Anda di halaman 1dari 16

Agroinovasi

Jalan Menuju
Ekspor Jagung Nasional

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian


Jl. Ragunan No.29 Pasar Minggu Jakarta Selatan
www.litbang.pertanian.go.id
2 Agroinovasi

Optimisme Ekspor Jagung


Sejak dua tahun lalu, Kementerian Pertanian terus menggenjot ekspor jagung
ke manca negara, baik ke negara tetangga di ASEAN maupun negara lainnya.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengemukakan bahwa Indonesia
bakal mengekspor jagung komposit 500.000 ton tahun 2018 ini (KOMPAS.com, 18
Mei 2018). Ini dicapai melalui peningkatan luas tanam jagung dan peningkatan
produktivitas jagung nasional, terutama melalui program upaya khusus (UPSUS)
pencapaian swasembada pajale (padi, jagung, dan kedelai).
Dari negara pengimpor jagung, kini Indonesia telah berhasil mengekspor
jagung. Sebut saja Provinsi Gorontalo telah berhasil mengekspor jagung untuk
industri pakan ternak sejumlah 80.000 ton hingga Mei 2018. Demikian pula Sulawesi
Selatan mengekspor jagung komposit 70.000 ton, sedangkan Nusa Tenggara Barat
menargetkan ekspor jagung hingga 200.000 ton tahun ini dan insya Allah ini akan
diikuti oleh provinsi sentra jagung lainnya, kata Amran menambahkan. Ada pun
negara tujuan ekspor komoditas pertanian Indonesia adalah Filipina, Australia,
China, dan Taiwan.
Di tengah gencar-gencarnya ekspor jagung, terdengar berita yang penuh
optimisme dan sangat menggembirakan dari banua Banjar, Kalimantan Selatan.
Budiono, petani jagung asal Desa Raja, Kecamatan Tambang Ulang, Kabupaten
Pelaihari, Kalsel mampu menghasilkan jagung hingga 20 t/ha berat pipilan kering
panen atau setara 16-18 t/ha jagung pipilan kering. Tidak tanggung-tanggung,
Budiono berhasil menyulap tanah miskin atau marginal (Oxisol) menjadi tanah
yang sangat produktif. Maka pantaslah ia dijuluki sebagai raja jagung asal Pelaihari
dan berhasil mendapatkan penghargaan dari 2 presiden, yaitu Presiden SBY dan
Presiden Jokowi.
Budiono, petani karet jebolan Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin
mulai beralih ke komoditas jagung sejak 2008 dengan hasil yang pas-pasan
sekitar 3.5 t/ha, masih jauh di bawah
produktivitas rata-rata nasional sekitar
5 t/ha. Tanamannya juga sempat
kekeringan sehingga hasilnya jauh dari
harapan. Akibatnya terpaksa ia harus
menjual sebagian tanah warisan dari
orang tuanya untuk menutupi hutang di
bank yang sudah jatuh tempo.
Produktivitas rendah yang dialami
Budiono ini sangat wajar karena tanahnya
seluas 50 ha itu termasuk tanah marginal.
Tanah Oxisol alami sebenarnya kurang Budiono, petani karet yang beralih menanam
jagung

Edisi 13 - 19 Juni 2018 No. 3754 Tahun XLVIII Badan Litbang Pertanian
Agroinovasi 3

