Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“ KOMPLIKASI PADA MASA NIFAS”

(Demam, Waktu Sakit Saat Berkemih, Perubahan Payudara,


Kehilangan Nafsu Makan Dalam Waktu Yang Lama)

Dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan

Nifas dan Menyusui

Dosen Pengampu: Antung Wilda Zubaidah., S.ST.M.Kes

Dibuat oleh: Kelompok 3

Lailatul Jum’ah : 722406S22665


Siti Khannisa : 722406S22670
Sa’diah : 722406S22668
Wijiyanti : 722406S22674

PROGRAM STUDI D-3 KEBIDANAN

AKADEMI KEBIDANAN DARUSSALAM MARTAPURA

2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat serta


hidayahnya kepada kita semua sehingga Makalah dengan judul “Demam,
Waktu Sakit Saat Berkemih, Perubahan Payudara, Kehilangan Nafsu Makan
Dalam Waktu Yang Lama” dapat terselesaikan dengan tepat waktu. Kami
berharap makalah ini bisa memberikan tambahan wawasan untuk kita
semua. Terlebih lagi untuk kita mahasiswi yang mendalami bidang
kebidanan. Selain itu juga, saya berharap tulisan ini dapat menjadi dasar
pengantar dari pemenuhan materi perkuliahan “Asuhan Kebidanan Nifas
dan Menyusui” untuk mahasiswi kebidanan.

Seperti kata pepatah yang tak ada gading yang tak retak. Oleh
karena itu, dengan rendah hati saya berharap kepada Ibu Antung Wilda
Zubaidah, S.ST. M.Kes Selaku Dosen pengampu mata kuliah “Asuhan
Kebidanan Nifas dan Menyusui” kiranya dapat memberikan masukan,
kritikan, dan tanggapan yang bersifat membangun untuk penyempurnaan
makalah kami.

Martapura, Nopember 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................................
BAB 1.........................................................................................................................................
PENDAHULUAN......................................................................................................................
A. Latar Belakang................................................................................................................
B. Tujuan..............................................................................................................................
C. Rumusan Masalah...........................................................................................................
BAB II........................................................................................................................................
PEMBAHASAN........................................................................................................................
A. Demam............................................................................................................................
B. Rasa Sakit Waktu Berkemih............................................................................................
C. Perubahan Payudara........................................................................................................
D. Kehilangan Nafsu Makan dalam Waktu Lama................................................................
BAB III.......................................................................................................................................
PENUTUP..................................................................................................................................
Kesimpulan.............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................

3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa nifas adalah masa setelah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya
kembali alat-alat kandungan seperti sebelum hamil yang berlangsung selama 6
minggu. Komplikasi masa nifas adalah keadaan abnormal pada masa nifas yang
disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat genitalia pada waktu
persalinan dan nifas.
Masa nifas merupakan masa yang rawan bagi ibu, sekitar 60% kematian ibu
terjadi setelah melahirkan dan hampir 50% dari kematian pada masa nifas terjadi pada
24 jam pertama setelah melahirkan, diantaranya disebabkan oleh adanya komplikasi
masa nifas. Selama ini perdarahan pasca persalinan merupakan penyebab kematian
ibu, namun dengan meningkatnya persediaan darah dan system rujukan, maka infeksi
menjadi lebih menonjol sebagai penyebab kematian dan morbiditas ibu.
Dalam masa nifas, terdapat beberapa tanda-tanda komplikasi seperti demam,
muntah, rasa sakit waktu berkemih, payudara yang berubah menjadi merah, panas dan
atona serba sakit, kehilangan nafsu makan dalam waktu lama, rasa sakit, merah, lunak
dan atau pembengkakan di kaki, dan merasa sedih atau tidak mampu mengasuh
bayinya dan diri sendiri. Dalam makalah ini, akan kami bahas mengenai penyebab
dan cara mengatasinya.
B. Tujuan
Memahami cara mendeteksi komplikasi nifas dan cara penanganannya

C. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian nifas?
2. Bagaimana cara mendeteksi dan menangani demam, muntah, rasa sakit waktu
berkemih?
3. Bagaimana cara mendeteksi dan menangani payudara yang berubah menjadi
merah, panas dan atona serba sakit?
4. Bagaimana cara mendeteksi dan menangani kehilangan nafsu makan dalam waktu
lama?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Demam
1. Pengertian Demam
Demam adalah naiknya temperature tubuh diatas normal. Temperature tubuh
yang normal adalah sekitar 36-370C. Kenaikan suhu badan sampai 410C atau
lebih biasanya akan mengalami muntah-muntah dan bila demam mencapai 420C
seringkali menyebabkan kejang dan kerusakan otot yang tidak dapat
disembuhkan. Demam merupakan mekanisme tubuh untuk melawan infeksi.
Demam nifas dikenal sebagai febris puerperalis atau morbiditas puerperalis adalah
keadaan peningkatan suhu badan yang terjadi dalam jangka waktu antara mulai
dilahirkannya hasil konsepsi yang mungkin dapat hidup sampai dengan 42 hari
atau 6 minggu setelah persalinan, yang disebabkan oleh apapun. Demam nifas
merupakan manisfestasi dari infeksi nifas, jika tidak diobati secara tepat dan cepat
dapat berlanjut menjadi sepsis nifas dan kematian maternal.
Ibu yang pada masa nifas mengalami demam tinggi lebih dari 2 hari, dan disertai
keluarnya cairan yang berbau, mungkin mengalami infeksi jalan lahir. Pada
keadaan ini cairan liang rahim tetap berdarah. Keadaan ini mengancam jiwa ibu.

2. Gejala Klinis Demam


Pada saat terjadi demam, gejala klinis yang timbul bervariasi tergantung pada fase
demam, meliputi fase awal, proses, dan fase pemulihan (defesvescence). Tanda-
tanda ini muncul sebagai hasil perubahan pada titik tetap dalam mekanisme
pengaturan suhu tubuh. Fase-fase Terjadinya Demam :
a. Fase I: Awal (awitan dingin atau menggigil)
Peningkatan denyut jantung, peningkatan laju dan kedalaman
pernafasan, menggigil akibat tegangan dan kontraksi otot, kulit pucat dan
dingin karena vasokontriksi, merasakan sensasi dingin, dasar kuku mengalami
sianosis karena vasokontriksi, rambut kulit berdiri, pengeluaran keringat
berlebihan, peningkatan suhu tubuh.

b. Fase II: Proses demam


Proses menggigil lenyap, kulit terasa hangat/panas, merasa tidak panas
atau dingin, peningkatan nadi dan laju pernafasan, peningkatan rasa haus,
dehidrasi ringan hingga berat, mengantuk, delirium, atau kejang akibat iritasi
sel saraf, lesi mulut herpetik, kehilangan nafsu makan (jika demam
memanjang), kelemahan, keletihan, dan nyeri ringan pada otot akibat
katabolisme protein.

c. Fase III: Pemulihan


Kulit tampak merah dan hangat, berkeringat, menggigil ringan,
kemungkinan mengalami dehidrasi.

2
3. Penyebab Demam
Penyebab umum demam antara lain :
a. Adanya infeksi seperti infeksi saluran kemih, infeksi streptokokus pada
tenggorokan, infeksi sinus, dan abses gigi.
b. Infeksi mononucleosis yang disertai rasa lelah.
c. Tertular suatu penyakit saat Anda berada di luar negeri.
d. Kelelahan karena kepanasan atau terbakar sinar matahari hebat.

Penyebab Demam Nifas antara lain :


a. Penolong persalinan tidak mencuci tangan dengan sabun sebelum menolong
persalinan.
b. Ibu tidak menggunakan obat pencegah demam sewaktu dan pasca persalinan.
c. Lama persalinan lebih dari 24 jam.
d. Ibu tidak melakukan kompres panas pada vagina pasca persalinan.
e. Ibu melakukan pengasapan pasca persalinan.
f. Posisi ibu melahirkan berbaring, anemia sewaktu ibu hamil.
g. Ada gangguan kehamilan sehari sebelum persalinan.
h. Lantai tempat persalinan terbuat dari tanah.

