Seorang perempuan, 37 tahun G3P2A0 gravid 37 minggu 4 hari datang dengan gawat
janin dengan DJJ 187x/menit. Terdapat tanda inpartu dengan pembukaan 2 cm. Tanda
vital dalam batas normal. Pasien juga memiliki mioma uteri, sehingga direncanakan
pembedahan seksio sesarea dan miomektomi per abdominal. Paska operasi ditemui
multipel mioma dengan ukuran terbesar 10x10 cm dan hasil PA menunjukkan
leiomyoma uteri. Bayi lahir dengan BBL 3320 gr, PB 48 cm, dan Apgar 8/10. Paska
operasi diberikan drip oksitosin, cefotaxim, ketorolac, asam traneksamat, ranitidin, dan
metilergometrin. Hemoglobin paska operasi 10,9 gram/dl atau 1 gram/dl lebih rendah
dari sebelum operasi. Hari ke-9 setelah operasi, keadaan umum dan luka operasi tampak
baik, tinggi fundus uteri 2 jari di bawah pusat, dan tidak ada keluhan lain.
Kata Kunci: miomektomi, sectio caesarea, caesarean miomektomi, mioma uteri
Laporan Kasus
Gambar 1. Tampak uterus dengan multiple mioma uteri di anterior dari uterus
Gambar 2. Tampak daerah insisi fundus uteri bagian posterior saat miomektomi
Gambar 3. Multiple Mioma uteri dengan ukuran terbesar 10x10cm
Setelah dilakukan tindakan seksio sesarea pada pasien, bayi perempuan lahir
dengan berat badan 3320 gram, panjang badan 48 cm dan skor Apgar 8/10. Tidak
ditemukan kelainan kongenital pada bayi ini. Sedangkan, setelah dilakukan tindakan
miomektomi pada pasien ini, didapatkan mioma uteri multipel dengan ukuran terbesar
10x10cm. Jumlah perdarahan pada saat miomektomi sampai selesai operasi kurang
lebih 200 ml. Pada perawatan setelah operasi, dilakukan pengawasan keadaan umum,
tanda vital dan jumlah perdarahan. Terapi paska operasi sebagai berikut: drip Oksitosin
20 IU dalam 500cc RL 28 tetes per menit setiap mengganti cairan selama 24 jam,
injeksi Cefotaksim IV 1 gram/12 jam, injeksi Ketorolac IV 30 mg/8 jam, injeksi Asam
Traneksamat IV 500 mg/8 jam, injeksi Ranitidin IV 50 mg/8 jam, dan injeksi
metilergometrin IV 0,2 mg/8 jam. Pada pemantauan 2 jam setelah operasi, didapatkan
keadaan umum pasien baik, tinggi fundus uteri 1 jari di bawah pusat, kontraksi baik,
peristaltik baik, jumlah urine 75 ml/jam, jernih, jumlah perdarahan pervaginam 50 ml/ 2
jam dan hemoglobin kontrol setelah operasi 10,9 gram/dl atau 1 gram/dl lebih rendah
dari hemoglobin sebelum operasi. Pasien kontrol pada hari ke-9 setelah operasi,
keadaan umum pasien baik, keluhan tidak ada, luka operasi baik, tinggi fundus uteri 2
jari di bawah pusat, buang air tidak ada kelainan, dan luka operasi kering.
Diskusi
Sectio caesarea (SC) adalah proses persalinan untutk melahirkan janin yang
memiliki berat badan lebih dari 500 gram dengan cara menginsisi bagian perut dan
dinding uterus. Seiring perkembangan jaman, SC ini dapati dilakukan dibagian perut
bawah. SC ini bisa dilakukan secara elektif apabila ada indikasi bayi tidak bisa
dilahirkan secara normal ataupun bisa dilakukan secara mendadak (emergency) apabila
ada kondisi dimana bayi harus dilahirkan segera. Menurut WHO tahun 2015 angka
kejadian bedah sesar adalah 10-15% dari total angka persalinan seluruh dunia. Di Asia
sendiri angka persalinan bedah sesar meningkat sebesar 15,1% yaitu dari 4,4%
meningkat menjadi 19,5%. Menurut Riskesdas 2013 kelahiran bedah sesar sebesar 9,8%
dengan proporsi tertinggi di DKI Jakarta (19,9%).1
Indikasi bedah sesar dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor janin, faktor ibu
dan faktor ibu-janin. Faktor ibu meliputi riwayat SC sebelumnya, infeksi virus herpes
aktif, tumor yang menyebabkan obstruksi, riwayat operasi vagina rekonstruktif,
misalnya perbaikan fistula, terinfeksi HIV (tergantung nilai viral load), serta kondisi
medis ibu yang tidak memungkinkan untuk dilakukan persalinan normal, misalnya
kondisi jantung dan paru yang tidak baik. Faktor janin misalnya pola denyut jantung
janin yang abnormal, malpresentasi janin, berat bayi <2500 gr, dan terdapat kelainan
kongenital. Faktor ibu-janin yang memiliki indikasi sehingga harus dilakukan bedah
sesar adalah tidak ada kemajuan dalam proses persalinan, panggul atau jalan lahir
sempit, kegagalan dalam proses forcep, plasenta previa, disproporsi sefalopelvik, dan
kembar siam. 1 Pada kasus ini tindakan SC dilakukan atas indikasi gawat janin dengan
DJJ 182x/menit serta adanya mioma uteri multipel dengan ukuran terbesar 10x10 cm.
Sebaliknya, SC memiliki beberapa kontraindikasi, seperti kematian janin
intrauterin (IUFD), anemia berat, kelainan kongenital berat yang dapat menyebabkan
kematian segera setelah lahir seperti anensefali, infeksi piogenik dinding abdomen, dan
1
fasilitas yang tidak memungkinan untuk dilakukan SC. Tidak ada kontraindikasi SC
pada kasus sehingga SC dapat dilakukan.
