Anda di halaman 1dari 46

SKRIPSI

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN


TINGKAT KEPUASAN DAN MOTIVASI PADA PASIEN DI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BOGOR
TAHUN 2021

Oleh: Susy Ariyanti


NPM 08200100098

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
JAKARTA
2021
HALAMAN PERSETUJUAN

SKRIPSI

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAUPETIK PERAWAT DENGAN


TINGKAT KEPUASAN DAN MOTIVASI PADA PASIEN
DI RSUD KOTA BOGOR
TAHUN 2021

Oleh:
Susy Ariyanti
NPM 08200100098

Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan dalam sidang
Skripsi Program Studi Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju

Jakarta, Desember 2021


Menyetujui,
Pembimbing Tugas Akhir

(Ns. Jumari, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.KMB )

i
HALAMAN PENGESAHAN
Menerangkan skripsi dengan judul:

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAUPETIK PERAWAT DENGAN


TINGKAT KEPUASAN DAN MOTIVASI PADA PASIEN
DI RSUD KOTA BOGOR
TAHUN 2021

Oleh:
Susy Ariyanti
NPM 082001100098

Telah diuji dihadapan Tim Penguji dan diterima sebagai bagian


dari Persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh
gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Jakarta, 13 Januari 2022


Mengesahkan,

Pembimbing, Penguji,

( Ns.Bambang Suryadi, S.Kep.M.Kes)


(Ns. Jumari, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.KMB)

Mengetahui,
Koordinator Program Studi Sarjana Keperawatan

(Ns. Yeni Koto, S.Kep.,M.Kes)

ii
iii
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
Skripsi, Desember 2021

Susy Ariyanti
NPM 08200100098

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAUPETIK PERAWAT DENGAN TINGKAT


KEPUASAN DAN MOTIVASI PADA PASIEN DI RSUD KOTA BOGOR TAHUN
2021

VII BAB + 37 Halaman + 12 Tabel + 6 Lampiran

ABSTRAK

Komunikasi tidak hanya sekedar alat untuk berbicara dengan klien, namun komunikasi antar
perawat dan klien memiliki hubungan terapeutik yang bertujuan untuk menumbuhkan
motivasi dalam proses kesembuhan klien. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan dan motivasi pasien untuk
sembuh di RSUD Kota Bogor tahun 2021. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah menggunakan cross sectional design. Teknik sample yang digunakan menggunakan
total sampling yang berjumlah 70 orang responden. Uji statistik yang digunakan chi square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden diberikan komunikasi
terapeutik sebanyak 43 responden (61.4%) merasa puas sebanyak 46 responden (65,7%) dan
memiliki motivasi tinggi sebanyak 41 responden (58.6%). Didapatkan p value = 0.001 <
0.05 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara hubungan komunikasi
terapeutik perawat dengan tingkat kepuasan dan motivasi pada pasien di RSUD Kota Bogor
tahun 2021.
Kesimpulan : karakteristik hasil penelitian ini meliputi sebagian besar responden berjenis
kelamin perempuan, berusia 36-45 tahun, berpendidikan SMA, memiliki pekerjaan lainnya,
diberikan komunikasi terapeutik, merasa puas, dan memiliki motivasi yang tinggi. Terdapat
hubungan yang signifikan antara komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kepuasan
dan motivasi pada pasien di RSUD Kota Bogor Tahun 2021
Kata kunci: Kepuasan pasien, Komunikasi terapeutik, Motivasi sembuh
Kepustakaan : 43 buku (2014 – 2020/ 7 tahun terakhir)

iv
Abstract
Introduction: Communication is not just a tool to talk to clients, in adition communication
between nurses and clients has a therapeutic relationship that aims to foster motivation in the
client's healing process.
Objective: The purpose of this study was to determine the relationship of nurse therapeutic
communication with patient satisfaction and motivation to recover.
Method: The method used in this research is using a cross sectional design. The sample
technique used is a total sampling of 70 respondents. Statistical test used chi square.
Results: Statistical test used chi square. The results showed that most of the respondents were
given therapeutic communication as many as 43 respondents (61.4%) were satisfied as many
as 46 respondents (65.7%) and had high motivation as many as 41 respondents (58.6%). The p
value = 0.001 < 0.05 indicates that there is a significant relationship between the nurse's
therapeutic communication relationship with the level of satisfaction and motivation in
patients.
Conclusion: The characteristics of the results of this study include that most of the respondents
are female, aged 36-45 years, have high school education, have other jobs, are given
therapeutic communication, feel satisfied, and have high motivation. There is a significant
relationship between nurse's therapeutic communication with the level of satisfaction and
motivation in patients.

Keywords: patient satisfaction, therapeutic communication, healing motivation

v
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
judul "HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAUPETIK PERAWAT DENGAN
TINGKAT KEPUASAN DAN MOTIVASI PADA PASIEN DI RSUD KOTA
BOGOR TAHUN 2021", sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana
Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM) Jakarta.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak mungkin terselesaikan tanpa adanya
dukungan, bantuan, bimbingan, dan nasehat dari berbagai pihak selama penyusunan skripsi
ini. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang setinggi tingginyakepada:
1. Drs. H. Jacub Chatib Selaku Ketua Yayasan Indonesia Maju
2. Prof. Dr. Dr. dr. Hafizurrachman, MPH. Selaku Pembina Yayasan Indonesia Maju
3. Ibu Dr. Astrid Novita, S.KM.,MKM selaku Ketua Umum Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM).
4. Bapak Ns. Bambang Suryadi M. Kes selaku Kepala Departemen Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM) dan selaku dosen penguji
yang telah memberikan masukan dan saran untuk perbaikan.
5. Ibu Ns. Yeni Koto, S.Kep., M.Kes selaku koordinator riset keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM).
6. Bapak Ns.Jumari,S.Kep,M.Kep,Sp.Kep.MB sebagai Dosen pembimbing skripsi
yang telah memberikan bimbingan, saran dan motivasi dengan penuh kesabaran.
7. Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bogor sebagai tempat dilakukannya penelitian
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan bapak, ibu dan saudara semua
dengan pahala yang berlipat ganda. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini jauh
dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritikan dan saran untukperbaikan
kedepannya.
Jakarta, Januari 2022

Penulis

Susy Ariyanti
vi
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii


ABSTRAK .................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................. v
DAFTAR TABEL......................................................................................... vii
DAFTAR SKEMA....................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Road Map Penelitian ....................................................................... 3
C. Urgensi Penelitian ........................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ............................................................................. 5
B. Penelitian Terkait ........................................................................ 11
C. Kerangka Teori ........................................................................... 12
D. Kerangka Konsep........................................................................ 13
E. Hipotesis ..................................................................................... 13
BAB III TUJUAN DAN MANFAAT
A. Tujuan penelitian ........................................................................ 14
1. Tujuan Umum ........................................................................ 14
2. Tujuan Khusus ....................................................................... 14
B. Manfaat penelitian ...................................................................... 14
1. Manfaat Aplikatif ................................................................... 14
2. Manfaat Teoritis ..................................................................... 14
3. Manfaat Metodologis ............................................................. 14

vii
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ........................................................................... 15
B. Prosedur Penelitian dan Tahapan Penelitian ................................ 15
1. Langkah-Langkah Penelitian .................................................. 15
2. Alat Pengumpul Data ............................................................. 16
3. Definisi Operasional ............................................................... 18
4. Objek dan Sampel Penelitian .................................................. 21
5. Pengolahan Data ..................................................................... 21
6. Analisis Data .......................................................................... 22
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ............................................................................23

B. Pembahasan .................................................................................27

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan..................................................................................36

B. Saran ...........................................................................................37

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................ix

vii
i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Layanan kesehatan yang memberikan layanan langsung terhadap pengguna


layanan diantaranya Rumah Sakit yang didalamnya mencakup layanan keperawatan.
Layanan keperawatan ditentukan dari kinerja pelayanan keperawatan itu sendiri yang
dipengaruhi oleh jenis pelayanan langsung yang diberikan, pelayanan perawatan
dikelola oleh manajemen pelayanan, dan perawat sebagai pemberi layanan
langsung.1 Petugas pelayanan tentunya perawat yang merupakan seorang telah
dinyatakan lulus jenjang jenjang pendidikan baik di dalam maupun di luar negeri dan
diakui secara hukum serta memiliki bukti yang tertulis berupa surat registrasi. 2
Mutu layanan keperawatan ditentukan tidak hanya sebatas ketepatan pemberian
layanan, tetapi juga oleh terpeliharanya hubungan yang baik antara pemberi layanan
dengan pengguna layanan. Terpeliharanya hubungan layanan ini berkaitan dengan
komunikasi antara pengguna layanan dengan pelayanan yakni perawat dalam
memberikan asuhannya dengan komunikasi terapeutik (terapi komunikasi). 3
Keterampilan pemberian asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat
menggunakan komunikasi terapeutik dengan pemenuhan kebutuhan pasien secara
holistic.4
Komunikasi yang dilakukan perawat dengan tujuan terapi merupakan
komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik dapat membantu pasien mengatasi
masalah mereka secara asertif.5 Komunikasi merupakan aspek penting dalam asuhan
keperawatan bagi seorang perawat. Keterampilan yang dimiliki perawat dalam
berkomunikasi merupakan salah satu keterampilan dasar yang merupakan modal
dalam memberikan asuhan atau disebut juga komunikasi interpersonal. 6
Komunikasi sebagai alat dalam menjalin hubungan dengan pasien saja, tetapi
komunikasi perawat dan pasien bertujuan menjaga hubungan terapeutik
dimaksudkan untuk meningkatkan motivasi dalam proses penyembuhan kesehatan.
Motivasi pemulihan dapat mempengaruhi kesembuhan klien, jika tidak didukung
oleh motivasi pemulihan klien akan menghambat proses penyembuhan. 7