4. Penatalaksanaan Demam
Beberapa hal yang bisa dilakukan bila mengalami demam :
a. Kenakan pakaian tipis meskipun tubuh terasa dingin.
b. Istirahatlah di rumah di ruangan dengan ventilasi yang baik.
c. Minumlah banyak air putih, sari buah, susu, atau sup bening.
d. Usahakan makan seperti biasa meskipun nafsu berkurang.
e. Periksalah suhu tubuh setiap empat jam sekali.
f. Kompreslah tubuh dengan air hangat dan menggunakan kain basah.
g. Minum obat penurun panas jika suhu tubuh mencapai 38 – 40 derajat.
h. Hindari makanan berlemak atau yang sulit dicerna karena demam menurunkan
aktivitas lambung.

B. Rasa Sakit Waktu Berkemih


Sering kali ibu-ibu setelah melahirkan merasa enggan untuk melakukan buang
air kecil. Apalagi bila proses persalinan tersebut dilakukan dengan tindakan. Para ibu
kerap takut buang air kecil karena merasa khawatir akan terjadi nyeri atau perih pada
vagina yang baru dijahit. Pada saat Kehamilan biasanya disertai peningkatan cairan
ekstraseluler yang cukup bermakna, dan deurisis masa nifas adalah kebalikannya.
Deurisis terjadi pada hari kedua dan kelima. Peningkatan tekanan vena pada
setengah bagian bawah tubuh akan berkurang setelah melahirkan dan hipervolumia
akan menghilang. Kandung kemih masa nifas mempunyai kapasitas yang bertambah
besar dan relatif tidak sensitif terhadap tekanan cairan intravesika. Overdistensi
pengosongan tidak sempurna serta urine residual sering dijumpai. Pengaruh anestesi
juga dapat menjadi penyebab gangguan pada tractus urinarius ini. Ureter dan pelvis
renalis yang mengalami dilatasi akan kembali kekeadaan sebelum hamil mulai dari
minggu ke 2-8 post Partum.

3
Dalam waktu kurang dari enam jam pascapersalinan ibu bersalin harus
berkemih. Jika tidak bisa berkemih dalam 24 jam atau urine yang keluar hanya sedikit
dan tersendat-sendat berarti ibu mengalami gangguan fungsi berkemih yang disebut
dengan retensio urine. Biasanya urine yang keluar kurang dari 50 persen dari
kapasitas kantong urine. Gangguan ini juga sering dicirikan dengan adanya
pembengkakan pada daerah abdomen. Adanya gangguan fungsi berkemih
pascapersalinan tersebut disebabkan karena berkurangnya kontraktilitas otot detrusor
veksika urinaria. Gangguan juga bisa diakibatkan adanya resistensi pada uretra serta
kegagalan relaksasi otot elevator selama proses berkemih berlangsung.
Seorang Dokter atau Bidan memegang peranan penting dalam melakukan
deteksi dini terhadap gangguan berkemih pascapersalinan tersebut. Caranya yaitu
dengan menanyakan pada pasiennya enam jam setelah melahirkan apakah sudah bisa
melakukan buang air kecil atau belum selain itu, tenaga medis yang membantu
persalinan juga sebaiknya melakukan evaluasi dan pengukuran urine sisa enam jam
pascapersalinan.
Apabila urine yang keluar kurang dari 50 persen, berarti pasien tersebut
mengalami gangguan. Obat anti nyeri juga harus diberikan pada ibu bersalin yang
mengalami penjahitan pada vaginanya. Hal itu berguna untuk mengurangi nyeri saat
melakukan buang air kecil sehingga tidak menundanya. Untuk melakukan pencegahan
tersebut, manajemen aktif persalinan memegang banyak peranan. Hal itu berguna
untuk mencegah lamanya proses persalinan sehingga peregangan urine hanya
sebentar.
1. Faktor predisposisi:
a. Penggunaan kateter pada saat kehamialn atau persalinan
b. Air kemih yang tertahan karena perasaan sakit waktu berkemih karena
trauma persalinan atu luka pada jalan lahir
2. Gejala dan tanda:
a. Disuria
b. Demam tinggi
c. Sering kencing
d. Nyeri perut
e. Nyeri suprapubik
f. Nyeri pinggang
g. Nyeri dada belakang
h. Anoreksia
i. Mual/muntah
3. Penatalaksanaan:
a. Ambil sampel urin tengah, untuk pemeriksaan urin. Kaji frekuensi,
urgensi, dan jumlah pengeluaran urin untuk menilai fungsi kandung
kencing. Inspeksi warna urin, bau, kekeruhan.
b. Menganjurkan ibu untuk berkemih setiap 2 – 4 jam, dan mengosongkan
kandung kemih secara tuntas, sediakan kompres es untuk perineum selama
1 jam setelah kelahiran, untuk mengurangi pembentukan edema dan
memfasilitasi berkemih.
c. Kaji bila terdapat rasa sakit menyengat dan rasa panas pada saat berkemih.

