal dari internal maupun eksternal https://www.cnnindonesia. com/nasional/20221201170859-20-881533/
jokowi-perintahkan-hadi-tjahjanto-jangan-beri-ampun-mafia-tanah di akses pada 12/1/2022 4:51:44 AM
12 Jerry Norton. (2022). Criminal Law. https://www.britannica.com/topic/criminal-law/The-elements-of-crime.
13
Tb. Ronny Rahman Nitisbaskara. (2006). Tegakan Hukum Gunakan Hukum, KOMPAS. Jakarta. Hal. x.

5
terlebih dahulu dibuatkan peraturan perundang-undangannya atau kebijakan, sehingga
aksi jahatnya (actus reus) seolah-olah sudah berdasarkan hukum atau sudah sesuai
kebijakan. Masih menurut Prof. Tb. Roni Nitibaskara, kejahatan yang dilakukan oleh
pejabat akan ditopang oleh berbagai ketentuan yang memungkinkan dijalankannya
kekuasaan diskresional, yang dengan kekuasaan diskresional itulah si pejabat melakukan
kejahatan. Dengan kata lain, dengan kekuasaan diskresional, pejabat korup dalam
bungkus kebijakan (policy), yang seolah di mata hukum dinilai sebagai bagian dari
pelaksanaan tugas.14 Inilah yang kemudian dalam pandangan penyidik, penuntut umum
dan para hakim pidana banyak pejabat pelaku kejahatan yang dihentikan penyidikannya
atau dibebaskan hakim di pengadilan.

Perbedaan antara kejahatan pada delik umum dengan kejahatan yang menggunakan
hukum atau menggunakan kebijakan, bahwa kejahatan yang pertama korbannya
individual baik orang perseorangan maupun badan usaha, baik sendiri-sendiri atau
massal, sedangkan kejahatan yang kedua korbannya adalah bangsa Indonesia dan negara
Indonesia, termasuk didalamnya generasi muda. Jika merujuk pendapat Prof. Romli
Atmasasmita dari UNPAD, bahwa besaran dan berat-ringanya suatu kejahatan dapat
dilihat dari korbannya, dijelaskan lebih lanjut oleh C.F. Wellford dan B.L. Ingraham bahwa
korban kejahatan berkategori kelas berat yang disebut dengan white collar crimes
berskupa pada business and professional crimes; occupational crimes; and individual
crimes, sedangkan menurut J.W. Tomlin korban white collar crimes such as individual;
corporate and business enterprises; and government institutions; international order; and
society. Korban kejahatan white collar crimes sering dilawankan dengan korban street
crimes atau blue-collar crimes. 15 Korban kejahatan white-collar crime tidak menyerang
atau melukai orang—fisik atau nyawa orang—yang menurut pandangan Prof. Frank E
Hagan ahli sosio-krimonologi dari Mercyhurst University, the origins of the concept of
corporate crime can be traced to the larger concept of white-collar crime, which was first
introduced in the social sciences by American criminologist Prof. Edwin Sutherland in a
1939 presidential address to the American Sociological Association. He defined white-
collar crime as “a crime committed by a person of respectability and high social status in
the course of his occupation.” Focusing on the powerful as well as the downcast, such a
concept represented a radical reorientation in theoretical views of the nature of criminality.
Sutherland later published a book titled White Collar Crime (1949), which concentrated
almost exclusively on corporate crime.
Korban kejahatan dari kebijakan publik yang jahat, agregat korbanya bisa meluas, karena
dengan kebijakan memberi peluang kejahatan semakin masif, seperti penguasaan dan
pemilikan tanah oleh korporasi semakin luas, berjangka panjang, membawa kerugian
pada—negara dan generasi muda—seperti; bubble price,16 land speculation and land

14
Tb. Ronny Rahman Nitisbaskara. (2006). ibid. Hal. 47.
15
Romli Atmasasmita. (2018). Pengantar Hukum Kejahatan Bisnis. Kencana. Jakarta. Hal. xiv-xv.
16 The US subprime crisis intensified after the housing bubble burst, which ultimately resulted in high default rates on
higher risk borrowers, such as subprime and other Adjustable-Rate Mortgages (ARM). Once the housing prices started
to drop sharply, home loan refinancing became more and more difficult. Defaults and foreclosure activity increased
steeply as ARM interest rates reset higher, making it even more difficult for borrowers to repay. One of the major
causes of the Lehman Brothers’ default was its exposure to the subprime market. The aftershocks from the subprime
crisis caused widespread panic in the global financial and capital markets, encouraging investors to abandon risky
mortgage bonds and volatile equities. Pankaj Madhani. (2009). Bankruptcy of Lehman Brothers: A Pointer of
Subprime Crisis. Business Environment. http://ssrn.com/abstract=1507652 dan simak: Andrew Gunnoe. (2014). The
Political Economy of Institutional Landownership: Neorentier Society and the Financialization of Land . Rural Sociology.
Hal. 79.

6
monopoly,17 land concentration/land fragmentation, land grabing or social and economic
gap,18 inequality and/or injust access for ownership land rights.19 Persis dengan data
monopoli dan fragmentasi tanah yang disampaikan Presiden Joko Widodo bahwa ada 1
persen penduduk Indonesia menguasai lebih dari setengah wilayah Indonesia.20 Artinya,
realitas penguasaan dan pemilikan tanah yang disampaikan Presiden, menunjukan ada
ketimpangan akses diantara penduduk
dalam penguasaan dan pemilikan tanah
akibat implementasi kebijakan di masa
lalu. Kebijakan dan implementasi diskresi
yang merugikan bangsanya akibat tidak
taat pada amanat Pasal 13 UU No.
5/1960 dan Pasal 33 UUD 1945, dus
diskresi dan kebijakan yang membawa
ketimpangan semakin lebar sama
jahatnya dengan kejahatan organized crime. Kerugian dan penderitaan bangsa akan lama
dan panjang setelah keluar pengaturan baru mengenai penguasaan dan pemilikan hak
atas tanah yang dapat diberikan sekaligus 80 tahun untuk HGB atau HP dan 85 tahun
untuk HGU, dan kebijakan tersebut dapat ditemukan di dalam UU No. 11/2020 juncto PP
No. 18/2021 junctis Permen ATR/KBPN No. 18/2021 dan Permen ATR/KBPN No.
16/2021.

Kebijakan dan pengaturan jangka waktu HGB, HP dan HGU yang lama dan panjang, seperti
disengaja untuk menjadi instrumen pelegalan privatisasi tanah oleh badan usaha, yang
secara bersamaan meluruhkan kewenangan publik di atas tanah yang sudah terprivatisasi
tersebut. Artinya, ruang kendali dan pengawasan negara di atas tanah a quo tereduksi,
akibat kebijakannya sendiri, yang memberi kesempatan kepada pemilik tanah laksana
landlord, menguasai teritori Indonesia, memegang power socio-politik dan mengendalikan
sistem pemerintahan dan nasib rakyat Indonesia di masa mendatang.

Kebijakan pejabat ATR/BPN yang menginisiasi jangka waktu HGB, HP, HGU sedemikian
panjangnya seperti hendak menghidupkan kembali paham land colony abad 17 homo
homini lupus dan model penguasaan tanah atau sistem tenurial yang kelak—bisa jadi—

17
In recent years, however, the process of unconstrained land capitalization has been widely questioned worldwide.
Land has become a lucrative investment place, and profits are generated mainly through financial means rather than
production means. Speculation and development of land and real estate in many cities are intensifying, and real
estate prices have risen sharply, exceeding the affordability of residents. As economic development becomes
increasingly speculative, it is easy to trigger a real estate crisis, resulting in a sharp depreciation of assets and possibly
a broader economic collapse. As an outcome of land capitalization through investment, commercialization, and
financialization, land ownership in many countries has become highly unequal. In addition, various forms of land
grabs have occurred, and the urban poor have been expelled and displaced. Jian Cheng, Jiang meng Zhao, Daolin
Zhu and Hui Zhang. (2021). Limits of Land Capitalization and Its Economic Effects: Evidence from China. MDPI.
https://doi.org/10.3390/land10121346
18 A new scramble for land is heating up across the developing world. Global demand for natural resources—minerals,
timber, oil, and fertile farmland—is skyrocketing as markets rebound from the 2008 Great Recession and economic
growth raises the living standards of millions. To keep pace with demand, companies are rapidly expanding their
operations into resource-rich Africa, Asia, and Latin America, often encroaching on land that Indigenous Peoples and
rural communities have held for generations. Forced to make way for these investors, communities are losing their
land at an alarming rate. Vide. Andrew Steer. The Scramble for Land Rights: Reducing Inequity between Communities
and Companies. World Resources Institute. https://wri-indonesia.org/sites/default/files/scramble-land-rights.pdf di
akses pada 10/9/2022 6:26:58 PM.
19 his wider conceptualization of land inequality is increasingly important in a world where (1) “accumulation by
dispossession” has again become more important than accumulation through “expanded reproduction”, and; (2) the
forms of appropriation and distribution of value have become more complex. Vide. Andreucci, García-Lamarca,
Wedekind and Swyngedouw refer to as “value grabbing” . Marc C. A. Wegerif and Arantxa Guereña. (2020). Land
Inequality Trends and Drivers. MDPI. https://doi.org/10.3390/land9040101 di akses pada 09/10/2022 18:34:29
PM.
20 https://www.cnnindonesia.com/nasional/20211216073552-32-734680/mahfud-klaim-punya-data-penguasa-
jutaan-hektare-lahan-status-legal di akses pada 12/10/2022 05:00:13 AM

7
tak terkendalikan oleh negara. Buktinya? pertama, setiap negara hendak melakukan
penindakan tanah terlantar selalu kalah di pengadilan; kedua, penyitaan negara atas asset
BLBI yang masih dikuasai secara privat beberapa kali kalah di pengadilan; ketiga,
penuntutan negara pada para pemilik perusahaan pembakar lahan pada dibebaskan
hakim; keempat, tak berdayanya negara mengatasi kelangkaan dan melonjaknya harga
minyak goreng ulah pemilik perusahaan perkebunan sawit, menjadi bukti sejarah bahwa
manakala tanah dilepas menjadi hak pirvat, seringkali negara menjadi tak berdaya dan
malah dikendalikan mereka. Sama tidak berdayanya negara menindak dan menghukum
pembakar lahan yang merugikan kesehatan dan keselamatan penduduk Kalimantan dan
Sumatera bahkan sampai ke Singapore, Malaysia dan Thailand. Apalagi jika Kepala Negara
minta maafnya bukan kepada warga Indonesia tetapi malah ke Negara Tetangga, karena
apa? karena banyak perusahaan sawit perkebunan besar pemilik-pemiliknya berasal dari
negara tetangga, hal ini bisa di baca pada Akta Pendirian dan AD/ART perusahaan-
perusahaan saat mengajukan permohonan Sertipikat HGU ke BPN.

Idealnya, model penguasaan tanah—jenis hak dan lama hak atas tanah—yang diatur UUCK
berpotensi diuji kembali di Mahkamah Konstitusi, karena isi dan ide hukumnya mencontek
pola pengaturan tanah di negara kompetitor, sedangkan mereka adalah negara bersistem
monarki atau eks monarki—seperti Malaysia, Thailand, Inggris, Belanda, Perancis—atau
mereka berpaham sosialis-komunis seperti Rusia, China, Korea Utara, Vietnam. Di
beberapa negara tersebut sistemnya tidak dapat dijadikan prototipe untuk Indonesia,
sebab di negara-negara tesebut semua bidang tanah adalah milik raja (king land) atau
milik ratu (queen land) atau milik negara (state-owned lands) dan negara memberikan
penguasaan tanah kepada korporasi/investor dalam bentuk perjanjian long lease atau
covenant yang esensinya sewa kepada negara, yang di Perancis disebut bail
emphyteotique. 21 Sedangkan di Indonesia, pemegang kedaulatan atas tanah adalah
rakyat Indonesia, bukan oleh negara, yang disebut dengan Hak Bangsa. Dan, Hak Bangsa
inilah yang kemudian melahirkan hak menguasai negara (HMN) yang memberikan kuasa
kepada negara cq pemerintah untuk mengatur, mengelola, mengawasi semua tanah di
Indonesia. Selain dari pada itu, dalam sistem kepemilikan orang atas tanah yang dianut
Indonesia—sesuai jiwa hukum adat di dalam UUPA—tidak didasarkan pada perjanjian
sewa-menyewa, tetapi pemberian hak oleh negara yang “esensinya” pemberian “hak
kepemilikan”, yang semula hak publik menjadi hak privat. Sedangkan penggunaan nama
Hak Guna Bangunan, Hak Guna Usaha dan Hak Pakai hanyalah nomenklatur belaka, hanya

21
Gunanegara. (2021). Hak Negara dan Hak Warga Negara Atas Tanah. ebooks. Jakarta. Hal. 133

8
pembedaan jenis hak yang berbasis pada penggunaan tanah. Simak Gambar 1 dan
Gambar 2 adalah kebijakan jangka waktu hak atas tanah yang diharap dan disenangi
mafia tanah, yang berpotensi merugikan generasi Indonesia dalam waktu lama dengan
memanfaatkan diskresi oknum pejabat. Oknum pejabat yang demikian, tidak akan dapat
melenggang bebas jika diterapkan UU Tipikor secara sekaligus dengan UU Pencucian
Uang.

GAMBAR 1. UU No. 11/2020 MEMBERIKAN PELUANG TANAH DAPAT


DIKUASAI/DIMILIKI DENGAN HGB SELAMA 50 TAHUN DAN DAPAT
DIPERBARUI LAGI DENGAN TOTAL WAKTU 100 TAHUN LAGI

pemegang hak masih berhak mendapat


perpajangan dan pembaruan hak untuk 50
tahun lagi

GAMBAR 2. UU NO. 11/2020 MEMBERIKAN PELUANG TANAH DIKUASAI/DIMILIKI


DENGAN HGU SELAMA 60 TAHUN YANG DAPAT DIPERBARUI LAGI DENGAN
TOTAL WALKTU 120 TAHUN

pemegang hak masih berhak mendapat


perpajangan dan pembaruan hak untuk
60 tahun lagi

Kebijakan HP, HGU, HGB yang terlalu panjang menjadi warisan pahit kepala negara yang
akan datang, toxin generasi Indonesia, karena kebijakan tersebut tidak hanya menarik
good investor tetapi juga mengundang deras datangnya mafia transnasional. Hemat kami,

9
kebijakan jangka waktu hak atas tanah dapat saja disusun untuk masuknya investor baru,
tetapi kendalikan kepalanya pegang ekornya, lokalisir pengaruhnya dengan kebijakan
jangka waktu yang memberi ruang kendali negara mengatur dan menindaknya.

Mafia Tanah di Indonesia merupakan species yang berbeda skupa dan karakter dengan
criminal organization—tetapi sama ketamakan dan kebuasannya—dengan Cosa Nostra
atau Crips di Amerika, Sicilian Mafia di Italia, Yakuza di Jepang, Triad di China, Vori V
Zakone di Rusia yang tidak hanya bertujuan untuk mengontrol bisnis dan memonopoli
bisnis tetapi menciptakan multi jaringan (inward and outward networking) di banyak
profesi—seperti Notaris, Akuntan, Advokad, Polisi, Jaksa, Hakim, Perbankan, Birokrat,
Politisi, dan Serikat Buruh demi misi kekuasaan (power) dan mewujudkan ambisi mereka.
Didalam ambisi bisnisnya, ada tujuan utama yang asli dari para mafia (tanah) adalah
meraih kekuasaan (power), bukan sekedar uang atau kapital an sich. Untuk tujuan
kekuasaan tersebut, mafia (tanah) akan berbuat dan melakukan apa saja seperti intrik,
taktik dan strategi guna mendapatkan kekuasaan, dengan cara-cara melawan hukum,
seperti: suap, gratifikasi, korupsi, pencucian uang, 22 konspirasi, persengkongkolan,
permufakatan jahat, infiltrasi bahkan tidak jarang melakukan desepsi dan penyusupan
orang-orangnya secara incognito di berbagai bidang. Cara mafia melawan hukum
(rechtswidrig) merupakan perbuatan yang secara obyektif masuk dalam rumusan delik
sebagaimana yang dirumuskan undang-undang, yang dalam bahasa Jerman disebut
dengan tatbestandsmaszig. Semua perbuatan yang melawan hukum, secara umum akan
menghadapi pemidanaan. Namun, uniknya di dunia kehukuman, bahwa tidak semua
perbuatan yang bertentangan dengan undang-undang adalah melawan hukum yang dapat
dengan serta merta dipidana. Misalnya, bahwa dalam rangka eksekusi hakim pengadilan,
maka Polisi yang merupakan team juru tembak menembak mati terpidana, dan matinya
terpidana tidak menjadikan polisi telah melakukan perbuatan yang melawan hukum,
karena polisi didalam perbuatannya melekat alasan pembenar (rechtsvaardigings grond)
yakni diperintah undang-undang. Hemat kami, bebasnya perbuatan polisi menembak mati
terpidana karena menjalankan undang-undang tidak dapat disamakan dengan pelaku
korupsi, karena perbuatan korupsi tidak ada yang diperintah undang-undang dan tidak
dikenal alasan pembenar dalam kejahatan korupsi. Bahkan, didalam UU TPPU, penerima
harta benda hasil korupsi dan penerima manfaat hasil korupsi sama-sama dapat
dipidanakan, bersamaan dengan pelaku aktif. Demikian pula, tidak dapat disamakan
dengan illicit enrichment and/or unexplained wealth atau dengan tindak pidana pencucian
uang, sama-sama tidak ditemukan alasan pembenar dari kejahatan pencucian uang. Dus,
kejahatan korupsi dan pencucian uang, tidak ada yang karena diperintah undang-undang,
walau didalam praktik pelaku suap, pungli, korupsi dan illicit enrichment and/or
unexplained wealth banyak yang belum ditindak, sampai pensiun tiba bahkan sampai
masuk ke liang lahat.

Skema berikut gambaran yang disampaikan Antonio Nicaso dan Marcel Danesi yang sejak
lama sudah mengatakan bahwa kejahatan mafia sekarang ini tidak lagi soal bisnis dan
uang, tetapi perebutan teritorial dan power. Ini dapat dicerna sebagai alert dan terang
benderang adanya visi, misi, maksud dan tujuan mafia (tanah) ketika banyak menuntut
diberikan Hak Milik (HM) atau diberikan Hak Guna Bangunan, Hak Guna Usaha dan Hak
Pakai, dengan jangka waktu setara Hong Kong. Termasuk menuntut agar tanah-tanah ada
di dalam kawasan lindung, konservasi, preservasi, cagar alam, cagar budaya—yang nota

22
Antonio Nicaso and Marcel Danesi. (2021). Organized Crime: A Cultural Introduction. Routledge. New York. Hal. 2.

10
bene dilindungi undang-undang—dapat dimohon hak atas tanah oleh mereka para mafia
tanah.23 Termasuk juga, menuntut diberi kemudahan dalam alas hak (rechtstitel) sebagai
embrio hak atas tanah untuk mereka dan sekalian dibuatkan peraturannya agar menjadi
tampak legal dan benar. Dengan demikian, menghadapi kejahatan mafia tanah, yang
melakukan kejahatan secara terorganisir (organized crimes), ke depan sudah harus
diwaspadai dengan pendekatan geo-politik dan geo-strategik, tidak hanya dengan
penegakan hukum yang biasa dan pada umumnya, vide gambar 3.

GAMBAR 3. TUJUAN TERTINGGI KEJAHATAN MAFIA TANAH ADALAH KEKUASAAN DAN


TERITORIAL
monopoly

Territorial Control = Power = Money = More Power

hegemony
Kerugian negara dan masyarakat dari tahun ke tahun semakin membesar manakala
pemerintah dan legislatur tidak menetapkan kebijakan untuk mengendalikan kejahatan
mafia tanah, khususnya tindakan hukum pada fragmentasi tanah dan monopoli tanah.
Walaupun tegas dilarang Pasal 13 UU No. 5/1960 namun fragmentasi dan monopoli
tanah masih saja terus berlangsung. Fenomena dan preceden yang merugikan tersebut
jelas bertentangan dengan cita dan jiwa Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3) UUD NRI 1945.
Kebijakan penarikan investor nasional dan transnasional adalah keniscayaan yang dalam
bahasa latin disebut conditio sine qua non, karena investasi dibutuhkan negara dan
pemerintah, dan tidak ada satu negara pun di dunia yang steril dari investasi dan modal
dari para investor. Apalagi, dampak kapital dan investasi diperlukan pemerintah guna
menjaga tata kelola pemerintahan agar terus berkelanjutan. Namun, substansi kebijakan
yang dibangun, antara materi yang diusung UUCK No. 11/2020 dengan jargon politiknya
berbeda. UUCK secara materiil berisi kebijakan yang semakin mendorong terjadinya
monopoli dan fragmentasi tanah dan membuka terjadinya perambahan dan perampasan
tanah. Bagaimanapun perdebatannya, tanah adalah salah satu cabang produksi yang
penting bagi negara yang harus dikuasai negara, demikian perintah Pasal 33 ayat 2 UUD
NRI 1945, sekaligus deklarasi konstitusional bahwa pengelolaan tanah tidak
menggunakan paham liberalisme dan kapitalisme. Inilah yang kemudian Penulis sepakat
dengan gagasan Dr. I Dewa Geda Palguna—eks Hakim Mahkamah Konstitusi, yang
disampaikan di talkshow tanggal 18 Oktober 2022 di UKSW, bahwa penyelenggaraan
negara dan pemerintahaan harus mengedepankan supremasi konstitusi. Artinya, jiwa dan

23
Dengan memanfaatkan kebijakan yang sudah dikeluarkan oleh Pejabat ATR/BPN No. 4/SE-100.PG. 01.01/II/2022
Tahun 2022 Tentang Kebijakan Penatagunaan Tanah di Kawasan Lindung, yang menurut hasil penelitian surat
edaran ini disebutkan tanah di kawasan lindung boleh diberikan hak atas tanah untuk dan atas nama privat, jika tidak
dilarang undang-undang sektoral; tanah di kawasan lindung tidak boleh diberikan hak atas tanah, karena ada
larangan dari undang-undang sektoral; tanah di kawasan lindung hanya boleh diberikan hak atas tanah jika ada
izin atau rekomendasi pejabat terkait; atau tanah diberikan hak atas tanah hanya kepada pemerintah atau
pemerintah daerah. Kegiatan penyelenggaraan pendaftaran atau pemberian hak atas tanah di kawasan lindung
yang melanggar pasal pidana dari undang-undang sektoral atau merugikan perekonomian negara dan/atau
masyarakat dapat diproses secara pidana dan/atau pidana administrasi.
https://www.researchgate.net/publication/360768603_PEMBERIAN_HAK_ATAS_TANAH_DI_KAWASAN_LINDUNG_
MENURUT_SURAT_EDARAN_ATRBPN_No_42022_VERSUS_UNDANGUNDANG_SEKTORAL_Land_titling_in_the_prot
ected_areas_according_to_circular_letter_of_the_ministry_of_agrar

11
cita serta norma konstitusi itu, yang dijabarkan didalam semua undang-undang negara,
menjadi panduan pemerintah dalam mengeksekusinya ditataran praktikal. Jadi,
penyelenggaraan pemerintah dan pengaturan tanah tidak hanya asal sesuai undang-
undang, sedangkan undang-undangnya disusun (dengan sengaja) menyimpang dari
undang-undang dasarnya, ini bisa dikatakan treason by the law.

Selanjutnya, jika disimak dengan pemikiran jernih dengan prinsip socio-nasionalisme,


rumusan jiwa dan cita hukum ayat (3) Pasal 33 UUD NRI 1945, bahwa sistem ekonomi
Indonesia sengaja dirancang berbeda dengan neo-liberalisme, neo-kapitalisme, neo-
imperialisme karena Indonesia menonjolkan azas kekeluargaan, kebersamaan, dan gotong
royong. Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3) UUD NRI 1945 tidak dalam posisi disusun untuk
suport pada pilar-pilar one world yang dimotori Amerika dan Uni Eropa yang merugikan
kepentingan dalam negeri. Ketegasan cita dan jiwa sistem ekonomi Indonesia ada di
dalam kutipan Pasal 33 UUD NRI 1945 yang menyatakan bahwa cabang-cabang produksi
yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh
negara (Pasal 33 ayat 2); kemudian bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikuasai negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat
(Pasal 33 ayat 3), jadi kedua ayat konstitusi tersebut memberikan maklumat yang terang
benderang, bahwa pemerintah dengan titik peran dan kebijakan ada pada ekonomi
kerakyatan. Artinya, perekonomian Indonesia tidak hanya dilakukan individu, keluarga,
masyarakat dan korporasi, tetapi juga oleh negara terutama untuk cabang-cabang
produksi yang menguasai hajat hidup orang banyak. Caranya? negara memastikan semua
tanah di seluruh Indonesia hanya dan hanya untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat, dan
negara harus konsentrasi tinggi pada materi muatan undang-undang dan peraturan
pemerintah serta pelaksanaannya agar tetap dalam koridor Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3)
UUD NRI 1945. Negara disini dimaknai bukan hanya Pemerintah dan Presiden an sich,
tetapi DPR sebagai legislatur dan Mahkamah Konstitusi dan Mahkamah Agung sebagai
judicial reviewer dalam derap langkah yang sama. Ketika Pemerintah dan Presiden atau
bersama DPR baik sendiri-sendiri atau bersama-sama untuk masing-masing menyimpangi
UUD, maka Mahkamah Konstitusi dan Mahkamah Agung mengambil peran sebagai
korektor. Peran Mahkamah Konstitusi dan Mahkamah Agung sangat diperlukan sebagai
garda terakhir dan terdepan dalam menjaga Undang-Undang Dasar, Undang-Undang,
Peraturan Pemerintah dan sekaligus mencegah rakyat melakukan street justice yang
memicu revolusi berdarah layaknya Perancis (1787–1799). Yaitu, revolusi berdarah paling
brutal sepanjang sejarah dunia akibat dari masalah tanah, panen gagal, kemiskinan,
kelaparan dan akhirnya meledak setelah pajak menambah penderitaannya. Ujung
akhirnya, penguasa dan pengusaha di masa itu, Raja Perancis King Louis XVI berikut
seluruh keluarganya dan pengusaha berikut koleganya (bourgeoise) serta tentara militer
(soldat militaire) semua mati serentak dipenggal lehernya oleh rakyat dengan guillotine.24
Semangat revolusioner Perancis kemudian mendorong pemberontakan di Jerman, Italy,
Austria dan negara-negara lain yang terpengaruh di masa itu.

Dalam teori sistem dan hukum serta politik ekonomi, kemajuan ekonomi rakyat yang
diutamakan inheren didalamnya kemajuan nasional secara keseluruhan. Dengan kalimat
lain, yang menjadi fokus pembangunan ekonomi adalah manusianya, bukan sekedar
ekonominya. Perekonomian Indonesia diurus dan dikelola seperti apapun harus
berpangkal pada usaha bersama yang berujung pada kesejahteraan sosial yaitu pada

24 French Revolution | History, Summary, Timeline, Causes, & Facts | Britannica di akses pada 22/11/2022 14:34:54
PM

12
kemakmuran bersama manusianya. 25 Jadi, kebijakan negara akan berubah menjadi
kebijakan mafia, manakala substansi dan kebijakannya tidak untuk mengejawantahkan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia sebagaimana yang diamanatkan UUD dan
Pancasila. Bahkan malah membiarkan rakyat dan tanahnya terasasinasi dan tercerabut
dari tanah tumpah darahnya, jauh dari ladang penghidupannya, terampas hak-haknya
demi nama pasar bebas. Maka, kebijakan mafia yang semacam itu sama saja melepas
rakyat dimakan serigala di pasar bebas—homo homini lupus—sebagaimana yang
dikatakan Thomas Hobbes (1588–1679) dan bakal terjadi lagi l’exploitation de l’homme
par l’homme dan menjauh dari prinsip homo homini socius.
Termasuk kebijakan dan tindakan pembiaran tanah terlantar, diam, kosong, dan tidak
produktif sebagaimana data BPN di tahun 2006. Bahwa terdapat tanah yang terindikasi
terlantar sampai seluas 7,3 juta Ha yang dalam perhitungan BPN menimbulkan kerugian
sampai $ 54,5 M secara direct opportunity loss (DOL) dengan total opportunity loss (TOL)
mencapai $ 634,4 M.26 Kerugian rakyat dan negara akibat dari kebijakan yang abai pada
penertiban tanah terlantar, menimbulkan kerugian yang sangat besar adalah sebenar-
benarnya mafia. Data tanah terlantar dan agregat kerugian dari tanah terlantar masih saja
tidak berubah signifikan di tahun 2022. Kejahatan penelantaran tanah dan kebijakan
pembiaran tanah terlantar dan lembamnya penegakan hukum pada pelanggar tanah
terlantar sama buruknya dengan kebijakan yang membiarkan tanah sengketa tak
diselesaikan dan tak terselesaikan yang sama-sama merugikan bangsa dan negara.
Kerumitan tanah sengketa semakin menjadi-jadi manakala keputusan-keputusan
penyelesaian tanah sengketa dilakukan sporadik dan putusan-putusan hakim malah
menjadikan sengketa semakin tak terselesaikan. Jika kebijakan dan pola penyelesaian
sengketa tanah tidak menuntaskan sengketanya maka kerugian negara dan masyarakat
membuka peluang masuknya mafia tanah berikut calo dan makelar tanah serta para
pendana. Apalagi pola penyelesaiannya menggunakan cara settle by order atau
penanganan sengketa diselesaikan sesuai keinginan dan pesanan (obyekan), jelas
merugikan pihak yang ekonominya lemah dan nihil jaringan (powerless) sekalipun surat-
surat kepemilikannya kuat.

Kebijakan contrarius actus dan discretionary power yang dilindungi UU No. 30 Tahun
2014 digunakan secara opsional oleh Kementerian ATR/BPN dalam menyelesaikan hak
atas tanah yang overlapping,
double, land grabing, land
monopoly, land displace, land
warfare, land injustice dan kasus-
kasus tanah yang semisal dengan
itu. Pada praktik birokratifnya,
penyelesaian sengketa tanah
lebih sering disarankan dan
diserahkan BPN ke pengadilan
dibandingkan diselesaikan
sendiri sesuai kewenangan administratifnya. Kebijakan penyelesaian tanah ke pengadilan
tampaknya seperti benar dan adil, namun seperti melempar tanggung jawab penanganan
dan penyelesaian sengketa tanah, yang kasusnya terjadi—tidak sedikit—akibat

25 Dewan Perwakilan Rakyat, Sistem Perekonomian Nasional. Program Legislasi Nasional - Dewan Perwakilan Rakyat
(dpr.go.id) di akses 09/10/2022 07:55:42 AM.
26 Gunanegara. (2020). Tanah Terlantar, Melanggar Hukum: Catatan Sejarah Hukum, Latar Belakang, Dan Penegakan
Hukum Penertiban Tanah Terlantar. ebooks. Hal. 15.

13
maladmnisitrasi atau human eror di dalam kantornya. Melempar penanganan dan
penyelesaian sengketa tanah ke pengadilan terlihat pada ketentuan yang menyatakan
bahwa pembatalan dan/atau penyelesaian sengketa tanah tidak lagi kewenangan
ATR/BPN jika sertipikat hak atas tanah sudah melewati masa 5 tahun atau ATR/BPN tidak
menyelesaikan sengketa tanah jika sudah beralih ke pihak ketiga yang beriktikad baik.27
Secara hukum, peralihan hak atas tanah selain dibuktikan akta jual beli dari PPAT, tetapi
pejabat yang mengesahkan peralihan hak adalah Kepala Kantor Pertanahan. Setelah resmi
peralihan hak disetujui Kepala Kantor Pertanahan, beralihlah hak tersebut, namun, akan
tetapi jika kemudian muncul sengketa malah pemilik aslinya diharuskan ke pengadilan,
padahal uji tuntas ada pada Kantor Pertanahan. Di lain pihak, realitas yang lain,
penyelesaian perkara tanah di pengadilan—saat ini—tidak selalu yang benar pasti
menang dan yang lemah pasti kalah, laksana sero sum game seperti berjudi dengan
Russian Roulette. Realitas lembaga peradilan yang demikian, sejalan dengan yang
dikatakan Irhamy Tauhid bahwa fenomena jual beli perkara di lingkungan peradilan
menjadi isu tabu di masyarakat, hal ini dikarenakan rapihnya permainan para oknum
sehingga sulit dibuktikan dan orang menyebutnya sebagai praktik mafia peradilan.28

Sedangkan, OTT hakim oleh KPK pada hakim tingkat pertama, hakim tinggi, dan hakim
agung menjadi realitas empirik yang berkoresponden dengan sinyalemen mafia peradilan
yang selama ini abu-abu. Walau, tidak dapat dibenarkan jika realitas penangkapan
(beberapa) hakim kemudian digeneralisir mafia peradilan selalu ada di setiap perkara,
namun setidaknya menjadi allert bahwasanya jika lembaga peradilan diinfiltrasi oleh mafia
tanah maka keadilan dalam perkara tanah akan sirna, mengganggu prinsip rule of law.
Inilah yang dikuatirkan Prof. Jeremy Bentham (1748-1832) yang dikenal sebagai bapak
utilitarianisme, bahwa konspirasi antara penasehat hukum (advocad) dengan hakim
menjadikan hukum menjadi rumit dan sulit.29

Dalam perspektif hukum dan ekonomi, tanah adalah sumber daya alam, yang di banyak
negara menjadi modalitas finansial dan daya ungkit investasi. Namun demikian,
penguasaan tanah yang melampaui keadilan, akan menjadi alat peras dan instrumen
kejahatan pemilik tanah yang menghisap perekonomian masyarakat bahkan
perekonomian negara. Inilah yang kemudian perlu mewaspadai tesis Prof. Max Weber,
pakar birokrasi dan sosiologi Jerman, yang menyatakan the military and bourgeois make
2 types of capitalism: political capitalism and bourgeois capitalism or modern industrial.
They are holders of the political and economic prerogative to expand a profit and in the
long run, going be exploit the land and will be the conqueror of the territory30 tidak terjadi
di Indonesia. Realitas praktik penyuapan pada pelayanan pertanahan, sebenarnya
kejahatan ringan, namun dampaknya menjadi kompleks, manakala praktik suap ujung
akhirnya merontokan sistem properti dan sistem hukum seperti rontoknya sistem properti
Amerika gara-gara Lehman Brothers. Praktik suap yang berdampak besar, merugikan
negara, merugikan masyarakat, hendaknya tidak disidik dengan pasal-pasal KUHP an sich,
tetapi akan efektif jika menggunakan UU TIPIKOR, UU Pencucian Uang dan mengesahkan
RUU Perampasan Aset yang nantinya digunakan secara serentak dan sekaligus (one-shot
law enforcement).

27
vide Peraturan Menteri Agraria dan Tataruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 21/2020 tentang Penanganan
dan Penyelesaian Kasus Pertanahan.
28 Irhamy Tauhid. (2020). Kebijakan Penanggulangan Praktek Mafia Peradilan di Lingkungan Mahkamah Agung . Ius
Poenale. DOI: 10.25041/ip.v1i2.2051
29 Frederick Schauer. (2015). The Force of Law. Harvard University Press. Britania Raya. Hal. 11.
30
Max Weber. (2005). Essay In Sociology. Hal. 66-67.

14
Karena itu, delik-delik pidana umum yang ancaman pidananya tidak lebih dari 5 tahun
atau 9 tahun tidak sebanding dengan daya rusak para pelaku suap-menyuap. Karena efek
dan dampak praktik suap-menyuap, berakibat tanah puluhan ribu hektar tanah dikuasai
holding company secara melawan hukum, tidak adil, abai pada Pancasila dan Pasal 33
ayat (2) dan ayat (3) UUD NRI
1945. 31 Sebagaimana kasus mafia
tanah yang terungkap awal tahun
2022, penguasaan tanah oleh
Terdakwa Surya Darmadi dengan
luas puluhan ribu hektar di Riau—di
dalam kawasan hutan maupun di
luar kawasan hutan—diawali dari
praktik penyuapan oknum Bupati
dkk. Dengan kalimat lain, penyuapan pada Bupati menyebabkan mafia tanah mampu
menguasai tanah puluhan ribu hektar secara melawan hukum. Surya Darmadi tidak
menjalankan praktik mafia tanah secara perorangan, melainkan menggunakan perusahaan
kedok antara lain PT Seberida Subur, PT Banyu Bening Utama, PT Panca Agro Lestari dan
PT Palma Satu.32 Kasus lain, yang semacam dengan itu, terungkap di akhir tahun 2022,
di mana mafia tanah menjarah tanah kawasan lindung, kawasan margasatwa, dan/atau
kawasan hutan di Tanjung Pura, Langkat, Sumatera Utara. 33 Kasus model lain, yakni
pengalihan asset tanah pemerintah di Labuhan Bajo seluas 30 hektar milik Pemerintah
Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur yang pelakunya dihukum
antara 7-11 tahun berikut denda.34 Kekorupan oknum pejabat tidak hanya diperagakan
kalangan birokrat, peradilan, tetapi juga di kalangan oknum politisi, sebagaimana kutipan
berikut, some of the biggest firms in the industry, that are supplying supermarkets in the
EU and U.S., are buying palm oil from plantations linked to corrupt politicians. Six million
hectares of rainforest and carbon-rich peatlands remains in licenses issued in opaque
circumstances. If the role of corruption is confronted, through action in Indonesia, by
overseas consumer companies and the international community, much of this forest could
be saved. 35 Tingkat kebahayaan korupsi para pejabat publik, termasuk politisi,
membahayakan asset bangsa, asset alam, dan asset masa depan negara. Bahasan korupsi
politik dengan apik disampaikan Laode M Syarif eks Waka KPK dan Faisal dalam jurnalnya,
sebagaimana kutipan utuh berikut;
Political corruption, Peter Larmour (2011), concluded that the emergence of
corruption in politics could be found in three forms. Firstly, the abuse of
power. The owners of power use their power for private or party interests.
Secondly, duplicitous exclusion or marginalization of people’s voices.
Popular votes are excluded from decision-making. Public participation is
ignored. Thirdly, business and state relations. There is a conspiracy between

31
https://nasional.tempo.co/read/1605151/kejati-sumut-periksa-3-pejabat-bpn-dalam-dugaan-korupsi-alih-fungsi-
kawasan-suaka-margasatwa-karang-gading di akses pada 11/10/2022 5:03:29 AM
32 https://www.mongabay.co.id/2022/10/29/sidang-surya-darmadi-kupas-kasus-kebun-sawit-dalam-kawasan-hutan/
di akses pada 11/10/2022 4:54:09 AM
33 https://www.detik.com/sumut/berita/d-6395924/usut-korupsi-alih-fungsi-hutan-kejati-sita-105-hektare-tanah-di-
langkat di akses pada 11/10/2022 5:10:43 AM
34
Enam terdakwa kasus korupsi aset tanah Manggarai Barat divonis penjara - Mandalika world Superbike
(antaranews.com) di akses pada 11/10/2022 7:48:46 AM
35 Tom Johnson. (2018). It’s time to confront the collusion between the palm oil industry and politicians that is driving
Indonesia’s deforestation crisis (commentary). https://news.mongabay.com/2018/04/its-time-to-confront-the-
collusion-between-the-palm-oil-industry-and-politicians-that-is-driving-indonesias-deforestation-crisis-commentary/
di akses pada 11/10/2022 9:25:28 AM

15
public officers and private firms to subvert public policies. The above three
forms, mentioned by Larmour above, have been experienced by Indonesia
and, unfortunately, have become the norm of Indonesian politics. The reform
of the Indonesian political system has to experience a setback on many
fronts especially in the last five years, where the mix of politics and business
has become the new norm. The newly elected members (2019-2024) of the
district, provincial, and central parliaments are dominated by business
people and, at the same time if we closely check the background of the
current regent/mayor, governors, ministers, and the president himself are
coming from business/private sector. Therefore, the main root cause of
political corruption in Indonesia is the mix between politics and business.
This unfortunate condition has created a fertile land of conflict of interest
and the use of public positions for private gain. As a result, it is difficult to
expect the parliament and the executive office of the government to have a
genuine interest in producing legislation and government policy to create
environment transparency and accountability. It is fair to say that several
good laws and policies that enjoyed by the Indonesian people at the moment
are mostly the product of the early days of the reform era.36
Kasus peningkatan penjarahan tanah oleh mafia tanah yang dibantu, difasilitasi, dan
dijustifikasi atau dilegalisasi oknum pejabat, menjadi persis dengan yang dikatakan Don
Weatherburn bahwa crime rises or falls over time in response to a wide variety of factors.
Economic factors apparently played an important role in shaping trends in property
crime.37 dengan kalimat singkat, karena pertimbangan ekonomi (pribadi/korporasi), orang
malah meningkatkan kejahatan tidak peduli merugikan negara 86,5 trilyun dari tanah
seluas + 1.002 hektar setara dengan 10.020.000 meter2. Magnitud kerugian atau
damage cost bertambah besar dan bertambah banyak, jika aparat hukum—kepolisan,
kejaksaan, KPK, dan Mahkamah Agung—tidak dalam satu rechtsidee menjaga dan
menyelamatkan negeri dari mafia tanah dan membiarkan 5 oknum pejabat mafia dilepas
bebas menikmati kejahatan
nya. Bahkan, Menteri ATR/BPN
di tahun 2022 lugas
menyatakan bahwa mafia
tanah ada dimana-mana
termasuk mengaku diantara
mafia ada didalam kantor
ATR/BPN. Lebih lanjut
dikatakannya, “Saya perintah
kan jajaran Kepala Kantor
Pertanahan dan Kepala Kantor
Wilayah Badan Pertanahan
Nasional agar tak main-main
dalam mengemban amanah
yang diberikan oleh negara
kepada kita. Sadarlah… !!!38 SUMBER. 1 SUMBER : BAHAN AJAR HUKUM REAL ESTATE

36
Laode M Syarif and Faisal. Addressing the Root of Political Corruption in Indonesia . Jurnal Antikorupsi INTEGRITAS,
5 (2). Hal. 192.
37 https://www.kejaksaan.go.id/berita/s/jaksa-penuntut-umum-membacakan-surat-dakwaan-terhadap-terdakwa-s-
ac096 di akses pada 16/10/2022 13:50:18 PM
38 https://news.detik.com/berita/d-6184833/menteri-hadi-mafia-tanah-ada-di-mana-mana-jajaran-bpn-jangan-main-
main di akses pada 11/18/2022 5:07 AM

16
GAMBAR 4. BERBAGAI PERIZINAN DAN RAGAM TANAH YANG DI INCAR MAFIA TANAH
BERSAMA OKNUM PEJABAT

IUPHHK/IPH/IUP KLHK Tanah Kawasan


Hutan Tanah Cagar
Alam/Cagar Budaya

Notaris/
AKTA PPAT Tanah Kawasan
Gambut/Bakau
(Protected Zone)
IZIN LOKASI Bupati/
Walikota
Tanah Kawasan
Marga Satwa/
SURAT TANAH Lurah, Kades Lindung/Plasma
(alas hak) camat, BPN Nutfah

Kawasan Lahan
Pertimbangan Teknis Pangan/Tanah
Pertanahan ++
5 OKNUM MAFIA TANAH Pertanian

Surat Ukur/Gambar
Ukur/Peta Bidang Tanah Milik
Tanah Masyarakat (Miskin)
Tanah Adat-Ulayat
Risalah
Pemeriksaan ATR/BPN
Tanah A/B Tanah Kosong/
Tanah Sengketa
SK Pemberian Hak
(atas Tanah)
Tanah Asset
Pemerintah/
Sertipikat Hak BUMN/BHMN/ Desa
(atas Tanah)

Beranjak dari kasus-kasus mafia tanah dan pernyataan Menteri ATR/BPN yang eks
Panglima TNI di atas, relevan dan menarik mengutip reportase Hans Nicholas Jong yang
mengatakan bahwa anti-corruption investigators in Indonesia have charged two
government officials for allegedly taking $1.6 million in bribes to grant permits for oil
palm plantations spanning just over half the size of New York’s Central Park (note. 3.411
km2).39 Praktik penyuapan, hadiah dan/atau gratitifikasi pada pejabat, yang sepertinya
hanya $ 1.6 million, tetapi daya rusaknya mencapai 1.705 km2 setara 1,7 milyar meter2.
Masih menurut Jong, district heads, mayors and governors across Indonesia are routinely
busted by the KPK in corruption cases, including those linked to plantations. Experts say
cases like the one in Kuantan Singingi will continue to occur as long as the country lacks
strong safeguards to prevent corruption in the plantation industry. 40 Realitas suap

39 Hans Nicholas Jong. (2019). Indonesian officials charged in $1.6m bribes-for-permits scheme.
https://news.mongabay.com/2019/12/indonesia-palm-oil-permits-bribes-corruption-kpk/ di akses pada 07/11/
2022 16:09:15 PM.
40 https://news.mongabay.com/2021/11/indonesian-official-busted-over-alleged-bribe-for-palm-oil-permit/ di akses
pada 11/7/2022 4:23:10 PM

17
menyuap, pelicin atau gratifikasi selama ini
disepelekan JAMINTEL, BIN, BARESKRIM, KPK
dan JAMPIDSUS—yang sebenarnya—praktik
itu bentuk kejahatan mafia tanah yang awalun,
yang menimbulkan dampak kerugian bangsa
Indonesia kini dan ke depan, jelas
berkualifikasi super serious crime atau super
white collar crime.
Dalam skala perorangan namun sering terjadi
di banyak daerah, mafia tanah menyasar
rumah-rumah perorangan di lokasi-lokasi
mahal, dengan melakukan rekayasa jual beli
tanah yang tidak disadari para korban para
pemilik sertipikat.41

41
https://beritaenam.com/mafia-tanah-dan-modus-gandakan-sertifikat-rumah/ di akses pada 11/29/2022 5:39:02 PM

18
BAB II KEJAHATAN MAFIA TANAH

Mafia Tanah suatu istilah non-formal yang tidak ada pengaturannya di UU No. 1/1946
tentang Peraturan Hukum Pidana dan UU No. 73 Tahun 1958 tentang Menyatakan
Berlakunya UU No. 1/1946 tentang Peraturan Hukum Pidana Untuk Seluruh Wilayah
Republik Indonesia dan Mengubah Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan UU No.
8/1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP) serta 16 Undang-Undang yang langsung
dan tidak langsung mengatur tanah.42 Istilah Mafia Tanah tidak juga diatur oleh UU No.
31/1999 juncto UU No. 20/2001 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi (TIPIKOR) dan UU No. 8/2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Pidana Pencucian Uang (TPPU). Realitas peristilahan mafia tanah yang tidak dikenal
didalam hukum positif namun banyak diperbincangkan banyak kalangan termasuk
didalamnya dari kalangan akademisi, untuk itu pemaknaan mafia tanah dari sisi etimologis
diperlukan karena tidak ada definisi baku yang diberikan oleh hukum positif.

Istilah mafia tanah, walaupun tidak dikenal di undang-undang Indonesia, namun


Kementerian ATR/BPN mengadopsinya secara resmi di dalam Petunjuk Teknis Pencegahan
dan Pemberantasan Mafia Tanah N0. 01/JUKNIS/D.VII/2018 dan dimaknai sebagai
individu, kelompok, dan/atau badan hukum yang melakukan tindakan dengan sengaja
untuk berbuat kejahatan yang dapat menimbulkan dan menyebabkan terhambatnya
pelaksanaan penanganan kasus pertanahan.43 Beranjak dari pengertian mafia tanah yang
disusun oleh Kementerian ATR/BPN, bahwa mafia tanah diposisikan sebagai hambatan
(constrain) yang menghambat penanganan kasus-kasus pertanahan yang menjadi
kewenangan Kementerian ATR/BPN. Pengertian mafia tanah yang seperti itu dapat
dimaklumi, karena pendefinisian mafia tanah di dalam juknis tersebut hanya dipahami di
dalam kerangka petunjuk teknis penyelesaian kasus pertanahan, bukan dalam konteks
makro pertanahan dan tidak untuk tugas ATR/BPN secara keseluruhan.