1
Kepuasan pelanggan bagian dari salah satu indikator layanan kinerja
klinis rumah sakit. Karena rasa puas pasien dalam mendapatkan layanan adalah
tingkat yang dirasakan setelah membandingkan kinerja yang dirasakannya atau
hasil yang diterima dalam kaitannya dengan harapan. 8
Motivasi salah satu yang dapat meningkatkan kesembuhan pasien, hal
tersebut dikarenakan dengan motivasi pasien akan terdorong dalam melakukan
pengobatan. Menurut Sour (2003) dalam Lutviasari (2016) motivasi adalah
sebuah istilah menggambarkan pada situasi motivasi yang diawali dari dalam
diri. perilaku yang di rangsangnya baik tujuan maupun akhir gerakan-gerakan
atau tindakan.9 Jika seorang pasien dinyatakan oleh dokter menderita penyakit
tertentu, jika motivasi pasien tidak didukung, tentu memperburuk kondisi
penyembuhan. Dorongan yang berasal dalam diri untuk sembuh dan
menunjukan perilaku menuju kesembuhan yang diinginkan. Masalah muncul
saat pasien dengan penyakit tidak termotivasi untuk menyembuhkan dirinya
sendiri. Kendala ini dapat muncul ketika lingkungan di luar kurang dan dapat
mempengaruhi motivasi pasien. Pasien perlu dukungan dan bantuan dari orang
disekitarnya, dukungan informasi penting untuk pasien agar mendapatkan
informasi yang dibutuhkan .10
Rumah sakit sebagai fasilitas kesehatan merupakan bukti betapa
profesionalnya pelayanan kesehatan yang dikemas. Setiap daerah
mendeklarasikan rumah sakit daerahnya sebagai fasilitas kesehatan yang
mampu menjawab tantangan masyarakat. Seperti halnya di R S U D Kota
Bogor. Hasil survei penilaian asuhan keperawatan di R S U D Kota Bogor
bulan Juli tahun 2021 dari 117 responden didapatkan bahwa responden 42%
responden mengalami puas dan 58% memiliki tingkat kepuasan sangat puas.

2
B. Road Map Penelitian

Dari penelitian sebelumnya:

1. Burhanuddin basri (2018)15 dalam penelitiannya tentang komunikasi


terapeutik terhadap kepuasan pasien di R S U D Poso. Pada penelitian ini
jumlah responden yaitu sebesar 96 responden. Analisis data menggunakan
uji chi square menunjukkan komunikasi terapeutik yang dilakukan
perawat tidak efektif pada 3 responden (72,3%). Tingkat kepuasan
keluarga terhadap layanan keperawatan rawat inap Rumah Sakit P
menunjukan lima responden (56,3%). Didapatkan hubungan yang
signifikan p - value = 0,0 komunikasi keperawatan dengan kepuasan pasien
dirawat inap.11
2. Safitri (2019)12 dalam penelitiannya tentang gambaran pelaksanaan
komunikasi terapeutik di Rumah Sakit Sultan Agung Semarang. Penelitian
ini dilakukan pada pasien dewasa dengan jumlah responden sebesar 87
responden dengan teknik total sampling. Hasil penelitiannya menunjukan
62% praktik terapi komunikasi perawat sudah tepat. Periode arah adalah
59,77% dalam kategori benar. Tahap kerja 62,07% dengan nilai baik.
Periode akhir 63,22% benar, 53% empati, 59% ketulusan yang bagus.
3. Reno (2021)13 melakukan penelitian dengan judul komunikasi terapeutik
perawat terhadap kesembuhan pasien DM di Rumah Sakit XX, dengan
sampel sebesar 37 responden. Didapatkan bahwa 81,1% mendapatkan
komunikasi terapeutik yang baik. 27 responden mendapatkan komunikasi
terapeutik yang baik dan motivasi tinggi untuk sembuh. 7 responden
mendapatkan komunikasi terapeutik yang buruk, dan 6 responden (16,2%)
memiliki motivasi yang rendah. P - value yang diperoleh 0,001 yang
berarti memiliki hubungan yang signifikan. Kesamaan penelitian adalah
variabel komunikasi terapeutik, sedangkan perbedaannya adalah variabel
kepuasan pasien, motivasi, jumlah sampel, waktu dan lokasi penelitian.
Penelitian karya tulis ilmiah ini bertujuan untuk menghasilkan luaran
publikasi ilmiah yang terindeks nasional. Indikator capaian yang penulis
harapkan adalah artikel ilmiah dapat diterima dan dipublikasikan secara
ilmiah.

3
Penelitian Sebelumnya Penelitian Saat ini Penelitian Selanjutnya

Hubungan komunikasi Hubungan komunikasi Hubungan komunikasi


terapeutik perawat terapeutik perawat terapeutik perawat dengan
dengan tingkat kepuasan dengan tingkat kepuasan tingkat kepuasan pasien
pasien pasien dan motivasi dan motivasi pasien

C. Urgency Penelitian

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan 26-27 Agustus 2021 di


ruang rawat inap R S U D Bogor, berdasarkan wawancara didapatkan 15
pasien, 9 diantaranya menyatakan tidak puas dan puas pasien menyatakan
cukup puas. Berdasarkan studi pendahuluan didapatkan bahwa masih ada
perawat yang tidak menjelaskan tindakannya. Menjawab jika ditanya dan
mengatakan terdapat tiga perawat yang tidak ramah, atau kurang senyum.
Hasil wawancara pada 15 orang pasien didapatkan 10 responden motivasi
rendah, 5 responden dengan motivasi besar.
Permasalahan diatas merupakan latar belakang perawat melakukan
penelitian dengan judul “Hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan
tingkat kepuasan dan motivasi pada pasien di R S U D Kota Bogor tahun
2021”.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1) Komunikasi Terapeutik
a. Definisi
Interaksi antara perawat terhadap pasien sehingga berlangsung jalinan
hubungan saling berbagi pengalaman belajar dalam rangka proses
pemulihan kesehatan disebut komunikasi terapeutik.4

b. Tahapan Komunikasi Terapeutik


Komunikasi terapeutik terdiri dari beberapa langkah yang jika
dilakukan dengan benar akan menimbulkan kepuasan bagi pasien yang
dirawat, Adapun tahapan komunikasi terapeutik dapat dilakukan melalui
beberapa fase diantaranya:

1) Fase Pra interaksi

Fase ini bagian dari persiapan perawat sebelum bertemu pasien.


Pada bagian ini digunakan untuk mengumpulkan data, menyelidiki
emosi dan menjadwalkan atau merencanakan pertemuan yang terdiri
dari tindakan, waktu, dan lokasi.

2) Fase Orientasi

Fase ini terdiri dari proses perkenalan terhadap pasien, Perawat


bertemu berkenalan, menyapa, tersenyum, melakukan konfirmasi
(kognitif, mental, emosional). Perawat memberitahukan informasi diri
yaitu nama, bertanya nama pasien, menerangkan maksud dan tujuan
tindakan atau, waktu yang diperlukan dalam menyelesaikan tindakan
serta menjelaskan tindakan.

3) Fase Kerja

Fase kerja ini berisikan tindakan yang melibatkan pasien dengan


mempersilahkan pasien bertanya menanyakan keluhan yang dirasakan.
Memulai kegiatan yang telah direncanakan. Interaksi pasien dan
perawat yang hangat meminimalkan rasa takut, ketidakpercayaan,
kecemasan atau tekanan terhadap pasien. Selama

5
fase ini perawat secara aktif mendengarkan dengan perhatian penuh
dalam rangka menyelesaikan permasalahan yang dihadapi pasien.

