Jalan Menuju Ekspor Jagung Nasional
Jalan Menuju Ekspor Jagung Nasional
Jalan Menuju
Ekspor Jagung Nasional
Edisi 13 - 19 Juni 2018 No. 3754 Tahun XLVIII Badan Litbang Pertanian
Agroinovasi 3
Badan Litbang Pertanian Edisi 13 - 19 Juni 2018 No. 3754 Tahun XLVIII
4 Agroinovasi
P-alam
P-alam adalah pupuk P yang berasal dari mineral anorganik apatit dengan
rumus kimia Ca, Mg3 (PO4)2 dengan kadar P2O5 bervariasi sekitar 10-40%. Pupuk
ini selain mengandung hara P juga mengandung hara Ca dan Mg. Peran P bagi
tanaman antara lain: (1) untuk pembentukan bunga dan buah, (2) bahan pembentuk
inti dan dinding sel, (3) mendorong pertumbuhan akar muda dan pemasakan biji,
serta pembentukan klorofil, (4) untuk enzim-enzim pernapasan, dan (5) sebagai
cadangan dan transfer energi. Dengan demikian maka kekurangan P dalam tanah
akan berdampak penurunan produksi tanaman secara signifikan.
P-alam sangat tepat diberikan ke tanah masam karena tanah ini umumnya
kahat hara P, Ca dan Mg. Dalam kondisi masam, hara P dari P-alam akan reaktif
dan mudah larut sehingga cepat tersedia bagi tanaman. Defisiensi P di tanah
ini menjadi faktor pembatas utama pertumbuhan tanaman bahkan sering
mengalahkan pembatas hara lain termasuk hara N.
Selain mensuplai hara ke dalam tanah, P-alam juga dapat meningkatkan pH
tanah menjadi netral. Pada kondisi pH tanah netral, keseimbangan hara baik hara
makro maupun mikro dalam tanah sangat baik sehingga ketersediaannya optimal
untuk pertumbuhan tanaman. Selain itu, pada kondisi tanah netral aktivitas
mikroorganisme tanah juga tinggi sehingga proses dekomposisi berlangsung cepat
dan hara yang tadinya terikat menjadi tersedia bagi tanaman.
P-alam merupakan bahan baku pupuk SP 36 yang banyak beredar di
pasaran. Pembuatan pupuk SP 36 melalui mekanisme pengasaman P-alam yang
memerlukan biaya produksi tinggi (20-40%). Dengan demikian penggunaan
P-alam secara langsung berarti menghemat penggunaan SP 36. Penggunaan
P-alam secara langsung di tanah masam setara atau lebih efektif dibandingkan
SP 36, tapi penggunaannya di tanah
netral dan alkalin kurang efektif. Sekitar
dua pertiga tanah-tanah di Indonesia
bereaksi masam sehingga penggunaan
P-alam secara laungsung di Indonesia
selain efektif meningkatkan kesuburan
tanah dan hasil jagung, juga signifikan
menghemat pupuk SP 36.
Badan Litbang Pertanian Edisi 13 - 19 Juni 2018 No. 3754 Tahun XLVIII
6 Agroinovasi
Ameliorasi Tanah
Seperti yang telah dikemukakan
sebelumnya bahwa tanah-tanah di
Indonesia umumnya bereaksi masam
dan berkadar C organik tanah rendah
sehingga pertumbuhan tanaman merana.
Ameliorasi atau perbaikan kondisi tanah Pemberian Ameliorasi pada Tanah
seperti ini mutlak diperlukan untuk
mendukung produksi tanaman. Ameliorasi tanah dengan dolomit selain dapat
meningkatkan pH tanah ke sekitar netral sehingga ketersediaan hara dan aktivitas
mikroba optimal, juga dolomit mensuplai hara Ca dan Mg yang juga sering menjadi
kendala di tanah masam.