Masalah mafia tanah atau peragaan mafia tanah sebenarnya tindak kejahatan yang
menggunakan tanah sebagai obyek kejahatan, yang merugikan negara dan merugikan
masyarakat. Termasuk didalamnya, tindak kejahatan terhadap derivasi keekonomian tanah
yang ada di dunia perbankan, pasar keuangan, pasar modal; pasar bursa/efek, dan
sebagainya dengan cara konvensional atau elektronik dari pelaku lokal ataupun
transnasional. Kejahatan pertanahan bisa juga diartikan dengan kejahatan sumber daya
agraria, yang obyeknya tidak hanya tanah permukaan (surface of land) yang ada di dalam
kawasan budidaya atau tanah di dalam kawasan hutan yang dilarang UU Penataan Ruang,

42
16 Undang-Undang yang langsung mengatur tanah/pertanahan yakni antara lain: UU No. 1/Prp/1958 tentang
Penghapusan Tanah-Tanah Partikelir; UU 86/1958 tentang Nasionalisasi Perusahaan-Perusahaan Belanda; UU No.
51/Prp/1960 tentang Tentang Larangan Pemakaian Tanah Tanpa Izin Yang Berhak Atau Kuasanya, UU No.
56/Prp/1960 tentang Penetapan Luas Tanah Pertanian; UU No. 2/Prp/1960 tentang Perjanjian Bagi Hasil Tanah
Pertanian; UU No. 5/1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA); UU No. 20/1961 tentang
Pencabutan Hak-Hak Tanah dan/atau Benda-Benda yang Ada di Atasnya; UU No. 3/Prp /1960 tentang Pedoman
Penyelesaian Penguasaan Benda-Benda Tetap Milik Perseorangan Warga Negara Belanda (P3MB); Prk No. 5/1965
tentang Penegasan Status Rumah/Tanah Kepunyaan Badan-Badan Hukum Yang ditinggalkan Direksi/Pengurusnya
(Prk 5); UU No. 4 /1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-benda Yang Berkaitan Dengan Tanah;
UU 41/2004 tentang Wakaf (tanah); UU No. 1/2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman; UU No. 20/2011
tentang Rumah Susun; UU No. 26/2007 tentang Penataan Ruang; UU No. 2/2012; tentang Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum; dan UU No. 11/2020 tentang Cipta Kerja.
43 Kementerian ATR/BPN. Petunjuk Teknis Nomor 01/JUKNIS/D.VII/2018 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Mafia Tanah.. 2018. Hal. 13.

19
UU Kehutanan dan UU Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan. Kejahatan
pertanahan secara universal bagian dari kejahatan ekonomi (economic crime) bersanding
dengan kejahatan sumber daya agraria (agrarian resources crime). Kemajuan iptek
menjadikan kejahatan dari yang semula lokal-sederhana berkembang menjadi modern,
global, kompleks, rumit, dan canggih. Sebagaimana yang dinyatakan PBB di tahun 2004;
convinced that corruption is no longer a local matter but a transnational phenomenon
that affects all societies and economies, making international cooperation to prevent and
control it essential. Kiranya masih relevan mengutip tulisan berikut;
Kejahatan ekonomi atau “global economic crime” semakin mendunia,
melibatkan banyak negara, saling terkait, modern, dan kreatif. Negara
korban global economic crime mendampak dan dirasakan negara lain,
terkoneksi laksana domino effect. Contohnya permainan forex nilai uang atau
penggorengan saham disuatu negara—ulah global economic crime—akan
terasa dampaknya di negara lain yang berada di belahan benua lain.
Sasaran global economic crime ada di berbagai bidang, salah satunya adalah
real estate/real property, dan sekuritisasinya atau derivasinya. Aset real
estate/real property dan sekuritisasinya modal awalnya adalah tanah fixed
asset atau tangible asset. Jika sasaran kejahatan adalah tanah maka akan
merembet ke derivatnya, jika sasaranya derivatnya maka akan merembet ke
persoalan tanah. Dus, jika tanah dan sekuritisasinya telah menjadi korban
kejahatan global economic crime, maka membangkrutkan perekonomian
suatu negara dan negara-negara yang terkoneksi.44
Istilah mafia tanah, jika dimaknai secara etimologis, terdiri dari 2 (dua) kata yakni mafia
dan tanah. Kata mafia menurut KBBI adalah perkumpulan rahasia yang bergerak di bidang
kejahatan (kriminal); mafia peradilan (1) kelompok advokat yang menguasai proses
peradilan sehingga mereka dapat membebaskan terdakwa apabila terdakwa dapat
menyediakan uang sesuai dengan jumlah yang diminta mereka: isu mengenai mafia
peradilan disebarkan melalui pemberitaan di berbagai surat kabar; (2) persekongkolan di
antara para penegak hukum dengan pencari keadilan.45 Sedangkan menurut Britanica
Distionary, mafia adalah hierarchically structured society of criminals of primarily Italian or
Sicilian birth or extraction. The term applies to the traditional criminal organization in
Sicily and also to a criminal organization in the United States. Masih menurut Britanicia
Dictionary, mafia merupakan the organized crime group known collectively as
the Mafia (though regionally recognized as the Camorra in Naples, the ’Ndrangheta
in Calabria, and the Sacra Corona Unita in Puglia) has a long history in Italy, particularly
in Sicily, and it has followed the Italian diaspora to foreign countries, notably the United
States.46 Mirip dengan yang disampaikan collins dictionary bahwa mafia adalah kata yang
awal mulanya dari Sicilian yang merupakan salah satu kota di mediteranian Italia yang
diartikan sebagai an international secret organization founded in Sicily, probably in
opposition to tyranny. It developed into a criminal organization and in the late 19th
century was carried to the US by Italian immigrants pemaknaannya yang lain adalah a
hierarchically structured secret organization allegedly engaged in smuggling,
racketeering, trafficking in narcotics, and other criminal activities in the U.S., Italy, and
elsewhere. Kemudian diterangkan lebih lanjut bahwa mafia berarti

44 Gunanegara. (2017) Intelijen Pertanahan Deteksi Dini Kerugian Negara, Dialektika Politik Hukum Agraria. Tatanusa.
Jakarta. Hal. 11-12.
45 Arti kata mafia - Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online di akses pada 16/10/2022 07:21:59 AM
46
https://www.britannica.com/place/Italy/Justice di akses pada 10/23/2022 4:51:49 AM.

20
a criminal organization47 that makes money illegally, especially by threatening people and
dealing in drugs atau an organized group of people who you disapprove of because they
use unfair or illegal means in order to get what they want.48
Beranjak dari makna yang diberikan collins dictionary, unsur penting dari mafia adalah
mencari uang dengan cara melawan hukum (make money illegally); mengancam dan
merugikan masyarakat (threatening people); hampir selalu menggunakan cara-cara yang
tidak adil dan melawan hukum dalam mencapai apa yang diinginkan mereka (use unfair
or illegal means in order to get what they want) baik secara terstruktur ataupun acak di
suatu organisasi tersendiri atau menyusup ke dalam badan-badan atau lembaga-lembaga
resmi, demikian itu ringkasan makna mafia (tanah) yang dapat Penulis sampaikan.

Mafia dalam tataran elitis, seringkali melakukan infiltrasi ke bidang ekonomi dan hukum
laksana predator untuk melakukan pencucian uang49 dan mencari uang ilegal dengan
membeli atau mengakuisisi perusahaan-perusahaan baru atau yang sedang sekarat untuk
dijadikan kedok (nominee) dalam melakukan aksinya, dan perbuatan hukum mereka
seringkali dilakukan dengan rahasia (incognito). Sejalan dengan yang disampaikan Prof.
Hans Nelen ahli kriminologi dari Maastricht University di Netherlands yang mengatakan
bahwa the abuse of corporate bodies, the use of shell companies, straw men or
other methods to conceal ownership are nothing new, but, without doubt, the need for
criminals to put up more advanced smokescreens has increased, since follow-the-money
strategies were launched… ditambahkannya lagi bahwa sektor real estate—termasuk
tanah didalamnya—merupakan sektor paling rawan kejahatan. 50 Mafia dalam aksinya,
juga melakukan infiltrasi ke lembaga peradilan, yang menurut Tantimin disebutnya
sebagai mafia peradilan. Menurut Tantimin, judicial mafia is a crime of abuse of office or
can be said to be a dirty game in law enforcement and involves law enforcement officials.
From the political aspect of national/criminal law, the judicial mafia can be an abuse of
office that causes a violation of the law. The policy of developing the justice system is
defined as a reasonable effort to develop and improve its quality. The effort to eradicate
the judicial mafia is essentially to restore public trust and respect for the judicial system.51
Sama dengan yang disampaikan hakim agung legendaris Dr. Artidjo Alkostar, SH, LLM,
yang mengatakan bahwa mafia peradilan sesungguhnya merupakan "penyakit" yang
menghinggapi hampir semua peradilan negara-negara di dunia ini. Dalam konteks
Indonesia, persoalannya menjadi sangat serius karena fenomena mafia tersebut terlanjur
berkembang secara sistemik dan terkesan sebagai suatu "budaya". Dalam perspektif
kriminologis, ada banyak faktor yang dapat di identifikasi sebagai pendorong kondisi
timbulnya praktik mafia peradilan. Salah satu hal terpenting ialah karena telah terjadinya
perubahan sifat hubungan antara aparat penegak hukum dengan pihak yang berperkara,

47 Hemat Penulis, selama 26 tahun dalam penanganan kasus pertanahan di Indonesia, tidak pernah menjumpai para
pihak yang bersengketa di sektor pertanahan dari suatu organsasi seperti organisasi yang secara khusus beraktivitas
sebagai mafia (tanah) sebagaimana organisasi mafia New York’s Crime Cartel, Yakuza, Triad atau Hells Angel47 yang
sadis, jahat, bengis dan memiliki cabang 5 benua dan 59 negara termasuk Indonesia. Jadi, menurut Penulis, mafia
tanah di Indonesia bukanlah nomenklatur keorganisasian, melainkan suatu perbuatan pidana atau kejahatan yang
menggunakan tanah sebagai obyek kejahatannya, lebih pada stigmanisasi atau pelabelan pelaku kejahatan atau
perbuatan yang bertentangan dengan hukum pidana dan perdata (crime and/or tort). Kutipan berikut dari buku
Penulis yang diterbitkan tahun 2017 dalam buku yang berjudul Intelijen Pertanahan. Tatanusa. Jakarta.
48 https://www.collinsdictionary.com/dictionary/english/mafia di akses pada 11/10/2022 05:02:54 AM
49 Litterio Mirenda & Sauro Mocetti, & Lucia Rizzica. (2022). The Economic Effects of Mafia: Firm Level Evidence.
American Economic Review. DOI: 112. 2748-2773. 10.1257/aer.20201015 di akses pada 11/10/2022 10:53:04
AM.
50 Hans Nelen. (2008). Real estate and serious forms of crime. https://www.researchgate.net/publication/
23648901Real_estate_and_serious_forms_of_crime. Hal. 9.
51 Tantimin. (2022). Countering The Judicial Mafia From The Political Perspective Of National Law . Mizan: Jurnal Ilmu
Hukum. DOI: 11. 25. 10.32503/mizan.v11i1.2385 di akses pada 11/10/2022 11:09:56 AM

21
dari yang seharusnya bersifat profesional menjadi transaksional. Implikasi dari perubahan
sifat hubungan yang seperti ini adalah tumbuhnya persepsi yang mempertanyakan apakah
pengadilan itu milik orang yang benar dan jujur ataukah milik orang yang mampu
"membeli" hukum dan harga diri aparat? Tidak diragukan lagi bahwa praktik peradilan
yang dikendalikan oleh mafia, akan menimbulkan berbagai dampak negatif yang merusak
sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Lebih lanjut dikatakan, bahwa birokrasi
yang berbelit-belit dan tidak transparan berpotensi untuk menumbuhkan mafia
peradilan.52 Jika merujuk pada Salvatore Lupo, mafia adalah organisasi yang terstruktur
dan berhirarki yang dalam tindak kejahatannya hampir selalu tidak meninggalkan jejak
(no evidence) yang dalam perkembanganya oleh Salvatore Lupo dibedakan antara old
mafia dan new mafia. 53 Stuktur organisasi old mafia, dapat disimak dari struktur
penjenjangan dan kewilayahan organisasinya di Gambar 5. Sedangkan new mafia menjadi
pergeseran aksinya menjadi transnasional, yang masuk dalam kejahatan kerah putih
(white collar crime and global economic crime).

GAMBAR 5. STRUKTUR ORGANISASI OLD MAFIA

SUMBER 1. PROF. JOHN DICKIE54

Kata yang kedua dari mafia tanah adalah tanah, suatu istilah hukum atau bahasa hukum,
yang dapat dimaknai banyak arti tergantung dari perspektif dan disiplin ilmu yang
dipergunakan. Dalam konteks buku ini, tanah dimaknai sebagai lapisan permukaan bumi
yang dapat digunakan, dimanfaatkan, dimiliki dan dihaki oleh orang perseorangan atau
badan hukum sebagaimana yang dimaksud hukum agraria Indonesia. Pun demikian, tanah
bisa saja dimaknai dengan lahan, namun jika merujuk pada UU No. 5/1960, UU No.
56/1960, UU 20/1961, UU No. 2/2012 maka bahasa hukum yang dipergunakan oleh

52 Artidjo Alkostar. (2002). Masalah Mafia Peradilan dan Penanggulangannya. Jurnal Hukum. 21 (9). Hal. 1, 4.
53 vide Salvatore Lupo. (2009). History of the Mafia. Translated by Anthony Shugar. Columbia University Press. New
York.
54 John Dickie. (2013). Mafia Republic: Italy's Criminal Curse. Cosa Nostra, Ndrangheta and Camorra from 1946 to the
Present. Hodder & Stoughton. London. Hal. (tidak ada halaman).

22
undang-undang di atas adalah tanah sebagaimana hak atas tanah yang dikenal selama ini
yakni hak milik (HM), hak guna usaha (HGU), hak guna bangunan (HGB), hak pakai (HP)
atau hak yang terkait dengan tanah seperti hak milik satuan rumah susun (HM Sarusun),
hak wakaf (tanah), hak tanggungan atas tanah (HT) dan hak pengelolaan (HPL). Namun
demikian, pada perkembanganya, setelah berlakunya UUCK No. 11/2020, tanah diperluas
rentang cakupnya menjadi 3 (tiga) matra yakni permukaan bumi, ruang atas tanah, dan
ruang bawah tanah. Dengan demikian, di masa yang akan datang, ada HGB/HP/HPL di
permukaan bumi, HGB/HP/HPL di ruang atas tanah, dan HGB/HP/HPL di ruang bawah
tanah.55

Bertitik tolak dari makna mafia tanah dari sisi etimologis, sebagaimana paragraf di atas,
Mafia Tanah merupakan pola perbuatan pelaku anggota organisasi yang terstruktur atau
acak secara individual atau berkelompok yang terorganisir (organized crime) yang
bertujuan mencari uang atau kapital yang menyasar tanah atau hak atas tanah dengan
cara-cara tidak adil atau melawan hukum. Maksud dari organized crimes (OC’s), merujuk
pendapat Antonio Nicaso dan Marcel Danesi, merupakan struktur organisasi yang memiliki
bahasa, kultur, ritual, simbol-simbol khusus, atau code of conduct sendiri. 56 Mafia
melakukan aktivitas kejahatan dengan terencana dan direncanakan serta dalam kendali
dan perlindungan dari kelompok kuat bahkan sangat kuat di tingkat nasional maupun
transnasional guna mencari uang atau kapital yang berskala besar dan sangat besar (big
money).
Realisasi aktivitas dan perbuatan mafia tanah dilakukan secara terang-terangan atau diam-
diam, bahkan tidak jarang dengan melakukan penyusupan ke banyak sektor, misalnya di
sektor ekonomi, hukum, politik dan peradilan dalam rangka memuluskan tujuan mereka.
Dengan kalimat lain, yang lebih ringkas, mafia tanah merupakan pola tindak yang
berprinsip; tanah yang diinginkan, harus diperoleh, bagaimanapun caranya. Pola
menghalalkan segala cara inilah yang kemudian muncul sebutan racketeering di United
Stated Criminal Law—yang kemudian menjadi the racketeer influenced and corrupt
organization act (RICO)—yaitu perbuatan yang menjurus pada penipuan, penggelapan,
penyuapan, persengkongkolan, pemerasan, korupsi, pencucian uang, penghalangan
penyidikan atau perbuatan-perbuatan lain yang semacam dengan itu, termasuk
didalamnya kejahatan yang menyasar tanah atau hak tanah (various criminal schemes and
conspiracies). 57 Dalam praktik kejahatannya, pola dan modus mafia tanah melibatkan
banyak aktor ketika hendak melakukan kejahatan pada proses pendaftaran tanah,
pengurusan sertipikat hak atas tanah, dan pengurusan pembatalan sertipikat hak atas
tanah. Sama dengan yang diungkap penyidik Polda Metro Jaya, bahwa kejahatan yang
dilakukan tersangka (oknum) pejabat BPN laksana kejahatan mafia tanah, yang melibatkan
banyak aktor yakni pelaku (perpretator), pendana (crime funder) dan penerima manfaat
dari kejahatan (crime beneficiaries). Pola dan modus kejahatan yang demikian seperti
hendak membenarkan tesis Sanette Viljoen bahwa many crimes are often committed in
which more than one person is involved, from the person who actually commits the crime
to the person who plans it and those who help to cover it up. In the law, distinguish
between three groups of people who may be involved in a crime, viz. the actual
perpetrator, the co-principals (accomplices) and the beneficiaries. 58 Lebih lanjut
disarankan oleh Sanette Viljoen, bahwa semua peran dan aktor kejahatan harus dihukum
atas kejahatan yang sama, baik pelaku, kawan pelaku, pembantu pelaku, maupun

55
dengan catatan jika UU No. 11/2020 tidak dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi bilamana ada judicial review di
kemudian hari.
56 Antonio Nicaso and Marcel Danesi. (2021). Organized Crime: A Cultural Introduction. Routledge. New York. Hal. 1
57 Daniel E. Hall. (2015). Criminal Law and Procedure. Cengage. Hal. 154, 207, 701.
58 Sanette Viljoen. (2020). Crime: Perpetrator, coprincipals, accomplices, beneficiaries. https://regsdienste.solidariteit.
co.za/en/crime-perpetrator-coprincipals-accomplices-beneficiaries/ di akses pada 18/06/2022 jam 05.30 AM

23
penerima manfaat.59 Hukumannya juga harus lebih berat, sekalipun orang tersebut bukan
pelaku utama hanya sekedar turut membantu, namun peran mereka itulah menjadikan
tindak kejahatan menjadi terealisir. Termasuk orang yang berada di balik perencana
kejahatan, perlu mendapat hukuman paling berat walaupun tidak melakukannya sendiri.
Sebenarnya ada aktor lain dari tindak kejahatan tersebut yakni konsultan kejahatan,
pelindung pelaku kejahatan dan penerima upeti hasil kejahatan, sebab dengan peran
mereka itulah kejahatan akhirnya menjadi terealisir bahkan berkesinambungan. Ciri utama
dari konsultan, pelindung, dan penerima upeti umumnya memiliki kewenangan dan
pengaruh kuat dalam jaringan, menguasai teknis-operasional, serta berkemampuan
melepaskan diri dari aparat hukum ketika kejahatannya terungkap.60
Menimbang, bahwa mafia tanah bukanlah istilah yang merujuk pada suatu delilk khusus
ataupun delik tertentu (speciale delicten), maka semua delik atau tindak kejahatan yang
obyeknya tanah, hak atas tanah, dan/atau yang terkait dengan tanah menjadi bahan kajian
dalam BAB ini. Namun, perlu Penulis sampaikan bahwa kajian di BAB ini, akan sedikit-
banyak mendiskripsikan perbuatan melawan hukum yang ada didalam ranah hukum
pidana (crime), dibandingkan dengan mendiskripsikan perbuatan melanggar hukum yang
ada di ranah hukum perdata (tort), yang bentuk dan jenis sanksinya dari keduanya sangat
berbeda. Guna memperjelas perbedaan dari keduanya antara crime dan tort dapat dilihat
Gambar 6.
GAMBAR 6. PERBEDAAN ANTARA PERBUATAN MELANGGAR HUKUM (TORT)
DENGAN TINDAK PIDANA (CRIME) DI AMERIKA

Sumber: Joycelyn M Pollock.201661

Perbuatan yang bertentangan dengan undang-undang dalam konteks crime atau tort
meminjam pendapat ahli hukum pidana dari Amerika Joycelyn M. Pollock sebagaimana
Gambar 6 di atas, kemudian jika diperbandingkan dengan Indonesia, ada perbedaan yang
dapat disimak di Gambar 7. Perbedaan hukum Amerika dengan Indonesia akibat dari
berbedanya tradisi hukum masing-masing negara, antara common law dengan civil law.

59 Tukang Tadah, dalam Bahasa teknis disebut dengan begunstigings delicten. Pasal 480 dan Pasal 481 KUHP
merupakan pasal yang berkarakter menjerat pelaku kejahatan yang sengaja (doleus) maupun yang tidak sengaja (lalai
atau culpa) yang disebut sebagai delik pro parte doleus, pro parte culpa. Dengan Pasal 480 dan Pasal 481, orang
yang sengaja atau lalai menerima dan menyimpan dan menyembunyikan pemberian uang, hadiah, barang yang patut
diduga hasil kejahatan atau dari pelaku kejahatan diancam 5 tahun dan jika menjadi kebiasaannya diancam 7 tahun.
Namun, dengan berlakunya UU Tipikor dan UU TPPU, tindak kejahatan penerimaan uang dan/atau barang hasil
kejahatan pungutan liar, pemerasan, korupsi, gratifikasi ancamannya lebih berat dari KHUP yang menyasar pada
pelaku, penerima aktif, dan penerima pasif (vide Prof. Andi Hamzah (2014) Hal 132-133.
60 Gunanegara & Sherly Meilintan Surya. (2022). Kejahatan Pendaftaran Tanah... op cit. Hal. 3.
61
Joycelyn M. Pollock. (2015). Criminal Law. Routledge. Hal. 14.

24
GAMBAR 7. STUKTUR PERBUATAN HUKUM, PENGADILAN PENGADIL, BENTUK
HUKUMAN

1. Pelaksanaan
Pengadilan Perdata UU di Lapangan perjanjian
di PN Hukum Keperdataan 2. Pembatalan
perjanjian
- Wanprestasi,
3. Ganti kerugian,
Perbuatan Melanggar Perbuatan merugikan
Bunga, Denda
Hukum
(TORT/onrechtsmatige 1. Pembatalan,
overheidsdaad) UU di Lapangan Pencabutan,
Hukum Administrasi Perbaikan,
Penundaan Produk
Pengadilan Tata - Abuse of power/
Usaha Negara 2. Denda/Kompensasi
PERBUATAN Willekuer 3. Penganti Kerugian
BERTENTANGAN 4. Pemberhentian
DENGAN UNDANG-
UNDANG
Pengadilan Umum Didalam Kodifikasi Hk
di PN Pidana (KUHP) 1. Pidana Pokok
1. Penjara
- Pidana Umum/Pidana 2. Kurungan
Perbuatan Melawan
Tertentu/Pelanggaran 3. Hukuman Mati
Hukum
2. Pidana Tambahan
(Crime/crimineel) Diluar Kodifikasi Hk 1. Pembekuan hak
Pidana (KUHP) 2. Perampasan hak
3. dan sanksi lain
- Pidana Khusus sesuai vonnis
Pengadilan Tipikor
(Korupsi, Pungli, Suap, 3. Pidana Tindakan
Pencucian Uang 1. Kerja Sosial
(TPPU), Terorisme, dll)

SUMBER 2 GUNANEGARA (2020) PENDAPAT HUKUM (DISESUAIKAN)

Praktik mafia tanah oleh orang perseorangan atau korporasi yang menggunakan tanah
sebagai obyek kejahatan tidak hanya di Indonesia, tetapi juga dialami negara lain. Sejalan
dengan yang disampaikan Francesca Calamunci, Livio Ferrante dan Rossana Scebba
bahwa berdasarkan hasil penelitian mereka di tahun 2002 sampai 2019, yang kutipannya
sebagai berikut; we investigate how the removal of mafia‐infiltrated firms affects
commercial sale and rental prices. We conjecture that targeting mafia businesses leads to
a reduction in local disamenities and an increase in the demand for commercial properties.
Applying the latest methodologies based on difference‐in‐differences approaches, we
show that anti‐mafia policies aimed at confiscating and reassigning mafia firms have
positive spillover effects on commercial real estate prices, driving values upward by about
4%. This is especially true for small‐medium municipalities in mafia‐ridden provinces. The
evidence we provide supports the enforcement of anti‐mafia policies with an economic
content, as they pose a threat to criminal financial interests and curb the mafia influence
on the market. 62 Demikian pula kondisinya di Malaysia merujuk pada hasil penelitian
Sumitra Woodhull dijelaskan bahwa parcel owners/registered proprietors of stratified

62 Francesca Calamunci & Livio Ferrante & Rossana Scebba. (2022). Closed for Mafia: Evidence from the removal of
mafia firms on commercial property values. Journal of Regional Science. DOI. 10.1111/jors.12612. di akses pada
11/10/2022 05:55:19 AM.

25
property about the covert and insidious manner in which the mafia intervenes in its
management. The author of this article feels that it is incumbent to highlight the 'red flags'
that signal this type of intervention for the knowledge and benefit of parcel owners who
may face many challenges when resident in this type of property. There is 'big money' to
be earned by the mafia in medium range condominiums with many blocks of units. This is
yet another vehicle through which corruption is manifest, specifically in the form of money
laundering, human trafficking and prostitution. The mafia culture in Malaysia is no secret
and the sinister and covert manner in which it operates...63 Demikian pula yang terjadi di
Jerman, Swis, Belanda, Belgia, Spanyol, Romania, Inggris dan Itali—sebagaimana yang
disampaikan Anna Sergi dan Alice Rizzuti—bahwa “…fighting against Italian mafias and
mafia-type organized crime in Europe, specifically in eight countries—Germany,
Switzerland, the Netherlands, Belgium, Spain, Romania, the UK, and Italy. European
institutions still struggle to counter the mobility of Italian mafias because of conceptual
asymmetries in policing mafia-type crimes/groups and procedural challenges….”
Perlawanan pada aksi atau praktik mafia tanah tampaknya menjadi perhatian di banyak
negara termasuk Indonesia, tidak lepas telah melibatkan Presiden sebagaimana
pernyataannya yang fenomenal bahwa, “jika ada mafia tanah gebuk saja”. Reaksi yang
sama juga disampaikan oleh Jaksa Agung tahun 2022, yang menyatakan akan menggelar
operasi intelijen untuk memerangi mafia
tanah. Jika operasi intelijen benar-benar
digelar, maka operasi hanya akan
maksimal jika tidak melibatkan pejabat
Agraria dan Tataruang/Badan Pertanahan
Nasional baik yang di pusat, kantor
wilayah ataupun kantor pertanahan. 64
Pertama, karena alasan bahwa target
operasi ada di dalam lingkungan mereka,
sebagaimana yang dikatakan Menteri
Agraria dan Tataruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional—Sofyan Djalil dan
Jenderal (Purn) Hadi Tjahjanto; kedua, SUMBER. 2 https://www.antaranews.com/berita/3082653/jaksa-agung-
agar giat operasi, target operasi, dan maksimalkan-operasi-intelijen-dalam-tangani-mafia-tanah

rencana operasi tidak bocor dan tidak


dihalang-halangi. Selain daripada itu, dengan mempertimbangkan efektifitas operasi,
maka operasi intelijen harus dilakukan struktural, melibatkan banyak agent, aktivasi semua
agent lapangan, dan multi layer di komunitas intelijen serta kolaborasi dengan penyidik
KPK, PPATK, Kejaksaan, Kepolisian dan PPNS Pajak serta BNN. Operasi dilaksanakan
senyap, secara lawful-ops atau black-ops dengan menggunakan represive atau pre-
emptive strikes baik dengan cara legal maupun extra legal.65 Operasi menjadi penting
karena dari data, dalam 3 tahun antara 2018-2021 ada 242 kasus mafia tanah66 yang

63 Sumitra Woodhull. (2022). The Intervention Of The Mafia In The Management Of Stratified Property In Malaysia (An
account of the insidious manner in which the mafia intervenes in the management of
stratifiedpropertyinMalaysia).OF_THE_MAFIA_IN_THE_MANAGEMENT_OF_STRATIFIED_PROPERTY_IN_MALAYSIA_A
n_account_of_the_insidious_manner_in_which_the_mafia_intervenes_in_the_management_of_stratified_property_in
_Malaysia di akses pada 11/10/2022 06:24:49 AM.
64 Sebagaimana sinyalemen legislatur yang muncul di dalam Rapat Kerja tanggal 21/11/2022 antara KOMISI II DPR RI
dengan Menteri ATR/BPN, yang didalam sidang muncul pernyataan-pernyataan Anggota KOMISI II i.e. bagaimanapun,
masalah mafia tanah tidak lepas dari orang dalam; anggota lain menyatakan; ada pihak yang bermain menjadi mafia
tanah, misalnya, oknum internal Kementerian ATR/BPN dan Aparat Penegak Hukum (APH). Jelas ada di dalamnya
oknum ATR/BPN sendiri, kemudian APH dan Peradilan. Pak Menteri tidak perlu lagi mencari cukongnya siapa.
ttps://finance.detik.com/properti/d-6418589/soroti-mafia-tanah-dpr-minta-hadi-tjahjanto-awasi-ketat-bpn di akses
pada 11/22/2022 5:42:07 AM
65 Gunanegara. (2017). Intelijen Pertanahan … op cit. Hal. 21, 168.
66 BPN Sebut Ada 242 Kasus Mafia Tanah Sejak 2018 hingga 2021 (cnnindonesia.com) di akses pada 11/6/2022
3:09:45 PM

26
harus dilakukan penindakan dan jumlahnya dipastikan akan bertambah lagi, dan semakin
banyak jika perhitungannya dilakukan dari sejak 2011 sampai 2021.
Selanjutnya, mengenai istilah kejahatan, jika merujuk Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP), yang dinyatakan berlaku dengan UU No. 1/1946, tidak ditemukan
penjelasan atau definisi kejahatan. Hanya saja, KUHP membagi kitabnya menjadi 3 (tiga)
materi, Buku I, yang memuat Ketentuan Umum; Buku II, memuat tentang Kejahatan; dan
Buku III, memuat Pelanggaran. Dalam perkembangannya, pengaturan KUHP antara Buku
II dengan Buku III atau kelompok kejahatan dan kelompok pelanggaran, sebenarnya bukan
dalam arti bahwa perbuatan-perbuatan yang diatur didalam Buku III bukan kejahatan.
Sebab, tetap saja barang siapa melakukan perbuatan yang dilarang Buku III tetap saja
berkualifikasi kejahatan di dalam rumah induk Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.67
Sama halnya dengan pelaku kejahatan yang perbuatannya, quad non, tidak diatur didalam
Buku II maupun Buku III, tetapi melakukan perbuatan yang bertentangan dengan UU
TIPIKOR dan/atau UU TPPU, tetap saja disebut kejahatan dan dapat dilakukan penindakan
pada pelakunya. Karena; pertama, undang-undang yang bersangkutan mengatur barang
siapa memenuhi delik yang diatur didalam undang-undang tersebut, maka pelakunya
dapat dilakukan penindakan dan pemidanaan; kedua, Pasal 103 KUHP menyatakan bahwa
“Ketentuan-ketentuan dalam Bab I sampai Bab VIII buku ini juga berlaku bagi perbuatan-
perbuatan yang oleh ketentuan perundang-undangan lainnya diancam dengan pidana,
kecuali jika oleh undang-undang ditentukan lain.” Dengan demikian, berdasarkan Pasal
103 KUHP, jika ada perbuatan hukum yang termasuk perbuatan yang dilarang undang-
undang lain diluar KUHP maka berlaku ancaman pidana yang diatur undang-undang yang
bersangkutan i.e. UU TIPIKOR, UU TPPU dan undang-undang khusus yang semacam
dengan itu misalnya kelak jika berlaku (R)UU Perampasan Asset dan (R)UU Larangan
Transaksi Uang Tunai.

Pengertian kejahatan, jika merujuk Cornell Legal Institute dimaknai sebagai any act
or omission in violation of a law prohibiting said action or omission. Jika merujuk
pendapat Prof. Thomas J. Bernard ahli hukum pidana dan sosiologi dari Pennsylvania
State University kejahatan disebut sebagai an act usually deemed socially harmful or
dangerous and specifically defined, prohibited, and punishable under criminal law. 68
Sedangkan menurut Prof. Sudarto (1923-1986), guru besar hukum pidana UNDIP,
mengatakan bahwa perbuatan yang dapat dipidana adalah ke(jahat)an atau disebut
dengan verbrechten atau crime. Lebih lanjut dijelaskan, bahwa perbuatan dapat dipidana
karena melanggar perbuatan yang dilarang undang-undang dan orang yang melanggar
larangan itu mampu bertanggung jawab secara hukum. Prof. Van Hamel ahli pidana
Belanda memberikan panduan bahwa disebut kejahatan kalamana menenuhi unsur:
perbuatan manusia yang dirumuskan dalam undang-undang; melawan hukum; dilakukan
dengan kesalahan; dan patut dipidana.69 Paling singkat rumusan yang disampaikan Prof.
Wirjono Projodikoro (1903-1985) Ketua Mahkamah Agung tahun 1952-1966,
mengatakan bahwa kejahatan adalah “perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan
pidana”. Pelaku jahat atau pelaku tindak pidana itulah yang kemudian secara semantik
atau nomina disebut penjahat, baik manusia orang perseorangan atau korporasi,
sedangkan perbuatan jahatnya disebut dengan kejahatan.

67 Sudaryono dan Natangsa Surbakti. (2017). Hukum Pidana, Dasar-Dasar Hukum Pidana Berdasarkan KUHP dan RUU
KUHP. Mumamadiyah University Press. Surakarta. Hal. 40-45.
68 https://www.britannica.com/topic/crime-law di akses pada 10/21/2022 3:27:29 AM
69
Sudarto. (2018). Hukum Pidana 1, edisi revisi. Yayasan Sudarto. Semarang. Hal. 50-52.

27
2.1. Bentuk dan Tingkat Tindak Kejahatan

Tindak pidana korupsi, terorisme, pencucian uang, narkotika, atau pelanggaran hak azasi
manusia adalah bentuk-bentuk kejahatan yang dikenal masyarakat sebagai kejahatan luar
biasa atau extraordinary crime. Keluarbiasaan tindak kejahatan tersebut mendorong
negara membentuk lembaga adhocracy seperti KPK untuk memberantas korupsi, lalu
BNPT untuk penindakan pada terorisme, dan PPATK guna memantau dan melakukan
analisis transaksi dari tindak kejahatan pencucian uang, serta BNN untuk melakukan
penegakan dan penindakan pada kejahatan narkotika dan obat terlarang, kemudian
Komnas HAM untuk melakukan investigasi pelanggar hak azasi manusia. Pembentukan
lembaga ad hoc tersebut, dibentuk ketika lembaga bureaucracy tidak dipercaya
melakukan penindakan kejahatan-kejahatan luar biasa sebagaimana yang disebut di atas.

Itulah kemudian mengenali bentuk dan tingkat kejahatan dengan kategori luar biasa
sangat diperlukan, termasuk didalamnya mengenali kejahatan mafia tanah dan para
pelakunya. Pemidanaan atau penghukuman menjadi terukur dan sepadan pada bentuk
dan tingkat kejahatan mafia tanah, yang dikenali dari tindak pidana yang dilakukannya.
Dus, mengenali penjahat pertanahan menjadi penting karena hukuman harus setara
dengan jenis, bentuk, dan tingkat kejahatan yang dilakukan. Sebab, jika kejahatan biasa
harus dihukum, maka kejahatan luar biasa yang menyangkut harta tanah milik rakyat dan
milik negara lebih harus digiatkan penindakan dan penegakan hukumnya, mulai dari
penyelidikan, penyidikan, penuntutan, persidangan dan penghukuman oleh hakim,
semuanya harus dan harus dalam satu cita hukum yang sama. Yakni, menjadikan para
mafia tanah—pelaku dan siapapun yang membantunya—sebagai musuh bangsa, musuh
negara, dan musuh semua rakyat Indonesia.

Merujuk tulisan Margaretha dosen piskologi forensik UNAIR, bahwa kejahatan terjadi
karena beberapa faktor, seperti karena pelaku dalam pengaruh roh jahat (demonology
model) atau menurut Prof. Cesare Lombroso (1835-1909) guru besar forensik kedokteran
dan ahli kriminologi karena pelaku dilahirkan dari orang tua atau orang yang mempunyai
sifat-sifat jahat, ditandai dengan ciri-ciri fisik di tubuhnya. Apabila mengacu pandangan
Prof. Sigmund Freud (1856-1939), dalam perspektif teori psychoanalysis, terjadinya
kejahatan karena ada ketidakseimbangan antara ego dan superego atau kelainan
mentalitas (mental disorders) sehingga mereka berbuat menyimpang dan bertindak jahat.
Orang dengan superego yang berlebihan acapkali ada rasa ingin melampiaskan
keinginannya dengan melakukan kejahatan. Ditambahkan oleh Prof. Sigmund Freud
ilmuwan psiko-analisis ternama dari Universitat Wien, Vienna, bahwa melakukan kejahatan
bagi mereka adalah kesenangan dan kepuasan tersendiri, bahkan seandainya kepuasan
dan kesenangan tidak bisa diperolehnya, maka mereka tidak segan melakukannya walau
melawan hukum. Pandangan berbeda datang dari Albert Bandura (1925-2021), bahwa
kejahatan pada dasarnya hasil proses belajar psikologis yang diperoleh dari paparan
perilaku jahat orang lain di lingkungannya, kemudian terjadi pengulangan paparan disertai
penguatan atau reward, akhirnya mereka meniru perilaku kejahatan yang mereka lihat.
Dalam pandangan Albert Bandura penemu teori kognitif sosial dari Stanford University,
manusia yang semula tidak jahat jika kemudian masuk kedalam lingkungan (kantor) yang
dipenuhi orang jahat dapat menjadikannya terpapar untuk jahat dan ikut berbuat jahat,
sama jahatnya dengan yang dilakukan orang-orang jahat di lingkungan (kantor) tersebut.
Bahkan semakin jahat perilakunya ketika di dalam dirinya ada turunan penjahat

28
sebagaimana yang dikatakan bapak positivist criminology 70 dari Itali Prof. Cesare
Lombroso dan/atau memiliki jiwa superego yang hobby berbuat jahat seperti yang
dikatakan Prof. Sigmund Freud.

Pandangan tindak kejahatan dalam ahli psikologi forensik bahwa kejahatan selalu
berkorelasi dengan jiwa pelaku kejahatan, sedangkan dalam pandangan hukum pidana
berkorelasi dengan kesalahan dan perbuatan yang dilarang undang-undang. Ahli hukum
pidana ternama, H.B Voz dan Prof. Pompe, memberikan pandangannya, bahwa hukum
pidana diterapkan pada orang yang melakukan perbuatan yang diancam pidana yang ada
di dalam undang-undang (delik formil), yang kemudian ditambah oleh Prof. Moeljatno—
guru besar hukum pidana UGM, perbuatannya memenuhi unsur melawan hukum (delik
materiil). Sedangkan menurut Prof. Sudarto, orang akan dipidana selain perbuatannya
melawan hukum dan memenuhi rumusan undang-undang, tetapi juga ada kesalahan dari
sang pelaku, dan yang bersangkutan mampu bertanggung jawab secara hukum, serta
tidak terdapat alasan pemaaf.71 Pertanggungjawaban pidana—menurut Prof. Muljatno—
merupakan keadaan yang sebaiknya merujuk pada tiga kemampuan: pertama, pelaku
menyadari perbuatan dan akibatnya; kedua, pelaku menyadari bahwa apa yang ia perbuat
melanggar ketertiban umum; ketiga, pelaku melakukan perbuatan tersebut berada dalam
kebebasan kehendak. Ketiga keadaan tersebut bersifat kumulatif, artinya seseorang
dianggap tidak bertanggung jawab jika hanya satu syarat yang terpenuhi.72 Sebaliknya,
jika pelaku telah melakukan perbuatan yang dilarang undang-undang, ada kesalahan, dan
memiliki kemampuan pertanggungjawaban hukum, maka sanksi pidana harus segera
diterapkan padanya.

2.1.1. Bentuk-Bentuk Kejahatan


Mafia dalam melakukan kejahatan, menurut Prof. John Dickie menggunakan prinsip the
rule of no law, sehingga hampir umum didalam praktik mafia menggunakan pola
persengkongkolan atau permufakatan jahat yang difasilitasi aktor pembantu atau yang
turut membantu (co-conspirator). Bentuk kejahatan yang dilakukan mafia sama dengan
bentuk kejahatan pada umumnya, hanya saja pelaku kejahatan dari kalangan mafia
mempunyai kemampuan meloloskan diri dari jerat penindakan dan/atau pemidanaan.
Pelaku kejahatan di dalam komunitas mafia, menggunakan prinsip lebih baik membayar
daripada harus dipidana fisik sebagaimana maxim quilibet poena corporalis, quanvis
minima, majorest quilibet poena pecuniara,73 yang terjemahan bebasnya lebih sengsara
dihukum penjara walau sebentar, dibandingkan di hukum denda dengan jumlah besar.

Bentuk-bentuk kejahatan (crime patterns) umumnya sudah diklasifikasikan didalam


undang-undang, walaupun pengklasifikasiannya berbeda antara negara satu dengan
negara lain. Namun pada hakekatnya, ada 2 klasifikasi kejahatan, yaitu kejahatan yang
diklasifikasikan dengan merujuk pada sifat kejahatan dan kejahatan yang merujuk pada
tingkat kejahatan. Tingkat kejahatan tidak diartikan sebagai tingkat terjadinya kejahatan
(crime rate) tetapi tingkat berat ringannya suatu tindak kejahatan. Meminjam pendapat

70 Positivist school. In criminology, the Positivist School has attempted to find scientific objectivity for the measurement
and quantification of criminal behaviour. As the scientific method became the major paradigm in the search for all
knowledge, the Classical School's social philosophy was replaced by the quest for scientific laws that would be
discovered by experts. It is divided into Biological, Psychological and Social.
71 Gunanegara dam Sherly Meilintan Surya. (2022). Kejahatan Pendaftaran . . . op cit. Hal. 10-11.
72 Bambang Prayitno. (2021). Pertanggungjawaban Pidana Mafia Tanah Dalam Tindak Pidana Korupsi. Jurnal Hukum
dan Pembangunan Ekonomi. 9 (2). Hal. 270.
73
Andi Hamzah pada Tb Roni Nitibaskara. (2006). Penegakan Hukum Gunakan Hukum, KOMPAS. Jakarta. Hal. 4.

29
Joycelyn M Pollock ahli hukum pidana dari the State University of New York, klasifikasi
kejahatan dibagi menjadi 2 (dua), yakni; 74

1. Klasifikasi kejahatan yang merujuk pada sifat kejahatan


Sifat kejahatan disebut dengan mala in se dan mala in prohibita. Kejahatan yang mala
in se adalah tindakan atau perbuatannya secara alamiah atau secara umum buruk atau
jahat seperti pembunuhan, terorisme, korupsi, pencucian uang sedangkan mala in
prohibita adalah tindakan atau perbuatannya, tidak selalu jahat, tetapi perbuatan
tersebut dilarang oleh undang-undang. Ini yang menyebabkan suatu perbuatan
kejahatan atau bukan kejahatan menjadi berbeda antara negara satu dengan negara
lain, dengan kata lain di negara yang satu dinyatakan boleh di negara lain dinyatakan
terlarang. Contohnya, Ganja (marijuana) di bolehkan oleh undang-undang Belanda,
tetapi dilarang undang-undang di Indonesia. Namun, semua negara sepakat bahwa
korupsi dan pencucian uang adalah kejahatan.
2. Klasifikasi kejahatan yang merujuk pada tingkat kejahatan
Semua tindak kejahatan diklasifikasikan sebagai pengkianatan pada hukum (treason).
Mengklasifikasikan tingkat kejahatan penting tidak hanya untuk penjatuhan tingkat
pemidanaan, tetapi juga memberi panduan penegak hukum ketika hendak melakukan
penindakan hukum. Penegakan hukum pada pelaku pencurian sepeda motor tentu
berbeda afirmasinya dengan penindakan pada pelaku korupsi atau pencucian uang.
Sebab pelaku kejahatan korupsi atau pencucian uang yang biasa dilakukan mafia pada
umumnya lebih rumit dan sulit karena pelakunya memiliki keahlian dan keterampilan.
Pun demikian klasfikasi kejahatan tingkat tinggi umumnya tidak dilakukan secara solo
atau individual, seringkali dilakukan secara berkelompok dan berkonspirasi atau
bahkan dengan sindikasi. Kejahatan paling tinggi atau tertinggi adalah kejahatan
terhadap konstitusi, kejahatan yang dilarang oleh undang-undang dasar, seperti
revolusi, kudeta, makar, separatis, genosida, terorisme, pemberontakan dan kejahatan
yang semisal dengan itu, dengan tingkat pemidanaannya seumur hidup atau hukuman
mati. Treason sering juga dikenal sebagai crime against state security dengan tingkat
pemidanaan paling tinggi, paling berat, atau paling lama. Sedangkan kejahatan
korupsi, pencucian uang, peredaran obat terlarang adalah kejahatan tingkat tinggi
(felonies) yang di beberapa negara—China, Korea Selatan, Malaysia, Arab Saudi—
tingkat hukumannya sama dengan treason yakni hukuman mati paling tidak seumur
hidup. Kejahatan yang masuk tingkat tinggi, walau lemah penegakannya, namun
masuk dalam kejahatan luar biasa yakni tindak pidana ekonomi—konteksnya subversi
ekonomi—yaitu suatu bentuk kejahatan yang merugikan harta kekayaan milik bangsa
dan negara—antara lain merugikan sumber daya alam—yang merupakan hak bangsa
atau negara.75 Kejahatan yang tingkatannya ringan adalah misdemeanor—kejahatan
ringan atau sering disebut dengan pelanggaran yang tingkat pemidanaan—
umumnya—di bawah 5 (lima) tahun dan dapat diganti dengan denda atau kerja sosial.

2.1.2. Tingkatan Kejahatan


Tanah adalah hak kebendaan yang memiliki nilai ekonomi, mulai dari ratusan juta sampai
dengan trilyunan, karenanya banyak korporasi memasukan tanah sebagai kapital, barang
modal, atau barang investasi. Berharganya tanah dan nilai keekonomian tanah,
menjadikan tanah atau hak atas tanah menjadi bagian dari kejahatan kelas berat

74 Joycelyn M Pollock. (2016). Criminal Law. eleventh edition, Routledge. New York. Hal. 10-12.
75 Teguh Prasetyo, Jeferson Kameo. (2020). Tipologi Tindak Pidana Ekonomi Dalam Perspektif Keadilan Bermartabat.
Jurnal Hukum Bisnis Bonum Commune Volume 3 Nomor 2. Hal. 205.