kondusif untuk pertumbuhan tanaman,


karena tanahnya porous, kadar C dan N
organik tanah rendah sehingga kapasitas
memegang air tanah ini rendah akibatnya
tanah ini cepat kering. Selain reaksi
tanah masam, kadar hara (P, K, Ca, dan
Mg) tanah ini juga rendah. Pada kondisi
seperti itu, aktivitas mikroba atau agen
penyubur tanah juga rendah. Kondisi ini
semua menjadi pembatas pertumbuhan
tanaman terutama jagung.
Dengan kegigihan dan keuletan,
tahun berikutnya Budiono mampu meningkatkan hasil hingga 7 t/ha terutama
setelah dia mengenal varietas jagung hibrida atau jagung berpotensi hasil tinggi
(high yielding variety). Celakanya jagung hibrida ini sangat rakus hara dan relatif
manja atau tidak tahan terhadap cekaman lingkungan seperti kekeringan dan
kemasaman tinggi. Seiring bertambahnya waktu dan perbaikan pengelolaan tanah,
tahun 2012 Budiono mampu menghasilkan jagung di atas 12 t/ha. Puncaknya tahun
2016, dengan disaksikan Bupati Pelaihari dan para petani sekitar, hasil jagungnya
mencapai 16-18 t/ha.
Tak pelak lagi Budiono menjadi buah bibir kalangan masyarakat, banyak
yang tidak percaya bahkan para peneliti jagung pun seolah tidak percaya. Ini
tidak mengherankan karena dia mampu menghasilkan jagung lebih dari 3 kali
lipat produktivitas rata-rata nasional yang masih sekitar 5 t/ha. Kuncinya adalah
“berikan apa yang ia (tanaman) mau” demikian Budiono menjelaskan. Kalau ia mau
minum berilah ia air yang cukup, kalau ia mau makan berilah ia makanan bergizi
dan jangan telat, kalau ia mau nyaman berilah aerasi yang baik dan lingkungan
tumbuh yang netral, kata Budiono menambahkan.
Sejak 2001, Balai Penelitian Tanah,
Badan Litbang Pertanian bekerjasama
dengan IMPHOS (International World
Phosphate) mengembangkan penggunaan
Phosphate-alam secara langsung di tanah-
tanah masam, di mana salah satu tempat
pengujiannya adalah di tanah milik
Budiono di Kabupaten Pelaihari. Hasil
pengujian selama 4 musim berturut-
turut yang dilaksanakan tahun 2013-2015
di tanah Oxisol Pelaihari menunjukkan
hasil jagung yang setara atau lebih baik Temu Lapang Peningkatan Produktivitas
dari SP 36, yaitu 14-18 t/ha. Hasil tertinggi Melalui Aplikasi Langsung Phospat Alam

Badan Litbang Pertanian Edisi 13 - 19 Juni 2018 No. 3754 Tahun XLVIII
4 Agroinovasi

diperoleh pada musim keempat pada perlakuan P-alam yang dikombinasikan


dengan varietas hibrida, cara tanam zigzag, ameliorasi, dan pemupukan
berimbang.

P-alam
P-alam adalah pupuk P yang berasal dari mineral anorganik apatit dengan
rumus kimia Ca, Mg3 (PO4)2 dengan kadar P2O5 bervariasi sekitar 10-40%. Pupuk
ini selain mengandung hara P juga mengandung hara Ca dan Mg. Peran P bagi
tanaman antara lain: (1) untuk pembentukan bunga dan buah, (2) bahan pembentuk
inti dan dinding sel, (3) mendorong pertumbuhan akar muda dan pemasakan biji,
serta pembentukan klorofil, (4) untuk enzim-enzim pernapasan, dan (5) sebagai
cadangan dan transfer energi. Dengan demikian maka kekurangan P dalam tanah
akan berdampak penurunan produksi tanaman secara signifikan.
P-alam sangat tepat diberikan ke tanah masam karena tanah ini umumnya
kahat hara P, Ca dan Mg. Dalam kondisi masam, hara P dari P-alam akan reaktif
dan mudah larut sehingga cepat tersedia bagi tanaman. Defisiensi P di tanah
ini menjadi faktor pembatas utama pertumbuhan tanaman bahkan sering
mengalahkan pembatas hara lain termasuk hara N.
Selain mensuplai hara ke dalam tanah, P-alam juga dapat meningkatkan pH
tanah menjadi netral. Pada kondisi pH tanah netral, keseimbangan hara baik hara
makro maupun mikro dalam tanah sangat baik sehingga ketersediaannya optimal
untuk pertumbuhan tanaman. Selain itu, pada kondisi tanah netral aktivitas
mikroorganisme tanah juga tinggi sehingga proses dekomposisi berlangsung cepat
dan hara yang tadinya terikat menjadi tersedia bagi tanaman.
P-alam merupakan bahan baku pupuk SP 36 yang banyak beredar di
pasaran. Pembuatan pupuk SP 36 melalui mekanisme pengasaman P-alam yang
memerlukan biaya produksi tinggi (20-40%). Dengan demikian penggunaan
P-alam secara langsung berarti menghemat penggunaan SP 36. Penggunaan
P-alam secara langsung di tanah masam setara atau lebih efektif dibandingkan
SP 36, tapi penggunaannya di tanah
netral dan alkalin kurang efektif. Sekitar
dua pertiga tanah-tanah di Indonesia
bereaksi masam sehingga penggunaan
P-alam secara laungsung di Indonesia
selain efektif meningkatkan kesuburan
tanah dan hasil jagung, juga signifikan
menghemat pupuk SP 36.