Ameliorasi tanah dengan pemberian kompos (pupuk kandang atau pupuk
hijau) juga mutlak diperlukan di tanah masam untuk mensuplai C organik dalam
jumlah tinggi. Kompos dapat meningkatkan kapasitas tanah memegang air
sehingga tanah masih lembab meskipun di musim kemarau. Kompos juga dapat
memperbaiki agregasi tanah sehingga struktur dan aerasi tanah baik. Selain itu
kompos juga dapat meningkatkan kapasitas tukar kation tanah sehingga dapat
mengurangi kehilangan hara melalui pencucian. Dan yang tidak kalah penting,
kompos juga dapat meningkatkan aktivitas mikroba tanah sehingga kesuburan
tanah juga meningkat.
Pemupukan Berimbang
Pemupukan berimbang adalah
pemberian pupuk yang ditujukan agar
kondisi hara-hara dalam tanah berimbang
sehingga optimal untuk pertumbuhan
tanaman. Konsep pemupukan
berimbang harus memperhatikan status
dan dinamika hara dalam tanah serta
kebutuhan tanaman terhadap hara yang
bersangkutan. Setelah hara P dipenuhi Panen Jagung besama Bupati Pelaihari
dari P-alam dan hara Ca dan Mg dari
dolomit dan P-alam maka tinggal tambahkan hara N dari urea dan hara K dari
KCl untuk mencapai kebutuhan hara makro N, P, K, Ca, dan Mg. Hara lainnya
seperti hara S dan hara mikro cukup dipenuhi dari kompos. Karena cara tanam
Edisi 13 - 19 Juni 2018 No. 3754 Tahun XLVIII Badan Litbang Pertanian
Agroinovasi 7
zigzag memberikan populasi hampir dua kali lipat cara tanam konvensional,
maka kebutuhan hara yang harus dipenuhi dari pupuk pada cara tanam zigzag
juga harus 2 kali lipat.
Apabila kita memenuhi semua kebutuhan tanaman, maka tanaman akan
tumbuh dengan baik dan memberikan hasil maksimal kepada petani. Itu yang
sering diucapkan Budiono saat memberikan bimbingan teknis kepada petani atau
saat presentasi di acara seminar atau workshop. Pengembangan varietas jagung
berpotensi hasil tinggi dan pengelolaan tanah yang baik akan memberikan
produksi jagung nasional yang tinggi. Dengan demikian maka cita-cita Indonesia
menjadi lumbung pangan dunia tahun 2045 akan tercapai, Insya Allah.
Dedi Nursyamsi
Profesor Riset Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Badan Litbang Pertanian Edisi 13 - 19 Juni 2018 No. 3754 Tahun XLVIII
8 Agroinovasi
Edisi 13 - 19 Juni 2018 No. 3754 Tahun XLVIII Badan Litbang Pertanian
Agroinovasi 9
Kendala Pengembangan
Sebagai contoh kasus disajikan Peta Kesesuaian Lahan untuk Jagung di
Kabupaten Tanah Laut Provinsi Kalimantan Selatan (Gambar 1). Dari total luas
lahan Kabupaten Tanah Laut 381.482 ha, sekitar 142.476 ha (37%) termasuk kelas
sesuai marginal (S3nr/eh, S3nr/na, S3rc/nr dan S3rc/nr/na). Kelas S3nr/eh (53.088
ha) artinya faktor pembatas utama retensi hara berupa pH masam atau KTK dan
KB rendah atau bahan organik rendah, salah satu atau semuanya, serta lereng
15-25%. Kelas S3nr/na artinya selain retensi hara adalah ketersediaan hara P dan
K yang rendah, seluas 50.264 ha. Sedangkan daerah dengan S3rc/nr seluas 17.699
ha, faktor pembatasnya selain retensi hara adalah media perakaran, bisa karena
solum dangkal atau tekstur kasar atau tanah berpasir kasar. Sekitar 19.638 ha
adalah daerah dengan faktor pembatas ketiganya yaitu S3rc/nr/na artinya media
perkaranan kurang bagus, retensi hara rendah dan ketersediaan hara juga rendah.