30
(economic crime). Meminjam pendapat Prof. Andi Hamzah ahli pidana dari Universitas
Trisakti, bahwa economic crime atau tindak pidana ekonomi dalam konsep yang terbaru
substansinya lebih luas daripada yang dimaksudkan oleh economische delicten yang
diatur Undang-Undang Tindak Pidana Ekonomi (UU No. 7/Drt/1955). Sebab, UU Tindak
Pidana Ekonomi tahun 1955 hanya mengatur kejahatan penyelundupan
(smuggling/smokkel), kecurangan kepabeanan (custom fraud), kejahatan perbankan
(banking crime), kejahatan perdagangan (commercial crime), kejahatan pencucian uang
(money lundering), pemalsuan merk (brand counter feiting).
Banyak negara, termasuk Indonesia, sepakat memasukkan economic crime sebagai
kejahatan tingkat tinggi, canggih, luar biasa dan penanggulangannya umumnya tidak
sederhana karena melibatkan banyak aparat dan lintas negara, bahkan kadang kala
menerjunkan agen intelijen, yang ciri-ciri kejahatannya:76
1. dilakukan secara transnasional, melampaui batas negara, penindakannya
memerlukan mutual assistance act;
2. menggunakan alat kejahatan canggih, ICT atau lainnya yang semacam dengan itu;
3. cara atau metode kejahatannya canggih dan rumit;
4. kerugian atau dampak kejahatannya besar dan luar biasa;
5. melibatkan dan memerlukan aparat penegak hukum yang memiliki keahlian
khusus dan didikan khusus;
6. memerlukan biaya besar untuk memberantasnya, menindak dan menuntutnya;
7. seringkali tidak cukup hanya penyelidikan dan penyidikan an sich, tetapi
diperlukan bantuan intelijen khususnya saat pelacakan dan tukar menukar
informasi atau pemulangan Tersangka DPO (Daftar Pencarian Orang);
Membahas tingkatan kejahatan akan beririsan dengan pembahasan klasifikasi kejahatan,
karena pengklasifikasian kejahatan selain merujuk pada sifat kejahatan tetapi juga
merujuk pada tingkatan kejahatan. Tingkatan kejahatan, di dalam hukum pidana
Indonesia, terbagi dalam 2 (dua) kategori yakni kejahatan umum yang diatur hukum
pidana yang dikodifikasi di dalam KUHP (generale delicten) dan kejahatan khusus (speciale
delicten) yang diatur di luar KUHP. Menurut Prof. Petrus Joseph Pompe, guru besar
krimonologi Universiteit Utrechts, menyebutkan bahwa kejahatan khusus merupakan
kejahatan luar biasa (buitengewoon strafrecht) dan Beliau mengkategorikan sebagai
kejahatan khusus atau kejahatan luar biasa, karena kejahatan tersebut diatur—secara
khusus—oleh undang-undang tersendiri yang tidak ada pengaturannya di dalam KUHP.77
Pada sisi lain, kejahatan yang dilakukan pelaku kejahatan—yang disebut orang umum
sebagai mafia tanah—sebenarnya jenis dan bentuk kejahatan sama saja dengan yang
dilakukan pelaku-pelaku kejahatan pada umumnya, seperti penipuan, pemalsuan surat,
memberikan keterangan yang tidak benar pada akta otentik, penggelapan surat tanah,
pendudukan tanah, penggarapan liar; sedangkan dalam bentuk kejahatan khusus seperti
suap, gratifikasi, korupsi, pencucian uang, mensertipikatkan asset barang milik
negara/daerah/desa atau milik BUMN/BUMD/BUMDesa. Penulis sepakat dengan yang
disampaikan Bambang Prayitno yang intinya mengutarakan pandangannya bahwa praktik
korupsi sektor agraria tidak tak terhindarkan. Permasalahan lahan umumnya muncul
adanya kebijakan negara yang membiarkan akses rakyat berhadap-hadapan dengan
pemodal-korporat secara bebas dan kebijakan mengkomersialisasikan lahan untuk
keuntungan mereka. Efek kebijakan dan praktik korupsi di sektor agraria, menjadi sulit
dikontrol terlebih lagi ketika aparat dan penegak hukum, birokrat, dan swasta serta mafia
tanah saling berkolaborasi dalam merugikan keuangan dan perekonomian negara

76 Andi Hamzah. (2017). Kejahatan di Bidang Ekonomi (economic crime). Sinar Grafika. Jakarta. Hal. 1-2.
77
Andi Hamzah. (2017). ibid. Hal. 5.

31
dan/atau perekonomian masyarakat.78 Jika demikian kompleks dan rumitnya kejahatan
sektor agraria, maka menjadi tepat kemudian jika mafia tanah dan kejahatannya
berkategori economic crime, yang menurut Prof. Romly Atmasasmita dan Prof. Andi
Hamzah merupakan kejahatan tingkat tinggi. Hemat Penulis, walaupun bentuk dan tingkat
kejahatan mafia tanah sama dengan yang dilakukan pelaku kebanyakan, namun dampak
kejahatan yang dilakukan mafia tanah lebih besar, lebih hebat, dan seringkali
berkelanjutan. Karena itulah kejahatan mafia tanah sebenarnya tidak hanya masuk
kategori economic crime tetapi sudah masuk ke pada global-economic crime, yang
melibatkan kejahatan transnasional. Dikatakan kejahatan transnasional manakala tanah
telah dimasukan ke dalam pasar modal dan pasar keuangan, yang melibatkan banyak
investor di seluruh dunia. Berikut kutipan utuh tulisan tahun 2017 yang relevan, sekaligus
menjadi diskursus persoalan mafia tanah, berikut analisis dampak kerugian dari kejahatan
(global) economic crime:
Kejahatan global economic crime tidak lagi menyasar tanah an sich, tetapi
merambah tanah dengan semua derivasinya atau tanah dengan seluruh
sekuritisasinya. Global economic crime dan kejahatan pertanahan-inheren
didalamnya korupsi, pungli, gratifikasi, dan suap-menyuap menimbulkan
kerugian negara dan kerugian masyarakat. Sama halnya dengan kejahatan
pencucian uang, tidak hanya mengancam stabilitas perekonomian dan
integritas sistem keuangan, tetapi juga membahayakan sendi-sendi
bermasyarakat dan bernegara. Global economic crime seacara a priori
berbanding lurus dengan kejahatan pencucian uang, jika keduanya
diperagakan ujungnya menggerus uang negara dan uang masyarakat. Pada
ujung muaranya memicu krisis nasional dan moral hazard. Untuk itu, deteksi
dini diperlukan untuk pencegahan dan pemberantasan mafia tanah yang
diikuti dengan tindakan pemulihan atau pengembalian kerugian negara.79

Mengacu pada pendapat Keith Hopwood, bahwa sejak abad ke 6 dan 7 tanah—legitimate
or illegitimate—hanya dikuasai oleh segolongan elit. Yahong Zhang dan Cecilia Levena
ilmuwan China dan Argentina menyatakan bahwa urusan tanah paling banyak dikorupsi
dan jadi obyek kejahatan. Tanah kini dan kedepan, tidak lagi diekploitasi dalam bentuknya
yang fixed asset, tetapi kejahatan berubah seiring dengan perkembangan keekonomian
tanah, dan masuk ke dalam money paper, stock, capital share, land-asset collateral,
secondary mortgage facility, asset-backed security, real estate investment trust,
reksadana, dan kejahatan lain yang sejenis dengan itu. Demikian pula, bentuk kejahatan
yang semula obyeknya hanya tanah sebagai fixed asset, ikut mengikuti merangsek ke
tanah dalam bentuk keekonomian lain, ke pasar uang; pasar modal, perbankan, dan
seluruh derivasinya. Ketika tanah dan derivasinya menjadi obyek kejahatan, saat itu pula
masyarakat dan negara terancam dan menjadi korbannya. Kerugian masyarakat dan
negara bertambah besar saat kejahatan menggunakan media siber yang pelakunya lintas
negara; membobol data tanah digital, data kredit property, data kustodian, data bursa
efek, data manajer investasi, data keuangan, dan derivatnya (cyber crime and economic
crime). Maka dari itu, tingkatan kejahatan dapat ditelisik dari obyek kejahatan yang
disasar, Gambar 8 menunjukan secara skematik yang substansinya—secara hipotetikal—

78 Bambang Prayitno. (2021). Pertanggungjawaban Pidana Mafia Tanah Dalam Tindak Pidana Korupsi. Jurnal Hukum
dan Pembangunan Ekonomi. 9 (2). Hal. 271.
79
Gunanegara. (2017) Intelijen Pertanahan . . . Hal. 167.

32
menunjukan bahwa mafia tanah adalah kejahatan yang luar biasa dampak dan
komplikasinya.

GAMBAR 8. OBYEK DAN SASARAN MAFIA TANAH

RED CODE

SUMBER 3. GUNANEGARA (2017). Intelijen Pertanahan (bahan diolah)

2.2. Mafia Tanah dan Kejahatannya


Bentuk kejahatan dari mafia tanah secara legalistik sudah diatur didalam hukum positif
Indonesia, didalam KUHP untuk tindak pidana umum maupun didalam undang-undang
khusus untuk tindak pidana luar biasa (special
crime). Beberapa ahli membedakan antara
extraordinary crime dengan special crime dan
ada ahli lain yang membedakan lagi dengan
the most serious crime, walaupun ketiga istilah
tersebut tidak menjadi bahasa hukum di dalam
KUHP, namun dalam diskursus ahli hukum
pidana menjadi pusat perhatian mereka.
Pengertian extraordinary crime menurut Prof.
Romli Atmasasmita, adalah bagian dari istilah
generiknya yang disebut white-collar crime
yang merupakan istilah generik bagi jenis-jenis
kejahatan-kejahatan (crimes) dan yang
dilawankan dengan istilah street crime.
Menurut Prof. E.H. Sutherland dalam bukunya
yang berjudul White Collar Crime: The Uncut
Version, mengemukakan: "white collar crime
may be defined approximately as a crime commited by a person of respectability and high
social status in the course of his occupation", Sementara itu, C.F. Wellford dan B. L.
Ingraham dalam bukunya yang berjudul White Collar Crime: Prevelence, Trend, and Cost
mengklasifikasikan white collar crimes menjadi tiga kelompok: (1) business and
professional crimes, (2) occupational crimes, (3) individual frauds. Kemudian J. W. Tomlim
dalam bukunya yang berjudul Victim of White Collar Crimes, menggambarkan ada tiga
tipologi korban berkenaan dengan white collar crimes, yaitu: perorangan (individual),
korporasi (corporate or business erterprises), institusi pemerintah (government
instituttions), dan (4) ketertiban internasional (international order), dan (5) Masyarakat

33
(society). Sedangkan pengertian the most serious crime, meminjam pendapat Kraig
Bergnaum, adalah felonies are the most serious type of crime and are often classified by
degrees, with a first degree felony being the most serious. They include terrorism, treason,
arson, murder, rape, robbery, burglary, and kidnapping. What is the most serious crime in
society? Homicide, of course, is considered the most serious crime because it involves the
taking of a human life. 80 Beranjak dari perincian kejahatan yang disampaikan Kraig
Bergnaum yang dikategorikan sangat serius atau the most serious crime tidak menyebut
didalamnya kejahatan mafia tanah, namum jika merujuk pendapat E.H. Sutherland, C.F.
Wellford dan B. L. Ingraham serta Prof. Romli Atmasasmita maka mafia tanah masuk di
dalam skupa economic crime yang berkategori kejahatan luar biasa (extra-ordinary crime).

Sebelum mendiskripsikan bentuk-bentuk kejahatan mafia tanah secara analitik, berikut


bentuk-bentuk kejahatan yang digambarkan secara grafis, dipetik dari beberapa bentuk
dari keragaman mafia tanah yang paling terjadi (vide Gambar 9). Karena bentuk kejahatan
selalu berubah dan berkembang, baik dalam tataran genus, species, termasuk derivatnya,
maka tidak mungkin Penulis menguraikan dan menganalisis satu demi satu bentuk
kejahatan mafia tanah yang sudah terjadi, dan yang akan terjadi, apalagi melakukan circa
atau forecasting bentuk mafia tanah yang akan terjadi di kemudian hari adalah hal yang
mustahil.

GAMBAR 9. RUPA DAN BENTUK KEJAHATAN MAFIA TANAH

Kejahatan Mafia Tanah di Dalam Kebijakan atau Peraturan

Kejahatan Mafia Tanah dalam Tindak Pidana Umum

Kejahatan Mafia Tanah dalam Tindak Pidana Khusus

Kejahatan Mafia Tanah dalam Pendaftaran Tanah dan Pensertipikatan


Tanah

Kejahatan Mafia Tanah dalam Informasi dan Transaksi Elektronik (Cyber


Crime)

Kejahatan Mafia Tanah dalam Jual Beli Jabatan

2.2.1. Kejahatan Mafia Tanah di Dalam Kebijakan atau Peraturan

Disrupsi 4.0 atau era artificial intelligence melahirkan revolusi industri baru, namun
demikian tanah berikut derivatnya tetap akan manjadi primadona dulu, kini, dan ke depan.
Tanah berikut nilai keekonomiannya, oleh banyak pihak dimaknai dalam dua perspektif;
pertama tanah dengan perspektif ekonomi; dan kedua, tanah dengan perspektif hukum.
DJ. A. Simarmata ekonom Universitas Indonesia, mengingatkan bahwa tanah dan
sertipikatnya tidak hanya soal proses administratif dan hukum semata, sebab tanah dan
sertipikatnya adalah nilai ekonomi yang berdampak ekonomi. Masih menurutnya, tanah
dan pensertipikatan nya adalah daya ungkit keekonomian masyarakat dan negara,

80 Kraig Bergnaum, (2022). Which crimes are the most serious? Which crimes are the most serious?
(legalknowledgebase.com) di akses pada 10/26/2022 2:36:11 PM

34
sebagaimana halnya yang disampaikan Hernando de Soto dari Lima-Peru alumni
University of Geneva—peraih berbagai penghargaan dunia bidang ekonomi—mengatakan
bahwa kebijakan publik merupakan fungsi dan instrumen negara guna mewujudkan
keadilan (just) dan kesetaraan (equality) di lingkungan rakyat miksin, dengan
mengeyahkan kemiskinan struktural. Sama dengan yang disampaikan peraih nobel
ekonomi Prof. Amartya Sen dari Harvard University yang berdarah India (1933-1972),
bahwa kebijakan negara—sesuai teori social choice theory—dalam bentuk diskresi
dan/atau peraturan harus dapat memberikan kesetaraan (equality), yang secara hukum
juga harus memberikan keadilan (just). Dengan demikian, kebijakan publik berikut
peraturan perundang-undangan yang diciptakan negara tidak membiarkan kepentingan
korporasi-investor dengan kepentingan individual-rakyat saling berhadap-hadapan vis a
vis di dalam pasar bebas, karena hasilnya sudah dapat diduga rakyat akan selalu dalam
posisi lemah dan kalah. Jadi, dalam konteks Indonesia, tidak adil jika kemudian rakyat
sebagai pemegang hak bangsa, hak tertinggi atas sumber daya agraria yang
kedudukannya lebih tinggi dari hak menguasai negara (HMN), ternyata yang didapat
rakyat tidak sebanding dengan capital gain yang didapat investor-korporat. Walau, secara
natural, korporasi dan pemodal selalu mencari laba dan keuntungan, namun keuntungan
itulah yang dikondisikan negara agar tidak merugikan hak dan kepentingan rakyat,
sebagai pemegang saham tertinggi atas bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang
terkandung didalamnya.

Secara eko-yuridis, tanah merupakan barang modal, menyedot investasi, menguntungkan


banyak pihak, sekaligus sasaran dan sumber kejahatan banyak pihak, maka tanah perlu
kebijakan dan pengaturan yang awas dan waskita. Sebab, penguasaan dan pemilikan
tanah oleh swasta yang tak terkendali akan menaikan harga tanah yang tak terkendali
juga, dampaknya bubble price dan siklus ekonomi bereskalasi tinggi, potensi kejahatan
ekonomi laten tak kentara. Maka dari itu, pengendalian penguasaan dan pemilikan tanah
menjadi strategis, disesuaikan konstitusi Indonesia dan tidak begitu saja mengikuti pola
penguasaan dan pemilikan tanah dari negara lain yang memiliki idiologi dan konstitusi
serta sistem kebangsaan-bernegara yang berbeda. Misalnya, realitas fenomenal pola
penguasaan dan pemilikan tanah untuk perkebunan yang melampaui batas-batas
keadilan, tampak sudah tidak sesuai lagi dengan prinsip agrarian justice dan Pasal 33
ayat (2) dan ayat (3) UUD’45.

Kita lihat bersama tabel di samping, ada


penguasaan tanah oleh konglomerasi swasta—
i.e. Sinar Mas Group yang berhasil memiliki
tanah untuk usaha tambang, perkebunan sawit
dan industri kertas dengan total luas 3,1 juta
ha—dan total luas itu lebih luas dari gabungan
tanah yang dikuasai BUMN yang hanya 2,06
juta ha, 81 dan tanah Sinar Mas Group dkk
SUMBER. 3. DATA JULI 2022.
berkali lipat lebih luas dari Singapore dan https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/08/18/sinar-mas-
Brunei. kuasai-lahan-lintas-sektor-lebih-luas-dari-bumn

Situasinya hampir sama antara penguasaan tanah oleh perusahaan perkebunan dan
pertambangan dengan penguasaan tanah oleh perusahaan real estate, namun

81 Reza Pahlevi. (2022). Sinar Mas Kuasai Lahan Lintas Sektor Lebih Luas dari BUMN.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/08/18/sinar-mas-kuasai-lahan-lintas-sektor-lebih-luas-dari-bumn
di akses pada 01/11/2022 11:10:21 AM.

35
penguasaan tanah untuk real estate jauh kecil dibandingkan penguasaan tanah untuk
perkebunan dan pertambangan. Perbedaan yang lain, penguasaan tanah oleh perusahaan
real estate nantinya rumah yang dibangunnya untuk dijual dan dimiliki konsumen yang
kebanyakan warga negara Indonesia, dan sarana, prasarana, utilitas umum oleh
perusahaan real estate diserahkan kepada pemerintah daerah dan menjadi asset
pemerintah daerah. Sedangkan dari sisi penguasaan tanah yang untuk perkebunan, selain
luasanya mengkuatirkan generasi Indonesia yang berkelanjutan, tetapi tanah yang
dikuasainya tidak untuk dilepas/dijual kepada rakyat Indonesia, karena mereka hanya
menjual hasil-hasil perkebunan an sich, sedangkan tanahnya tetap dalam hak privatnya
selama 160 tahun.

Kondisi penguasaan tanah luas oleh beberapa korporasi tertentu, hendaknya ke depan,
para penyusun kebijakan dan pembentuk peraturan perundang-undangan melakukan
koreksi kebijakan ini, dan tidak mengikuti jejak lama yang abai pada wasiat Pasal 33 ayat
(2) dan ayat (3) UUD NRI 1945 dan Alinea ke-empat Pembukaan UUD NRI 1945. Selain
itu, aparat hukum—Jaksa, Polisi, KPK—serta hakim-hakim Indonesia perlu
mempertimbangkan apa yang dikatakan Prof. Hans Nelen guru besar kriminologi dari
Belanda, bahwa ada a symbiotic and a parasitic dimension of the relationship
between organized crime and the real estate sector82…the fact that the property market
offers very good opportunities for criminal entrepreneurs to conceal their illegitimate
activities and proceeds, is another relevant crime inducing element. In contrast to the
financial sector, which is strongly regulated and supervised, the real estate market lacks
sufficient transparency and adequate (informal and formal) control. According to Eichholtz
(2006), the property market still operates in the same supervisory vacuum as twenty years
ago. This puts the market at a structural integrity risk, as illegal capital is likely to flow to
the least supervised investment market.83 Walaupun sektor keuangan Indonesia masih
menghadapi persoalan implementasi dan sistem kebijakan dengen meledaknya kasus
ASABRI, JIWASRAYA, WANAARTHA, BUMI PUTERA, BANK CENTURY, BLBI dan kasus pasar
uang dan perasuransian yang serupa dengan itu, tetapi ternyata kebijakan keuangan tetap
lebih baik daripada kebijakan sektor pertanahan, maka mereview tujuan dan isi kebijakan
dan peraturan pertanahan diperlukan agar tidak semakin masif disasar mafia tanah. Dus,
kebijakan dan peraturan pertanahan ke depan harus dapat mencegah kejahatan mafia
tanah, dan yang dapat mencegah mafia intervensi ke pejabat dan perancang kebijakan
atau yang dapat mencegah pejabat pertanahan terkoptasi oleh mafia. Idealnya, kebijakan
dan peraturan pertanahan serta pejabatnya harus ikut mengatasi mafia tanah dan
memberantas kejahatannya, sekaligus menjaga agar prinsip, jiwa, dan cita Pasal 33 ayat
(2) dan ayat (3) UUD NRI 1945 tidak disimpangi para mafia. Dengan demikian kebijakan
dan peraturan pertanahan dalam merealisasikan perintah Pasal 33 ayat (2) dan (3) UUD
NRI 1945 dilakukan setara dan berkeadilan antara kepentingan negara, kepentingan
investasi dan kepentingan rakyat. Gambar 10 memperlihatkan perbedaan secara grafis
antara kebijakan dengan berbasis keadilan (justice) dengan kebijakan yang berbasis
kesetaraan (equality), akan tampak secara visual perbedaan dari kedua kebijakan tersebut,
termasuk dampak yang ditimbulkan dari masing-masing kebijakan. Dan, jika kejahatan
penguasaan tanah semakin menjadi-jadi maka (oknum) pembuat atau penyusun kebijakan
dan (oknum) pejabatnya harus ditegakan hukum pidana kepadanya.

82 Hans Nelen. (2008). Real estate and serious forms of crime. https://www.researchgate.net/publication/
23648901Real_estate_and_serious_forms_of_crime. Hal. 3.
83 Hans Nelen. (2008). Real estate and serious forms of crime. https://www.researchgate.net/publication
/23648901Real_estate_and_serious_forms_of_crime. Hal 9.

36
GAMBAR 10. PERBEDAAN ANTARA KEBIJAKAN YANG ADIL DAN YANG SETARA

SUMBER 4 ABHISHEK KR. JAISWAL & PREM KUMAR

Jika berpijak di aras normatif-konstitusional, maka kebijakan pertanahan termasuk


didalamnya diskresi pemberian sertipikat hak atas tanah, jika produknya melahirkan
kerugian bagi rakyat dan bangsa Indonesia karena memberikan keuntungan lebih banyak
kepada pihak tertentu an sich, maka kebijakan dan diskresi tersebut adalah “kejahatan
konstitusional”, dan itu disebut dengan perpetrators of treason.
Persis apa yang dikatakan Prof. Hans Nelen bahwa real estate has become booming
business, attracting domestic and foreign investment. The market is closed, dominated by
old boy networks, with possibilities to conceal irregularities. regulations, law enforcement
and (both formal and informal) control seem to be inadequate.84 Manakala kebijakan,
peraturan perundang-undangan, dan/atau diskresi pemberian/pembatalan hak atas tanah
berhasil disusup (infiltrated) oleh mafia tanah, maka langkah judicial review atas kebijakan
dan peraturan perundang-undangan tidaklah cukup, sebab perlu tindakan yang lebih dari
itu, yaitu penyidikan untuk mencari pelaku dan aktor utama yang menggagas atau
memerintahkan sehingga kebijakan, peraturan, dan diskresi tersebut bisa diterbitkan dan
diundangkan, adakah suap atau peragaan perbuatan melawan hukum dibalik kebijakan,
peraturan, atau diskresi itu. Kebijakan dalam bentuk diskresi atau peraturan yang dibuat
oleh pejabat korup, meminjam istilah dari Prof. Tb. Ronny Nitibaskara, merupakan
kejahatan super white collar crime yang harus diburu dan dihukum berat. 85 Berikut
kutipannya, yang dinukil dari pemikiran Beliau di tahun 2006, manakala kejahatan
dilakukan oleh pejabat pemilik kebijakan, pemilik diskresi dan pemegang kekuasaan;

Di belahan bumi manapun, senantiasa terdapat kecenderungan pejabat


tinggi yang tersangkut perkara korupsi sulit dijerat hukum. Terlebih-lebih
bila pejabat-pejabat tersebut tengah menduduki posisi-posisi strategis.
Berbagai macam power yang dipegangnya akan menjadi batu sandungan
serius bagi penegakan hukum atas dirinya. Untuk menumbuhkan citra
hukum ditegakkan, proses hukum formal mungkin dijalankan. Tetapi, berkat
berbagai power—entah politik atau uangnya—hasil akhir proses hukumnya
sejak awal sudah dapat diramalkan. Mereka akan bebas dari segala tuntutan.
Realitas buram ini juga tak sunyi mewarnai pengadilan kita. Sangat besar
harapan masyarakat, agar para hakim yang tengah menyidangkan kasus-
kasus korupsi tidak silau dengan tingginya jabatan terdakwa. Para hakim

84 Hans Nelen. (2008). Real estate and serious forms of crime. https://www.researchgate.net/publication
/23648901Real_estate_and_serious_forms_of_crime. Hal 2.
85
Tb. Ronny Rahman Nitisbaskara. (2006). op cit. Hal. 49.

37
pengadil itu, seyogyanya mempertimbangkan jabatan bagi mereka hanya
sebagai sarana untuk melakukan kejahatan…”86
Dalam perspektif ekonomi politik, penyusunan kebijakan yang benar dan implementasi
kebijakan yang benar, berdampak pada pensertipikatan tanah yang cepat dan mengungkit
perekonomian keluarga, masyarakat, dan investasi. Namun, jika penyusunan kebijakan dan
kemudahan pensertipikatan tanah lahir yang didalamnya ada persekongkolan dengan
mafia tanah dan memacu timbulnya penguasaan tanah secara luas, monopoli dan
fragmentasi, spekulasi tanah, melambungnya harga tanah dan melangkanya ketersediaan
tanah maka si pembuat kebijakan a quo mengkianati konstitusi dan hak-hak rakyat
Indonesia. Jargon tengik yang dijadikan alasan “kalau bisa dipermudah, kenapa dipersulit”
sebenarnya ada mens rea (oknum) pejabat yang bersangkutan dalam memberikan
kemudahan dan percepatan sertipikat tanah milik mafia tanah. Tidak sedikit di dalam
praktik, tanah dan sertipikat dijadikan instrumen untuk memeras oleh (oknum) pejabat
kepada pemohon hak. Namun sebaliknya, pemilikan tanah yang luas juga digunakan
korporat untuk memeras rakyat dan pemerintah. Itulah efek monopoli tanah yang dilarang
pendiri negeri, dan telah dituangkan di dalam UU No. 1/1958 tentang Penghapusan
Tanah Partikelir (landlord) dan larangan monopoli tanah di Pasal 13 UU No. 5/1960.
Kasus pengendalian manusia oleh korporat adalah kejahatan kelas tinggi sebagaimana
karakter mafia tanah transnasional. Dus, dampaknya sudah mulai terasa, kapital dan
korporasi tidak hanya mengendalikan tanah dan nilai tanah berikut kemanfaatan tanah,
tetapi juga telah mengendalikan nasib manusia dan pimpinan partai-partai politik, bahkan
pemimpin bangsa. Gambar 11 detail gambaran dari Marc C.A. Wegerif & Arantxa Guerena
dan Abhishek Kr. Jaiswal & Prem Kumar dalam memahami kebijakan jika tidak adil dan
setara.
GAMBAR 11. BERBAGAI MODEL DARI KETIDAKSETARAAN PADA KEBIJAKAN PERTANAHAN

SUMBER. 4 Marc C.A. Wegerif and Arantxa Guerena. (2020).

Pada tataran praktikal, selain dalam perspektif konstitusional dan ekonomi politik yang
sudah dijelaskan sebelum ini, dalam perspektif yuridis sertipikat hak atas tanah
diposisikan sebagai tanda bukti adanya hak atas tanah atau bukti adanya hak kebendaan
atau tanda bukti hak kepemilikan orang atas tanah yang dapat digunakan sebagai
instrumen untuk mengendalikan politik, pemerintahan, dan masyarakat.

86
Tb. Ronny Rahman Nitisbaskara. (2006). op cit. Hal. 46.

38
Pandangan hukum tersebut di atas, yang kemudian banyak pihak, khususnya mafia tanah
dan teman-teman jahatnya, memburu sertipikat hak atas tanah untuk simbol legalitas yang
didalamnya ada nilai hukum yang berdimensi kekayaan dan power. Karena itu, berbagai
cara akan digunakan mafia tanah untuk mendapatkan sertipikat hak atas tanah, termasuk
berkongsi dengan (oknum) pejabat dan birokrat. Mafia tanah sering dan tidak segan
memanfaatkan putusan pengadilan untuk alas hak (rechtstitel) agar memiliki cara untuk
memperoleh sertipikat hak atas tanah. Praktiknya memang demikian, tidak sedikit mafia
tanah yang menjadikan lembaga pengadilan—yang nota bene lembaga otoritatif—untuk
melegalisasi niat jahatnya dengan bantuan kekuatan hukum putusan pengadilan sebagai
alas hak/surat tanah untuk mendapatkan sertipikat tanah. Bahkan, pengadilan seringkali
dimanfaatkan dan dijadikan oleh mafia tanah sebagai sarana untuk merampas dan
menyingkirkan pemilik tanah yang syah, sekaligus menjadi instrumen hukum yang
menetapkan pemilik baru atas tanah a quo. Meminjam pendapat Prof. Romli Atmasasmita,
yang lugas mengatakan bahwa di dalam sistem eksekutif yang korup, pengadilan menjadi
ajang memperkuat who is the powerfull and who is the losser.87 Realitas modus dan model
kejahatan yang rumit dan kompleks seperti itu, perlu instrumen hukum yang sepadan
dengan itu, dengan melakukan gelar operasi yustisi dan operasi tangkap tangan para
(oknum) hakim, pemilik diskresi dan pejabat penyusun kebijakan yang korup dan
melampaui batas.

Dalam perspektif teknikal-administratif, kebijakan yang mengatur kedudukan dan


kekuatan hukum alas Hak (rechtstitel) seperti Girik, Letter C/D, Petok, Surat Keterangan
Tanah (SKT) Lurah/Kepala Desa sebagaimana yang diatur PP No. 24/1997 dan kini diatur
PP No. 18/2021 menjadi titik sentral yang rawan kejahatan. Karena surat-surat tanah
tersebut adalah embrionya sertipikat hak atas tanah. Kekuatan hukum surat-surat tanah
tersebut penentu awal terjadinya kepemilikan orang atas tanah, karenanya surat-surat
tanah tersebut ikut menjadi sasaran mafia tanah. Tidak heran kemudian, didalam praktik,
banyak kasus pemalsuan surat tanah, penipuan surat tanah, penggelapan dan
penggandaan surat tanah. Bahkan, tidak sedikit dilakukan permufakatan jahat antara
oknum lurah, kepala desa, notaris, pengacara dan camat serta oknum pegawai/pejabat
ATR/BPN sebagaimana yang dikatakan Menteri ATR/BPN di Yogyakarta. Dengan
demikian, apa yang disampaikan Menteri ATR/BPN di tahun 2022 suatu fakta hukum
adanya oknum lurah/kepala desa dan/atau camat yang membantu terjadinya kejahatan
pada surat-surat tanah embrionya sertipikat hak atas tanah. Naif, kebijakan atau peraturan
yang dibuat—in casu PP No. 18/2021 dan Permen ATR/BPN No. 18/2021—secara
hipotetis, seperti sengaja mendorong untuk terjadinya rekayasa alas hak dan surat tanah.
Sebab, ke depan bentuk alas hak, di atur oleh kedua peraturan tersebut, cukup dapat
berupa Surat Pernyataan Penguasaan Fisik (SPPF), yang didalam praktik dikenal dengan
surat sporadik. Kebijakan tersebut (bisa) salah, jika malah memberi ruang terjadinya
diskresi dan penyalahgunaan kewenangan di dalam praktik pemberian sertipikat hak atas
tanah. Atau, mungkinkah kebijakan tersebut telah terkoptasi mafia tanah, agar ada dasar
hukum tindak kejahatan menjadi legal (crime of law), yakni ketika permohonan
pengukuran tanah dapat hanya dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP), dan permohonan
sertipikat hak atas tanah dapat hanya melampirkan SPPF. Padahal menurut UU No.
23/2006 juncto UU No. 24/2013 tentang Administrasi Kependudukan disebutkan bahwa
KTP hanya tanda bukti kependudukan yang tidak untuk pembuktian hubungan hukum
antara orang dengan tanah. Kiranya kebijakan yang mengatur KTP dan Surat Pernyataan

87
Romli atmasasmita. (2018). op cit. (Hal.17)

39
Penguasaan Fisik (SPPF) yang awalnya untuk kesuksesan proyek PTSL yang hanya berlaku
untuk tanah-tanah rakyat perorangan, namun ketika kebijakan tersebut diperluas untuk
semua permohonan hak oleh siapa saja dan korporat dengan luas tanah berapapun akan
sangat menyenangkan mafia tanah. Kebijakan naif yang ditulis di dalam PP No. 18/2021
juncto Permen ATR/BPN No. 18/2021 sangat krusial jika dimanfaatkan mafia tanah dan
teman-teman jahatnya yang ada di berbagai lini. Kirka Penulis, pasca PP No. 18/2021
juncto Permen ATR/BPN No. 18/2021 semua permohonan hak atas tanah dengan luas
berapapun berpotensi disetujui pejabat BPN walau hanya melampirkan KTP dan SPPF.

Mengacu pada hasil penelitian yang sudah dilakukan peer-review kolegial, di dalam
kesimpulannya, dikatakan bahwa Surat Pernyataan Penguasaan Fisik (SPPF) atau Surat
Sporadik secara hukum sejatinya tidak mempunyai kekuatan pembuktian sempurna, selain
karena dibuat sepihak, tetapi juga tidak melibatkan pejabat umum atau pejabat
pemerintahan, dan surat tersebut berkualifikasi di bawah tangan (onderhand) yang mudah
disalahgunakan oleh pihak-pihak yang beriktikad tidak baik (in casu mafia tanah dan
oknum pejabat yang membantu mafia tanah). Lebih lanjut dikatakan, bahwa alas hak
dalam bentuk SPPF secara yuridis materiil tidak mengikat kuat bagi pejabat, pihak ketiga,
dan hakim pengadilan, kalaupun SPPF diperkuat dengan waarmerking di Notaris, bisa
jadi benar secara formil tetapi tidak serta merta benar secara materiil. Sarannya, alas hak
dan prosedur pensertipikatan tanah seharusnya semakin diperkuat-diperketat apalagi
untuk permohonan sertipikat hak atas tanah yang berskala besar, luas, krusial, strategis
demi mempertahankan keberlanjutan rakyat, bangsa, dan negara Indonesia88 dan tidak
dimanfaatkan para mafia.
Demikian juga masalah kebijakan BPHTB TERUTANG pada proyek PTSL, yang
membolehkan diterbitkan sertipikat hak atas tanah walaupun Bea Perolehan Hak Atas
Tanah dan Bangunan (BPHTB) belum dibayar penerima hak. Kebijakan pembolehan BPHTB
TERUTANG pada sertipikat PTSL dilandasi
kebijakan Menteri ATR/BPN—yang dalam
perspektif ilmu hukum—kebijakan menteri
tersebut bertentangan dengan perintah UU Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah (UU No. 28/2009)
dan UU Hubungan Keuangan Pemerintah Pusat
dan Daerah (UU No. 1/2022). Sebab, kata kedua
undang-undang tersebut, pembebasan pajak
hanya bisa diatur dengan dan oleh Undang-
SUMBER 5 https://www.limitnews.net/
Undang atau PERDA, termasuk didalamnya
pengaturan pajak BPHTB TERUTANG dan momentum BPHTB TERUTANG , dan hal-hal yang
demikian itu merupakan kewenangan PERDA bukan kewenangan ATR/BPN e.g. Permen
ATR/KBPN No. 12 Tahun 2017 dan Permen ATR/KBPN No. 6 Tahun 2018. Sama dengan
pendapat H. Suryanto, et al bahwa tugas dan tanggung jawab BPHTB diatur dan
ditetapkan dengan peraturan, baik peraturan daerah maupun peraturan bupati atau
walikota. Perdebatan akan selalu muncul dan akan terus berkembang jika kewenangan
Menteri ATR/ BPN yang (ikut) mengatur penundaan BPHTB yang ternyata dari sisi norma
tidak sejalan dengan ketentuan UU PDRD. Hal yang sifatnya administrasi kelak suatu hari
akan bisa berubah menjadi tindak pidana khusus.

88 Gunanegara. (2022). Penyelesaian BPHTB Terutang Sertipikat PTSL Pasca UU No. 1 Tahun 2022. Lex Jurnalica, 19
(2). Hal. 360.

40
Bisa jadi, kasus BPHTB TERUTANG pada sertipikat PTSL akan menjadi rumit, ketika
diasumsikan setiap bidang tanah yang sudah diterbitkan sertipikat seharusnya membayar
BPHTB—jika diasumsikan 1 bidang tanah membayar Rp. 1 juta/bidang/hak—maka
agregat akumulatifnya menjadi sangat dan sangat besar nilai pajaknya. Dampak
negatifnya, kebijakan Presiden Joko Widodo yang idenya implementasi sosialis-nasionalis
ternyata di implementasikan oleh para pembantunya menjadi warisan yang dilematik,
sebab jutaan BPHTB TERUTANG pada sertipikat PTSL harus ditagih—berdasarkan UU
PDRD dan UU HKPD atau dihapuskan atau ditagih pembayarannya oleh pemda89

Tulisan BPHTB TERUTANG pada buku sertipikat PTSL ternyata dalam pelaksanaannya
dimanfaatkan oleh oknum untuk menarik uang pungli, menjadi alat pemerasan baru oleh
oknum pegawai ATR/BPN Kota Bekasi. Dalam berita disebutkan, bahwa penghapusan
stempel Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) Terhutang
sertipikat PTSL dilakukan secara ilegal dan menjadi alat untuk mendapat kutipan uang
pungli dari oknum pegawai ATR/BPN Kota Bekasi. Permohonan masyarakat untuk
menghapus/menghilangkan catatan BPHTB Terhutang pada sertipikatnya, ternnyata para
pemilik sertipikat wajib setor Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu per sertipikat.90

Gambar 12. JUMLAH KASUS SERTIPIKAT HAK ATAS TANAH YANG MELEKAT CATATAN BPHTB
TERUTANG DI DAERAH RURAL, RURAL-URBAN, DAN URBAN DARI PELAKSANAAN
PTSL 2017-2021 YANG HARUS DITAGIH ATAU DIHAPUS TERKAIT DENGAN
BERLAKUNYA UU NO. 1/2022 TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN PEMERINTAH
PUSAT DAN PEMERINTAH DAERAH.

GAMBAR 13. PROYEKSI BPHTB TERUTANG DENGAN ASUMSI 1 JUTA/PERBIDANG/PERHAK


YANG MASIH PERLU PENYELESAIAN HUKUM

89 Gunanegara. (2022). Penyelesaian BPTB . . . ibid. Hal. 145.


90 https://www.limitnews.net/bekasi/selain-pungli-oknum-pegawai-atr-bpn-kota-bekasi-diduga-terlibat-penghapusan-
stempel-bphtb-terhutang-secara-ilegal di akses pada 10/30/2022 5:05:37 AM

41
Bentuk kejahatan mafia tanah yang paling tidak kentara, adalah jika mafia tanah masuk
kepada pembuat kebijakan atau pembentuk peraturan perundang-undangan, akibatnya
produk kebijakan atau peraturan perundang-undangannya akan memfasilitasi
kepentingan mafia tanah, secara contrario merugikan rakyat Indonesia. Produk kebijakan
dan peraturan yang berhasil disusupi mafia tanah, hampir dapat dipastikan isinya
bertentangan dengan cita dan jiwa Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3) UUD NRI 1945, inilah
yang disebut dengan “kejahatan konstitusional” atau treason by law. Misalnya,
berdasarkan analitik-yuridik, terdapat materi di dalam UU Cipta Kerja (UU No. 11/2020)
Juncto PP No. 18/2021 junctis Permen
ATR/BPN No. 18/2021 yang normanya
memberikan peluang kepada korporasi
untuk menguasai tanah dengan luas
berapapun (dapat) diberikan hak dengan
jangka waktu 80 tahun untuk HGB atau
HP dan 85 tahun untuk HGU dan masih
diberikan hak untuk memperpanjang
kembali sehingga total waktu yang
didapatkan menjadi160 tahun.

Jangka waktu hak atas tanah tersebut—160 tahun—lebih panjang daripada jangka waktu
Inggris menyewa Hong Kong atau setara dengan ½ masa waktu VOC (Vereenigde Oost
Indische Compagnie) menjajah Indonesia.91 Kebijakan pejabat yang dituangkan di dalam
peraturan perundang-undangan yang demikian itu, rawan dijadikan sarana pelegalan
kejahatan konstitusional yang menguntungkan mafia tanah transnasional. Semakin rumit
manakala perancangan dan pengundangan UUCK yang nota bene mempraktikan
transplantasi hukum, mengadopsi hak atas tanah berjangka waktu panjang, seolah
mengikuti kebijakan hak atas tanah di negara monarki atau eks monarki yang menganut
long life covenant atau long life lease, yang rata-rata negara mereka menganut dominium
dan/atau imperium. Sedangkan Indonesia bertradisi civil law dan bukan eks monarki, tidak
pula menganut dominium dan imperium, bahkan dengan lugas pendiri bangsa ini
menciptakan sendiri paham asli yang disebut dengan Hak Bangsa dan Hak Menguasai
Negara (HMN) atas tanah. Bertitik tolak dari Hak Bangsa dan Hak Menguasai Negara maka
isi dan konsepsi Hak Guna Bangunan (HGB), Hak Guna Usaha (HGU), dan Hak Pakai (HP)
bukan lembaga sewa tanah (leasehold). Sedangkan negara-negara yang menganut
dominium dan imperium mereka hanya
mengenal freehold (Hak Milik) dan leasehold
(Hak Sewa), dan negara dapat menerapkan
sistem sewa—lease hold atau covenant—
dengan jangka waktu panjang dan lama,
bahkan seumur hidup penyewa. Disini
masalah konstitusional muncul dan
mengemuka manakala Indonesia yang tidak
menganut dominium dan imperium—bukan
pula eks kerajaan atau monarki—
memberikan jangka waktu 80/85 bahkan 160 tahun untuk hak atas tanah yang isi

91 PBB mengingatkan melalui UNITED NATIONS CONVENTION AGAINST CORRUPTION 2003, all states to prevent and
detect corruption and to return the proceeds. Corrupt officials will in the future find fewer ways to hide their illicit
gains. This is a particularly important issue for many developing countries where corrupt high officials have plundered
the national wealth and where new Governments badly need resources to reconstruct and rehabilitate their societies
(UNCAC. Hal. iii)

42
dan konsepnya bukan sewa-menyewa. Dan, Indonesia didalam UUPA, tidak boleh
menyewakan tanah karena negara bukan pemilik tanah. Jangka waktu yang amat sangat
panjang pada HGU, HGB, dan HP akan menaikan tingkat kejahatan pertanahan, sekaligus
bentuk kejahatan konstitusional karena merugikan generasi muda selama 2 abad. Sekali
lagi, bahwa sistem kepemilikan tanah yang dianut Indonesia—seperti HGU, HGB atau
HP—secara esensial dan legal-konsepsional tidak sama dengan konsepsi yang disebut
dengan lease hold atau covenant.92 Lihat Gambar 14

GAMBAR 14 PERBANDINGAN HAK NEGARA ATAS TANAH DALAM KONSEP DOMINIUM,


IMPERIUM, KEKALIFAHAN, HAK MENGUASAI NEGARA

1. HM (Freehold)
2. Tanah milik dengan
1. Freehold penamaan (jenis)
2. Leasehold hak:
1. HGU
2. HGB
3. HP

Bentuk “kebijakan” lain yang implementasinya berpotensi dimanfaatkan oknum pejabat


dan mafia tanah, adalah kebijakan atau pengaturan pada tanah masyarakat hukum adat,
yakni kebijakan yang dituangkan di dalam norma UUCK juncto PP No. 18/2021 yang
membolehkan tanah milik masyarakat hukum adat diberikan HPL—dengan berdalih demi
kepastian hukum—namun di sisi lain ada norma yang mengatur bahwa HPL dapat
dibebani HGU. Dengan demikian, diatas tanah yang sama—in casu tanah HPL milik
masyarakat adat—diatasnya dapat dibebani HGU
untuk perkebunan besar. Pola kebijakan tersebut—
hipotetikal—mengorbankan masyarakat adat dan
bangsa Indonesia, karena tanah HPL milik
masyarakat adat, yang nota bene memiliki budaya
dan hukum sendiri, memacu konflik sosio-
antropologis serta konflik kewilayahan. Konflik
timbul akibat perbedaan hukum, perbedaaan
kemasyarakatan dan perbedaan budaya diantara
kedua penguasa tanah tersebut. Kebijakan ini sama saja
membenturkan hukum nasional yang berbasis bukti tertulis (written evidence) dengan

92 Gunanegara. (2022). Kebijakan Negara Pada Pengaturan Hak Atas Tanah Pasca Undang-Undang Cipta Kerja. Refleksi
Hukum: Jurnal Ilmu Hukum, 6 (2), Hal 162 dan baca juga Gunanegara. (2021). Hak Negara dan Hak Warga Negara
Atas Tanah. Ebooks. Jakarta.

43
hukum adat yang berbasis lisan/tidak tertulis (unwritten evidence). Budaya investor,
direksi, dan ratusan pegawai serta ribuan tenaga kerja HGU perkebunan yang modern
akan benturan dengan budaya tradisional dari masyarakat adat yang nota bene pemilik
tanah yang sesungguhnya. Substansi kebijakan menjadi jahat, sama buruknya dengan
mafia tanah, karena isi dan materi kebijakan tersebut mengancam kepentingan lingkungan
hidup dan masyarakat adat, tidak hanya bagi eksistensi masyarakat itu sendiri, tetapi juga
pada wilayah yang mereka miliki, serta sumber-sumber penghidupan yang ada di
dalamnya. Sejalan dengan hasil penelitian JMA Labi, SS Nur dan K Lahae yang
menyebutkan bahwa pembuktian kepemilikkan tanah adat umumnya tidak tertulis
dan hanya berupa pengakuan dari masyarakat sekitar dengan batas bidang tanah
hanya berupa tanda-tanda alam. Begitu sederhananya sistem hukum pembuktian adat
mereka yang berbanding terbalik dengan sistem pembuktian nasional. Realitas hukum
adat yang demikian itu secara tekstual diakui pemerintah di Pasal 1 angka 1 Permen
ATR/KBPN No.18 Tahun 2019 tentang Tata Cara Penatausahaan Tanah Ulayat
Kesatuan Masyarakat Hukum Adat yang menyatakan; “Kesatuan Masyarakat Hukum Adat
adalah sekelompok orang yang memiliki identitas budaya yang sama, hidup secara
turun-temurun di wilayah geografis tertentu berdasarkan ikatan asal-usul leluhur
dan/atau kesamaan tempat tinggal, memiliki harta kekayaan dan/atau benda adat
milik bersama serta sistem nilai yang menentukan pranata adat dan norma hukum adat
sepanjang masih hidup sesuai perkembangan...”. Dus, perbedaan karakter hukum adat
(hukum tidak tertulis) dengan hukum nasional (hukum tertulis), secara reflektif akan
melahirkan konflik jika Pemerintah memaksa tanah adat diterbitkan HPL agar dapat
untuk kemudian dibebani bisnis HGU. Kedudukan hukum masyarakat adat sebagai pemilik
HPL dipastikan lemah jika diperhadapkan (vis a vis) dengan pemilik HGU yang umumnya
perusahaan transnasional.93

Penulis sepakat dengan H.S. Lumban Gaol dan R.N. Hartono yang menyatakan walau
secara umum terdapat berbagai peraturan yang mengatur masyarakat adat seperti UU
Sumber Daya Alam, UU Pemerintahan Daerah, UU Otonomi Khusus dan Istimewa
dan UU Kehutanan secara legal-formal masyarakat hukum adat terlindungi dan
dilindungi, namun kenyataannya posisi (dan hak) masyarakat adat tidak selalu
terlindungi termasuk hak-hak tanah komunalnya. Terbukti, ada jutaan meter persegi
tanah-tanah adat milik masyarakat dayak dan anak dalam tergerus dan tergusur oleh
lahan-lahan perkebunan bersertifikat HGU di sepanjang tahun 2019 tercatat 279 konflik
agraria di berbagai wilayah di Indonesia dan terjadi peningkatan jumlah kepala
keluarga (masyarakat adat) yang terdampak konflik agraria. Lebih banyak data konflik
agraria—dalam catatan Anggota DPR-RI—dalam lima tahun terakhir paling tidak terjadi
2.288 konflik agraria. Sebanyak 1.437 orang dikriminalisasi akibat konflik agraria.94 Lalu,
776 orang dianiaya, 75 orang tertembak, dan 66 orang tewas di wilayah konflik agraria.
Padahal di masa penjajahan—budaya adat dan tanah adat—saat kolonialisasi Hindia
Belanda, mereka melindungi dan dibuatkan undang-undangnya dalam Staatsblad 1875-
1879 tentang grondvervremdingsverbod, yang melarang jual beli tanah adat (ulayat)
kepada orang asing dan melarang ketua masyarakat adat mengasingkan (menjual)
sebagian atau seluruh tanah adat kepada orang asing. Di lain pihak, di masa Indonesia
sudah merdeka perlakuannya malah sebaliknya, Permen ATR/BPN No. 18/2021 memberi

93 vide Momen Haru Edi Purwanto Peluk Perwakilan SAD 113 Usai Konfik Lahan 37 Tahun Terselesaikan -
Tribunjambi.com (tribunnews.com) di akses pada 21/11/2022 16:43:46 PM
94 https://emedia.dpr.go.id/buletin/saan-mustopa-ketimpangan-penguasaan-tanah-sudah-akut/ di akses pada
11/13/2022 6:45:05 PM

44
peluang perjanjian pembebanan HGU di atas tanah HPL milik masyarakat adat, dan
kebijakan yang demikian sejatinya jual beli (pemanfaatan) tanah adat kepada orang asing
dan/atau pengasingan tanah adat.