4) Fase Terminasi

Fase ini disebut juga fase penutupan, kegiatan pada fase ini dilakukan
perawat dengan memberikan kesimpulan aktivitas, memberikan
reinforcement positif, melakukan perencanaan tindak lanjut, kontrak
yang akan datang serta menggunakan cara yang benar. 14

c. Pengukuran Komunikasi Terapeutik


Instrumen kuesioner komunikasi terapeutik sebagai salah satu
instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan layanan
15
kesehatan dalam menerapkan komunikasi terapeutik kepada pasien.

2. Kepuasan Pasien
a. Definisi Kepuasan pasien
Perasaan senang yang dialami individu ketika membandingkan kesenangan
suatu kegiatan dan suatu produk dengan harapannya.3

b. Cara Ukur Kepuasan Pasien


1) Survei kepuasan pasien

Via telepon, pos, email, google form, tatap muka

2) Fasilitas Keluhan dan saran

Kotak saran di lokasi strategis, email, web site, media sosial dll.

3) Pembeli bayangan

Suatu pengamatan pengguna layanan jasa oleh seseorang yang berpura-


pura sebagai pesaing atau pelanggan dan melakukan pengamatan dalam
aspek kualitas produk serta pelayanan yang diberikan.

4) Analisis kehilangan pasien (lost customer analysis)


Yakni hubungi atau wawancarai pelanggan tertentu yang telah berubah
untuk mengetahui alasan dengan meningkatkan layanan.

Kualitas pelayanan dapat digambarkan dan ditentukan menggunakan


“RATER” (responsiveness, assurance, tangible, empathy, reliability). 16

6
1. Daya Tangkap (responsiveness)
Pengambilan keputusan yang mendukung dalam memberikan layanan
yang cepat (responsive) tepat pada pasien serta penyebaran informasi
yang jelas. Daya tanggap mengacu pada kemauan dan kemampuan staf
medis untuk memberikan pelayanan guna membantu pasien dan segera
menanggapi permintaan mereka.

2. Jaminan (assurance)
Kemampuan membangun kepercayaan antara profesional kesehatan. Ini
mencakup sejumlah faktor termasuk komunikasi, kredibilitas,
keamanan, kompetensi, dan kesopanan. Kemampuan staf medis dalam
menumbuhkan kepercayaan dan keyakinan pasien dengan pengetahuan
dan kesopanannya.

3. Bukti fisik (tangible)


Ketersediaan sarana, peralatan sarana komunikasi terdiri dari gedung
ruang resepsi ketersediaan tempat parkir, kebersihan, ketertiban dan
kenyamanan ruangan, kecukupan alat komunikasi yang keberadaan
tenaga medis. Indikator yang termasuk dalam bukti fisik (tangible)
adalah fasilitas, peralatan, staf atau SDM dan sarana komunikasi.

4. Empati (Empathy)
Ini adalah upaya dalam memahami permasalahan pasien dan bertindak
dalam rangka kepentingan mereka. Indikator aspek ini adalah
kemudahan komunikasi, pemahaman kebutuhan dasar manusia serta
perhatian pribadi.

5. Keandalan (Reliability)
Sebagai kemampuan profesional layanan kesehatan yang dijanjikan
secara akurat, andal, memuaskan yang berarti kecepatan, layanan yang
diberikan kepada semua pasien.17

3. Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat dengan Kepuasan Pasien


Komunikasi sebagai kemampuan dan keterampilan yang dimiliki perawat
untuk membantu pasien mengatasi masalahnya, belajar dari pengalaman
perawat dan pasien, meningkatkan pengalaman emosional perawat dan pasien. 18
7
dan jika tidak dilakukan akan mengganggu jalannya pengobatan. Hubungan
yang mempengaruhi kepuasan pasien. Pengguna layanan atau pasien dan
keluarga akan merasa puas jika harapan dan layanan yang diterima sesuai atau
bahkan melebihi apa yang diharapkannya.19 Kepuasan berkaitan dengan kualitas
pelayanan. Peningkatan kualitas pelayanan di Rumah Sakit dapat dilakukan
dengan mengetahui tingkat kepuasan pasien.20

4. Motivasi Sembuh

Motivasi merupakan sebuah istilah umum yang mengacu kepada proses gerak
atau konteks gerakan, dorongan yang muncul setiap orang, perilaku yang
dilakukannya serta tujuan atau akhir tindakan. 21 Selain itu motivasi dapat
didefinisikan sebagai internal psikologis, motivasi yang mendukung jenis
tindakan tertentu. Konsep tersebut menunjukan bahwa pemikiran tentang suatu
dorongan dalam diri seseorang yang mendorong terjadinya suatu perilaku untuk
memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti makan, bermain, bersenang-senang
dan lainnya.22

a. Faktor yang mempengaruhi motivasi


Faktor tersebut meliputi: 23
1) Faktor Internal
a. Faktor fisik

Sesuatu yang berhubungan dengan kondisi fisik diantaranya


kesehatan pasien. Ketidakmampuan fisik dan kecacatan yang tidak
dapat disembuhkan berbahaya bagi penyesuaian individu. Penderita
cacat fisik akibat kesehatan yang buruk membuat mereka selalu
kecewa dengan kesehatannya.

b. Faktor Proses Mental.

Sebagai bagian yang tidak begitu saja, tetapi memerlukan suatu


kebutuhan sebagai dasar timbulnya motivasi. Pasien dengan fungsi
mental yang normal menimbulkan bias positif pada diri sendiri.

c. Keinginan dalam diri

Keinginan tidak terhalang oleh penyakit dalam kehidupan sehari-


hari, selalu ingin menikmati prestasi puncak karirnya. Merasa belum
mencapai potensi maksimal yang dimilikinya.
8
d. Kematangan usia.

Keputusan dalam menentukan suatu tindakan sangat dipengaruhi


oleh kematangan usia, seperti keputusan menerapkan pengobatan
mendorong pemulihan pasien.

2) Faktor Eksternal 24
a) Faktor lingkungan merupakan faktor disekitar pasien baik fisik,
psikologis dan sosial. Lingkungan yang tidak mendukung dapat
menimbulkan stres. Secara fisik tata letak ruangan di Rumah Sakit
pembangunan suatu gedung akan menentukan pengaruh terhadap
stres dan secara biologis lingkungan tidak mengganggu
kenyamanan yang dapat menimbulkan stres.

b) Dukungan sosial mencakup informasi atau nasihat verbal dan atau


nonverbal, dukungan atau tindakan yang nyata diberikan oleh
kedekatan sosial atau diperoleh dengan kehadiran yang memiliki
manfaat secara mental atau berdampak pada penerimanya.
Dukungan sosial sangat berpengaruh terhadap terhadap pemulihan
pasien, termasuk dukungan emosional, instrumental, informasi,
dan dukungan jaringan. Komunikasi terapeutik dimaksudkan untuk
membantu pasien secara efektif dalam memenuhi kebutuhan yang
dalam keadaan sakit pasien merasakan ketakutan, kecemasan, atau
keyakinan pasien tentang kesehatannya. 25

c) Sarana dan Prasarana meliputi latar belakang dapat di akses sebagai


pendorong di belakang pemulihan pasien. Fasilitas tersebut antara
lain tersedianya dana yang cukup untuk merehabilitasi pasien,
tersedianya peralatan medis untuk membantu kesembuhan
pasien.26

d) Media adalah dukungan informasi pengetahuan mengenai


penyakit, nasihat, dan petunjuk sarana. Dengan adanya media
pasien akan sadar kesehatannya yang diharapkan sebagai
pendorong pemulihan kesehatannya.26

b. Kesembuhan atau kesehatan


Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2020, sehat dapat

9
diartikan sejahtera fisik, mental dan sosial, serta bebas penyakit, kelemahan
tanpa mengalami rasa sakit atau tidak nyaman. Pada dasarnya kesehatan
adalah kontinum, terletak antara sehat dan sakit. Kesehatan didefinisikan
sebagai keadaan seimbang antara keadaan kesejahteraan fisik, mental,
spiritual dan sosial yang memberi peluang seseorang untuk hidup tanpa
bergantung pada orang lain, berguna dan bermanfaat, perlu intervensi dan
perawatan medis yang berperan sama dalam penyembuhan penyakit .28

B. Penelitian Terkait

Tabel 2.1 Penelitian Terkait

No Nama Judul dan tahun Metode Hasil


Peneliti Penelitian
1. Burhanuddin Hubungan Desain Analitik Hasil yang ditunjukan bahwa
basri komunikasi deskriptif komunikasi terapeutik yang
terapeutik menggunakan efektif sebesar 73%. Sedangkan
dengan kepuasan pendekatan cross kepuasan keluarga pasien 56%
pasien rawat inap sectional tidak puas. Didapatkan p value
Rumah Sakit 0,04 yang berarti terdapat
XX pada tahun hubungan signifikan
2018

2 Ismaya Gambaran Desain penelitian Hasil menunjukan bahwa


DwiSafitri komunikasi deskriptif dari62% pelaksanaan
terapeutik komunikasi terpeutik perawat
perawat di ruang dengan kategori baik. Fase
rawat inap RSI orientasi 60% dalam kategori
Sultan Agung baik. fase kerja sebanyak
Semarang tahun 62,07% dalam kategori baik.
2019 Fase terminasi 63,2% baik,
empati 52,9% dalam kategori
baik. Keikhlasan sebanyak
58,62% dalam kategori baik.
3 Reno Hubungan Desain penelitian Hasil penelitian didapatkan 37
Kalidupa komunikasi observasional cross responden didapatkan 30
terapeutik sectional responden (81,1%). 73%
perawat dengan mendapatkan komunikasi
motivasi sembuh terapeutik yang baik dan
pada pasien motivasi yang tinggi untuk
diabetes melitus sembuh. Sedangkan dari 7
di ruang rawat responden yang mendapatkan
inap komunikasi terapeutik buruk
memiliki motivasi yang rendah.
Didapatkan p value 0,001 .