4
d. Ibu sebaiknya sedikitnya minum 8 gelas cairan khususnya air setiap hari.
e. Kaji bila ada keluhan ketidaknyaman pada area suprapubik atau abdomen
bagian bawah, nyeri punggung bagian bawah atau nyeri berat pada
panggul.
f. Bila ibu mengalami demam, anjurkan mandi dengan air hangat dan
berikan obat antipiretik.
g. Menjelaskan pada ibu, bahwa obat – obatan yang diresepkan bisa merubah
warna urin.
h. Kaji tanda – tanda vital 4 jam dan bila ada pengaruh pada tanda sistemik.
i. Menganjurkan ibu untuk menjaga personal higiene.

C. Perubahan Payudara
Pada masa nifas payudara akan menglami beberapa perubahan sebagai berikut:
1. Bendungan ASI
Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan
duktus laktiferi atau oleh kelenjar yang tidak dikosongkan dengan sempurna
atau karena kelainan pada putting susu (Mochtar, 1996). Menurut Huliana
(2003) payudara bengkak terjadi karena hambatan aliran darah vena atau saluran
kelenjar getah bening akibat ASI terkumpul dalam payudara. Kejadian ini timbul
karena produksi yang berlebihan, sementara kebutuhan bayi pada hari pertama
lahir masih sedikit.
a. Patologi :
Faktor predisposisi terjadinya bendungan ASI antara lain :
1) Faktor hormon
2) Hisapan bayi
3) Pengosongan payudara
4) Cara menyusui
5) Faktor gizi
6) Kelainan pada puting susu

b. Patofisiologi
Gejala yang biasa terjadi pada bendungan ASI antara lain:
1) Payudara penuh terasa panas, berat dan keras, terlihat mengkilat meski
tidak kemerahan.
2) ASI biasanya mengalir tidak lancar, namun ada pula payudara yang
terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri, puting susu
teregang menjadi rata.
3) ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit mengenyut untuk
menghisap ASI. Ibu kadang-kadang menjadi demam, tapi biasanya akan
hilang dalam 24 jam (Mochtar, 1998).

c. Penatalaksanaan dan Peran Bidan


Upaya pencegahan untuk bendungan ASI adalah :
1) Menyusui dini, susui bayi sesegera mungkin (setelah 30 menit) setelah
dilahirkan.

5
2) Susui bayi tanpa jadwal atau on demand.
3) Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa, bila produksi melebihi
kebutuhan bayi.
4) Perawatan payudara pasca persalinan

d. Upaya pengobatan untuk bendungan ASI adalah :


1) Kompres hangat payudara agar menjadi lebih lembek.
2) Keluarkan sedikit ASI sehingga puting lebih mudah ditangkap dan dihisap
oleh bayi.
3) Sesudah bayi kenyang keluarkan sisa ASI.
4) Untuk mengurangi rasa sakit pada payudara, berikan kompres dingin.
5) Untuk mengurangi statis di vena dan pembuluh getah bening lakukan
pengurutan (masase) payudara yang dimulai dari putin kearah
korpus. (Sastrawinata, 2004).