Secara antropologis, kedudukan dan peranan tanah adat sangat vital dan sentral
bagi masyarakat adat, jika merujuk berbagai kajian mengatakan bahwa masyarakat adat
tidak dapat hidup tanpa tanahnya dan bagi mereka tanah tidak dapat begitu saja
disubstitusi dengan komoditi lain. Tepat kiranya jika Prof. Ter Haar ahli hukum adat
dari Belanda pada AB Prasetyo mengatakan bahwa ada pertalian yang mengakar di
alam pikiran mereka bahwa semua “serba berpasangan” (participerendenken) dan
didalamnya ada “pertalian hukum” (rechtsbetrekking) antara manusia (adat) dengan
tanahnya.95 Kebijakan yang mengatur HGU diberikan di atas tanah HPL milik masyarakat
hukum adat membuka peluang mafia tanah melakukan land anexation, land displacement,
land assasination, land dislocation, and/or dispossession of adat land yang merupakan
salah satu kejahatan hak azasi manusia, kebijakan yang abai pada protection of
indigenous lands principle dan membuka terjadinya neoliberal land warfare and
intergenerational implication dan mengesampingkan prinsip life on land dari The
Sustainable Development Goals (SDGs). Bisa saja ke depan terjadi di Indonesia, tesis dan
hasil penelitian yang disampaikan Jordan Dorbowski dari Chicago University, yang
mengatakan bahwa according to Levien’s research, an estimated 60 million Indians
were displaced from their land for development projects between the years 1947 and
2013, with the rate of dispossession increasing significantly after economic liberalization
of the early 1990s.96 Lebih memprihatinkan situasinya sebagaimana kutipan reportase
Joseph Lee berikut;

Between 2011 and 2021, at least 342 land defenders were killed in Brazil
– more than any other country – and roughly a third of those murdered were
Indigenous or Afro-descendant. That’s according to a new report by Global
Witness, an international human rights group, that documents over 1,700
killings of land and environment defenders globally during the same time
period. The report says that on average, a land defender is killed every other
day, but suggests that those numbers are likely an undercount and paints a
grim picture of violence directed at communities fighting resource
extraction, land grabs, and climate change. “All over the world, Indigenous
peoples, environmental activists, and other land and environmental
defenders risk their lives for the fight against climate change and
biodiversity loss,” reads the report. “They play a crucial role as a first line of
defense against ecological collapse, yet are under attack themselves facing
violence, criminalization and harassment perpetuated by repressive
governments and companies prioritizing profit over human and
environmental harm.”97
Kebijakan bak mafia tanah manakala materi dan isi kebijakan melahirkan konflik antar
kebijakan, konflik antar undang-undang, dan konflik di masyarakat, seperti kebijakan
rekonsepsi dan transplantasi konsep hak atas tanah yang sebelumnya sudah diatur UU
No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) yang kemudian
di adendum secara acak oleh UUCK dan itu yang menjadikan hak atas tanah diatur oleh 2

95 Gunanegara. (2022). Kebijakan Negara Pada Pengaturan Hak Atas Tanah Pasca Undang-Undang Cipta Kerja. Jurnal
Refleksi Hukum. April. Vol. 6 No. 2. Hal. 161-164
96 Jordan Dobrowski. (2018). Displacement: Neoliberal Land Warfare and Points of Intervention. Advocates' Forum.
97 Joseph Lee. (2022). Every two days, a land defender is killed. Most are Indigenous. A new report finds Indigenous
people in Brazil, Colombia and the Philippines often face the highest rates of violence.
https://grist.org/article/every-two-days-a-land-defender-is-killed-most-are-indigenous/ di akses pada 14/11/2022
06:00:03 AM.

45
(dua) undang-undang yang berbeda tetapi mengatur masalah hukum yang sama, inilah
kebijakan yang melahirkan konflik hukum (agrarischeconflictenrecht). Contoh dari
agrarische conflicten recht dapat Penulis tunjukan pada pengaturan HGB—pada peraturan
sebelumnya di UUPA—HGB merupakan salah satu jenis hak atas tanah yang diatur
hanya memberikan hak untuk mendirikan dan memiliki bangunan di atas tanah
permukaan bumi, namun oleh UUCK melalui omnibus legislation dengan menggunakan
nomenklatur yang sama HGB diubah konsepsinya diberikan pada ruang atas tanah (RAT)
dan ruang bawah tanah (RBT) termasuk di permukaan bumi. Demikian pula mengenai
pengaturan jangka waktu hak atas tanah, misalnya pada jangka waktu HGB yang
semula oleh UUPA diberikan paling lama 30 tahun kemudian oleh UUCK dapat diberikan
50 tahun jika di atas tanah negara, sedangkan jika HGB rumah susun di atas tanah
HPL dapat diberikan 80 tahun. Sama dengan pengaturan HP yang semula berjangka
waktu paling lama 25 tahun oleh UUCK dapat diberikan 50 tahun. Sama halnya dengan
HGU yang semula diberikan untuk jangka waktu paling lama 35 tahun oleh UUCK dapat
diberikan paling lama 60 tahun98
GAMBAR 15. KONFLIK KEBIJAKAN PENGATURAN HAK TANAH ANTARA UUPA DENGAN
UUCK YANG MEMBERIKAN PELUANG MAFIA TANAH UNTUK MONOPOLI
DAN FRAGMENTASI TANAH INDONESIA

Kebijakan lain dari (oknum) pejabat ATR/BPN yang perlu diwaspadai, yakni pelaksanaan
kebijakan agar tidak membuka peluang mafia tanah, yaitu pembolehan penguasaan fisik
sebagai alas hak untuk sertipikat hak atas tanah, sebagaimana tertuang pada PP No. 18
Tahun 2021 dan Permen ATR/BPN No. 18/2021 junctis Permen ATR/BPN No. 16/2021.
Di dalam peraturan tersebut, diatur permohonan sertifikat hak atas tanah yang berasal
dari tanah negara (berlaku 2021) dan tanah milik adat (berlaku 2026) cukup dengan
berdasarkan Surat Pernyataan Penguasaan Fisik (SPPF) dengan disaksikan 2 (dua) orang.
Kebijakan ini semula untuk kemudahan pemberian hak atas tanah untuk program
pendaftaran tanah sistimatis lengkap (PTSL), namun secara sembrono diberlakukan secara

98
Gunanegara. (2022). Kebijakan Negara . . . op cit Hal. 163.

46
sama untuk semua permohonan hak atas tanah tanpa batas luas.99 Berikut kutipan utuh
kebijakan yang membolehkan permohonan hak atas tanah cukup dengan SPPF
sebagaimana bunyi Pasal 95 PP No. 18 Tahun 2021: SPPF menjadi ALAS
HAK untuk permoho-
(1) Alat bukti tertulis tanah bekas hak barat dinyatakan tidak berlaku dan nan HM, HGB, HP.
statusnya menjadi Tanah yang Dikuasai Langsung oleh Negara. Peraturan yang baik
untuk PTSL tetapi juga
(2) Pendaftaran tanah bekas hak barat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyenangkan Mafia
mendasarkan pada surat pernyataan penguasaan fisik yang diketahui 2 Tanah
(dua) orang saksi dan bertanggung jawab secara perdata dan pidana,
yang menguraikan: Dalih, Taktik & Dasar
a. Tanah tersebut adalah benar milik yang bersangkutan bukan milik Hukum untuk
melindungi Oknum
orang lain dan statusnya adalah tanah yang dikuasai langsung oleh BPN untuk lepas dari
negara bukan tanah bekas milik adat; tanggung jawab
pidana, dengan cara
b. Tanah secara fisik dikuasai; mengalihkan tanggung
c. Penguasaan tersebut dilakukan dengan iktikad baik dan secara jawab dan tanggung
terbuka oleh yang bersangkutan sebagai yang berhak atas tanah; dan gugat kepada para
pemohon sertipikat
d. Penguasaan tersebut tidak dipermasalahkan oleh pihak lain. hak atas tanah.

PP No. 18/2021 yang kemudian diatur lebih teknis oleh Permen ATR/KBPN No. 18/2021
ternyata tidak memberikan skupa dan definisi Surat Pernyataan Penguasaan Fisik (SPPF),
namun dapat disarikan dari Pasal 54 ayat (1) huruf b Permen ATR/KBPN No. 18/2021,
bahwa SPPF merupakan surat pernyataan pemohon hak ketika surat-surat kepemilikan
tanah (alas hak) tidak ada/hilang atau rusak. Materi dari SPPF adalah pernyataan sepihak
dari pemohon hak yang menyatakan bahwa pemohon hak menyatakan adalah benar-
benar penggarap atau penguasa fisik dari tanah yang dimohon, hanya perlu saksi paling
sedikit 2 (dua) orang setempat yang mengetahui riwayat tanah dan tidak mempunyai
hubungan keluarga serta diketahui kepala desa/lurah.
Alas hak dan prosedur pemberian hak atas tanah yang disederhanakan bentuk dan
jenisnya seperti hendak diciptakan untuk mempermudah ruang gerak mafia tanah untuk
menguasai tanah Indonesia. Jika, pernyataan terakhir itu berkoresponden, maka
penggagas dan penyusun peraturan a quo telah memberikan kesempatan terjadinya
kejahatan fragmentasi dan monopoli tanah serta penyerahan wilayah teritorial kepada
non-pemerintah. Magnitud kerusakan dari
peraturan (damage cost) yang demikian
dampaknya merugikan dan merusak asset
bangsa dan negara serta generasi Indonesia
dalam jangka menengah dan panjang (>160
Tahun). Singkatnya, kedudukan sertipikat
hak atas tanah tidak sekedar bisnis, tetapi
ada power dan teritorial didalamnya yang
perlu dimonitor, apalagi luasanya 42 kali
dari Singapore. Dus, di sisi lain, (oknum)
pejabat yang berwenang dalam pemberian sertipikat hak atas tanah perlu didalami adakah
hidden and side agenda dibalik diskresi, keputusan atau kebijakan yang selama ini dibuat.
Sebab, diskresi atau kebijakan pejabat yang dibuat untuk memberi fasilitas atau bantuan
kepada kroni atau mafia memiliki daya rusak lebih besar daripada kebaikannya, tepat jika
pejabat yang demikian itu diteliti unsur pidananya, seperti yang dicontohkan pada oknum
pejabat pembuat kebijakan di Kementerian Perdagangan tahun 2022, yang mana

99 Termasuk kebijakan yang memboleh pemberian hak atas tanah di kawasan lindung untuk swasta sebagaimana SE
Sekjen Kementerian ATR/ BPN Nomor: 4/SE-100.PG.01.01/II/2022 yang dapat disalahgunakan terhadap tanah-
tanah yang dilindungi UU Cagar Budaya, UU Cagar Alam, UU Perlindungan Lahan Pertanian Pengan Berkelanjutan,
UU Penataan Ruang, UU Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan, UU Kelautan, dan UU Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulai Kecil.

47
kebijakan oknum pejabat tersebut menjadi penyebab kelangkaan minyak goreng di pasar
dalam negeri yang menyusahkan banyak rakyat dan menyengsarakan banyak pedagang
kecil di seluruh Indonesia.100
Menyusul proses pidana yang dikenakan pada oknum pejabat pembuat kebijakan yang
memfasilitasi impor garam, yang dampak kebijakannya telah merugikan petani garam dan
poduksi garam dalam negeri.101 Sama sebenarnya kasusnya dengan kebijakan-kebijakan
yang memfasilitasi atau membuat kartelisasi penguasaan tanah dan monopoli tanah di
berbagai pulau, sehingga banyak tanah di wilayah Indonesia dikuasai secara privat dengan
keputusan-keputusan pemberian (sertipikat) hak atas tanah yang dimudahkan atau sangat
dimudahkan. Dalih, permohonan hak atas tanah sudah memenuhi syarat dan sesuai
prosedur serta tidak memiliki kewenangan pembuktian materiel seringkali disalahgunakan
oleh oknum pemilik kewenangan. Karena, dalih sudah memenuhi syarat menjadi relatif,
manakala syarat-syarat tersebut ternyata diada-adakan agar memenuhi syarat untuk
menyegerakan penandatangan keputusan pemberian hak mafia tanah. Seharunya, semua
berkas permohonan hak atas tanah yang tidak memenuhi syarat standar, apalagi tidak
sesuai dengan aturan hukum—agar tidak merugikan negara dan menguntungkan mafia
tanah—maka pemberian haknya tidak boleh dimudah-mudahkan, apalagi niat (mens rea)
dan ujung akhirnya si oknum hanya ingin kaya secara instan (OKB), inilah kejahatan yang
sebenarnya dari (oknum) pejabat yang tidak bermoral, sama sekali tidak punya socio-
nasionalisme, mental dan karakternya berpenyakitan (pathological character) demikian jika
meminjam hasil penelitian The Center for South East Asian Social Studies dan Center of
Indigenous & Cultural Psychology dari UGM Yogyakarta 102
Kejahatan yang dikemas dengan kebijakan, diskresi, atau peraturan perundang-undangan
tidak hanya terjadi pada pemberian sertipikat hak atas tanah, tetapi juga terjadi pada
pembatalan sertipikat hak atas tanah. Salah satu contoh kebijakan dan peraturan yang
implementasinya digunakan mafia tanah dan melibatkan (oknum) pejabat ATR/BPN saat
tindak kejahatan pembatalan sertipikat HGB di Cakung-DKI Jakarta. Dasar hukum
kebijakan yang mengatur pembatalan hak atas tanah dijumpai pada Pasal 46 PP No.
18/2021, didalamnya ada kebijakan yang mengatur bahwa sertipikat hak atas tanah
dibatalkan oleh Menteri ATR/BPN jika melanggar kewajiban dan/atau larangan sebagai
pemegang hak; tidak terpenuhinya syarat atau kewajiban yang tertuang dalam perjanjian
pemberian hak guna bangunan antara pemegang hak guna bangunan dan pemegang hak
milik atau perjanjian pemanfaatan tanah hak pengelolaan karena cacat administrasi atau
putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Dalam peraturan
sebelumnya—Pasal 34 Permen ATR/BPN No. 21/2020—pada ayat (1) berbunyi dalam
satu bidang tanah pada prinsipnya hanya dapat diterbitkan satu sertipikat hak atas tanah;
kemudian pada ayat (2) berbunyi dalam hal terdapat satu atau beberapa sertipikat
tumpang tindih dalam satu bidang tanah baik seluruhnya maupun sebagian maka
terhadap sertipikat dimaksud dilakukan penanganan penyelesaian masalah; dan pada ayat

100 https://www.cnbcindonesia.com/news/20220423150123-4-334217/miris-dirjen-kemendag-tersangka-kasus-
ekspor-minyak-goreng di akses pada 11/8/2022 9:44:55 AM
101 https://nasional.sindonews.com/read/933295/13/modus-4-tersangka-pejabat-kemenperin-dalam-kasus-dugaan-
korupsi-impor-garam-1667679101 di akses pada 08/11/2022 09:49:29 AM
102
Menurut Sohra Sahama, Adinda Shofia, Muhammad Reiza, Bagus Riyono dari The Center for South East Asian Social
Studies dan Center of Indigenous & Cultural Psychology dari UGM Yogyakarta, bahwa individu dengan sifat-sifat
integritas yang rendah, kesombongan, kecenderungan untuk terlibat dalam perilaku berisiko, perilaku manipulatif,
serakah, narsis, gangguan kepribadian, anti sosial, dan kurangnya kesadaran moral dapat diidentifikasi sebagai
patologis karakter dalam konteks perilaku korupsi . Lebih lanjut dikatakan dalam kajian mereka, The facts showed
that (sadly) some of them were Muslims, but their behaviors were in contrary to the teachings of Islam. Frequently,
to the public they show Islamic “attributes” as part of ‘personal branding’, but behind the scenes, they perform
immoral acts. vide Sohra Sahama, Adinda Shofia, Muhammad Reiza, Bagus Riyono. (2019). Corruption in Indonesia:
An Investigation From Mental Health, Spirituality, And Leadership Perspectives. Malaysian Journal of Medicine and
Health Sciences. 15. Hal. 48, 51.

48
(3) berbunyi penyelesaian pembatalan dilakukan terhadap sertipikat yang berdasarkan
hasil penanganan, diperoleh fakta terdapat cacat administrasi dan/atau cacat yuridis.
Tafsir ayat (3) Permen ATR/BPN No. 21/2020 bahwa sertipikat yang ditimpa dengan
sertipikat kedua (overlapped) maka sesuai ayat (3) yang dibatalkan malah jadi sertipikat
yang pertama yang ditimpa, jika menurut pemikiran tim penanganan penyelesaian
masalah bahwa sertipikat pertama yang ditimpa ternyata ada cacat administratif atau cacat
yuridis. Artinya, ada norma anomali dan kontradiktif kebijakan antara ayat 1 dengan ayat
3 akibat peraturannya disusun secara abu-abu, yang tidak mengindahkan ajaran lex
scripta, lex certa, dan lex stricta.
Kebijakan di dalam peraturan Pasal 34 Permen ATR/BPN No. 21/2020 tersebut di atas,
dalam perspektif ilmu perundang-undangan, telah ada atau sengaja dibikin konflik norma
(conflicten normen) antara ayat (3) dengan ayat (1). Sebab, ayat (1) jelas sejalan dan taat
azas dengan PP No. 24/1997 bahwasanya NIB dan sertipikat hak atas tanah diterbitkan
hanya dan hanya untuk satu bidang tanah dan terlarang bagi pejabat BPN menerbitkan
kembali NIB dan/atau sertipikat di atas tanah yang sudah bersertipikat, kecuali karena ada
pembebanan hak seperti HGB di atas HPL atau HGB di atas HM.
Terjadinya conflicten normen pada peraturan tersebut di atas, yakni ketika di ayat (3)
menyatakan bahwa pembatalan sertipikat hanya akan dilaksanakan pada sertipikat yang
direkomendasikan oleh tim penanganan penyelesaian masalah, yang rekomendasinya
berpotensi dipengaruhi obyekan dan/atau mafia tanah, sehingga dinyatakan cacat malah
sertipikat yang pertama yang ditimpa.
Tampaknya, peraturan menteri tersebut terjadi kesesatan pikir (fallacy), manakala aturan
hukum yang lebih tinggi melarang menerbitkan sertipikat di atas tanah yang sudah
bersertipikat, azasnya sertipikat yang menimpa itulah yang harus dibatalkan, tanpa diatur
keberadaan rekomendasi penelitian dari team penanganan penyelesaian masalah. Sebab,
demikian itulah aturan hukum yang tinggi yang ada di dalam norma PP No. 24/1997
tentang Pendaftaran Tanah.
Hukumnya, pembatalan sertipikat kedua yang menimpa karena jelas cacat prosedur yang
harus dilakukan, karena proses dan penerbitannya sudah pasti melanggar ketentuan ayat
(1) Pasal 34 Permen No. 21/2020 dan PP No. 24/1997 dan Pasal 19 UUPA yang
menjamin kepastian hukum sertipikat
pertama yang sudah diterbitkan BPN. Hal
ini sama dan sejalan dengan pemikiran
yang dianut SEMA No 3/2018 pada
RUMUSAN HUKUM KAMAR TATA USAHA
NEGARA huruf E angka 1 yang menyatakan
“Pengujian keabsahan sertipikat hak atas
tanah oleh Pengadilan TUN dalam hal
terdapat sertipikat hak atas tanah yang
tumpang tindih, hakim dapat membatalkan
sertipikat yang terbit kemudian,103 dengan
syarat; (a) Pemegang sertipikat yang terbit terlebih dahulu menguasai fisik tanah dengan
iktikad baik; atau (b) Riwayat hak dan penguasaannya jelas dan tidak terputus; atau (c)
Prosedur penerbitan sertipikat yang terbit terlebih dahulu sesuai dengan peraturan

103
Sejalan dengan kaidah hukum yang diberikan Yurispridensi No. 5/Yur/Pdt/2018 yang menyatakan; Jika terdapat
sertifikat ganda atas tanahy ang sama, dimana keduanya sama-sama otentik maka bukti hak yang paling kuat adalah
sertifikat hak yang terbit lebih dahulu. Kaidah Yurisprudensi ini dan SEMA No. 3/2018 ditolak, tidak diikuti, dan
diselingkuhi oleh Permen ATR/BPN No. 21/2020 tanpa konsideran yang memadai. Padahal, banyak hakim agung
mengikuti SEMA dan Yurisprudensi tersebut sebagaimana putusan No. 290K/Pdt/2016. No. 143K/Pdt/ 2016, No.
1318K/Pdt/2017. No. 734PK/Pdt/2017, dan No. 170K/Pdt/2017.

49
perundang-undangan. Kemudian pada angka 2 SEMA tersebut, dalam hal tidak
terpenuhinya syarat sebagaimana poin (a), (b), dan (c) di atas, maka masalah kepemilikan
terlebih dahulu harus diselesaikan melalui proses perdata. Tampak terjadi konflik
kebijakan dan regulasi antara yang dianut Permen ATR/BPN No. 21/2020 dengan yang
dianut SEMA No. 3/2018, karena ketentuan Pasal 34 ayat (3) Permen ATR/BPN No.
21/2020 dan ketentuan angka 2 pada huruf E RUMUSAN HUKUM KAMAR TATA USAHA
NEGARA - SEMA No. 2/2018 tidak sejalan dan cenderung bertolak belakang.
Praktik implementasi kebijakan BPN pada ayat (3) Permen ATR/BPN No. 21/2020 sangat
berpotensi dijadikan modus mafia tanah guna mempertahankan sertipikatnya, yang
kebanyakan dalam posisi menimpa atau sertipikat yang terbit kemudian. Praktik yang
sering terjadi, kebanyakan mafia tanah yang memenangkan perkaranya di Pengadilan TUN
dengan mengkondisikan agar sertipikat yang menimpa dinyatakan sebagai perkara
overlapping atau perkara kepemilikan tanah dari kedua pihak dan menjadi wewenang atau
kompetensi hakim perdata Pengadilan Negeri. Kemudian, mafia tanah juga akan
mengkondisikan dengan memenangkan perkara perdata di Pengadilan Negeri, agar hakim
perdata menyatakan bahwa perkara overlapping sertipikat adalah perkara TUN, karena
sertipikat adalah produk tata usaha negara dari pejabat tata usaha negara.
Disitu kemudian, akan ada 2 atau lebih putusan, antara PTUN dan Pengadilan Perdata,
yang amarnya berbeda atau tidak ada satupun hakim yang menyatakan sertipikat yang
ditimpa atau sertipikat penimpa yang cacat hukum atau tidak syah. Dus, situasi adanya
dua putusan dari 2 pengadilan yang berbeda tersebut, BPN dapat memperalat Permen
ATR/BPN No. 21/2020, dengan tidak membatalkan sertipikat yang tumpang tindih a quo,
dengan dalih bahwa kedua sertipikat in casu sama-sama sah dan benar. Modus dan pola
penanganan penyelesaian masalah sertipikat tumpang tindih dan ganda seperti di atas
sudah sering diskenariokan demikian, yang ujungnya di lapangan terjadi premanisme
siapa yang kuat dan beruang, maka merekalah yang menguasai tanah dan memenangkan
“perkaranya”. Persis apa yang disampaikan Ketua Panja Pertanahan Komisi II DPR-RI—Dr.
Junimart Girsang dari PDIP—yang mengatakan; Peraturan Menteri ATR/BPN No. 21/2020
telah memberi ruang bagi mafia tanah untuk melancarkan aksi menguasai tanah yang
bukan miliknya. Permen ini telah menciptakan hambatan-hambatan di lapangan, terlebih
dalam penyelesaian konflik tumpang tindih kepemilikan tanah.104
Kebijakan lain yang dapat dimanfaatan mafia tanah, yakni ketentuan Pasal 32 Permen
ATR/BPN No. 21/2020, yang menyatakan bahwa Kementerian ATR/BPN atau Kantor
Wilayah ATR/BPN tidak membatalkan produk hukum baik karena cacat administrasi
dan/atau cacat yuridis maupun sebagai pelaksanaan putusan pengadilan yang telah
berkekuatan hukum tetap, jika:
a. hak atas tanah objek Sengketa/Perkara telah beralih kepada pihak ketiga;
b. pihak ketiga sebagai pemegang hak terakhir tidak menjadi pihak dalam Perkara; dan
c. pihak ketiga memperoleh hak atas tanah tersebut dengan iktikad baik sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan sebelum adanya Perkara.

Pertanyaan hukum terhadap kebijakan dan pengaturan pembatalan hak atas tanah yang
disusun di dalam Pasal 32 Permen ATR/BPN No. 21/2020 dapat disimak di dalam box
di bawah;

104 https://nasional.kompas.com/read/2022/02/17/20075971/untungkan-mafia-tanah-permen-atr-bpn-21-tahun-
2021-diminta-junimart-girsang di akses pada 12/11/2022 05:08:00 AM

50
Beralih pada kejahatan mafia tanah di tataran makro ekonomi, kebijakan pertanahan yang
menyelisihi jiwa dan cita Pasal 33 ayat (2) dan (3) UUD NRI 1945 dan Pancasila akan
semakin memperbanyak dan memperluas penguasaan tanah dengan komposisi yang
semakin timpang, tidak adil dan tidak setara, memperlebar gini rasio antara penguasaan
tanah rakyat baik untuk pertanian mereka maupun sekedar untuk rumah tinggal rakyat
Indonesia.105

Modus Mafia Tanah dalam permohonan dan pemberian sertipikat hak atas tanah yang
difasiltasi (oknum) pejabat pemerintah, yaitu dengan membuat subyek hak-subyek hak
baru yang seolah-olah berbeda antara satu perusahaan dengan perusahaan yang lain,
atau seolah-olah tidak dalam satu kelompok yang sama, yang ujung akhirnya terdapat
banyak tanah dapat dikuasai oleh perusahaan holding secara legal. Bahkan, tidak sedikit
permohonan hak atas tanah dimudahkan, dilancarkan, dicepatkan walau syarat dan
persyaratan yang dilampirkan tidak memadai sebagai data yuridis dan data fisik yang valid
dan reliabel. Kejahatan dengan model, modus, motif seperti di atas sudah jamak dan telah
diprediksikan oleh Gabe Lezra, yang mengatakan; not only can corrupt actors hide their
identities behind webs of anonymous shell companies, they can also use these companies
to purchase property. This allows them to elude most onerous bank secrecy and anti-
money laundering laws by not taking out a mortgage or other loan to buy the real estate
in so-called all cash transactions. A web of enablers, including lawyers and real estate
agents, facilitates these purchases by helping kleptocrats funnel their money into the
country and into the property market, all while doing essentially no investigation into the
ultimate beneficial owners behind their client companies.106 Tampaknya, praktik kejahatan

105 Lihat pernyataan Menteri Keuangan 14 Juli 2022 Generasi Z sulit membeli rumah akibat harganya yang tidak
terjangkau lagi dan petani Indonesia rata-rata hanya memiliki tanah 0.2 Hektar
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20220713182830-92-821146/sri-mulyani-sebut-milenial-sulit-beli-
rumah-apa-peran-pemerintah, https://tanahkita.id/data_detail/index/aFNsN2lGUmg4Sm8
106 Gabe Lezra. (2022). U.S. Real Estate Secrecy Links Global Corruption, Domestic Inequality. Dalam artikel ini, juga
dikatakan, In the United States, as in many countries, real estate is an attractive investment for kleptocrats looking
to park dubiously sourced money, as it continues to be one of the least transparent industries. This lack of
transparency, and the flood of corrupt and illegal cash that it invites into an industry that touches every element of

51
mafia tanah level tinggi yang terjadi di Indonesia sekarang ini—yang bisa disebut super
serious white collar crime—tidak tersentuh aparat hukum dan hakim-hakim Indonesia.
Atau, fenomena dan realitas hukum tersebut tidak dianggap sebagai tindak kejahatan,
padahal ada dampak nyata hasil dari peragaan kleptokrasi yang berkelanjutan antara
mafia transnasional dengan oknum pejabat pemegang perizinan dan sertipikat hak atas
tanah, yang sebenarnya—secara teknikal mudah saja—antara lain dengan membidiknya
dari jumlah kekayaan yang dikumpulkannya dan gaya hidup hedonik anak istri dan
keluarganya. Seperti yang sudah dicontohkan KPK saat menangkap dan menyidangkan
oknum Kepala Wilayah BPN Kalimantan Barat dan Kepala Bidang BPN Kalimantan Barat
hanya dari jumlah rekening jumbo milyaran rupiah, bukan karena diawali dari delik primer
(suap). Terbukti kemudian, selain rekening bersaldo milyaran, dalam penyidikan
ditemukan banyak barang bukti berupa harta benda gaib yang masuk kejahatan illicit
enrichment and/or unexplained wealth. Terbukti di dalam persidangan, barang bukti
kekayaan hasil pencucian uang (oknum) pejabat BPN luar biasa jumlah dan nilainya
sebagaimana yang dicantumkan pada Putusan PN TIPIKOR No. 53/Pid.Sus-TPK/2021/PN
Sby mulai dari halaman barang bukti tindak pidana pencucian uang nomor 1-233 dan
barang bukti tindak pidana korupsi nomor 1-6, 25, 46-58, 186-187, 192-193, 199,
205-208, 217-219, 221, 224, 226-252, 350—hampir mencapai + 50 halaman—berisi
catatan kekayaan terdakwa dari oknum BPN yang disita KPK berupa; puluhan rumah, ruko,
apartemen, investasi dan asuransi, serta rekening bank berikut saldo milyaran rupiah.
Modus penyamaran terdakwa dengan nama istri, anak-anak dan orang lain. Jika ditelaah,
jumlah uang dan kekayaan terdakwa sebenarnya masih jauh dan kalah banyak dengan
jumlah uang dan asset teman-temannya sesama oknum yang belum terungkap dan masih
bebas merdeka. Jika metode sidik-lidik yang dipergunakan KPK pada eks Kepala Kantor
Wilayah dan Kepala Bidang BPN Kalimantan Barat diterapkan pada teman-temannya
sesama oknum, tak ayal akan banyak yang masuk persidangan pidana TIPIKOR dan
PENCUCIAN UANG untuk mempertanggungjawabkan uang dan assetnya.

Kekayaan terdakwa menjadi barang bukti (BB), bahwa jumlah harta yang melampaui batas,
bisa dijadikan triger aparat untuk oknum pejabat lain agar mafia transnasional bisa
diungkap, sekaligus untuk menahan laju agar kerugian negara tidak bertambah banyak di
masa mendatang. Sejalan dengan buku petunjuk untuk penyidik dan penuntut umum,
bahwa penyelidikan dapat dimulai dari a person has enjoyed a certain amount of wealth;
and The lawful origin of this wealth cannot be explained by reference to the same person’s
lawful income. Common sources of financial evidence that will demonstrate a person’s
income and applications, Asset declarations; Tax return forms; Places of employment;
Banks and other financial service institutions (mobile money accounts etc.) Government
asset registries; Corporate registries; Stock exchange registries; Physical searches of
relevant premises; Statutory asset disclosure provisions; Suspect interviews; Surveillance;
International sources of evidence. 107

American society both undermines the United States’ ability to levy sanctions to stop international conflicts- and
impacts any number of domestic issues, from the fight for democracy to the racial wealth gap. That’s the immensity
of this problem – but also the promise inherent in fixing it. https://www.justsecurity.org/80790/u-s-real-estate-
secrecy-links-global-corruption-domestic-inequality/ di akses pada 11/11/2022 5:45:45 PM
107 Basel Institute on Governance. (2021). Illicit Enrichment: A Guide to Laws Targeting Unexplained Wealth. Annex II:
Technical guidance for investigators and prosecutors. https://baselgovernance. org/sites/default/files/2021-
07/Illicit_Enrichment_Annex_2-PAGES.pdf Hal. 9, 26-33.

52
GAMBAR 16. MODELING MONOPOLI PENGUASAAN TANAH UNTUK MEMPEROLEH
SERTIPIKAT HAK ATAS TANAH DI INDONESIA OLEH PERUSAHAAN
TRANSNASIONAL

HOLDING COMPANY
(Perusahaan Cangkang)

Penguasaan Fisik/ Pembebasan/


Pendudukan Tanah Pengadaan Tanah

Perusahaan A Perusahaan B Perusahaan C Perusahaan D Perusahaan E

HAK ATAS TANAH

Monopoli Tanah & Fragmentasi Tanah inheren


didalamnya terkandung Kekuasaan, Kekuatan, Teritorial,
muaranya mengendalikan politik, harga tanah, pasar
tanah & Nasib Bangsa

2.2.2. Kejahatan Mafia Tanah dalam Tindak Pidana Umum

Model dan ragam alas hak—yang menjadi embrionya hak atas tanah—tidak lepas dari
sejarah sistem penguasaan-kepemilikan tanah di Indonesia dan sebagiannya menjadi akar
masalah sampai hari ini. Permasalahan hukum tidak hanya pada aspek pembuktian
kepemilikan masing-masing tanah, kerumitan pengaturan penyelesaian pemberian haknya
juga menjadi persoalan tersendiri (pluralistic). Realitas keanekaragaman status tanah dan
keanekaragaman hukum yang melandasinya, mengharuskan pilihan dan penerapan hukum
musti tepat dan benar. Misalnya, status tanah yang terdiri dari tanah adat, tanah negara,
dan tanah hak (bersertipikat) masing-masing mempunyai aturan hukum tersendiri dan
tidak dapat saling dipertukarkan. Tepatnya, aturan hukum untuk pemberian hak pertama
kali untuk tanah adat (beschikkingrechts) berbeda dengan aturan hukum untuk tanah
negara; aturan hukum tanah untuk pemberian hak pertama kali untuk tanah negara
(freistaatdomein) berbeda dengan aturan hukum untuk tanah adat; aturan hukum tanah
hak (yang sudah bersertipikat) bukan dengan aturan hukum pemberian hak pertama kali,
tetapi menggunakan aturan hukum pemeliharaan data pertanahan (derivatief). Dalam
penjelasan yang berbeda, aturan hukum tanah yang belum terdaftar (unregistered land)—
yakni tanah adat atau tanah negara—berbeda aturan hukumnya dengan tanah yang sudah
terdaftar (registered land). Proses pensertipikatan tanah yang tidak dalam satu kanal dan
tidak dalam satu aturan, akhirnya menjadi masalah utama dalam belantara hukum
administrasi dan hukum pidana, ini yang kemudian dimanfaatkan 5 oknum mafia tanah,
pemilik obyekan, calo sertipikat, makelar tanah, dan pelaku mafia tanah, dan pemegang
diskresi.
Salah menentukan status tanah, salah menilai alas hak, salah menetapkan pilihan aturan
hukum, atau salah prosedur dan salah kewenangan menjadikan produknya cacat
administrasi dan cacat yuridis yang harusnya berdampak pada penjatuhan sanksi. Bentuk

53
dan jenis sanksi, bergantung pada jenis dan bentuk kesalahan dan pelanggaran
hukumnya. Jika kesalahan terbukti bertentangan dengan ketentuan pidana, maka
sanksinya hukum pidana. Sanksi administrasinya bisa dilakukan dengan pembatalan hak
atas tanah atau pembatalan sertipikat hak atas tanah. Disinilah kemudian, proses dan
aturan hukum pertanahan yang banyak dan rumit yang semula masalah administrasi
menjadi masalah keperdataan dan masalah hukum pidana. Termasuk berkembangnya
fenomena lama yang masih berlangsung hingga saat ini, yakni saling memidanakan antar
kawan dan antar lawan, untuk memperoleh tanah dan mendapatkan sertipikatnya.
Contoh aktual kasus mafia tanah di tahun 2020-2022, yakni kasus pembatalan sertipikat
hak atas tanah atas nama PT. Salve Veritate di Cakung Jakarta Timur. Kasus tersebut
awalnya dipersepsikan hanya “masalah administrasi“ an sich ternyata berkembang
menjadi masalah pidana, namun sampai buku ini ditulis sidangnya belum diputus dan
masih berlangsung. Kasus tersebut melibatkan pihak PT. Salve Veritate yang diketahui
milik Benny Simon Tabalujan versus Abdul Halim yang terletak di Jakarta Timur seluas 10
Hektar nilainya ditaksir 1,4 Trilyun. Kasus yang membuat oknum lurah dan banyak oknum
pejabat BPN DKI Jakarta menjadi tersangka dan terdakwa. Salah satu dakwaan Jaksa
Penuntut Umum yang ditujukan untuk
terdakwa eks Kepala Kantor Wilayah
BPN DKI Jakarta, bahwa yang
bersangkutan pada hari Senin tanggal
30 September 2019 sekira pukul
10.00 WIB, atau setidak-tidaknya pada
suatu waktu lain dalam bulan
September 2019 atau setidak-
tidaknya pada suatu waktu dalam
tahun 2019, bertempat di Kantor
Wilayah BPN DKI Jakarta membuat
surat palsu atau memalsukan surat
yang dapat menimbulkan sesuatu hak, perikatan atau pembebasan utang, atau yang
diperuntukkan sebagai bukti daripada sesuatu hak dengan maksud untuk memakai atau
menyuruh orang lain memakai surat tersebut seolah-olah isinya benar dan tidak dipalsu,
yang dapat menimbulkan kerugian. Bahwa perbuatan eks Kepala Kantor Wilayah BPN DKI
Jakarta merupakan tindak pidana kejahatan sebagaimana diatur dan diancam pidana
dalam Pasal 263 ayat (1) KUHP dan Pasal 263 ayat (2) KUHP yakni dengan sengaja
memakai surat palsu atau yang dipalsukan seolah-olah sejati, jika pemakaian surat itu
dapat menimbulkan kerugian. 108 Pemalsuan dan/atau penggunaan surat tanah palsu,
modusnya, tidak hanya untuk mengurus dan mendapatkan sertipikat hak atas tanah tetapi
juga untuk mengajukan pembatalan hak atas tanah yang sudah diterbitkan ATR/BPN,
untuk kemudian diterbitkan kembali sertipikat hak atas tanah ke pihak lain.
Praktik penggunaan Pasal 55 ayat 1 angka 1 KUHP tentang delik penyertaan dan delik
memberi kesempatan terjadinya kejahatan yang di atur Pasal 63 ayat (1) KUHP tentang
gabungan dalam suatu perbuatan (concursus idealis), Pasal 64 KUHP tentang perbuatan
berlanjut (voortgezette handeling) dan Pasal 65 sampai dengan Pasal 69 KUHP yang
mengatur gabungan dalam beberapa perbuatan (concursus realis) untuk oknum BPN tidak
sedikit ditolak Jaksa (P19) dan dilepas hakim baik (ontslag) maupun dibebaskan
(vrijspraak).

108 "Eks Kepala BPN Jakarta Diadili di Kasus Pembatalan HGB Triliunan Rupiah" https://news.detik.com/berita/d-
6352241/eks-kepala-bpn-jakarta-diadili-di-kasus-pembatalan-hgb-triliunan-rupiah di akses pada 04/11/2022
07:04:57 AM

54
Apalagi, adanya Surat Edaran Jaksa Agung tanggal 22 Januari 2013 No.
B230/E/Ejp/01/2013 menjadi kendala pemberantasan mafia tanah yang dilakukan 5
oknum mafia tanah. Walaupun tidak dicabut, tapi surat edaran tersebut tahun 2022 tidak
diindahkan lagi di lingkungan kejaksaan dengan dibentuknya team anti mafia tanah di
Kejaksaan Agung, Kejaksaan Tinggi, dan Kejaksaan Negeri. Relevan pembentukan team
tersebut relevan dan tepat karena crime rate kejahatan mafia tanah semakin banyak
kasusnya di tahun 2020-2022 dan semakin ugal-ugalan dan memakan banyak korban.109
Akibat surat edaran tersebut menjadikan banyak kasus tanah dan kejahatan para oknum
pejabat yang memenuhi unsur pasal 170, 263, 266, 378, 385, 406 KUHP yang disidik
polisi tidak sampai meluncur ke penuntutan dan/atau sidang peradilan pidana.
Hemat Penulis, realitas dan fenomena pembebasan pelaku mafia tanah oleh (oknum)
hakim, kiranya menjadi urgen untuk menghidupkan kembali MAHKEJAPOL singkatan dari
Mahkamah Agung, Kejaksaan, dan Kepolisian yang kemudian menjadi MAHKUMJAKPOL—
singkatan dari Mahkamah Agung, Hukum, Kejaksaan, dan Kepolisian—guna menangani
kasus mafia tanah yang semakin hari semakin menggurita dan kompleks. Gagasan
menghidupkan MAHKUMJAKPOL tidak dalam konsteks menghidupkan intervensi polisi,
jaksa dan pemerintah pada kemerdekaan hakim, melainkan menyamakan idiologi dan cita
hukum pada penegakan hukum dengan memprioritaskan utilitarianisme hukum dan
melihat kepentingan yang lebih luas, tidak terjebak pada bunyi teks undang-undang yang
legalistik. Dengan demikian, oknum pejabat dan pelaku mafia tanah tidak bermain-main
di pengadilan yang selalu lolos dan tidak mempertanggung jawabkan kejahatannya.
Dengan demikian, diharapkan polisi, jaksa, KPK, PPATK, BPK dan HAKIM sudah dalam
satu pemikiran utilitarianis dan keadilan. Selain dari pada itu, tidak ada lagi memperalat
kemerdekaan hakim dan dijadikan intstrumen untuk melepas atau membebaskan oknum
pejabat dan pelaku mafia tanah. Kiranya, hemat Penulis, ajaran utilitarianisme hukum yang
diajarkan Prof. Jeremy Bentham (1748-1832) yang memposisikan keadilan di atas hukum
tekstual sedang diperlukan bangsa ini. Kecuali, tidak ada bukti dan fakta persidangan
memang meyakinkan bahwa terdakwa benar-benar tidak bersalah.
Salah satu tindak pidana umum yang lain, yakni penyerobotan tanah atau menduduki
atau menguasai tanah milik orang lain. Jika mengkritisi pendapat Ahmad Sofian, dalam
kasus memasuki tanah milik perusahaan, yang kemudian tersangka didakwa Pasal 385
ayat ke-4 KUHP yang bunyinya diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun
yang mengancam barang siapa dengan maksud yang sama, menggadaikan atau
menyewakan tanah dengan hak tanah yang belum bersertipikat padahal diketahui bahwa
orang lain yang mempunyai atau turut mempunyai hak atas tanah itu; dan ketentuan Pasal
167 ayat (1) KUHP yang bunyinya barang siapa memaksa masuk ke dalam rumah, ruangan
atau pekarangan tertutup yang dipakai orang lain dengan melawan hukum atau berada
di situ dengan melawan hukum, dan atas permintaan yang berhak atau suruhannya tidak
pergi dengan segera, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan tidak
direkomendasikan Ahmad Sofyan—akademisi Binus-University Jakarta—untuk diterapkan
pada tersangka, dengan alasan, bahwa sebaiknya hukum pidana (hanya) digunakan
sebagai jalan terakhir. Kemudian yang bersangkutan merekomendasikan agar penerapan
kedua pasal pidana tersebut dibelakangkan dan mengedepankan penggunaan Pasal
1365 BW atau perbuatan melawan hukum di lapangan hukum perdata.110 Rekomendasi
seperti ini disebut dengan penggunaan hukum pidana secara ultimum remedium. Bisa

109
Korban Mafia Tanah Pejabat BPN: Pemerintah sampai Rakyat Jelata.
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20220713171809-12-821115/korban-mafia-tanah-pejabat-bpn-
pemerintah-sampai-rakyat-jelata di akses pada 11/10/2022 11:02:19 AM
110 Ahmad Sofian. (2019). Tafsir Atas Delik Pertanahan (Pasal 167 Dan 385 KUHP). https://business-law.binus.
ac.id/2019/03/03/tafsir-atas-delik-pertanahan-pasal-167-dan-385-kuhp/ di akses pada 10/30/2022 11:11:49
AM

55
jadi, rekomendasi seperti ini, ke depan tidak tepat lagi, karena menduduki dan menguasai
tanah bukan miliknya oleh PP No. 18/2021 juncto Permen ATR/BPN No. 18/2021 dapat
menjadi alasan untuk diberikan sertipikat hak atas tanah, hanya berbekalkan KTP dan
SPPF dengan Materai Rp. 10.000,- sudah menjadi hak penggarap tanah. Kalaupun,
diketahui kemudian pemilik asli muncul dan mempersoalkan pendudukan tersebut,
kebiasaan BPN di dalam praktik, tidak
(pernah) membatalkan sertipikat yang
diterbitkannya, dan memaksa pemilik
asli tanah agar menyelesaikannya ke
pengadilan. Naif kemudian jika, di
pengadilan yang memerlukan waktu
dari pendaftaran gugatan sampai
dengan putusan Mahkamah Agung
butuh 3 tahun, yang belum tentu
dimenangkan pemilik asli tanah.
Pemilik asli akan bertambah
kerugiannya manakala dalam proses
perkara, oknum hakim sudah terlibat
dengan mafia tanah, dan karenanya
putusan hakim mengalahkan pemilik
tanah yang sesungguhnya. Disinilah
perlunya, penggunaan hukum pidana secara primum remedium sehingga ada efek jera
pada mafia tanah dan mencegah oknum dan/atau calon pelaku lain untuk melakukan
perbuatan yang sama. Putusan pidana juga da pat dipergunakan untuk mangajukan
pembatalan sertipikat di BPN, dan jika BPN tetap saja tidak membatalkan sertipikat
tersebut, maka pejabat BPN telah berubah menjadi oknum, yang harus diproses dengan
UU Tipikor dan UU Pencucian Uang.111 Dengan kalimat lain, bahwa berdasarkan putusan
pidana dan putusan perdata oleh pemilik asli, dapat melaporkan secara pidana pejabat
BPN yang tidak membatalkan sertipikat yang sudah diterbitkannya, jika tidak maka
pejabat BPN penerbit sertipikat (dapat) dilaporkan secara pidana (LP) karena
menyalahgunakan kewenangan, atau pelanggaran atas Pasal 55 ayat 1 angka ke 1 dan
Pasal 56 KUHP sebagai delik pelaku penyertaan (deelneming). Hanya saja, dalam
111 Modus oknum yang menggunakan gugatan perdata ke pengadilan negeri untuk menghindari masalah pidananya,
pernah dimanfaatkan oleh eks Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Semarang namun penyidik, penuntut umum, dan
hakim kompak sepakat untuk memenjarakan pelakunya sebagaimana Putusan Peninjauan Kembali No. 79
PK/PID.SUS/2016. Pertimbangan Hukum dari Hakim Agung akan menarik jika diikuti oleh aparat hukum dan para
hakim saat ini untuk menggebuk mafia tanah, yang kutipannya seperti berikut: (1). Bahwa bukti Putusan Perdata dari
Mahkamah Agung Nomor 208 K/Pdt/2015 tanggal 13 Mei 2015 tidak dapat dikualifikasikan sebagai bukti baru
yang dapat menentukan. Putusan Perdata dari Mahkamah Agung Nomor 208K/Pdt/2015 tanggal 13 Mei 2015 Jo.
156/Pdt.G/2014/PT. SMG Tanggal 5 Juni 2014 Jo. 196/Pdt.G/ 2013/PN SMG Tanggal 27 Desember 2012 bukanlah
merupakan Novum, karena Tindak Pidana Korupsi merupakan delik formil sehingga adanya tindak pidana korupsi
ditengarai cukup dengan dipenuhinya unsur-unsur perbuatan yang sudah dirumuskan bukan dengan timbulnya akibat
kerugian negara; (2). Bahwa alasan ada pertentangan pelbagai Putusan dalam perkara a quo juga tidak dapat
dibenarkan. Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 1251 K/Pid.Sus/2014 tanggal 25 Maret 2015 tidak bertentangan
dengan Putusan Pengadilan Negeri TIPIKOR Semarang Nomor 52/Pid.Sus/2013/PN Tipikor tanggal 7 Oktober 2013
melainkan Putusan Judex Juris tersebut mengoreksi Putusan Judex Facti yang keliru dengan membatalkan putusan
tingkat pertama dan kemudian hakim kasasi mengadili sendiri; (3). Bahwa alasan Para Terdakwa yang mendalilkan
bahwa Putusan Perdata baik ditingkat pertama, banding maupun kasasi yang menyatakan Hasil Audit BPKP Propinsi
Jawa Tengah Nomor 10916/PW11/5/2012 tanggal 18 Desember 2012 batal demi hukum bertentangan dengan
Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 1251 K/Pid.Sus/2014 tanggal 25 Maret 2015, tidak dapat dijadikan alasan
untuk membebaskan Terpidana I dan Terpidana III; Putusan perdata yang menyatakan LHA BPKP perkara a quo batal
demi hukum tersebut tidak relevan, karena terbukti atau tidak terbuktinya kerugian negara yang disebutkan dalam
LHA BPKP atau sah/tidak-sahnya LHA BPKP tersebut, pembuktian unsur kerugian negara tetap merupakan ranah
kewenangan dari Hakim Tindak Pidana Korupsi yang mengadilinya. Lagipula pembuktian kerugian negara dalam
tindak pidana korupsi perkara a quo tidak hanya berdasarkan Laporan Hasil Audit BPKP, melainkan fakta fakta hukum
di persidangan. (4). Kerugian negara dihitung karena adanya pemalsuan surat-menyurat sehingga tanah beberapa
sertipikat Hak Milik tumpang tindih dengan Hak Pakai No. 5 milik Pemprov Jateng. Perhitungan kerugian negara
dilakukan terhadap: aset negara hilang tahun 2003 karena dikuasai Karyono akibat terbit Sertipikat HM No. 872,
aset negara hilang tahun 2005 karena dikuasai PT. Handayani akibat diterbitkan Sertifikat Hak Milik No. 1055, dan
aset negara hilang tahun 2007 karena dikuasai PT. Handayani dan akibat dari rekayasa ruislag tahun 2007

56
praktiknya ketentuan Pasal 55 ayat 1 angka ke 1 dan Pasal 56 serta Pasal 64 KUHP
jarang sekali digunakan oleh hakim untuk menghukum oknum pejabat, padahal tindakan
oknum tersebut sama jahatnya dengan kejahatan utama. Pasal pidana penyertaan juga
masih digunakan dalam RUU KUHP draft tahun 2022 yang bunyinya,
(1) Setiap Orang dipidana sebagai pembantu Tindak Pidana jika dengan
sengaja:
a. memberi kesempatan, sarana, atau keterangan untuk melakukan
Tindak Pidana; atau
b. memberi bantuan pada waktu Tindak Pidana dilakukan.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku untuk
pembantuan terhadap Tindak Pidana yang hanya diancam dengan pidana
denda paling banyak kategori II.
(3) Pidana untuk pembantuan melakukan Tindak Pidana paling banyak 2/3
(dua per tiga) dari maksimum ancaman pidana pokok untuk Tindak Pidana
yang bersangkutan.
(4) Pembantuan melakukan Tindak Pidana yang diancam dengan pidana mati
atau pidana penjara seumur hidup dipidana dengan pidana penjara paling
lama 15 (lima belas) tahun.
(5) Pidana tambahan untuk pembantuan melakukan Tindak Pidana sama
dengan pidana tambahan untuk Tindak Pidana yang bersangkutan.