B. Kerangka Teori

10
Komunikasi terapeutik :
Tingkat
1. Daya tanggap (responsiveness) kepuasanpasien
2. Jaminan (assurance)
3. Bukti fisik (tangible)
4. Empati (empathy)
Tahapan komunikasi terapeutik
a. Fase prainteraksi Karakteristik pasien
b. Fase orientasi 1. Jenis kelamin
c. Fase kerja 2. Umur
d. Fase terminasi
3. Pendidikan
5. Keandalan (reliability)

Dukungan sosial Motivasi pasien

Sumber: Nursalam (2015), Uno (2021)

C. Kerangka Konsep

VARIABEL DEPENDEN
VARIABEL INDEPENDEN
Tingkat kepuasan pasien
Komunikasi terapeutik perawat
dan motivasi

VARIABEL PEMICU
Tingkat kepuasan pasien
dan motivasi

D. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban peneliti yang dirumuskan berdasarkan masalah penelitian.

Ho: tidak ada hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan
pasien dan motivasi di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bogor tahun 2021

Ha: Ada hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien dan
motivasi di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bogor tahun 2021.

11
BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT
A. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat
kepuasan dan motivasi pada pasien R S U D Kota Bogor tahun 2021
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik responden di ruang rawat inap R S U D Kota
Bogor tahun 2021
b. Mengidentifikasi gambaran komunikasi terapeutik perawat di ruang rawat
inap R S U D Kota Bogor tahun 2021
c. Mengidentifikasi gambaran tingkat kepuasan pasien di ruang rawat inap R S
U D Kota Bogor tahun 2021
d. Mengidentifikasi gambaran motivasi pasien untuk sembuh di ruang rawat R
S U D Kota Bogor tahun 2021
e. Menganalisa adanya hubungan komunikasi terapeutik dengan tingkat
kepuasan pasien di R S U D Kota Bogor tahun 2021
f. Menganalisa adanya hubungan komunikasi terapeutik dengan motivasi pada
pasien di R S U D Kota Bogor tahun 2021
B. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Aplikatif
Bagi institusi dalam implementasi komunikasi terapeutik perawat terhadap
pasien guna untuk meningkatkan kepuasan dan motivasi pasien dalam proses
perawatan di R S U D Kota Bogor dan bagi perawat agar menjadikan SOP dalam
pelaksanaan Tindakan keperawatan, menjadikan komunikasi terapeutik sebagai
dasar utama pelaksanaan proses keperawatan.
2. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian menjadi referensi ilmiah bagi peneliti lain yang akan
mengambil jenis yang sama seperti penelitian ini.
3. Manfaat Methodology
Dapat dijadikan sebagai bahan pengetahuan atau bahan referensi untuk
penelitian berikutnya dan manfaat bagi berkembangnya ilmu keperawatan
khususnya di Indonesia.

12
BAB V
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Rancangan penelitian yang dijadikan pedoman dalam merencanakan dan

melaksanakan penelitian guna mencapai tujuan dan menjawab pertanyaan penelitian.

Desain yang dipakai peneliti adalah kuantitatif cross sectional study. Jenis penelitian

metode cross sectional menekankan pada waktu pengamatan data baik variabel

bebas maupun terikat secara bersamaan pada waktu tertentu atau hanya satu kali

dalam satu waktu.3 Setiap subjek penelitian tidak hanya melakukan satu kali

pengamatan.29

B. Prosedur Penelitian dan Tahapan Penelitian


1. Langkah-Langkah Penelitian
Peneliti menentukan judul skripsi dan diajukan kepada pembimbing.
Sesudah judul proposal disetujui oleh pembimbing skripsi, langkah berikutnya
peneliti mengurus surat izin penelitian di Institusi Sekolah Tinggi Ilmu
KesehatanIndonesia Maju
a. Peneliti menyerahkan surat izin penelitian kepada R S U D Kota Bogor.
b. Sesudah peneliti mendapatkan izin penelitian maka dilakukan uji etik oleh
Bagian Diklat Rumah Sakit dan Bagian Akademik kampus Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Indonesia Maju.
c. Responden diambil dari seluruh pasien rawat inap di R S U D Kota Bogor.
d. Peneliti memperkenalkan diri pada responden dan mengajukan surat izin
penelitian.
e. Peneliti melakukan bina hubungan saling percaya terhadap responden.
f. Peneliti menerangkan maksud dan tujuan dilakukan penelitian
g. Peneliti memberikan kesempatan responden untuk menandatangani surat
persetujuan menjadi responden
h. Peneliti mempersilahkan responden untuk mengisi kuesioner yang telah
disediakan.

13
i. Peneliti melakukan pengolahan data.
j. Peneliti menjelaskan kesimpulan dan pelaporan penelitian.

2. Alat Pengumpul Data


Instrumen penelitian adalah alat untuk mengumpulkan data pada saat
melakukan penelitian.31 Alat ukur yang digunakan terdiri dari kuesioner
demografi, kuesioner komunikasi terapeutik, kuesioner kepuasan pasien.
a. Kuesioner Data Demografi
Usia, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan dan lama rawat di
Rumah Sakit merupakan data demografi yang ditanyakan.
b. Kuesioner Komunikasi Terapeutik Perawat
Alat yang digunakan untuk komunikasi terapeutik
keperawatan yang telah digunakan diadopsi dari skripsi Chotimah
yang telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas r hitung > r tabel dengan
menggunakan 15 pernyataan pada variabel komunikasi terapeutik
didapatkan hasil yang jumlah r hitung > 0.514 yaitu 15 pernyataan
dikatakan valid, dan telah di uji reliabilitas pada variabel komunikasi
terapeutik didapatkan hasil 0,939 maka kuesioner tersebut dikatakan
reliabel karena cronbach alpha > 0,7.
c. Kuesioner Kepuasan Pasien
Kuesioner ini bersumber dari kuesioner telah baku dan dipakai
di R S U D Kota Bogor. Kuesioner ini telah digunakan dalam
pelayanan keperawatan,

d. Kuesioner Motivasi Pasien


Instrumen motivasi sembuh mengacu kepada motivasi Conger,
(1997) dalam Ryan & Deci, (2017). 31 kuesioner ini yang telah di uji
validitas dan reliabilitasnya yang terdiri dari 15 pertanyaan,
didapatkan hasil jumlah r hitung > 0.514 yaitu 15 item pertanyaan dan
pernyataan dikatakan valid, dan telah di uji reliabilitas pada variabel
motivasi pasien didapatkan hasil 0,896 maka kuesioner tersebut
dikatakan reliabel karena cronbach alpha > 0,7.

a. Motivasi intrinsik

b. Menilai aspek positif


14
c. menitikberatkan pada tercapainya tujuan

d. Energi dan kepercayaan yang mendorong kemampuan individu

Pilihan isian yang dipakai yaitu skala likert 1 jika sangat tidak setuju,
2 untuk tidak setuju, 3 itu kadang-kadang, 4 adalah setuju, serta nilai
5 sangat setuju.