Varietas Berpotensi Hasil Tinggi


Saat ini petani masih menggunakan
varietas lokal dan komposit dengan
Phospat Alam
Edisi 13 - 19 Juni 2018 No. 3754 Tahun XLVIII Badan Litbang Pertanian
Agroinovasi 5

produktivitas masih rendah tapi


varietas ini umumnya tahan terhadap
cekaman biotik maupun abiotik.
Meskipun produktivitas jagung rata-rata
nasional masih rendah, hanya sekitar
5 t/ha, sesungguhnya saat ini varietas
berpotensi hasil tinggi sudah banyak
dikembangkan. Misalnya saja jagung
hibrida tongkol ganda produk Badan
Litbang Pertanian Nakula Sadewa 29
(NASA 29) mempunyai potensi hasil
hingga 13.5 t/ha. Demikian pula saat ini
sudah banyak jagung produk perusahaan
swasta berpotensi hasil sangat tinggi,
yaitu lebih dari 15 t/ha. Teknik budidaya
selain varietas nampaknya sering menjadi
faktor pembatas. Dengan demikian maka
selanjutnya cara tanam dan pengelolaan
tanah menjadi faktor esensial dalam
peningkatan produktivitas jagung.
Tanaman jagung nampak sehat
Cara Tanam Zigzag
Cara tanam sangat berpengaruh
terhadap produktivitas jagung, semakin
rapat tentu populasi tanaman semakin
banyak dan hasil semakin tinggi. Namun
demikian aspek persaingan mendapatkan
cahaya matahari dan hara tanah menjadi
faktor pembatas pertumbuhan tanaman.
Cara tanam zigzag yang dikombinasikan
dengan suplai pupuk tinggi akan
mengurangi persaingan cahaya dan hara
sehingga produksi tetap maksimal. Petani
umumnya menanam jagung dengan
jarak tanam 70 cm x 40 cm atau 70 cm x 25
cm dan 2 biji per lubang sehingga jumlah
populasi sekitar 71 ribu – 114 ribu pohon/
ha. Cara tanam zigzag setara dengan
jarak tanam 70 cm x 12.5 cm sehingga
menghasilkan populasi pohon dua kali
lipat cara konvensional, yaitu sekitar 228

Badan Litbang Pertanian Edisi 13 - 19 Juni 2018 No. 3754 Tahun XLVIII
6 Agroinovasi

ribu pohon/ha. Di lapangan, cara tanam


zigzag dapat meningkatkan populasi
sekitar 1.8 kali lipat.

Ameliorasi Tanah
Seperti yang telah dikemukakan
sebelumnya bahwa tanah-tanah di
Indonesia umumnya bereaksi masam
dan berkadar C organik tanah rendah
sehingga pertumbuhan tanaman merana.
Ameliorasi atau perbaikan kondisi tanah Pemberian Ameliorasi pada Tanah
seperti ini mutlak diperlukan untuk
mendukung produksi tanaman. Ameliorasi tanah dengan dolomit selain dapat
meningkatkan pH tanah ke sekitar netral sehingga ketersediaan hara dan aktivitas
mikroba optimal, juga dolomit mensuplai hara Ca dan Mg yang juga sering menjadi
kendala di tanah masam.
Ameliorasi tanah dengan pemberian kompos (pupuk kandang atau pupuk
hijau) juga mutlak diperlukan di tanah masam untuk mensuplai C organik dalam
jumlah tinggi. Kompos dapat meningkatkan kapasitas tanah memegang air
sehingga tanah masih lembab meskipun di musim kemarau. Kompos juga dapat
memperbaiki agregasi tanah sehingga struktur dan aerasi tanah baik. Selain itu
kompos juga dapat meningkatkan kapasitas tukar kation tanah sehingga dapat
mengurangi kehilangan hara melalui pencucian. Dan yang tidak kalah penting,
kompos juga dapat meningkatkan aktivitas mikroba tanah sehingga kesuburan
tanah juga meningkat.

Pemupukan Berimbang
Pemupukan berimbang adalah
pemberian pupuk yang ditujukan agar
kondisi hara-hara dalam tanah berimbang
sehingga optimal untuk pertumbuhan
tanaman. Konsep pemupukan
berimbang harus memperhatikan status
dan dinamika hara dalam tanah serta
kebutuhan tanaman terhadap hara yang
bersangkutan. Setelah hara P dipenuhi Panen Jagung besama Bupati Pelaihari
dari P-alam dan hara Ca dan Mg dari
dolomit dan P-alam maka tinggal tambahkan hara N dari urea dan hara K dari
KCl untuk mencapai kebutuhan hara makro N, P, K, Ca, dan Mg. Hara lainnya
seperti hara S dan hara mikro cukup dipenuhi dari kompos. Karena cara tanam

