Makalah Kel.3 Ibu IDA (Nifas Menyusui)
Makalah Kel.3 Ibu IDA (Nifas Menyusui)
2023
KATA PENGANTAR
Seperti kata pepatah yang tak ada gading yang tak retak. Oleh
karena itu, dengan rendah hati saya berharap kepada Ibu Antung Wilda
Zubaidah, S.ST. M.Kes Selaku Dosen pengampu mata kuliah “Asuhan
Kebidanan Nifas dan Menyusui” kiranya dapat memberikan masukan,
kritikan, dan tanggapan yang bersifat membangun untuk penyempurnaan
makalah kami.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................................
BAB 1.........................................................................................................................................
PENDAHULUAN......................................................................................................................
A. Latar Belakang................................................................................................................
B. Tujuan..............................................................................................................................
C. Rumusan Masalah...........................................................................................................
BAB II........................................................................................................................................
PEMBAHASAN........................................................................................................................
A. Demam............................................................................................................................
B. Rasa Sakit Waktu Berkemih............................................................................................
C. Perubahan Payudara........................................................................................................
D. Kehilangan Nafsu Makan dalam Waktu Lama................................................................
BAB III.......................................................................................................................................
PENUTUP..................................................................................................................................
Kesimpulan.............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa nifas adalah masa setelah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya
kembali alat-alat kandungan seperti sebelum hamil yang berlangsung selama 6
minggu. Komplikasi masa nifas adalah keadaan abnormal pada masa nifas yang
disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat genitalia pada waktu
persalinan dan nifas.
Masa nifas merupakan masa yang rawan bagi ibu, sekitar 60% kematian ibu
terjadi setelah melahirkan dan hampir 50% dari kematian pada masa nifas terjadi pada
24 jam pertama setelah melahirkan, diantaranya disebabkan oleh adanya komplikasi
masa nifas. Selama ini perdarahan pasca persalinan merupakan penyebab kematian
ibu, namun dengan meningkatnya persediaan darah dan system rujukan, maka infeksi
menjadi lebih menonjol sebagai penyebab kematian dan morbiditas ibu.
Dalam masa nifas, terdapat beberapa tanda-tanda komplikasi seperti demam,
muntah, rasa sakit waktu berkemih, payudara yang berubah menjadi merah, panas dan
atona serba sakit, kehilangan nafsu makan dalam waktu lama, rasa sakit, merah, lunak
dan atau pembengkakan di kaki, dan merasa sedih atau tidak mampu mengasuh
bayinya dan diri sendiri. Dalam makalah ini, akan kami bahas mengenai penyebab
dan cara mengatasinya.
B. Tujuan
Memahami cara mendeteksi komplikasi nifas dan cara penanganannya
C. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian nifas?
2. Bagaimana cara mendeteksi dan menangani demam, muntah, rasa sakit waktu
berkemih?
3. Bagaimana cara mendeteksi dan menangani payudara yang berubah menjadi
merah, panas dan atona serba sakit?
4. Bagaimana cara mendeteksi dan menangani kehilangan nafsu makan dalam waktu
lama?
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Demam
1. Pengertian Demam
Demam adalah naiknya temperature tubuh diatas normal. Temperature tubuh
yang normal adalah sekitar 36-370C. Kenaikan suhu badan sampai 410C atau
lebih biasanya akan mengalami muntah-muntah dan bila demam mencapai 420C
seringkali menyebabkan kejang dan kerusakan otot yang tidak dapat
disembuhkan. Demam merupakan mekanisme tubuh untuk melawan infeksi.
Demam nifas dikenal sebagai febris puerperalis atau morbiditas puerperalis adalah
keadaan peningkatan suhu badan yang terjadi dalam jangka waktu antara mulai
dilahirkannya hasil konsepsi yang mungkin dapat hidup sampai dengan 42 hari
atau 6 minggu setelah persalinan, yang disebabkan oleh apapun. Demam nifas
merupakan manisfestasi dari infeksi nifas, jika tidak diobati secara tepat dan cepat
dapat berlanjut menjadi sepsis nifas dan kematian maternal.