2. Mastitis
Mastitis adalah infeksi pada payudara. Mastitis terjadi akibat infasi jaringan
payudara misalnya glandular, jaringan ikat, aerola, lemak oleh mikroorganisme
infeksius atau adanya cedera payudara. Mastitis hampir selalu terbatas pada satu
payudara. Organisme yang umum termasuk S.aureus, streptococci, dan
H.parainfluenzae. Bakteri dapat berasal dari beberapa sumber sebagai berikut :
a. Tangan ibu
b. Tangan orang yang merawat ibu atau bayi
c. Bayi
d. Duktus laktiferus
e. Setres dan keletihan
Tanda dan gejala aktual mastitis meliputi:
a. Peningkatan suhu yang cepat dari 39,5-400C
b. Peningkatan kecepatan nadi
c. Menggigil.
d. Sakit kepala.
e. Nyeri hebat, bengkak, area payudara keras dan inflamasi.
Penanganan terbaik mastitis adalah dengan pencegahan dilakukan dengan
cuci tangan menggunakan sabun anti bakteri dengan cermat, posisi yang tepat saat
menyusui bayi, membersihkan payudara dengan benar dan menghindari kontak
langsung dengan orang yang menderita infeksi atau lesi stafilococus.
3. Abses Payudara
Abses payudara adalah kelanjutan atau komplikasi dari mastitis hal ini di
sebabkan karena meluasnya peradangan dalam payudara tersebut.
a. Gejala
1) Sakit pada payudara ibu tampak lebih parah.
2) Payudara lebih mengkilap dan berwarna merah.
3) Benjolan terasa lunak karena berisi nanah.
4) Payudara yang tegang dan padat kemerahan.

6
5) Pembengkakan dengan adanya fluktuasi.
6) Adanya pus/nanah.

b. Penanganan dan Peran Bidan


1) Teknik menyusui yang benar.
2) Kompres payudara dengan air hangat dan air dingin secara bergantian.
3) Meskipun dalam keadaan mastitis, harus sering menyusui bayinya.
4) Mulailah menyusui pada payudara yang sehat.
5) Hentikan menyusui pada payudara yang mengalami abses, tetapi ASI harus
tetap dikeluarkan.
6) Apabila abses bertambah parah dan mengeluarkan nanah, berikan antibiotik.
7) Rujuk apabila keadaan tidak membaik.

4. Saluran Susu Tersumbat


Saluran tersumbat hampir selalu dapat terselesaikan tanpa pengobatan khusus
antara 24 hingga 48 jam setelah terjadi. Selama sumbatan itu masih ada, bayi
mungkin saja rewel ketika menyusu di payudara tersebut karena aliran ASI akan
lebih lambat dari biasanya. Hal ini mungkin disebabkan karena adanya tekanan dari
benjolan yang menekan saluran lain. Saluran tersumbat dapat diatasi lebih cepat jika
meneruskan menyusui pada payudara yang sakit, dan kosongkan payudara dengan
lebih baik. Hal ini dapat dilakukan dengan :
a. Sedapat mungkin melakukan pelekatan yang baik
b. Menggunakan tekanan pada payudara untuk menjaga ASI tetap mengalir.
c. Letakkan tangan di sekitar saluran yang tersumbat dan jika tidak terlalu sakit,
tekan saat bayi sedang menyusui.
d. Susui bayi dengan posisi sedemikian rupa sehingga dagu bayi ”mengarah”
pada saluran yang tersumbat. Jadi, bila saluran tersumbat ada pada bagian luar
bawah payudara (arah jam 7), maka menyusui bayi dengan
posisi football dapat sangat membantu.
e. Hangatkan area yang terinfeksi.
f. Anda bisa melakukan ini dengan bantalan penghangat atau botol berisi air
panas, tetapi hati-hati untuk tidak membakar kulit dengan menempelkan yang
terlalu panas untuk waktu yang terlalu lama.
g. Coba untuk beristrirahat.
h. Tentu saja, dengan kehadiran seorang bayi baru tidaklah mudah untuk
beristirahat. Cobalah untuk tidur. Bawa bayi bersama Anda ke tempat tidur
dan susui dia di sana.

5. Puting Susu Lecet


Sebanyak 57% ibu menyusui dilaporkan pernah menderita kelecetan pada putting.
a. Penyebab
1) Kesalahan dalam teknik menyusui.
2) Monoliasis pada mulut bayi yang menular pada putting susu ibu.
3) Akibat dari pemakaian sabun, alkohol, krim, atau zat iritan lainnya untuk
mencuci putting susu.
4) Bayi dengan tali lidah yang pendek (frenulum lingual).