Edisi 13 - 19 Juni 2018 No. 3754 Tahun XLVIII Badan Litbang Pertanian
Agroinovasi 7

zigzag memberikan populasi hampir dua kali lipat cara tanam konvensional,
maka kebutuhan hara yang harus dipenuhi dari pupuk pada cara tanam zigzag
juga harus 2 kali lipat.
Apabila kita memenuhi semua kebutuhan tanaman, maka tanaman akan
tumbuh dengan baik dan memberikan hasil maksimal kepada petani. Itu yang
sering diucapkan Budiono saat memberikan bimbingan teknis kepada petani atau
saat presentasi di acara seminar atau workshop. Pengembangan varietas jagung
berpotensi hasil tinggi dan pengelolaan tanah yang baik akan memberikan
produksi jagung nasional yang tinggi. Dengan demikian maka cita-cita Indonesia
menjadi lumbung pangan dunia tahun 2045 akan tercapai, Insya Allah.
Dedi Nursyamsi
Profesor Riset Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Badan Litbang Pertanian Edisi 13 - 19 Juni 2018 No. 3754 Tahun XLVIII
8 Agroinovasi

Kesesuaian Lahan Kering Masam


untuk Pengembangan Jagung
Produksi jagung dari lahan sawah tidak bisa diharapkan lebih tinggi lagi,
apalagi dengan gencarnya konversi lahan sawah menjadi lahan non pertanian.
Salah satu peluang yang cukup tinggi adalah pengembangan di lahan kering. Total
luas daratan Indonesia 191,1 juta ha, sekitar 144,5 juta ha merupakan lahan kering.
Sebagian besar lahan kering tersebut termasuk pada lahan kering masam seluas
107,4 juta ha atau 74,1% (BBSDL, 2015).
Lahan kering masam ini dicirikan oleh pH rendah, kation dapat tukar rendah,
kejenuhan basa dan kapasitas tukar kation rendah, serta tingginya kejenuhan
aluminium yang sering kali meracuni tanaman. Meskipun mempunyai kendala
sifat kimia tanah rendah namun dengan teknologi pengelolaan lahan kering
masam dapat segera diatasi, sehingga lahan kering masam ini lebih prospektif
untuk dikembangkan karena mempunyai sebaran yang cukup luas.
Berdasarkan hasil identifikasi BBSDLP (2015) lahan kering masam menyebar
di seluruh Indonesia seluas 107,4 juta ha, terluas terdapat di Pulau Kalimantan,
Sumatera dan Papua. Sebaran lahan kering masam ini berada terluas pada dataran
rendah (< 700 m dpl) dan beriklim basah (curah hujan tahunan > 2.000 mm) di
3 pulau. Lahan kering masam di dataran tinggi (>700 m dpl) terluas terdapat di
Sumatera dan Papua.
Berdasarkan karakteristik sumberdaya lahan dan iklim, telah dilakukan
evaluasi tingkat kesesuaian lahannya untuk pengembangan tanaman pangan dan
hortikultura, tanaman tahunan, dan padang penggembalaan dan hijauan pakan
ternak. Hasilnya menunjukkan bahwa dari total luas lahan kering masam sekitar
107,4 juta ha, ternyata yang sesuai untuk pengembangan pertanian hanya 72,3 juta
ha, dan yang sesuai untuk tanaman pangan termasuk jagung seluas 20,9 juta ha ,
terluas terdapat di Pulau Sumatera, Kalimantan dan Papua.
Tabel Kesesuaian lahan kering masam untuk pengembangan tanaman pangan,
tanaman tahunan dan padang penggembalaan di Indonesia
Kesesuaian Lahan Kering Masam
Total
Pulau Tanaman
Tanaman Pangan Penggembalaan (ha)
Tahunan
Sumatera 9.782.107 15.756.333 - 25.538.440
Jawa 1.997.919 4.054.033 - 6.051.952
Bali+Nusa Tenggara 4.505 20.513 211.097 236.115
Kalimantan 6.757.666 22.150.018 206.452 29.114.136
Sulawesi 492.061 2.188.472 897.293 3.577.826
Maluku 53.935 714.078 560.256 1.328.269
Papua 1.877.796 4.544.687 67.434 6.489.917
INDONESIA 20.965.989 49.428.134 1.942.532 72.336.655

Edisi 13 - 19 Juni 2018 No. 3754 Tahun XLVIII Badan Litbang Pertanian
Agroinovasi 9