Tabel 4.1 Daftar kuesioner motivasi sembuh pada pasien

No. Komponen Kuesioner motivasi sembuh Nomor Total


1 Pengetahuan 6 1
2 Stimulasi / pengalaman positif 1,8 2
3 Prestasi 2,10,12 3
4 Menilai aspek positif 3,5, 11 3
5 Berorientasi pada pencapaian tujuan 4,13 1
Kekuatan dan keyakinan yang mendorong 7, 9,14,15 4
6
Individu
Total 15

15
3. Definisi Operasional

Tabel 4.2 Definisi Operasional


Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur Skala Kriteria Penilaian
Variabel Komunikasi terapeutik Kuesioner Nominal Komunikasi terapeutik
Komunikasi terapeutik terdiri
independen perawat adalah komunikasi dari : perawat dengan pilihan
(variabel yang dilakukan perawat Fase pra interaksi jawaban menggunakan
bebas): kepada pasien secara sadar, Fase orientasi skala Likert
Komunikasi tujuan dan kegiatannya Fase kerja 5 : Selalu
4 : Sering
terapeutik difokuskan untuk Fase Terminasi
3 : Cukup
perawat membantu proses 2 : Kadang-kadang
1 : Tidak Pernah
kesembuhan pasien.
interpretasi hasil
1. Terapeutik
Jika responden memperoleh
 40 (mean)
C. Tidak terapeutik
Jika responden memperoleh
 40 (mean)

16
Variabel Perasaan pasien yang timbul setelah Kepuasan pasien: Kuesioner Nominal Kepuasan pasien dengan
dependen menerima pelayanan yang diberikan 1. Responsiveness pilihan jawaban menggunakan
(variabel oleh perawat dan sesuai dengan apa ( tanggung jawab ) skala Likert
terikat): yang diharapkan pasien 2. Assurance 5 : Sangat Puas
4 : Puas
Kepuasan ( kepercayaan )
3 : Cukup Puas
pasien 3. Tangibles ( kenyataan ) 2 : Tidak Puas
1 : Sangat tidak puas
4. Empathy ( Empati )
dengan interpretasi hasil
5. Reliability ( keandalan )
1. Puas
Jika responden memperoleh
40 (mean)
2. Tidak puas
Jika responden memperoleh
 40 (mean)

17
Motivasi Kekuatan mental yang berasal dari dalam
10 item pernyataan mengenaiKuesioner Nominal
Motivasi pasien dengan
pasien mendorong bertindak yang
sembuh motivasi sembuh meliputi pilihan jawaban dengan
bertujuan untuk kesembuhan pasien. menggunakan skala Likert
motivasi intrinsik, dan aspek
kesembuhan dalam Ryan 5 : Sangat setuju

2017: 4 : Setuju

1. Pengetahuan 3 : kadang setuju

2. Prestasi 2 : Tidak setuju

3. Stimulasi 1 : Sangat tidak setuju

4. Memiliki sikap positif Dengan interpretasi hasil

5. Berorientasi pada 1. Motivasi tinggi

pencapain tujuan Jika responden memperoleh


> 40 (mean)
6. Kekuatan yang
2. Motivasi rendah
mendorong individu
Jika responden memperoleh
< 40 (mean)

18
4. Objek dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian terdiri dari subjek yang memenuhi kriteria
penelitian.3 Penelitian ini merupakan seluruh pasien yang di rawat di ruang rawat
inap RSUD Bogor rata-rata pasien per bulan sejumlah 70 pasien.

Dijadikan sebagai subjek penelitian sampel, 3 yaitu semua pasien yang


berobat memenuhi kriteria dibawah ini:

1. Kriteria inclusion

a. Pasien yang setuju menjadi responden penelitian

b. Sebuah pasien rawat di Rumah Sakit lebih dari 3 hari.

c. Pasien mampu berkomunikasi dengan baik

2. Kriteria exclusion

a. Pasien yang tidak mampu berkomunikasi dengan baik.

b. Sebuah pasien di Rumah Sakit < 3 hari.

c. Terjadi perburukan kondisi

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling yang
dimaksud total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana seluruh
anggota populasi dijadikan sampel semua. 29 Penelitian ini dilakukan di R S U D
Kota Bogor Jl. Dr. Sumeru No.120 Menteng Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa
Barat. Waktu penelitian dimulai dari penyusunan proposal sampai dengan sidang
proposal pada bulan November 2021 hingga penelitian akhir pada bulan
Desember 2021. Pengambilan data dilakukan mulai bulan November -
Desember 2021.

5. Pengolahan Data
Pengolahan data menggunakan aplikasi komputer seperti Excel, SPSS,
dan lainnya. Adapun tahapan pengolahan data :

Editing adalah pemeriksaan ulang pada data yang terhimpun. Hasil observasi
yang diperoleh dan data yang dikumpulkan melalui questionnaire perlu
disunting (edit) terlebih dahulu untuk pengecekan dan perbaikan formulir isian
atau questionnaire dari dua variabel.

Coding adalah data yang diperoleh dalam bentuk huruf diubah menjadi data
19
dalam bentuk angka dimana komunikasi terapeutik yaitu 1 untuk Komunikasi
yang terapeutik dan 2 untuk komunikasi yang tidak terapeutik. Untuk tingkat
kepuasan pasien angka 1 untuk puas dan 2 untuk tidak puas. Untuk penilaian
angka 1 dengan motivasi tinggi, angka 2 untuk motivasi rendah.

Tabulasi data adalah pengiriman data, sesuai dengan tujuan penelitian. Dimana
peneliti memasukkan data dari penelitian di lapangan dalam tabel.

Processing dilakukan bila seluruh kuesioner terisi semua dan benar, serta telah
diberikan kode untuk setiap jawaban responden pada kuesioner ke dalam
aplikasi pengolahan data di komputer.

Cleaning data pemeriksaan kembali pada data yang dientri, apakah telah sesuai
atau belum.30 Perlu adanya pemeriksaan ulang sehingga menurunkan terjadinya
salah kode, tidak lengkapnya isian dan kesalahan lainnya setelah itu pembetulan
atau koreksi dilakukan.

6. Analisis Data

a. Analisis univariate

Analisis univariate mencakup deskripsi karakteristik masing-masing variabel


penelitian. Bentuk analisis univariat tergantung pada jenis datanya. Analisis ini
ditujukan untuk mengetahui variabel distribusi rata-rata yang meliputi
komunikasi terapeutik, kepuasan pasien, dan motivasi.

b. Analisis Bivariate

Analisa bivariate dilakukan terhadap dua variabel yang terlupakan atau


berkorelasi.40 Penelitian ini menggunakan uji chi square. Jika hasil analisis
statistik yang didapat memiliki nilai p value < (0,05) maka Ha diterima dan Ho
ditolak, yang berarti ada hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan
kepuasan dan motivasi pasien, sementara itu jika p value >(0,05) maka Tidak
ditolak Ho diterima, yang mana tidak ada hubungan antara komunikasi
terapeutik perawat dengan kepuasan dan motivasi pasien.

20
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

Hasil penelitian yang dilakukan disajikan pada bab ini. Penelitian ini
dilakukan di ruang rawat inap R S U D Kota Bogor. Sajian data dalam penelitian
ini dilakukan secara univariate dan bivariate.

1. Analisa Univariate
a. Karakteristik Responden

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Jenis Kelamin (n=70)

Jenis Kelamin Frekuensi %


Laki-laki 25 35.7
Perempuan 45 64.3
Total 70 100

Dari tabel 5.1 menunjukan jenis kelamin sebagian besar

perempuan sejumlah 45 responden (64,3%), laki-laki sejumlah 25 responden

(35,7%).

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Usia (n=70)

Usia Frekuensi %
22-25 Tahun 2 2,9
26-35 Tahun 6 8.6
36-45 Tahun 23 32,9
46-55 Tahun 14 20.0
56-65 Tahun 21 30.0
>65 Tahun 4 5,7
Total 70 100

Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa usia responden berusia 36-

45 tahun sejumlah 23 responden (32,9%) usia 56-65 tahun sejumlah 21

responden (30,0%) usia 46-55 sejumlah 14 responden (20,0%) usia 26-35

sejumlah 6 responden (8,6%) usia >65 tahun sejumlah 4 responden dengan

21
persentase 5,7%, serta usia 22 sampai 25 tahun sejumlah 2 responden

dengan persentase 2,9%.

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pendidikan (n=70)

Pendidikan Frekuensi %
SD 2 2.9
SMP 14 20.0
SMA 38 54.3
Perguruan Tinggi 16 22,9
Total 70 100

Berdasarkan tabel 5.3 didapatkan bahwa pendidikan responden sebagian besar SMA

sejumlah 38 responden (54,3%) pendidikan perguruan tinggi sejumlah 16 responden

(22,9%) pendidikan SMP sejumlah 14 responden (20,0%) dan pendidikan SD sejumlah 2

responden (2 ,9%).