Didalam penjelasan otentik disampaikan bahwa Yang dimaksud dengan “turut serta
melakukan Tindak Pidana” adalah mereka yang bekerja sama secara sadar dan bersama-
sama secara fisik melakukan Tindak Pidana, tetapi tidak semua yang turut serta melakukan
harus memenuhi semua unsur Tindak Pidana walaupun semua diancam dengan pidana
yang sama. Dalam turut serta melakukan Tindak Pidana, perbuatan masing-masing peserta
dilihat sebagai satu kesatuan.

Pasal lain yang bisa digunakan ke depan sebagaimana yang ada didalam RUU KUHP draft
Novermber 2022 yakni barang siapa melakukan permufakatan jahat antara 2 (dua) orang
atau lebih yang bersepakat untuk melakukan tindak pidana dipidana paling banyak 1/3
(satu per tiga) dari maksimum ancaman pidana pokok untuk Tindak Pidana yang
bersangkutan. Atau, barang siapa melakukan persiapan melakukan Tindak Pidana untuk
mendapatkan atau menyiapkan sarana berupa alat, mengumpulkan informasi atau
menyusun perencanaan tindakan, atau melakukan tindakan serupa yang dimaksudkan
untuk menciptakan kondisi untuk dilakukannya suatu perbuatan yang secara langsung
ditujukan bagi penyelesaian Tindak Pidana dipidana paling banyak 1/2 (satu per dua) dari
maksimum ancaman pidana pokok untuk Tindak Pidana yang bersangkutan. Walaupun
Tindak Pidana tidak terjadi atau batal terjadi tetapi masuk dalam kualifikasi percobaan
maka dapat dipidana paling banyak 2/3 (dua per tiga) dari maksimum ancaman pidana
pokok untuk Tindak Pidana yang bersangkutan.
Gambar skema di bawah ini, skema atau modeling tindak pidana umum (TIPIDUM) yang
banyak ditemui atau sering terjadi di dalam praktik terkait tanah, pertanahan, atau
sertipikat hak atas tanah.

57
GAMBAR 17. MODELING TINDAK PIDANA UMUM PRAKTIK MAFIA TANAH DAN
KOLABORATORNYA

Pengkondisian/Kerjasama
Mafia Tanah (dibantu-membantu)

merekayasa surat tanah dan penggarapan tanah (create)

Penggarap Penggarap Penggarap Penggarap Penggarap


Asli Fiktif Nominee Buatan Yang Diciptakan

memalsukan surat tanah, membuat surat tanah, memanipulasi data tanah, menggarap
paksa, menyerobot tanah, menguasai fisik tanah orang, menggugat ke pengadilan,
menggugat sesama mereka, menyengketakan tanah, memblokir tanah yang bukan miliknya,
membebaskan tanah dengan paksa/hanya membayar uang muka

Deelneming
Penguasaan Fisik

Kerjasama
Tanah Yang di Sasar/di Buru
5 Oknum
Mafia Tanah
melegalisasi tindakan

Rekayasa
Sertipikat Hak Atas Tanah Pengadilan
para korban mafia

Dijadikan Menjual Ke Membobol Membobol Dibangun/Dipakai


Asset untuk Mafia yang Bank Milik
Sekuritisasi Kebih Kuat DIPA APBN/D Sendiri
Pemerintah

Kejahatan Tindak Pidana Umum (Tipidum)

Dilematik surat-surat tanah tidak hanya soal kompetensi absolut antara pengadilan tata
usaha negara versus pengadilan perdata, tetapi bisa terjadi kompetensi absolut antara
pengadilan tata usaha negara versus pengadilan pidana. Dilematik perkara tersebut dapat
dipetik dari kasus perkara tata usaha negara Banjarmasin Nomor: 15/G/2018/PTUN.BJM
antara Erni Saragih selaku Penggugat dengan Lurah Pemurus Baru Kota Banjarmasin
selaku Tergugat dan Hamdan dkk sebagai Tergugat II Intervensi. Duduk perkara kasus a
quo, berdasarkan Surat Lurah Pemurus Baru Nomor: 63/UM/PB/XII/2017, Lurah Pemurus
Baru mencabut/membatalkan Surat Keterangan Keadaan Tanah (SKKT) milik Erni Saragih
yang tercatat dalam Nomor: 24/A.1/PBIV/2006 yang diterbitkan tanggal 3 April 2006
karena diketahui kemudian di atas tanah yang sama sebelumnya telah diterbitkan oleh
Lurah Pemurus Baru kepada Hamdan dkk berupa Surat Keterangan Hak Milik (SKHM)
Nomor: 15-A.1-4/PB/1988 yang diterbitkan tanggal 21 April 1988 atas nama Hamdan
dkk. Dengan kalimat lain, di atas tanah yang sama Lurah menerbitkan surat tanah dua kali
kepada orang yang berbeda. Penerbitan tersebut kemudian Ernik Saragih dilaporkan
kepada Kapolda Kalimantan Selatan di tanggal 7 Desember 2017 dengan dugaan
membuat dan menggunakan surat palsu. Upaya hukum Erni Saragih sebagai terlapor di
Polda Kalimantan Selatan, mengajukan gugatan di PTUN Banjarmasin dengan obyek
perkara surat pencabutan suratnya oleh Lurah Nomor: 63/UM/PB/XII/2017. Terhadap
perkara tersebut kemudian diputus Hakim PTUN dengan amar; Menyatakan batal Surat

58
Lurah Pemurus Baru Nomor: 63/UM/PB/XII/2017, hal: Permohonan Penarikan/
Pencabutan SKKT No. 24/A.1/PB-/2006 atas nama Erni Saragih dan surat Gambar Situasi
Tanah tertanggal 17 Maret 2004 yang ditandatangani oleh H. Dillah Napiah yang telah
digunakan oleh Erni Saragih, SH tanggal 22 Desember 2017; dan Memerintahkan
Tergugat untuk mencabut Surat Lurah Pemurus Baru Nomor: 63/UM/PB/XII/2017, hal:
Permohonan Penarikan/Pencabutan SKKT No. 24/A.1/PB-/2006 atas nama Erni Saragih
dan surat Gambar Situasi Tanah tertanggal 17 Maret 2004 yang ditandatangani oleh H.
Dillah Napiah yang telah digunakan oleh Erni Saragih tanggal 22 Desember 2017.
Mencermati putusan Hakim PTUN a quo, yang membatalkan surat Lurah Pemurus Baru
Nomor: 63/UM/PB/XII/2017 artinya Hakim PTUN menghendaki di atas bidang tanah yang
sama, dibiarkan kembali memiliki dua alas hak (rechtstitel) yang berbeda dengan pemilik
tanah yang berbeda (overlapping). Dengan demikian, sengketa kedua belah pihak antara
Erni Saragih selaku Penggugat dengan Hamdan Selaku Tergugat II Intervensi telah
dimenangkan Erni Saragih tetapi duduk perkaranya tidak selesai di PTUN. Ini menimbulkan
dua opsi penyelesaian, yakni: diselesaikan kepemilikannya secara perdata di pengadilan
negeri untuk menentukan satu pemilik di atas tanah in casu atau diselesaikan secara
pidana untuk menentukan siapa yang menggunakan keterangan palsu atau membuat
surat palsu. Jika menggunakan prinsip primum remedium maka penyelesaian pidana, yang
sudah dilaporkan di Polda Kalimantan Selatan, menjadi utama dan diutamakan. Dengan
tetap sesuai prosedural (KUHAP) untuk pembuktian unsur kesalahan, kesengajaan, dan
unsur melawan hukum dari masing-masing pemilik tanah termasuk Lurah si penerbit alas
hak (rechtstitel).
Kasus sederhana di PTUN Banjarmasin di atas, seringkali saat ini, dijadikan modus oleh
mafia tanah. Modus penguasaan fisik atas tanah atas miliknya, yang nota bene milik orang
lain, kemudian jika terjadi sengketa pelaku dan
BPN kompak agar menyelesaikan di pengadilan
PTUN atau pengadilan perdata di PN. Ini sering
terjadi di tanah-tanah PT. KAI Medan dan tanah PT.
KAI di Jawa, Tanah PT. PTP di Jawa Tengah, Jawa
Timur, Sumatera Utara, sedangkan di Sulawesi
Tenggara antara masyarakat, pertambangan dan
perkebunan, Yayasan versus Perusahaan Terbatas
di Jakarta Selatan, Tanah Hak Pakai di Ungasan
Bali, Tanah Hambalang di Bogor, Tanah di Cempaka Putih Jakarta dan di daerah-daerah
lain dengan kasus yang semacam dengan itu. Penguasaan Fisik oleh ATR/BPN telah
dibuatkan peraturannya, dengan kebijakan yang baru, bahwa penguasaan fisik ditetapkan
sebagai embrio terjadinya hak atas tanah laksana alas hak (rechsttitel), dengan bukti
berupa surat SPPF atau surat pernyataan sporadik. Kebijakan yang menguntungkan rakyat
tersebut, tetapi sebenarnya dibalik itu bisa sangat menguntungkan mafia tanah, apalagi
jika difasilitasi (obyekan) oknum.
Kasus bentuk lain, seharusnya tidak boleh terjadi tetapi sudah mulai terungkap, yakni laut
diberikan sertipikat hak atas tanah, yang menurut UU Pokok Agraria sertipikat hak atas
tanah hanya bisa diberikan di atas tanah, kecuali tanah tambak. Bahkan, tidak sedikit
sempadan danau, situ berikut tanah sempadannya, 112 serta tanah sempadan sungai,
termasuk tanah sempadan pantai/laut diterbitkan sertipikat hak atas tanah kepada swasta
oleh oknum pejabat BPN. Salah satu contoh kasus yang terjadi di Kabupaten Karimun,
sebagaimana yang dikatakan Kepala Kantor BPN Karimun, bahwa sertipikat Hak Milik

112 Perampasan Tanah dan Kriminalisasi Warga di Kawasan Danau Toba. Perampasan Tanah dan Kriminalisasi Warga di
Kawasan Danau Toba (indonesiavoice.com) di akses pada 27/11/2022 05:02:07 AM

59
diterbitkan di lahan pantai dan di laut sudah dari tahun 1988.113 Sama dengan hasil
penelitian yang disampaikan Agraria Institute dari Bandung yang menyatakan:
“…mengaku heran dengan pola sertifikasi pertanahan di Indonesia. Pasalnya, Agraria
Institute menemukan ada bidang lautan yang memiliki sertifikat dan letaknya di tengah
samudera”. Kasus sertipikat hak atas tanah di atas laut, jumlahnya tidak sedikit
sinyalemennya ada 3.000 sertipikat, dan ini masalah hukum serius yang perlu
penyelidikan, apakah ini kesalahan administrasi, kesalahan pemetaan digital, kesalahan
entry data koordinat atau kesengajaan yang berkongsi dengan mafia tanah guna
membobol bank-bank pemerintah. Kenapa kasus ini serius, karena praktiknya sertipikat
hak atas tanah dengan obyek laut, sudah digunakan untuk membobol Bank Indonesia
dalam kasus BLBI, yang terbuka potensinya untuk membobol bank-bank konvensional
dan pihak-pihak lain bakal dirugikan. Vide gambar 18 berikut,114
GAMBAR 18 NIB, PETA BIDANG, DAN SERTIPIKAT HAK MILIK DITERBITKAN OLEH BPN DI
TENGAH SAMUDERA LEPAS, MELAWAN HUKUM PENDAFTARAN TANAH DAN
TIDAK SESUAI KETENTUAN OBYEK HAK ATAS TANAH

Peristiwa laut dan samudera diterbitkan seripikat hak atas tanah jelas melawan hukum
dan menyalahgunakan kewenangan yang memenuhi perbuatan yang dilarang oleh UU
TIPIKOR. Sama seriusnya dengan kejahatan pemalsuan surat tanah dan memberikan
keterangan tidak benar di dalam akta otentik atau
menggunakan surat tanah yang tidak benar,
misalnya surat girik, petok, letter c, kekitir dan akan
terus terjadi dan akan terjadi juga pada pemalsuan
SPPF dan KTP. Demikian juga tindakan
menghilangkan warkah hak atas tanah, data yuridis
dan data fisik, data elektronik yang disimpan di
gudang arsip kantor pertanahan tiba-tiba
mendadak hilang manakala kejahatannya terungkap
dan diungkap atau kasusnya sedang disidik di
persidangan pidana, perdata dan tata usaha
negara. Penghilangan barang bukti warkah dan
buku tanah sudah umum terjadi—baik dilakukan
oleh oknum BPN ataupun atas suruhan pihak lain—
menjadi modus sampai hari ini yang dianggap

113 https://kepri.antaranews.com/berita/46309/bpn-karimun-sertifikat-tanah-laut-sejak-1998 di akses pada 11/1/2022


4:42:43 PM
114 Agraria Institute. (2021). Agraria Institute Temukan Bidang Laut Miliki Sertifikat Layaknya Tanah, Kok Bisa?. Agraria
Institute Temukan Bidang Laut Miliki Sertifikat Layaknya Tanah, Kok Bisa? | deJurnal.com di akses pada 11/11/2022
09:16:30 AM.

60
kehilangan biasa oleh aparat penegak hukum. Padahal warkah tanah adalah dokumen
negara, harta orang dan harta perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia.
Untuk itu, penegakan hukum seharusnya sudah menggunakan azas primum remedium,
agar mafia tanah tidak semakin berkuasa (powerful) dalam menguasai tanah dan laut
Indonesia. Sekaligus menarget 5 Oknum Pejabat untuk berhenti meneruskan
kejahatannya, berhenti bekerjasama dengan mafia tanah, calo tanah, dan makelar kasus,
karena mereka sama jahatnya dengan mafianya sendiri. Gagasan ini sudah diadopsi
didalam RKUHP Draf November 2022 pada Pasal 55 bahwa setiap Orang yang melakukan
Tindak Pidana tidak dibebaskan dari pertanggungjawaban pidana berdasarkan alasan
peniadaan pidana jika orang tersebut telah dengan sengaja menyebabkan terjadinya
keadaan yang dapat menjadi alasan peniadaan pidana tersebut junto Pasal 58 dan Pasal
59 yang intinya; Pejabat yang melakukan Tindak Pidana sehingga melanggar kewajiban
jabatan yang khusus atau melakukan Tindak Pidana dengan menyalahgunakan
kewenangan, kesempatan, atau sarana yang diberikan kepadanya karena jabatan;
pengulangan Tindak Pidana dperbera hukumannya dengan ditambah paling banyak 1/3
(satu per tiga) dari maksimum ancaman pidana. Ancaman juga diperberat menjadi 8
(delapan) tahun bagi pelaku kejahatan sebagaimana dimaksud Pasal Pasal 396 RUKHP
Draft 2022;
(1) Dipidana dengan pidana penjara paling lama 8 (delapan) tahun, Setiap Orang
yang melakukan pemalsuan Surat terhadap:
a. Akta otentik;
b. Surat utang atau sertifikat utang dari suatu negara atau bagiannya
atau dari suatu lembaga umum;
c. Saham, surat utang, sertifikat saham, sertifikat utang dari suatu
perkumpulan, yayasan, perseroan atau persekutuan;
d. Talon, tanda bukti dividen atau tanda bukti bunga salah satu surat
sebagaimana dimaksud dalam huruf b dan huruf c atau tanda bukti
yang dikeluarkan sebagai pengganti surat tersebut;
e. Surat kredit atau surat dagang yang diperuntukkan guna diedarkan;
f. Surat keterangan mengenai hak atas tanah; atau
g. Surat berharga lainnya yang ditentukan dalam peraturan perundang-
undangan.
(2) Setiap orang yang menggunakan surat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
yang isinya tidak benar atau dipalsu, seolah-olah benar atau tidak dipalsu,
jika penggunaan surat tersebut dapat menimbulkan kerugian dipidana
dengan pidana yang sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Penguasan hak atas tanah yang semakin luas, semakin besar, dan semakin banyak—
apalagi dibantu dengan (oknum) pejabat yang berkolaborasi dengan mereka, termasuk isi
kebijakan yang memfasilitasi mafia—maka penggebukan mafia tanah diperlukan
sebagaimana yang diperintah Presiden, agar memberantas mafia tanah di Indonesia dan
behenti merugikan rakyat dan negara.

2.2.3. Kejahatan Mafia Tanah dalam Tindak Pidana Khusus

Penyebab dan dampak korupsi, serta cara memerangi korupsi, merupakan isu yang
banyak menjadi agenda nasional dan internasional dari para politisi (baik) dan pembuat
kebijakan di beberapa dekade terakhir. Selain itu, berbagai filsuf yang berpengaruh dalam
kesejarahannya, terutama Plato (the republic), Aristoteles (the politic), Machiavelli (the
prince and the discourses) dan Montesquieu (the spirit of the laws), telah prihatin dengan
korupsi. Bagi para filosof ini, korupsi sebagian besar terdiri dari para penguasa yang

61
memerintah demi kepentingan pribadi atau kolektif—atau faksi lain—bukan untuk
kebaikan bersama dan sesuai dengan hukum atau tidak sesuai hukum dan prinsip-prinsip
moral.115
Kejahatan pertanahan masuk dalam kualifikasi “kejahatan profesional”, yang akar
masalahnya berasal dari fee-for-services. Pengertian kejahatan profesional jika meminjam
pendapat ahli hukum pidana UNDIP Prof. Muladi dan Prof Barda Nawawi Arief, dicirikan
dengan; 1. Mereka melayani kepentingan yang sangat mendasar di dalam kehidupan
masyarakat. 2. Mereka memiliki self regulation 3. Mereka mempunyai monopoli dalam
pelayanan 4. Mereka lepas dari pengawasan masyarakat dan aparat.
Beranjak dari 4 ciri-ciri kejahatan profesional di atas, tampak koheren dengan kejahatan
mafia tanah; pertama, BPN satu-satunya lembaga yang melayani pensertipikatan tanah
yang mendasar di kehidupan masyarakat; kedua, hasil penelitian tahun 2006 ada 586
peraturan pertanahan yang disusun oleh BPN dan dilaksanakan oleh BPN; ketiga, BPN
memonopoli pelayanan pelayanan sertipikat hak atas tanah dan perizinan tata ruang
seperti pertimbangan teknis pertanahan, informasi zona nilai tanah, izin lokasi, kesesuaian
kegiatan penataan ruang; keempat, masyarakat tidak dapat mengawasi pelayanan
pertanahan BPN, masyarakat hanya bisa mengeluh dan mengadu tetapi tidak diberikan
solusi. Dus, kejahatan profesional ini kemudian mendorong adanya fee for services diluar
yang ditentukan peraturan perundang-undangan PNBP, dan ini simpul-simpul yang
mengundang dan dimanfaatkan oknum, mafia tanah, dan percaloan;
1. Pemberian dan penerimaan fee for services untuk didahulukan berkasnya, agar
segera diperiksa, diproses, dan ditindaklanjuti;
2. Pemberian dan penerimaan fee for services untuk biaya pengukuran dan
transport/akomodasi petugas ukur, sesuai kesepakatan dan Jual beli Patok Batas
Tanah;
3. Pemberian dan penerimaan fee for services untuk biaya penggambaran/ pemetaan
hasil ukur dan entry data gambar ukur ke dalam peta digital Komputer Kantor
Pertanahan;
4. Pemberian dan penerimaan fee for services untuk pemecahan bidang tanah
kepada konsumen pembeli perumahan, untuk pemisahan sertipikat/bidang tanah;
dan balik nama Sertipikat Hak Atas tanah dan Hak Milik Rumah Susun di Kantor
Pertanahan
5. Pemberian dan penerimaan fee for services untuk biasa pertelaan dan pemberian
sertipikat SHMS Sarusun untuk unit-unit apartemen, yang nilainya tergantung dari
harga unit dan letak apartemen;
6. Pemberian dan penerimaan fee for services biaya, transport, dan akomodasi
panitia pemeriksaan tanah (Panitia A) untuk permohonan Hak Milik, Hak Guna
Bangunan, Hak Pakai dan panitia pemeriksaan tanah untuk permohonan (Panitia
B) hak guna usaha;
7. Pemberian dan penerimaan fee for services untuk survey penatagunaan tanah
(survey PGT) untuk permohonan HGB atau HGU yang bagi tanah yang luas, dan
survey penatagunaan tanah seharusnya sudah tidak diharuskan didalam
persyaratan permohonan sertipikat hak atas tanah;
8. Pemberian dan penerimaan fee for services untuk biaya pertimbangan teknis
pertanahan (PTP);
9. Pemberian dan penerimaan fee for services untuk kesesuaian kegiatan penataan
ruang (KKPR);

115
Corruption (Stanford Encyclopedia of Philosophy) di akses pada 10/20/2022 6:04:22 AM

62
10. Pemberian dan penerimaan fee for services untuk pembuatan surat keputusan
pemberian hak atas tanah (SKPH);
11. Pemberian dan penerimaan fee for services untuk pendaftaran surat keputusan
pemberian hak atas tanah (SKPH) dan pengambilan sertipikat hak atas tanah;
12. Pemberian dan penerimaan fee for services untuk pengambilan sertipikat asli jika
dengan surat kuasa;
13. Pemberian dan penerimaan fee for services untuk peralihan hak (balik nama),
perubahan hak, dan penurunan hak/peningkaan hak;
14. Pemberian dan penerimaan fee for services untuk penerbitan sertipikat pengganti
karena rusak atau hilang;
15. Pemberian dan penerimaan fee for services untuk mengeluarkan tanah indikasi
tanah terlantar dari database penertiban tanah terlantar
Di atas baru sebagian fee for services dari banyak fee for services lain yang masuk dalam
tindak pidana khusus, tindak pidana korupsi, sebagaimana yang dilarang oleh Pasal 2 dan
Pasal 3 UU No. 31/1999 juncto UU No. 20/2001 dan Pasal 12 bagi penerima gratifikasi
atau suap dan Pasal 13 untuk pemberi gratifikasi atau suap. Di dalam praktik, lebih
banyak bentuk dan ragam derivatnya, bahkan, misalnya sebelum berkas permohon hak
atas tanah masuk secara resmi ke dalam loket pelayanan, menerima/memberikan
konsultasi (gelap) dengan kompensasi sejumlah uang, hadiah atau gratifikasi (illegal
advisor) yang jumlahnya tergantung luas tanah dan/atau harga tanah.116
Modus lain mafia tanah, seperti mengajukan dan menerbitkan sertipikat di atas tanah
asset pemerintah dan/atau asset BUMN/BUMD dengan melawan hukum,117 menggangsir
kekayaan pemerintah dengan cara overlapping dengan berdalih sudah diproses sesuai
prosedur, tidak mengetahui ada asset pemerintah (BMN/BMD), BPN jadi korban pemohon
atau dalih-dalih administratif lainnya, dan atau melalui rekayasa perkara pengadilan.
Contoh terbaru di tahun 2022 adalah tanah asset BLBI—yang berkategori Barang Milik
Negara (BMN atau asset Pemerintah) dicacah-cacah melalui program PTSL tanpa izin
Satgas BLBI dan/atau Menteri Keuangan, dan ini normatifnya sudah ranah tindak pidana
korupsi.
Kejadian lain, yakni kejahatan pada tanah asset Kementerian Pekerjaan Umum di
Kabupaten Semarang dengan modus jual beli tanah dengan rekayasa surat tanah milik
adat secara berkelompok dan diterbitkan sertipikat hak atas tanah kepada pengusaha dan
pihak lain tanpa prosedur yang syah. Perkara dengan modus rapi, teliti, dan canggih
akhirnya terungkap oleh penegak hukum yang jujur, cerdas, dan berintegritas. Setelah
dilakukan pemeriksaan secara pidana, kemudian dengan Putusan Mahkamah Agung No.
79 PK/PID.SUS/2016 tanggal 15 Juni 2016 menghukum eks Kepala Kantor Pertanahan
Kabupaten Semarang yang menjadi Terdakwa I, dan eks Kepala Seksi Pengukuran dan
Pemetaan yang menjadi Terdakwa II, serta Eks Pejabat BPN lainnya sebagai Terdakwa III
secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana korupsi dan dipidana
penjara masing-masing selama 4 (empat) tahun dengan denda sebesar Rp 200.000.000.

116 Jika dilakukan simulasi perhitungan peredaran uang di kantor pertanahan, dengan bertitik tolak dari 15 jenis
pelayanan pertanahan di atas, jika semuanya ada uang terlarang, andaikata masing-masing Rp. 100.000,-/per jenis
pelayanan, dikalikan jumlah permohonan 10.000 berkas per bulan di kantor kelas A, maka akan ada peredaran uang:
Rp. 100.000 x 15 x 10.000 = Rp. 15 Milyar setiap bulannya. Metode menggeneralisir ini bisa salah, namun bisa jadi
mengandung kebenaran. Maka dari itu, perlu penyidikan, operasi intelijen dan operasi yustisi yang ditindaklanjuti
operasi tangkap tangan. Sebab, mafia tanah semakin membesar dan masif karena bisa saja diawali uang Rp.
100.000,- vide https://jateng.tribunnews.com/2018/03/07/windari-jadi-tersangka-ott-bpn-semarang-jumlah-uang-
temuan-bikin-melongo dan lihat juga kasus-kasus kutipan PTSL di www.ma.go.id
117 https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20211007221747-92-704920/bpn-klaim-tanah-negara-dan-bumn-
disikat-mafia di akses pada 11/13/2022 7:37:14 AM

63
Jika perkara No. 79 PK/PID.SUS/2016 adalah bukti empirik adanya fee for services pada
pendaftaran tanah sporadik dan pensertipikatan tanah non sistimatik, dalam perkara
Nomor 138/Pid.sus/TPK/2017/PN Sby bukti empirik adanya fee for services pada
pensertipikatan sistimatis atau pendaftaran tanah sistimatis lengkap (PTSL) yang
dilakukan terdakwa Asri Hadiyanto, yang mengutip fee for services pada program
pendaftaran tanah sistimatis lengkap tahun anggaran 2017 di Surabaya. Praktik fee for
services juga dilakukan Terdakwa Muhamad Subur yang sudah dihukum pidana dengan
Putusan No. 09/Pid.Sus/TPK/2019/PN.Sby dan juga pada Terdakwa Arifin, SH juga sudah
mendekam di penjara sebagaimana perintah Putusan No. 7/Pid.Sus-TPK/2020/PN Sby.
Sama kasusnya, yakni praktik fee for services pada pensertipikatan tanah dari program
pendaftaran tanah sistimatis lengkap di Desa Argomulyo, Kecamatan Cangkringan,
Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang dilakukan Terdakwa
Supriyono yang sudah dipenjara berdasarkan amar Putusan No. 1/Pid.SusTPK/2019/
PN.Yyk. Bukti empirik pungutan fee for services pensertipikatan tanah juga dipraktikan di
luar Jawa dengan Terdakwa Abdul Said Laguni, M.M. dan Saripah Ahmad, S.Sos
sebagaimana Putusan Perkara No. 60/Pid.SusTPK/2017/PN Pal dalam perkara
pemungutan liar pada program pendaftaran tanah sistimatis lengkap di Kelurahan
Pagimana, Kecamatan Pagimana, Kabupaten Binggai, Provinsi Sulawesi Tengah tahun
anggaran 2017. Modus fee for services pensertipikatan tanah juga ditemukan di Sumatera
sebagaimana yang dilakukan Asmanudin dan Solehono yang sudah dipenjara dengan
Putusan No. 34/Pid.Sus-TPK/2018/PN.Tjk dan Terdakwa Damiri dengan Putusan No.
35/Pid.Sus-TPK/2018/PN.Tjk yang locus delictie-nya di Tanjung Kurung Lama, Kecamatan
Kasui, Kabupaten Way Kanan, Provinsi Lampung.118 Beranjak dari putusan-putusan tindak
pidana khusus pada praktik pungutan uang yang dilarang undang-undang dalam kegiatan
pensertipikatan tanah secara sporadik yang beban biaya dari uang masyarakat dan
pensertipikatan tanah secara
sistematik yang beban biaya
dari APBN, membuktikan
bahwa tesis bawha fee-for-
services adalah kejahatan
profesional yang disampaikan
ahli hukum pidana UNDIP Prof.
Muladi dan Prof Barda Nawawi
Arief meunjukan koresponden
dan koherensialitasnya antara
teori dan normatif dengan
empirik hukumnya.
Diluar perbuatan hukum fee for services, ada juga—yang pembuktiannya memerlukan
operasi intelijen dan operasi tangkap tangan—guna mendapatkan 2 alat bukti penerima
manfaat dari bawahan yang menjadi kadernya atau calo/makelar tanah yang menjadi
mesin uangnya. Perbuatan ini sudah memenuhi unsur tindak pidana yang diatur Pasal 11
dan Pasal 12, Pasal 12A, atau Pasal 12B UU TIPIKOR dan UU TPPU jika modus
operandinya disertai berbagai penyamaran harta kekayaan, seperti Gambar 19 berikut
yang dapat dimanfaatkan pelaku mafia tanah;

118 Tindak Pidana Korupsi Pada Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap. (tanpa nama, tanpa tahun).
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/35734/7.%20BAB%20III.pdf?sequence=7&isAllowed=y
di akses pada 11/25/2022 7:26:24 AM

64
GAMBAR 19. SIMPUL-SIMPUL PERBUATAN KEJAHATAN DAN OKNUM PEJABAT YANG WAJIB
DIAWASI DAN DITINDAK DALAM PEMBERANTASAN MAFIA TANAH PENYEBAB
HIGH COST INVESTMENT
illicit enrichment
unexplained wealth
co-conspiracy

KLIK, CLAN, GROUP, TRADER in


GANGs influences / authority

undercover contract
Pejabat Kolegial PEJABAT
(atasan/bapak asuh)
Pejabat Outsourcing
Keluarga/Alumni/Klik/ SK Penempatan KICK BACK
Kedaerahan dll
Pejabat & Staf
(bawahan) Posisi & Daerah Strategis
(tempat basah) illicit enrichment
unexplained wealth

Pemasukan

Masyarakat Badan Usaha/


Pengusaha

Calo, Makelar,
Orang Kepercayaan

TARGET OPERASI INTELIJEN (OI) dan/atau OPERASI YUSTISI


TARGET OPERASI TANGKAP TANGAN (OTT)

2.2.4. Kejahatan Mafia Tanah dalam Pendaftaran dan Pensertipikatan Tanah


Pendaftaran tanah dan pensertipikatan tanah menurut hukum pertanahan adalah dua
perbuatan administrasi yang berbeda secara masing-masing, namun dalam penulisan
buku ini, disamakan pengertiannya. Pertimbangannya, bahwa keduanya di dalam
praktiknya menyatu, berkelindan, dan sama-sama dijadikan sarana untuk korupsi dan yang
paling banyak disasar mafia tanah. Alasan berikutnya kenapa disamakan, karena ujung
akhir dari kegiatan pendaftaran tanah dan kegiatan pensertipikatan tanah adalah
sertipikat hak atas tanah. Sedangkan sertipikat adalah (surat) tanda bukti yang dapat
diartikan sebagi bukti kekayaan orang atas tanah, yang bernilai sama dengan uang,
harganya selalu naik, dan tidak pernah berkurang karena inflasi serta tidak bergantung
dengan nilai kurs valuta asing.

Kestrategisannya sertipikat hak atas tanah, membuat kedudukan dan kekuatan hukum
sertipikat hak atas tanah berbeda dengan produk-produk perizinan pemerintah yang lain,
sekalipun dikuluarkan oleh pejabat pemerintah, sepeti KTP, KK, SIM, IMB, SLF, Izin Lokasi,
PTP, IUP, KKPR ataupun Ijazah doktoral sekalipun. Sertipikat hak atas tanah dalam
perspektif hukum keperdataan, adalah bukti adanya hak kebendaan yang bernilai dan
berharga yang dapat menjadi obyek transaksional, sedangkan KTP, KK, SIM, IMB, SLF
merupakan bukti hak perorangan yang tidak bernilai dan tidak berharga bagi pihak lain,
karenanya tidak dapat dijadikan obyek perjajian jual beli ke pihak ketiga, itulah yang

65
membuat keduanya secara hukum dan secara ekonomis menjadi berbeda secara masing-
masing dan sendiri-sendiri. Berharga dan bernilainya sertipikat sebagai bukti adanya harta
benda, dapat disimak dari isi putusan Hakim Agung No. 427K/Pid/2015 tanggal 1 Juli
2015 yang menyatakan bahwa siapapun yang menahan (buku) sertipikat hak atas tanah
milik orang lain tanpa hak adalah kejahatan. Inilah yang kemudian, sertipikat hak atas
tanah, sebagai produk akhir dari kegiatan pendaftaran tanah, menjadi primadona
kejahatan para mafia tanah.

Bernilainya sertipikat hak atas tanah bagi orang dan badan hukum, di dalam praktiknya,
oknum pejabat pemerintah—i.e. lurah, kepala desa, bupati, walikota, gubernur, dan
pejabat ATR/BPN—tidak sedikit menyalahgunakan kewenangan untuk mendapat
keuntungan pribadi. 119 Dan. beranjak dari kasus-kasus yang diungkap kepolisian,
kejaksaan, dan KPK hampir selalu ada kerjasama antara pemohon sertipikat dengan
pejabat tersebut. Jika meminjam pendapat Hakim Agung Tipikor (ad hoc) Prof. H. Abdul
Latif, bahwa perbuatan pejabat yang menyalahgunakan kewenangan adalah
maladministrasi ketika perbuatannya menyimpang dari kewajiban hukum. Karenanya,
sanksi pidana harus diberikan padanya manakala perbuatan tersebut berkategori
penyalahgunaan kewenangan atau melawan hukum (pidana). Lebih khusus, bahwa
perbuatan penyalahgunaan kewenangan dan perbuatan melawan hukum oleh pejabat
telah diatur sebagai tindak pidana korupsi yang diatur UU Tipikor. Lebih lanjut, dikatakan
oleh Yang Mulia, bahwa pejabat disebut korupsi jika perbuatannya bertentangan dengan;
(1) peraturan perundang-undangan, (2) bertentangan dengan azas-azas hukum, (3)
bertentangan dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dari 3 kriteria di atas,
tampaknya, Beliau menganut tafsir perbuatan melawan hukum dalam arti yang luas, yang
mengajarkan bahwa dasar hukum pemidanaan pejabat tidak hanya melanggar teks
undang-undang an sich, tetapi melanggar norma-norma hukum (masyarakat) yang dapat
untuk menjerat pelaku korupsi. Menurut Prof. Noyon dan Prof. Langemeijer yang dikutif
Prof. H. Abdul Latif, penodaan kewajiban jabatan yang bersifat khusus merupakan
bijkomendeomstandiheid suatu keadaan penyertaan yang harus ikut dipidana.120 Ada 2
(dua) bahasa undang-undang yang hampir jumbuh, yakni penyalahgunaan wewenang
yang ada di lapangan hukum administrasi dengan penyalahgunaan kewenangan yang ada
di lapangan hukum pidana tipikor. Menurut Prof. H. Abdul Latif, mengatakan bahwa
konsep wewenang dalam hukum administrasi dan tindak pidana merupakan dua aspek
hukum yang saling kait. Titik taut hukum administrasi berada di antara norma hukum
pemerintahan dan norma hukum pidana. Sehingga dapat dikatakan bahwa hukum
administrasi terletak diantara hukum pemerintahan dengan hukum pidana. Hukum pidana
berisi norma yang penting bagi kehidupan—karena hukum pidana menjaga masyarakat,
bangsa, dan negara—dari semua bentuk kejahatan orang, pejabat, dan badan hukum.121
Karenanya, siapa saja yang melawan norma hukum pidana harus ditegakan sanksi pidana
untuknya. Dan, setiap norma hukum pemerintahan diakhiri dengan norma pidana sebagai
in cauda vanenum. Pemberian norma pidana didalam peraturan perundang-undangan
administrasi (tata pemerintahan) inilah yang Penulis sebut sebagai bestuurstrafrechts.

119 https://poskota.co/hukum-kriminal/berkasnya-p21-oknum-asn-bpn-bogor-bersama-lima-tersangka-mafia-tanah-
diserahkan-ke-kejaksaan/ di akses pada 11/8/2022 5:32:51 PM
120 Gunanegara. (2019). Pendapat Hukum Bangunan, Fungsi, Dan Penerapan, & Contoh Pendapat Hakim Pada Tindak
Pidana Agraria, ebook. Jakarta. Hal. 51, 177
121
Abdul Latif, Hukum Administrasi, Dalam Praktik Tindak Pidana Korupsi, Edisi Kedua, Kencana. 2016. Hal. 1.

66
Masih menurut Prof. H. Abdul Latif, bahwa hukum (pidana) administrasi menempati posisi
dominan dalam penanganan tindak pidana korupsi di Mahkamah Agung.122

GAMBAR 20. DUA TAFSIR PERBUATAN MELAWAN HUKUM DI LAPANGAN HUKUM


PIDANA

Tafsir Luas PMH tepat


Penerapan Primum
digunakan untuk
Remedium
Sistem penegakan hukum pidana administrasi (bestuursstrafrechtelijke handhaving) sama
halnya dengan sistem penegakan hukum pidana umum dan sistem pidana khusus
(strafrechtelijke/speciale strafretelijke handhaving). Dengan demikian, penegakan hukum
tata usaha negara, hukum administrasi pemerintahan dan dengan hukum pidana
administrasi, hukum pidana umum, dan/atau hukum pidana khusus ditegakan sesuai
perbuatan, motif, modus, dan akibat perbuatan. Misalnya, kejadian—sertipikat
overlap/ganda & hilangnya tanah aset pemerintah—sesuai dengan perbuatan dan akibat
perbuatan dapat ditegakan hukum administrasi namun dapat pula ditegakan hukum
pidana. Hanya saja, tindak pidana pertanahan/agraria akan terus berlangsung jika
penyelesaiannya hanya selalu dan dengan cara-cara administratif, tanpa ada penegakan
hukum pidana. Prof. Romli Atmasasmita ahli hukum pidana UNPAD, menyatakan bahwa
pemberian sanksi pidana adalah metode pencegahan hukum yang paling baik, sekaligus
melindungi masyarakat dari pemerasan, suap, dan pungli serta praktik mafia tanah,
perampasan, overlapping dan penggandaan sertipikat. Demikian pula dalam putusan
Perkara No. 55/Pid.B/LH/2020/PN Bar dikatakan didalamnya bahwa derajat Undang-
Undang lebih tinggi dibandingkan dengan peraturan yang lain, sehingga Peratutan
Pemerintah agar dikesampingkan; Bahwa di Pasal 78 diperjelas sanksi administratif
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 tidak membebaskan penanggungjawab usaha
dan/atau kegiatan dari tanggung jawab pemulihan dan pidana, dengan demikian
penegakan hukum administratif dan/atau keperdataan tidak dapat menghapus tindak
pidana pelaku kejahatan.