Sumber: BBSDLP (2015), data diolah


Potensi perluasan areal tanam baru tanaman pangan termasuk jagung pada
lahan kering masam yang belum dimanfaatkan berupa semak belukar sekitar 4,5
juta ha, terluas berada di Pulau Sumatera. Berdasarkan status kawasan, perluasan
areal baru di lahan kering masam berada di kawasan hutan produksi (HP) seluas
2,8 juta ha, sedangkan di lahan APL hanya 0,95 juta ha. Artinya lahan cadangan
dalam jangka panjang berada di kawasan kehutanan.
Potensi lahan untuk perluasan areal baru berdasarkan status kawasan hutan
APL HPK HP Luas

Sumatera 536,656 104,293 659,533 1,300,482

Jawa 46,336 - 202,187 248,523

Bali + NT 1,574 - - 1,574

Kalimantan 329,867 227,902 1,297,841 1,855,610

Sulawesi 25,768 14,238 - 40,006

Maluku - 39,609 - 39,609

Papua 11,017 304,344 671,459 986,820

Indonesia 951,219 690,386 2,831,020 4,472,625


Sumber: BBSDLP (2015)

Kendala Pengembangan
Sebagai contoh kasus disajikan Peta Kesesuaian Lahan untuk Jagung di
Kabupaten Tanah Laut Provinsi Kalimantan Selatan (Gambar 1). Dari total luas
lahan Kabupaten Tanah Laut 381.482 ha, sekitar 142.476 ha (37%) termasuk kelas
sesuai marginal (S3nr/eh, S3nr/na, S3rc/nr dan S3rc/nr/na). Kelas S3nr/eh (53.088
ha) artinya faktor pembatas utama retensi hara berupa pH masam atau KTK dan
KB rendah atau bahan organik rendah, salah satu atau semuanya, serta lereng
15-25%. Kelas S3nr/na artinya selain retensi hara adalah ketersediaan hara P dan
K yang rendah, seluas 50.264 ha. Sedangkan daerah dengan S3rc/nr seluas 17.699
ha, faktor pembatasnya selain retensi hara adalah media perakaran, bisa karena
solum dangkal atau tekstur kasar atau tanah berpasir kasar. Sekitar 19.638 ha
adalah daerah dengan faktor pembatas ketiganya yaitu S3rc/nr/na artinya media
perkaranan kurang bagus, retensi hara rendah dan ketersediaan hara juga rendah.
Artinya bahwa input yang harus dikeluarkan untuk pemulihan lahan lebih banyak.
Sisanya sekitar 11,3% tidak sesuai untuk pertanaman jagung karena lereng terjal
> 25%, tanah sangat dangkal dan berbatu (kerikil) dan pasir, serta sekitar 63%
termasuk kawasan hutan sehingga tidak diarahkan untuk pengembangan jagung.

Badan Litbang Pertanian Edisi 13 - 19 Juni 2018 No. 3754 Tahun XLVIII
10 Agroinovasi

Kendala pengembangan seperti tersebut di atas sangat mudah diatasi dengan


teknologi pengelolaan lahan dan pemupukan berimbang antara pupuk organik
dan an organik. Kendala lainnya adalah masalah status lahan untuk perluasan
areal baru, dimana sebagian besar lahan cadangan berada di kawasan hutan,
yang memerlukan proses pelepasan yang cukup lama. Sedangkan pada lahan
APL, masalahnya adalah lahan sudah dimiliki oleh perorangan serta lokasinya
terpencar, sehingga untuk pembukaan lahan baru harus berurusan dengan orang
banyak dan tidak bisa dalam satu hamparan luas.
Dedi Nursyamsi dan Anny Mulyani
Balai Besar Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Gambar 1. Peta kesesuaian lahan untuk jagung di Kabupaten Tanah Laut, Kalsel

Edisi 13 - 19 Juni 2018 No. 3754 Tahun XLVIII Badan Litbang Pertanian
Agroinovasi 11

Gambar 2. Contoh penampang tanah di lahan kering masam (Kota Sorong, Papua
Barat) dan tanaman jagung di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara

Badan Litbang Pertanian Edisi 13 - 19 Juni 2018 No. 3754 Tahun XLVIII
12 Agroinovasi