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Pekerjaan (n=70)


Pekerjaan Frekuensi %
PNS 4 5.7
Karyawan Swasta 11 15.7
Tidak Bekerja 3 4.3
IRT 16 22.9
Wiraswasta 8 11.4
Lainnya 28 40.0
Total 70 100

Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat bahwa pekerjaan responden sebagian besar
lainnya sejumlah 28 responden (40,0%) pekerjaan Ibu Rumah Tangga sejumlah 16
responden (22,9%) pekerjaan karyawan swasta sejumlah 11 responden (15,7%)
pekerjaan wiraswasta sejumlah 8 responden (11,4%) pekerjaan PNS sejumlah 4
responden (5,7%) dan tidak bekerja sejumlah 3 responden (4,3%).

22
b. Komunikasi Terapeutik

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Komunikasi Terapeutik Perawat (n=70)

Komunikasi Terapeutik Frekuensi %


Terapeutik 43 61.4
Tidak Terapeutik 27 38.6
Total 70 100

Tabel 5.5 dapat dilihat hasilnya bahwa sebagian besar responden yang diberikan
komunikasi terapeutik sejumlah 43 responden (61,4%) dan responden yang diberikan
komunikasi tidak terapeutik sejumlah 27 responden (38,6%).
c. Kepuasan Pasien

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Tingkat Pasien (n=70)

Tingkat Kepuasan Frekuensi %


Puas 46 65.7
Tidak Puas 24 34.3
Total 70 100

Tabel 5.6 dapat dilihat bahwa hasilnya adalah sebagian besar responden

merasa puas sejumlah 46 responden (65.7%) dibandingkan dengan yang merasa tidak

puas sejumlah 24 responden (34.3%).

d. Motivasi Pasien

e. Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Motivasi Pasien (n=70)

Motivasi Frekuensi %
Motivasi Tinggi 41 58.6
Motivasi Rendah 29 41.4
Total 70 100

23
Tabel 5.7 dapat dilihat bahwa terdapat hasil sebagian besar responden

memiliki motivasi tinggi sejumlah 41 responden (58,6%) dan responden yang

memiliki motivasi rendah sejumlah 29 responden (41,4%). Masukan dari dosen

penguji karakteristik responden dimasukkan ke dalam analisis univariate.

2. Analisis Bivariate
Analisis bivariate dilakukan untuk mengetahui hubungan antara
variabel independen dan variabel dependen, pengujian analisis bivariate
dengan menggunakan uji chi square.
a. Hubungan Komunikasi Terapeutik dengan Tingkat Kepuasan Pasien

Tabel 5.8 Hubungan Komunikasi Terapeutik dengan Tingkat


Kepuasan pasien di R S U D Bogor Tahun 2021.

No Komunikasi Tingkat Kepuasan Total % P OR


Terapeutik value
Puas % Tidak Puas % (95%
CI)
1 Terapeutik 35 50.0 8 11.4 43 61.4 0,001 6.364
(2.148-
2 Tidak 11 15.7 16 22.9 27 38.6
18.850)
Terapeutik
Total 46 65.7 24 34.3 70 100

Berdasarkan tabel 5.8 diatas didapatkan p value = 0,001 < 0,05

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara komunikasi

terapeutik dengan tingkat kepuasan pasien di R S U D Kota Bogor Tahun

2021.

b. Hubungan Komunikasi Terapeutik dengan Motivasi Pasien

Tabel 5.9 Hubungan Komunikasi Terapeutik dengan Motivasi

Pasien di R S U D Kota Bogor tahun 2021.

24
No Komunikasi Motivasi Total % P OR
Terapeutik value
Tinggi % Rendah % (95%
CI)
1 Terapeutik 32 45.7 11 15.7 43 61.4 0,001 5.818
(2.029-
2 Tidak 9 12.9 18 25.7 27 38.6
16.682)
Terapeutik
Total 41 58.6 29 41.4 70 100

Berdasarkan tabel 5.9 diatas didapatkan nilai p = 0,001 < (0,05)

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara hubungan

komunikasi terapeutik dengan motivasi pasien di R S U D Kota Bogor

Tahun 2021.

A. PEMBAHASAN

1. Analisis univariate

a. Karakteristik Responden

Pada penelitian yang dilakukan memiliki karakteristik responden yaitu

jenis kelamin, usia, pendidikan, dan pekerjaan. Dari hasil penelitian yang

didapatkan adalah sebagian besar memiliki jenis kelamin perempuan 45

responden (64,3%) sejumlah 36-45 tahun sejumlah 23 responden (32,9%) dengan

pendidikan SMA sejumlah 38 responden (54,3%) dan memiliki pekerjaan lainnya

sejumlah 28 responden (40,0%).

b. Komunikasi terapeutik pada pasien di ruang rawat inap RSUD Kota Bogor Tahun

2021

Dari hasil analisis yang telah dilakukan kepada 70 responden yang

dirawat di ruang rawat inap di R S U D Kota Bogor tahun 2021 didapatkan

sebagian besar responden yang diberikan komunikasi terapeutik sejumlah 43

responden (61,4%) dibandingkan dengan responden yang diberikan komunikasi

25
tidak terapeutik sejumlah 27 responden (38,6). %).

Komunikasi adalah hubungan yang melibatkan perawat dengan pasien

sedemikian rupa sampai tercipta sebuah komunikasi atau ikatan antara perawat

dengan pasien yang memiliki pengalaman belajar bersama-sama untuk

menyelesaikan masalah guna membantu pasien pemulihan. Menurut teori

Kendon (2014), gerak tubuh seperti komunikasi adalah bentuk komunikasi non

- verbal dengan tindakan tubuh yang dapat dilakukan untuk menyampaikan

pesan tertentu, yang dapat mengatur kata-kata, secara bersamaan dan dengan

ucapan.

Searah dengan penelitian yang dilakukan oleh Basri (2018) 11.Dalam

penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa komunikasi terapeutik yang

dilakukan perawat pada pasien tidak efektif sejumlah 34 responden (72,3%).

Dari perkiraan tingkat kepuasan keluarga pasien terkait pelayanan yang ada

dalam ruang rawat inap R S U D Poso memperlihatkan pasien yang menyatakan

tidak puas sebesar 54 responden (56,3%). Hasil perhitungan penelitian Basri

adalah adanya hubungan yang signifikan antara komunikasi perawat dan tingkat

kepuasan pasien ( p (0,04) < 0,05). Oleh karena itu dari penelitian tersebut dapat

disimpulkan bahwa terdapat hubungan di antara komunikasi yang dilakukan

perawat pada pasien dengan kepuasan pasien yang berada di ruang rawat inap. 11

Berdasarkan teori tersebut maka peneliti berpendapat bahwa komunikasi

terapeutik bisa dilangsungkan bukan hanya melalui verbal tapi juga non verbal

oleh perawat dimana dapat diterapkan melalui komunikasi terapeutik seperti

dengan fase pra interaksi, orientasi, fase kerja serta terminasi agar tujuan antara

komunikasi antara perawat dan pasien dapat tercapai.

c. Tingkat kepuasan pasien rawat inap di ruang rawat inap di R S U D Kota Bogor

26
tahun 2021

Dari analisa data yang telah dilakukan kepada 70 responden yang dirawat

di ruang rawat inap di R S U D Kota Bogor tahun 2021 didapatkan yaitu sebagian

besar responden menyatakan puas sejumlah 46 responden (65,7%) dibandingkan

dengan responden yang merasa tidak puas sejumlah 24 responden (34,3%).

Senang adalah perasaan senang yang dialami seseorang yang berasal dari

suatu kesenangan suatu kegiatan dan suatu produk dengan harapannya. tujuan

juga dapat dipahami sebagai perasaan puas, senang dan lega seseorang dalam

mengkonsumsi suatu produk atau jasa dengan menerima suatu pemberian jasa

yang sesuai dengan harapannya. Menurut Tjiptono (2014), kepuasan usaha berarti

untuk menyelesaikan sesuatu atau membuat sesuatu yang sepadan. Menurut

Kotler dan Keller (2016), kepuasan adalah perasaan puas atau kecewa seseorang

akibat kinerja atau hasil suatu produk dengan perbandingan harapan. Jika kinerja

lebih rendah dari yang diharapkan, konsumen akan kecewa, dan jika sesuai

dengan yang diharapkan, konsumen akan merasa puas, menjangkau sebagai upaya

untuk mencapai sesuatu atau membuat sesuatu yang serupa layak.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Basri (2018) 15. Didapatkan hasil

hampir seluruhnya perawat memberikan komunikasi terapeutik tidaklah efektif

yaitu sejumlah 34 responden dengan persentase 72,3%. Yang mana hasil

gambaran kepuasan keluarga pasien dalam pelayanan di Rumah Sakit juga

didapatkan keluarga pasien sebagian besar tidak puas sejumlah 54 responden

dengan persentase 56,3%. Dengan nilai p 0,04 < 0,05, maka hasil penelitian ini

diperoleh adanya hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat

kepuasan pasien di ruang rawat inap.13 Berdasarkan teori tersebut maka peneliti

berasumsi pada pemahaman kepuasan pasien yaitu rasa puas atau kecewa yang

27
dirasakan oleh pasien ketika kinerja perawat atau fasilitas rumah sakit yang

kurang memadai dan tidak sesuai dengan harapan pasien. Oleh karena itu perlu

dievaluasi secara berkala untuk meningkatkan kepuasan pasien.

d. Motivasi pasien di ruang rawat inap R S U D Kota Bogor tahun 2021

Dari hasil analisis yang telah dilakukan kepada 70 responden yang dirawat

di ruang rawat inap di R S U D Kota Bogor tahun 2021 didapatkan hasil bahwa

sebagian besar responden memiliki motivasi tinggi sejumlah 41 responden

(58,6%) dibandingkan dengan responden yang memiliki motivasi sejumlah 29

responden (41,4%).