Ibu yang pada masa nifas mengalami demam tinggi lebih dari 2 hari, dan disertai
keluarnya cairan yang berbau, mungkin mengalami infeksi jalan lahir. Pada
keadaan ini cairan liang rahim tetap berdarah. Keadaan ini mengancam jiwa ibu.
2
3. Penyebab Demam
Penyebab umum demam antara lain :
a. Adanya infeksi seperti infeksi saluran kemih, infeksi streptokokus pada
tenggorokan, infeksi sinus, dan abses gigi.
b. Infeksi mononucleosis yang disertai rasa lelah.
c. Tertular suatu penyakit saat Anda berada di luar negeri.
d. Kelelahan karena kepanasan atau terbakar sinar matahari hebat.
4. Penatalaksanaan Demam
Beberapa hal yang bisa dilakukan bila mengalami demam :
a. Kenakan pakaian tipis meskipun tubuh terasa dingin.
b. Istirahatlah di rumah di ruangan dengan ventilasi yang baik.
c. Minumlah banyak air putih, sari buah, susu, atau sup bening.
d. Usahakan makan seperti biasa meskipun nafsu berkurang.
e. Periksalah suhu tubuh setiap empat jam sekali.
f. Kompreslah tubuh dengan air hangat dan menggunakan kain basah.
g. Minum obat penurun panas jika suhu tubuh mencapai 38 – 40 derajat.
h. Hindari makanan berlemak atau yang sulit dicerna karena demam menurunkan
aktivitas lambung.
3
Dalam waktu kurang dari enam jam pascapersalinan ibu bersalin harus
berkemih. Jika tidak bisa berkemih dalam 24 jam atau urine yang keluar hanya sedikit
dan tersendat-sendat berarti ibu mengalami gangguan fungsi berkemih yang disebut
dengan retensio urine. Biasanya urine yang keluar kurang dari 50 persen dari
kapasitas kantong urine. Gangguan ini juga sering dicirikan dengan adanya
pembengkakan pada daerah abdomen. Adanya gangguan fungsi berkemih
pascapersalinan tersebut disebabkan karena berkurangnya kontraktilitas otot detrusor
veksika urinaria. Gangguan juga bisa diakibatkan adanya resistensi pada uretra serta
kegagalan relaksasi otot elevator selama proses berkemih berlangsung.
Seorang Dokter atau Bidan memegang peranan penting dalam melakukan
deteksi dini terhadap gangguan berkemih pascapersalinan tersebut. Caranya yaitu
dengan menanyakan pada pasiennya enam jam setelah melahirkan apakah sudah bisa
melakukan buang air kecil atau belum selain itu, tenaga medis yang membantu
persalinan juga sebaiknya melakukan evaluasi dan pengukuran urine sisa enam jam
pascapersalinan.
Apabila urine yang keluar kurang dari 50 persen, berarti pasien tersebut
mengalami gangguan. Obat anti nyeri juga harus diberikan pada ibu bersalin yang
mengalami penjahitan pada vaginanya. Hal itu berguna untuk mengurangi nyeri saat
melakukan buang air kecil sehingga tidak menundanya. Untuk melakukan pencegahan
tersebut, manajemen aktif persalinan memegang banyak peranan. Hal itu berguna
untuk mencegah lamanya proses persalinan sehingga peregangan urine hanya
sebentar.