Analisis Usahatani Jagung


Berbasis Cara Tanam Zigzag dan
Rekapitalisasi Pupuk Fosfat Alam
Jumlah permintaan komoditas jagung yang tinggi memerlukan pasokan
produksi yang tinggi disertai dengan keberlanjutan yang stabil antar waktu dan
lokasi agar terhindar dari ketergantungan terhadap impor jagung. Salah satu upaya
ke arah itu adalah menjadikan usahatani jagung sebagai suatu cabang usahatani
yang sangat menguntungkan bagi para petani. Peningkatan keuntungan usahatani
jagung dapat ditempuh melalui peningkatan produktivitas dan penghematan
biaya usahatani, sedangkan harga jual jagung di tingkat petani bersifat “sudah
ditetapkan”. Di sisi lain manfaat keberadaan usahatani jagung di dalam negeri
perlu dinilai dari berbagai aspek, antara lain dikaitkan dengan kemungkinan
peningkatan efisiensi penggunaan anggaran belanja negara, seperti subsidi pupuk
bagi Sektor Pertanian.

Cara Tanam Zigzag


Salah seorang petani jagung di Pelaihari, Kalimantan Selatan telah dan sedang
terus mengembangkan cara tanam jagung, dengan apa yang disebut cara tanam
“Zigzag”. Cara tanam Zigzag memungkinkan populasi tanaman jagung meningkat
menjadi sekitar 1,8 kali lipat lebih tinggi dari cara tanam jagung konvensional.
Pada cara tanam seperti itu dengan pemupukan berimbang dan menggunakan
varietas unggul baru dapat menghasilkan Provitas jagung mencapai batas produksi
potensialnya, bahkan dengan varietas jagung hibrida tertentu bisa mencapai 18
ton pipilan kering panen per hektar. Lay out atau skets cara tanam jagung Zigzag
ditampilkan pada Gambar 1.
Pada usahatani konvensional Provitas
jagung oleh petani pada umumnya
sekitar 7-8 t/ha. Secara matematis hal
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
Umumnya petani menggunakan jarak
tanam jagung 70 cm x 40 cm dengan
benih dua biji per lubang tanam sehingga
menghasilkan populasi jagung 70.000
pohon/ha. Di dalam prakteknya sekitar
70-80% pohon jagung saja yang tumbuh
dan berbuah bagus dengan rata-rata
bobot biji jagung sekitar 80-100 gram/
Gambar 1. Layout cara tanam jagung Zigzag
tongkol.
(sumber foto: Maswar, 2018)
Cara tanam jagung Zigzag dibuat

Edisi 13 - 19 Juni 2018 No. 3754 Tahun XLVIII Badan Litbang Pertanian
Agroinovasi 13

sedemikian rupa sehingga populasi jagung seakan ditanam pada jarak tanam 75
cm x 12,5 cm atau sekitar 106.660 lubang tanam/ha. Apabila satu lubang tanam
ditanami 2 biji benih jagung atau ditanam varietas jagung bertongkol 2 buah/pohon
maka potensi jumlah tongkol per hektar akan mencapai lebih dari 200 ribu buah.
Melalui perawatan dan pemeliharaan tanaman yang baik dan benar (GAP) disertai
dengan pemupukan berimbang maka proporsi jumlah tanaman yang tumbuh
dan berbuah dengan bagus lebih dari 90% dan bobot pipilan jagung per tongkol
mencapai 100 gram. Tentu saja cara tanam jagung Zigzag tersebut memerlukan
jumlah benih yang lebih banyak, sesuai dengan peningkatan jumlah populasinya.
Pada usahatani jagung konvensional diperlukan benih 20-25 kg/ha, pada cara
tanam Zigzag diperlukan benih sekitar 40 kg/ha.

Rekapitalisasi Pupuk Fosfat Alam


Fosfat alam (P-alam) merupakan batuan alami yang biasa digunakan sebagai
bahan baku industri pupuk P yang mudah dan/atau cepat larut seperti SP36 yang
dikenal oleh para petani di lapangan. Pengolahan batuan P-alam menjadi pupuk
SP36 tentu saja memerlukan proses, energi, dan biaya, padahal batuan P-alam
tersebut pada dasarnya bisa digunakan langsung sebagai pupuk sumber hara P
untuk tanaman, baik tanaman pangan, seperti jagung atau tanaman perkebunan,
seperti kelapa sawit.
Batuan P-alam selain mengandung hara P juga Ca yang cukup tinggi sehingga
sangat cocok untuk pengembangan pertanian pada tanah masam, seperti lahan
kering masam dan lahan sulfat masam. Sifat lain P-alam adalah tidak cepat larut
dalam air sehingga bersifat lambat tersedia atau “slow release”, dan oleh karena itu
mempunyai pengaruh “residu”
yang cukup lama. Artinya satu
kali aplikasi P-alam pada dosis
tertentu akan berpengaruh
positif terhadap kesuburan
tanah dan produktivitas
tanaman dalam beberapa kali
musim tanam berikutnya.
Hasil penelitian Badan Litbang
Pertanian menunjukkan bahwa
penggunaan pupuk P-alam pada
lahan kering masam mempunyai
efektivitas yang sama baiknya
dengan pupuk kimia sumber P Gambar 2. Keragaan jagung dengan cara tanam
yang mudah larut seperti halnya Zigzag dan aplikasi pupuk P-alam pada tanah masam
SP36. Hasil penelitian pada di Kalimantan Selatan (Sumber foto: Wahida, 2017)