7
5) Rasa nyeri juga dapat timbul apabila ibu menghentikan menyusui dengan
kurang berhati – hati.

b. Penatalaksanaan
1) Bayi harus disusuikan terlebih dahulu pada puting yang normal yang lecetnya
lebih sedikit. Untuk menmghindari tekanan local pada puting maka posisi
menyusu harus sering diubah, untuk puting yang sakit dianjurkan mengurangi
frekuensi dan lamanya menyusui. Di samping itu, kita harus yakin bahwa
teknik menyusui yang diguanakan bayi benar, yaitu harus menyusu sampai ke
kalang payudara. Untuk menghindari payudara yang bengkak, ASI
dikeluarkan dengan tangan pompa, kemudian diberikan dengan sendok, gelas,
dan pipet.
2) Setiap kali selesai menyusui bekas ASI tidak perlu dibersihkan, tetapi diangin-
anginkan sebentar agar melembutkan puting sekaligus sebagai anti-infeksi.
3) Jangan menggunakan sabun, alkohol, atau zat iritan lainnya untuk
membersihkan payudara.
4) Pada puting susu bisa dibubuhkan minyak lanolin atau minyak kelapa yang
telah dimasak terlebih dahulu.
5) Menyusui lebih sering (8-12 kali dalam 24 jam), sehingga payudara tidak
sampai terlalu penuh dan bayi tidak begitu lapar juga tidak menyusu terlalu
rakus.
6) Periksakanlah apakah bayi tidak menderita moniliasis yang dapat
menyebabkan lecet pada puting susu ibu. Jika ditemukan gejala moniliasis
dapat diberikan nistatin.

c. Pencegahan
1) Tidak membersihkan puting susu dengan sabun, alcohol, krim, atau zat-zat
iritan lainnya.
2) Sebainya untuk melepaskan puting dari isapan bayi pada saat bayi selesai
menyusu, tidak dengan memaksa menarik puting tetapi dengan menekan
dagu atau dengan memasukkan jari kelingking yang bersih ke mulut bayi.
3) Posisi menyusu harus benar, yaitu bayi harus menyusu sampai ke kalang
payudara dan menggunakan kedua payudara.

6. Payudara Bengkak
Pembengkakan payudara adalah karena ASI tidak disusui dengan adekuat,
sehingga sisa ASI terkumpul pada system duktus yang mengakibatkan terjadinya
pembengkakan. Payudara bengkak ini sering terjadi pada hari ketiga atau keempat
sesudah melahirkan. Statis pada pembuluh darah dan limfe akan mengakibatkan
meningkatnya tekanan intrakaudal, yang akan memengaruhi segmen pada payudara,
sehingga tekanan seluruh payudara meningkat. Akibatnya, payudara serign terasa
penuh, tegang, serta nyeri. Kemudian diikuti oleh penurunan produksi ASI dan
penuruna let down. Penggunaan bra yang ketat juga bisa menyebabkan segmental
engorgement, demikian pula puting yang tidak bersih dapat menyebabkan sumbatan
pada duktus.

8
a. Gejala
Payudara yang mengalami pembengkakan tersebut sangat sulit disusui oleh
bayi, karena kalang payudara lebih menonjol, putting lebih datar dan sulit diisap
oleh bayi, kulit pada payudara nampak lebih mengkilap, ibu merasa demam, dan
payudara terasa nyeri. Oleh karena itu, sebelum disusukan pada bayi, ASI harus
diperas dengan tangan atau pompa terlebih dahulu agar payudara lebih lunak,
sehingga bayi lebih mudah menyusui.

b. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dilakukan pada ibu yang payudaranya bengkak adalah
sebagai berikut:
1) Masase payudara dan ASI diperas dengan tangan sebelum menyusui.
2) Kompres dingin untuk mengurangi statis pembuluh darah vena dan
mengurangi rasa nyeri. Bila dilakukan selang-seling dengan kompres panas
untuk melancarkan pembuluh darah.
3) Menyusui lebih sering dan lebih lama pada payudara yang terkena untuk
melancarkan aliran ASI dan menurunkan tegangan payudara.

c. Pencegahan
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya pembengkakan pada
payudara adalah sebagai berikut:
1) Apabila memungkinkan, susukan bayi segera setelah lahir.
2) Susukan bayi tanpa jadwal.
3) Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa, bila produksi ASI melebihi
kebutuhan bayi.
4) Melakukan perawatan pascapersalinan secara teratur.