Jika ditelaah, peristiwa sertipikat tumpang tindih atau sertipikat ganda atau sertipikat
pengganti hampir selalu melibatkan peran (oknum) aparat BPN sebagai pejabat penerbit
sertipikat, vide Gambar 21. Dan, perbuatan oknum pejabat BPN tersebut paling tidak
masuk delik penyertaan yang merupakan tindak kejahatan, sama ketentuannya dengan
yang diatur di KUHP Belanda; complicity is the involvement in criminal offences as
principal or as accessory before and during the fact. Principals are those who commit a

122
Gunanegara. (2019). Pendapat Hukum . . . Hal 53-54.

67
criminal offence, either personally or jointly with another, or who cause an innocent person
to commit a criminal offence and those who, by means of gifts, promises, abuse of
authority, use of violence, threat or deception, or providing the opportunity, means, or
information, intentionally solicit the commission of a crime (sect. 47 Criminal Code).123
GAMBAR 21. PETA TUMPANG TINDIH ANTAR HAK ATAS TANAH DARI PROSES
PENDAFTARAN TANAH DI INDONESIA YANG KE DEPAN SEBAGAI BASIS
SERTIPIKAT ELEKTRONIK (SERTIPIKAT SATU LEMBAR)

Secara a-priori, bentuk-bentuk kejahatan didalam praktik pendaftaran tanah dan


pensertipikatan tanah, dari permohonan secara sporadik atau dari permohonan secara
sistimatik (PTSL), yang sering terafiliasi pada mafia tanah, antara lain;

1. Memohon dan/atau menerbitkan sertipikat kepada orang atau badan hukum


swasta atas tanah di sempadan sungai, pantai, laut, danau;

2. Memohon dan/atau menerbitkan sertipikat kepada orang atau badan hukum


swasta atas tanah di kawasan gambut dengan kedalam lebih dari 3 meter,
kawasan hutan, kawasan cagar alam yang terlarang dimiliki swasta, kawasan cagar
budaya yang terlarang dimiliki swasta, kawasan hutan bakau/mangrove, yang
terlarang diprivatisasi, kawasan konservasi dan preservasi yang dilindungi
undang-undang, dan kawasan-kawasan lain yang semacam dengan itu yang diatur
khusus oleh undang-undang khusus (speciale delicten).124

123
Gunanegara. (2019). Pendapat Hukum … ibid. Hal. 55
124
Lihat pada Putusan PN Barru Nomor 55/Pid.B/LH/2020/PN Bar, bahwa Terdakwa Dr. H. Burhaman, SH, MH. berbekal
Surat Keterangan Penguasaan tanah dari Kantor Desa Kupa Kec. Mallusetasi Kab. Barru yang kemudian hendak
mengajukan permohonan pengukuran tanah dalam rangka permohonan sertipikat hak milik sesuai bukti dari seksi
pengukuran dan pemetaan Kantor Pertanahan Kab. Barru Nomor Berkas: 5615/2019 dan Surat Pernyataan
Penguasaan Fisik Bidang Tanah (SPPF) Nomor: 001/DS-SPORADIK/II/2019, tanggal 9 Pebruari 2019 atas nama
Terdakwa DR. H. BURHAMAN, SH, MH namun belum sampai pada penerbitan sertipikat HM telah ditangkap dan
dihukum karena menguasai fisik dan membangun banguan di atas tanah kawasan pantai atau sempadan pantai dan
melakukan reklamasi laut tanpa izin pemerintah daerah, yang diatasnya terdapat pohon bakau (Mangrove) yang
dilindungi undang-undang. Lihat juga di Kejati Sulbar Tingkatkan Proses Hukum Dugaan Korupsi Alih Fungsi Hutan,
Kejati Sulbar Tingkatkan Proses Hukum Dugaan Korupsi Alih Fungsi Hutan | BPK Perwakilan Provinsi SULAWESI
BARAT di akses pada 10/11/2022 13:42:33 PM

68
3. Memohon dan/atau menerbitkan sertipikat kepada orang atau badan hukum
swasta atas tanah yang merupakan fasilitas sosial-fasilitas umum milik pemerintah
dan/atau milik pelaku pembangunan perumahan yang belum diserahkan kepada
Pemda;

4. Memohon dan/atau menerbitkan sertipikat atau mengukur, memetakan, dan


menghitung tanah yang sebenarnya sempadan sungai, pantai, laut, danau, fasilitas
umum dan fasilitas sosial atau tanah negara bebas tanpa ada penggarapnya untuk
mendapatkan pembayaran ganti rugi proyek pembebasan tanah jalan tol atau
proyek-proyek pemerintah lain;

5. Memohon dan/atau menerbitkan sertipikat kepada orang atau badan hukum


swasta di atas tanah milik pemerintahan desa atau di atas tanah milik
negara/pemerintah, BUMN/BUMD/BUMDesa tanpa sepengetahuan pejabat
bendahara negara;

6. Memohon dan/atau menerbitkan sertipikat kepada orang atau badan hukum


swasta di atas tanah/lahan pertanian pangan yang dilindungi Undang-Undang;

7. Memohon dan/atau menerbitkan sertipikat kepada orang atau badan hukum


swasta di atas tanah kawasan lindung di dalam kawasan hutan maupun di areal
penggunaan lain (di luar kawasan hutan) tanpa sepengetahuan pejabat yang
berwenang;

8. Memohon dan/atau menerbitkan sertipikat kepada orang atau badan hukum


swasta di atas tanah yang melanggar Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW atau
RDTR) dan tanpa izin lokasi atau KKPR;

9. Memohon dan/atau menerbitkan sertipikat kepada orang atau badan hukum


swasta dari surat-surat tanah (alas hak) seperti girik, petok d/c, leter c, surat
garapan, SKT, SIP, SIM yang sudah atau hasil rekayasa;

10. Memohon dan/atau menerbitkan sertipikat kepada orang atau badan hukum
swasta hasil penguasaan fisik atau penggarapan tanah milik orang lain;

11. Pejabat (oknum) membuka praktik konsultasi berbayar untuk pemeriksaan berkas
permohonan hak atas tanah agar nantinya dilancarkan, dimudahkan, dicepatkan,
diloloskan permohonannya dan dapat jadi SK Pemberian Hak dan sertipikatnya;

12. Mengurangi, memotong, atau tidak memberikan hak secara utuh pegawai, staf,
panitia, pihak ketiga yang sumber dananya berasal dari APBN;125

2.2.5. Kejahatan Mafia Tanah dalam Informasi dan Transaksi Elektronik


Kemajuan sistem dan teknologi informasi komunikasi merambah ke semua sektor
kehidupan dan semua kegiatan manusia, implikasinya pembaharuan hukum pendaftaran
tanah menjadi keniscayaan. Pembaharuan hukum pendaftaran—in casu PP No. 24/1997
tentang Pendaftaran Tanah—yang dirancang berbasis non-digital mendadak usang ketika
diperhadapkan dengan perkembangan pasar modal yang berbasis tanah seperti
secondary mortgage facility (SMF), real estate investment trusts (REITs), asset-backed

125 https://monitorindonesia.com/2022/09/kasi-ukur-bpn-sergai-potong-uang-honor-ptsl;
https://www.jawapos.com/surabaya/01/04/2022/soal-pungutan-ptsl-rp-500-ribu-dibagi-sembilan-item/ di akses
pada 11/8/2022 6:39:48 AM

69
securities (ABS) yang mengharuskan peralihan hak secara digital. Artinya, pendaftaran
tanah berbasis digital-elektronik sudah harus dirancang kebijakan dan pengaturannya
untuk kini dan kedepan, perlu policy roadmap and strategic plan yang tidak hanya
mengatur tata kelola dan pengadministrasian an sich tetapi juga mengatur pengamanan
data elektroniknya (cyber security). Beberapa negara sudah menjalankannya seperti
Canada disebut POLARIS (the Province of Ontario Land Registration Information System),
Selandia Baru disebut Land Online, Inggris disebut e-conveyancing, Singapura disebut
STARS eLodgment, Australia disebut National Electronic Conveyancing System (NECS),
Malaysia disebut dengan Computerised Land Registration System (CLRS) dan Electronic
Land Administration System (ELAS). Sedangkan Indonesia tahun 1997 disebut Land Office
Computerization (LOC), kemudian berubah nama menjadi Komputerisasi Kegiatan
Pertanahan (KKP) dengan nama KKP-Desktop, Geo-KKP, dan KKP-Web.126 Perbedaannya
kalau di Indonesia, pembangunan dan pelaksanaan komputerisasi atau digitaliasi data
pertanahan dilakukan dengan parsial dan trial and error dari kantor pertanahan satu ke
kantor pertanahan yang lain, akibatnya tidak tuntas sampai sekarang termasuk
penggagasan sertipikat-el yang akhirnya juga ditunda.

Realitas lain yang mengharuskan migrasi data konvensional kepada data elektronik yakni
bahwa penggunaan internet di negara kita telah mencapai 202.6 juta orang atau sekitar
73,7% dari jumlah 274,9 juta penduduk di Indonesia. Jumlah ini meningkat sebesar
15,5% atau lebih dari 27 juta orang dibandingkan tahun 2020. Implikasinya, peningkatan
ancaman serangan siber yang menyusup ke semua kegiatan yang mengundang perang
siber termasuk kejahatan elektronik yang melumpuhkan aktivitas dan merusak dara
elektronik, 127 termasuk didalamnya ancaman pada warkah elektronik di kantor BPN.
Menelaah ancaman dan serangan siber tersebut diperlukan keamanan siber yang handal
dan reliabel, sebab sesuai pendapat Ahmad Candra, Suhardi, Pratama Dahlian Persadha
dari Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN) dikatakan bahwa cyber security is one of the
most critical instruments in today's digital era in maintaining information security and
protecting information systems from cyber threats that can occur at any time. The latest
data related to cybersecurity in Indonesia, the National Cybersecurity Operations Center
(BSSN), issued an annual report on Indonesian cybersecurity in 2020 and explained that
there had been 495 million identified cyberattacks throughout 2020.128 Beranjak dari
495 juta serangan siber yang terjadi sepanjang 2020, menunjukan bahwa pernyataan
Menteri ATR/BPN tahun 2021 yang mengatakan bahwa Sertipikat-Elektronik ATR/BPN
diklaim aman dan dapat untuk mencegah mafia tanah adalah pernyataan yang gegabah.
Penulis lebih sependapat dengan pernyataan Ahmad Candra et al, yang mengatakan
bagaimanapun the development of the use of the internet and the advancement of science
and technology have a complex impact on human life and relations between countries,
not only having a positive impact in providing convenience in every activity but also having
a negative impact such as the emergence of the threat of cyber attacks that can trigger
cyber warfare in cyberspace. The utilization of information and communication technology
in cyberspace that does not recognize national borders. This can trigger activities that
may harm other parties that state actors and non-state actors can carry out. Such as the

126
Dian Aries Mujiburohman. (2021). Transformasi Dari Kertas Ke Elektronik: Telaah Yuridis Dan Teknis Sertipikat Tanah
Elektronik. BHUMI: Jurnal Agraria dan Pertanahan. Hal. 58.
127 Ahmad Candra, Suhardi, Pratama Dahlian Persadha. (2021). Indonesia Facing The Threat Of Cyber Warfare: A Strategy
Analysis. Jurnal Pertahanan. 7 (3) Hal. 441
128 Ahmad Candra, Suhardi, Pratama Dahlian Persadha. (2021). Indonesia Facing The Threat Of Cyber Warfare: A Strategy
Analysis. Jurnal Pertahanan. 7 (3) Hal. 441

70
theft of various information activities, attacks on information systems in various fields,
namely banking, military networks, and essential national infrastructure129
Didalam perspektif teori sistem, bahwa setiap keunggulan sistem yang baru didalamnya
selalu ada kelemahan dan kelemahannya ada didalam sistem itu sendiri. Sama halnya
dengan sistem elektronik dan sistem pendaftaran tanah atau sistem sertifikasi hak atas
tanah manakala diubah menjadi sistem full electronic selain ada keunggulan dalam
validitas, reliabilitas, dan kecepatan data maka didalamnya selalu ada kelemahannya yakni
data/sistem crashed (tabrakan), down (lumpuh), hacked (diretas), scrambled (diacak),
dan/atau cyber attack (serangan siber) dari orang dalam BPN sendiri atau diluar BPN.
Paling tidak, secara teoritik, ada tiga bentuk kejahatan data elektronik yang mengancam
semua sistem elektronik, yakni cyber threat, bio threat dan inequality threat yang
semuanya masuk ranah information security
threats. Ancaman paling nyata dan paling
sering insidennya yakni: social engineering
attacks; software supply chain attacks;
advanced persistent threats (APT);
distributed denial of service (DDoS); man-
in-the-middle attack (MitM); password
attacks, computer sabotage. Selain itu,
ancaman dan tantangan yang terbaru di
tahun 2022 yakni use of artificial
intelligence by attackers; cybersecurity skills
gap; vehicle hacking and internet of things
threats; threats facing mobile devices; cloud
security threats; state-sponsored attacks; using threat intelligence for threat prevention;
using UEBA and SOAR to mitigate information security threats. Beragam dan keragaman
ancaman dan kejahatan elektronik menjadikan hampir tidak ada yang boleh klaim bahwa
sistem elektronik (pertanahan) yang dibangunnya tidak akan pernah bisa disentuh
penjahat elektronik atau mafia elektronik, sekalipun menggunakan blockchain.130 Belajar
pengalaman dari rontoknya sistem elektronik yang terjadi di Estonia dan Georgia, maka
pembangunan sistem elektronik dan pengamanan data elektronik harus selalu dilakukan
pengkinian pengamanan, monitoring per detik, dan kesiapsediaan penanggulangan
insiden yang multi-skenario. Sebab, data pertanahan itu bukan hanya data perorangan
yang tak bernilai, tetapi data hak kebendaan yang bernilai dan berharga bagi orang
perseorangan, keluarga, masyarakat, badan usaha, instansi pemerintah dan negara. Jika
pembangunan sistem data elektronik pendaftaran tanah dan sertipikat hak atas tanah
dilakukan asal elektronik, seadanya, minim modal, minim cyber skills, minim strategis
analis, minim jaringan dipastikan mafia tanah akan dengan senang hati mengambil
keuntungan dari kelemahan itu. Kecuali, sengaja dan berniat—mens rea—membangun
data elektronik hanya untuk memberikan kesempatan mafia tanah melaksanakan aksi dan
kejahatannya, dengan menenggak keuntungan dari keringkihan sistem elektronik
sertipikat hak tanah yang dipersiapkan untuknya. Keseriusan pengamanan data dan
sertipikat elektronik menjadi atensi, karena tertangkapnya oknum pejabat BPN yang

129
Ahmad Candra, Suhardi, Pratama Dahlian Persadha. (2021). Indonesia Facing The Threat Of Cyber Warfare: A Strategy
Analysis. Jurnal Pertahanan. 7 (3). Hal. 442.
130 Blockchain systems have weaknesses in many domains, making mass adoption of blockchain a far-fetched idea. See;
Fawad Ali. (2022). Blockchain systems have weaknesses in many domains, making mass adoption of blockchain a
far-fetched idea. The Top 6 Problems With Blockchain Technology (makeuseof.com) di akses pada 11/6/2022
8:08:39 AM

71
terlibat illegal access ke dalam sistem elektronik Kantor Pertanahan di Jakarta adalah
fenomena hukum dan bukti bahwa kejahatan elektronik rentan dilakukan orang dalam dan
orang luar. Kejahatan elektronik yang pelakunya orang dalam memberikan damage cost
besar, tak disadari si korban, tak terlacak oleh sistem dan aparat hukum. Polanya
menghapus pemilik asli dan menggantinya dengan nama baru, kejadian kongkritnya
pelaku mengubah luas tanah yang seharusnya 34 m2 diubah menjadi 2.000 m2.131 Kasus
kejahatan elektronik yang lain, sebagaimana yang diuangkap Direktur Reskrimum Polda
Metro Jaya, Kombes Hengki Haryadi, pelaku menggunakan data palsu, kemudian apabila
satu lokasi itu belum ada sertipikatnya, dibuatkan data palsu bekerja sama dengan oknum
pegawai/pejabat BPN yang ujung akhirnya menjadi sertifikat hak atas tanah. Para pelaku
melakukan illegal access dan masuk ke dalam akun/sistem komputer BPN yang
seharusnya tidak bisa ditembus tetapi bisa ditembus, dan proses penyelidikan kasus mafia
tanah yang melibatkan oknum pejabat BPN masih terus berlanjut.132 Kejahatan elektronik
yang dilakukan oknum pejabat BPN telah dibenarkan Menteri ATR/BPN, Hadi Tjahyanto,
sebagaimana pernyataannya di massmedia bahwa modus mengambil tanah kosong yang
bekerja sama dengan oknum BPN dan dengan mengubah data elektronik di Pusat Data
Informasi (PUSDATIN) lalu dikeluarkan sertifikat hak atas tanah secara ilegal.133 Kasus
kongkrit mafia tanah di atas membuktikan bahwa kejahatan mafia tanah menjadi
terealisasir akibat permufakatan jahat dengan orang dalam BPN, ada delik penyertaan dan
fasilitasi tindak kejahatan yang diberikan oleh oknum BPN yang dilarang KUHP dan UU
TIPIKOR. 134

Jika ada pihak yang tidak memiliki acces atau otoritas walaupun yang bersangkutan adalah
pejabat ATR/BPN dapat dikategorikan illegal access, dan hal yang demikian disebut
dengan kejahatan dunia maya (cyber crime). Widodo mendefinisikan cyber crime pada
penggunaan komputer atau jaringan komputer sebagai unsur utama untuk mempermudah
melakukan tindak kejahatan. Wahid dan Labib mengemukakan bahwa semua jenis
pemakaian jaringan komputer untuk tujuan kriminal dengan penyalahgunaan kemudahan
teknologi digital. Kejahatan dunia maya dibagi menjadi 3 (tiga) bentuk, di mana setiap

131 TV ONE News. Begini Modus Mafia Tanah Beraksi hingga Kelabui Korbannya. https://www.youtube.com/
watch?v=GpG2VuF2TQ menit 04.34-10.48 di akses 21 Juli 2022 Jam 19.18 wib.
132 Polisi Ungkap Modus Akses Ilegal Mafia Tanah, Libatkan Oknum Pejabat BPN, https://news.detik.com/berita/d-
6178939/polisi-ungkap-modus-akses-ilegal-mafia-tanah-libatkan-oknum-pejabat-bpn di akses pada 06/11/ 2022
07:10:10 AM
133
Modus Mafia Tanah, Rebut Tanah Kosong Kerjasama dengan Orang BPN, Terbitlah sertifikat, https://jateng.
tribunnews.com/2022/07/28/modus-mafia-tanah-rebut-tanah-kosong-kerjasama-dengan-orang-bpn-terbitlah-
sertifikat
134 Pembangunan data elektronik pendaftaran tanah dan sertipikat elektronik sebelum direalisasikan menyeluruh, harus
dilakukan pembangunan hukum terlebih dahulu untuk menjadi dasar hukum pengamanan dan perlindungan hukum
sertipikat elektronik. Mengikuti yang dilakukan Swedia, negara digital pertama dunia, yang memperkuat dasar
hukumnya dengan membuat banyak undang-undang. Berikut kutipan artikel jurnal, yang didalamnya masih saja ada
serangan kejahatan siber dan virus. Sweden was the first country in the world to pass a data protection act , i.e. the
Data Act (Datalagen) of 1973, which in 1998 was replaced with the Personal Data Act (Personuppgiftslagen) and,
more recently, by the General Data Protection Regulation (GDPR) of the European Union (EU). In recent years, several
other legislative events have put increased emphasis on cybersecurity: the new Protective Security Act
(Säkerhetsskyddslagen) of 2019 and the Swedish implementation of the EU's Network and Information Security (NIS)
directive in 2018 (Lag om informationssäkerhet för samhällsviktiga och digitala tjänster). Also, in 2017, the Ministry
of Justice of the Swedish government presented its national strategy for cybersecurity. In international comparison,
this was relatively late adoption. For example, in the USA, a national strategy for cybersecurity had already been
adopted in 2003, and many European countries have had national cybersecurity strategies since 2010. Given the
rapid growth in Internet users in Sweden since the mid-1990s, various cyber incidents (e.g. viruses, intrusions,
overload attacks, and fraud) have long been part of the Swedish digital reality. Both global events (e.g. virus spread
via the Internet) and domestic ones (e.g. Internet frauds specifically designed for a Swedish setting) have affected
users and institutions. Moreover, in a recent report, authorities concluded that “cyberattacks from state actors against
Swedish targets happen all the time” (translated by author). see Max Boholm. (2021). Twenty-five years of cyber
threats in the news: a study of Swedish newspaper coverage (1995–2019). Journal of Cybersecuritym 7 (1). Hal. 3

72
bentuk kejahatan dunia maya menggunakan tingkat dan tipe ancaman yang berbeda,
yaitu:135

1. Individu, mencakup penyebaran informasi yang berbahaya (disseminate malicious


or illegal information) melalui internet dan aplikasi digital oleh seseorang. Contoh:
cyber speaking (berbicara di dunia maya), distribusi pornografi dan human
trafficking.
2. Properti, di mana peretas (hacker) mencuri informasi keuangan, perbankan, atau
kartu kredit untuk mendapatkan uang atau pengelabuhan (phising) ke orang-
orang yang terhubung ke dalam jaringan, termasuk data sertipikat hak atas tanah
yang merupakan properti berharga dan bernilai bagi orang peroangan dan badan
hukum
3. Pemerintah, di mana peretas (hacker) melakukan peretasan terhadap situs milik
pemerintah atau distribusi propaganda pemerintah dan termasuk kejahatan dunia
maya yang paling serius.

Bentuk kejahatan elektronik yang berkembang di dalam praktik cyber crime, yang bisa
saja menyasar data elektronik pada kantor-kantor BPN:

1. Unauthorized access to computer system and service, yaitu kejahatan yang


dilakukan dalam suatu sistem jaringan komputer secara tidak sah, tanpa izin, atau
tanpa pengetahuan dari pemilik sistem jaringan komputer yang dimasukinya
dengan tujuan untuk melakukan sabotase atau pencurian informasi penting dan
rahasia.
2. Illegal contents, yaitu kejahatan dengan memasukkan data atau informasi ke
internet tentang sesuatu hal yang tidak benar, tidak etis, dan dianggap melanggar
hukum atau mengganggu ketertiban umum.
3. Data forgery, yaitu kejahatan dengan memalsukan data pada dokumen-dokumen
penting yang tersimpan sebagai scriptless document melalui internet. Kejahatan
ini biasanya ditujukan pada dokumen-dokumen e-commerce dengan membuat
seolah-olah terjadi “salah ketik” yang pada akhirnya akan menguntungkan pelaku.
4. Cyber espionage, yaitu kejahatan yang memanfaatkan jaringan internet untuk
melakukan kegiatan mata-mata terhadap pihak lain, dengan memasuki sistem
jaringan komputer (computer network system) pihak sasaran. Kejahatan ini
biasanya ditujukan terhadap saingan bisnis yang dokumen atau data-data
pentingnya tersimpan dalam suatu sistem komputerisasi.
5. Cyber sabotage and extortion, yaitu kejahatan yang dilakukan dengan membuat
gangguan, perusakan, atau penghancuran terhadap suatu data, program
komputer atau sistem jaringan komputer yang tersambung dengan internet.
6. Offence against intellectual property, yaitu kekayaan yang ditujukan terhadap hak
kekayaan intelektual yang dimiliki seseorang di internet. Contoh meniru tampilan
web page atau situs orang lain secara tidak sah.
7. Infringements of privacy, yaitu kejahatan yang ditujukan terhadap informasi
seseorang yang merupakan hal yang sangat pribadi dan rahasia. Termasuk data
pertanahan yang bersifat pribadi dan data rahasia negara yang dilindungi hukum,
bisa menjadi sasaran Infringements of privacy dan cyber sabotage and extortion.

135
Gunanegara dan Sherly Melintan Surya. (2022). Kejahatan Pendaftaran . . . op cit. Hal. 14-15.

73
Beranjak dari bentuk-bentuk kejahatan elektronik yang setiap waktu dapat menyerang
warkah dan data elektronik BPN dan adanya realitas kejahatan elektronik pada sistem
komputer BPN oleh orang dalam yang bekerjasama dengan mafia tanah, adalah
pembelajaran penting bahwa proses alih media non-digital ke full-elektronik harus benar-
benar disiapkan, seperti kompatibilitas data yuridis dan data fisik, sistem elektronik,
infrastruktur elektronik, pertahanan elektronik (cyber defence-CDX), pengamanan
elektronik (cyber security), mitigasi-resolusi insiden elektronik, cyber skills aparat berikut
kultur, pola pikir, dan pola kerja serta kapital yang tak terbatas yang harus
berkesinambungan agar tidak menjadi korban kejahatan elektronik yang kedepannya
pasti lebih kompleks. Sejalan dengan allert dari Zev Brodsky yang mengatakan over the
past decade, companies in the technology, government, finance, and retail industries have
become a common target for cybercriminals, but additional–and less obvious–industries
are at risk as well. One of these unexpected targets is real estate, which has recently
grabbed the attention of hackers as a source of data that’s easy to dip their fingers into.
The real estate industry does not immediately bring to mind data security, password
management, or networking. However, it is important to consider the amount of personal
data stored in the networks of real estate firms. Between contracts, personal information,
bank accounts, and other details – data floating around the real estate industry is much
more valuable (and exposed) than previously assumed.136
Secara teknikal, keamanan warkah dan data elektronik pertanahan hal yang paling
esensial dan harus dijaga kerahasiaannya. Pengamanan keamanan informasi (information
security) disingkat dengan InfoSec mengacu pada proses dan alat yang dirancang dan
digunakan untuk melindungi informasi bisnis yang sensitif dari modifikasi (modification),
gangguan (disruption), penghancuran (destruction) dan inspeksi (inspection). Di sisi lain,
diperlukan keamanan siber (cyber security) yang melindungi sistem, jaringan, program
dan data dari serangan digital
termasuk melindungi dari kejahatan
dari dalam. Persoalan information
security, ada 3 (tiga) elemen penting
di dalam menjaga keamanan informasi
data hak atas tanah, paling
konvensional disebut dengan CIA
(Confidentiality, Integrity, Availability).
Ketiga elemen ini merupakan
serangkaian pedoman dan tujuan yang
menjadi fokus dari pakar keamanan
saat mengembangkan kebijakan dan
prosedur untuk program keamanan informasi yang efektif. Perkembangan terkini,
ditambahkan satu elemen terkait keamanan informasi yaitu keaslian (authenticity). Terkait
data pertanahan elektronik, khusus untuk data yang berkualifikasi rahasia negara,
memerlukan elemen kerahasiaan data (confidentiality) tingkat tinggi. Untuk itu perlu
memastikan semua data dan informasi tidak dapat diakses oleh orang yang tidak
berwenang atau orang yang tidak memiliki otorisasi, antara lain perlu enkripsi, ID, sandi
(password), otentikasi dua faktor (two-factor authentication) atau penerapan strategi lain
untuk mengamankan dan merahasiakan semua data negara agat tidak tersebar dan tidak

136 Zev Brodsky. (2020). The Real Estate Industry as an Unexpected Target for Hackers.
https://www.perimeter81.com/blog/network/the-real-estate-industry-as-an-unexpected-target-for-hackers di akses
pada 06/11/2022 06:12:10 AM

74
ditembus. Sekaligus, menjaga prinsip integritas atau keutuhan data (integrity) agar data
negara in casu data pertanahan tidak dimodifikasi oleh orang yang tidak berwenang, dan
memastikan data yang dilindungi tetap akurat (accurate) dan dapat dipercaya
(trustworthy). Ketersediaan data (availability) adanya jaminan bagi orang-orang yang
memiliki otorisasi untuk mengakses informasi saat dibutuhkan, termasuk pemeliharaan
sistem secara ketat, melakukan upgrade untuk menjaga data tetap mutakhir, dan juga
melakukan backup sebagai bentuk perlindungan terhadap gangguan atau kehilangan
data. Keaslian (authenticity) berperan penting ketika mengakses sistem dan aplikasi.
Sebelum sistem dan aplikasi diakses, pengguna (user) harus diotentikasi terlebih dahulu
misalnya dengan memasukkan kata sandi (password), otentikasi dua faktor (two-factor
authentication), atau dengan pengenalan wajah (face recognition) dan pengamanan
termutakhir untuk melindungi data yuridi dan data fisik yang disimpan sistem komputer
ATR/BPN. Data kejahatan siber di beberapa negara berikut setidaknya menjadi allert
pejabat ATR/BPN ketika hendak mengambil kebijakan digitalisasi warkah, data fisik, data
yuridis, digital mapping dan sertipikiat elektronik yang benar-benar membutuhkan
persiapan matang pada cyber security dan cyber defence pada sistem elektroniknya,
termasuk mengendalikan manusianya di lingkungan ASN internal, pegawai pemerintah
dengan perjanjian kerja (PPPK), staf honorer, staf oursourcing, dan IT Developer serta
rekanan atau pihak ketiga. Meminjam data cyber crime statistics worldwide 2022
dijelaskan beberapa data yang menarik untuk dijadikan renungan guna mengantisipasi
kejahatan siber yang seringkali berkerjasama dengan orang dalam, terlebih lagi di masa
Kementerian ATR/BPN membangun warkah elektronik dan sertipikat-elektronik;

1. The UK has the highest number of cyber crime victims per million internet users
at 4783 in November 2022 – up 40% over 2020 figures.
2. The country with the next highest number of victims per million internet users as
of November 2022 is the USA, with 1494, a 13% decrease over 2020.
3. 1 in 2 North American internet users had their accounts breached in 2021.
4. The UK and USA have disproportionately more victims of cyber crime per million
internet users compared to other countries – the USA had 759% more victims in
2021 than the next-highest country, Canada.
5. The Netherlands has seen the greatest rise in victims – 50% more than in 2020.
6. Greece has seen the largest decrease in victims – down 75% over 2020.
7. In 2021, there were an average of 97 data breach victims every hour worldwide.
8. 2021 saw an average of $787,671 lost every hour due to data breaches.
9. The top country on the National Cyber Security Index (NCSI) in November 2022 is
Greece, with a score of 96.10. The countries with the 5 highest scores on the NSCI
are:
1) Greece (96.10)
2) Lithuania (93.51)
3) Belgium (93.51)
4) Estonia (93.51)
5) Czech Republic (92.21)
10. Between Q2 and Q3 of 2022, the countries that have suffered the largest
increases in data breaches are:

75
1) China (4852% amounting to 14,157,775 breached accounts)
2) Japan (1423% amounting to 1,246,373 breached accounts)
3) South Korea (1007% amounting to 1,669,124 breached accounts)
11. The countries with the largest decreases in data breaches between Q2 and Q3
2022 are:
1) Sri Lanka (-99% amounting to 1,440,432 fewer breached accounts)
2) Myanmar (-82% amounting to 17,887 fewer breached accounts)
3) Iraq (-78% amounting to 16,113 fewer breached accounts)
12. 76% of respondents in a 2022 case study covering the US, Canada, UK, Australia
and New Zealand say their organisation has suffered at least 1 cyber attack this
year. This is a large increase over the 55% figure in 2020.
13. From the same study, only 30% have cyber insurance, with 69% fearful that a
successful cyber attack could put their SMB out of business entirely.
14. In 2021, Asian organisations suffered the most attacks worldwide. The percentage
of attacks against organisations by continent in 2021 are as follows:
1) Asia (26%)
2) Europe (24%)
3) North America (23%)
4) Middle East and Africa (14%)
5) Latin America (13%)
15. In 2021, there was some variance in the attack types used when breaching
organisations:
1) In Asia, the main attack type experienced was server access, with 20% of
observed attacks. This was ahead of ransomware (11%) and data theft
(10%).
2) In Europe, ransomware was the main attack type, accounting for 26% of
attacks in the continent. Server access attacks (12%) and data theft (10%)
were the next most common attack types.
3) In North America, the main attack type was also ransomware, with 30% of
attacks. This was ahead of business email compromise (12%) and server
access attacks (9%).
4) In the Middle East and Africa, the main attack type observed was server
access, making up 18% of attacks. Server access attacks were also seen
in 18% of attacks, followed by misconfiguration (14%).
5) In Latin America, the main attack type was ransomware, making up 29%
of attacks. This was ahead of business email compromise and credential
harvesting (both seen in 21% of attacks).137
Jika dibandingkan dengan dikaitkan kejahatan mafia tanah di Indonesia, secara analitik,
potensi serangan siber pada sistem elektronik ATR/BPN dapat diskemakan sebagaimana
Gambar 22.

137 Charles Griffiths. (2022). The Latest 2022 Cyber Crime Statistics (updated November 2022). https://aag-it.com/the-
latest-2022-cyber-crime-statistics/ di akses pada 12/11/2022 07:54:22 AM

76
GAMBAR 22. SKEMA KEJAHATAN KOMPUTER DALAM PEMBERIAN SERTIPIKAT HAK ATAS
TANAH

Mafia Tanah

Penyerobotan, Gugatan Pendobelan Sertipikat (double),


Pengadilan, Penggandaan Minimpa Sertipikat (overlapping),
Pendudukan, Penggarapan, Surat Tanah Mengubah Data Pemilik, Mengubah
Pembuatan Surat Tanah Asli, Surat Data Luas, Pembatalan Sertipikat,
Tanah Aspal, Surat Tanah Palsu Gugatan Semu/Pura-Pura

Tanah Kosong Tanah Belum Tanah Sudah


Bersertipikat Bersertipikat

Menggunakan Segala Bentuk Kejahatan Elektronik, bersama orang dalam


BPN atau diluar BPN (calo, makelar, obyekan bos, penjual pengaruh)

Sistem Komputer BPN Kerjasama dengan orang


(KKP web) dalam BPN, Pemegang Akses
atau bukan Pemegang Akses
Orang Luar BPN: cyber
perpretator, hacker, et al
Sertipikat Hasil
Kejahatan

Korban Kejahatan & Persengkokolan Mafia Tanah

BANK PEMBELI
PEMERINTAH PEMERINTAH (perorangan & SESAMA MAFIA
Pemberi Kredit badan hukum) TANAH

2.2.6. Kejahatan Mafia Tanah dalam Jual Beli Jabatan


Beberapa kali KPK menangkap pejabat pemerintahan karena telah melakukan praktik jual
beli jabatan, yang seharusnya gratis dan merit system. Jika perbuatan jual beli jabatan
bukan kejahatan, maka tidak dilakukan penangkapan dan pemidanaan, dan karena yang
menangkap KPK maka jual beli jabatan dipastikan sebagai praktik kejahatan kuruptif.
Sejalan dengan yang disampaikan Ketua KPK, Filri Bahuri, yang pada intinya bahwa jual
beli jabatan, salah satu dari sekian banyak bentuk, jenis, dan rupa tindak pidana korupsi…
dan merujuk pada UU No. 31 Tahun 1999 juncto UU No. 20 Tahun 2001, terdapat tujuh
rupa tindak pidana korupsi, yaitu pengadaan barang dan jasa, suap-menyuap,
penggelapan dalam jabatan, pemerasan, benturan kepentingan dalam pengadaan,
gratifikasi, perbuatan curang, dan perbuatan tindak pidana korupsi lainnya seperti
merintangi pemeriksaan dan membuat keterangan palsu. Khusus masalah jual beli jabatan,
ada tiga praktik tindak pidana korupsi; yaitu gratifikasi, suap, dan pemerasan yang kerap
dilakukan penyelenggara negara.138

138 https://www.gatra.com/news-522960-hukum-firli-ada-3-praktik-korupsi-dalam-jual-beli-jabatan.html di akses pada


10/26/2022 11:25:13 AM

77
Kejahatan jual beli jabatan, terjadi di beberapa institusi, yang pembuktiannya hanya
berhasil dengan operasi tangkap tangan, seperti yang dicontohkan KPK di Probolinggo,
Nganjuk, Kudus, Jombang, Cirebon, Klaten, Bangkalan, dan akan menyusul di tempat lain.
Rumitnya praktik dan pelaku jual beli jabatan hanya bisa dibuktikan dengan operasi
tangkap tangan karena korban pelaku tidak
merasa menjadi korban, yang dalam teori
hukum disebut dengan victimless crime,
sehingga pembuktian nya menjadi tidak
mudah. Jual beli jabatan jelas deliknya yaitu
pemegang kewenangan telah melakukan
penyalahgunaan kewenangan sebagaimana
yang dilarang UU No. 31/1999 juncto UU
No. 20/2001 lebih tepat lagi sebagai
kejahatan trading in influence atau
pemanfaatan pengaruh. Inilah kemudian,
perkara jual belik jabatan, memaksa Kapolri
di akhir tahun 2022 juga memberikan
peringatan ke jajarannya sebagaimana screenshot di samping.139

Perbuatan jual beli jabatan secara hakiki adalah kejahatan perdagangan pengaruh atau
trading in influence, yang menurut Moh. Akil Rumaday tidak ada pengaturannya di UU
Tipikor.140 Dicontohkanya kejahatan perdagangan pengaruh pada kasus jual beli jabatan
yang melibatkan terdakwa Muchammad Romahurmuziy yang saat itu Anggota DPR RI
periode 2014-2019 yang sekaligus selaku Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan
(PPP). Di dalam putusan tersebut disebutkan bahwa terdakwa bersama-sama dengan
Lukman Hakim Saifuddin selaku Menteri Agama Republik Indonesia periode 2014-2019,
pada waktu antara 6 Januari 2019 sampai dengan 9 Maret 2019 melakukan atau turut
serta melakukan beberapa perbuatan yang dipandang sebagai perbuatan berlanjut, yaitu
menerima hadiah yaitu menerima uang seluruhnya sejumlah Rp. 325.000.000,00 dari
Haris Hasanudin. Terdakwa seharusnya mengetahui atau patut menduga bahwa uang
tersebut diberikan karena terdakwa telah melakukan intervensi baik langsung maupun
tidak langsung terhadap proses pengangkatan Haris Hasanudin sebagai Kepala Kantor
Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur.

Tindak pidana korupsi, seharusnya memasukan pemanfaatan pengaruh (trading in


influence) di UU Tipikor, sebab pemanfaatan pengaruh diatur tegas oleh Pasal 18 huruf
(a) dan Pasal 18 huruf (b) The United Nations Convention Against Corruption (UNCAC).
Lembaga UNCAC merupakan Konvensi Perserikatan Bangsa Bangsa Antikorupsi yang
disepakati semua anggota PBB sebagai instrumen hukum internasional untuk mengatasi
masalah korupsi transnasional. Didalam UNCAC dikenalkan standar, aturan dan berbagai
upaya untuk dijadikan panduan untuk memperkuat hukum nasionalnya agar sejalan
dengan materi dan semangan UNCAC. Hampir 183 negara telah meratifikasi UNCAC
termasuk Indonesia, dengan mengundangkan UU No. 7/2006. Dengan diratifikasinya
UNCAC maka, Indonesia wajib melaksanakan semua ketentuan hukum yang diatur di
dalam UNCAC untuk kasus-kasus korupsi yang terjadi di Indonesia maupun suport kepada

139 https://www.merdeka.com/peristiwa/kapolri-ancam-copot-polisi-naik-pangkat-hasil-jual-beli-jabatan.html di akses


pada 26/10/2022 18:43:25 PM
140 Moh. Akil Rumaday. Kebijakan Hukum Pidana Terkait Perdagangan Pengaruh (Trading In Influence) Sebagai Tindak
Pidana Korupsi. Lex Renaissan, 2 (6). Hal. 236-238.

78
kasus-kasus korupsi transnasional. Artinya, dengan diundangkannya UU No. 7/2006 maka
dasar hukum penindakan jual beli jabatan tidak hanya menggunakan UU No. 31/1999
juncto UU No. 21/2000 tentang TIPIKOR, UU No. 8/2010 tentang TPPU, tetapi juga dapat
menggunakan UU No. 7/2006 dengan merujuk pada pasal-pasal di dalam UNCAC.
Dengan demikian, pejabat pemilik kewenangan atau kekuasaan tidak lagi menggunakan
pengaruhnya untuk melakukan jual beli jabatan, karena hal demikian adalah kejahatan
internasional sebagaimana yang disebut UNCAC.

Kerugian terbesar bisa diderita masyarakat, bangsa, dan negara diawali dari kejahatan
jual beli jabatan, hanya penjahat yang membeli jabatan dan hanya penjahat yang menjual
jabatan. Dengan komersialisasi jabatan, suatu posisi menjadi mahal, disitulah kemudian
ada rentetan kejahatan-kejahatan yang menyambung yang dilakukan pembeli jabatan
akibat mahalnya menduduki jabatan a quo. Sungguh, pembeli dan penjual jabatan selain
melawan hukum nasional (UU TIPIKOR), tetapi juga melawan hukum internasional (UNCAC),
sekaligus didalamnya ada perbuatan pengecut, tuna susila dan amoral. Kenapa dikatakan
perbuatan pengecut, tuna susila dan amoral? karena dengan menjual dan membeli
jabatan, telah menyingkirkan calon lain yang memenuhi syarat, kapabel dan kompeten,
yang bertentangan dengan merit system, peraturan perundang-undangan, dan nilai-nilai
kesusilaan dan moralitas (hukum). Kadangkala, didalam praktik, pejabat dalam rangka
mempertahankan jabatannya, secara culas menyingkirkan calon yang akan
menggantikannya, agar kedudukan bisa bertahan lama dan agar bisa tetap melakukan
korupsi-pungli lebih lama lagi. Pelaksanaan metode fit and proper test, psyco-test, reward
and punishment atau metode-metode lain yang semacam dengan itu hanya formalitas an
sich, untuk menghindari sangkaan permainan atau jual beli jabatan. Bahkan, pelaksanaan
fit and proper test, psyco-test, reward and punishment digunakan untuk menyingkirkan
calon-calon yang disasar dalam rangka mengangkat calon pejabat yang dikehendaki.

Jual-Beli Jabatan menjadi praktik kejahatan yang disukai karena selain mendapat imbalan
uang cash dan/atau logam mulia, dalam perjalanannya pejabat memberikan setoran
(upeti) secara periodik, terutama di hari-hari tertentu atau hari-hari besar tertentu.
Kebutuhan modal dan ongkos untuk membeli jabatan inilah yang menjadi titik pangkal
kejahatan luar biasa (super white collar crime), yang setelah menjabat dalam pelaksanaan
jabatannya banyak melanggar dan melawan hukum agar bisa dengan cepat
mengembalikan modalnya sekaligus mengeruk keuntungan yang dapat dipakai untuk
membeli jabatan yang lebih tinggi di kemudian hari. Kenapa pejabat pembeli jabatan
harus melaksanakan jabatan dengan melanggar dan melawan hukum, karena berkas dan
permohonan hak yang tidak sesuai hukum, umumnya, ada peredaran uang (suap/pelicin)
berkategori besar dan banyak, dibanding berkas dan permohonan yang memenuhi syarat
atau sesuai hukum. Kenapa jabatan bernilai komersial tinggi? pertama, dengan jabatan
dapat mencari uang banyak dengan cepat dan gampang; kedua, memiliki modal yang
cukup untuk meloloskan diri dari jerat hukum; ketiga, ada kehormatan dan ego didalam
jabatan. Mengeni soal jabatan ini, akan menarik jika mengutip tulisan dosen Penulis Prof.
Tb. Ronny Nitibaskara guru besar kriminologi Universitas Indonesia; . . . bahwa tindak
pidana hampir senantiasa bertalian dengan jabatan, maka tindak pidana korupsi sering
pula dikelompokkan sebagai occupational crime (kejahatan jabatan), yakni kejahatan yang
terlaksananya mensyaratkan adanya suatu jabatan atau jenis pekerjaan tertentu yang
dilindungi undang-undang. Dominannya unsur jabatan dalam tindak pidana ini,
menyebabkan pelaku tindak pidana korupsi tergolong sulit dilacak secara yuridis
dibandingkan dengan rata-rata pelaku tindak pidana lain, karena ia memiliki kedudukan

79
yang ditopang oleh berbagai ketentuan yang memungkinkan dijalankannya kekuasaan
diskresional. Dengan kekuasaan, korupsi dilakukan dibungkus dengan kebijakan yang sah
(public policy/discretion), sehingga dari segi hukum dinilai sebagai bagian dari
pelaksanaan fungsi jabatan resmi. Itulah antara lain sebabnya, semakin tinggi tampuk
jabatan yang diduduki, semakin powerful pelaku delik ini. Ia mempunyai ketangguhan
(toughness) tersendiri yang tidak dipunyai orang lain dalam menghadapi setiap jerat
hukum pidana yang mungkin sewaktu-waktu mengancam dirinya. Jaringannya luas,
struktur birokrasinya kokoh dan memiliki fasilitas dan kemudahan dalam bentuk akses
dan uang yang tidak berseri yang memungkinkan ia tetap bertahan dan
mempertahankann posisi dan jabatannya, termasuk bertahan dari berbagai tindak pidana
yang menerpanya. Berkali-kali dan bertubi-tubi menjadi tersangka, tetapi berkali-kali
lepas dan lolos dari sidang pidana, bahkan jabatan semakin tinggi dan bertambang Iinggi.
Pejabat model begini adalah pejabat pemilik gen penjahat, sebagaimana tulisan Prof. Tb
Ronny Nitibaskara guru besar kriminologi UI yang merujuk pendapat Prof. Edward O.
Wilson dari Harvad Univeristy. Lebih lanjut dikatakan oleh Beliau, efek biologis (gen
kriminal) mempengaruhi perilaku kriminal pada diri individu, jika dijalanan memunculkan
perilaku berandalan (street crime) sedangkan kalau di kantoran memunculkan perilaku
koruptor dan penjahat berkelas super white collar crime.141

Inilah yang kemudian disebut oleh Ezzat E Fattah sebagai powefull criminals and criminals
in power. 142 Inilah yang kemudian jabatan banyak dijual dan banyak dibeli, hanya saja
sedikit yang tertangkap KPK, dan tidak ditoleh penegak hukum lain sebagai kejahatan.
Padahal, sesuai yang sudah dicontohkan KPK di beberapa kasus jual beli jabatan, pihak
pemberi dan pihak penerima sama-sama telah memenuhi unsur kejahatan korupsi. Yakni,
pihak pemberi melanggar Pasal 5 ayat (1) huruf a atau huruf b atau Pasal 13 UU No.
31/1999 juncto UU No. 20/2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto
Pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP. Sedangkan pihak penerima melanggar Pasal 12 huruf a atau
Pasal 12 huruf b atau Pasal 11 UU TIPIKOR juncto Pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP.143 Berikut
screenshot praktik dan data jual beli jabatan yang di mana pejabat penjual jabatan dan
pejabat pembeli jabatan hanya bisa ditangkap jika dan hanya jika dilakukan penyadapan
dan operasi tangkap tangan.
Bukan berarti, diluar data
tersebut, tidak ada praktik jual
beli jabatan yang diperagakan
oleh kementerian-kementerian
tertentu, bahkan berkembang
peredaran uangnya antara 1
sampai dengan 6 milyar,
tergantung basah tidaknya
jabatan yang ditransaksikan.
Berikut data yang dipetik dari
webinar jual beli jabatan yang
diselenggarakan KPK di tahun
2021.

141 Tb. Ronny Rahman Nitisbaskara. (2006). op cit. Hal. 53-57.


142 Tb. Ronny Rahman Nitisbaskara. (2006). op cit. Hal. 47-48.
143 Novianto Murti Hantoro. (2021). Upaya Pencegahan Kasus Korupsi Jual Beli Jabatan Oleh Kepala Daerah, Pusat
Penelitian dan Badan Keahlian DPR RI. VIII (18). https://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-
XIII-18-II-P3DI-September-2021-187.pdf Hal. 1

80
Praktik kejahatan jual beli jabatan sangat disukai penjual dan pembeli jabatan, mereka
sama-sama senang melakukannya, mereka melakukannya dengan tanpa jejak dan sulit
dilacak. Jika calon pembeli jabatan gagal mendapatkan jabatan yang dipesan, biasanya
mereka tetap tutup mulut sambil berharap menunggu pelantikan di periode berikutnya
atau posisi di tempat lain. Meminjam pendapat Lucky Endrawati dan Abdul Madjid 144para
pejabat memiliki peran strategis untuk melakukan korupsi melalui kewenangannya. Karena
itu diperlukan strategi dan teknik untuk memberantas tindak korupsi pejabat, dari
tindakan represif seperti hukuman berat, dimiskinkan dan memberi mereka hukuman
tambahan serta menarik mereka dari jabatannya. Secara a priori, banyak korban kejahatan
yang melahirkan kerugian masyarakat akibat dari pejabat yang awalnya adalah para
pembeli jabatan dan mereka dengan bangga menyebutnya sebagai fighter yang beraklak
dan ahli ibadah. Dampak dan akibat kejahatan dari pejabat yang memperoleh jabatan dari
praktik jual beli jabatan, jika menggunakan crime cycle theory, maka diperoleh gambaran
sebagaimana dilihat pada Gambar 23.

144 Ivon Rista Veranda, Lucky Endrawati dan Abdul Madjid. (2015). Urgensi Pencabutan Hak Menduduki Jabatan Publik
Bagi Pelaku Tindak Pidana Korupsi. https://media.neliti.com/media/publications/35620-ID-urgensi-pencabutan-hak-
menduduki-jabatan-publik-bagi-pelaku-tindak-pidana-korups.pdf/ Hal 2.