Badan Litbang Pertanian Edisi 13 - 19 Juni 2018 No. 3754 Tahun XLVIII
14 Agroinovasi

Proyek SebarFos di Sumatera Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat dan


Lampung menunjukkan bahwa aplikasi langsung P-alam dengan reaktivitas tinggi
sebanyak 1 t/ha pada usahatani jagung dapat meningkatkan produksi (20-80%)
dan pendapatan petani (50-80%) hingga 4 musim tanam (Santoso et al., 1990). Hasil
penelitian serupa pada tahun 2001-2004, yakni Aplikasi Teknologi Pengkayaan P
tanah dengan P-Alam 1 t/ha pada lahan kering masam di Lampung menunjukkan
pengaruh residu P-Alam tersebut terhadap produktivitas jagung mencapai 5 musim
tanam (Sri Rochayati, 2006).
Di beberapa tempat di Indonesia ditemukan deposit bantuan P-alam tetapi
kualitasnya cukup beragam, baik dilihat dari kandungan unsur P, Ca, maupun
reaktivitasnya. Batuan P-alam yang cocok untuk pengembangan pertanian pada
lahan masam adalah yang tinggi reaktivitasnya dan tinggi kandungan unsur
kalsiumnya (CaO > 40%). Keragaan tanaman jagung dengan perlakuan pupuk
P-alam pada tanah masam disajikan pada Gambar 2.

Kelayakan Finansial Usahatani Jagung


Kelayakan finansial atau keuntungan usahatani merupakan indikator penting
bagi petani untuk mengusahakan suatu komoditas, termasuk jagung. Setidaknya
ada tiga faktor penting yang berpengaruh terhadap besaran keuntungan usahatani,
yakni harga jual, produktivitas dan biaya usahatani. Harga jual komoditas
pertanian di tingkat petani (farmer’s gate price) umumnya sudah bersifat tetap, tidak
bisa dirubah oleh petani, termasuk harga jual jagung. Sebaliknya, para petani dapat
menerapkan dan mengembangkan inovasi teknologi usahatani sehingga dicapai
beberapa kemungkinan yang bersifat menguntungkan dengan faktor-faktor lain
diasumsikan tidak berubah, seperti berikut: (1) produktivitas tanaman meningkat
dan biaya usahatani menurun atau maksimal biaya tetap, (2) produktivitas
meningkat dan biaya meningkat tetapi nilai peningkatan hasil produksi masih
lebih tinggi daripada peningkatan biayanya, (3) produktivitas tatanam tetap, tetapi
biaya usahatani menurun atau ada peningkatan efisiensi.
Hasil simulasi (Ex-ante) analisis finansial usahatani jagung dengan cara tanam
Zigzag dan rekapitalisasi pupuk P-alam pada lahan masam disajikan pada Tabel
1. Data tersebut menunjukkan bahwa usahatani jagung dengan cara tanam Zigzag
dan aplikasi langsung pupuk P-alam sebanyak 1 t/ha pada musim tanam pertama
akan menguntungkan petani selama 4 musim tanam. Hal tersebut dilihat dari nilai
pendapatan dan rasio R/C serta rasio B/C. Karakteristik pengelolaan usahatani
tersebut dicirikan oleh produktivitas yang stabil (konstan) tetapi biaya usahataninya
menurun. Penurunan biaya disebabkan oleh penggunaan pupuk dan tenaga kerja
yang berkurang pada musim tanam berikutnya.