Artinya bahwa input yang harus dikeluarkan untuk pemulihan lahan lebih banyak.
Sisanya sekitar 11,3% tidak sesuai untuk pertanaman jagung karena lereng terjal
> 25%, tanah sangat dangkal dan berbatu (kerikil) dan pasir, serta sekitar 63%
termasuk kawasan hutan sehingga tidak diarahkan untuk pengembangan jagung.
Badan Litbang Pertanian Edisi 13 - 19 Juni 2018 No. 3754 Tahun XLVIII
10 Agroinovasi
Gambar 1. Peta kesesuaian lahan untuk jagung di Kabupaten Tanah Laut, Kalsel
Edisi 13 - 19 Juni 2018 No. 3754 Tahun XLVIII Badan Litbang Pertanian
Agroinovasi 11
Gambar 2. Contoh penampang tanah di lahan kering masam (Kota Sorong, Papua
Barat) dan tanaman jagung di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara
Badan Litbang Pertanian Edisi 13 - 19 Juni 2018 No. 3754 Tahun XLVIII
12 Agroinovasi
Edisi 13 - 19 Juni 2018 No. 3754 Tahun XLVIII Badan Litbang Pertanian
Agroinovasi 13
sedemikian rupa sehingga populasi jagung seakan ditanam pada jarak tanam 75
cm x 12,5 cm atau sekitar 106.660 lubang tanam/ha. Apabila satu lubang tanam
ditanami 2 biji benih jagung atau ditanam varietas jagung bertongkol 2 buah/pohon
maka potensi jumlah tongkol per hektar akan mencapai lebih dari 200 ribu buah.
Melalui perawatan dan pemeliharaan tanaman yang baik dan benar (GAP) disertai
dengan pemupukan berimbang maka proporsi jumlah tanaman yang tumbuh
dan berbuah dengan bagus lebih dari 90% dan bobot pipilan jagung per tongkol
mencapai 100 gram. Tentu saja cara tanam jagung Zigzag tersebut memerlukan
jumlah benih yang lebih banyak, sesuai dengan peningkatan jumlah populasinya.
Pada usahatani jagung konvensional diperlukan benih 20-25 kg/ha, pada cara
tanam Zigzag diperlukan benih sekitar 40 kg/ha.
Badan Litbang Pertanian Edisi 13 - 19 Juni 2018 No. 3754 Tahun XLVIII
14 Agroinovasi
Edisi 13 - 19 Juni 2018 No. 3754 Tahun XLVIII Badan Litbang Pertanian
Agroinovasi 15
Tabel 1. Ex-ante analisis finansial usahatani jagung dengan cara tanam Zigzag dan
rekapitalisasi pupuk P-Alam pada lahan masam (jagung Var. Nasa 29 )
Badan Litbang Pertanian Edisi 13 - 19 Juni 2018 No. 3754 Tahun XLVIII
16 Agroinovasi
25-40% saja dari biaya pupuk buatan pabrik (Sri Rochayati, 2006).
Bisa dihitung berapa besaran penghematan subsidi pupuk apabila ada kebijakan
untuk penggunaan pupuk P-Alam, sebagai pengganti pupuk SP36 atau pupuk
sumber P lainnya pada tanaman pangan dan perkebunan, khususnya untuk areal
pertanian pada tanah masam, baik pada lahan kering maupun rawa pasang surut.
Di Indonesia terdapat lahan kering masam (LKM) seluas 108,8 juta hektar dan LKM
yang cocok untuk pengembangan pertanian tanaman pangan (lerengnya kurang
dari 15%) ada 7,1 juta hektar, sedangkan untuk pertanian tanaman perkebunan
15,3 juta hektar. Selain itu terdapat lahan sulfat masam seluas 6,7 juta ha (BBSDLP,
2012).
Irawan dan D. Nursyamsi
Balai Besar Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian
Badan Litbang Pertanian, Kementan
Cover
Cover
Cover Cover
Edisi 13 - 19 Juni 2018 No. 3754 Tahun XLVIII Badan Litbang Pertanian