Motivasi adalah sebutan yang umumnya mengacu pada keseluruhan proses

gerakan, keadaan yang memotivasi, impuls yang muncul dalam diri seseorang,

perilaku yang di rangsangnya, dan ujung atau akhir dari tindakan atau tingkah

laku. Oleh karena itu, dapat juga dikatakan bahwa motivasi menciptakan suatu

dorongan, memberi daya gerak, atau membuat seseorang atau diri sendiri

melakukan sesuatu untuk mencapai suatu kepuasan atau tujuan. Menurut

Hasibuan dalam (Sutrisno 2017), motivasi adalah dorongan keinginan dan

motivasi untuk menggerakkan seseorang untuk bekerja karena setiap motif

memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai. Menurut Robbins dalam (Irvani dan

Fauzi, 2018) motivasi adalah suatu proses sebab (intensitas), arah (direction) dan

usaha yang terus menerus (persistent) oleh individu untuk mencapai suatu tujuan.

melakukan penelitian dengan judul komunikasi terapeutik perawat dengan

motivasi sembuh pada pasien diabetes mellitus diruang rawat inap rumah sakit

xx. Desain yang dipakai merupakan analytical observation serta cross sectional.

Jumlah sampel yang diambil yaitu 37 responden. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa dari 37 responden didapatkan 30 responden dengan persentase 81,1% dan

28
sejumlah 7 responden memperoleh komunikasi terapeutik yang kurang baik

(18,9%). Dari 30 responden 27 responden (73,0) mendapatkan komunikasi

terapeutik yang baik dan motivasi yang tinggi untuk sembuh. Sementara itu dari

7 responden yang memperoleh komunikasi terapeutik yang buruk, 6 responden

(16,2) memiliki motivasi yang rendah. Didapatkan nilai p= 0,001 < 0,05 yang

berarti Ha diterima dan Ho ditolak. Berdasarkan teori tersebut maka peneliti

berasumsi bahwa motivasi pasien adalah keadaan pribadi yang mendorong

keinginan pasien untuk sembuh untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu

dalam rangka mencapai suatu tujuan yang akan mewujudkan suatu perilaku yang

diarahkan pada tujuan untuk kesembuhan dari yang dideritanya.

2. Analisis Bivariate

a. Hubungan komunikasi terapeutik dengan tingkat kepuasan

Dari hasil analisis yang telah dilakukan kepada 70 responden yang dirawat

di ruang rawat inap R S U D Kota Bogor tahun 2021 hubungan antara komunikasi

terapeutik dengan tingkat kepuasan pasien di R S U D Kota Bogor tahun 2021

diperoleh bahwa sebagian besar responden diberikan komunikasi terapeutik dan

merasa puas sejumlah 35 responden (50,0%) dan nilai p = 0,001 oleh karena itu

dikatakan bahwa terdapat hubungan signifikan antara komunikasi terapeutik

dengan tingkat kepuasan pasien di R S U D Kota Bogor tahun 2021.

Komunikasi dalam pelayanan di rumah sakit berkaitan dengan antar

perorangan antara pasien dan tenaga kesehatan, oleh karena itu dalam komunikasi

antar perawat dan pasien keduanya akan memperoleh pemahaman bersama dalam

proses tindakan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk mengatasi masalah

dan penyembuhan penyakit yang diderita pasien.4 Komunikasi terapeutik

29
memiliki beberapa tahapan dimana komunikasi terapeutik dilakukan bisa

membuat pasien serta keluarga pasien merasa puas akan pelayanan yang

diberikan. Ini adalah perasaan senang yang dialami seseorang ketika

membandingkan kesenangan suatu kegiatan dan suatu produk dengan

harapannya.3 Biasa dikenal dengan sebutan “RATER” yaitu singkatan dari

Responsiveness, Assurance, Tangible, Empathy, serta Reliability.16

Penelitian ini sejalan dengan penelitian basri (2018) 15 yang mencari

hubungan komunikasi terapeutik dengan tingkat kepuasan pasien, dengan desain

deskriptif analitik serta pendekatan cross sectional. Sampel sejumlah 96 pasien.

Instrumen yang dipakai kuesioner. Hasil analisis memakai Chi square. Hasil

penelitian ditemukan sebagian besar komunikasi terapeutik yang diberikan

perawat pada pasien tidak efektif yaitu 34 responden dengan persentase 72,3%.

Sementara itu gambaran kepuasan keluarga pasien di pelayanan rawat inap

Rumah Sakit diperoleh sebagian besar pasien tidak puas sejumlah 54 responden

dengan persentase 56,3%. Dengan nilai p 0,04 < 0,05, hasil ini maka didapatkan

adanya hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kepuasan

pasien. 15

Asumsi peneliti bahwa komunikasi terapeutik jika dijalankan dengan tepat

dan efektif dapat memperoleh kepuasan bagi pasien yang tengah dirawat yaitu

dengan cara tata cara perawat dalam memberikan informasi kepada pasien

maupun keluarga pasien secara jelas dan komunikatif dan tanggap terhadap

keluhan - keluhan dari pasien dimana dalam kondisi ini perawat cepat dalam

memberikan bantuan terhadap keluhan pasien.

b. Hubungan komunikasi terapeutik dengan motivasi

Dari hasil analisis yang telah dilakukan kepada 70 responden yang dirawat

30
di ruang rawat inap hubungan antara komunikasi terapeutik dengan motivasi

pasien di R S U D Kota Bogor tahun 2021 diperoleh bahwa sebagian besar

responden diberikan komunikasi terapeutik dan memiliki motivasi tinggi

sejumlah 32 responden ( 45,7%) dan ditemukan nilai p = 0,001 oleh karena itu

bisa dikatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara komunikasi terapeutik

dengan motivasi pasien di R S U D Kota Bogor tahun 2021.

Komunikasi dalam pelayanan di rumah sakit berkaitan dengan antar

perorangan antara pasien dan tenaga kesehatan, oleh karena itu dalam komunikasi

antar perawat dan pasien keduanya akan memperoleh pemahaman bersama dalam

proses tindakan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk mengatasi masalah

dan penyembuhan penyakit yang diderita pasien. .4 Motivasi merupakan sebutan

yang umumnya diperlihatkan dalam proses gerakan yang menyeluruh, dorongan

dalam diri seseorang, sebuah keadaan yang mendorong, perilaku atau sikap yang

dimunculkannya serta maksud atau ujung dari perbuatan atau tindakan. 21

Motivasi dapat dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor dari luar atau eksternal dan

dari dalam atau internal.23

Dukungan sosial mencakup informasi atau nasihat verbal dan/atau non -

verbal, dukungan atau sikap nyata yang diberikan oleh kedekatan sosial atau

diperoleh dengan kehadiran mereka, manfaat mental atau efek tindakan/sikap

bagi penerimanya. Dukungan sosial sangat penting dalam mendukung pemulihan

pasien, termasuk dukungan instrumental, dukungan emosional, dukungan

jaringan, serta dukungan informasi. Berkomunikasi dengan terapis untuk

membantu pasien mengatasinya secara ketika perawat memerlukan waktu untuk

bertanya dan mendengarkan secara efektif, pasien, kepercayaan tentang

kesehatan dan kondisi.25

31
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Reno (2021)43 melakukan

penelitian dengan judul komunikasi terapeutik perawat dengan motivasi sembuh

pada pasien diabetes mellitus. Desain yang dipakai adalah analytical observation

dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel yang diambil yaitu 37

responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 37 responden didapatkan

30 responden dengan persentase 81,1% dan 7 responden memperoleh komunikasi

terapeutik yang kurang baik yaitu dengan persentase 18,9%. Dari 30 responden

27 responden (73,0) mendapatkan komunikasi terapeutik yang baik dan motivasi

yang tinggi untuk sembuh. Sementara itu dari 7 responden yang memperoleh

komunikasi terapeutik yang buruk, 6 responden (16,2) memiliki motivasi yang

rendah. Diperoleh nilai p 0,001 < 0,05 yang berarti Ha diterima dan Ho ditolak.