D. Kehilangan Nafsu Makan dalam Waktu Lama


Kelelahan yang amat berat setelah persalinan dapat mengganggu nafsu makan,
sehingga ibu tidak ingin makan sampai kelelahan itu hilang. Hendaknya setelah
bersalin berikan ibu minuman hangat, susu, kopi atau teh yang bergula untuk
mengembalikan tenaga yang hilang. Berikanlah makanan yang sifatnya ringan,karena
alat pencernaan perlu istirahat guna memulihkan keadaanya kembali. Turunnya nafsu
makan ibu pada masa nifas dikarenakan kadar progesteron menurun setelah
melahirkan, sehingga asupan makanan juga mengalami penurunan, gerak tubuh
berkurang dan usus bagian bawah sering kosong.

Selain itu, penurunan nafsu makan ini mungkin disebabkan oleh abnormalitas
neuroendokrin dalam hipotalamus.Gejala dikaitkan pada berbagai gangguan kimiawi
yang secara normal diatur oleh hipotalamus. Selanjutnya, abnormalitas fisiologis
dapat menyulitkan individu dalam menginterpretasikan sensasi lapar dan kenyang.

1. Penyebab Hilangnya nafsu makan ibu :


a. Post Partum blues
b. Kurangnya dukungan keluarga ( terutama suami )

9
c. Ibu mengidap suatu penyakit dalam pencernaan atau anggota tubuh
d. Keadaan ekonomi yang tidak mendukung
e. Kurang istirahat

Penatalaksanaan :
a. Dengan pendekatan atau bimbingan psikiatri.
b. Anjurkan ibu untuk makan makanan yang segar dan bervariasi setiap hari.
c. Seperti makanan yang mengandung sumber protein nabati dan hewani seperti:
daging, telur, kacang-kacangan, ayam, dll.
d. Makanan sumber karbohidrat, seperti : beras, jagung, kentang, ubi, dll
e. Makan Sayuran, seperti : bayam, kangkung,dll dan buah –buahan seperti
jeruk, pisang, papaya, dll.
f. Anjurkan ibu untuk makan sedikit-sedikit tapi sering.
g. Anjurkan ibu untuk minum tablet tambah darah.

10
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Masa nifas adalah masa setelah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali
alat-alat kandungan seperti sebelum hamil yang berlangsung selama 6 minggu. Komplikasi
masa nifas adalah keadaan abnormal pada masa nifas yang disebabkan oleh masuknya
kuman-kuman ke dalam alat genitalia pada waktu persalinan dan nifas.
Masa nifas merupakan masa yang rawan bagi ibu, sekitar 60% kematian ibu terjadi
setelah melahirkan dan hampir 50% dari kematian pada masa nifas terjadi pada 24 jam
pertama setelah melahirkan, diantaranya disebabkan oleh adanya komplikasi masa nifas.
Selama ini perdarahan pasca persalinan merupakan penyebab kematian ibu, namun dengan
meningkatnya persediaan darah dan system rujukan, maka infeksi menjadi lebih menonjol
sebagai penyebab kematian dan morbiditas ibu.
Dalam masa nifas, terdapat beberapa tanda-tanda komplikasi seperti demam, rasa
sakit waktu berkemih, payudara yang berubah menjadi merah, panas dan atona serba sakit,
kehilangan nafsu makan dalam waktu lama. Dalam makalah ini, sudah kami bahas mengenai
penyebab dan cara mengatasinya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim, Christin S. 1993. Perawatan Kebidanan (Perawatan Nifas ). Jakarta: Bharata Niaga
Media.

Jones, Llewellyn. 2002. Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Hipokrat

Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obsterri. Jakarta : EGC

Pinem, saroha. 2009. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Jakarta : Trans Info Media

Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

Pusdiknakes, 2003. Asuhan Kebidanan Post Partum. Jakarta: Pusdiknakes.

Pusdiknakes. WHO, JIHPIEGO. 2001. Buku IV Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas;

Saifudin, Abdul Bari. 2002. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.

12

Anda mungkin juga menyukai