1. Faktor predisposisi:
a. Penggunaan kateter pada saat kehamialn atau persalinan
b. Air kemih yang tertahan karena perasaan sakit waktu berkemih karena
trauma persalinan atu luka pada jalan lahir
2. Gejala dan tanda:
a. Disuria
b. Demam tinggi
c. Sering kencing
d. Nyeri perut
e. Nyeri suprapubik
f. Nyeri pinggang
g. Nyeri dada belakang
h. Anoreksia
i. Mual/muntah
3. Penatalaksanaan:
a. Ambil sampel urin tengah, untuk pemeriksaan urin. Kaji frekuensi,
urgensi, dan jumlah pengeluaran urin untuk menilai fungsi kandung
kencing. Inspeksi warna urin, bau, kekeruhan.
b. Menganjurkan ibu untuk berkemih setiap 2 – 4 jam, dan mengosongkan
kandung kemih secara tuntas, sediakan kompres es untuk perineum selama
1 jam setelah kelahiran, untuk mengurangi pembentukan edema dan
memfasilitasi berkemih.
c. Kaji bila terdapat rasa sakit menyengat dan rasa panas pada saat berkemih.
4
d. Ibu sebaiknya sedikitnya minum 8 gelas cairan khususnya air setiap hari.
e. Kaji bila ada keluhan ketidaknyaman pada area suprapubik atau abdomen
bagian bawah, nyeri punggung bagian bawah atau nyeri berat pada
panggul.
f. Bila ibu mengalami demam, anjurkan mandi dengan air hangat dan
berikan obat antipiretik.
g. Menjelaskan pada ibu, bahwa obat – obatan yang diresepkan bisa merubah
warna urin.
h. Kaji tanda – tanda vital 4 jam dan bila ada pengaruh pada tanda sistemik.
i. Menganjurkan ibu untuk menjaga personal higiene.
C. Perubahan Payudara
Pada masa nifas payudara akan menglami beberapa perubahan sebagai berikut:
1. Bendungan ASI
Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan
duktus laktiferi atau oleh kelenjar yang tidak dikosongkan dengan sempurna
atau karena kelainan pada putting susu (Mochtar, 1996). Menurut Huliana
(2003) payudara bengkak terjadi karena hambatan aliran darah vena atau saluran
kelenjar getah bening akibat ASI terkumpul dalam payudara. Kejadian ini timbul
karena produksi yang berlebihan, sementara kebutuhan bayi pada hari pertama
lahir masih sedikit.
a. Patologi :
Faktor predisposisi terjadinya bendungan ASI antara lain :
1) Faktor hormon
2) Hisapan bayi
3) Pengosongan payudara
4) Cara menyusui
5) Faktor gizi
6) Kelainan pada puting susu
b. Patofisiologi
Gejala yang biasa terjadi pada bendungan ASI antara lain:
1) Payudara penuh terasa panas, berat dan keras, terlihat mengkilat meski
tidak kemerahan.
2) ASI biasanya mengalir tidak lancar, namun ada pula payudara yang
terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri, puting susu
teregang menjadi rata.
3) ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit mengenyut untuk
menghisap ASI. Ibu kadang-kadang menjadi demam, tapi biasanya akan
hilang dalam 24 jam (Mochtar, 1998).
5
2) Susui bayi tanpa jadwal atau on demand.
3) Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa, bila produksi melebihi
kebutuhan bayi.
4) Perawatan payudara pasca persalinan
2. Mastitis
Mastitis adalah infeksi pada payudara. Mastitis terjadi akibat infasi jaringan
payudara misalnya glandular, jaringan ikat, aerola, lemak oleh mikroorganisme
infeksius atau adanya cedera payudara. Mastitis hampir selalu terbatas pada satu
payudara. Organisme yang umum termasuk S.aureus, streptococci, dan
H.parainfluenzae. Bakteri dapat berasal dari beberapa sumber sebagai berikut :
a. Tangan ibu
b. Tangan orang yang merawat ibu atau bayi
c. Bayi
d. Duktus laktiferus
e. Setres dan keletihan
Tanda dan gejala aktual mastitis meliputi:
a. Peningkatan suhu yang cepat dari 39,5-400C
b. Peningkatan kecepatan nadi
c. Menggigil.
d. Sakit kepala.
e. Nyeri hebat, bengkak, area payudara keras dan inflamasi.
Penanganan terbaik mastitis adalah dengan pencegahan dilakukan dengan
cuci tangan menggunakan sabun anti bakteri dengan cermat, posisi yang tepat saat
menyusui bayi, membersihkan payudara dengan benar dan menghindari kontak
langsung dengan orang yang menderita infeksi atau lesi stafilococus.
