Anda di halaman 1dari 4

PT PERTAMINA PALI

DISUSUN OLEH :

RAFLI IMANI FIRJATULLAH 01031482225002

MATA KULIAH AKUNTANSI KEBERLANJUTAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
FAKULTAS EKONOMI
S1 AKUNTANSI ALIH PROGRAM
PT Pertamina (Persero) adalah sebuah badan usaha milik negara Indonesia yang
terutama bergerak di bidang minyak dan gas. Untuk menjalankan bisnis utamanya
perusahaan ini memiliki enam subholding yang masing-masing bergerak di bidan
g hulu, kilang & petrokimia, komersial & perdagangan, gas, listrik & energi terbar
ukan, dan pengapalan. Selain itu, melalui anak-anak usahanya yang lain, perusaha
an ini juga berbisnis di bidang asuransi, pelayanan kesehatan, penerbangan, dan p
engembangan properti.
Pertamina merupakan salah satu perusahaan naungan Kementerian BUMN
yang mendapatkan hak monopoli atas produknya. Hal itu dapat terjadi karena peru
sahaan ini didapuk sebagai satu-satunya penghasil energi nasional. Dalam perkem
bangannya, kini Pertamina telah membawahi enam subholding yang bergerak di b
idang energi. Beberapa diantaranya seperti Gas Subholding, Refinery and Petroch
emical, serta Upstream Subholding.

Pertamina satu-satunya BUMN yang memonopoli di industri pertambangan Migas


di Indonesia dan Migas yang dibor dan eksplorasi oleh Pertamina tidak bisa
diperbaharui. Kegiatan eksplorasi Migas juga menyebabkan Carbon (CO2) naik
dan limbah industri menyebabkan Sungai menjadi Hitam dan tercemar.
Seperti pengeboran/eksplorasi Migas di PALI (Penukal Abab Lematang Ilir),
Migas di PALI tidak bisa diperbaharui, Sungai tercermar warna hitam karena
limbah, dan Carbon (CO2) yang ditimbulkan oleh Pertamina sangat tinggi.

Terbukti bahwa data tahun 2021 oleh Kementerian Energi dan Sumber Da
ya Mineral mengatakan bahwa masyarakat mengkonsumsi 23 juta kiloliter (KL)
Pertalite dan hal itu merupakan jenis bahan bakar yang paling banyak dikonsumsi
masyarakat.
23 juta kiloliter (KL) pertalite yang dikonsumsi merupakan 80% yang digunakan
daripada jenis bahan bakar yang lain. Hal tersebut sudah dapat dikatakan bahwa m
asyarakat Indonesia masih sering membeli bahan bakar di PT Pertamina walau su
dah bukan menjadi satu-satunya perusahaan penyedia bahan bakar di Indonesia.
Sebenarnya tidak masalah bagi PT Pertamina sudah bukan memonopoli pa
sar dan memiliki pesaing di Indonesia. Perusahaan swasta lainnya hanyalah altern
atif bagi konsumen dan tidak menjadi pilihan utama karena bukan subsidi dari pe
merintah. Hal itu ditunjukkan karena harga bahan bakar milik perusahaan swasta r
elatif lebih mahal daripada harga bahan bakar milik PT Pertamina.

Berikut ini bahaya yang sering terjadi pada proses pengeboran minyak dan gas.
1. Kebakaran

Penyebab kebakaran terjadi karna pipa - pipa pengeboran yang bocor, atau
konsleting listrik pada tempat pengeboran, bisa juga karna gas – gas yang tertahan
dalam eksplorasi lepas pantai mengalami getaran yang hebat sehingga gas tersebut
terangkat keudara dan terkena sulutan api maka terjadilah kebakaran yang hebat.

2. Ledakan
Ledakan bisa terjadi karena adanyanya drum penampung tersulut api atau
konsleting listrik, ledakan bisa terjadi karna kebarakan yang tidak segera
dipadamkan dengan alat pemadam atau hydran, maka akan terjadi ledakan yang
besar.

3. Uap dan zat berbahaya


Uap dan bahan kimia pada pengeboran memang tidak baik untuk kesehatan,
karena dapat menyebabkan kanker pada diri seseorang. Biasanya pengeboran
menggunakan bahan kimia untuk membersihkan mesin bor atau untuk melumasi
pengeboran agar tidak haus pada perputaran mesinnya.

4. Risiko eksplorasi
Beberapa risiko kemungkinan akan muncul selama eksplorasi fasilitas migas
tersebut. Struktur yang runtuh, kecelakaan, dan penundaan adalah beberapa
tantangan selama proses eksplorasi.
Faktor-faktor seperti pengerjaan atau cacat material, perubahan pola cuaca,
bencana alam, memenuhi persyaratan keselamatan, masalah dengan pekerja, dan
transportasi bahan mempengaruhi waktu penyelesaian dan anggaran proyek.
Lebih lanjut, risiko eksplorasi lebih tinggi ketika ada proses berisiko seperti
pengeboran menggunakan bahan peledak.

Untuk mengurangi resiko terjadinya kecelakaan dan kebakaran maka para


pekerja diharuskan menggunakan pakaian khusus dan perlengkapan diri sesuai
standart keamanan kerja, mengikuti pelatihan dan prosedur kerja yang baik dan
benar, pengecekan rutin perlu dilakukan pada tempat pengeboran mulai dari
rankaian listrik, peralatan kerja, perlengkapan pemadam kebakaran dan lain
sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai