Anda di halaman 1dari 2

HAK PASIEN DALAM PELAYANAN RUMAH

SAKIT
Jumat, 03 Februari 2017

Banyak masyarakat belum mengenal hak-haknya selama menjalani pengobatan di sebuah


rumah sakit. Bahkan di kalangan internal rumah sakit sendiri belum semua lini memahami
hak-hak pasien selama mendapatkan perawatan. Jaman telah berubah, tuntutan akan
pelayanan yang semakin baik tidak bisa dihindari lagi. Hubungan pasien- rumah sakit tidak
lagi hubungan paternalistik, pasien hanya mengikuti/menuruti begitu saja kehendak dokter
yang bekerja di rumah sakit tanpa mendapatkan penjelasan yang jelas dan benar tentang
kondisi penyakit yang diderita pasien tanpa menghilangkan privilege pasien. Hubungan
rumah sakit-pasien adalah hubungan partnership, hubungan yang memungkinkan terjadi
saling membutuhkan dimana pasien membutuhkan terjadinya proses pengobatan yang
memuaskan dan rumah sakit membutuhkan pasien sebagai sumber pembiayaan operasional
rumah sakit yang dikembalikan kepadaoperasional rumah sakituntuk pemuasan pasien atas
pelayanan yang diterimanya.

Dalam UU Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit telah diatur tentang kewajiban dan
hak baik rumah sakit maupun pasien. Kewajiban rumah sakit terhadap pasien diantaranya
memberikan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, efektif dengan mengutamakan
kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit. Mengenai kewajiban
rumah sakit ( ada 20 kewajiban) merupakan hal yang inheren sebagai lembaga yang
bergerak di bidang kemanusiaan dan sosial sekaligus mampu menghidupi dirinya sendiri
supaya kondisinya tetap sehat terutama dari aspek pembiayaan operasionalnya. Demikian
juga halnya dengan kewajiban pasien seperti memberi informasi yang lengkap dan jujur
tentang masalah kesehatannya kepada tenaga kesehatan di rumah sakit merupakan hal
yang inheren sebagai seorang yang mencari pelayanan kesehatan supaya dokter dapat
menentukan diagnosis yang tepat. Kewajiban rumah sakit dan pasien tidak memerlukan
perdebatan yang terlalu mendalam, karena kedua hal ini sudah terjadi secara alamiah
sebagai pencari dan pemberi pelayanan. Masalah sering muncul ketika rumah sakit tidak
mau ataupun tidak mampu memenuhi hak-hak pasien. Pemenuhan atas hak-hak pasien
menjadi lebih penting diperhatikan karena di sinilah hakikat pelayanan yang berdasarkan atas
kemanusiaan dan sosial .
Kedepankan hak-hak pasien

Dengan mengedepankan hak-hak pasien setiap stakeholders di rumah sakit ( dokter,


perawat, bidan sampai ke tukang kebun dan cleaning service) yang ada di rumah sakit akan
menjadikan hak pasien tersebut sebagai pendorong dan motivasi untuk memenuhi kewajiban
dan hak rumah sakit itu sendiri. Artinya dengan terpenuhinya dan menghormati hak-hak
pasien maka kewajiban rumah sakit, kewajiban pasien dan hak rumah sakit akan terpenuhi /
ikut terdorong ke arah terciptanya suasana teraeputik partnership antara dokterdan pasien.
Ibarat kereta api, hak pasien adalah lokomotif, sedangkan hak dan kewajiban rumah sakit
dan kewajiban pasien adalah gerbongnya. Misalnya: ” Setiap pasien mempunyai hak
mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tatacara tindakan medis, tujuan tindakan
medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap
tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan” (pasal 32 point j). Demikian juga
pasal 32 point k : ”Setiap pasien mempunyai hak memberikan persetujuan atau menolak atas
tindakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya”. Kalau
saja rumah sakit melakukan kewajibannya dengan memenuhi dan menghormati kedua
contoh hak pasien di atas dalam suasana komunikasi yang jelas, berempati, dan yang paling
penting dapat dipahami dan diterima pasien sehingga memuaskan pasien, maka pasien akan
melakukan kewajibannya (misalnya mentaati segala aturan yang berlaku di rumah sakit
tersebut). Tidak menjadi jaminan kemegahan bangunan dan kecanggihan alat-alat
kedoketran yang dimiliki rumah sakit akan dapat memenuhi kepuasan pasien.

Namun hak pasien ini sering tidak mau dan mampu dijelaskan dengan gamblang terutama
oleh dokter yang merawatnya karena berbagai alasan. Ketidakpuasan pasien biasanya
tertuju kepada manajemen dengan segala kompleksitas permasalahan rumah sakit. Tidak
dapat dipungkiri, manajemen rumah sakit tidak akan mampu memenuhi semua keinginan
dokter dengan segala keterbatasan (terutama anggaran) yang dimiliki rumah sakit. Terutama
keinginan dokter yang berkaitan dengan alat medis dengan teknologi terkini (hardwarenya) ,
ataupun peningkatan kompetensi melalui pendidikan/ pelatihan-pelatihan (software). Kadang
hal ini dipakai sebagai alasan mengapa dokter enggan melakukan kewajibannya untuk
memenuhi hak-hak pasien secara empatik.

Anda mungkin juga menyukai