3. Abses Payudara
Abses payudara adalah kelanjutan atau komplikasi dari mastitis hal ini di
sebabkan karena meluasnya peradangan dalam payudara tersebut.
a. Gejala
1) Sakit pada payudara ibu tampak lebih parah.
2) Payudara lebih mengkilap dan berwarna merah.
3) Benjolan terasa lunak karena berisi nanah.
4) Payudara yang tegang dan padat kemerahan.
6
5) Pembengkakan dengan adanya fluktuasi.
6) Adanya pus/nanah.
7
5) Rasa nyeri juga dapat timbul apabila ibu menghentikan menyusui dengan
kurang berhati – hati.
b. Penatalaksanaan
1) Bayi harus disusuikan terlebih dahulu pada puting yang normal yang lecetnya
lebih sedikit. Untuk menmghindari tekanan local pada puting maka posisi
menyusu harus sering diubah, untuk puting yang sakit dianjurkan mengurangi
frekuensi dan lamanya menyusui. Di samping itu, kita harus yakin bahwa
teknik menyusui yang diguanakan bayi benar, yaitu harus menyusu sampai ke
kalang payudara. Untuk menghindari payudara yang bengkak, ASI
dikeluarkan dengan tangan pompa, kemudian diberikan dengan sendok, gelas,
dan pipet.
2) Setiap kali selesai menyusui bekas ASI tidak perlu dibersihkan, tetapi diangin-
anginkan sebentar agar melembutkan puting sekaligus sebagai anti-infeksi.
3) Jangan menggunakan sabun, alkohol, atau zat iritan lainnya untuk
membersihkan payudara.
4) Pada puting susu bisa dibubuhkan minyak lanolin atau minyak kelapa yang
telah dimasak terlebih dahulu.
5) Menyusui lebih sering (8-12 kali dalam 24 jam), sehingga payudara tidak
sampai terlalu penuh dan bayi tidak begitu lapar juga tidak menyusu terlalu
rakus.
6) Periksakanlah apakah bayi tidak menderita moniliasis yang dapat
menyebabkan lecet pada puting susu ibu. Jika ditemukan gejala moniliasis
dapat diberikan nistatin.
c. Pencegahan
1) Tidak membersihkan puting susu dengan sabun, alcohol, krim, atau zat-zat
iritan lainnya.
2) Sebainya untuk melepaskan puting dari isapan bayi pada saat bayi selesai
menyusu, tidak dengan memaksa menarik puting tetapi dengan menekan
dagu atau dengan memasukkan jari kelingking yang bersih ke mulut bayi.
3) Posisi menyusu harus benar, yaitu bayi harus menyusu sampai ke kalang
payudara dan menggunakan kedua payudara.
6. Payudara Bengkak
Pembengkakan payudara adalah karena ASI tidak disusui dengan adekuat,
sehingga sisa ASI terkumpul pada system duktus yang mengakibatkan terjadinya
pembengkakan. Payudara bengkak ini sering terjadi pada hari ketiga atau keempat
sesudah melahirkan. Statis pada pembuluh darah dan limfe akan mengakibatkan
meningkatnya tekanan intrakaudal, yang akan memengaruhi segmen pada payudara,
sehingga tekanan seluruh payudara meningkat. Akibatnya, payudara serign terasa
penuh, tegang, serta nyeri. Kemudian diikuti oleh penurunan produksi ASI dan
penuruna let down. Penggunaan bra yang ketat juga bisa menyebabkan segmental
engorgement, demikian pula puting yang tidak bersih dapat menyebabkan sumbatan
pada duktus.