Luka sayatan di perut dapat berupa transversal (Pfannenstiel) dan vertikal
(mediana), sedangkan di uterus dapat berupa transversal (SC Transperitonealis
Profunda) dan vertikal (SC klasik/corporal). Rencana seksio sesarea pada pasien diawali
dengan insisi pfanenstil abdomen dan dilanjutkan dengan insisi pada segmen bawah
rahim.2
1. Sectio Caesarea Transperitonealis Profunda
Jenis pembedahan yang paling banyak dilakukan dengan cara insisi segmen
uterus bagian bawah. Jenis ini memberikan beberapa keuntungan seperti perdarahan
luka insisi yang tidak banyak, risiko peritonitis lebih kecil, jaringan parut saat proses
penyembuhan pada uterus umumnya kuat sehingga risiko ruptur uteri dikemudian
hari berkurang karena dalam masa nifas ibu pada segmen bagian bawah uterus tidak
banyak mengalami kontraksi seperti korpus uteri sehingga luka dapat sembuh lebih
sempurna. Teknik ini merupakan teknik yang diterapkan pada kasus.
2. Sectio Caesarea Klasik
Tindakan pembedahan ini dilakukan dengan insisi bagian tengah dari korpus
uteri sepanjang 10-12 cm dengan ujung bawah di atas batas plika vesio uterine.
Teknik ini dilakukan jika terdapat halangan untuk melakukan proses SC
transperitonealis profunda, misalnya akibat perlekatan uterus pada dinding perut
akibat riwayat persalinan SC sebelumnya dan risiko perdarahan yang besar apabila
di insisi di segmen bawah uterus dimana ada kondisi plasenta previa (plasenta
menempel menutupi jalan lahir). Kerugian dari jenis ini adalah risiko peritonitis dan
ruptur uteri 4 kali lebih tinggi pada kehamilan selanjutnya.
Tabel 1. Perbandingan antara SC klasik dan SC transperitonealis profunda.
Indikasi Kontraindikasi
Mioma degeneratif
Keinginan pasien
Seorang perempuan, 37 tahun G3P2A0 gravid 37 minggu 4 hari datang dengan gawat
janin dengan DJJ 187x/menit dan mioma uteri multipel dengan ukuran terbesar 10x10
cm. Rencana SC diawali dengan insisi pfanenstil abdomen dan dilanjutkan dengan insisi
pada segmen bawah rahim kemudian melahirkan bayi, dan dilanjutkantindakan
miomektomi dengan insisi pada fundus uteri bagian anterior, posterior, lateral kiri.
Pemantauan post-operasi hingga hari ke-9 post operasi menunjukkan luaran yang baik
tanpa komplikasi yang bermakna bagi ibu maupun janin.
DAFTAR PUSTAKA
1. Mylonas I, Friese K. Indications for and Risks of Elective Cesarean Section. Dtsch
Ärztebl Int. 2015 Jul;112(29–30):489–95.
3. Leveno KJ, Spong CY, Dashe JS, Casey BM, Hoffman BL, Cunningham FG, et al.
Williams Obstetrics, 25th Edition. McGraw-Hill Education; 2018. 1344 p.
5. Valle RF, Ekpo GE. Pathophysiology of Uterine Myomas and Its Clinical
Implications. In: Tinelli A, Malvasi A, editors. Uterine Myoma, Myomectomy and
Minimally Invasive Treatments [Internet]. Cham: Springer International
Publishing; 2015 [cited 2022 Aug 13]. p. 1–11. Available from:
https://doi.org/10.1007/978-3-319-10305-1_1
8. Goyal M, Dawood AS, Elbohoty SB, Abbas AM, Singh P, Melana N, et al.
Cesarean myomectomy in the last ten years; A true shift from contraindication to
indication: A systematic review and meta-analysis. Eur J Obstet Gynecol Reprod
Biol. 2021 Jan;256:145–57.
10. Sakinci M, Turan G, Sanhal CY, Yildiz Y, Hamidova A, Guner FC, et al. Analysis
of Myomectomy during Cesarean Section: A Tertiary Center Experience. J Invest
Surg. 2022 Jan 2;35(1):23–9.
12. Raouf* N. Success and Safety of Cesarean Myomectomy in Women with Single
Uterine Myoma. J Gynecol Women’s Health. 2021 Mar 2;21(1):1–6.
13. Sparić R, Kadija S, Stefanović A, Spremović Radjenović S, Likić Ladjević I,
Popović J, et al. Cesarean myomectomy in modern obstetrics: More light and
fewer shadows: Cesarean myomectomy. J Obstet Gynaecol Res. 2017
May;43(5):798–804.
14. Leanza V, Fichera S, Leanza G, Cannizzaro MA. Huge fibroid (g. 3.000) removed
during cesarean section with uterus preservation. A case report. Ann Ital Chir.
2011 Feb;82(1):75–7.
15. Ma PC, Juan YC, Wang ID, Chen CH, Liu WM, Jeng CJ. A huge leiomyoma
subjected to a myomectomy during a cesarean section. Taiwan J Obstet Gynecol.
2010 Jun;49(2):220–2.
16. Lee JH, Cho DH. Myomectomy using purse-string suture during cesarean section.
Arch Gynecol Obstet. 2011 Mar;283 Suppl 1:35–7.
17. Senturk MB, Polat M, Doğan O, Pulatoğlu Ç, Yardımcı OD, Karakuş R, et al.
Outcome of Cesarean Myomectomy: Is it a Safe Procedure? Geburtshilfe
Frauenheilkd. 2017 Nov;77(11):1200–6.