Peneliti berasumsi bahwa banyak masalah muncul ketika seseorang sakit

tetapi tidak memilih untuk mengobati diri sendiri. Rintangan ini ada karena

dukungan dari lingkungan kurang pada pasien. Menurut peneliti, keterampilan

perawat dalam berkomunikasi secara terapeutik yang dapat memberikan

semangat dan dukungan serta informasi merupakan cara yang tepat dan efektif

bagi pasien untuk menghadapi kondisi dan dapat berubah untuk meningkatkan

kesehatan pasien. Motivasi untuk penyembuhan yang dilakukan dari dalam diri

pasien.

32
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Hasil berdasarkan penelitian diatas maka dapat dikatakan bahwa penelitian ini

sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan, pada 36-45 tahun,

berpendidikan SMA, memiliki pekerjaan lainnya.

2. Komunikasi perawat di ruang rawat inap R S U D Kota Bogor tahun 2021

menunjukan hasil bahwa sebagian besar responden diberikan komunikasi

terapeutik.

3. Tingkat kepuasan pasien di ruang rawat inap R S U D Kota Bogor tahun 2021

menunjukkan hasil sebagian besar pasien merasa puas.

4. Motivasi pasien untuk sembuh di ruang rawat inap R S U D Kota Bogor tahun

2021 menunjukkan hasil sebagian besar responden memiliki motivasi tinggi.

5. Terdapat hubungan yang signifikan antara komunikasi terapeutik dengan tingkat

kepuasan pasien di R S U D Kota Bogor tahun 2021.

6. Terdapat hubungan yang signifikan antara komunikasi terapeutik dengan

motivasi pada pasien di R S U D Kota Bogor tahun 2021.

B. Saran

1. Harapan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan untuk pelatihan

rumah sakit agar dapat mempertahankan komunikasi terapi pengembangan

sumber daya manusia lebih ditingkatkan lagi dengan cara diadakannya

sosialisasi, pelatihan, seminar dan lokakarya mengenai implementasi

33
komunikasi terapeutik. Untuk meningkatkan agar tetap mempertahankan

kegiatan pengawasan yang dilakukan secara berkala setiap hari dan berjenjang

untuk menilai komunikasi perawat dan evaluasi jumlah tenaga perawat saat ini,

guna memberikan motivasi kepada para perawat ruang rawat inap kelas tiga R S

U D Kota Bogor.

2. Penelitian ini dapat digunakan untuk dan memperluas pengetahuan tentang

komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kepuasan dan motivasi pada

pasien.

3. Diharapkan penelitian ini menambah referensi penelitian selanjutnya dengan

menggunakan instrumen yang lebih baik dengan melakukan pendekatan

penelitian yang berbeda dan diharapkan adanya kelanjutan dari penelitian

komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kepuasan pasien dan motivasi

pada pasien yang berada di ruangan yang lebih luas, atau lebih baik untuk para

perawat yang bekerja di seluruh rumah Sakit.

34
DAFTAR PUSTAKA

1. Kementrian Kesehatan RI. Permenkes RI No. 43 2019. Indonesia; 2019 p. 1–13.


2. Kementrian Kesehatan RI. Tentang, Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 43 Tahun 2019 Keperawatan, Peraturan Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 38 Tahun 2014 Tentang [Internet]. Kemenkes RI 2019 p. 1–159.
Available from:
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No__26_Th_219_ttg_Pe
raturan_Pelaksanaan_UU_Nomor_38_Tahun_2014_tentang_Keperawatan.pdf
3. Nursalam D. Manajemen Keperawatan" Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional. 5th Editio. Jakarta Selatan: Salemba Medika; 2015.
4. Muhith A, Siyoto S. Aplikasi komunikasi terapeutik nursing & health. Penerbit
Andi; 2018.
5. Suryani S. Komunikasi terapeutik: Teori dan praktek. 2nd ed. EGC; 2016.
6. Suhaila E, Susanto, Kusumo MP. Pengaruh Komunikasi Terapeutik Perawat
Terhadap Kepuasan Pasien Di Instalasi Bedah Sentral RSUD Kota Yogyakarta.
Proceding Heal Archit [Internet]. 2017;1(1):83–95. Available from:
http://mmr.umy.ac.id/artikel/proceeding/
7. Navolta SNR, Handayani LT, Putri F. Pengaruh Komunikasi Terapeutik Terhadap
Motivasi Sembuh Klien Penyakit Stroke Di Ruang Teratai Rsu. Dr. H. Koesnadi
Bondowoso. Vol. 59. Universitas Muhammadiyah Jember; 2016.
8. Rimawati, Putra WK. Gambaran Kepuasan Pasien BPJS Terhadap Pelayanan
Kesehatan. STIKES. 2016;26–33.
9. Lutviasari D. Perbedaan motivasi Berprestasi antara Siswa Reguler dengan Siswa
Program Keluarga Harapan (PKH) di SD Negeri Kecamatan Boja Tahun Ajaran
2015/2016. UNES; 2016.
10. Karina Z, Sodik MA. Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Kesehatan. 2018;
11. Burhanuddin Basri. Hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan
pasien di RSUD Poso tahun 2018. Indonesian Journal of Nursing Sciences and
Practice.
12. Safitri ID, Dwiantoro L. Gambaran Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik Perawat di
Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang. Faculty of
Medicine; 2019.
13. Reno Kalidupa. Hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan motivasi

ix
sembuh pada pasien diabetes mellitus di ruang rawat inap rumah sakit xx.
jurnal ilmiah kesahatan rustida. 2021
14. Prabowo E. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Nuha Medika; 2014.
15. Potter PA, Perry AG, Stockert PA, Hall AmM. Fundamentals of Nursing. Vol. 81,
Elsevier. Elsevier Health Sciences; 2017. 2092 p.

16. Al-Rasid MH. Pengaruh Terra (Tangibles, Emphaty, Responsiveness,


Realibility, Assurance) Terhadap Loyalitas Nasabah Di Bank Muamalat
Cabang Margonda Depok. Universitas Islam Syarif Hidayatullah; 2018.
17. Jayanti ND. Kualitas Pelayanan (Reliability, Responsiveness, Assurance, Emphaty,
Tangibles ) Di Legend Premium Coffee Yogyakarta. UNIVERSITAS NEGERI
YOGYAKARTA; 2016.
18. Maharani OR, Wijayanto H, Abrianto TH. Pengaruh Citra Merek dan Kualitas
Produk pada Kepuasan Konsumen Dimoderasi Oleh Loyalitas (Study Kasus pada
19. KBBI. Kamus Besar Bahasa Indonesia [Internet]. KBBI. 2020 [cited 2020 Aug 25].
Available from: http://kbbi.web.id
20 Hajriani H. Hubungan Komunikasi Perawat dengan Tingkat Kepuasan Pasien yang
Dirawat di Ruang Perawatan Bedah RSUD Haji Makassar (Saenab Dasong dan Nur
Hidayah). Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar; 2013.
21 Romdiani E. Pengaruh Bimbingan Agama Islam Melalui Pendekatan Do’a
Terhadap Motivasi Kesembuhan Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Umum
22 Nurjanah S. Pengaruh Partisipasi Anggaran, Motivasi Dan Kecerdasan Emosional
Terhadap Prestasi Kerja Karyawan Pada Skpd Kabupaten Pelalawan. Universitas
Islam Riau; 2018.
23. Ernata Y. Analisis motivasi belajar peserta didik melalui pemberian reward dan
punishment di sdn ngaringan 05 kec. Gandusari kab. Blitar. J Pemikir dan Pengemb
Sekol Dasar. 2017;5(2):781–90.
24. Agustian D, Yahya M. Pola Komunikasi Interpersonal Pelatih Dalam Memotivasi
Pemain Persiraja Banda Aceh (Studi Pada ISC 2015-2016). J Ilm Mhs Fak Ilmu Sos
Ilmu Polit. 2018;3(2).
25. Sobur A. Psikologi Umum, Edisi Revisi. 2019;
26. Suryabrata S. Psikologi pendidikan. 2011;
27. Uno HB. Teori motivasi dan pengukurannya: Analisis di bidang pendidikan. Bumi
Aksara; 2021.
28. Kurnianingsih MF, Nahdatien I, Zahroh C. Spiritual Emotional Freedom Technique

x
Berpengaruh terhadap Kecemasan dan Motivasi Sembuh Pasien Covid-19. J
Keperawatan. 2021;13(3):665–82.
29. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2018.
30. Sugiyono. Metode Penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta;
2018.
31. Masturoh I, Anggita NT. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: BPPSDM
Kemkes; 2018. 1–307 p.

xi

Anda mungkin juga menyukai