Edisi 13 - 19 Juni 2018 No. 3754 Tahun XLVIII Badan Litbang Pertanian
Agroinovasi 15

Tabel 1. Ex-ante analisis finansial usahatani jagung dengan cara tanam Zigzag dan
rekapitalisasi pupuk P-Alam pada lahan masam (jagung Var. Nasa 29 )

Deskkripsi Satuan MT1 MT2 MT3 MT4


Biaya Sarana produksi Rp/ha 9.925.000 6.925.000 6.925.000 6.925.000
Biaya upah tenaga kerja Rp/ha 6.650.000 6.250.000 6.250.000 6.250.000
Total biaya usahatani Rp/ha 16.575.000 13.175.000 13.175.000 13.175.000
Provitas jagung kg/ha 11.500 11.500 11.500 11.500
Harga jagung Rp/kg 3.000 3.000 3.000 3.000
Penerimaan usahatani Rp/ha 34.500.000 34.500.000 34.500.000 34.500.000
Pendapatan usahatani Rp/ha 17.925.000 21.325.000 21.325.000 21.325.000
Rasio R/C *) 2,1 2,6 2,6 2,6
Rasio B/C **) 1,1 1,6 1,6 1,6
Kelayakan finansial Layak Layak Layak Layak
Catatan: Kriteria kelayakan finansial masing-masing *) > 1,0 dan **) > 0,0

Analisis finansial di atas menggunakan VUB jagung yang dikembangkan


oleh Badan Litbang Pertanian sekelas NS29. Di beberapa lokasi pengembangan,
produktivitas jagung (JH) NS 29 mencapai 11,5 -12,6 t/ha (Sulawesi Selatan), 12,1 –
13,4 t/ha (NTB), 12,5 – 13,5 t/ha (Jawa Timur).
Di beberapa daerah banyak petani yang sudah sangat antusias untuk bertani
jagung hybrida, termasuk yang dikembangkan oleh industri swasta. Peneliti
Badan Litbang Pertanian juga sudah melakukan penelitian berupa demontrasi
plot usahatani jagung menggunakan VUB yang dikembangkan oleh industri
swasta dan hasilnya menunjukkan produktivitas jagung tersebut bisa mencapai
16-18 t/ha pipilan kering panen. Analisis finansial usahatani jagung dengan
cara tanam Zigzag dan rekapitalisasi pupuk P-Alam menggunakan jagung
(high yielding) tersebut memberikan indikator kelayakan yang lebih bagus. Hal
tersebut disebabkan oleh peningkatan penerimaan usahatani jagung sebesar 48%,
sedangkan biaya usahataninya meningkat hanya 5% bersumber dari harga benih.
Cukup tingginya peningkatan penerimaan usahatani jagung tersebut bersumber
dari peningkatan produktivitas jagung dari 11,5 ton/ha menjadi 17 ton/ha.
Informasi tersebut menunjukkan pengusahaan jagung hibrida dengan cara tanam
Zigzag dan pemanfaatan pupuk P-alam secara langsung hanya satu kali dalam 4
musim tanam akan meningkatkan keuntungan petani.
Secara nasional penggunaan langsung pupuk P-Alam untuk pertanian
tanaman pangan dan tanaman perkebunan sangat potensial mengurangi beban
biaya subsidi pupuk, khususnya pupuk kimia sumber P, seperti SP36. Hasil kajian
menunjukkan bahwa biaya produksi setiap satuan hara P2O5 pupuk P-Alam sekitar

Badan Litbang Pertanian Edisi 13 - 19 Juni 2018 No. 3754 Tahun XLVIII
16 Agroinovasi

25-40% saja dari biaya pupuk buatan pabrik (Sri Rochayati, 2006).
Bisa dihitung berapa besaran penghematan subsidi pupuk apabila ada kebijakan
untuk penggunaan pupuk P-Alam, sebagai pengganti pupuk SP36 atau pupuk
sumber P lainnya pada tanaman pangan dan perkebunan, khususnya untuk areal
pertanian pada tanah masam, baik pada lahan kering maupun rawa pasang surut.
Di Indonesia terdapat lahan kering masam (LKM) seluas 108,8 juta hektar dan LKM
yang cocok untuk pengembangan pertanian tanaman pangan (lerengnya kurang
dari 15%) ada 7,1 juta hektar, sedangkan untuk pertanian tanaman perkebunan
15,3 juta hektar. Selain itu terdapat lahan sulfat masam seluas 6,7 juta ha (BBSDLP,
2012).
Irawan dan D. Nursyamsi
Balai Besar Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian
Badan Litbang Pertanian, Kementan

Petunjuk Cara Melipat

Cover
Cover
Cover Cover

Lipat melintang sehingga Lipat lagi sehingga Potong bagian bawah


Ambil Dua lembar sehingga menjadi
cover buku (halaman dua melintang ke
Tabloid bagian tengah. sebuah buku
warna) ada di depan. dalam

Edisi 13 - 19 Juni 2018 No. 3754 Tahun XLVIII Badan Litbang Pertanian

Anda mungkin juga menyukai