81
GAMBAR 23. THE CRIME CYCLE THEORY ANTARA JUAL BELI JABATAN DAN MAFIA
TANAH DAN DAMPAK KERUGIANNYA (DAMAGE COST)

Modal Calon Pejabat Pembeli


Jabatan (mutasi/promosi) Menurunkan Perilaku dan
Menjadi Pelaku Jual Beli
Jabatan

Pemodal (Sponsor) Memeras dan


Memudahkan Berkas Hak
co-consipirators
Mafia /Markus MENJABAT
PEJABAT
(di tempat basah dan Mempraktikan Pungli,
Pembeli Jabatan strategis) Suap, Gratifikasi
Calo/Makelar Tanah (trading in influence)

Modal Pribadi Penumpukan Harta Ilegal


(illicit enrichment and/or
Impact and Victims unexplaint wealth)

1. Meluasnya Monopoli Tanah (land monoply)


2. Membantu kelahiran landlord baru atau pemain lama
3. Memperluas Fragmentasi Tanah (land fragmentation)
4. Meluaskan dan membantu berkuasanya land hegemony
5. Meroketnya Harga Tanah (Bubble Price) Dampak,
6. Perampasan Tanah (land grabbing) Akibat, dan
7. Legalisasi pendudukan liar (wilde occupatie) Bentuk
Kejahatan
8. Memudahkan dan mempercepat pensertipikatan tanah efek kalau
secara melawan hukum Pejabat
9. Bermunculan illegal advisor di kalangan oknum membeli
10. Semakin banyak dan sengaja menerbittkan Sertipikat Ganda Jabatan
(double) secara melawan hukum
11. Sengaja menandatangani dan menerbitkan Sertipikat
tumpang tindih (overlapping)
12. Pemalsuan surat tanah, alas hak dan sertipikat tanah
13. Membantu dan kerjasama melakukan praktik Cyber Crime di
data elektronik atau e-Hak Tanggungan/e-sertipikat didalam
Sistem Komputer Kantor Pertanahan
14. Penggelembungan atau mark up harga tanah untuk
pembayaran ganti kerugian pengadaan tanah untuk
pembangunan toll atau merekayasa subyek dan obyek tanah
agar menerima ganti kerugian pemerintah
15. Rekayasa data luas tanah dan data pemilik tanah untuk
penerimaan ganti kerugian pengadaan tanah untuk toll
16. Pemerasan Pemohon Hak, Pungutan Suap, Pemotongan
Honor, Penipuan Surat Tanah dan lainya yang semacam
dengan itu
17. Berbagai bentuk kejahatan lain atau bentuk lain yang bisa
mendatangkan uang banyak dan cepat untuk
mengembalikan modal dan capital gain setelah melakukan
pembelian jabatan atau penyerahan imbalan setelah dilantik
dan dipromosikan di jabatan basah/pelayanan

Target dan Aktivasi Operasi Intelijen dan Operasi Yustisi

Target dan Aktivasi Operasi Tangkap Tangan

82
BAB III PRIMUM REMEDIUM CARA BARU
PEMBERANTASAN MAFIA TANAH

Ketaatan hukum adalah konsep hukum, yang di buku teks disebut dengan legal obedience
atau obedience to law qua law arise yang dalam bahasa latin disebut dengan obedientia
est legis essentia yang artinya ketaatan hukum adalah hakekat hukum dan barang siapa
yang tidak taat hukum maka yang bersangkutan akan mendapat sanksi. Demikian pula
yang akan terjadi manakala orang, badan hukum, dan aparat ATR/BPN dalam
melaksanakan pendaftaran tanah—sekalipun sudah sesuai peraturan pertanahan—tetapi
terbukti melawan hukum yang diatur undang-undang maka pelaku akan mendapatkan
sanksi dari undang-undang yang dilanggarnya. Sanksi tersebut dapat berupa sanksi
administrasi, sanksi keperdataan, dan sanksi pidana atau gabungan dari satu atau dua
sanksi tersebut.145

Sanksi dalam hukum pidana, jika merujuk teori klasik dari tujuan hukum; pertama, untuk
membuat pelaku jera, sengsara, nestapa dan diharapkan pelaku tidak mengulanginya,
paham represif ini untuk mencegah agar pelaku tidak menjadi residivis; kedua, agar orang
lain tidak melakukan kejahatan yang sama atau mencegah kejahatan tidak kembali terjadi.
Sedangkan menurut Prof. Mochtar Kusumaatmadja (1929-2021) dan Prof. B. Arief
Sidharta (1943-2014) keduanya ahli hukum UNPAD, penjatuhan sanksi pidana
merupakan parameter perwujudan kekuasaan negara. Kalamana terjadi peristiwa pidana
sebenarnya tersangka sedang menghadapi negara sebagai pengemban kepentingan
umum.146 Hanya saja, walau negara pengemban kepentingan umum tetapi saat memberi
sanksi seperti perampasan kemerdekaan, perampasan harta, perampasan nyawa maka
negara harus tetap menjalankanya sesuai hukum (KUHAP), tidak boleh lagi dilakukan
dengan penembakan misterius seperti di zaman orde baru atau tembak di tempat seperti
yang dilakukan Presiden Filipina, Rodrigo "Rody" Roa Duterte. Sebab, penggunaan hukum
pidana pada pelaku kejahatan, apapun tingkat kejahatannya, tidak boleh melanggar
hukum acara (law procedure). Inilah yang kemudian guru Penulis, Prof. Tb. Ronny Rahman
Nitisbaskara, ahli kriminologi Universitas Indonesia, menegaskan berkali-kali, agar semua
penegakan hukum menggunakan hukum, 147 prinsip tersebut harus diperhatikan agar
penegakan hukum pidana jauh dari pengaruh kekuasaan, kekuatan ataupun pesanan.
Demikian pula penggunaan istilah menggebuk yang digunakan Presiden Joko Widodo
untuk pelaku mafia tanah, esensinya adalah penegakan hukum yang keras dan tajam,
inilah yang kemudian melahirkan gagasan penggunaan primum remedium yang ada di
dalam buku-buku hukum pidana.

Menggebuk suatu kata kerja, yang menurut KBBI, adalah memukul (dengan pemukul yang
berat dan besar). Kalau menggebuki artinya memukul atau menghantam dengan
pemukul secara terus-menerus, contohnya mereka menggebuki (memukul) anjing itu
sampai mati. Persis dengan azas primum remedium yang maknanya mengutamakan

145 Gunanegara & Sherly Meilintan Surya. (2022). Kejahatan Pendaftaran . . . op cit. Hal. 6
146 Mochtar Kusumaatmadja dan B. Arief Sidharta. (2000.) Pengantar Ilmu Hukum, Suatu Pengenalan Pertama Ruang
Lingkup Berlakunya Hukum. Buku I. Alumni. Bandung. Hal. 44.
147
Tb. Ronny Rahman Nitisbaskara. (2006). op cit. Hal. 3-18.

83
hukum pidana dan penjatuhan sanksi pidana dengan keras dan tajam agar pelaku mafia,
para oknum jera dan tidak ada peristiwa yang sama di kemudian hari.

3.1. Arti Primum Remedium


Pengertian atau arti primum remedium adalah lawan dari ultimum remedium, yang
menurut Prof (asc) Frans Koenraadt et al ahli kriminologi dari Belanda, a longstanding
principle has been that the criminal law should be the ultimate response to the problem
of crime. It is a last resort (ultimum remedium) and should only be used where other, non-
punitive, responses are likely to fail. As we shall see in the last section, this principle has
recently been turned on its head, and the criminal law is now considered the first and
foremost resort (primum remedium) to counter criminal and socially undesirable conduct,
148 pernyataan ini menjadi trigger yang Penulis ikuti guna menjadikan primum remedium

sebagai cara pertama dan terpenting untuk meminimalisir praktik mafia tanah di
Indonesia, mengeliminir pencucian uang, pemerasan, pungli dan korupsi di sektor
pendaftaran tanah, pensertipikatan tanah dan/atau pembatalan hak atas tanah.

Dalam konsep primum remedium menganjurkan penggunaan hukum dan sanksi pidana
daripada menggunakan sanksi administratif dan perdata, apalagi jika terindikasi peradilan
tata usaha negara dan/atau peradilan perdata selama ini dimanfaatkan oleh mafia tanah
untuk mendukung praktik jahatnya. Sejalan dengan yang disampaikan Prof. Romli
Atmasasmita, ahli hukum pidana UNPAD, penggunaan sanksi pidana sebagai upaya
terakhir (ultimum remedium) setelah upaya hukum administrasi negara dan/atau hukum
perdata tidak memuaskan. 149 Sedangkan menempatkan sanksi pidana pada urutan
pertama disebut dengan primum remedium walaupun sedang ada proses peradilan
administratif maupun peradilan perdata. Lebih lanjut dikatakan bahwa penggunaan
hukum pidana dengan memperberat pemidanaan adalah cara benar melakukan
pencegahan kejahatan150 yang menurut Penulis primum remedium menjadi pilihan untuk
diterapkan ke semua bentuk tindak pidana kejahatan pertanahan. Harapannya, tujuan
hukum pidana dan perintah Presiden untuk menggebuk mafia tanah berjalan efektif dan
kurva crime rate menurun, persengkokolan mafia tanah tereliminir dan pelaku baru urung
berbuat jahat, dan itulah fungsi dan tujuan hukum yang sebenarnya. Namun, yang lebih
penting dari semua itu, mencegah oknum terlalu lama dan terlalu banyak menafkahi anak
dan keluarganya dari hasil pencucian uang dan/atau kejahatan yang dilarang undang-
undang.

Di dalam praktik empiriknya, pelaku mafia tanah acapkali menggunakan putusan PTUN
dan Perdata sebagai strategi menghindari proses pidana. Fenomena tersebut sudah
terjadi di masa hakim agung Dr. Artidjo Alkostar, SH, LLM, dimana beliau tetap
mempidana terdakwa walaupun terdakwa memenangkan perkara perdata sebagai pemilik
tanah yang sah.151 Bahwa kejadian beragamnya amar putusan pengadilan pada perkara-
perkara tanah—kedepan—tidak terus berlangsung jika hakim dan aparat hukum
menerapkan primum remedium dan azas de autonomie van het materiele strafrecht
(keotonomian hukum pidana materiel). Pengertian dari de autonomie van het materiele

148 Frans Koenraadt, Antoine Willem Michiel Mooij, Jos Mooij. (2007). Forensic Psychiatric and Psychological Assessment
in a Residential Setting. Dutch University Press. Amsterdam. Hal 17.
149
Teguh Prasetyo, Jeferson Kameo. (2020). Tipologi Tindak Pidana Ekonomi Dalam Perspektif Keadilan Bermartabat.
Jurnal Hukum Bisnis Bonum Commune Volume 3 Nomor 2. Hal. 207.
150 Romli Atmasasmita (2017). Analisis Ekonomi Mikro tentang Hukum Pidana Indonesia, Prenada Media. Hal. 103-104
(sumber diolah)
151 Gunanegara. (2021). Pajak Tanah & Pungutan Pensertipikatan Tanah. Perspektif Sejarah Perundang-Undangan Di
Lapangan Hukum Pajak Dan Hukum Agraria. Tatanusa. Jakarta. Hal. 48.

84
strafrecht adalah hukum pidana materiel mempunyai otonomi untuk memberikan
pengertian dan putusan yang berbeda dengan pengertian dan putusan yang terdapat
dalam cabang ilmu hukum lainnya atau pengadilan lain. Penggunaan azas de autonomie
van het materiele strafrecht tersebut telah dipraktikan Mahkamah Agung pada putusan
No. 194 PK/PID.SUS/2014 tanggal 11 Maret 2015. Pada perkara pidana in casu, hakim
tetap menghukum terdakwa sebagaimana pertimbangan hukum berikut;

Bahwa, adanya putusan Mahkamah Agung dalam sengketa perdata tersebut


adalah putusan yang sesat dan mengandung cacat hukum dan bertentangan
dengan rasa keadilan dan Hakim pidana tidak terikat dengan putusan perdata;

Pendapat Hakim Agung di atas—di tahun 2014—menjadi temuan hukum di masa itu
yang menjadi preceden yang dapat untuk memberantas mafia tanah kini dan ke depan.
Karena, kejahatan mafia tanah masih saja berlangsung dan sering menggunakan sarana
PTUN dan/atau pengadilan perdata untuk menghindari sanksi pidana, bahkan di dalam
praktik putusan PTUN dan putusan Perdata diperalat untuk menjustifikasi atau
melegalisasi (surat) kepemilikan tanahnya. 152 Adalah pendapat keliru—yang selalu
berulang dan diulang-ulang oleh banyak oknum—ketika “tanah yang sudah dinyatakan
milik tertentu oleh putusan hakim perdata” dan/atau “sertipikat dinyatakan telah sesuai
prosedur oleh putusan hakim TUN” kemudian putusan tersebut diposisikan sebagai alasan
pembenar guna menggugurkan tindak kejahatan seseorang. Fakta berikut meluruskan
pernyataan yang demikian itu, sebagaimana putusan Hakim Agung Dr. Artidjo Alkostar,
SH, LLM et al No. 456 K/PID./2016 tanggal 16 Juni 2016 yang menggugurkan Putusan
Sela PN Bengkulu No. 335/Pid.B/2015/PN.Bgl. Berikut amar putusan sela yang
dibatalkan Dr. Artidjo Alkostar, SH, LLM;
- Menerima Eksepsi Penasihat Hukum Terdakwa;
- Menangguhkan Penuntutan Perkara Pidana Nomor 335/Pid.B/2015/
PN.Bgl atas nama Terdakwa NS Binti Skm tersebut di atas sampai dengan
Putusan Perkara Perdata Nomor 06/Pdt.G/2014/PN.Bgl juncto Perkara
Perdata Nomor 22/PDT/2014/PT.BGL juncto Nomor 1578 K/PDT/2015
memperoleh putusan yang mempunyai kekuatan hukum yang tetap;
- Membebaskan Terdakwa dari Tahanan Kota;
- Menetapkan bahwa selama Penangguhan Perkara ini, tempo daluwarsa
penuntutan tidak berjalan terus (berhenti)

Putusan sela PN Bengkulu dengan amar sebagaimana kutipan di atas disalahkan


karenanya dibatalkan, akibat tidak menerapkan de autonomie van het materiele strafrecht
yang mengajarkan bahwa pemeriksaan hakim pidana adalah otonom, bebas, dan lepas
dari pengaruh pemeriksaan dan putusan hakim perdata dan tata usaha negara. Ketaatan
pada azas de autonomie van het materiele strafrecht dijumpai pada Putusan Mahkamah
Agung No. 194 PK/PID.SUS/2014 dan No. 79PK/Pid.Sus/2016 yang tetap memeriksa
dan menghukum terdakwa walaupun ada putusan hakim perdata dan/atau hakim tata
usaha negara. Dalam kedua putusan tersebut, para Hakim Agung lebih memilih
meneruskan pemeriksaan perkara pidana, daripada menghentikannya. Hakim Agung
dalam putusan tersebut berpendapat lebih adil menggunakan ketentuan Pasal 2 dan Pasal
3 PERMA No. 1/1956, daripada menggunakan ketentuan Pasal 1. Sebab, penggunaan
ketentuan Pasal 1 PERMA No. 1/1956 seringkaili dijadikan “alat” untuk menghentikan

152
Gunanegara. (2021). Pajak Tanah . . . op cit. Hal. 113.

85
penyidikan dan pembebasan pelaku kejahatan, dengan cara menggantungkan pada
putusan PTUN dan/atau putusan perdata. Berikut kutipan ketiga pasal di dalam PERMA
No. 1/1956;
Ketentuan
pasal ini biasa
Pasal 1 PERMA No. 1/1956; dan dimanfaat
Apabila dalam pemeriksaan perkara pidana harus diputuskan hal kan oknum
pejabat dan
adanya suatu hal perdata atas suatu barang atau tentang suatu mafia tanah,
hubungan hukum antara dua pihak tertentu, maka pemeriksaan dengan buru-
buru mengaju
perkara pidana dapat dipertangguhkan untuk menunggu suatu kan gugatan
TUN dan/atau
putusan pengadilan dalam pemeriksaan perkara perdata tentang perdata untuk
adanya atau tidak adanya hak perdata itu. menyelamat
kan diri dari
Pasal 2 PERMA No. 1/1956 jerat pidana
Pertangguhan pemeriksaan perkara pidana, ini dapat sewaktu-waktu
dihentikan, apabila dianggap tidak perlu lagi.
Pasal 3 PERMA No. 1/1956 Ketentuan ini
Pengadilan dalam pemeriksaan perkara pidana tidak terikat oleh suatu salah satu
dasar hukum
putusan Pengadilan dalam pemeriksaan perkara perdata tentang primum
remedium
adanya atau tidak adanya suatu hak perdata tadi (note. mengadopsi untuk pembe-
azas de autonomie van het materiele strafrecht), rantasan mafia
tanah.

Dalam pemahaman Mahkamah Agung di perkara No. 194 PK/PID.SUS/2014, yang tidak
menggunakan Pasal 1 dan lebih memilih Pasal 3 PERMA tahun 1956, karena di masa
tahun 1956-an kekacauan dan persoalan hukum agraria tidak serumit sekarang. Dan,
crime rate kejahatan pertanahan tidak sebanyak sekarang, termasuk jumlah atau nilai
kerugian dan dampak kejahatan yang ditimbulkannya. Apalagi kini, jumlah masalah tanah
sudah di angka 8.560 dengan kualifikasi high profile dan hard cases disamping 16.000
kasus lain yang berkualifikasi routine cases (biasa/umum).153

Kejahatan, kecurangan, kelicikan, dan keculasan pelaku mafia tanah sudah seharusnya
dihadapi secara sepadan dengan menerapkan Pasal 3 PERMA No. 1/1956, sekaligus
menjadi dasar penempatan hukum pidana secara primum remedium dan mengokohkan
kembali penggunaan de autonomie van het materiele strafrecht di setiap kasus kejahatan
pertanahan, dengan demikian hukum pidana menjadi efektif untuk memberantas mafia
tanah, dibandingkan ultimum remedium yang digunakan di masa-masa sebelumnya, yang
ternyata gagal mengatasi gerak langkah mafia tanah.

Karakter penting dari azas primum remedium yakni mengadiIi perkara pidana dengan
memprioritaskan keadilan dan kemanfaatan hukum tanpa mengesampingkan kepastian
hukum. Penggunaan azas primum remedium paralel dengan pernyataan ahli psikologi
sosial—Prof. Tom Tyler dari Yale Law School—bahwa pemidanaan dengan sanksi pidana
akan membentuk jiwa di dalam masyarakat menjadi takut jika melakukan kejahatan dan
takut diberi sanksi pidana.154 Bertambah efektif lagi dan bertambah rasa takutnya, jika
penindakan mafia tanah digabungkan dengan double track system, menghukum secara
bersamaan antara sanksi pidana dengan sanksi tindakan. Penggunaan double track
system bagi pelaku kejahatan sudah dianut UU No. 31/1999 juncto UU No. 20/2001
tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, UU No. 8/2010 tentang

153 Gunanegara. (2019). Pendapat Hukum . . . op cit . Hal. 43-44.


154
Frederick Schauer. (2015). The Force of Law. Harvard University Press. Britania Raya. Hal. 57.

86
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, UU No. 35/2009
Tentang Narkotika yang sudah dipraktikan banyak hakim saat memutus kasus korupsi,
tindak pidana pencucian uang dan narkotika, 155 hanya saja tidak diberlakukan secara
sama pada kasus-kasus korupsi dan pencucian uang yang dilakukan 5 oknum mafia
tanah.156 Akibatnya, mafia tanah terus berkembang, modusnya semakin beragam, karena
psiko pelaku yakin tidak dipidana bahkan melakukan kaderisasi pada sesamanya.
Sekalipun ATR/BPN sudah membuat Juknis Pencegahan dan Pemberantasan Mafia Tanah
di tahun 2018, namun kenyataannya mafia tanah semakin banyak dan meledak di tahun
2019, 2020, 2021 dan 2022. Untuk itu, pengenaan hukuman dengan double track
system pada hukum pidana menjadi tepat untuk memberantas mafia tanah dan itu telah
di adopsi oleh RUU KUHP draft November 2022, sebagai pengganti KUHP, sebagaimana
tabel berikut157

1. Sistem Sanksi Pidana 1. 2. Sistem Tindakan

Pidana Pokok: Tindakan untuk orang yang tidak mampu


a. pidana penjara; bertanggung jawab:
b. pidana tutupan; a. konseling;
c. pidana pengawasan; b. rehabilitasi;
d. pidana denda; dan c. pelatihan kerja;
e. pidana kerja sosial. d. perawatan di lembaga; dan/atau
e. perbaikan akibat Tindak Pidana..

Pidana Tambahan : Tindakan yang dapat dikenakan kepada


a. pencabutan hak tertentu; Setiap Orang sebagaimana dimaksud
b. perampasan barang tertentu dalam Pasal 38 dan Pasal 39 berupa:
dan/atau tagihan; a. rehabilitasi;
c. pengumuman putusan hakim; b. penyerahan kepada seseorang;
d. pembayaran ganti rugi; c. perawatan di lembaga;
e. pencautan izin tertentu; dan d. penyerahan kepada pemerintah;
f. pemenuhan kewajiban adat dan/atau
setempat e. perawatan di rumah sakit jiwa.

Merujuk seminar masyarakat hukum pidana dan kriminologi (mahupiki) yang


diselenggaraan fakultas hukum Universitas Indonesia, bahwa pembentuk undang-undang
menyiapkan jerat hukum yang lebih beragam—termasuk pelaku korporasi—paling sedikit
12 jenis hukuman pidana tambahan, yakni;

1. Pembayaran ganti kerugian;


2. Pelaksanaan kewajiban yang telah dilalaikan
3. Pembiayaan latihan kerja.
4. Perbaikan akibat tindak pidana.
5. Perampasan barang atau keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana.
6. Pemenuhan kewajiban adat

155 Putusan perkara No. 55 PIDSUS-TPK/2020/PN.BDG dan No. 10 TIPIKOR/2020/PT.BDG


156 Ervin Pratama Saputra, Ibnu Artadi, Sanusi Sanusi. (2022). Pemidanaan Double Track System Terhadap Pelaku Tindak
Pidana Korupsi. Jurnal Hukum Responsif, 13 (2). Hal. 5.
157 Gita Santika Ramadhani, Barda Nawawi Arief, Purwoto. (2012). Sistem Pidana dan Tindakan “Double Track System”
Dalam Hukum Pidana di Indonesia. Diponegoro Law Review, 1 (4). Tidak ada halaman.

87
7. Pencabutan izin tertentu
8. Pelarangan permanen untuk melakukan perbuatan tertentu.
9. Pengumuman putusan pengadilan.
10. Penutupan seluruh atau sebagian tempat usaha dan/atau kegiatan korporasi.
11. Pembekuan seluruh atau sebagian kegiatan usaha korporasi. 158

Dengan sanksi double track system, maka penggunaan primum remedium yang
menerapakan de autonomie van het materiele strafrecht akan efektif mengatasi praktik
mafia tanah daripada menggunakan ultimum remedium seperti sekarang ini. Penggunaan
primum remedium tanpa pengecualian pada semua bentuk kejahatan mafia tanah—yang
secara hipotetikal—seperti: penghilangan/pelenyapan
warkah BPN; menyembunyikan warkah dan/atau buku
tanah; menahan/menyembunyikan berkas permohonan
hak atas tanah; menunda dan menahan sertipikat hak
atas tanah yang sudah jadi; menghilangkan arsip dan
daftar isian serta data yuridis dan data fisik sertipikat
hak atas tanah; merubah batas dan koordinat bidang
tanah; memberikan keterangan atau sumpah palsu saat
penyidikan atau persidangan; merubah data elektronik
pada sistem komputer KKP-BPN; memaksa staf/
bawahan untuk memproses berkas permohonan hak
atas tanah yang patut diduga bertentangan dengan
hukum atau SPPOP disebut dengan Obyekan K1, K2, K3;
memperdagangkan pengaruh dan jabatan (trading of
influences); merekayasa data pengadaan barang dan
jasa, alat ukur (digital/elektronik), pemetaan, komputer,
software/aplikasi ITK; 159 menandatangani dan menerbitkan kembali sertipikat di atas
tanah yang sudah bersertipikat; menghilangkan data subyek-obyek sertipikat baik di
komputer atau non komputer; kuasa hukum mengalah di persidangan perdata dan/atau
tata usaha negara untuk memihak/memenangkan salah satu pihak; kuasa hukum tidak
mengajukan upaya hukum banding/ kasasi/PK untuk memenangkan dan menguntungkan
pihak tertentu; tidak hadir di persidangan dengan tujuan memenangkan salah satu pihak;
bersengkongkol melakukan perubahan hak atau peralihan hak dalam rangka agar
pemenang Perkara PN/PTUN tidak dapat mengeksekusi hak atas tanah yang
dimenangkannya; merekayasa gelar perkara penanganan sengketa; melakukan
pembatalan sertipikat atau hak atas tanah karena pesanan/obyekan; pemerasan pada
pemohon hak atas tanah sporadik maupun sistimatik (PTSL); memotong honor petugas
lapangan/bawahan; memotong uang jalan/SPPD secara kolektif sepanjang tahun;
melakukan pungutan diluar ketentuan UU PNBP, UU PPh, UU PPn dan UU PDRD/UU HKPD;
membuat akta nominee arrangement untuk menghindari pajak, menyelundupkan hukum,
menghindari hukum; membuat akta nominee arrangement antara WNA dengan WNI
dengan jangka waktu 100 tahun; mengurus pembatalan sertipikat hak atas tanah secara
melawan hukum; menyembunyikan atau menyamarkan harta benda dan melakukan
pencucian uang; (illicit enrichment dan unexplained wealth) serta bentuk-bentuk kejahatan
lain yang tidak akan muat jika ditulis dalam buku singkat ini, sehingga menjadi relevan

158 Muhammad Yasin. Berhati-Hatilah!!! Ada 12 Jenis Pidana Tambahan yang Dapat Dikenakan Terhadap Korporasi .
https://law.ui.ac.id/berhati-hatilah-ada-12-jenis-pidana-tambahan-yang-dapat-dikenakan-terhadap-korporasi/ di
akses pada 11/19/2022 4:36:18 AM
159 https://kbr.id/nasional/062022/kpk_ungkap_penyebab_korupsi_pengadaan_barang_dan_jasa_masih_
tinggi/108568.html di akses pada 11/30/2022 3:44:13 AM

88
jika mulai menegakan hukum secara primum remedium. Penegakan hukum secara primum
remedium juga mengalami kegagalan seperti di masa ultimum remedium, jika hakim
sebagai penegak ujung akhir penegakan hukum tidak bersih dari pengaruh mafia tanah.
Dus, perlu tekad, komitmen, dan implementasi semua penegak hukum dan para hakim
untuk menyelamatkan asset negara dan asset rakyat, terutama agen intelijen, analis
intelijen, analis strategis, master intelijen, koordinator intelijen untuk mengawasi mereka
dan mengawasi mafia tanah lokal dan transnasional.

GAMBAR 24. PRIMUM REMEDIUM DAN OPERASI PEMBERANTASAN MAFIA TANAH

PEMBERANTASAN
MAFIA TANAH
tidak lagi mengutamakan dan
menggunakan cara ini menggunakan cara ini

Aparat Penegak Hukum


Aktivasi Agen
Ultimum Remedium

+ HAKIM PIDANA
Intelijen & Operasi Primum Remedium
Intelijen & Operasi
Yustisi
azas de Autonomie van
het materiele strafrecht

Double track system


terbukti tidak dapat
memberantas mafia tanah
pada
5 OKNUM ++

MAFIA TANAH
(Perorangan/Korporasi)

Banyak ahli pidana sepakat, bahwa penggunaan hukum pidana pada pelaku kejahatan,
merupakan pengejawantahan fungsi dan peran negara untuk menjaga dan penciptaan
ketertiban dan keteraturan (social order)160 atau penjaminan negara pada ketertiban dan
keteraturan dalam hidup berbangsa dan bernegara, dengan demikian siapa saja
diharapkan akan patuh dan taat pada peraturan perundang-undangan yang dibuat negara
dan itulah esensi hukum pidana. Inilah kemudian hukum dan negara, secara bersama,
memastikan semua manusia dan korporasi dilindungi negara dari gangguan dan/atau
kejahatan siapapun. Termasuk didalamnya, kewajiban negara menjamin dan menjaga
harta negara, bangsa, dan harta masyarakat agar tidak dirugikan-dijarah oleh siapapun.
Untuk memastikan itu, dipersyaratkan dedikasi, loyalitas, dan integritas hakim, penyidik,
dan penuntut umum di dalam pelaksanaan the criminal justice system yang juga disusun
secara baik. Sama fungsinya dengan hakim-hakim konstitusi yang menjadi penjaga
konstitusi negara yang melindungi UUD NRI 1945 dari rongrongan (tindak kejahatan) para
pembentuk undang-undang yang tersusupi mafia tanah. Mahkamah Konstitusi menjadi
constitution guard dan garda terakhir yang diandalkan rakyat guna menjaga agar undang-
undang negara tetap sejalan dengan jiwa dan cita UUD NRI 1945.

Pada tataran praktikal, hakim pengadilan mengadili kejahatan luar biasa—korupsi, pungli,
dan mafia tanah—hendakknya menerapkan primum remedium mengikuti derap hukum

160 Mochtar Kusumaatmadja dan B. Arief Sidharta. (2000.) Pengantar Ilmu Hukum, Suatu Pengenalan Pertama Ruang
Lingkup Berlakunya Hukum. Buku I. Alumni. Bandung. Hal. 50-53.

89
dan bukti-bukti penyidik dan penuntut umum guna diadili sesuai hukum dan sejalan
dengan cita negara. Hakim tidak dapat lagi berfikir dan mengadili kejahatan mafia tanah
seperti halnya mengadili kejahatan biasa yang umum terjadi—seperti kejahatan victimless
crime—apalagi jika hakim menjadi bagian dari mafia tanah. Jika hakim dan aparat hukum
sudah masuk dalam lingkaran mafia tanah maka runtuhlah negara, karena hakim sang
penyangga hukum negara dan keadilan sudah terinfiltrasi oleh mafia. Dan, hakim tidak
dibenarkan menggunakan peraturan menteri atau surat edaran, jika ternyata keduanya
bertentangan dengan undang-undang. Hakim wajib mengabaikan dalil dan pembelaan
terdakwa, jika peraturan menteri dan surat edaran dijadikan landasan pelaku kejahatan,
apalagi jika peraturan menteri dan surat edaran sengaja dibuat dan diciptakan untuk
melegitimasi obyekan dan kejahatan yang sudah dan akan dilakukan. 161 Dengan
demikian, hakim dalam memeriksa dan menghukum pelaku kejahatan hanya mendasarkan
pada keadilan dan kemanfaatan hukum, baru kemudian berdasarkan norma undang-
undang atau paling rendah peraturan pemerintah. Persis yang dikatakan Prof. Pompe yang
pendapatnya diikuti Hakim Agung Bismar Siregar di tahun 1980 dan Hakim Agung Dr.
Artidjo Alkostar, SH, LLM di periode 2010-2018. Kedua hakim agung tersebut mengadili
perkara kongkrit dengan keadilan, tidak tersandera teks norma undang-undang, tidak
legalistik an sich. 162 Apalagi jika ditemukan, peraturan menteri atau surat edaran
bermaterikan bertentangan dengan peraturan undang-undang, bahkan peraturan menteri
atau surat edaran digunakan untuk melakukan penyimpangan undang-undang dan
konstitusi maka peraturan tersebut atas nama pro justicia harus diabaikan. Norma
undang-undang sekalipun, kalau sudah usang atau tidak sejalan dengan penyelesaian
kasus kongkrit terbaru, bisa diabaikan hakim, berikut pandangan Prof. Sudikno
Mertokusumo (1924-2011) ahli hukum UGM dan Prof. Mr. A. Pitlo (1901-1987) ahli
hukum Universiteit van Amsterdam—bahwa undang-undang memang harus dihormati,
tetapi undang-undang selalu akan ketinggalan zaman, sehingga hakim tidak harus secara
mutlak mematuhinya. Hakim dapat melihat undang-undang sebagai alat atau sarana an
sich untuk membantu menemukan hukumnya. Dalam hal ini, Hakim tidak mengikuti atau
berpijak hanya dan hanya pada undang-undang, tetapi undang-undang hanya digunakan
sebagai alat untuk penanganan kasus konkrit. Di sini hakim tidak berfungsi sebagai
petugas yang menjelaskan atau menafsirkan Undang-Undang, tetapi pencipta hukum atau
penemu hukum,163 sejalan yang diajarkan Prof. Paul Scholten dalam teori rechtsvinding.
Azas hukum dan pandangan ahli di atas sudah diadopsi oleh RKUHP Draft November
2022 Pasal Pasal 53 yang bunyinya bahwa Hakim dalam mengadili perkara pidana, wajib
menegakkan hukum dan keadilan dan jika dalam menegakkan hukum dan keadilan
terdapat pertentangan antara kepastian hukum dan keadilan, hakim wajib mengutamakan
keadilan. Bertitik tolak dari hal tersebut—yakni azas primum remedium, teori hukum, dan
norma hukum yang sudah disebut di atas—hakim harus menghukum Terdakwa jika
memang keadilan menghendaki dan hakim tidak boleh dengan mudah membebaskan
Terdakwa hanya karena apa yang sudah dilakukan telah memenuhi syarat formil-
administratif atau karena perbuatan Terdakwa telah sesuai dengan surat edaran menteri
atau peraturan menteri, padahal perbuatan Terdakwa telah nyata-nyata merobek keadilan
dan terbukti di dalam sidang peradilan ada kerugian negara. Hal ini penting, karena

161
Kejahatan yang menyusup pada kebijakan atau peraturan menteri, seperi kasus kebijakan minyak goreng di tahun
2022, yang kemudian semua pejabat pembuat kebijakan dan akademisi yang menjadi konsultan peraturan Menteri
dibawa ke sidang pidana, yang sampai buku ini ditulis masih di tahap pemeriksaaan pengadilan dan belum ada
putusannya.
162 Gunanegara. (2021). Pajak Tanah . . . op cit. Hal. 48.
163
Sudikno Mertokusumo dan A. Pitlo. (1993). Bab-Bab Tentang Penemuan Hukum. Citra Aditya Bakti. Hal. 29-30

90
pernah kejadian, Terdakwa dilepas Hakim Tipikor dengan putusan onslag van ale
rechtsvervolging yang dalam putusan yang dibacakan didepan umum bahwa Terdakwa
terbukti secara syah dan meyakinkan telah korupsi namun vonisnya dilepas (onslag).
Lepasnya Terdakwa dianggap yang bersangkutan tidak pernah korupsi, yang kemudian
oleh pimpinannya diberikan Jabatan setingkat lebih tinggi dan/atau diberikan posisi baru
yang lebih strategis. Hal ini, jika tidak dikoreksi maka mafia tanah akan terus berkembang
dengan magnitude lost lebih besar dan akan semakin membesar dengan kerjasama pada
oknum-oknum pejabat yang sudah dilepas statusnya dari Tersangka dan/atau Terdakwa.
Banyak juga kejadian, oknum pejabat pernah menjadi tahanan penyidik dan tahanan
penuntut umum dan/atau tahanan pengadilan tetapi kemudian dihentikan atau onslag
dan diberikan kenaikan jabatan di tempat-tempat penting. Jika meminjam teori kriminologi
dan psikoanalisis milik Prof. Cesare Lombroso dan Prof. Sigmund Freud, maka pejabat
yang diangkat dan pejabat yang mengangkat/mengusulkan bisa jadi sama-sama memiliki
mental disorder karena menafikan pejabat lain yang clean and clear dan berintegritas.
Dalam kasus mafia tanah, komitmen hakim tingkat pertama sampai dengan tingkat kasasi
diperlukan, kiranya hakim tidak gampang melepaskan atau membebaskan mafia tanah
secara onslaag van alle rechtsvervolging atau vrijspraak dengan dalih bahwa
perbuatannya telah sesuai dengan peraturan menteri atau surat edaran atau perbuatan
bersifat administratif, walaupun sebenarnya (akal sehat) hakim mengetahui bahwa
peraturan menteri atau surat edaran a quo sesungguhnya bertentangan dengan undang-
undang dan menyelisihi hakekat keadilan. Hakim perlu mengabaikan peraturan menteri
dan surat edaran, dengan raison d’etre; pertama, undang-undang sudah mengatur, bahwa
peraturan menteri atau surat edaran tidak termasuk didalam tata urutan peraturan
perundang-undangan sebagaimana yang diatur UU No. 12/2011 juncto UU No. 15/2019
junctis UU No. 13/2022 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, artinya
tidak termasuk norma hukum; kedua, bahwa peraturan menteri atau surat edaran, ketika
terbitnya tidak karena perintah undang-undang atau peraturan pemerintah, maka
peraturan menteri atau surat edaran tersebut tidak mengikat hakim, dan sesuai dengan
azas lex superior derogat legi lex imperior bahwa peraturan lebih rendah batal jika
bertentangan dengan peraturan diatasnya.

3.2. Primum Remedium Pilihan Alternatif Memberantas Mafia Tanah


Penerapan primum remedium sukses pada pemberantasan kejahatan narkotika dan
terorisme, walaupun masih saja tetap ada kejadiannya, namun tingkat kejadian (crime rate)
semakin jarang, kecuali untuk kejahatan narkotika. Kisah sukses penerapan primum
remedium pada kejahatan terorisme, dapat dicontoh untuk diterapkan pada kejahatan
mafia tanah yang berkategori super serious white collar crime.

Kenapa mafia tanah berkualifikasi super serious white collar crime karena pelakunya rata-
rata berpendidikan, berkeahlian, berkecukupan dan dampak kerugiannya berskala lokal
dan transnasional. Mengingat spektrum dan magnitud mafia tanah berksala besar, maka
perhatian harus difokuskan dari kejahatan awal pertama yang umumnya dimulai dari
peragaan suap-menyuap pensertipikatan hak atas tanah. Sebab, banyak kasus yang
terungkap, super serious white collar crime terjadi diawali dari persengkongkolan dan
suap menyuap, dan itu melancarkan penguasaan tanah oleh pelaku global economic
crimes. Akibatnya, penguasaan tanah—karena persengkongkolan dan suap—mendadak
menjadi legal setelah diformalisasi dengan Sertipikat HGU, HGB atau HP. Masalahnya
semakin rumit, ketika investor menuntut HGU, HGB, HP diberikan 80-85 tahun atau 160

91
tahun dan dikabulkan jajaran Penjabat ATR/BPN sebagaimana tertuang dalam PP No.
18/2021 juncto PP No. 16/2021.

Disebut rumit karena setelah (oknum) Pejabat ATR/BPN yang memberikan SK dan
Sertipikat hak atas tanah selama ratusan tahun, tidak lama kemudian pensiun atau
meninggal, namun dampak perbuatannya masih dirasakan 2 atau 3 generasi yang akan
datang. Perbuatan yang berdampak lama dan merugikan tersebut, di banyak kasus diawali
dari praktik suap-menyuap atau percaloan dengan oknum pejabat. Jadi persis dengan apa
yang disampaikan anggota Komisi II DPR tahun 2022, bahwa “mafia tanah bukan suatu
bentuk kejahatan baru di republik ini. Mereka telah banyak makan korban, khususnya
terhadap masyarakat kecil yang sulit untuk mendapatkan akses dan perlakuan hukum
yang pasti, adil, dan manfaat. Mafia tanah ini sudah kita ketahui banyak bermain dengan
aparatur pemerintah, baik ditingkat pusat maupun daerah dan keberadaannya memiliki
potensi tinggi terjadinya konflik sosial, baik vertikal maupun horizontal”164
Kiranya tidak tepat lagi memposisikan kejahatan suap, pungli, gratifikasi dan rekayasa
surat hanya sebagai kejahatan ringan yang tidak berdampak pada kerugian negara dan
masyarakat, sebab spektrum dan magnitud suap-pungli lebih dahsyat dibandingkan
kerugian korupsi ABPN dan APBD. Suap dan/atau gratifikasi dipertahankan sebagai
kejahatan dan masuk di dalam RUU KUPH Pasal 1 ayat (1)—draft tahun November 2022—
yang harus dikenai sanksi pidana dan/atau sanksi tindakan, sama dengan yang diatur UU
No. 31/1999 juncto UU No. 20/2001 (UU TIPIKOR). Contoh berikut adalah peristiwa
pidana dari sekian banyak kasus yang pernah terjadi, yang intinya bahwa tindak pidana
suap/hadiah adalah awal mula berkembangnya mafia tanah; pertama, penguasaan tanah
oleh Surya Darmadi cq Duta Palma Group atas tanah kawasan hutan puluhan ribu hektar
(2003-2022) yang bermula dari suap-menyuap; kedua, penguasaan hutan produksi
puluhan ribu hektar tahun 1998-2003 oleh DL Sitorus yang juga berawal dari praktik
suap-menyuap; ketiga, suap penerbitan sertipikat pengganti dan pencucian uang oleh eks
Kepala Kantor Badung/Denpasar yang membawa korban bos Maspion dan lain-lain; 165
keempat, dokumen palsu dan suap pada proses pembatalan sertipikat hak atas tanah di
Cakung Jakarta Timur sekaligus penerbitan sertipikat di atas tanah yang sama secara
melawan hukum yang bernilai 1,4 Trilyun; 166 kelima, badan hukum Korea merugi 50
Trilyun akibat praktik mafia tanah di Banten;167 keenam, penyerahan SK Hak Pakai oleh
(oknum) pejabat BPN kepada orang yang tidak berhak yang kemudian dimanfaatkan untuk
korupsi APBN 2,5 Trilyun dan kasus-kasus lain yang semacam dengan itu. Poin penting
yang ingin disampaikan bahwa—dari diskripsi beberapa kasus di atas—bahwa dampak
suap berkoresponden dengan penguasaan tanah setengah wilayah Indonesia oleh 1%
penduduk Indonesia dan penguasaan itu menutup akses rakyat dan akses investor yang
berikutnya. Selain ada koresponden antara mafia tanah dengan praktik suap-menyuap,
pemerasan, dan gratifikasi didalamnya selalu inheren dengan tindak pidana pencucian
uang.168

164 https://www.dpr.go.id/berita/detail/id/37980/t/Diperlukan+Tindakan+Tegas+Aparat+Hukum+
Berantas+Mafia+Tanah di akses pada 15/11/2022 11:47:20 AM
165 https://www.balinetizen.com/2019/11/14/kasus-penipuan-bos-maspion-eks-kepala-bpn-bersaksi-untuk-eks-
wagub-bali/ di akses pada 11/15/2022 1:45:19 PM
166 https://www.antaranews.com/berita/1927956/mantan-pejabat-bpn-jadi-tersangka-korupsi-rp14-triliun di akses
pada 15/11/2022 13:51:32 PM
167 https://nasional.kontan.co.id/news/menteri-sofyan-mafia-tanah-di-banten-hambat-investasi-lotte-senilai-rp-50-triliun
168 https://www.cnnindonesia.com/nasional/20211213065509-20-733152/jokowi-akui-1-persen-penduduk-kuasai-
setengah-lahan-indonesia di akses pada 11/15/2022 2:06:13 PM

92
Apakah praktik suap-menyuap dan pungli sertipikat hak atas tanah itu ada? atau Apakah
praktik suap-menyuap dan pungli benar terjadi di dalam praktik pengurusan sertipikat
hak atas tanah? guna menjawab pertanyaan hukum tersebut, dapat disimak putusan
hakim TIPIKOR yang mengadili eks oknum Kepala Kantor Pertanahan Semarang dan eks
oknum Kepala Kantor Wilayah BPN Kalimantan Barat dan
eks oknum Kepala Bidang Hak Tanah dan Pendaftaran
Tanah Kanwil BPN Kalimantan Barat yang merinci asset
rumah, tanah, apartemen, mobil, dan rekening gendut
yang diperoleh dari hasil suap pengurusan pensertipikatan
tanah selama menjabat di BPN. Sama dengan praktik suap-
menyuap yang diungkap Kejaksaaan Tinggi Banten yang
menyita uang pensertipikatan tanah 15 milyar hanya dari
1 orang calo tanah dan rumah serta apartemen yang
diperoleh di rentang 2 tahun selama menjabat di BPN.
Sama penjelasannya dengan yang disampaikan Kepala
Kejaksaan Tinggi Bali atas kekayaan eks oknum Kepala
Kantor Pertanahan Denpasar yang semua harya kekayaannya disangka berasal dari suap
pensertipikatan tanah selama menjabat di Denpasar dan Badung. Termasuk yang terbaru,
di tanggal 1 Desember 2022, oknum Kepala Kantor Wilayah BPN Riau ditangkap dan
ditahan KPK akibat menerima suap 1,2 milyar dari kesepakatan 3,5 milyar untuk
pengurusan HGU di Kuansing.169 Setelah dikembangkan KPK, di kurun waktu tahun 2017-
2021, ditemukan suap 11 milyar dan masih terus dikembangkan kekayaan-kekayaan
bentuk lainnya. 170 Jika KPK menerapkan UU TIPIKOR dan UU Pencucian Uang dengan
sekaligus, pada sejarahnya, para tersangka dan
terdakwa selalu terbukti kesalahan dan
kejahatannya. Namun sebaliknya, jika oknum
pejabat BPN jika hanya dituntut dengan UU
TIPIKOR an sich, sebagian besar dibebaskan
hakim minimal dengan onslaag van alle
rechtsvervolging dan ini tidak sesuai dengan
azas primum remedium dan fungsi dari hukum
pidana.

Jika beranjak dari perspektif moral dan hukum, kekayaan yang besar bukanlah kejahatan
jika dan hanya jika kekayaan tersebut benar-benar dari bisnis, warisan dan/atau hibah
orang tua dan mertua yang sejak awal sudah pada kaya raya. 171 Namun, kekayaan
berubah menjadi kejahatan, manakala ada illicit enrichment dan/atau unexplained
wealth—yang menurut the United Nations Convention Againts Corruption, yang sudah
diratifikasi Indonesia—telah nyata-nyata sebagai bukti kejahatan tindak pidana korupsi.172

169 https://nasional.sindonews.com/read/957279/13/mantan-kakanwil-bpn-riau-dijebloskan-kpk-ke-penjara-
1669889532 di akses pada 12/2/2022 7:48:05 AM
170 https://www.tribunnews.com/nasional/2022/12/01/ditahan-kpk-kakanwil-bpn-riau-terima-suap-120-ribu-dolar-
singapura-dan-gratifikasi-rp-9-miliar di akses pada 12/1/2022 7:11:34 PM
171 Bisnis dibolehkan untuk PNS/ASN dengan ketentuan bidang usahanya tidak ada hubungannya dengan kewenangan,
tugas, dan fungsi di pemerintahan (PP 94 Tahun 2021 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil)
172 Realitas illicit enrichment atau unexplaind wealth yang ada di dalam United Natlons Convention Against Corruption
telah disyahkan dengan UU No. 7/2006 tentang Pengesahan United Natlons Convention Against Corruption , 2003
atau Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Anti Korupsi, 2003. Artinya, dengan disyahkan United Natlons
Convention Against Corruption maka apa yang diatur oleh United Natlons Convention Against Corruption sebagai
kejahatan dan korupsi maka dapat dijadikan dasar penegakan hukum secara primum remedium terhadap illicit
enrichment dan unexplaind wealth yang oleh PBB dikategorikan sebagai high-profile cases. Pasal 20 UNCAC
mengatur subject to its constitution and the fundamental principles of its legal system, each State Party shall consider

93
Artinya, tidak perlu lagi mencari Barang Bukti guna membuktikan unsur kesalahan pada
kekayaan ilegal sebagaimana yang dimaksud tiada pidana tanpa kesalahan—keine strafe
ohne schuld atau geen straf zonder schuld—sebab kekayaan yang melebihi profil
penghasilan sudah suatu bukti adanya kesalahan. Apalagi dalam perkara suap dan
pencucian uang si pelaku selalu dalam kehendak bebas dan tahu bahwa perbuatannya
dilarang undang-undang. Jadi niat jahat pada perkara kekayaan ilegal melekat didalamnya
kesalahan (schuld) dan niat jahat si pelaku (mens rea) sudah terbukti didalam kekayaan
dan rekeningnya.173

Jadi, untuk penyelesaian 6 praktik mafia tanah di contoh kasus di atas atau bentuk mafia
tanah lainnya, primum remedium harus diberlakukan dengan extra ordinary pada pelaku
kejahatan yang juga extra ordinary. Pemberlakuan primum remedium adalah bentuk
ketaatan pada azas malis non expediat malos esse yang artinya pelaku kejahatan tidak
boleh menikmati hasil kejahatannya.174 Walau realiatas sosiologisnya, di dalam kehidupan
kemasyarakatan para pelaku dihormati sebagai orang yang berhasil dalam jabatan dan
kekuasaannya, namun naif kalamana kehidupan anak istrinya bertolak belakang dengan
azas tersebut, menikmati kekayaan hasil kejahatan dengan riang gembira penuh
kesuksesan. Hal ini terlacak pada sosial media mereka, yang berserakan anak, istri dan
pelaku mafia bahkan menantu, mertua dan orang tua menikmati hasil kejahatan dengan
memamerkan harta yang tidak jelas asal-usulnya tersebut. Realitas kehidupan keluarga
yang demikian, dalam konsep primum-remedium dan azas malis non expediat malos esse
sudah dapat dijadikan barang bukti dan/atau alat bukti dimulainya penyelidikan dan
operasi tangkap tangan untuk diseret ke meja hijau karena illicit dan unexplained wealth.

Jika kejahatan mafia tanah disepakati sebagai kejahatan yang tidak biasa, maka merujuk
pada pendapatnya Prof. HLA Hart (1907-1992) dari Oxford University perlu variety
enforcement untuk memberantas mafia tanah. Apalagi, mafia tanah masuk dalam
kejahatan khusus yang tidak mengenal daluwarsa penuntutan, hal tersebut sesuai judge
made law yang diprakarsai hakim agung Dr. Artidjo Alkostar, SH, LLM saat memimpin
Kamar Pidana Mahkamah Agung. Dengan demikian di masa itu, Beliau banyak
menghukum pelaku tindak pidana khusus walau peristiwanya sudah terjadi 10 atau 18
tahun yang lalu.175

Penerapan variety enforcement dan peniadaan lembaga kedaluwarsa untuk kejahatan


khusus—in casu kejahatan mafia tanah—inheren didalamnya tindak pidana korupsi dan
tindak pidana pencucian uang perlu didukung dengan operasi intelijen dan operasi yustisi
serta operasi tangkap tangan. Sebab, pelaku kejahatan mafia tanah umumnya rare
evidence bahkan no evidence karenanya sulit dilacak barang bukti dan alat buktinya.
Bahkan, tidak sedikit mereka dan perbuatannya dilindungi dengan kebijakan diskresi,
surat edaran dan peraturan perundang-undangan.