8
a. Gejala
Payudara yang mengalami pembengkakan tersebut sangat sulit disusui oleh
bayi, karena kalang payudara lebih menonjol, putting lebih datar dan sulit diisap
oleh bayi, kulit pada payudara nampak lebih mengkilap, ibu merasa demam, dan
payudara terasa nyeri. Oleh karena itu, sebelum disusukan pada bayi, ASI harus
diperas dengan tangan atau pompa terlebih dahulu agar payudara lebih lunak,
sehingga bayi lebih mudah menyusui.
b. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dilakukan pada ibu yang payudaranya bengkak adalah
sebagai berikut:
1) Masase payudara dan ASI diperas dengan tangan sebelum menyusui.
2) Kompres dingin untuk mengurangi statis pembuluh darah vena dan
mengurangi rasa nyeri. Bila dilakukan selang-seling dengan kompres panas
untuk melancarkan pembuluh darah.
3) Menyusui lebih sering dan lebih lama pada payudara yang terkena untuk
melancarkan aliran ASI dan menurunkan tegangan payudara.
c. Pencegahan
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya pembengkakan pada
payudara adalah sebagai berikut:
1) Apabila memungkinkan, susukan bayi segera setelah lahir.
2) Susukan bayi tanpa jadwal.
3) Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa, bila produksi ASI melebihi
kebutuhan bayi.
4) Melakukan perawatan pascapersalinan secara teratur.
Selain itu, penurunan nafsu makan ini mungkin disebabkan oleh abnormalitas
neuroendokrin dalam hipotalamus.Gejala dikaitkan pada berbagai gangguan kimiawi
yang secara normal diatur oleh hipotalamus. Selanjutnya, abnormalitas fisiologis
dapat menyulitkan individu dalam menginterpretasikan sensasi lapar dan kenyang.
9
c. Ibu mengidap suatu penyakit dalam pencernaan atau anggota tubuh
d. Keadaan ekonomi yang tidak mendukung
e. Kurang istirahat
Penatalaksanaan :
a. Dengan pendekatan atau bimbingan psikiatri.
b. Anjurkan ibu untuk makan makanan yang segar dan bervariasi setiap hari.
c. Seperti makanan yang mengandung sumber protein nabati dan hewani seperti:
daging, telur, kacang-kacangan, ayam, dll.
d. Makanan sumber karbohidrat, seperti : beras, jagung, kentang, ubi, dll
e. Makan Sayuran, seperti : bayam, kangkung,dll dan buah –buahan seperti
jeruk, pisang, papaya, dll.
f. Anjurkan ibu untuk makan sedikit-sedikit tapi sering.
g. Anjurkan ibu untuk minum tablet tambah darah.
10
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Masa nifas adalah masa setelah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali
alat-alat kandungan seperti sebelum hamil yang berlangsung selama 6 minggu. Komplikasi
masa nifas adalah keadaan abnormal pada masa nifas yang disebabkan oleh masuknya
kuman-kuman ke dalam alat genitalia pada waktu persalinan dan nifas.
Masa nifas merupakan masa yang rawan bagi ibu, sekitar 60% kematian ibu terjadi
setelah melahirkan dan hampir 50% dari kematian pada masa nifas terjadi pada 24 jam
pertama setelah melahirkan, diantaranya disebabkan oleh adanya komplikasi masa nifas.
Selama ini perdarahan pasca persalinan merupakan penyebab kematian ibu, namun dengan
meningkatnya persediaan darah dan system rujukan, maka infeksi menjadi lebih menonjol
sebagai penyebab kematian dan morbiditas ibu.
Dalam masa nifas, terdapat beberapa tanda-tanda komplikasi seperti demam, rasa
sakit waktu berkemih, payudara yang berubah menjadi merah, panas dan atona serba sakit,
kehilangan nafsu makan dalam waktu lama. Dalam makalah ini, sudah kami bahas mengenai
penyebab dan cara mengatasinya.
11
DAFTAR PUSTAKA
Ibrahim, Christin S. 1993. Perawatan Kebidanan (Perawatan Nifas ). Jakarta: Bharata Niaga
Media.
Pinem, saroha. 2009. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Jakarta : Trans Info Media
Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Pusdiknakes. WHO, JIHPIEGO. 2001. Buku IV Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas;
Saifudin, Abdul Bari. 2002. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
12