Sebenarnya, apapun dalih dan dalilnya, kekayaan yang mencurigakan yang berkualifikasi
illicit enrichment dan/atau unexplained wealth sudah merupakan barang bukti adanya

adopting such legislative and other measures as may be necessary to establish as a criminal offence, when committed
intentionally, illicit enrichment, that is, a significant increase in the assets of a public official that he or she cannot
reasonably explain in relation to his or her lawful income.
173
Kekayaan illegal sebagai barang bukti penyidikan sudah terbukti sukses pada kasus dimulainya penyidikan eks Kepala
Kanwil dan Kabid BPN Kalbar yang sudah diputus bersalah oleh Hakim TIPIKOR SURABAYA, yang awalnya hanya dari
rekening gendut di bank mereka.
174 ` https://aclc.kpk.go.id/aksi-informasi/Eksplorasi/20220523-apakah-hukuman-koruptor-setimpal-dengan-kerugian-

negara di akses pada 10/30/2022 7:34:06 AM


175
Gunanegara. (2019). Pendapat Hukum . . . op cit. Hal. 113.

94
kejahatan—tanpa harus di awali pembuktian adanya pemerasan, pungutan, penyuapan,
gratifikasi dan/atau hadiah hal ini sejalan dengan yang sudah berhasil diperagakan KPK
pada eks Kepala Kanwil BPN Kalimantan Barat. Karena itu, kekayaan a quo bisa langsung
dilakukan penyitaan untuk menjadi barang bukti guna penyidikan dan penuntutan di
kemudian hari, dengan kerjasama bersama PPATK, OJK, BPN, BPK, BPKP, Ditjen Pajak,
Imigrasi dan/atau data dari komunitas intelijen. Penyitaan kekayaan dilakukan dengan
pendekatan integrated combat baik dengan cara legal dan/atau extra legal dengan
repressive maupun pre-emtive (strike) mengimbangi tindak mereka yang berkategori
super serious white collar crime.176
Mengapa harus melibatkan dan aktivasi komunitas intelijen, karena kejahatan mafia
(tanah) pada umumnya tangguh, solid dan mengakar di semua lini serta memiliki
pelindung-pelindung kuat yang berpengaruh pada penegakan hukum. Hal ini sejalan
dengan pernyataan Menko POLHUKAM—Prof. Mahfud MD—bahwa "Masalah hukum itu
berat, mafianya ada di mana-mana, kalau orang mau perbaiki, di sikat,"177 maka dari itu
penggunaan intelijen ke dalam proses penindakan menjadi keniscayaan. Terbukti berhasil
pada pelibatan intelijen dari Kejaksaan Agung yang suskes membongkar mafia kakap (big
fish)—dalam delik tindak pidana korupsi dan pencucian uang—Surya Darmadi, PT.
Asuransi Jiwasraya, PT. ASABRI, PT. Asuransi Kredit Indonesia (ASKRINDO), Djoko Candra,
PT. DANAREKSA SEKURITAS, dan Dana Pensiun PERTAMINA yang berjejaring kuat
(powerful syndicate).178 Sukses stori dan kerja keras intelijen membongkar Duta Palma
Group diceritakan dengan apik oleh Asisten Intelijen Kejaksaan Tinggi Riau, Raharjo Budi
Kisnanto, didalam focus group discussion BEM UNILAK tanggal 16 November 2022.
Disebutkan dalam FGD tersebut, meskipun mekanisme penyelesaian masalah kebun
kelapa sawit didalam kawasan hutan sudah diatur Undang-Undang Cipta Kerja—yang
menganut azas ultimum remedium yang mengedapankan penyelesaian musyawarah,
administratif dan perdata daripada penyelesaian pidana—tetapi karena kerugian negara
sangat luar biasa maka kasus tersebut ditangani dengan hukum pidana khusus. Selain
soal kerugian negara, Duta Palma Group juga melawan hukum sekian banyak undang-
undang seperti UU Perkebunan, UU Keuangan Negara, UU Perpajakan, UU Kehutanan, UU
Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan, UU Penataan Ruang, dan UU TIPIKOR
serta UU Pencucuan Uang (Hukum Pidana Agraria).179 Pada awalnya penanganan kasus
ditangani Kejaksaan Tinggi Riau. Namun dalam perkembangannya banyak intervensi dari
berbagai sisi, hingga akhirnya perkara dilimpahkan ke Kejaksaan Agung. "Telepon selalu
berdering terus saat itu. Banyak masuk telepon. Makanya handphone dimatikan, akhirnya
diputuskan oleh KAJATI untuk dilimphakan dan diambilalih penanganannya langsung oleh
Kejaksaan Agung. Lebih lanjut dijelaskan oleh ASINTEL KEJAKSAAN TINGGI RIAU, bahwa
Duta Palma Grup tidak membayar pajak dalam jangka waktu puluhan tahun dan aliran

176 Dalam perspektif intelijen, istilah pre-emtive (strike) berbeda pengertiannya dengan pre-emtive (law) enforcement
yang ada di lapangan hukum pidana. Bahwa istilah a pre-emptive strike—yang dipergunakan dalam dunia intelijen
sama dengan yang digunakan dalam istilah perperangan—yaitu intended to weaken or damage
an enemy or opponent, for example by destroying their weapons before they can do any harm 176 atau military
doctrine whereby a state claims the right to launch an offensive on a potential enemy before that enemy has had the
chance to carry out an attack. vide. https://www.britannica.com/topic/preemptive-force di akses pada 11/15/2022
2:17:36 PM
177 https://www.suara.com/news/2022/11/25/112132/berat-mahfud-md-akui-mafia-hukum-di-indonesia-ada-di-mana-
mana-mau-perbaiki-langsung-disikat di akses pada 26/11/2022 08:10:53 AM.
178
Ade Sathya Sanathana Ishwara. (2021). Peran Intelijen Kejaksaan Dalam Mengungkap Dugaan Tindak Pidana
Pencucian Uang (Studi Di Kejaksaan Tinggi Nusa Tenggara Barat). https://fh.unram.ac.id/wp-content/uploads/ 2021/
08/ADE-SATHYA-SANATHANA-ISHWARA-D1A017003.pdf di akses pada 26/ 11/2022 08:21:24 AM
179 Hukum Pidana Agraria yaitu seluruh aturan pidana yang mengancam semua perbuatan, termasuk pemberian hak atas
tanah atau sertipikasi hak atas tanah yang melawan hukum dan didalamnya diatur sanksi pidana, baik yang diatur di
dalam KUHP atau yang diatur di luar KUPH. (vide. Gunanegara, 2017. Hukum Pidana Agraria. Tatanusa. Jakarta).

95
uang ratusan milyar hasil kebun sawit diterbangkan ke Singapura lewat pengiriman
minyak CPO melalui Pelabuhan Dumai. Hanya uang Rp 5 miliar yang mengendap di Riau,
itu pun hanya untuk beli pupuk. “Jadi, sama sekali uangnya lari ke luar negeri. Coba
bayangkan betapa besar kerugian kita. Ini terjadi puluhan tahun, tapi belum ada yang
berani mengungkap," Namun, kerja keras intelijen kejaksaan dan penyidik kejaksaan
bergantung pada hakim yang mengadili perkara tersebut, apakah nanti yang menang
hakim pro Indonesia atau (oknum) hakim mafia (tanah). Jika perkara ini diputuskan
bersalah oleh hakim maka semua asset eks Duta Palma Group dapat dirampas negara dan
jika putusannya kelak berkekuatan hukum tetap, maka penanganan kasus yang sudah
dikerjakan Kejaksaan Agung bisa menjadi role model dan menjadi precedent penegakan
hukum untuk kasus sejenis. Sekaligus menjadi yurisprudensi untuk kasus-kasus mafia
yang sejenis dengan itu. Sebab, kasus sejenis Duta Palma Group banyak terjadi, hanya
tidak banyak aparat yang berani dan berhasil mengungkap.180 Demikian di atas adalah
diskripsi operasi dan prestasi intelijen, penyidik, dan penuntut umum yang mengutamakan
penggunaan azas primum remedium yang mengedapankan keadilan (justice) dan
kemanfaatan hukum (law utility), dengan mengesampingkan ultimum remedium, walau
azas ultimum remedium sudah dijustifikasi oleh UUCK sekalipun. Sekaligus—contoh kasus
dari penanganan oleh komunitas intelijen di atas—merupakan contoh kongkrit
keberhasilan primum remedium dalam penegakan hukum pada oknum pejabat dan mafia
tanah.

GAMBAR 25. SIMPUL-SIMPUL TARGET OPERASI INTELIJEN DAN OPERASI TANGKAP


TANGAN PADA POS-POS PENYEMBUNYIAN KEKAYAAN ILLICIT
ENRICHMENT DAN/ATAU UNEXPLAINED WEALTH PARA OKNUM DAN
PELAKU MAFIA TANAH.

Target Operasi Intelijen, Operasi Yustisi, Operasi Tangkap Tangan

Gagasan primum remedium diperluas, dengan menyasar pada oknum pejabat pelaku
penjual pengaruh (trading of influences), penghubung oknum pejabat dengan mafia
(co-conspirator), pelaku pemerasan investor, oknum pemberi dan penerima suap
ataupun pelaku modus uang percepatan dan kemudahan pengurusan sertipikat hak
atas tanah (corruption), pencucian uang (iliicit enrichment atau unexplained wealth),

180 vide Cerita Asintel Kejati Riau Awal Kasus Duta Palma Grup: Handphone Terus Berdering Hingga Perkara Diambil
Alih Kejagung (sabangmeraukenews.com) di akses pada 11/28/2022 4:03:27 AM

96
jual beli jabatan dan berkas sertipikat hak atas tanah disatu kelompokan dengan mafia
tanah, terorisme dan genosida, karena sama-sama meresahkan anak bangsa dan
mengorbankan jiwa serta harta benda.
Memposisikan mafia tanah sebagai musuh bangsa, musuh bersama, musuh generasi
muda adalah keniscayaan dan memusuhinya sejak sekarang agar tanah di republik ini
tidak mudah dikuasai mafia, sekaligus memusuhi pelaku penyuapan, persengkong
kolan dan permufakatan jahat. Karenanya, mafia tanah dan oknum harus diperangi
secara gabungan dengan menerapkan primum remedium—yang didalamnya ada
penggunaan double track system, de autonomie van het materiele strafrecht,
represive, pre-emptive strike, operasi intelijen, operasi yustisi, dan operasi tangkap
tangan—baik dengan UU Tipikor, UU Pencucian Uang, dan UU Perampasan Asset
(Gambar 26). Pertimbangannya, bahwa memerangi kejahatan adalah perintah undang-
undang dan wasiat pejuang kemerdekaan yang rela gugur dan mendahului kita. Lihat
gagasan penggunaan primum remedium di Gambar 27.
GAMBAR 26. OPERASI GABUNGAN PRIMUM REMEDIUM ANTARA OPERASI INTELIJEN
DENGAN OPERASI TANGKAP TANGAN BERBASIS OBYEK OPERASI

Target Untuk Tindak


Pidana Pencucian Uang)

KEKAYAAN,
REKENING,
SAHAM, EMAS
LOGAM MULIA,
VALAS
MILIK OKNUM
& MAFIA &
CALO TANAH

97
GAMBAR 27. DASAR HUKUM PRIMUM REMEDIUM DAN OPERASI INTELIJEN DAN
OPERASI TANGKAP TANGAN PADA OKNUM DAN PELAKU MAFIA TANAH
BERBASIS SUBYEK OPERASI

Menggunakan Instrumen Hukum


Intelijen Agent, Aparat Gabungan;
PRIMUM REMEDIUM Hukum, Penegak Hukum & - UU 31/1999 jo 20/2001:Tipikor
Hakim Pidana - UU 8/2010: Pencucian Uang
- UU Kejaksaan (Ps 30c UU 11/2021)
- UU 7/2006: UNCAC
Memprioritaskan Penggunaan - (R) UU Perampasan Asset
1-Observasi, 2-Pengintaian,
SOP 3-Penyusupan, 4-Penyelidikan,
5-Penyidikan, 6-Penuntutan, Menggunakan Gabungan Berbagai
7-Pemeriksaan, 8-Pemidanaan Cara dan Sistem;
HUKUM PIDANA UMUM &
HUKUM PIDANA KHUSUS - the double track system
- preventive, represive, pre-emptive
strike
- intelligent operation
(OKNUM)
Pegawai & Pejabat ATR/BPN

MAFIA TANAH Menggunakan Gabungan Giat,


(Pelaku Tindak Kejahatan) Tindakan, & Operasi;
(EVIL or BAD)
- operasi tangkap tangan (OTT)
CORPORATE
- Operasi Intelijen (OI): infiltration,
interception, bugging, cloning,
surveillance and on
CALO TANAH - account freezing, account zeisures,
(Makelar Berkas/Makelar Kasus) asset freezing/seizures
- operasi yustisi Kejakgung:
Jampidsus+Jampidum+Jamintel

Illicit Enrichment /
Unexplained Wealth Target Operasi/
Surveillance Target
Pensiun/Resign, terutama
yang masih Aktif

Target Operasi Intelijen dan Operasi Yustisi

Target Operasi Tangkap Tangan

The Godfather dalam praktik kejahatannnya tidak melakukannya sendiri, hampir selalu
menggunakan orang lain yang dijadikan aktor lapangan, baik dengan jabatan-jabatan
tertentu di perusahaan guna berhubungan dengan oknum-oknum birokrasi, aparatur, dan
dan lembaga peradilan. Tidak sedikit, mafia tanah mengeluarkan modal guna mengkader
staf untuk di posisikan di jabatan strategis yang nantinya bisa memuluskan semua
kepentingan mafia. Skenario yang terakhir ini, dikenal dengan head hunter dalam konteks
yang biasa dipakai pelaku global economic crime. Atau, mafia tanah memelihara pejabat
yang sudah matang di atas, untuk kemudian dijadikan sebagai pelindung dan/atau
pelancar bisnisnya. Sejalan dengan hasil survey yang mengatakan the survey of 1,296
executives across 53 countries and regions found a rising threat from external
perpetrators—bad actors that are quickly growing in strength and effectiveness. Nearly
70% of organizations experiencing fraud reported that the most disruptive incident came
via an external attack or collusion between external and internal sources….bad actors are

98
collaborating, increases both the volume and sophistication of attacks.181 vide Gambar
28.
GAMBAR 28. KEJAHATAN TERJADI HASIL DARI KERJASAMA ANTARA PELAKU
EKSTERNAL DENGAN PELAKU INTERNAL DENGAN BERKOLUSI ATAU
PERBANTUAN SERTA PENYERTAAN

SUMBER. 2022 HTTPS://WWW.PWC.COM/GX/EN/SERVICES/FORENSICS/ECONOMIC-CRIME-SURVEY.HTML

Jadi, jika bertitik tolak dari data PWC, penindakan pada (oknum) pejabat internal (sebesar
31%) lebih diperlukan dan didahulukan dengan memproses mereka secara pidana
(primum remedium), bukan hanya dengan pemecatan an sich. Sebab, hasil observasi
Penulis, bahwa di setiap kasus tanah meledak dan ketika ada keterlibatan (oknum)
pejabat, maka akan diberikan pendampingan dalam rangka diselamatkan, jika gagal maka
buru-buru dibuatkan SK Pensiun Dini, dengan tujuan agar kasusnya tidak dilanjut ke
sidang pidana, dengan dalih sudah dilakukan tindakan administratif.
Tindakan penyelamatan (oknum) pejabat yang terlibat kasus mafia tanah—dengan aksi
perlindungan, pengamanan dan/atau penyelamatan—dalam perspektif primum remedium
salah satu tindak pidana yang diancam 12 tahun penjara, karena memenuhi unsur delik
menghalang-halangi penegakan keadilan. Di Amerika—yang menurut black’s law
dictionary—didefinisikan sebagai any "interference with the orderly administration of law
and justice"; obstruction has been categorized by various sources as a process crime, a
public-order crime, or a white-collar crime. Tindakan penyelamatan selain dengan
pendampingan, seringkali diikuti dengan pelenyapan berkas/warkah hak atas tanah agar
jejak kejahatan tidak dapat ditelusuri penyidik, setelah itu diarahkan agar menjadi kasus
perdata atau tata usaha negara. Atau, jika kasus tidak bisa ditutup dan diselamatkan,
maka dikorbankan petugas ukur dalam rangka menyelamatkan orang penting yang

181 PwC’s Global Economic Crime and Fraud Survey 2022: Protecting the perimeter: The rise of external fraud . (2022).
PwC’s Global Economic Crime and Fraud Survey 2022 di akses pada 11/19/2022 9:07:16 AM

99
hendak diamankan. Pola penyelamatan dan pengamanan (oknum) pejabat di setiap kasus
tanah meledak adalah pola mafia yang harus ditangani dengan primum remedium—
apalagi hasil penelitian PWC—70% atau paling sedikit 57% kejahatan terjadi akibat
bantuan dan penyertaan internal (obyekan). Sejalan dengan yang disampaikan Mahkamah
Konstitusi yang mengatakan bahwa banyak izin—inheren didalamnya pensertipikatan hak
atas tanah—di banyak lembaga dan kantor pemerintahan dijadikan obyek transaksional
pungutan liar, dan kejahatan yang demikian itu sudah berlangsung puluhan tahun. Paralel
dengan yang disampaikan Prof. Mahfud MD, yang intinya, mengatakan bahwa lembaga
perizinan sekarang ini—termasuk di bidang pertanahan—sudah menjadi industri hukum
yaitu mengemas dengan hukum agar kejahatan pungli/suap tidak ditindak secara pidana.
Maka, jika beranjak dari beberapa kasus, hampir semua kekayaan (oknum) pejabat yang
tertangkap Kejaksaan dan KPK didalamnya terungkap harta kekayaan yang berlimpah dan
itu disebut dengan kejahatan pencucian uang, masuk dalam prisma kejahatan (the crime
prism). vide Gambar 29.
GAMBAR 29. THE CRIME PRISM KEJAHATAN PENCUCIAN UANG

Pencucian uang—sebagai kejahatan kelas berat—merupakan bentuk dari invisible


crime yang berada di bagian bawah prisma. Kejahatan pencucian uang merupakan
kejahatan tidak terlihat (invisible crime) yang tidak langsung merugikan banyak orang.
Dampak dari jenis kejahatan yang tersembunyi ini tidak secara langsung dirasakan,
sehingga reaksi masyarakat malah semakin berkurang dan permisif, seolah kekayaan
(oknum) pejabat sebagai rezeki dari karier yang sukses dan tidak dianggap sebagai
kejahatan dari seorang penjahat kelas berat. Hal ini dikarenakan banyak korban tidak
menyadari bahwa mereka sudah menderita kerugian dan korban dari kejahatan pencucian
uang. Tindakan pencucian uang selalu memberikan pengaruh pada stabilitas ekonomi
negara dan menciptakan distorsi ekonomi kenegaraan dan kerakyatan, sekaligus
menyulitkan otoritas moneter dalam mengendalikan jumlah uang yang beredar. Oleh
karena dampaknya yang besar, dibutuhkan perhatian lebih dari aparat hukum, penegak
hukum dan para hakim pengadilan serta laporan masyarakat. Perhatian yang masif dan
agresif akan membantu pengungkapan tindak pidana pencucian uang dari para oknum
(dark figure) dan mafia yang sesungguhnya. Lebih lanjut dikatakan, bahwa prisma
kejahatan yang disebut sebagai invisible crime—in casu pencucian uang, illicit enrichment
atau unexplained wealth—dimana suatu kejahatan yang banyak dilakukan orang dengan
kekuasaan. 182 Untuk itu, apakah lalu menjadi tepat jika kemudian melaksanakan,

182 PPATK. (2019). Pencucian Uang Dalam Prisma Kejahatan. https://www.ppatk.go.id/siaran_pers/read/


963/pencucian-uang-dalam-prisma-kejahatan.html

100
rekomendasi Nahdlatul Ulama dan Kepala Negara untuk menerapkan hukuman mati bagi
pelaku mafia, pungli, korupsi, pemerasan, penyamaran harta dan penyembunyian uang.183
Sebab, praktik monopoli dan fragmentasi tanah yang diperoleh dengan ilegal adalah
kejahatan pada sumber daya alam, kejahatan kemanusiaan, kejahatan pada generasi
Indonesia, dus oknum pejabat yang membantu mafia tanah yang merealisir misi dan tujuan
mereka sama jahatnya dengan mafia itu sendiri. Beranjak dari problematika mafia tanah
yang sudah terungkap, penggunaan dan penerapan primum remedium dengan pelaksana-
pelaksana pilihan menjadi keniscayaan. Hanya saja, kesuksesan implementasi primum
remedium tergantung pada para hakim sebagai ujung akhir keberhasilan pemberantasan
mafia tanah di Indonesia, maka dari itu, guna memastikan primum remedium berhasil di
level implementasi dipastikan sejak dari observasi, analisis strategis, penyelidikan,
penyidikan, penuntutan, sidang pengadilan dan pelaksanaan putusan maka perlu
menerapkan hal-hal yang tergambar dalam Gambar 30 di akhir BAB ini.

Uniknya persoalan mafia tanah di Indonesia, pada tataran realisme dan empirik, meskipun
sering dikatakan banyak pihak—termasuk DPR-RI—ditengarai selalu ada keterlibatan
(oknum) pejabat ATR/BPN dengan calo dan mafia, tetapi dalam sejarah berdiri KPK dan
Jampidsus Kejakgung nyatanya tidak pernah satupun pejabat tinggi ATR/BPN tertangkap
tangan atau menjadi terdakwa di pengadilan tipikor dan pencucian uang. Artinya apa?
bahwa pejabat tinggi ATR/BPN tidak pernah ikut dan terlibat mafia tanah dan kekayaan
mereka tidak diperoleh dengan cara melawan hukum dan selama menjabat tidak pernah
menerima suap dan selalu patuh pada hukum. Apalagi, moral dan akhlak pejabat tinggi
Kementerian ATR/BPN sudah teruji melalui fit and proper tests, penilaian 360 0 derajat,
interview tests, aptitude or psychometric tests dan inilah yang membedakan dengan
Pejabat Tinggi Eselon 1 di banyak Kementerian lain yang sudah pada tertangkap OTT
KPK—seperti Sekjen Mahkamah Agung, Dirjen BKD-Kemendagri, Dirjen Holtikultura-
Kementan, Dirjen Pajak-Kemenkeu, Dirjen Daglu-Kemendag, Dirjen Hubla-Kemenhub,
Irjen-Kemendiknas, Dirjen Kemensos, Dirjen Pendis-Kemenag, Rektor UNILA-
Kemendikbud—yang sekarang pada mendekam di Sukamiskin.
Jadi, apakah kemudian soal mafia tanah di kalangan Oknum Pejabat ATR/BPN itu ilusi
atau fatamorgana antara ada dan tiada? yang tidak harus ada operasi penegakan hukum
masif, menyeluruh yang keras dan tajam seperti
ajaran primum remedium? Jawabannya, jika
merujuk pada apa yang disampaikan eks
Menteri ATR/BPN—Sofyan Djalil—bahwa
(oknum) pejabat ATR/BPN yang berurusan
dengan mafia tanah, suap, pungli, korupsi dan
pencucian uang, mereka hanya pejabat
bawahan yang jumlahnya tidak banyak
dibandingkan jumlah pegawai BPN di seluruh
Indonesia yang jumlahnya 26.000 dan mereka
yang tertangkap dan diadili hanya apel busuk
di tengah-tengah apel Washington dan apel
Malang. Sesuai slogan Kementerian ATR/BPN sebagai Wilayah Bebas Korupsi (WBK),
kantor pelayanan pertanahan berkelas dunia dengan aparatur berakhlak, profesional,
kerja ikhlas dan cerdas menjadi wajar tanpa syarat (WTS).

183
Gunanegara. (2021). Hak Negara Atas Tanah…op cit. Hal. 113-120.

101
GAMBAR 30. SKEMA TARGET OPERASI PRIMUM REMEDIUM ANTARA AGENT INTELIJEN
DENGAN APARAT PENEGAK HUKUM

TARGET OPERASI

MAFIA TANAH MAFIA TANAH SINDIKAT MAFIA TANAH


(calo tanah, markus, (oknum/pejabat) DAN MAFIA HUKUM
perorangan/korporasi)
Ancaman Intervensi, Kontra
Intelijen, Fight Back, Black Ops

OPERASI INTELIJEN

MASTER & AGENT INTELIJEN PENYIDIK POLISI, JAKSA, KPK


(operation room) (dari komunitas intel)

Tukar Menukar Informasi, Bahan JAKSA PENUNTUT UMUM


Keterangan (baket), Pengumpulan (dari komunitas intel)
Data (puldata), Barang Bukti dan Alat
Bukti di dan dari sesama komunitas
intel lapangan dan intel eksekutor PANITERA/PANITERA
PEMBANTU/SEKPAN
(dari komunitas intel

JAKSA PENUNTUT UMUM


(dari komunitas intel)

HAKIM & MAJELIS HAKIM


(dari komunitas intel)

JURU SITA
(dari komunitas intel)

EKSEKUSI

PEMIDANAAN TERDAKWA

PERAMPASAN HARTA
TERDAKWA & KELUARGANYA

Menambal Dan Menambah LP SUKAMISKIN


APBN, Keuangan Negara, LP DAERAH
Pemulihan & Pengembalian (20 tahun atau Seumur Hidup)
Asset Negara

102
Akhirul Analisis, bahwa penggunaan azas primum remedium baru akan dapat
menuntaskan pemberantasan mafia tanah—baik dari oknum internal dan/atau eksternal—
jika para intelijen dan reserse bersatu menangkal intervensi penanganan perkara sejak
dari penyidikan, penyelidikan, penuntutan, persidangan dan pelaksanaan putusan. Lebih
penting dari semua itu, tidak melibatkan jajaran atau pejabat Kementerian ATR/BPN dalam
pelaksanaan operasi tangkap tangan dan/atau operasi intelijen baik di jenjang analisis,
gelar perkara, penentuan target dan rencana operasi serta tidak salah memilih penyidik,
penuntut umum, panitera, majelis hakim dan juru sita pengadilan. Sebagai reward kerja
dan kinerja aparat hukum dan para agen intelijen serta para hakim yang berhasil
menangkap, menghukum, dan merampas harta pelaku mafia tanah maka mereka diberi
insentif atau komisi dari prosentase dari total harta yang berhasil dikembalikan ke negara
atau dirampas negara yang diatur dan ditetapkan dengan Undang-Undang. Gagasan ini
krusial tapi penting, agar alat negara dalam menjalankan tugas dan operasi lebih suka
dan memilih reward dari negara daripada terdistorsi uang suap dari para mafia.
Penerapan penghukuman dilakukan dengan memberdayakan semua norma pidana yang
ada di dalam undang-undang generale delicten maupun yang ada di dalam undang-
undang speciale delicten. Demikian pula, pelaksanaan pemberantasan mafia tanah harus
legal namun juga dengan extra legal agar pola represive dan pre-emptive strike bisa
dilakukan secara efektif. Untuk itu, menggabungkan UU Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi dan UU Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang menjadi keniscayaan.
Pengesahan UU Perampasan Asset dan UU Pelarangan Transaksi Tunai (cashless
transaction) perlu disegerakan dan diperjuangkan, karena kedua undang-undang tersebut
ditakuti koruptor dan para mafia.
Dalih sudah ada PP No. 43/2021 tentang Penyelesaian Ketidaksesuaian Tata Ruang,
Kawasan Hutan, Izin, dan/atau Hak Atas Tanah—yang merupakan peraturan organik dari
UU Cipta Kerja No. 11/2020—tidak dapat dijadikan dasar untuk membebaskan oknum
pejabat dan/atau pelaku kejahatan perambahan hutan, pembalakan liar dan penerbitan
sertipikat hak atas tanah di daerah terlarang karena UUCK dan PP No. 43/2021 tidak bisa
berlaku surut (non retro active). Sejalan dengan Pasal 1 ayat (1) Wetboek van Strafrecht
(KUHP), Pasal 18 ayat (3) UU No. 39/1999 dan Pasal 43 UU No. 26/2000. Larangan
pemberlakuan surut menurut Mahkamah Konstitusi hanya dan hanya untuk tindak pidana
terorisme dan genosida (putusan Mahkamah Konstitusi No. 013/PUUI/2003 tanggal 22
Juli 2004).184
Demikikian pula, dalih sudah ada putusan PTUN dan putusan perdata yang selama ini
digunakan untuk melepaskan diri dari jerat pidana dan dijadikan patron standard dan
modus para oknum dan mafia guna membebaskan diri dari hukum pidana sudah
seharusnya lagi diperhatikan karena ada ajaran hukum pidana de autonomie van het
materiele strafrecht dan ketentuan Pasal 3 PERMA No. 1/1956 yang isinya, “Pengadilan
dalam pemeriksaan perkara pidana tidak terikat oleh suatu putusan Pengadilan dalam
pemeriksaan perkara perdata tentang adanya atau tidak adanya suatu hak perdata tadi”.
Maka, ibarat satu tubuh, pemberantasan mafia tanah tidak cukup mengamputasi kaki dan
tangan an sich, tetapi harus memenggal kepalanya yang didalamnya ada otaknya .
Gambar 31 adalah berita baik yang dapat dijadikan contoh sukses penegakan hukum
mafia tanah ketika penyidik KPK berhasil menjerat (oknum) pejabat ATR/BPN hanya dari
rekening gendut milik mereka. Contoh sukses tersebut kiranya dapat dijadikan precedent
bagi penyidik lain untuk menyidik oknum pejabat yang banyak mendapat perlindungan.
Sedangkan Gambar 32 adalah contoh sukses penyidik KPK yang menyeret oknum Kepala

184 Agus Raharjo. (2008). Problematika Asas Retroaktif Dalam Hukum Pidana Indonesia . Jurnal Dinamika Hukum. 8 (1).
Hal 71-75

103
Kanwil BPN Riau karena ada fakta persidangan perkara suap menyuap pengurusan HGU
yang menyebut namanya. Saat ini, kasusnya masih bergulir di tahap penyidikan dan belum
ke tahap penuntutan dan persidangan pidana.
GAMBAR 31. REKENING GENDUT (CELENGAN BABI) SEBAGAI BARANG BUKTI
DIMULAINYA PENYELIDIKAN (DARI UU TINDAK PIDANA PENCUCIAN
UANG BARU KEMUDIAN KE UU TIPIKOR) YANG DITERAPKAN PADA EKS
KAKANWIL DAN KABID BPN KALBAR

REKENING GENDUT
(Celengan BABI) BUKTI PIDANA TPPU

BARANG BUKTI TPPU UU TPPU


KEPEMILIKAN RUMAH,
TANAH & APARTEMEN
TIDAK WAJAR ALAT BUKTI TPPU
(Ps 184 KUHAP)

KEKAYAAN BENTUK
LAIN MENCURIGAKAN
PENYELIDIKAN
rekening2 gendut oknum & mafia

GELAR PERKARA
targert operasi pada

SURAT PERINTAH
DIMULAI PENYIDIKAN

SAKSI-SAKSI
(BAP) UU TPPU
juncto
GELAR PERKARA UU TIPIKOR

PRECEDENT BARU PENETAPAN


SOP baru untuk kasus tanah TERSANGKA TIPIKOR &
Oknum dan Mafia Tanah PENCUCIAN UANG

Terbukti Secara Syah &


Meyakinkan Terdakwa
Korupsi & Pencucian
Uang

104
GAMBAR 32 PENGEMBANGAN PERKARA SUAP PENGURUSAN HAK GUNA USAHA
DENGAN UU TINDAK PIDANA KORUPSI YANG DILANJUT KEMUDIAN
DENGAN UU TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

BUPATI
(Kepala Daerah)

SIDANG Terbukti Syah &


OTT TIPIKOR meyakinkan
PENGUSAHA/ Melakukan TIPIKOR
PEMILIK HGU
PERKEBUNAN SAWIT

Terbukti Ada Fakta BUPATI, PENGUSAHA,


Suap Kepada Kakanwil PERANTARA, PEJABAT
OKNUM di Dalam Persidangan PERUSAHAAN
KAKANWIL BPN Pengembangan
Kasus HGU di Eksekusi ke Lembaga
Pemasyarakatan

TERSANGKA TIPIKOR
SIDANG TIPIKOR +
PENCUCIAN UANG
TAHANAN PENYIDIK TIPID
Pencucian Uang

Supaya tidak kalah


di PraPeradilankan &
Dibebaskan Hakim, Perlu Dalam praktik peradilan TPPU,
Selalu Dikembangkan Dengan pejabat (oknum) dan/atau mafia
Lidik Pencucian Uang tanah yang dikenakan UU Tindak
Pidana Pencucian Uang, hampir
tidak ada yang dibebaskan HAKIM
dan/atau SP3 atau dituntut ringan
oleh Penuntut Umum

105
DAFTAR PUSTAKA

Buku
Abdul Latif, Hukum Administrasi, Dalam Praktik Tindak Pidana Korupsi, Edisi Kedua,
Kencana. 2016.
Andi Hamzah. (2017). Kejahatan di Bidang Ekonomi (economic crime). Sinar Grafika.
Jakarta.
Antonio Nicaso and Marcel Danesi. (2021). Organized Crime: A Cultural Introduction.
Routledge. New York.
Frans Koenraadt, Antoine Willem Michiel Mooij, Jos Mooij. (2007). Forensic Psychiatric
and Psychological Assessment in a Residential Setting. Dutch University Press.
Amsterdam.
Frederick Schauer. (2015). The Force of Law. Harvard University Press. Britania Raya.
Gunanegara. (2017) Intelijen Pertanahan Deteksi Dini Kerugian Negara, Dialektika Politik
Hukum Agraria. Tatanusa. Jakarta.
__________. (2017). Hukum Pidana Agraria, Logika Pemberian Hak Atas Tanah dan
Ancaman Hukum Pidana. Tatanusa. Jakarta.
__________. (2019). Pendapat Hukum Bangunan, Fungsi, Dan Penerapan, & Contoh
Pendapat Hakim Pada Tindak Pidana Agraria, ebook. Jakarta.
__________. (2020). Tanah Terlantar, Melanggar Hukum: Catatan Sejarah Hukum, Latar
Belakang, Dan Penegakan Hukum Penertiban Tanah Terlantar. ebooks.
__________. (2021). Hak Negara dan Hak Warga Negara Atas Tanah. Ebooks. Jakarta.
__________. (2021). Pajak Tanah & Pungutan Pensertipikatan Tanah. Perspektif Sejarah
Perundang-Undangan Di Lapangan Hukum Pajak Dan Hukum Agraria. Tatanusa.
Jakarta.
Hambali Thalib. (2009). Sanksi Pemidanaan Dalam Konflik Pertanahan: Kebijakan
Alternatif Penyelesaian Konflik Pertanahan Di Luar Kodifikasi Hukum Pidana.
Kencana. Jakarta.
John M. Scheb. (2013). Criminal Law and Procedure. Wadsworth. California.
Joycelyn M Pollock. (2016). Criminal Law. Eleventh Edition, Routledge. New York.
Mochtar Kusumaatmadja dan B. Arief Sidharta. (2000.) Pengantar Ilmu Hukum, Suatu
Pengenalan Pertama Ruang Lingkup Berlakunya Hukum. Buku I. Alumni. Bandung.
Moeljatno. (2021). Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Bumi Aksara. Jakarta.
Romli Atmasasmita. (2017). Analisis Ekonomi Mikro tentang Hukum Pidana Indonesia,
Prenada Media
________________. (2018). Pengantar Hukum Kejahatan Bisnis. Kencana. Jakarta
Salvatore Lupo. (2009). History of the Mafia. Translated by Anthony Shugar. Columbia
University Press. New York.
Sudarto. (2018). Hukum Pidana 1, edisi revisi. Yayasan Sudarto. Semarang.
Sudaryono dan Natangsa Surbakti. (2017). Hukum Pidana, Dasar-Dasar Hukum Pidana
Berdasarkan KUHP dan RUU KUHP. Mumamadiyah University Press. Surakarta.

106
Sudikno Mertokusumo dan A. Pitlo. (1993). Bab-Bab Tentang Penemuan Hukum. Citra
Aditya Bakti.
Tb. Ronny Rahman Nitisbaskara. (2006). Tegakan Hukum Gunakan Hukum, KOMPAS.
Jakarta.
Widodo. (2009). Sistem Pemidanaan dalam Cyber Crime Alternatif Ancaman Pidana Kerja
Sosial dan Pidana Bagi Pelaku Cyber Crime. Laksbang Mediatama. Yogyakarta
Wirjono Prodjodikoro. (1981). Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia, Cetakan 3, Eresco.
Bandung.

Jurnal
Ahmad Candra, Suhardi, Pratama Dahlian Persadha. (2021). Indonesia Facing The Threat
Of Cyber Warfare: A Strategy Analysis. Jurnal Pertahanan. 7 (3)
Artidjo Alkostar. (2002). Masalah Mafia Peradilan dan Penanggulangannya. Jurnal Hukum.
21 (9).
Agus Raharjo. (2008). Problematika Asas Retroaktif Dalam Hukum Pidana Indonesia.
Jurnal Dinamika Hukum. 8 (1).
Bambang Prayitno. (2021). Pertanggungjawaban Pidana Mafia Tanah Dalam Tindak
Pidana Korupsi. Jurnal Hukum dan Pembangunan Ekonomi, 9 (2).
Dian Aries Mujiburohman. (2021). Transformasi Dari Kertas Ke Elektronik: Telaah Yuridis
Dan Teknis Sertipikat Tanah Elektronik. BHUMI: Jurnal Agraria dan Pertanahan.
Ervin Pratama Saputra, Ibnu Artadi, Sanusi Sanusi. (2022). Pemidanaan Double Track
Sistem Terhadap Pelaku Tindak Pidana Korupsi. Jurnal Hukum Responsif, 13 (2).
Gita Santika Ramadhani, Barda Nawawi Arief, Purwoto. (2012). Sistem Pidana dan
Tindakan “Double Track System” Dalam Hukum Pidana di Indonesia. Diponegoro
Law Review, 1 (4).
Gunanegara dan Sherly Melintan Surya. (2022). Kejahatan Pendaftaran Tanah Oleh
(Oknum) Pejabat ATR-BPN Di Wilayah Polda Metro Jaya Ditinjau Dari Hukum
Administrasi Pemerintahan Dan Hukum Pidana.
Gunanegara. (2022). Kebijakan Negara Pada Pengaturan Hak Atas Tanah Pasca Undang-
Undang Cipta Kerja. Refleksi Hukum: Jurnal Ilmu Hukum, 6 (2).
__________. (2022). Kekuatan Hukum Surat Pernyataan Penguasaan Fisik Sebagai Alas
Hak Pengurusan Hak Atas Tanah. Law Review. XXI (3).
__________. (2022). Penyelesaian BPHTB Terutang Sertipikat PTSL Pasca UU No. 1 Tahun
2022. Lex Jurnalica, 19 (2).
Hans Nelen. (2008). Real estate and serious forms of crime. https://www.researchgate.net/
publication/23648901Real_estate_and_serious_forms_of_crime.
Jordan Dobrowski. (2018). Displacement: Neoliberal Land Warfare and Points of
Intervention. Advocates' Forum. https://crownschool.uchicago.edu/student-life/
advocates-forum/displacement-neoliberal-land-warfare-and-points-intervention
Laode M Syarif and Faisal. Addressing the Root of Political Corruption in Indonesia.
Jurnal Antikorupsi INTEGRITAS, 5 (2).
Marc C.A. Wegerif and Arantxa Guerena. (2020). Land Inequality Trends and Drivers,
MPDP Land, 9 (4)
Max Boholm. (2021). Twenty-five years of cyber threats in the news: a study of Swedish
newspaper coverage (1995–2019). Journal of Cybersecuritym 7 (1).

107
Moh. Akil Rumaday. Kebijakan Hukum Pidana Terkait Perdagangan Pengaruh (Trading In
Influence) Sebagai Tindak Pidana Korupsi. Lex Renaissan, 2 (6).
Osman Goni. (2022). Cyber Crime And Its Classification. Int. Journal of Electronics
Engineering and Applications, 10 (1).
Sohra Sahama, Adinda Shofia, Muhammad Reiza, Bagus Riyono. (2019). Corruption in
Indonesia: An Investigation From Mental Health, Spirituality, And Leadership
Perspectives. Malaysian Journal of Medicine and Health Sciences. 15.
Teguh Prasetyo, Jeferson Kameo. (2020). Tipologi Tindak Pidana Ekonomi Dalam
Perspektif Keadilan Bermartabat. Jurnal Hukum Bisnis Bonum Commune, 3 (2).

Sibermedia
Abhishek Kr. Jaiswal, Prem Kumar. ( Amartya Sen’s Idea Of Welfare Economics, Economic
And Political Thought For A Humane Society.
Ade Sathya Sanathana Ishwara. (2021). Peran Intelijen Kejaksaan Dalam Mengungkap
Dugaan Tindak Pidana Pencucian Uang (Studi Di Kejaksaan Tinggi Nusa
Tenggara Barat). https://fh.unram.ac.id/wp-content/uploads/2021/08/ADE-
SATHYA-SANATHANA-ISHWARA-D1A017003.pdf
Agraria Institute. (2021). Agraria Institute Temukan Bidang Laut Miliki Sertifikat Layaknya
Tanah, Kok Bisa?. Agraria Institute Temukan Bidang Laut Miliki Sertifikat Layaknya
Tanah, Kok Bisa? | deJurnal.com
Ahmad Sofian. (2019). Tafsir Atas Delik Pertanahan (Pasal 167 Dan 385 KUHP).
https://business-law.binus.ac.id/2019/03/03/tafsir-atas-delik-pertanahan-pasal-
167-dan-385-kuhp/
Basel Institute on Governance. (2021). Illicit Enrichment: A Guide to Laws Targeting
Unexplained Wealth. Annex II: Technical guidance for investigators and
prosecutors. https://baselgovernance.org/sites/default/files/2021-
07/Illicit_Enrichment_Annex_2-PAGES.pdf
Charles Griffiths. (2022). The Latest 2022 Cyber Crime Statistics (updated November
2022). https://aag-it.com/the-latest-2022-cyber-crime-statistics/
Detik.com. 5 Fakta Pejabat BPN Mafia Tanah Dijerat Jadi Tersangka.
https://news.detik.com/berita/d-6178183/5-fakta-pejabat-bpn-mafia-tanah-
dijerat-jaditersangka
Fawad Ali. (2022). Blockchain systems have weaknesses in many domains, making mass
adoption of blockchain a far-fetched idea. The Top 6 Problems With Blockchain
Technology (makeuseof.com)
Gabe Lezra. (2022). U.S. Real Estate Secrecy Links Global Corruption, Domestic
Inequality. https://www.justsecurity.org/80790/u-s-real-estate-secrecy-links-
global-corruption-domestic-inequality/
Hans Nicholas Jong. (2019). Indonesian officials charged in $1.6m bribes-for-permits
scheme. https://news.mongabay.com/2019/12/indonesia-palm-oil-permits-
bribes-corruption-kpk/
_________________. (2021). Indonesian official busted over alleged bribe for palm oil
permit. https://news.mongabay.com/2021/11/indonesian-official-busted-over-
alleged-bribe-for-palm-oil-permit/
Ivon Rista Veranda, Lucky Endrawati dan Abdul Madjid. (2015). Urgensi Pencabutan Hak
Menduduki Jabatan Publik Bagi Pelaku Tindak Pidana Korupsi.

108
https://media.neliti.com/media/publications/35620-ID-urgensi-pencabutan-hak-
menduduki-jabatan-publik-bagi-pelaku-tindak-pidana-korups.pdf/ .
Joseph Lee. (2022). Every two days, a land defender is killed. Most are Indigenous. A new
report finds Indigenous people in Brazil, Colombia and the Philippines often face
the highest rates of violence. https://grist.org/article/every-two-days-a-land-
defender-is-killed-most-are-indigenous/
Komisi Pemberantasan Korupsi. (2021). Jual Beli Jabatan, Kenapa Dan Bagaimana
Solusinya. https://www.youtube.com/watch?v=qhYip_HYYy0
Kraig Bergnaum, (2022). Which crimes are the most serious? Which crimes are the most
serious? (legalknowledgebase.com)
Legal Information Institute. https://www.law.cornell.edu/
Margaretha, Mengapa Orang Melakukan Kejahatan.
https://psikologi.unair.ac.id/id_ID/artikelmengapa-orang-melakukan-kejahatan/
Novianto Murti Hantoro. (2021). Upaya Pencegahan Kasus Korupsi Jual Beli Jabatan
Oleh Kepala Daerah, Pusat Penelitian dan Badan Keahlian DPR RI. VIII (18).
https://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-XIII-18-II-P3DI-
September-2021-187.pdf
Orion Cassetto. (2022). 21 Top Cybersecurity Threats and How Threat Intelligence Can
Help. 21 Top Cyber Security Threats: Everything you Need to Know
(exabeam.com)
Reza Pahlevi. (2022). Sinar Mas Kuasai Lahan Lintas Sektor Lebih Luas dari BUMN.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/08/18/sinar-mas-kuasai-
lahan-lintas-sektor-lebih-luas-dari-bumn
Sofian, Ahmad. (2022). Mengenal Kejahatan Korporasi.
https://www.researchgate.net/publication/359434814_MENGENAL_KEJAHATAN
_KORPORASI
Tindak Pidana Korupsi Pada Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap. (tanpa nama, tanpa
tahun).
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/35734/7.%20BAB%2
0III.pdf?sequence=7&isAllowed=y
United Nations Convention Against Corruption (2003).
https://www.unodc.org/documents/treaties/UNCAC/Publications/Convention/08-
50026_E.pdf
Zev Brodsky. (2020). The Real Estate Industry as an Unexpected Target for Hackers.
https://www.perimeter81.com/blog/network/the-real-estate-industry-as-an-
unexpected-target-for-hackers

Putusan Pengadilan
Putusan Mahkamah Konstitusi, Nomor 17/PUU-V/2007 Perihal Pengujian Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2003 Tentang Pemilihan Umum Presiden Dan Wakil
Presiden,
Putusan Mahkamah Agung Nomor 194 PK/PID.SUS/2014
Putusan Mahkamah Agung Nomor 194 PK/PID.SUS/2014
Putusan Mahkamah Agung Nomor 427K/Pid/2015
Putusan Pengadilan Negeri Bengkulu Nomor 335/Pid.B/2015/PN.Bgl
Putusan Mahkamah Agung Nomor 79 PK/PID.SUS/2016

109
Putusan Mahkamah Agung Nomor 79PK/Pid. Sus/2016
Putusan Pengadilan Negeri Barru Nomor 55/Pid.B/LH/2020/PN Bar
Putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Surabaya Nomor 53/Pid.Sus-TPK/2021/PN
Sby
Putusan Pengadilan Negeri Denpasar Nomor 10/Pid.Pra/2022/PN.Dps

Website
ATR/BPN. www.atr/bpn.go.id
BRITANICA DICTIONARY. https://www.britannica.com/
COLLINS DICTIONARY. https://www.collinsdictionary.com/dictionary/english/
HUKUMONLINE. https://www.hukumonline.com/
KBBI Online. www.kbbi.web.id
KPK. https://www.kpk.go.id/
MAHKAMAH AGUNG. www.ma.go.id
PPATK. https://www.ppatk.go.id

--------&&&&&&&--------

110

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai